benar

88
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan sampah merupakan salah satu masalah keseharian yang belum juga ditemukan jalan keluar penyelesaiannya baik di masyarakat maupun di lingkungan sekolah. Di sekolah ada saja tempat sampah yang kelebihan sampah sehingga banyak yang berserakan di halaman sekolah maupun yang berserakan di ruang kelas karena siswa membuang sampah sembarangan (Tianida Nilamsari, 2012). Kebiasaan siswa SD di sekolah membuang sampah sembarang perlu dibenahi. Budaya membuang sampah pada tempatnya sekarang seperti jarang terlihat. Indikasinya adalah banyaknya sampah yang berserakan, tumpukan sampah di sungai dan saluran perairan. Sehingga bila musim penghujan seperti sekarang menyebabkan banjir. Budaya membuang sampah harus ditanamkan sejak dini sehingga diharapkan saat dewasa generasi muda sekarang bisa secara „sadarmembuang sampah pada tempatnya (Hartatik, 1

Upload: adhe-w-yulhianto

Post on 14-Jul-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

Page 1: benar

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan sampah merupakan salah satu masalah keseharian yang

belum juga ditemukan jalan keluar penyelesaiannya baik di masyarakat maupun di

lingkungan sekolah. Di sekolah ada saja tempat sampah yang kelebihan sampah

sehingga banyak yang berserakan di halaman sekolah maupun yang berserakan di ruang

kelas karena siswa membuang sampah sembarangan (Tianida Nilamsari, 2012). Kebiasaan

siswa SD di sekolah membuang sampah sembarang perlu dibenahi. Budaya

membuang sampah pada tempatnya sekarang seperti jarang terlihat. Indikasinya

adalah banyaknya sampah yang berserakan, tumpukan sampah di sungai dan

saluran perairan. Sehingga bila musim penghujan seperti sekarang menyebabkan

banjir. Budaya membuang sampah harus ditanamkan sejak dini sehingga diharapkan

saat dewasa generasi muda sekarang bisa secara „sadar‟ membuang sampah pada

tempatnya (Hartatik, 2016). Menurut Suryati (2014 :V-VI) Sampah yang tidak

dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai masalah.

Pengelolaan sampah yang hanya meliputi pengumpulan dan pengangkutan

ke tempat penimbunan sementara (TPS) dilanjutkan ke tempat pembuangan akhir

(TPA) bukan merupakan solusi terakhir. Sikap peduli yang kini kita butuhkan baik

dalam mengkonsumsi barang maupun mengolah sampah diawali dengan pemilahan

sampah di sekolah. Dalam mengembangkan sikap peduli lingkungan di sekolah

sebaiknya disediakan dua tong sampah, satu untuk sampah organik dan satu lagi

untuk sampah anorganik. Selain itu, sebaiknya setiap sekolah memiliki alat pembuat

1

Page 2: benar

kompos yang terbuat dari barang-barang bekas di sekitar kita, dengan demikian

pengolahan sampah terutama sampah organik semakin mudah dan bermanfaat.

Di sekolah dasar pengelolaan sampah dibahas di dalam pembelajaran

Tematik Kurikulum 2013 tema 8. Ekosistem subtema 3. Memelihara ekosistem

pembelajaran 5. Dalam pembelajaran ini fokus pembelajarannya adalah mata

pelajaran IPA KD 3.6 aktivitas yang dilakukan menyebutkan usaha-usaha

memelihara ekosistem di lingkungan sekitar, KD 4.6 aktivitas yang dilakukan siswa

menyajikan hasil pengamatan dengan membuat laporan pemeliharaan ekosistem di

lingkungan manusia. Mata pelajaran Bahasa Indonesia KD 3.1 aktivitas yang

dilakukan siswa menuliskan informasi dari teks laporan buku tentang usaha-usaha

memelihara ekosistem di lingkungan manusia, KD 4.1 aktivitas yang dilakukan siswa

membuat laporan tertulis tentang usaha-usaha memelihara ekosistem. Mata pelajaran

SBdP KD 3.1 aktivitas yang dilakukan siswa memahami prinsip-prinsip seni dalam

berbagai karya seni rupa, KD 4.1 aktivitas yang dilakukan siswa melakukan

pengamatan terhadap suasana lingkungan sekitar untuk membuat gambar ilustrasi.

Menurut Daryanto (2014: 16) Dalam Kurikulum 2013 terdapat 14 prinsip

utama pembelajaran yang perlu guru terapkan salah satunya yaitu dari guru sebagai

sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber; pembelajaran berbasis sistem

lingkungan. Dalam kegiatan membuka peluang kepada siswa sumber belajar seperti

informasi dari buku siswa, internet, koran, majalah, referensi dari perpustakaan yang

telah disiapkan. Pada model pembelajaran berbasis proyek dapat memanfaatkan

2

Page 3: benar

sumber belajar di luar kelas. Dianjurkan pula siswa pada materi tertentu siswa dapat

memanfaatkan sumber belajar di sekitar lingkungan.

Berdasarkan prinsip pembelajaran Kurikulum 2013 di atas bahwa

pembelajaran itu bisa dilakukan di lingkungan dengan masalah yang ada dalam

kehidupan sehari-hari, seperti pengelolaan sampah dalam pembelajaran di sekolah

siswa sudah mengerti namun penerapan di kehidupan sehari-hari belum terlaksana

dengan baik. Pengelolaan sampah yaitu dengan menggunakan prinsip 3R, yaitu

reduce (pengurangan), reuse (pemakaian kembali), dan recycle (daur ulang).

Pengelolaan sampah di lingkungan sekolah dilakukan dengan cara mengubah sampah

organik menjadi kompos. Menurut Hermawati (2015: 16), upaya membuat kompos

merupakan bagian dari pemeliharaan lingkungan dan juga diperkuat oleh keberadaan

para penggerak lingkungan. Membuat kompos merupakan bentuk dari recycle (daur

ulang). Sampah organik pada khususnya bisa dilakukan dengan mengolahnya

menjadi kompos. Siswa memang sudah mengerti bahwa kompos itu bisa dibuat dari

sampah organik seperti daun-daunan, rumput, dan kotoran lainnya, namun mereka

belum tentu bisa membuat kompos.

Dalam proses pembelajaran Tematik pembuatan kompos dengan

menggunakan pendekatan saintifik dan model pembelajaran proyek (Project Based

Learning) mampu mendorong siswa untuk menghasilkan karya kontekstual, baik

individu maupun kelompok maka peneliti memilih model pembelajaran yang

menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah maka peneliti memilih model

3

Page 4: benar

Project Based Learning. Dalam Model Project Based Learning pembuatan kompos

siswa dapat mengembangkan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam

aspek sikap yang dapat dikembangkan yaitu percaya diri, peduli lingkungan dan

menghargai sesama. Menurut Daryanto (2014: 23) Model pembelajaran proyek

adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media.

Langkah-langkah Pembelajaran proyek yaitu penentuan pertanyaan mendasar,

mendesain perencanaan proyek, menyusun jadwal, memonitor siswa dan kemajuan

proyek, menguji hasil, dan mengevaluasi pengalaman. Dengan demikian

pembelajaran PjBL kompos membantu siswa untuk memahami dan mengerti

pengelolaan sampah organik serta mengerti prinsip 3R yaitu reduse (pengurangan),

reuse (pemakaian kembali) dan recycle (daur ulang).

Peneliti memilih SD Negeri 11 menjadi tempat penelitian karena di SD

tersebut sudah menggunakan kurikulum 2013. Setelah Peneliti melakukan pra

penelitian di SD tersebut sudah melakukan pengolahan sampah organik menjadi

kompos terlihat dari terdapatnya rumah kompos yang terletak di halaman sekolah.

Selanjutnya peneliti telah mengkonfirmasi dengan kepala sekolah bahwa benar

adanya di SD Negeri 11 sudah mengolah sampah organik menjadi kompos. Pengelola

pembuatan kompos tersebut ialah siswa kelas V yang dibimbing dengan Ibu

Ristianah, S.Pd. Peneliti memilih kelas V menjadi populasi dalam penelitian karena

dalam tema 8 ekosistem subtema 3 memelihara ekosistem ada pembelajaran yang

membahas pembuatan kompos sebagai upaya memelihara ekosistem.

4

Page 5: benar

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh Model PjBL pembuatan kompos terhadap hasil

belajar aspek sikap siswa kelas V SD Negeri 11 Kota Bengkulu?

2. Apakah terdapat pengaruh Model PjBL pembuatan kompos terhadap hasil

belajar aspek pengetahuan siswa kelas V SD Negeri11 Kota Bengkulu?

3. Apakah terdapat pengaruh Model PjBL pembuatan kompos terhadap hasil

belajar aspek keterampilan siswa kelas V SD Negeri11 Kota Bengkulu?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian bertujuan untuk

mengetahui yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan pengaruh model PJBL pembuatan kompos

terhadap terhadap hasil belajar aspek sikap siswa siswa kelas V SD Negeri

11 Kota Bengkulu.

2. Untuk mendeskripsikan pengaruh model PJBL pembuatan kompos

terhadap hasil belajar aspek pengetahuan siswa kelas V SD Negeri 11 Kota

Bengkulu.

5

Page 6: benar

3. Untuk mendeskripsikan pengaruh model PJBL pembuatan kompos

terhadap hasil belajar aspek keterampilan siswa kelas V SD Negeri 11 Kota

Bengkulu.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diberikan melalui penelitian ini yaitu:

a. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman yang dapat dijadikan bekal sebagai calon tenaga

guru profesional dalam menerapkan model PjBL dalam pembelajaran Kurikulum

2013 dan menambah pengalaman yang dapat dijadikan bekal sebagai calon tenaga

guru profesional dalam membuat produk kompos.

b. Bagi Guru

Sebagai bahan pengembangan dan pemanfaatan untuk meningkatkan

kemampuan dalam pembuatan kompos dengan memanfaatkan sampah organik

yang ada di lingkungan sekitar.

c. Bagi siswa

1. Memberikan gambaran informasi dalam membuat kompos menggunakan

sampah organik.

2. Menambah sikap peduli lingkungan siswa agar menggunakan sampah

organik dalam membuat kompos.

6

Page 7: benar

II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Pembelajaran Tematik Terpadu

a. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

Konsep pembelajaran tematik menurut Kemendikbud (2014: 28)

dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran

terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang

memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk

memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Begitu pun juga

peserta didik dalam memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu

melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang

telah dikuasainya.

Pelaksanaan pembelajaran Tematik terpadu berawal dari tema yang telah

dipilih/dikembangkan oleh guru yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Jika

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pembelajaran Tematik ini lebih

menekankan pada tema sebagai pemersatu berbagai mata pelajaran yang lebih

diutamakan pada makna belajar keterkaitan sebagai konsep mata pelajaran.

Keterlibatan peserta didik dalam belajar diprioritaskan dan pembelajaran bertujuan

mengaktifkan peserta didik, memberikan pengalaman langsung serta tidak tampak

adanya pemisahan antar mata pelajaran satu dengan lainnya.

7

Page 8: benar

Lebih lanjut Subroto dalam Trianto (2010: 82) menegaskan pembelajaran

Tematik adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan tema

tertentu yang dikaitan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan

dengan konsep lain yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam

satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar siswa, maka

pembelajaran menjadi lebih bermakna. Maka pada umumnya pembelajaran

tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan

antara beberapa isi mata pelajaran dengan pengalaman kehidupan nyata sehari-

hari siswa sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.

Dari Pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik

adalah pembelajaran yang berdasarkan tema tertentu yang mengaitkan beberapa

mata pelajaran yang mengutamakan pengalaman belajar siswa sehingga

pembelajaran lebih bermakna. Dalam pembelajaran tematik terdapat tema

kemudian terdiri dari beberapa subtema terdapat beberapa pembelajaran.

b. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi

pendekatan saintifik atau ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini

sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan

pengetahuan siswa. Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang standar proses

pendidikan dasar dan menengah telah menginsyaratkan tentang perlunya proses

pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik atau

8

Page 9: benar

ilmiah. Upaya penerapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran sebagai

ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan kurikulum 2013.

Menurut Kemendikbud (2014: 35) bahwa proses pembelajaran

menggunakan pendekatan Saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman

kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan

pendekatan ilmiah. Informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak

bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran

yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong siswa untuk mencari tahu

dari sumber observasi, bukan diberi tahu.

Penerapan pendekatan Saintifik pada pembelajaran Tematik Terpadu mulai

dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran Tematik Terpadu dimaksudkan

adalah dengan menggunakan tema yang akan menjadi pemersatu sebagai mata

pelajaran. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam

pembelajaran yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Langkah-langkah

pendekatan Saintifik yang digunakan dalam pembelajaran Tematik terpadu

menurut Kemendikbud (2014: 66-73) yaitu:

1. Mengamati

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh

langkah-langkah berikut ini: (a) menentukan objek apa yang diobservasi; (2)

membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi;

(3) menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer

9

Page 10: benar

maupun sekunder; (4) menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi;

(5) menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk

mengumpulkan data akan berjalan mudah dan lancar; (6) menentukan cara dan

melakukan pencatatan hasil observasi.

2. Menanya

Kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan

tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan

untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. Fungsi

bertanya dalam pembelajaran yaitu (1) membangkitkan rasa ingin tahu,minat, dan

perhatian siswa tentang suatu tema atau topik pembelajaran; (2) mendorong

partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan

berpikir, dan menarik kesimpulan; (3) melatih kesantunan dalam berbicara dan

membangkitkankemampuan berempati satu sama lain. Kompetensi yang

dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan

merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup

cerdas dan belajara sepanjang hayat.

3. Mengumpulkan informasi/Eksperimen (Mencoba)

Mengumpulkan informasi/eksperimen kegiatan pembelajarannya antara

lain melakukan eksperimen; membaca sumber lain selain buku teks; mengamati

objek/kejadian/aktivitas; dan wawancara dengan narasumber. Kompetensi yang

dikembangkan dalam proses mengumpulkan informasi/eksperimen adalah

10

Page 11: benar

mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain,

kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi

melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan

belajar sepanjang hayat.

4. Mengasosiasi/mengolah informasi/menalar

Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengasosiasi/mengolah

informasi adalah sebagai berikut. (a) mengolah informasi yang sudah

dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan informasi maupun

hasil mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi; (b) pengolahan

informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan

kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi

berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda. Kompetensi yang

dikembangkan dalam proses mengasosiasi/mengolah informasi adalah

mengembangkan sikap teliti, jujur, disiplin, tat aturan, kerja keras, kemampuan

menerapkan prosedur, dan kemampuan berpikir induktif serta dedukti dalam

menyimpulkan. Dalam kegiatan Mengasosiasi/mengolah informasi terdapat

kegiatan menalar. Istilah “ menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan

pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan

bahwa guru dan siswa merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam

banyak hal siswa harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir

yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk

11

Page 12: benar

memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

5. Mengkomunikasikan

Kegiatan belajar mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil

pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau

media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan dalam tahapan

mengkomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,

kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan

jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Langkah-langkah pendekatan saintifik yang digunakan peneliti dalam

pembelajaran pembuatan kompos yaitu (1) mengamati powerpoint; (2) menalar

dan menanya dari kegiatan mengamati powerpoint; (3) mengumpulkan dan

mengolah informasi jenis-jenis pupuk organik; (4) mencoba/ekperimen

pembuatan kompos; (5) mengkomunikasikan hasil laporan pembuatan kompos.

2. Model Project Based Learning

a. Pengertian Project Based Learning

Pembelajaran berbasis projek merupakan penerapan dari pembelajaran

aktif, teori konstruktivisme dari Piaget serta teori konstruktivisme dari Seymour

Papert. Papert adalah murid dari Piaget yang mengajar di Massachusetts institute

of Technology. Ia bersama Idit Harel pada publikasinya berjudul Situating

Constructinism (1991) memperkenalkan istilah konstruksionisme.

12

Page 13: benar

Sebagaimana halnya dengan konstruktivisme, pemikiran konstruksionisme

juga berprinsip bahwa setiap anak membangun model mentalnya untuk berpikir

dan memahami dunia disekelilingnya. suatu informasi pengetahuan akan

dimengerti oleh para siswa melalui pembangunan struktur kognitif dibenaknya.

Namun demikian berbeda dengan konstruktivisme, paham konstruksionisme yang

diungkap oleh Papert berasumsi bahwa pembelajaran akan berlangsung dengan

efektif jika para siswa aktif dalam membuat atau memproduksi suatu karya fisik

yang nyata. Menurut Papert dalam Warsono & Hariyanto (2013: 153), gagasan

pokok dari konstruksionisme adalah bahwa berpikir merupakan belajar dengan

membuat sesuatu (learning by making).

Secara sederhana pembelajaran berbasis proyek didefinisikan menurut

Warsono & Hariyanto (2013: 153) sebagai pengajaran yang mencoba mengaitkan

antara teknologi dengan masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan siswa

atau dengan proyek sekolah. Sementara itu Bransfor dan Stein (1993) dalam

Warsono dan Hariyanto (2013: 53) mendefinisikan pembelajaran berbasis proyek

sebagai pendekatan pengajaran yang komprehensif yang melibatkan siswa dalam

kegiatan penyelidikan yang kooperatif dan berkelanjutan. Lebih lanjut Menurut

Daryanto (2014: 23), Pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning)

adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media.

Sedangkan menurut Abidin (2014: 167) model pembelajaran berbasis proyek

adalah model pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa dalam proses

13

Page 14: benar

pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan menyelesaikan

suatu proyek pembelajaran tertentu. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian,

interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil

belajar.

Dari Pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis

proyek ini lebih menekankan proyek untuk dapat membuat siswa aktif dalam

pembelajaran d a n memecahkan masalah dengan baik. Model ini juga

menekankan kepada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer

pengetahuan. Siswa dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan

secara aktif dalam proses pembelajaran sedangkan guru hanyalah seorang

fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasi kegiatan belajar siswa.

Pembelajaran berbasis proyek merupakan model belajar yang

menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan

mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam

beraktifitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk

digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam melakukan

investigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan

memunculkan pertanyaan penuntun dan membimbing siswa dalam sebuah proyek

kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai materi dalam kurikulum. Pada saat

pertanyaan terjawab, secara langsung siswa dapat melihat berbagai elemen utama

sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL

14

Page 15: benar

merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan

berharga bagi usaha siswa.

b. Prinsip Model Project Based Learning

Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa sarana pembelajaran untuk

mencapai kompetensi dalam model Project Based Learning menggunakan tugas

proyek sebagai model pembelajaran. Siswa bekerja secara nyata memecahkan

persoalan di dunia nyata yanyag dapat menghasilkan solusi berupa produk dan hasil

karya secara nyata atau realistis. Menurut Kurinangsih & Sani (2014: 82-83) prinsip

yang mendasari pembelajaran berbasis proyek adalah:

(a) Pembelajaran berpusat pada siswa yang melibatkan tugas-tugas pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran; (b) Tugas proyek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran; (c) Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan topik yang disusun dalam bentuk produk (laporan atau hasil kerja). Produk, laporan atau hasil kerja tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk mendapat tanggapan dan umpan balik untuk perbaikan proyek berikutnya.

Sejalan dengan pendapat Daryanto (2014: 24) karakteristik Model Project

Based Learning yaitu

(1) siswa membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja; (2) adanya permasalahan yang diajukan kepada siswa; (3) siswa mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan; (4) siswa secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan; (5) proses evaluasi dilakukan secara kontinyu.

15

Page 16: benar

Sedangkan menurut MacDonnel dalam Abidin (2014: 168) menjelaskan model PjBL

memiliki tujuh karakteristik yaitu:

(1) melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran; (2) menghubungkan pembelajaran dengan dunia nyata; (3) dilaksanakan dengan berbasis penelitian; (4) melibatkan berbagai sumber belajar; (5) bersatu dengan pengetahuan dan keterampilan; (6) dilakukan dari waktu ke waktu; (7) diakhiri dengan sebuah produk tertentu.

Dari Pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik Model

PjBL yaitu (1) pembelajaran berpusat pada siswa; (2) siswa mampu menentukan

solusi dari masalah yang diajukan; (3) siswa bekerja sama memecahkan masalah

dengan sebuah proyek; (4) menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan nyata;

(5) terdapat produk tertentu di akhir pembelajaran.

c. Langkah-langkah Model PjBL

Dalam Model PjBL, siswa diberikan tugas untuk mengembangkan materi

dalam pembelajaran dengan melakukan kegiatan proyek yang realistik. Di samping

itu, penerapan pembelajaran berbasis proyek ini mendorong tumbuhnya kreativitas,

kemandirian, tanggung jawab, kepercayaan diri, serta berpikir kritis dan analitis pada

siswa. Menurut Kemendikbud (2014: 23-24), langkah-langkah pembelajaran berbasis

proyek yaitu:

1. Penentuan Pertanyaan mendasar (Start With the Essential Question)

Pada langkah ini, pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu

pertanyaan yang dapat memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu

16

Page 17: benar

aktivitas. Mengambil topik yang yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan

dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. .

2. Mendesain perencanaan proyek (Design a Plan for the Project)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan

demikian siswa diharapkan akan merasa memiliki atas proyek tersebut.

Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat

mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan

berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat

diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

3. Menyusun jadwal (Create a Schedule)

Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam

menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: membuat timeline

untuk menyelesaikan proyek, membuat deadline penyelesaian proyek, membawa

siswa agar merencanakan cara yang baru dan meminta siswa untuk membuat

alasan tentang pemilihan suatu cara.

4. Memonitor siswa dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the

Progress of the Project)

Guru bertanggung jawab memonitor aktivitas siswa dalam melakukan

tugas proyek mulai proses hingga penyelesaian proyek. Pada kegiatan

monitoring, guru membuat rubrik yang akan dapat merekam aktivitas siswa

dalam menyelesaikan tugas proyek.

17

Page 18: benar

5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian

standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi

umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu

guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

6. Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience)

Guru dan siswa pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi

terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek. Proses refleksi pada tugas proyek

dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada tahap evaluasi,

siswa diberi kesempatan mengemukakan pengalamannya selama

menyelesaikan tugas proyek yang berkembang dengan diskusi untuk

memperbaiki kinerja selama menyelesaikan tugas proyek. Pada tahap ini juga

dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah dihasilkan.

Langkah-langkah model PjBL yang digunakan dalam pembelajaran

pembuatan kompos yaitu (1) penentuan pertanyaan mendasar dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan

sekolah yang dapat menstimulus siswa untuk dapat bertanya juga. Pertanyaan

tersebut diarahkan untuk membuat proyek kompos dari sampah organik.

Kemudian, guru menyajikan contoh kompos dan memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya. Guru memberikan pengarahan terhadap proyek yang akan

dilaksanakan. (2) Mendesain perencanaan proyek yang dilakukan dengan siswa

membentuk kelompok dan mendiskusikan rencana proyek yang akan dikerjakan.

18

Page 19: benar

Siswa mendiskusikan alat dan bahan yang akan digunakan dalam membuat

kompos. (3) Di dalam menyusun jadwal siswa dan guru membuat timeline dalam

menyelesaikan kompos. (4) Memonitor siswa dan kemajuan proyek, pada hari

yang telah ditentukan siswa mempresentasikan dan menyelesaikan produk

kompos. (5) Menguji hasil, setelah menyelesaikan proyek siswa mempresentasikan

hasil produk komposnya didepan kelas. Pada keesokan harinya, produk yang

dibuat oleh siswa dapat diuji hasilnya yaitu dengan mengecek kualitas kompos

dengan menggunakan besaran pH. (6) Mengevaluasi pengalaman dilakukan untuk

merefleksi terhadap aktivitas dan produk kompos yang sudah dijalankan.

c. Kelebihan dan Kelemahan Project Based Learning (PjBL)

Menurut Kurinangsih dan Sani (2014: 83) model Project Based Learning

(PjBL) memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, diantaranya kelebihan

menggunakan Project Based Learning (PjBL) adalah:

(1)Meningkatkan motivasi belajar siswa untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, (2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, (3) Membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan masalah-masalah yang kompleks. (4) Meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama, (5) Mendorong siswa untuk mengembangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi.

Model Project Based Learning (PjBL) menggunakan proyek sebagai

inti dari pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk

belajar serta mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan yang

penting. Di dalam mengerjakan proyek siswa menjadi lebih aktif dan tertantang

19

Page 20: benar

untuk menyelesaikan/memecahkan masalah yang lebih kompleks. Serta

Pentingnya kerja kelompok dalam proyek dapat mendorong siswa untuk

mengembangkan keterampilan komunikasi.

Project Based Learning (PjBL) memberikan kesempatan kebebasan

kepada sisa untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara

kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat

dipresentasikan kepada orang lain. Sementara itu menurut Kurniasih dan Sani

(2014: 84), kelemahan Project Based Learning (PjBL) adalah:

(1) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah, (2) Membutuhkan biaya yang cukup banyak, (3) Ada kemungkinan siswa yang kurang aktif dalam kerja kelompok, (4) Banyaknya peralatan yang harus disediakan, (5) Siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan

Dalam menyelesaikan proyek siswa membutuhkan banyak waktu dan

banyak peralatan dan bahan untuk menghasilkan produk. Project Based Learning

(PjBL) menuntut siswa yang aktif dan terampil dalam menyelesaikan proyek

sehingga siswa yang kurang aktif dan terampil akan mengalami kesulitan. Untuk

mengatasi kelemahan Project Based Learning (PjBL) di atas seorang guru harus

dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi siswa dalam menghadapi masalah,

membatasi waktu siswa dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan

menyediakan peralatan sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar.

20

Page 21: benar

3. Kompos

a. Pengertian Kompos

Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sampah organik yang sebagian

besar berada dari rumah tangga. Menurut Suryati (2014: 23), Kompos adalah

bagian organik yang bisa lapuk, seperti daun-daunan, sampah dapur, jerami,

rumput dan kotoran lain, yang semua itu berguna untuk kesuburan tanah. Kompos

merupakan material organik yang susah didekomposisi dang digunakan sebagai

media tanam, pupuk dan penyubur tanah.

Sedangkan menurut Nugraha (2009: 36) kompos adalah sampah yang

teruraikan secara biologis, yaitu melalui pembusukan dengan bakteri yang ada di

tanah dan kerap digunakan sebagai pupuk. Sejalan dengan itu menurut Mulyani

(2014:150) kompos merupakan hasil penguraian campuran bahan-bahan organik

yang dapat dipercepat dengan meningkatkan populasi berbagai mikroorganisme,

cacing atau jamur dalam kondisi lingkungan yang lembab dan hangat. Istilah

kompos juga bisa diartikan sebagai pupuk organik buatan manusia yang dibuat

dari proses dekomposisi sisa-sisa buangan makhluk hidup (tanaman maupun

hewan).

Dari Pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kompos adalah

sampah organik yang bisa membusuk yang dapat digunakan sebagai pupuk yang

berguna untuk kesuburan tanah. Ada banyak teknik pembuatan kompos, namun

21

Page 22: benar

prinsipnya sama saja, yaitu mengubah bahan organik yang dianggap sampah untuk

diproses sedemikian rupa sehingga cocok dijadikan media untuk menggemburkan

tanah dan menyuburkan tanah. Kompos menjadi alternatif terbaik dalam

pemanfaatan tumpukan sampah yang terjadi disekitar kita.

Dengan memilah sampah dan mengelola secara tepat, bukan tidak mungkin

bila hal tersebut akan menjadi sumber pendapatan sampingan. Pembuatan kompos

pun dapat dilakukan oleh siapa saja, di mana saja dan dengan berbagai cara. Tidak

perlu khawatir gagal karena yang penting adalah kemauan dan keikhlasan kita

dalam membantu program pemerintah mengurangi jumlah sampah mulai dari

sumbernya. Tentu saja, lingkungan akan menjadi lebih bersih dan terawat.

Karakteristik kompos secara umum yaitu mengandung unsur hara dalam jenis dan

jumlah bervariasi tergantung bahan asal, menyediakan unsur hara secara lambat

dan dalam jumlah terbatas,dan mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan

dan kesehatan tanah.

b. Prinsip dasar pembuatan kompos

Pada dasarnya, membuat kompos adalah untuk meniru proses terjadinya

humus di alam dengan bantuan mikroorganisme. Ada dua jenis mikroorganisme

yang berperan dalam proses pengomposan, yaitu mikroorganisme yang

membutuhkan kadar oksigen tinggi dan mikroorganisme yang bekerja pada kadar

oksigen rendah. Meskipun menghasilkan produk akhir yang sama (kompos),

penggunaan mikroorganisme yang digunakan akan mempengaruhi proses

22

Page 23: benar

pembuatan kompos. Pembuatan kompos terbagi menjadi dua yaitu (a) Pembuatan

kompos aerobik dilakukan dengan bantuan mikroorgsnisme aerob. Proses

pembuatan kompos ini dilakukan di tempat terbuka agar udara bisa bersentuhan

langsung dengan bahan kompos; (b) Pembuatan kompos anaerobik memerlukan

mokroorganisme yang membutuhkan kadar oksigen yang rendah sehingga bisa

dilakukan di tempat tertutup.

c. Langkah awal membuat kompos

Membuat kompos adalah bentuk dari recycle. Dengan mengolah sampah

menjadi kompos, artinya kita ikut membantu mengurangi permasalahan yang

disebabakan oleh sampah. Selain itu, kompos yang dihasilkan dapat dimanfaatkan

langsung sebagai media tanam atau pupuk organik.

Dalam membuat kompos, ada dua hal yang harus dipersiapkan, yaitu

lahan atau tempat untuk memproses kompos dan bahan-bahan atau material yang

akan dijadikan kompos. Tempat pengomposan tidak harus selalu luas. Sementara

itu, bahan atau material kompos dapat dengan mudah diperoleh, yakni berasal

dari sampah-sampah organik yang cukup berlimpah di sekitar kita. Berikut bahan-

bahan yang harus diperhatikan sebelum membuat kompos yaitu:

1. Bahan Warna Hijau

Bahan warna hijau adalah bahan-bahan yang banyak mengandung

Nitrogen (N). Dengan menggunakan bahan warna hijau, proses dekomposisi akan

23

Page 24: benar

berjalan lebih cepat. Bahan warna hijau bisa didapat dari sayuran, buah-buahan,

potongan rumput segar, daun segar, sampah dapur, ampas teh atau kopi, ampas

kelapa, sisa sayur dan pupuk kandang.

2. Bahan Warna Coklat

Bahan warna coklat adalah bahan yang mengandung Karbon (C) dan

biasanya berwarna coklat. Bahan berwarna coklat cenderung lebih lambat dalam

proses dekomposisi. Namun, kelebihan bahan warna cokelat adalah dapat

mengikat Nitrogen dalam tanah jika pengaplikasiannya belum matang. Bahan

warna coklat dapat di peroleh dari daun kering, rumput kering, serbuk gergaji,

serutan kayu, sekam, jerami, kulit jagung dan potongan kertas yang tidak

mengkilap.

3. Wadah atau Tempat (Komposter)

Untuk pengelolaan kompos skala rumah tangga yang sederhana, anda

dapat membuatnya sendiri dengan memanfaaatkan bahan-bahan yang ada di

sekitar rumah anda. Komposter bisa dibuat dari bahan-bahan bekas, seperti drum,

tong, ember plastik atau kaleng cat yang dimodifikasi dan diberi putaran sebagai

alat pengaduknya. Agar komposter anda bertahan lama, gunakanlah bahan plastik

karena pada umumnya bahan yang berasal dari kaleng (buka plastik) mudah

sekali karatan. Untuk itu, sebaiknya komposter dicat agar tampak lebih menarik

dan enak dipandang mata.

24

Page 25: benar

d. Faktor Lain Penunjang Keberhasilan Pembuatan Kompos

Setelah anda memahami bahan dasar dalam pembuatan kompos,

selanjutnya ada beberapa faktor yang harus diperhatikan agar kompos yang anda

buat berhasil. Berikut uraiannya :

1. Rasio C/N

Rasio C/N adalah perbandingan antar bahan dasar kompos yang mengandung

karbon (C) dan Nitrogen (N). Perbandingan keduanya harus tepat yaitu sekitar

30/40 : 1.

2.Ukuran Bahan Kompos

Partikel bahan kompos akan mempengaruhi porositas serta luasnya

permukaan area kontak antara mikroba dengan bahan kompos. Ukuran ideal

potongan bahan mentah sekitar 4 cm. Potongan yang terlalukecil menyebabkan

timbunan menjadi padat sehingga tidak ada sirkulasi udara didalamnya.

3. Kelembapan

Kelembapan dalam tumpukan bahan baku kompos ditunjukkan dala

kadar air bahan, yaitu 30-40%. Tata udara yang baik akan menjadikan tumpukan

bahan baku tetap berada pada kisaran suhu dan kelembapan yang optimal.

Sementara itu pengomposan akan berlangsung optimum pada suhu 30-45℃.

25

Page 26: benar

4. Kandungan air dan oksigen

Kadar air bahan mentah idealnya 50-70%. Jika tumpukan kompos

kurang mengandung air, bahan akan bercendawan sehingga prses penguraian

bahan akan berlangsung lambat dan tidak sempurna. Karena itu,

untukmemastikan tidak adanya kelebihan dan kekurangan air, penting untuk

menjaga aerasi selama proses pengomposan dengan caa membuat lubang atau

celah di dasar atau bagian samping komposter agar sirkulasi udara terjaga.

5. Suhu

Aktivitas mikroba dapat menghasilkan panas pada poses

pengomposan. Peningkatan suhu berkaitan dengan konsumsi oksien dan akan

semakin cepat pula proses dekomposisi terjadi. Suhu berkisar 30-60℃

menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat.

6. Ph

Besaran pH saat proses pengomposan berlangsung berkisar 6,5-7,5.

Pada proses pengomposan, perubahan pH akan berlangsung ketika pengomposan

berhasil, dan pH akan berubah menjadi netral (7,0).

e. Cara Membuat Kompos

Cara membuat kompos ada dua cara yaitu secara alami dan buatan. Cara

pembuatan kompos alami tidak menambahkan bakteri dalam pembuatannya

sedangkan pada pembuatan kompos buatan menambahkan bakteri dalam

26

Page 27: benar

pembuatannya. Salah satu contoh bakteri yang digunakan dalam pembuatan kompos

buatan yaitu lactobacillus sp.

Cara pembuatan kompos alami yaitu: (1) Galilah lubang secukupnya

dengan kedalaman minimal 1 meter ; (2) Masukkan sampah organik ke dalam

lubang; (3) Lapisi sampah tersebut dengan jerami; (4) Tutuplah galian dengan tanah;

(5) Bila telah mencapai tujuh hari, bukalah galian tersebut, dan; (6) Sampah siap

digunakan sebagai kompos.

Sedangkan dalam pembuatan kompos buatan, kita menggunakan sebuah

reaktor mini dan bakteri. Di dalam reaktor inilah, sampah akan diurai oleh bakteri.

Secara sederhana cara pembuatan kompos buatan sebagai berikut. (1) Campurkan

sampah organik (daun lamtoro, daun tusuk konde, dedak, arang, ampas kelapa, pupuk

kandang) dan bakteri EM 4; (2) Masukkan adonan tersebut ke dalam reaktor mini; (3)

Biarkan selama 5-7 hari; (4) Kompos siap digunakan.

f. Standar Kualitas Kompos

Kualitas kompos sangat penting diperhatikan karena akan mempengaruhi

kondisi tanah dan tanaman yang menyerap unsur-unsur hara dalam kompos. Stabilitas

dan kematangan kompos merupakan istilah yang sering digunakan untuk menentukan

kualitas kompos. Menurut Darlington dalam Mulyani (2014:179) stabil itu kondisi

pada kompos yang sudah tidak lagi mengalami dekomposisi. Kompos stabil tidak lagi

mengkomsumsi oksigen dan nitrogen serta memproduksi panas secara signifikan.

27

Page 28: benar

Kestabilan dan kematangan kompos merupakan parameter yang sulit

terukur. Tingkat kematangan kompos dapat dilakukan dengan pengamatan sederhana

dilapangan. Cara-cara sederhana untuk mengetahui tingkat kematangan kompos

terurai yaitu (1) diciumi/dibaui seperti kompos yang sudah matang berbau seperti

tanah dan harum meskipun bahan bakunya terbuat dari sampah; (2) warna kompos

yang sudah matang adalah coklat kehitam-hitaman; (3) Penyusutan volume/bobot

kompos akan terjadi berat minimal 60 %; (3) tekstur kompos yang sudah matang

akan berbentuk butiran-butiran kecil (tekstur sangat halus).

g. Kelebihan dan Kelemahan Kompos

Peranan kompos sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Kompos tidak

hanya menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman

dapat tumbuh dengan baik. Kelebihan-kelebihan kompos dibandingkan pupuk kimia

menurut Mulyani (2014:152-153) antara lain yaitu (1) mengandung unsur hara mikro

dan makro yang lengkap; (2) meningkatkan porositas tanah; (3) mengurangi potensi

terjadinya pencucuian hara; (4) menggemburkan tanah; (5) memperbaiki struktur

tanah; (6) Hara yang ada lebih tersedia bagi tanaman; (7) meningkatkan pH tanah; (8)

mengurangi polusi udara karena pembakaran sampah; (9) mengurangi pencemaran air

Kesimpulan dari teori diatas yaitu prinsip pembuatan kompos pada

dasarnya sama seperti pembentukan humus di alam. Ada mikroorganisme yang

berperan dalam pembusukan sampah organik pada pembuatan kompos. pada

pembuatan kompos membutuhkan sampah organik warna hijau, sampah organik

28

Page 29: benar

warna coklat, dan wadah atau tempat (komposter). Faktor lain yang menunjang

keberhasilan kompos yaitu rasio c/n, ukuran bahan kompos, kelembapan, kandungan

air dan oksigen, suhu dan pH. Pembuatan kompos yang akan dilakukan dalam

penelitian ini yaitu (1) campurkan sampah organik dengan kotoran hewan/bakteri; (2)

masukkan adonan ke komposter; (3) biarkan selama 5-7 hari atau sebulan; (4)

kompos bisa digunakan. Standar kualitas kompos dapat dilihat dari ukuran partikel,

kandungan senyawa, kadar air, dan pH. Kelebihan yang dimiliki pupuk kompos yaitu

menggemburkan tanah, memperbaiki struktur tanah, mengurangi polusi udara dengan

pembakaran sampah.

4. Hubungan Lingkungan, Kompos, dan Model PjBL

Dalam membuat produk kompos kita telah memanfaatkan ligkungan

sebagai bahan pembuatan kompos, yaitu sampah organik yang sudah tidak terpakai

dapat diolah kembali. Sehingga dari sampah organik dapat menghasilkan produk

yang bermanfaat bagi lingkungan. Pemanfaatan lingkungan untuk membuat kompos

dapat memotivasi siswa menimbulkan kebiasaan untuk peduli dan mencintai

lingkungan.

Pada pembelajaran ini, siswa membuat kompos dengan memanfaatkan

sampah organik di lingkungan sekolah maupun yang ada di lingkungan rumah siswa,

seperti daun kering, sisa sisa sayuran, buah busuk, rumput, dan lain sebagainya.

Dalam pembelajaran agar proses belajar bermakna diperlukan model pembelajaran

29

Page 30: benar

yang dapat melibatkan secara aktif. Salah satunya adalah model PjBL yang

berorientasi pada suatu proyek.

5. Hasil Belajar

Winarni (2012:138), menyatakan bahwa hasil belajar adalah hal yang dapat

dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Menurut sisi siswa, hasil belajar

merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat

sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis

ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan pada sisi guru, hasil belajar

merupakan saat terselesaikan bahan pelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar

dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya

pencapaian tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.

Dalam implementasi kurikulum 2013 untuk jenjang SD, Kemendikbud

(2014: 18) menyatakan bahwa memadukan lintasan taksonomi sikap (attitude) dari

Kratwohl, keterampilan (skill) dari Dyers, dan pengetahuan (knowledge) dari Bloom

dengan revisi oleh Anderson. Taksonomi sikap (attitude) dari Krathwohl meliputi:

accepting, responding, valuing, organizing/internalizing, dan

characterizing/actualizing. Taksonomi keterampilan (skill) dari Dyers meliputi:

observing, questioning, experimenting, associating, dan communicating. Taksonomi

pengetahuan (knowledge) dari Bloom dengan revisi oleh Anderson meliputi:

knowing/remembering, understanding, appliying, evaluating, dan creating.

30

Page 31: benar

Ranah sikap berkenaan dengan sikap yang terdiri dari 5 aspek antara lain

menerima, menanggapi, menilai, mengelola, dan menghayati. Kelima aspek tersebut

berjenjang, artinya dalam menentukan ketepatan reaksi, perasaan, kepuasaan dalam

menjawab stimulus termasuk dalam bentuk masalah, situasi,gejala, dan lain-lain.

Keterpaduan suatu sistem nilai yang telah dimiliki, mempengaruhi pola kepribadian

dan tingkah laku siswa dalam keterpaduannya siswa mengembangkan nilai kedalam

satu sistem organisasi.

Ranah keterampilan berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak yang terdiri dari 4 aspek antara lain menirukan, memanipulasi,

pengalamiahan, artikulasi. Keempat aspek tersebut berjenjang, artinya menampilkan

sesuatu menurut petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja melainkan

mengembangkan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan

pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan dengan mengamati suatu

gerakan lalu mulai memberikan respons serupa yang diamati. Hasil belajar akan

melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afekif maelalui penguatan

sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terintegrasi.

Anderson dan Krathwohl dalam Winarni (2012:139) membagi ranah

kognitif (pengetahuan) meliputi dua dimensi, yaitu kognitif proses dan kognitif

produk. Kognitif proses terdiri dari enam aspek yakni ingatan (C1), pemahaman (C2),

penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi, (C5), dan aspek kreasi atau mencipta (C6).

Keenam aspek kognitif tersebut berjenjang, artinya mengkonstruk makna dari

31

Page 32: benar

berbagai informasi yang ditangkap panca indera dilakukan mengenali dan mengingat

kembali waktu, kejadian, dan peristiwa penting. Dalam kurikulum 2013 kognitif

produk untuk sekolah dasar meliputi pengetahuan faktual dan konseptual. Adapun

kognitif proses dalam kurikulum 2013 terdiri dari enam aspek, yaitu: (1) ingatan

(knowing/remembering); (2) pemahaman (understanding); (3) penerapan

(appllying); (4) analisis (analyzing); (5) evaluasi (evaluating); dan (6) kreasi atau

mencipta (creating). Keenam aspek pengetahuan tersebut bersifat berjenjang,

artinya mengkonstruk makna dari berbagai informasi yang ditangkap panca

indera dilakukan melalui mengenali dan mengingat kembali waktu, kejadian, dan

peristiwa penting. Untuk menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam

keadaan tertentu dapat dilakukan setelah menafsirkan, mencontohkan,

mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan serta

menjelaskan.

Menurut Abidin (2014:20) ditinjau dari standar proses, sasaran

pembelajaran dalam kurikulum 2013 mencakup pengembangan ranah sikap,

pengetahuan dan keterampilan yang dielaborasikan untuk setiap satuan pendidikan.

Pada elemen standar penilaian, penilaian hasil belajar siswa mencakup kompetensi

sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga

dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap siswa terhadap standar yang

telah ditetapkan. Penilaian hasil belajar kurikulum 2013 dilakukan dengan bentuk

penilaian otentik yang meliputi penilaian diri, penilaian proyek, penilaian portofolio,

32

Page 33: benar

penilaian proses dan penilaian performa.

Dalam penilaian sikap menurut Kemendikbud (2014:44) contoh muatan

KI-1(sikap spiritual) antara lain: ketaatan beribadah, berperilaku syukur, berdoa

sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Sedangkan muatan KI-2 (sikap sosial)

antara lain: jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,peduli dan percaya diri. Penilaian

aspek sikap dilakukan dengan melalui observasi, penilaian diri, penilaian antarteman

dan jurnal. Penilaian aspek pengetahuan dapat dinilai dengan cara tes tertulis, tes

lisan dan penugasan. Penilaian keterampilan dapat dinilai dengan penilaian kinerja,

penilaian proyek, dan penilaian portofolio.

Dalam pembelajaran model PjBL pembuatan kompos, hasil belajar siswa

pada aspek sikap dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan penilaian

diri. Pada aspek pengetahuan dilakukan dengan penelitian dilakukan dengan

penilaian tes tertulis soal uraian. Sedangkan pada aspek keterampilan dilakukan

dengan penilaian kinerja.

B. Penelitian Relevan

1. “Pengaruh Model PjBL terhadap hasil belajar IPS kelas V Siswa SD Negeri

30 Pontianak Selatan” oleh Erika Manda sari (2015). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa model project based learning memberikan pengaruh

yang tinggi terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 30

Pontianak selatan.

33

Page 34: benar

2. Pengaruh penggunaan model project based Learning (PjBL) terhadap

kreativitas berpikir Siswa pada konsep lingkungan di SD Se-kecamatan

Cileunyi oleh Endang Sri Wardani (2015). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kreativitas berpikir

siswa yang belajar dengan menggunakan model PjBL dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional.

C. Kerangka Pikir

Keberhasilan pembelajaran Tematik tidak hanya tergantung pada satu

faktor saja. Untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan seluruh faktor yang

mendukung proses pembelajaran dilaksanakan dengan maksimal. Pelaksanaan

pembelajaran tematik tidak akan berhasil apabila penunjang yang lain seperti model

pembelajaran yang tidak tepat.

Pembelajaran tematik akan monoton apabila model pembelajaran yang

digunakan masih model pembelajaran konvensional. Disamping itu guru belum

menggunakan variasi dalam mengajar seperti menerapkan model-model

pembelajaran yang bisa berpengaruh terhadap hasil belajar dan sikap peduli

lingkungan siswa.

Salah satu alternatif untuk menjadikan pembelajaran yang bermakna dan

tidak membosankan maka peneliti bersama guru akan menggunakan model

pembelajaran PjBL guna melihat pengaruh hasil belajar dan sikap peduli lingkungan

setelah diterapkannya model pembelajaran PjBL ini dalam proses pembelajaran.

34

Page 35: benar

Diharapkan dengan model pembelajaran PjBL ini siswa dapat merasakan manfaat

pembelajaran yang selama ini terkesan hapalan semata dan hanya duduk diam

mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru dan guru pun tidak melihat apa

yang dibutuhkan siswa. Selain itu dengan model PjBL ini hendaknya dapat

mengembangkan keterampilan berpikir dengan keterampilan berkomunikasi. Tidak

hanya itu model pembelajaran PjBL ini akan mengembangkan sikap sosial antar

teman sebaya dan sikap peduli lingkungan dan yang paling utama yaitu dapat

memungkinkan meningkatkan hasil belajar siswa.

Maka untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen (VA) dan kelas kontrol (VD) SDN

11 Kota Bengkulu sedangkan kelas uji coba instrumen yaitu kelas VB dan VC SDN

74 Kota Bengkulu. Peneliti juga menggunakan pretest dan posttest untuk melihat ada

tidaknya pengaruh model pembelajaran PjBL tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh model Pembelajaran PjBL terhadap hasil belajar dan sikap

peduli lingkungan siswa kelas V SDN 11 Kota Bengkulu

35

Page 36: benar

Bagan 2.1 Kerangka Pikir

36

Pembelajaran Tematik

Siswa kelas V SD Negeri 11 Kota Bengkulu

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pembelajaran dengan model PjBLPembelajaran secara Konvensional

Pembelajaran PjBL

1. Kegiatan awal

Penentuan pertanyaan mendasar

2. Kegiatan Inti

a. Siswa dibagi kedalam kelompok secara heterogen

(kemampuan akademik dan jenis kelamin)

b. Mendesain perencanaan proyek

Siswa mendiskusikan rencana proyek kompos yang akan dilakukan serta bahan dan alat yang akan digunakan

c. Menyusun jadwal

Guru membantu siswa menyusun jadwal pelaksanaan proyek pembuatan kompos sederhana

d. Memonitor siswa dan kemajuan proyek

e. Menguji hasil

Siswa dalam kelompok mempresentasikan proyek kompos sederhananya dikompos.

3. Kegiatan Penutup

Mengevaluasi pengalaman

merefleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek kompos sederhana yang sudah dijalankan.

Pembelajaran Konvensional

1. Kegiatan Awal

Persiapan

2. Kegiatan Inti

Mengamati gambar yang ada di buku (mengamati)

Tanya jawab mengenai (bertanya)

Menyampaikan pendapat (mengkomunikasikan,

menalar)

a. Setelah menumbuhkan stimulasi, siswa diminta

untuk belajar pada kelompoknya masing-masing.

b. Kelompoknya dibagi berdasarkan kesenangan

siswa (siswa yang memilih sendiri kelompoknya).

c. Siswa menjawab LKS.

d. Melaporkan hasil kerja.

3. Kegiatan Penutup

Menyimpulkan pembelajaran

mengevaluasi

Hasil Belajar aspek sikap, pengetahuan dan

keterampilan siswa

Page 37: benar

D. Asumsi dan Hipotesis

1. Asumsi

Peneliti memiliki asumsi: (1) bahwa implementasi kurikulum 2013

menggunakan pembelajaran tematik yaitu melalui pendekatan ilmiah

(scientific approach) dalam sistem pembelajaran yang mampu mendorong siswa

untuk aktif dalam menggali informasi dan menemukan konsep baik secara

individu maupun kelompok (2) Model PjBL yang berawal dari proses inquiry

dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun dan membimbing siswa

ke dalam sebuah proyek/kegiatan ilmiah siswa dan siswa yang melakukan

desain perencanaan proyek, menyusun jadwal, dan penyelesaian proyek mampu

memicu keaktifan siswa dan meningkatkan hasil belajar aspek sikap,

keterampilan, dan pengetahuan siswa.

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini ada 3 rumusan, yaitu

sebagai berikut:

1)Ha :Terdapat pengaruh hasil belajar aspek sikap yang signifikan antara

siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran

PjBL dengan pembelajaran secara konvensional pada pembelajaran

tematik di kelas V SDN 11 Kota Bengkulu.

2)Ha :Terdapat pengaruh hasil belajar aspek pengetahuan yang signifikan

antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model

37

Page 38: benar

pembelajaran PjBL dengan pembelajaran secara konvensional pada

pembelajaran tematik di kelas V SDN 11 Kota Bengkulu.

3)Ha :Terdapat pengaruh hasil belajar aspek keterampilan yang signifikan

antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model

pembelajaran PjBL dengan pembelajaran secara konvensional pada

pembelajaran tematik di kelas V SDN 11 Kota Bengkulu.

38

Page 39: benar

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 11 Kota Bengkulu. Jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Menurut Winarni (2011:

48) penelitian eksperimen merupakan penelitian sistematis, logis dan teliti untuk

melakukan kontrol terhadap kondisi dengan peneliti memanipulasi stimuli,

kondisi ekperimental, kemudian dengan mengobservasi pengaruh akibat

perlakuan. Selanjutnya menurut Winarni (2011: 48) penelitian eksperimen

bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan, memprediksi kejadian dalam

eksperimental, serta mennarik generalisasi hubungan-hubungan antar variabel.

Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi

Experimental design

Desain penelitian ini yaitu The Matching only Pretest-Posttest Control

Group Design. Menurut Winarni The Matching only Pretest-Posttest Control

Group Design (2011: 53) mempunyai karakteristik yaitu (1) pencocokan terhadap

subyek pada kelompok kontrol dan eksperimen; (2) dilakukan pretest and posttest;

(3) tidak menjamin terpenuhi ekuivalensi; (4) proses matching tidak secara

random; (5) generalisasi lemah.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya pengaruh hasil

belajaraspek sikap, aspek pengetahuan dan aspek keterampilan siswa dengan

menggunakan model pembelajaran yang berbeda yang diuji dalam di dalam kelas

yang berbeda yaitu kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional dan

kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran PjBL.

39

Page 40: benar

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Arikunto (2010:173) mengungkapkan bahwa populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian. Menurut Fraenkel dan Wallen dalam

Winarni (2011:94) populasi merupakan kelompok yang menarik peneliti,

dimana kelompok tersebut oleh peneliti dijadikan sebagai obyek untuk

menggeneralisasikan hasil penelitian.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah

keseluruhan obyek yang memiliki kualitas, kuantitas, serta karakteristik untuk

digeneralisasikan hasil penelitiannya. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas V SD Negeri 11 Kota Bengkulu berjumlah 108 siswa yang

terbagi menjadi 4 kelas. Berikut rincian jumlah siswa kelas V SD Negeri 11 Kota

Bengkulu yaitu kelas VA berjumlah 26 siswa, kelas VB berjumlah 27 siswa, kelas

VC berjumlah 28 siswa dan kelas VD berjumlah 27 siswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi. Untuk menentukan kelas

eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling.

Menurut Winarni (2011: 106), teknik Cluster Random Sampling digunakan jika

dijumpai populasi yang heterogen diman sub populasi merupakan suatu kelompok

yang mempunyai sifat heterogen. Sebelum penentuan sampel telah dilakukan uji

homogenitas sampel. Berdasarkan hasil dari uji homogenitas, diperoleh kelas VA

SD Negeri 11 Kota Bengkulu sebagai kelas eksperimen dengan menerapkan

model PjBL dan kelas VB SD Negeri 04 Kota Bengkulu sebagai kelas kontrol

40

Page 41: benar

dengan menerapkan model konvensional. Pada kelas kontrol pada awalnya dipilih

kelas VD di SD Negeri 11 Kota Bengkulu karena untuk menghindari hasil

penelitian yang bias (menyimpang dari yang sebenarnya) maka kelas kontrol

diambil dari SD yang berbeda dari kelas eksperimen. Sedangkan kelas VB dan

kelas VC sebagai kelas uji coba instrumen. Berikut rincian kelas eksperimen,

kelas kontrol dan kelas uji coba instrumen.

Tabel 3.1 rincian kelas yang digunakan sebagai kelas eksperimen, kelas kontrol dan kelas uji coba instrumen

No Kelas Jumlah Siswa

Sampel

1. VA 26 Kelas eksperimen2. VB 27 Kelas Uji coba instrumen3. VC 28 Kelas Uji coba instrumen4. VD 27 Kelas Kontrol

Jumlah 108

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi objek penelitian

(Winarni, 2011:81). Variabel dapat diartikan sebagai suatu konsep yang memiliki

nilai ganda, atau dengan perkataan lain suatu faktor yang jika diukur akan

menghasilkan skor yang bervariasi. Dalam penelitian ini terdapat variabel, sebagai

berikut:

a. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Pada penelitian ini

variabel bebas yaitu model PjBL.

41

Page 42: benar

b. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena variabel bebasnya. Dalam penelitian ini variabel terikat adalah

hasil belajar aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa.

D. Definisi Operasional

Peneliti akan mencoba mendeskripsikan definisi operasional dari judul

sebagai berkut:

a. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema

untuk mengaitkan mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman

yang bermakna kepada siswa. Tema yang digunakan dalam penelitian yaitu

“tema 8. Ekosistem”subtema 3. Memelihara Ekosistem” pembelajaran 5

dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, Bahasa Indonesia dan SBdP.

b. Dalam penelitian ini kompetensi dasar (KD) yang dibahas yaitu:

1. IPA KD 3.6 aktivitas yang dilakukan siswa menyebutkan usaha-usaha

memelihara ekosistem di lingkungan sekitar

2. IPA KD 4.6 aktivitas yang dilakukan siswa menyajikan hasil pengamatan

dengan membuat laporan pemeliharaan ekosistem di lingkungan manusia.

3. Bahasa Indonesia KD 3.1 aktivitas yang dilakukan siswa menuliskan

informasi dari teks laporan buku tentang usaha-usaha memelihara

ekosistem di lingkungan manusia.

4. Bahasa Indonesia KD 4.1 aktivitas yang dilakukan siswa membuat

laporan tertulis tentang usaha-usaha memelihara ekosistem.

5. SBdP KD 3.1 aktivitas yang dilakukan siswa memahami prinsip-prinsip

seni dalam berbagai karya seni rupa.

42

Page 43: benar

6. SBdP KD 4.1 aktivitas yang dilakukan siswa melakukan pengamatan

terhadap suasana lingkungan sekitar untuk membuat gambar ilustrasi.

c. Model PjBL merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek

sebagai media dalam pembelajaran. Langkah-langkah operasional penerapan

model PjBL adalah (1) penentuan pertanyaan mendasar mengenai lingkungan

sekitar; (2) menyusun perencanaan proyek yaitu produk kompos; (3) guru dan

siswa menyusun jadwal timeline menyelesaikan produk kompos yaitu waktu

pelaksanaan 1 minggu; (4) penyelesaian produk kolase pada hari yang telah

ditentukan; (5) menguji hasil produk kompos dengan memprsentasikan hasil

produk kompos; dan (6) mengevaluasi pengalaman dilakukan untuk

merefleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek.

d. Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organik yang berupa daun

lamtoro, daun tusuk konde, dedak, arang, ampas kelapa, pupuk kandang, air

dan tambahan bakteri EM 4 untuk mempercepat pembusukan.

e. Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental

tersebut pada aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Aspek sikap yang

digunakan yaitu sikap percaya diri, peduli lingkungan dan menghargai

sesama. Aspek keterampilan yang diobservasi yaitu melakukan percobaan

kompos, menentukan bahan dan alat dalam pembuatan kompos dan membuat

laporan percobaan kompos.

43

Page 44: benar

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian kuantitatif, umumnya peneliti menggunakan instrumen

(alat ukur) untuk mengumpulkan data. Instrumen penelitian adalah alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat,

lengkap dan sistematis (Riduwan, 2011:77). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu lembar tes, observasi dan dokumentasi.

1. Lembar Tes

Tes yang digunakan dalam mengukur hasil belajar siswa berbentuk

soal essai, yang terdiri dari pretest dan posttest. Soal tes diberikan kepada semua

sampel sesuai dengan konsep yang diberikan selama perlakuan berlangsung.

Lembar tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar aspek kognitif dalam

penelitian ini. Lembar tes akan diuji cobakan pada siswa kelas VB di SD Negeri

74 Kota Bengkulu. Uji lembar tes dilakukan pada kelompok yang sedang atau

telah mempelajari materi yang akan dijadikan penelitian. Tes hasil belajar yang

digunakan akan diuji validitas. Reliabilitas, taraf kesukaran dan daya beda

soalnya.

a. Uji Validitas

Validitas adalah mengukur atau menilai apa yang hendak diukur atau

dinilai (Mulyasa, 2009: 214). Sejalan dengan menurut Winarni, (2011: 193)

Sebuah tes valid bila tes dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Teknik

44

Page 45: benar

yang digunakan untuk mengukur validitas soal adalah teknik korelasi product

moment angka kasar. Rumusnya adalah:

N∑ xy−¿¿

√N∑ X2−¿¿¿

Keterangan:

r = angka indeks korelasi r product moment

∑ xy=¿ jumlah hasil perkalian antara x dan y

∑ x=¿ jumlah skor (x)

∑ y=¿ jumlah skor total (y)

N = jumlah seluruh sampel

Interpretasi besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

0,80-1,00 : validitas sangat tinggi

0,60-0,80 : validitas tinggi

0,40-0,60 : validitas cukup

0,20-0,40 : validitas rendah

0,00-0,20 : validitas rendah atau tidak valid

(Winarni, 2011: 193-194)

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menurut Mulyasa, (2009: 214) yaitu ketetapan hasil yang

diperoleh seorang siswa bila dites kembali dengan hasil yang sama. Sedangkan

Arikunto (2010: 221) menyatakan reliabilitas menunjuk pada satu pengertian

bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul

45

r =

Page 46: benar

data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat

keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.

Adapun rumus yang digunakan yaitu:

r11= [k ¿k −¿1]¿

Keterangan:

r11= reliabilitas instrumen

k = banyaknya soal

∑ σ b2 = jumlah varian butir

σ t 2 = varian total

Dengan kriteria jika r11 ≥ 0,70 maka tes reliabel (dapat dipercaya)

jika r11 < 0,70 maka tes tidak reliabel (dibuang)

(Winarni, 2011:177)

c. Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring

banyaknya subjek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan benar. Jika banyak

subjek peserta tes yang dapat menjawab dengan benar, maka taraf kesukaran tes

tersebut rendah. Sebaliknya, jika hanya sedikit dari subyek yang menjawab

dengan benar, maka taraf kesukarannya tinggi.

Taraf kesukaran dinyatakan dengan P dan dicari dengan rumus:

Taraf Kesukaran:

P = BJS

46

Page 47: benar

Keterangan:P = indeks kesukaranB = banyak siswa yang menjawab benar

JS = jumlah seluruh siswa peserta tesKriteria indeks kesukaran:

0,0-0,3 = sukar

0,3-0,7 = sedang

0,7-1,0 = mudah

(Winarni, 2011: 179)

d. Daya Pembeda

Daya pembeda tes adalah kemampuan tes tersebut untuk memisahkan

antara subjek yang pintar dan subjek yang kurang pintar.

Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda setiap butir tes adalah:

Daya Pembeda:

D = J BA

J A -

J BB

J B

Keterangan:J = jumlah peserta tesJ A= banyaknya peserta kelompok atasJB= banyaknya peserta kelompok bawahJBA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benarJBB= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria daya beda:0,0 – 0,2 = jelek0,2 – 0,4 = cukup0,4–0,7 = baik0,7 –1,0 = baik sekali

(Winarni, 2011: 179)

47

Page 48: benar

2. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah alat penilaian yang digunakan untuk

mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang

akan diamati (Sudjana. 2009: 84). Observasi ini dilakukan pada saat proses

pembelajaran berlangsung. Pada penelitian ini lembar observasi yang digunakan

adalah lembar observasi sikap terbagi menjadi lembar penilaian observasi dan

lembar penilaian diri dalam aspek sikap dan lembar penilaian kinerja dalam aspek

keterampilan. Observasi terhadap siswa ini bertujuan untuk mengamati atau

melihat bagaimana aktivitas/kegiatan selama mengikuti pembelajaran dengan

menerapkan model project based leraning (PjBL).

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata Dokumen yang artinya barang-barang

tertulis. Guba Lincoln dalam Winarni (2011: 156-157) mengatakan bahwa

dokumen adalah setiap bahan tertulis atau pun film yang digunakan untuk

keperluan penelitian, karena alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan

sebagai berikut: (1) dokumen merupakan sumber yang stabil; (2) berguna sebagai

bukti untuk pengujian. Instrumen penelitian yang berupa dokumentasi yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu nilai ulangan bulanan kelas V SD Negeri 11

Kota Bengkulu, hasil belajar aspek sikap (lembar observasi sikap dan penilaian

diri siswa), hasil belajar spek pengetahuan (pretest dan posttest), hasil belajar

aspek keterampilan (penilaian kinerja) dan dokumentasi foto kegiatan

pembelajaran.

48

Page 49: benar

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dan menjadi alat bantu yang

dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar

kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Riduwan,

2011:69).

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini

adalah tes dalam bentuk pretest, posttest, dan lembar observasi siswa. Sumber

data adalah seluruh sampel dimana setiap diri siswa diminta untuk menjawab soal-

soal pada lembar tes.

1. Tes

a. Pretest

Dalam Sudijiono (2011: 69) menyataan bahwa pretest dilaksanakan

dengan tujuan untuk mengetahui apakah sejauh mana materi atau bahan pelajaran

yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh siswa. Pretest ini dilakukan untuk

mengetahui varian sampel penelitian.

b. Posttest

Dalam Sudijono (2011: 70) menyatakan bahwa posttest atau tes akhir

dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran

yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para

49

Page 50: benar

siswa. Soal tes akhir ini adalah bahan-bahan pelajaran yang terpenting, yang telah

diajarkan kepada para siswa. Dengan demikian dapat diketahui apakah tes akhir

lebih baik, sama, ataukah lebih jelek daripada hasil tes awal. Jika hasil tes akhir

itu lebih baik daripada tes awal, maka dapat diartikan bahwa pembelajaran telah

berjalan dan berhasil dengan sebaik-baiknya.

2. Observasi

Menurut Winarni (2011: 148) observasi merupakan metode

pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian.

Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pada

penelitian ini observasi dilakukan secara langsung yang dilakukan peneliti.

Observasi ini dimaksudkan agar peneliti dapat mengetahui keterlaksanaan

pembelajaran menggunakan model PjBL pada siswa di kelas VA SDN 11 Kota

Bengkulu.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data dengan mencatat data-

data yang sudah ada (Winarni, 2011: 156). Dokumentasi dalam penelitian ini

berupa nilai hasil belajar ulangan bulanan siswa dan foto kegiatan.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitiam ini yaitu analisis

deskriptif, uji prasyarat hipotesis dan analisis inferensial.

50

Page 51: benar

1. Analisis Deskriptif

Sugiyono (2011: 207-208) analisis deskriptif digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang

telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Termasuk dalam analisi deskriptif

antara lain adalah penyajian data melalui tabel, perhitungan skor rata-rata (mean),

varian, dan lain-lain.

a. Perhitungan Varian

Untuk menghitung varian menggunakan rumus:

S2= n∑ fix i2−¿ (∑ fixi)2

n(n-1)

Keterangan:

n = banyak sampel

∑ fix i = jumlah dari hasil perkalian fi

S2 = varian

b. Analisis Deskriptif Hasil Belajar

1. Deskriptif untuk Hasil Belajar Aspek Sikap

Penilaian aspek sikap dilakukan dengan penilaian observasi sikap.

Penilaian observasi sikap merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara terus

menerus dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak

langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator

perilaku yang diamati (rasa ingn tahu dan peduli lingkungan). Hal ini dilakukan

saat pembelajaran maupun di luar pembelajaran.

51

Page 52: benar

2. Deskriptif Untuk Hasil Belajar Aspek Keterampilan

Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui penilaian kinerja.

Penilaian kinerja merupakan ragam penilaian yang cukup luas yang

menggambarkan seluruh kemampuan berpikir siswa semenjak awal pembelajaran,

kemampuan siswa bekerja selama proses pembelajaran, dan kemampuan

pemahaman siswa di akhir pembelajaran. Penilaian kinerja menggunakan

instrumen daftar ceklist dengan deskriptor yang telah dibuat peneliti.penilaian

dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung yaitu pada saat siswa

membuat kompos.

3. Deskriptif Untuk Hasil Belajar Aspek Pengetahuan

Penilaian pengetahuan merupakan penilaian yang dilakukan untuk

mngukur pengetahuan yang dimiliki siswa. Penilaian aspek pengetahuan

dilakukan melalui tes tertulis. Tes tertulis adalah tes yang bentuknya berupa soal

dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk bahan tulisan. Tes tertulis

yang digunakan berbentuk uraian atau esai (pretest dan posttest) menuntut siswa

mampu meliputi tahap ingtan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi,

mencipta atas materi yang dipelajarinya.

2. Uji Prasyarat Hipotesis

a. Uji Normalitas

Arikunto (2010: 301) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan uji

normalitas sampel adalah mengadakan pengujian terhadap normal tidaknya

sebaran data yang akan dianalisis. Untuk mengetahui bahwa data yang diambil

52

Page 53: benar

berasal dari populasi berdistribusi normal digunakan rumus chi-kuadrat untuk

menguji hipotesis. Hipotesis nol (H0) pengujian ini menyatakan bahwa sampel

data berasal dari populasi berdistribusi normal melawan hipotesis tandingan (Ha)

yang menyatakan bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.

Dengan rumus chi kuadrat sebagai berikut:

x2=∑ ( f 0− f h )2

f h

Dimana:

x2 : Uji chi kuadrat

f0 : data frekuensi yang diperoleh dari sampel x

fh : frekuensi yang diharapkan dalam populasi

Hipotesis diterima atau ditolak dengan membandingkan x2h itung dengan

nilai kritis x2tabel pada taraf signifikan 5 % dengan kriterianya adalah H0 ditolak

jika x2h itung>¿ x2tabel dan H0 tidak dapat ditolak jika x2h itung≤ x2tabel.

Arikunto (2009: 312-314)

b. Uji Homogenitas

Apabila diketahui data berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya

adalah melakukan uji homogenitas varian. Hipotesis statistik yang digunakan

adalah sebagai berikut:

H0: μ12= μ22

Ha: μ12≥ μ22

53

Page 54: benar

H0 adalah hipotesis yang menyatakan skor kedua kelompok memiliki

varian yang sama, dan Ha adalah hipotesis yang menyatakan skor kedua

kelompok memiliki varian yang tidak sama.

Uji homogenitas dilakukan dengan menghitung statistik varian melalui

perbandingan varian terbesar dengan varian terkecil antara kedua kelompok kelas

sampel. Sugiyono (2011:276) menyatakan rumus yang digunakan sebagai berikut:

Fhitung = VarianterbesarVarian terkecil

Sampel dikatakan memiliki varian homogen apabila Fhitung lebih kecil

dari Ftabel pada taraf sinifikan 5 %. Secara matematis dituliskan Fhitung < Ftabel pada

derajat kebebasan (dk) pembilang (varian terbesar) dan derajat kebebasan (dk)

penyebut varian terkecil).

3. Analisis Inferensial

Arikunto (2010: 298) menyatakan bahwa statistik inferensial berfungsi

untuk menggenaralisasikan hasil penelitian yang dilakukan pada sampel bagi

populasi. Lebih lanjut Sugiyono (2011 : 209) menyatakan bahwa inferensial

adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan

hasilnya diberlakukan untuk populasi. Untuk data penelitian ini akan dianalisis

menggunakan uji-t dua sampel independent.

Menurut Sugiyono (2011: 137-139), bila n1 ≠ n2 dan varian homogen,

maka pengujian hipotesis dapat menggunakan rumus uji-t dengan pooled varian

untuk dua sampel independent sebagai berikut:

54

Page 55: benar

t = x1− x2

√( n1−1 ) s12+(n2−1 ) s2

Keterangan:

t = nilai t hitung

x1 = skor rata-rata kelompok 1

x2 = skor rata-rata kelompok 2

n1 = jumlah sampel kelompok 1

n2 = jumlah sampel kelompok 2

S12 = Varian kelompok 1

S22 = Varian kelompok 2

Jika nilai t hitung > t tabel pada taraf signifikan 5 % dan derajat

kebebasan (dk) = n1+n2−2, maka terdapat pengaruh yang signifikan. Lebih lanjut

dalam Sugiyono (2011: 153) menjelaskan bahwa bila asumsi t-test tidak terpenuhi

(misalnya data harus normal) maka untuk menguji hipotesis digunakan statistik

nonparametrik dua sampel independent yaitu menggunakan persamaan Mann-

Whitney U-Test.

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat disimpulkan apakah

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Adapun

hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:

H0: μ12= μ22

Ha: μ12≥ μ22

Dimana, H0 adalah hipotesis yang menyatakan rerata skor kelas

eksperimen ( μ1) sama dengan rerata skor kelas kontrol ( μ2). Berarti tidak terdapat

55

n1+n2−2 ( 1n1

+1n2 )

Page 56: benar

pengaruh terhadap hasil belajar siswa yang signifikan antara kelompok kelas

eksperimen yang menggunakan model PjBL dengan kelompok kelas kontrol yang

menggunakan pembelajaran secara konvensional.

Ha adalah hipotesis yang menyatakan rerata skor kelas eksperimen ( μ1)

lebih besar dibandingkan dengan rerata skor kelas kontrol ( μ2). Berarti terdapat

pengaruh terhadap hasil belajar siswa yang signifikan antara kelompok kelas

eksperimen yang menggunakan model PjBL dengan kelompok kelas kontrol yang

menggunakan pembelajaran secara konvensional.

Dalam pengujian hipotesis kriteria untuk menolak atau tidak menolak

H0 berdasarkan nilai t tabel pada taraf signifikan 5%,jika t hitung > t tabel maka H0

ditolak dan jika t hitung ≤ t tabel H0 tidak dapat ditolak.

56

Page 57: benar

42