belajar dari kuba

6
BELAJAR DARI KUBA Setelah berkuasa sekitar 49 tahun, akhirnya Fidel Alejandro Castro Ruz (Fidel Castro) yang lahir 13 Agustus 1926 secara resmi mundur secara terhormat dari jabatan presiden dan panglima tertinggi angkatan bersenjata Kuba. Selanjutnya menyerahkan kekuasaannya pada adiknya sendiri Raul Castro. Suatu regenerasi kepemimpinan yang tidak biasa terjadi, apalagi saat dunia telah dilanda eforia sistem demokrasi. Namun pilihan politik Kuba pada sistem sosialis (komunis) menjadikan regenerasi kepemimpinan tersebut dianggap sah-sah saja. Lamanya kekuasaan Castro mengingatkan kita pada Suharto yang telah berkuasa di negeri ini selama 32 tahun. Bedanya, kekuasaan Suharto berakhir dengan kisah menyedihkan. Bukan hanya dipaksa mundur oleh hampir semua elemen bangsa karena krisis ekonomi yang sangat parah. Juga dikejar-kejar oleh kekuatan demokrasi, termasuk pemimpin sesudahnya, karena kasus pelanggaran HAM dan berbagai kasus korupsi yang dituduhkannya. Memang ada yang mengidolakannya, tetapi tidak sedikit juga yang mencemohkannya. Maski kepemimpinan Castro tidak pernah berhenti dari cobaan politik, terutama pengaruh eksternal, akibat tekanan Amerika Serikat (AS) dan konco-konconya yang melancarkan kebijakan Ekonomi Blokade. Berlangsung sejak Tahun 1962, AS telah melakukan embargo di segala bidang. Diperluas lagi pada dekade 90-an, dengan melakukan embargo yang lebih luas, bukan hanya terhadap perusahaan-perusahaan AS, tapi juga negara-negara lain. Kelompok opisisi yang selama mencoba melakukan perlawanan, tidak begitu kuat menggoyang kekuasaan Castro. Pelarian politik ke Amerika yang selama menuntut reformasi politik Kuba yang lebih terbuka dan demokratis. Belum juga mendapat simpatik dan dukungan dari masyarakat Kuba. Tidak membuat Kuba jatuh sakit dan melarat, tetapi Kuba tetap tampil percaya diri menghadapi tekanan AS dan konco-konconya dengan sikap kritis. Castro tetap mampu menggunakan sumber dayanya secara maksimal, konsentrasi dalam membangun aspek pendidikan dan kesehatan sebagai program strategisnya. Di bawah kekuasaannya, Kuba lebih berkembang dengan kualitas pembangunan

Upload: reney-aquino-lensun

Post on 20-Jun-2015

130 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BELAJAR DARI KUBA

BELAJAR DARI KUBA

Setelah berkuasa sekitar 49 tahun, akhirnya Fidel Alejandro Castro Ruz (Fidel Castro) yang lahir 13 Agustus 1926 secara resmi mundur secara terhormat dari jabatan presiden dan panglima tertinggi angkatan bersenjata Kuba. Selanjutnya menyerahkan kekuasaannya pada adiknya sendiri Raul Castro. Suatu regenerasi kepemimpinan yang tidak biasa terjadi, apalagi saat dunia telah dilanda eforia sistem demokrasi. Namun pilihan politik Kuba pada sistem sosialis (komunis) menjadikan regenerasi kepemimpinan tersebut dianggap sah-sah saja.

Lamanya kekuasaan Castro mengingatkan kita pada Suharto yang telah berkuasa di negeri ini selama 32 tahun. Bedanya, kekuasaan Suharto berakhir dengan kisah menyedihkan. Bukan hanya dipaksa mundur oleh hampir semua elemen bangsa karena krisis ekonomi yang sangat parah. Juga dikejar-kejar oleh kekuatan demokrasi, termasuk pemimpin sesudahnya, karena kasus pelanggaran HAM dan berbagai kasus korupsi yang dituduhkannya. Memang ada yang mengidolakannya, tetapi tidak sedikit juga yang mencemohkannya.

Maski kepemimpinan Castro tidak pernah berhenti dari cobaan politik, terutama pengaruh eksternal, akibat tekanan Amerika Serikat (AS) dan konco-konconya yang melancarkan kebijakan Ekonomi Blokade. Berlangsung sejak Tahun 1962, AS telah melakukan embargo di segala bidang. Diperluas lagi pada dekade 90-an, dengan melakukan embargo yang lebih luas, bukan hanya terhadap perusahaan-perusahaan AS, tapi juga negara-negara lain. Kelompok opisisi yang selama mencoba melakukan perlawanan, tidak begitu kuat menggoyang kekuasaan Castro. Pelarian politik ke Amerika yang selama menuntut reformasi politik Kuba yang lebih terbuka dan demokratis. Belum juga mendapat simpatik dan dukungan dari masyarakat Kuba.

Tidak membuat Kuba jatuh sakit dan melarat, tetapi Kuba tetap tampil percaya diri menghadapi tekanan AS dan konco-konconya dengan sikap kritis. Castro tetap mampu menggunakan sumber dayanya secara maksimal, konsentrasi dalam membangun aspek pendidikan dan kesehatan sebagai program strategisnya. Di bawah kekuasaannya, Kuba lebih berkembang dengan kualitas pembangunan yang lebih baik. Membuat Kekuasaan Castro bukan hanya bisa bertahan tetapi bertambah kuat, apalagi diperkuat dengan kerelaan dan dukungan rakyat Kuba, yang menjadikannya icon perlawanan kepada kapitalisme dan hegemoni super power AS.

Termasuk dalam bidang diplomasi luar negeri, Kuba tergolong negara yang sangat berani dalam menentang kebijakan negara-negara besar termasuk kebijakan ekonomi dan politik AS. Kuba pernah sukses dalam merespon tindakan Amerika Serikat, yang dikenal dengan peristiwa Teluk Babi. Pada akhir Tahun 1962, tentara Fidel Castro sanggup mematahkan serbuan yang dikoordinasikan CIA, saat Amerika Serikat di bawah presiden Kennedy. Terpaksa harus membayar makanan dan obat-obatan seharga 53 juta dolar untuk menukar 1.113 tawanan yang disekap oleh Castro. Hal itulah yang membuat citra Kuba di mata dunia internasional semakin meningkat dan tidak dipandang sebelah mata. “Inilah yang pertama dalam sejarah, Imperialisme telah membayar kerugian perangâ€, demikian kata Castro.�

Kepemimpinan Castro begitu lama di puncak kekuasaan Kiba, bukan hanya didukung oleh sistem politiknya yang otoriter, dengan menutup peluang kelompok oposisi untuk hidup. Juga didukung oleh gaya kepemimpinan Castro yang konsisten melayani rakyatnya dengan baik.

Page 2: BELAJAR DARI KUBA

Prestasinya yang cemerlang dalam mengangkat harkat dan martabat masyarakat Kuba, telah melahirkan rasa kepuasaan di hati masyarakat kuba.

Sejarah panjang kekuasaan Fidel Castro berawal ketika merebut kekuasaan Kuba dari tangan rezim Jenderal Fulgencio Batista yang korup. Kemudian mulai mengubah haluan revolusinya menjadi revolusi yang berwatak sosialis, membersihkan pengaruh-pengaruh luar yang semula banyak dipengaruhi oleh AS. Langsung menerapkan kebijakan revolusioner yang lebih mendasar pada kepentingan publik, dari reforma agraria secara radikal, pajak progresif untuk menyokong ekonomi rakyat.

Castro juga mulai menata sektor pendidikan dan kesehatan sebagai kekuatan utamanya. Hasilnya, Castro kemudian dinilai sangat cemerlang dalam menyukseskan agenda tersebut, terlihat dari keberhasilannya menjalankan program pendidikan dan pelayanan kesehatan gratis bagi rakyatnya. Tidak salah jika Castro sejak awal kekuasaannya, tepatnya tanggal 26 September 1960, di depan Majelis Umum PBB, megumumkan kepada dunia bahwa “tahun depan rakyat kami melancarkan serangan all-out melawan buta huruf dengan tujuan ambisius mengajar setiap orang yang buta huruf untuk bisa membaca dan menulis.”

Castro sebagai penguasa di negara sosialis otoriter, tentu bisa terlepas dari gaya militerismenya. Tidak heran jika terinsiprasi degan jargon-jargon militer. Menguatkan tentara bukan hanya untuk perang tetapi juga dalam aspek pendidikan. Namun bukan dengan bekal senjata tetapi dengan pena dan buku untuk perang melawan kebodohan. Castro sangat menghargai betul kaum muda-nya yang jadi tentara pena dan buku. Jargon “study, work, rifle†atau “belajar, berkarya, �dan senjataâ€. Dengan membentuk brigade pemberantasan buta huruf dan alfabetizadores. �Brigade melibatkan murid-murid SMP dan SMA ke seluruh pelosok Kuba untuk mengajar rakyat membaca dan menulis. Sedangkan alfabetizadores melibatkan kaum dewasa di kota-kota untuk mengajar membaca dan menulis pada kelas-kelas khusus pada malam hari dan akhir pekan.

Untuk merangsang tenaga pendidik, pemerintah Kuba memberikan upah yang sangat layak, profesi guru menjadi pekerjaan primadona bagi rakyat Kuba. Castro yakin betul pada aspek pendidikan sebagai kunci utama pembangunan. Karena rakyat yang bodoh, tidak akan mampu merespon kebijakan dan strategi yang ada.

Program pendidikan gratis menjadi trend dalam pembangunan pendidikan, di semua level pendidikan semua biaya ditanggung oleh negara, dari pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan tinggi. Komitmen pada agenda strategis tersebut, bukan hanya berhasil menurunkan tingkat kesenjangan ras, tetapi juga ikut meningkatkan partisipasi gender yang sangat signifikan. Hasilnya sangat maksimal, data Tahun 2004 saja, sudah didapatkan data yang cukup fantastis. Jumlah melek huruf 96,8%, Jumlah pengangguran 1,9%, Tenaga kerja: 4.6 juta (pemerintah 78%, Non-pemerintah 22%. Jumlah pengangguran hanya mencapai 1,9% di nilai rendah biarpun standar harga tenaga kerjanya dianggap rendah.

Pada aspek kesehatan juga mengalami perkembangan pesat, terlihat dari penanganan kesehatan gratis pada masyarakat, telah membuat tingginya harapan hidup masyarakat Kuba mencapai 77,1 tahun. Perbandingan dokter telah meningkat menjadi 591 orang per 100.000 penduduk. Lebih tinggi daripada AS (256), Kanada (241), Argentina (301), dan Spanyol (330). Fidel Castro

Page 3: BELAJAR DARI KUBA

sendiri demikian yakin dalam 15-20 tahun mendatang negaranya akan menjadi peringkat satu dalam pelayanan kesehatan. Sarana penyediaan obat-obatan mencapai 95% -100%, penyediaan fasilitas sanitair 98%.

Dampaknya yang lebih besar dari kesuksesan aspek kesehatan tersebut menjadikannya Indeks Pembangunan Manusia (HDI) Kuba dalam kategori high class dalam deretan negara-negara dunia. Kuba masuk nomor 51 dengan HDI 0,826, jauh di atas Indonesia di urutan 107 dengan HDI 0,728. Jumlah tenaga dokter per kapita Kuba jauh lebih banyak dibandingkan negara mana pun di dunia. Saat ini saja, sudah ada lebih 130.000 tenaga medis profesional. Keberhasilan Kuba dalam melahirkan dokter dan tenaga medis unggul, membuat Kuba mampu menjadi pengekspor tenaga medis termasuk para dokter unggul di banyak negeri Amerika Latin dan Afrika. Selain itu, sebagian lagi beklerja untuk misi kemanusiaan sekitar 25.845 tenaga dokter di 66 negara, 450 di antaranya bekerja di Haiti, negara termiskin di benua Amerika. Sebagian lainnya bekerja di kawasan-kawasan miskin di Venezuela. Termasuk juga di Indonesia saat ada bencana tsunami di Aceh.

Kehidupan masyarakat semakin membaik, saat harga-harga kebutuhan hidup dan sarana tempat tinggal begitu murah dan sangat terjangkau ekonomi masyarakat. Bagi orang tua (jompo) pemerintah menyediakan khusus sarana perumahan. Untuk melayani masyarakatnya lebih maksimal, pemerintah Kuba sekarang telah menyediakan sarana fasilitas sosial dengan kualitas tidak jauh beda dengan fasilitas sosial yang ada di Europa, termasuk sarana sport, seni dan budaya. Membuat masyarakat Kuba semakin betah tinggal di negerinya sendiri.

Perhatiannya pada kesehatan, tidak hanya untuk rakyat Kuba secara khusus, melalui Latin American School of Medicine, pemerintah Kuba memberikan beasiswa untuk pendidikan kesehatan kepada ratusan kaum muda miskin dari seluruh negara Amerika Latin, Afrika, bahkan Amerika Serikat sekalipun. Pengajaran kesehatan tidak hanya menyangkut soal ilmu pengetahuan dan seni pengobatan tapi, juga nilai-nilai pelayanan sosial terhadap kemanusiaan, merupakan hal yang sangat mendasar di Kuba. Human capital menjadi lebih perioritas ketimbang financial capital. Human capital dalam konteks ini bisa meliputi pengetahuan, juga nilai-nilai yang sangat mendasar yakni, kesadaran, etika, solidaritas, rasa kemanusiaan yang sejati, semangat rela berkorban, kepahlawanan, dan kemampuan menciptakan hal-hal baru bagi perubahan Kuba yang lebih baik.

Pelajaran Untuk Indonesia

Kuba yang selama ini kita kenal, hanyalah gambaran Fidel Castro yang beringas, jahat dan pemimpin yang suka berperang (belligerent), sebagaimana persepsi sebagian kalangan soal komunisme selama ini. Pemimpin Kuba di gambarkan selalu berjenggot lebat dan pakai seragam militer lengkap dengan sepatu dan pistol. Ternyata melahirkan banyak pelajaran yang berharga, bahkan berbagai keberhasilan yang dihasilkan sangat pantas untuk di tiru negara manapun di dunia. Bukan soal ideologi yang berbeda tetapi konsepnya yang matang dan konsistensi pemimpinnya telah membuat Kuba berhasil membangun sektor pendidikan dan kesehatannya lebih baik lagi. Apalagi dalam dua aspek tersebut, Indonesia semakin lemah kalau tidak bisa dikatakan semakin terpuruk.

Page 4: BELAJAR DARI KUBA

Kalau negeri Kuba bisa berhasil tanpa harus memperbanyak utang, apalagi harus tunduk pada intervensi asing. Kenapa Indonesia tidak bisa? Jika Kuba sukses dengan program kesehatan dan pendidikan, Lalu kapan Indonesia bisa menyusul? Untuk itu, tidak ada jalan kecuali paradima Pemerintah Indonesia lebih memandang pendidikan dan kesehatan ini sebagai aspek yang sangat penting. Pemerintah harus membukakan akses pendidikan dan kesehatan pada semua warga negaranya, bentuk pendidikan dan pelayanan gratis bagi seluruh warga negara, agar kondisi bangsa ini bisa lebih lagi di masa depan.

Sistem pendidikan harus betul-betul terintegrasi dengan kebutuhan tenaga kerja, termasuk lapangan pekerjaan yang tersedia. Persoalan link and match harus menjadi prioritas yang perlu diperhatikan dengan baik. Pada aspek kesehatan, memperbanyak tenaga medis baik yang dipersiapkan untuk bekerja langsung di tengah masyarakat, juga para peneliti yang diharapkan bisa melahirkan para ahli di bidang kedokteran. Pelayan kesehatan tidak menempatkan dirinya sebagai tuan yang harus didatangi, tetapi harus â€menjemput bola†dengan mendatanginya agar� � dapat memberikan pelayanan yang lebih kepada masyarakat. Pemerintah harus menjadikan sektor kesehatan sebagai sarana keadilan masyarakat, orang kaya dan orang miskin ditempatkan pada kelas yang sama, mendapat pelayanan yang sama dari pemerintah.

Hal tersebut bisa jalan jika ada konsistensi dan political will pemerintah dan elit politik di negeri ini untuk mengurus rakyatnya yang lebih baik. Betul-betul lebih perhatian terhadap aspek pendidikan dan kesehatan. Regulasi yang menetapkan anggaran 20 persen anggaran pendidikan, harus segera direalisasikan. Sumber daya alam kita yang melimpah agar bisa lebih optimal lagi dinikmati oleh masyarakat, kebijakan industrialisasi dan pengelolaan SDA harus lebih berpihak lagi pada penguatan ekonomi nasional, bukanlah sebagai media tawar-menawar, apalagi jadi media balas jasa para negara majikan, atau tuan-tuan yang selama ini memberikan utang yang berlimpah. (Diolah dari berbagai sumber)