benahi angkutan umum - ftp.unpad.ac.id filekliping kertas yang terlihat sudah banyak yang rusak dan...

1
S UASANA sepi menyeruak saat memasuki pintu utama Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di kompleks Taman Ismail Marzuki, Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat. Bangunannya yang ‘nyempil’ di belakang Gedung Planetarium membuatnya seolah terkesampingkan dari bangunan-bangunan lain di kompleks tersebut. Ruangan seluas 400 meter persegi yang menjadi tempat penyimpanan buku dan artikel lama itu juga terlihat tidak tertata rapi. Di berbagai sudut ruangan terlihat tumpukan koran, artikel, dan buku-buku lama karena tidak adanya rak penyimpanan. Kondisi koleksi di dalam perpustakaan semakin lama semakin memprihatinkan. Misalnya saja ribuan map tempat penyimpanan kumpulan kliping kertas yang terlihat sudah banyak yang rusak dan harus diganti. Kepala Perpustakaan periode 2000-2010 Endo Senggono menuturkan, permasalahan utama yang dihadapi perpustakaan adalah perawatan buku-buku dan klipingan artikel yang jumlahnya tidak kurang dari 50 ribu judul. “Perawatan DKI Jakarta yang mereka terima semakin lama semakin berkurang. Minimnya subsidi juga membuat pihaknya terpaksa mengurangi jumlah karyawan dari 20 menjadi 14 orang saja. “Sembilan pekerja di sini bukan PNS, jadi sangat tergantung pada subsidi itu,” ujar pria yang sudah bekerja di perpustakaan itu sejak 1987. Perpustakaan yang telah MEMERIKSA: Petugas memeriksa kumpulan karya sastra di Pusat Dokumentasi Sastra HB Yasin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, kemarin. MI/TRI HANDIYATNO Benahi Angkutan Umum SELAMAT SARAGIH K EMACETAN Ibu Kota masih bisa diatasi de- ngan membenahi dan mengambil alih pengelolaan angkutan umum. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI dapat menerapkan standar pelayanan sesuai dengan kebu- tuhan pengguna jika menguasai transportasi umum. Saran itu disampaikan Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia Tri Tjahjono dalam diskusi sehari Problematika dan Solusi Efektif Mengatasi Kemacetan Jakarta di Hotel Aca- cia, Kramat Raya, Jakarta Pusat, kemarin. Menurut Tri, standar minimal angkutan umum harus dijalan- kan. “Paling penting menyang- kut ketepatan waktu. Warga naik sepeda motor karena tidak ada pilihan. Kalau enak, peng- guna akan pindah ke angkot,” jelasnya. Tri Tjahjono melihat di lapang- an, Pemprov DKI seolah bersaing Kemacetan Jakarta merugikan masyarakat sekitar Rp4,5 miliar per hari. dengan Organda terkait dengan rute. Padahal rute bukan milik pribadi. Rute dikeluarkan Pem- prov DKI. Jadi Pemprov DKI bisa mengatur rute asalkan memiliki semua angkutan umum. Pengamat transportasi ITB Of- yar Z Tamin mengamini selama ini Pemprov DKI tidak bersikap dalam mengurai kemacetan Jakarta. Pengguna memilih ang- kutan pribadi karena Pemprov DKI gagal mengatur angkutan umum konvensional. Permasalahan transportasi, lanjutnya, adalah pertumbuhan kendaraan yang tinggi tidak diimbangi jaringan jalan. Pan- jang perjalanan semakin jauh, integrasi antarmoda buruk, disiplin berlalu lintas buruk, serta tingginya pertumbuhan pusat kegiatan baru di jaringan arteri memperparah kondisi kemacetan. “Ini harus segera diselesai- kan. Salah satu caranya ada- lah pembangunan transportasi yang terintegrasi dengan pusat kegiatan masyarakat. Ini akan memangkas penggunaan kenda- raan pribadi. Transportasi harus memberikan kepastian waktu bagi pengguna,” tekan Ofyar. Menurutnya, akibat kemacet- an, warga Jakarta dirugikan sekitar Rp4,5 miliar per hari. Itu baru dari hitungan bahan ba- DPRD Lalai Alokasikan Dana Hibah RENDAHNYA alokasi dana yang diterima Pusat Doku- mentasi Sastra (PDS) HB Jas- sin ternyata tidak lepas dari ketidakcermatan DPRD DKI memeriksa usulan alokasi dana hibah yang diberikan Pemprov DKI tiap tahun. Anggota Komisi E DPRD DKI Wanda Hamidah mengaku lalai saat penetapan besaran jumlah dana tersebut dalam Surat Kepu- tusan (SK) Gubernur DKI Jakarta No 215/2011 tentang Penetapan Belanja Hibah, Bantuan Sosial dan Bantuan Keuangan untuk Ormas, Anggota Masyarakat, maupun Parpol. “Kami mengakui lalai untuk memeriksa pembagian alokasi dana hibah tersebut,” kata Wan- da di Jakarta, kemarin. Akibatnya PDS HB Jassin hanya mendapat Rp50 juta dari usulan Rp950 juta. Sementara itu, beberapa yayasan dan lembaga mendapat bantuan lebih besar. Seperti Alex Asmasubrata Mana- gement (AAM) yang mendapat Rp2 miliar, Lembaga Seni Qasi- dah Indonesia (Lasqi) Rp1 miliar, dan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) sebesar Rp300 juta. “Memang sangat tidak layak dan sangat jauh perbedaan ang- garannya yang diberikan kepada YPDS HB Jassin bila dibanding- kan dengan organisasi lain. Bahkan hingga miliaran rupiah. Padahal organisasi itu tidak ter- lalu penting,” ujar Wanda. Dalam SK Gubernur DKI Jakarta No 215/2011, Pemprov DKI Jakarta mengalokasikan dana sebesar Rp924 miliar lebih kepada berbagai yayasan atau ormas. Nama-nama itu merupa- kan usulan dari pihak eksekutif yang kemudian dibahas dan direvisi pihak DPRD. Setelah itu lalu ditandatangani Gubernur DKI Jakarta. Peneliti ICW Abdullah Dahlan mengatakan pemberian dana hibah dan bantuan sosial ha- rus ditujukan kepada sejumlah lembaga atau yayasan yang memenuhi persyaratan. Dan tentunya harus memiliki korelasi dengan program yang selama ini dijalankan Pemprov DKI. “Pemberian dana hibah ke- pada Alex Asmasubrata Mana- gement, ini tidak sesuai dengan urusan kepentingan dan fungsi pemerintah provinsi. Ini tak ada hubungannya,” ujarnya. Dalam pengelolaan anggaran, lanjutnya, ada dimensi prioritas. Apalagi penentuan besar kecil- nya dana bantuan ditentukan kepala daerah. (Ssr/J-2) Gudang Karya Sastra makin Menyedihkan kar. Belum termasuk kerugian waktu, pencemaran udara, ke- sehatan, perawatan mesin ken- daraan, dan sebagainya. Hasbi Hasibuan dari Dinas Perhubungan DKI menolak jika pihaknya dikatakan tidak berbuat untuk mengatasi kema- cetan. Pihaknya telah melaku- kan berbagai langkah, misal- nya, mengatur trayek angkutan umum, pengkajian electronic road pricing, dan revitalisasi kereta api. “Kami mengutamakan pem- bangunan busway. Selain itu pembangunan mass rapid transit (MRT). Langkah ini diharapkan bisa menguraikan kemacetan Jakarta,” klaimnya. Pembangunan MRT sendiri dikhawatirkan terhambat lan- taran Jepang sebagai kreditur sedang menghadapi bencana alam. Namun, Deputi Guber- nur DKI Bidang Transportasi Sutanto Soehodo tetap optimistis pembangunan MRT akan sesuai jadwal. “Sampai saat ini tak ada pe- nundaan. Kendati ada bencana, Jepang tetap mengucurkan pin- jaman kepada pemerintah pusat. Apa yang sudah dikomitmen- kan tetap akan dilaksanakan,” ujarnya. (*/J-1) [email protected] Sampul Buku Bisa Jadi Petunjuk ke Pelaku Bom POLISI diminta fokus men- cari percetakan yang diguna- kan membuat sampul depan buku yang diisi bom dalam empat bom buku Jakarta be- berapa waktu lalu. Hal tersebut diutarakan kriminolog dan pengamat terorisme dari Uni- versitas Indonesia, Mulyana W Kusuma, beberapa waktu lalu. “Polisi sudah menyebar sket- sa kurir itu bagus, tapi seha- rusnya juga mencari asal-usul percetakan buku yang diguna- kan,” katanya. Mulyana memberikan con- toh, pelaku bom Bali juga dulu terungkap berkat petunjuk awal yang didapat dari no- mor mesin mobil boks yang meledak. Untuk bom buku, Mulyana mengatakan cetakan sampul buku hard cover yang digunakan memiliki ciri khas. “Mereka menggunakan ceta- kan full glossy, desain sampul juga terlihat menarik dengan menggunakan font khusus. Tidak semua percetakan bisa membuat seperti itu, ini yang harus ditelusuri pihak kepoli- sian,” paparnya. Ia juga menjelaskan, paket bom buku yang dibuat dengan rangkaian sederhana dan daya ledak rendah itu diduga dibuat Tidak semua percetakan bisa membuat seperti itu, ini yang harus ditelusuri pihak kepolisian.” Mulyana W Kusuma Kriminolog UI Tidak sem a MI/SUSATO di rumah alias home made. “Ini sederhana seperti bom parsel di Yunani beberapa tahun yang lalu.” Mulyana yakin jarak antara tempat perakitan bom dan usa- ha percetakan buku tidak jauh. Pasalnya, bom tersebut mem- butuhkan kesesuaian tempat dan beberapa perangkat agar mudah disembunyikan di da- lam buku tebal. “Bisa jadi jarak antara percetakan dan tempat perakitan bom itu berdekatan, karena mereka akan sulit jika berpindah-pindah membawa perangkat membuat bom,” terangnya. Ia berharap polisi segera menelusuri usaha percetakan sampul buku yang digunakan. “Polisi harus cepat, jangan sampai berlama-lama karena akan muncul ketidakpuasan masyarakat dan teroris pun tertawa,” tandasnya. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Baharudin Jafar, kemarin mengatakan kemiripan sampul buku juga menjadi petunjuk bagi polisi. “Saat ini kami masih melaku- kan penelusuran di mana tem- pat mencetak sampul tersebut,” ujarnya. Sementara itu, kardus lap- top yang diduga berisi bom kemarin sempat mengejutkan para mahasiswa yang menjadi peserta kuliah umum Presiden Timor Leste Xanana Gusmao di Universitas Indonesia, Depok. Humas Universitas Indone- sia, Devie Rahmawati, menga- takan awalnya salah seorang mahasiswa melaporkan adanya kardus mencurigakan tergeletak di gedung F. Laporan tersebut ditindaklanjuti tim Gegana. Setelah diperiksa ternyata bung- kusan tersebut milik peserta kuliah umum. (FD/KG/*J-3) koleksi yang berbahan kertas ini tidak bisa sembarangan, harus berada pada suhu ruangan tertentu, sedangkan di sini listrik untuk AC hanya dinyalakan sebentar karena biaya listrik yang besar,” ungkap Endo saat ditemui Media Indonesia, kemarin. Menurut Endo, pihaknya terpaksa mengirit biaya operasional perpustakaan karena subsidi dari Pemda membantu mengukir sejarah kesusastraan Indonesia melalui koleksi-koleksi sastra berusia ratusan tahun itu terlihat menyedihkan dan seakan dianaktirikan. Padahal banyak peneliti sastra dan sejarah Indonesia dari dalam dan luar negeri yang menganggapnya sebagai tempat menemukan harta karun. “Tidak semua perpustakaan mempunyai koleksi kliping-kliping seperti yang kami miliki. Banyak peneliti dari luar negeri yang mencari bahan penelitian mereka di sini dan merasa puas karena bisa menemukan bahan yang mereka butuhkan,” ungkap Sularto, salah satu karyawan perpustakaan. Ia menceritakan, sastrawan Pipiet Senja yang pernah berkunjung kaget sekali karena menemukan karya pertamanya hanya di perpustakaan ini. Pihak perpustakaan kerap mengajukan anggaran untuk biaya operasional kepada Pemda DKI Jakarta, tapi tak kunjung digubris. “Kami mengajukkan Rp950 juta yang akan kami gunakan untuk biaya perawatan koleksi dan membeli koleksi buku baru karena selama ini kita hanya menerima buku-buku pemberian orang,” ungkap Endo. (Siska Nurifah/J-3) 4 RABU, 23 MARET 2011 M EGA POLITAN ter ru ko lam rak ko sem me saj pe kli su ha pe Se pe dih ad da jum 50

Upload: lynga

Post on 02-Apr-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Benahi Angkutan Umum - ftp.unpad.ac.id filekliping kertas yang terlihat sudah banyak yang rusak dan harus diganti. Kepala Perpustakaan periode 2000-2010 Endo Senggono menuturkan, permasalahan

SUASANA sepi menyeruak saat memasuki pintu utama

Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di kompleks Taman Ismail Marzuki, Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat. Bangunannya yang ‘nyempil’ di belakang Gedung Planetarium membuatnya seolah terkesampingkan dari bangunan-bangunan lain di kompleks tersebut.

Ruangan seluas 400 meter persegi yang menjadi tempat penyimpanan buku dan artikel lama itu juga terlihat tidak tertata rapi. Di berbagai sudut ruangan terlihat tumpukan koran, artikel, dan buku-buku lama karena tidak adanya rak penyimpanan. Kondisi koleksi di dalam perpustakaan semakin lama semakin memprihatinkan. Misalnya saja ribuan map tempat penyimpanan kumpulan kliping kertas yang terlihat sudah banyak yang rusak dan harus diganti.

Kepala Perpustakaan periode 2000-2010 Endo Senggono menuturkan, permasalahan utama yang dihadapi perpustakaan adalah perawatan buku-buku dan klipingan artikel yang jumlahnya tidak kurang dari 50 ribu judul. “Perawatan

DKI Jakarta yang mereka terima semakin lama semakin berkurang.

Minimnya subsidi juga membuat pihaknya terpaksa mengurangi jumlah karyawan dari 20 menjadi 14 orang saja. “Sembilan pekerja di sini bukan PNS, jadi sangat tergantung pada subsidi itu,” ujar pria yang sudah bekerja di perpustakaan itu sejak 1987.

Perpustakaan yang telah

MEMERIKSA: Petugas memeriksa kumpulan karya sastra di Pusat Dokumentasi Sastra HB Yasin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, kemarin.

MI/TRI HANDIYATNO

Benahi Angkutan Umum

SELAMAT SARAGIH

KEMACETAN Ibu Kota masih bisa diatasi de-ngan membenahi dan mengambil alih

pengelolaan angkutan umum. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI dapat menerapkan standar pelayanan sesuai dengan kebu-tuhan pengguna jika menguasai transportasi umum.

Saran itu disampaikan Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia Tri Tjahjono dalam diskusi sehari Problematika dan Solusi Efektif Mengatasi Kemacetan Jakarta di Hotel Aca-cia, Kramat Raya, Jakarta Pusat, kemarin.

Menurut Tri, standar minimal angkutan umum harus dijalan-kan. “Paling penting menyang-kut ketepatan waktu. Warga naik se peda motor karena tidak ada pilihan. Kalau enak, peng-guna akan pindah ke angkot,” jelasnya.

Tri Tjahjono melihat di lapang-an, Pemprov DKI seolah bersaing

Kemacetan Jakarta merugikan masyarakat sekitar Rp4,5 miliar per hari.

dengan Organda terkait dengan rute. Padahal rute bukan milik pribadi. Rute dikeluarkan Pem-prov DKI. Jadi Pemprov DKI bisa mengatur rute asalkan memiliki semua angkutan umum.

Pengamat transportasi ITB Of-yar Z Tamin mengamini selama ini Pemprov DKI tidak bersikap dalam mengurai kemacetan Jakarta. Pengguna memilih ang-kutan pribadi karena Pemprov DKI gagal mengatur angkutan umum konvensional.

Permasalahan transportasi, lanjutnya, adalah pertumbuhan kendaraan yang tinggi tidak diimbangi jaringan jalan. Pan-jang perjalanan semakin jauh, integrasi antarmoda buruk, disiplin berlalu lintas buruk, serta tingginya pertumbuhan pusat kegiatan baru di jaringan arteri memperparah kondisi kemacetan.

“Ini harus segera diselesai-kan. Salah satu caranya ada-lah pembangunan transportasi yang terintegrasi dengan pusat kegiatan masyarakat. Ini akan memangkas penggunaan kenda-raan pribadi. Transportasi harus memberikan kepastian waktu bagi pengguna,” tekan Ofyar.

Menurutnya, akibat kemacet-an, warga Jakarta dirugikan se kitar Rp4,5 miliar per hari. Itu baru dari hitungan bahan ba-

DPRD Lalai Alokasikan Dana HibahRENDAHNYA alokasi dana yang diterima Pusat Doku-mentasi Sastra (PDS) HB Jas-sin ternyata tidak lepas dari ketidakcermatan DPRD DKI memeriksa usulan alokasi dana hibah yang diberikan Pemprov DKI tiap tahun.

Anggota Komisi E DPRD DKI Wanda Hamidah mengaku lalai saat penetapan besaran jumlah dana tersebut dalam Surat Kepu-tusan (SK) Gubernur DKI Jakarta No 215/2011 tentang Penetapan Belanja Hibah, Bantuan Sosial dan Bantuan Keuangan untuk Ormas, Anggota Masyarakat, maupun Parpol.

“Kami mengakui lalai untuk memeriksa pembagian alokasi dana hibah tersebut,” kata Wan-da di Jakarta, kemarin.

Akibatnya PDS HB Jassin hanya mendapat Rp50 juta dari usulan Rp950 juta. Sementara itu, beberapa yayasan dan lembaga mendapat bantuan lebih besar. Seperti Alex Asmasubrata Mana-gement (AAM) yang mendapat Rp2 miliar, Lembaga Seni Qasi-dah Indonesia (Lasqi) Rp1 miliar, dan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) sebesar Rp300 juta.

“Memang sangat tidak layak dan sangat jauh perbedaan ang-garannya yang diberikan kepada

YPDS HB Jassin bila dibanding-kan dengan organisasi lain. Bahkan hingga miliaran rupiah. Padahal organisasi itu tidak ter-lalu penting,” ujar Wanda.

Dalam SK Gubernur DKI Jakarta No 215/2011, Pemprov DKI Jakarta mengalokasikan dana sebesar Rp924 miliar lebih kepada berbagai yayasan atau ormas. Nama-nama itu merupa-kan usulan dari pihak eksekutif yang kemudian dibahas dan direvisi pihak DPRD. Setelah itu lalu ditandatangani Gubernur DKI Jakarta.

Peneliti ICW Abdullah Dahlan mengatakan pemberian dana

hibah dan bantuan sosial ha-rus ditujukan kepada sejumlah lembaga atau yayasan yang memenuhi persyaratan. Dan tentunya harus memiliki korelasi dengan program yang selama ini dijalankan Pemprov DKI.

“Pemberian dana hibah ke-pada Alex Asmasubrata Mana-gement, ini tidak sesuai dengan urusan kepentingan dan fungsi pemerintah provinsi. Ini tak ada hubungannya,” ujarnya.

Dalam pengelolaan anggaran, lanjutnya, ada dimensi prioritas. Apalagi penentuan besar kecil-nya dana bantuan ditentukan kepala daerah. (Ssr/J-2)

Gudang Karya Sastra makin Menyedihkan

kar. Belum termasuk kerugian waktu, pencemaran udara, ke-sehatan, perawatan mesin ken-daraan, dan sebagainya.

Hasbi Hasibuan dari Dinas Per hubungan DKI menolak ji ka pihaknya dikatakan tidak ber buat untuk mengatasi kema-ce t an. Pihaknya telah melaku-kan berbagai langkah, misal-nya, mengatur trayek angkutan umum, pengkajian electronic road pricing, dan revitalisasi kereta api.

“Kami mengutamakan pem-bangunan busway. Selain itu pembangunan mass rapid transit (MRT). Langkah ini diharapkan bisa menguraikan kemacetan Jakarta,” klaimnya.

Pembangunan MRT sendiri dikhawatirkan terhambat lan-taran Jepang sebagai kreditur sedang menghadapi bencana alam. Namun, Deputi Guber-nur DKI Bidang Transportasi Sutanto Soehodo tetap optimistis pembangunan MRT akan sesuai jadwal.

“Sampai saat ini tak ada pe-nundaan. Kendati ada bencana, Jepang tetap mengucurkan pin-jaman kepada pemerintah pusat. Apa yang sudah dikomitmen-kan tetap akan dilaksanakan,” ujarnya. (*/J-1)

[email protected]

Sampul BukuBisa Jadi Petunjuk

ke Pelaku BomPOLISI diminta fokus men-cari percetakan yang diguna-kan membuat sampul depan buku yang diisi bom dalam empat bom buku Jakarta be-berapa waktu lalu. Hal tersebut diutarakan kriminolog dan pengamat terorisme dari Uni-versitas Indonesia, Mulyana W Kusuma, beberapa waktu lalu.

“Polisi sudah menyebar sket-sa kurir itu bagus, tapi seha-rusnya juga mencari asal-usul percetakan buku yang diguna-kan,” katanya.

Mulyana memberikan con-toh, pelaku bom Bali juga dulu terungkap berkat petunjuk awal yang didapat dari no-mor mesin mobil boks yang meledak. Untuk bom buku, Mul yana mengatakan cetakan sampul buku hard cover yang digunakan memiliki ciri khas.

“Mereka menggunakan ceta-kan full glossy, desain sampul juga terlihat menarik dengan menggunakan font khusus. Tidak semua percetakan bisa membuat seperti itu, ini yang harus ditelusuri pihak kepoli-sian,” paparnya.

Ia juga menjelaskan, paket bom buku yang dibuat dengan rangkaian sederhana dan daya ledak rendah itu diduga dibuat

Tidak semua percetakan bisa

membuat seperti itu, ini yang harus ditelusuri pihak kepolisian.”

Mulyana W KusumaKriminolog UI

Tidak sem aMI/SUSATO

di rumah alias home made. “Ini sederhana seperti bom parsel di Yunani beberapa tahun yang lalu.”

Mulyana yakin jarak antara tempat perakitan bom dan usa-ha percetakan buku tidak jauh. Pasalnya, bom tersebut mem-butuhkan kesesuaian tempat dan beberapa perangkat agar mudah disembunyikan di da-lam buku tebal. “Bisa jadi jarak antara percetakan dan tempat perakitan bom itu berdekatan, karena mereka akan sulit jika berpindah-pindah membawa

perangkat membuat bom,” terangnya.

Ia berharap polisi segera menelusuri usaha percetakan sampul buku yang digunakan. “Polisi harus cepat, jangan sampai berlama-lama karena akan muncul ketidakpuasan masyarakat dan teroris pun tertawa,” tandasnya.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Baharudin Jafar, kemarin mengatakan kemiripan sampul buku juga menjadi petunjuk bagi polisi. “Saat ini kami masih melaku-kan penelusuran di mana tem-pat mencetak sampul tersebut,” ujarnya.

Sementara itu, kardus lap-top yang diduga berisi bom kemarin sempat mengejutkan para mahasiswa yang menjadi peserta kuliah umum Presiden Timor Leste Xanana Gusmao di Universitas Indonesia, Depok.

Humas Universitas Indone-sia, Devie Rahmawati, menga-takan awalnya salah seorang mahasiswa melaporkan adanya kardus mencurigakan tergeletak di gedung F. Laporan tersebut ditindaklanjuti tim Gegana. Setelah diperiksa ternyata bung-kusan tersebut milik peserta kuliah umum. (FD/KG/*J-3)

koleksi yang berbahan kertas ini tidak bisa sembarangan, harus berada pada suhu ruangan tertentu, sedangkan di sini listrik untuk AC hanya dinyalakan sebentar karena biaya listrik yang besar,” ungkap Endo saat ditemui Media Indonesia, kemarin.

Menurut Endo, pihaknya terpaksa mengirit biaya operasional perpustakaan karena subsidi dari Pemda

membantu mengukir sejarah kesusastraan Indonesia melalui koleksi-koleksi sastra berusia ratusan tahun itu terlihat menyedihkan dan seakan dianaktirikan. Padahal banyak peneliti sastra dan sejarah Indonesia dari dalam dan luar negeri yang menganggapnya sebagai tempat menemukan harta karun. “Tidak semua perpustakaan mempunyai koleksi kliping-kliping seperti yang kami miliki. Banyak peneliti dari luar negeri yang mencari bahan penelitian mereka di sini dan merasa puas karena bisa menemukan bahan yang mereka butuhkan,” ungkap Sularto, salah satu karyawan perpustakaan.

Ia menceritakan, sastrawan Pipiet Senja yang pernah berkunjung kaget sekali karena menemukan karya pertamanya hanya di perpustakaan ini.

Pihak perpustakaan kerap mengajukan anggaran untuk biaya operasional kepada Pemda DKI Jakarta, tapi tak kunjung digubris. “Kami mengajukkan Rp950 juta yang akan kami gunakan untuk biaya perawatan koleksi dan membeli koleksi buku baru karena selama ini kita hanya menerima buku-buku pemberian orang,” ungkap Endo. (Siska Nurifah/J-3)

4 RABU, 23 MARET 2011MEGAPOLITAN

terrukolamrakkosemmesajpeklisuha

peSepedihaddajum50