belajar dari

12
MODUL SS-02 BELAJAR DARI KEGIATAN DI LUAR KELAS ( LABORATORIUM ) oleh : Dr. Ir. Djoni Prawira R. 1. PENDAHULUAN Penyelenggaraan ‘Basic Study Skill’ (BSS) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran berbasis ‘learning’ (SCL). Di satu sisi, para staf akademik memerlukan ketrampilan memfasiltasi proses pembelajaran, dan di sisi lain para mahasiswa membutuhkan wawasan dan arahan tentang sikap mental, strategi dan skill belajar mandiri dan kolaboratif secara tepat, dan menjadi individu mahasiswa yang tanggap, kritis, proaktif, terbuka, dan selektif dalam proses belajarnya. Sehingga mahasiswa dapat efektif memberdayakan dirinya sesuai dengan potensi yang dimiliki, dan pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi akademiknya. Modul ‘Belajar dari Kegiatan di Luar K elas (Laboratorium) (SS-02) adalah salah satu materi BSS, dan merupakan bagian terintegrasi dari modul ‘Belajar di Kelas (SS-01), yang dilakukan untuk memperoleh pengalaman empirik. Kegiatan di Laboratorium biasa disebut Praktikum; Suatu praktikum dapat merupakan persyaratan dalam mengikuti mata kuliah tertentu sesuai dengan tujuan instruksionalnya, yaitu mendapatkan ketrampilan tertentu. Sebagai suatu metode pembelajaran, praktikum merupakan suatu bentuk proses belajar mengajar untuk mengembangkan dimensi ketrampilan kognitif, afektif dan psikomotorik mahasiswa secara bersama-sama, sebagai dasar dari perilaku dengan menggunakan berbagai wujud dan sarana laboratorium. Melalui pembelajaran, perilaku tersebut diwujudkan sebagai ketrampilan intelektual dan ketrampilan verbal (Sudarman,2004). Di samping itu, pertimbangan bahwa mahasiswa sebagai layaknya adalah orang dewasa, memerlukan proses pembelajaran berdasarkan pengalaman experensial learning. Bentuk pengajaran ini tidak hanya terbatas bagi bidang-bidang ilmu eksakta, tetapi juga untuk bidang-bidang ilmu sosial dengan terminologi yang berbeda-beda. Pada hakekatnya, laboratorium berarti tempat bekerja. Pengertian Laboratorium tidak terbatas pada bentuk wujudnya sebagai suatu gedung atau ruangan dengan segala peralatan yang terdapat di dalamnya), tetapi juga di luar ruangan, seperti komunitas

Upload: phunghanh

Post on 11-Dec-2016

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BELAJAR DARI

MODUL SS-02

BELAJAR DARI KEGIATAN DI LUAR KELAS

( LABORATORIUM )

oleh : Dr. Ir. Djoni Prawira R.

1. PENDAHULUAN

Penyelenggaraan ‘Basic Study Skill’ (BSS) merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran berbasis ‘learning’ (SCL). Di satu

sisi, para staf akademik memerlukan ketrampilan memfasiltasi proses pembelajaran,

dan di sisi lain para mahasiswa membutuhkan wawasan dan arahan tentang sikap

mental, strategi dan skill belajar mandiri dan kolaboratif secara tepat, dan menjadi

individu mahasiswa yang tanggap, kritis, proaktif, terbuka, dan selektif dalam proses

belajarnya. Sehingga mahasiswa dapat efektif memberdayakan dirinya sesuai dengan

potensi yang dimiliki, dan pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi akademiknya.

Modul ‘Belajar dari Kegiatan di Luar K elas (Laboratorium) (SS-02) adalah

salah satu materi BSS, dan merupakan bagian terintegrasi dari modul ‘Belajar di Kelas

(SS-01), yang dilakukan untuk memperoleh pengalaman empirik. Kegiatan di

Laboratorium biasa disebut Praktikum; Suatu praktikum dapat merupakan persyaratan

dalam mengikuti mata kuliah tertentu sesuai dengan tujuan instruksionalnya, yaitu

mendapatkan ketrampilan tertentu.

Sebagai suatu metode pembelajaran, praktikum merupakan suatu bentuk

proses belajar mengajar untuk mengembangkan dimensi ketrampilan kognitif, afektif

dan psikomotorik mahasiswa secara bersama-sama, sebagai dasar dari perilaku

dengan menggunakan berbagai wujud dan sarana laboratorium. Melalui pembelajaran,

perilaku tersebut diwujudkan sebagai ketrampilan intelektual dan ketrampilan

verbal (Sudarman,2004). Di samping itu, pertimbangan bahwa mahasiswa sebagai

layaknya adalah orang dewasa, memerlukan proses pembelajaran berdasarkan

pengalaman – ‘experensial learning‘.

Bentuk pengajaran ini tidak hanya terbatas bagi bidang-bidang ilmu eksakta,

tetapi juga untuk bidang-bidang ilmu sosial dengan terminologi yang berbeda-beda.

Pada hakekatnya, laboratorium berarti tempat bekerja. Pengertian Laboratorium tidak

terbatas pada bentuk wujudnya sebagai suatu gedung atau ruangan dengan segala

peralatan yang terdapat di dalamnya), tetapi juga di luar ruangan, seperti komunitas

Page 2: BELAJAR DARI

2

masyarakat atau lingkungan-alam tertentu dapat menjadi laboratorium. Pada bidang-

bidang dasar ilmu eksakta, praktikum lebih banyak dilakukan dalam dalam ruangan

(indoor), seperti laboratorium kimia, fisika, biologi, dll. Sementara dalam

pengembangannya sebagai bentuk aplikasi ilmu eksakta, seperti pertanian, peternakan,

perikanan, kesehatan, teknik, biologi, rumah sakit, pasar tradisional dan modern juga

memiliki laboratorium lapangan (outdoor). Pada bidang-bidang ilmu sosial, baik ilmu

dasar maupun terapannya selayaknya menempatkan masyarakat sebagai laboratorium

utamanya. Terminologi studi lapangan sering kali digunakan untuk menunjukkan

cakupan praktikum yang lebih luas pada kondisi di lapangan. Akan tetapi, perbedaan

tersebut bukanlah yang hakiki dan keduanya digunakan baik dalam bidang eksakta

maupun non-eksakta. Untuk mengurangi penggunaan kata, maka pada bagian

selanjutnya dalam modul ini akan digunakan terminologi praktikum.

Dalam modul ini akan dibahas :

1. Kegiatan di Laboratoium : Kegunaan dan hakekat dari praktikum

2. Belajar yang efektif dari Kegiatan di Laboratorium

Sasaran dari modul ini adalah Mahasiswa dapat mengikuti secara seksama

kegiatan-kegiatan terstruktur di Laboratorium, memanfaatkan kesempatan secara

maksimal, memahami dan mahir dalam memberikan makna dalam proses pembelajaran

membangun keterampilan dan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman

Waktu yang diperlukan untuk mempelajari modul ini adalah 2 jam, dan

setelahnya mahasiswa diharapkan mampu menerapkan dalam aktivitas belajarnya dari

praktikum.

2. KEGIATAN DI LABORATOIUM : HAKIKAT DAN KEGUNAANNYA

Laboratorium sebagai sarana pembelajaran di Perguruan Tinggi, mulai

diperkenalkan pada pertengahan abad 19, terutama di bidang pengetahuan alam dan teknologi,

yaitu untuk melatih dan meningkatkan ketrampilan menggunakan peralatan dan melakukan

pengamatan. Pembelajaran melalui pendekatan pengalaman (experience) ini memberikan

peluang kepada mahasiswa mengembangkan khasanah pengetahuan dan ketrampilannya,

tidak sekedar mendengar dan membaca pengalaman orang lain.

Mengapa kegiatan ini diperlukan ?.

Menurut Knowles dan Ericson (1990), mahasiswa dapat dipandang sebagai orang

dewasa (muda), sehingga proses pembelajaran seyogyanya juga menggunakan pendekatan

pembelajaran orang dewasa (andragogy), yang memiliki beberap karakteristik, yaitu :

Page 3: BELAJAR DARI

3

1. Self directed learner, artinya memiliki kemampuan untuk mengatur dan mengelola

kegiatannya baik yang behubungan dengan akademik maupun non-akademik.

2. Life experience and knowledge, artinya memiliki pengalaman belajar, pengetahuan

dan ketrampilan yang banyak yang dimaknainya dan memadai untuk mencari

tambahan pengetahuan dan ketrampilan baru sesuai dengan minatnya.

3. Goal oriented, artinya memiliki kesediaan belajar hal-hal relevan baginya, sehingga

perilakunya menjadi terarah pada tujuan yang hendak dicapai.

4. Relevance oriented, artinya dalam proses belajar mahasiswa berorientasi pada

relevansi materi yang dipelajari dengan minat studninya.

5. Problem Solving Oriented, artinya sebagai pembelajar dewasa, mahasiswa memiliki

perspektif waktu kekinian yang kuat, apa yang dipelajari dibutuhkan untuk

menangani persoalan kesehariannya ; belajar adalah proses meningkatkan kemampuan

menangani persoalan hidup.

Sebagai orang dewasa, mahasiswa akan „insight‟ memberikan makna terhadap

kegiatan-kegiatan yang dilkukannya di laboratorium, dan secara kontinu akan terjadi siklus

pengalaman yang pada gilrannya membangun pengetahuan mahasiswa. Ilustrasi 1 di bawah

ini menunjukkan siklus pengalaman dalam proses pembelajaran itu.

6

Pengalaman

nyata

Mengamati

Memaknakan

Merefleksikan

Memformulasi

Bernalar

Abstraksi

Aktif mlkukan

uji coba

1

2

3

4

rasa

simak

pikir

tindak

Gambar 1. Siklus Pengalaman dalam proses pembelajaran

Page 4: BELAJAR DARI

4

Perihal lain yang mendorong para pembelajar seyogyanya melakukan kegiatan di

laboratorium adalah berkaitan dengan publikasi Maggennis dan Farrel (2005) yang

menunjukkan kontribusi praktikum bagi pembelajar.

Tabel 1. „Learning Pyramid‟ dalam proses pembelajaran

No. Metode Pembelajaran ‘Retention rate’ (%)

1. Lecture 5

2. Reading 10

3 Audio visual 20

4. Demonstraion 30

5. Discussion group 50

6. Practice by doing 75

7. Teach each other 90

.

Di samping itu, karena praktikum biasanya dilakukan dalam kelompok-kelompok,

4-5 orang mahasiswa per kelompok, maka proses pembelajaran di laboratorium juga menjadi

kesempatan mendapatkan pengalaman bekerja sama dan berinteraksi di antara mahasiswa

dalam sebuah „team work‟, terlebih jika materi yang dipelajari adalah hal baru bagi semua

anggota team. Kerjasama ini akan berkembang menjadi semangat solideritas kolegial,

membina hubungan dengan dosen/fasilitator atau asisten/instruktur, dan membangkitkan

motivasi belajar yang lebih baik.

Pada hakekatnya komponen kognitif (dimensi mental), komponen afektif (dimensi

perasaan atau emosional) dan komponen psikomotorik (dimensi tindakan) merupakan

komponenkomponen yang mengisi perilaku manusia yang terus-menerus mengalami

pembaruan (updating); pembaharuan merupakan perpaduan dari kognisi (hasil belajar) yang

telah dimiliki sebelumnya dengan kognisi yang baru, dan kognisi yang diperbarui tersebut,

dapat sama, atau mengalami modifikasi, atau berbeda sama sekali, menggantikan yang lama.

Proses belajar dapat berjalan melalui ketiga komponen tersebut, dan ketiganya saling

mempengaruhi.

Sesuai dengan uraian di atas, hakekat belajar dari praktikum ini adalah mencakup

pembaruan ketiga komponen perilaku tersebut. Sebagai contoh, jika tujuan instruktusional

suatu mata kuliah yang adalah mahasiswa mampu mengukur (disamping mampu

menjelaskan) tingkat erosi di satu kawasan hutan dengan menggunakan alat tertentu, maka

Page 5: BELAJAR DARI

5

diperlukan praktikum untuk mencapai tujuan tersebut. Jika mahasiswa hanya mengikuti

perkuliahan dan hanya melakukan pengukuran di atas kertas, sebagai suatu simulasi, maka

tujuan yang dicapai hanya sebatas pengetahuan, atau komponen kognitif. Mahasiswa secara

mandiri dapat memperbarui ketiga komponen tersebut bersamaan ketika sebelum, selama dan

setelah praktikum.

Komponen kognitif, merupakan dimensi mental (knowledge) dan ketrampilan intelektual,

dapat diperbarui dengan :

memperdalam pemahaman teori dengan studi pustaka, diskusi dll;

mengintegrasikan teori/pengetahuan yang telah dipelajari, yang diperoleh dari

praktikum dengan kenyataan-kenyataan yang ada, di samping tentunya teori-teori

yang berlainan bahkan bertentangan.

Mencoba meerapkan teori dengan ermaalahan nyata.

Komponen psikomotorik, merupakan dimensi tindakan fisik, dalam wujud ketrampilan

melakukan, dapat dilatih dengan kegiatan-kegiatan : melalui memilih, mempersiapkan,

merangkai dan menggunakan seperangkat peralatan/instrument secara tepat dan benar.

Keterbatasan waktu dan fasilitas dalam praktikum sering kali menjadi kendala pengembangan

psikomotorik. Untuk mengatasi perihal tersebut, mahasiswa hendaknya memanfaatkan waktu-

waktu luang di luar jadwal waktu rutin untuk melatih diri menggunakan

peralatan, tentunya dengan bimbingan asisten/instruktur.

Komponen afektif. merupakan dimensi perasaan atau emosional, atau sikap diri atau

komitmen diri BARU yang muncul sebagai penguatan dari apa yang telah dimiliki atau hasil

penghayatan dari proses belajar yang terakhir dilalui.

Komponen afektif dapat dilatih dengan cara :

belajar merencanakan kegiatan secara mandiri;

belajar bekerja sama

belajar berdisiplin waktu dan perilaku;

bersikap jujur dan terbuka terhadap pendapat orang lain

apareasiasi terhadap apa yang dipelajari dan dimiliki -

Berdasarkan uraian di atas, kegiatan mahasiswa sebagai pembelajar dewasa di

laboratorium akan banyak memberikan manfaat/kegunaan :

1. Menumbuh kembangkan kemampuan psikomotorik,

2. Mengembangkan kemampuan dalam berimaginasi merancang, mengkonstruksi peralatan,

menyusun protokol suatu kegiatan praktikum di lapangan

Page 6: BELAJAR DARI

6

3. Meningkatkan ketrampilan menggunakan instrumen

4. Meningkatkan ketrampilan melakukan pengukuran, pengamatan, mengumpulkan data,

interpretasi dan menjelaskan hasil praktikum

5. Meningkatkan kemampuan menulis, beragumentasi dan mengungkapkan pendapat yang

terarah dan systematis

6. Meningkatkan kemampuan belajar dan berfikir secara mandiri

7. Menumbuh-kembangkan kepercayaan atas kemampuan diri

8. Memperkuat keyakinan akan kebenaran teori-teori

9. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan saling menghargai pendapat

10. Menumbuh-kembangkan sikap dan pemahaman metodologi ilmiah

3. BELAJAR YANG EFEKTIF DARI KEGIATAN DI LABORATORIUM (INDOOR

DAN OUTDOOR)

3.1. Kendala Belajar dari Kegiatan di Laboratorium

Terdapat kecenderungan bahwa pembelajaran melalui kegiatan di laboratorium

yang bertujuan meningkatkan ketrampilan, hanya mempelajari pengetahuan di bagian

permukaannya saja, atau memiliki tingkat pemahaman yang rendah. Beberapa kendala yang

mungkin sekali menjadi penyebab mutu pembelajaran dari kegiatan di laboratorium rendah

adalah :

1. Praktikum menjadi kegiatan rutin, karena sekedar mengikuti petunjuk/penuntun praktikum.

2. Praktikum didominasi oleh instruksi, dan kurang memberi kesempatan mahasiswa utk

mengembangkan komitmen, ide mandiri dan eksplorasi aktif.

3. Tingkat pemahaman suatu materi praktikum secara holistik, sangat kurang, seolah-olah

merupakan unit yang terisolasi, tdk terhubung dng materi paraktikum lain atau ilmu

lainnya.

4. Bekal pengetahuan awal (pre-requisite knowledge) untuk mengikuti suatu praktikum

kurang/tidak cukup.

5. Praktikum sebagai suatu kegiatan kelompok, sering tidak mencerminkan kerjasama

kelompok yang baik; saling mengandalkan di antara anggota.

6. Dukungan fasilitas untuk melakukan kegiatan Praktikum : sering kali kurang

memadai/sangat terbatas

3.2. Hierarhi Pembelajaran di Laboratorium

Page 7: BELAJAR DARI

7

Berdasarkan tingkat kemandirian mahasiswa dalam melakukan proses pembelajaran melalui

kegiatan di laboratorium dapat dikelompokan dalam 5 jenjang.

1. Peragaan (demonstrasi)

Peragaan umumnya dirancang untuk mengilustrasikan garis besar/prinsip-prinsip teoritik yang

berkaitan dengan mater perkuliahan, sehingga tidak mudah dilupakan oleh mahasiswa. Oleh

karena itu, suatu demonstrasi biasanya dilakukan secara sinkat di akhir kuliah.

2. Latihan

Latihan merupakan percobaan terstruktur, kegiatan pembelajar sekedar mengikuti suatu

instruksi. Dengan kegiatan latihan ini mahasiswa diharapkan menjadi trampil melakukan

pengamatan dan pengukuran, dan disiplin mengikuti peraturan kegiatan yang berlaku.

3. Penyelidikan terstruktur

Penyelidikan terstruktur merupakan bagian dari percobaan terstruktur, dimana mahasiswa

mengembangkan sendiri protokol kegiatan di laboratorium dan menginterpretasikan hasilnya.

Pada jenjang praktikum ini, mahasiswa menjadi trampil memecahkan masalah, melakukan

observasi, dan menginterpretasikan hasil.

4. Penyelidikan terbuka

Kegiatan mahasiswa di jenjang praktikum ini dapat dianggap sebagai latihan penelitian (small

project), dan ditujukan untuk menjadikan mahasiswa secara mandiri trampil mengidentifikasi,

memformulasi dan menyusun rencana pemecahan masalah (waktu, peralatan dan bahan yang

diperlukan), menginterpretasikan hasil, dan mengetahui aplikasinya. Keberhasilan pada

tingkat ini, mahasiswa memiliki keahlian melakukan penelitian secara mendiri.

5. Proyek Penelitian.

Jenjang kegiatan di laboratorium yang paling tinggi dilakukan baik oleh mahasiwa ataupun

dosen adalah kegiatan penelitian. Semua tahapan kegiatan, mulai dari persiapan sampai akhir

suatu kegiatan penelitian, dilakukan secara mandiri oleh mahasiswa. Suatu penelitian

memberikan pengalaman pembelajaran yang sempurna, tetapi memerlukan waktu yang relatif

banyak. Suatu penelitian dapat dilakukan secara individu atau sebuah tim.

Dengan kegiatan penelitian ini, mahasiswa manjadi mampu :

Memahami dan memaknai lebih dalam bidang yang diminati

Mengembangkan inisiatif dan perbedayaan akal

Menumbuh-kembangkan keingintahuan intelektual

Mengembangkan inovasi dan kaidah-kaidah ilmiah

Page 8: BELAJAR DARI

8

Meningkatkan kepercayan diri dan apresiasi terhadap karya yang dihasilkan.

Secara keseluruhan, hierarki ketrampilan yang dapat dimiliki mahasiswa sebagai

hasil pembelajaran dari kegiatan di laboratorium sangat berguna untuk menentukan level

pembelajaran di laboratorium.

Tabel 2. Hirarki ketrampilan – Pemahaman ilmiah ahasiswa dalam kegiatan di Laboratorium

Kegiatan Jenjang /

Aras Tujuan Bahan Metode Hasil

Peragaan/demonstrasi 1 Given Given Given Geven

Latihan 2 Given Given Given Open

Penyelidikan terukur 3 Given Given part or

whole

Given part or

whole Open

Penyelidikan terbuka 4 Given Open Open Open

Penelitan 5 Open Open Open Open

Keterangan : Given = diberikan/tertentu ; Open = terbuka / kreativitas / tidak terikat

Sumber : Pusat Pengembangan Pendidikan, Universitas Gadjah Mada, 2005.

3.3. BELAJAR YANG EFEKTIF DARI KEGIATAN DI LABORATORIUM

Secara garis besar, untuk belajar secara efektif dari kegiatan praktikum dan studi

lapanganan, pembahasan di bawah ini membagi menjadi tiga tahapan, yaitu persiapan

sebelum praktikum, selama praktikum dan setelah praktikum.

1. Persiapan Sebelum Praktikum

Seperti juga BELAJAR DARI KULIAH, agar praktikum atau studi lapangan ini dapat

memberikan menfaat yang maksimal, mahasiswa memerlukan persiapan-persiapan yang

memadai. Modul MD 01 s/d 10, adalah bekal ketrampilan diri yang perlu dimiliki oleh setiap

mahasiswa agar dapat belajar secara efektif dari praktikum, yaitu mencakup motivasi belajar,

kemampuan berkonsentrasi, menangani ganguan belajar dan memanfaatkan waktu secara

efektif dan efesien, dapat menangani kebiasaan procrastinasi.

Sebagai persiapan yang juga perlu dilakuan pada minimal 1hari sebelum melakukan

praktikum atau studi lapanganan adalah :

Mengetahui dan memahami disiplin dalam lingkungan di laboratorium maupun di

lapanganan; Untuk kegiatan praktikum pertama, biasanya asisten/dosen menjelaskan

tentang Tatib selama praktikum, peralatan dan kegunaaanya.

Memahami tujuan, kegunaan dan makna dari praktikum yang akan dilakukan;

Page 9: BELAJAR DARI

9

Mengetahui semua alat-alat yang akan digunakan, prinsip kerja dan cara

penggunaannya ;

Mempelajari teori yang berkaitan; Pengetahuan tentang teori ini biasanya menjadi

prasyarat mengikuti suatu praktikum yang dipertanyakaan sesaat sebelum praktikum

dilakukan (responsi).

Membuat ringkasan prosedur atau protokol kerja yang akan dilakukan; mempersiapkan

pertanyaan yang mungkin muncul dari persiapan ini.

Mengecek dan menyelesaikan semua tugas praktikum sebelumnya;

Pada kegitan praktikum di lapangan – “outdoor”, persiapan ini tentunya

memerlukan waktu yang lebih lama, terutama karena objek nya mungkin melibatkan

masyarakat di samping aspek-aspek lingkungan fisik yang akan diamati. Persiapan dalam

studi lapanganan tentunya berkaitan dengan lokasi, waktu dan lama pelaksanaan, instrumen

studi lapanganan seperti kuesioner, dan perlengkapan pendukung lain yang diperlukan,

termasuk perlengkapan pribadi.

2. Selama Pelaksanaan Praktikum

Sebagaimana telah diuraikan bahwa biasanya suatu praktikum berlangsung dalam

kelompok-kelompok 4-6 orang. Savin-Baden dan Major (2004) menyatakan bahwa jumlah

anggota dalam satu kelompok belajar, sebaiknya tidak lebih dari 3 orang. Setiap anggota

kelompok memiliki peran-kontribusi yang sama bagi kerhasilan kelompok. Untuk itu

diperlukan kerja sama yang kompak antar anggota. Membangun kekompakan memerlukan :

komitmen dan motivasi yang sama dari setiap anggota kelompok untuk belajar selama

praktikum berlangsung; berkonsentrasi dan menghindarkan diri dari percakapan yang

tidak perlu

pembagian tugas yang proporsional bagi setiap anggota, sehinga anggota dapat

berkonsentrasi mengerjakan tugasnya.

sikap toleransi terhadap perbedaan yang mungkin ada di antara anggota

diskusi dalam kelompok untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan

praktikum sebelum dipertanyakan kepada instruktur/asisten.

Setelah semua perlatan/instrumen yang diperlukan lengkap tersedia, maka

praktikum dilakukan mengikuti prosedur dalam buku penuntun atau petunjuk yang diberikan

instruktur. Selanjutnya, sebagai suatu kegiatan belajar, maka selama praktikum hendaknya :

Page 10: BELAJAR DARI

10

setiap anggota aktif memanfaatkan waktu dan peralatan/instrumen praktikum untuk

meningkatkan kemampuan masing-masing, tidak hanya menonton aktivitas yang

ditunjukkan anggota lainnya.

melakukan pengamatan/observasi secara seksama dan mencatat segala sesuatu sesuai

dengan petunjuk/tujuan praktikum ;

berfikir kritis dan kreatif menginterpretasikan hasil pengamatan : persamaan dan

perbedaan dengan teori/pengetahuan yang dimiliki; dan tentang teknik dan peralatan

yang digunakan; selanjutnya membuat catatan tambahan tentang perihal tersebut untuk

memberikan makna yang lebih mendalam dari praktikum yang dilakukan.

mendiskusikan hasil pengamatan di antara anggota dalam kelompok, dan jika

diperlukan lakukan pengamatan ulang, atau membandingkan dengan hasil pengamatan

kelompok lain, atau tanggapan dari instruktur;

membuat laporan sementara; di banyak laboratorium, laporan sementara dibuat segera

setelah praktikum selesai.

mencatat informasi-informasi penting dan tugas-tugas yang diberikan oleh instruktur

baik untuk kelompok ataupun setiap anggota.

3. Setelah Praktikum

Sebagai kelanjutan dari kegiatan praktikum ini adalah membuat laporan praktikum.

Laporan praktikum hendaknya tidak hanya melaporkan hasil praktikum, tetapi juga

mendiskusikan hasil tersebut (dalam kelompok) sejauh pendalaman teori yang dilakukan dan

didukung oleh pustaka-pustaka yang relevan.

Di samping laporan praktikum, catatan tambahan hendaknya juga dibuat untuk

memberikan makna dari praktikum yang telah dilakukan, yaitu mengintegrasikan hasil-hasil

yang diperoleh dari teori dan problema yang nyata. Pemaknaan ini merupakan hasil

penghayatan yang mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang teori yang diperoleh

dari perkuliahan.

Laporan praktikum dan catatan-catatan tambahan hendaknya dibuat dan

diselesaikan dalam 1-2 hari setelah praktikum, terutama untuk menghindari hal-hal penting

terlupakan. Hindari kebiasaan prokrastinasi.

4. Belajar dari Hasil Praktikum

Agar belajar dari hasil praktikum memberikan manfaat secara lebih efektif dan

efesien, terutama dalam menghadapi evaluasi akhir semester (ujian), hendaknya :

Page 11: BELAJAR DARI

11

membuat catatan hasil praktikum menjadi catatan yang systematis dan mudah

dimengerti;

mereduksi volume catatan hasil praktikum tersebut, tetapi tidak mengurangi isinya ;

gunakan symbol atau kode-kode tertentu

mencoba merefleksikan apa yang dipelajari dari hasil praktikum

mengkaji ulang apa yang dipelajari dari hasil praktikum tersebut

Hasil belajar dari catatan praktikum ini menjadi catatan yang singkat, padat dan

menjadi pegangan untuk menghadapi ujian.

4. PENUTUP

Modul Belajar dari Kegiatan di Luar Kelas (Laboratorium) – SS 02 ini merupakan

materi pembelajaran mandiri bagi mahasiswa, dan Anda dianjurkan untuk memperkaya

pengetahuan dari sumber lain.

Sebagai penutup dari modul ini, beberapa pertanyaan berikut diharapkan dapat

membantu Anda untuk belajar dari praktikum, mengembangkan manfaat dan memaknainya :

- Apa tujuan, hakikat dan kegunaan belajar dari kegiatan di laboratorium ?.

- Apa yang hendaknya anda lakukan pada sebelum, selama dan setelah praktikum ?

- Apa yang menjadi tugas setelah praktikum selesai ?

- Bagaimana anda memaknai hasil praktikum ?

- Bagaimana belajar yang efektif dari hasil praktikum

- Bagaimana umpan balik dan evaluasi yang diberikan oleh dosen/asisten/instruktur

terhadap apa yang anda lakukan dan hasilkan dalam praktikum ?.

Selanjutnya cobalah Anda renungkan dan refleksikan : apa makna dan bagaimana

selama ini (di SMA) Anda mempersiapkan, melaksanakan, dan memaknai kegiatan di

laboratorium dalam proses pembelajaran anda.

Mungkin sekali pola belajar yang Anda miliki selama ini tidak sesuai dengan

tututan proses pembelajaran di PT (UNHAS). Sehingga untuk berhasil, Anda secara sadar

selayaknya melakukan „perubahan – pembaruan‟ pola belajar, yaitu berlatih dengan pola yang

baru dan lebih sesuai.

Page 12: BELAJAR DARI

12

PUSTAKA

Bosworth, K. 1994. Developing Collaborative Skills in College Students : Underlying

Processes and Effective Techniques, In : New Direction for Teaching and Learning,

ed.by K.Bosworth, and S.J.Hamilton. Jossey-Bass, San Fransisco. pp. 25-31.

Cannon, R., and Newble, D. 1995. Handbook for teacher in Universities & Colleges. Kogan

Page Ltd., London. pp. 57- 68.

Rahayuningsih, E., dan Dwiyanto, D. 2005. Pembelajaran di Laboratorium. Pusat

Pengembangan Pendidikan, Universitas Gadjah Mada.

Savin-Baden, M., and Major, C.H. 2004. Student Roles, In : Foundation of Problem-based

Learning. Society for Research into Higher Education and Open University Press.

pp. 70-80

Savin-Baden, M., and Major, C.H. 2004. Learning in teams, In : Foundation of Problem-

based Learning. Society for Research into Higher Education and Open University

Press. pp. 71-92.

Sukardi, Ellias, dan Maramis, W.F. 1996. Penilaian Keberhasilan Belajar. Airlangga Univ.,

Surabaya. pp. 135-173.

Watkins, C., Carnell,E., Lodge, C., Wagner, P., and Whalley, C. 2002. Effective Learning.

Institute of Education, University of London.

Zainuddin, M. 2001. Praktikum, Mengajar di Perguruan Tinggi, Buku 1.13. PAU-PPAI. pp.1-

23.