beberapa model penelitian kestabilan lereng untuk...

Download Beberapa Model Penelitian Kestabilan Lereng untuk ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.39.pdf · Hubungan yang signifikan antara kedalaman Muka Air Tanah

If you can't read please download the document

Upload: doanmien

Post on 06-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • Seminar Nasional Ke III

    Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

    Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan

    Beberapa Model Penelitian Kestabilan Lereng

    untuk Mahasiswa Program Sarjana

    Zufialdi Zakaria

    Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang KM-21, Jatinangor-45363

    Email : [email protected]

    Abstrak

    Penelitian analisis kestabilan lereng sangat diperlukan untuk keperluan mitigasi kebencanaan

    geologi dan untuk menunjang pengembangan tata ruang dan kewilayahan secara umum,

    terutama di wilayah yang rawan longsor atau di wilayah dengan kemiringan beragam.

    Hubungan yang signifikan antara kemiringan lereng () dan Faktor Keamanan lereng (FS),

    telah memberikan model penelitian berupa hubungan antara kemiringan dan Faktor Keamanan

    lereng dengan hasil FS = f (). Hasil didapatkan berupa persamaan hubungan, besar koefisien

    korelasi, dan nilai stabil, kritis, dan labil. Untuk stabilisasi lereng, pekerjaan terasering dapat

    dilakukan sehingga didapatkan desain lereng stabil.

    Hubungan yang signifikan antara kedalaman Muka Air Tanah (MAT) dan Faktor Keamanan

    lereng (FS), telah memberikan model penelitian berupa hubungan antara Muka Air Tanah dan

    Faktor Keamanan lereng dengan hasil FS = f (MAT). Hasil didapatkan berupa persamaan

    hubungan, besar koefisien korelasi, dan nilai stabil, kritis, dan labil. Untuk

    stabilisasi lereng, pekerjaan dewatering (dan terasering) dapat dilakukan agar didapatkan

    desain lereng stabil.

    Hubungan yang signifikan peran gempa yang menurunkan Faktor Keamanan lereng (FS),

    memberikan model penelitian hubungan antara percepatan gempa horizontal dengan Faktor

    Keamanan lereng dengan hasil FS = f (h). Hasil didapatkan berupa persamaan hubungan,

    besar koefisien korelasi, dan nilai (h)stabil, (h)kritis, dan (h)labil. Untuk mitigasi bencana

    longsor, lereng-lereng dengan nilai percepatan gempa horizontal yang sudah diketahui, dapat

    dijadikan wilayah limitasi.

    Model penelitian ini dapat dikembangkan di berbagai daerah dengan harapan akan

    didapatkannya hasil dari para peneliti mahasiswa program sarjana khususnya mengenai analisis

    kestabilan lereng di berbagai daerah.

    Kata Kunci : kestabilan lereng, lereng, Muka Air Tanah

    Pendahuluan

    Masalah kestabilan lereng merupakan

    masalah yang seringkali muncul di Indonesia,

    kejadian longsor sering muncul terutama pada

    saat musim hujan tiba. Beberapa kasus kesta-

    biln lereng lainnya terjadi dengan pemicu dari

    gempa tektonik, atau getaran kendaraan. Me-

    ngingat hal-hal tersebut, maka kajian ilmiah

    mengenai kestabilan lereng selalu diperlukan

    sebagai upaya mitigasi kejadian gerakan tanah

    atau longsor.

    Beberapa kajian ilmiah mengenai kesta-

    bilan lereng pada umumnya diperlukan untuk

    keperluan mitigasi kebencanaan geologi dan

  • Seminar Nasional Ke III

    Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

    Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan

    untuk menunjang pengembangan tata ruang

    dan kewilayahan secara umum, terutama di

    wilayah yang rawan longsor atau di wilayah

    dengan kemiringan beragam. Aplikasi dari

    model penelitian kestabilan lereng dapat di-

    manfaatkan di dunia pertambangan (terutama

    di tambang terbuka), di teknik sipil, dan di

    pertanian (terutama pada pencetakan sawah di

    lahan-lahan miring).

    Artikel ini akan dibatasi dalam pemba-

    hasannya hanya hal-hal yang berkaitan kesta-

    bilan lereng tanah saja. Untuk kestabilan

    lereng batuan akan digunakan metode lain

    yang berbeda dengan lereng tanah.

    Kerangka pekerjaan

    Sehubungan dengan hal di atas, maka

    penelitian kestabilan lereng sangat beragam,

    karena dapat ditinjau dari beberapa aspek:

    1. Berdasarkan keperluan (yang berhubungan dengan tambang, pertanian, atau sipil),

    untuk pengembangan wilayah pertambang-

    an (tambang terbuka), wilayah pertanian

    (pembukaan lahan pertanian di daerah

    berkemiringan lereng), atau wilayah tata

    guna lahan yang umum bagi pekerjaan-

    pekerjaan teknik sipil.

    2. Berdasarkan kajian pemicu gerakan tanah oleh peningkatan curah hujan, percepatan

    horisontal (a) getaran gempa tektonik, atau getaran kendaraan di daerah rawan

    longsor

    3. Berdasarkan dampak lingkungan, seperti peningkatan Muka Air Tanah akibat curah

    hujan tinggi, pemotongan lereng untuk

    berbagai keperluan, dan pembangunan fisik

    di tubuh lereng atau puncak lereng.

    Beberapa perguruan tinggi yang terse-

    bar diberbagai provinsi di Indonesia telah me-

    nyelenggarakan program studi yang berhu-

    bungan dengan studi kestabilan lereng sesuai

    keperluannya, misalnya: Program studi teknik

    tambang, teknik geologi, teknik sipil, fisika,

    geofisika, teknologi pertanian, planologi, dan

    lain-lainnya. Mahasiswa dari berbagai

    program studi tersebut sangat berpotensi untuk

    melaksanakan studi kestabilan lereng di dae-

    rah masing-masing untuk tugas akhirnya, se-

    hingga penelitian mengenai kestabilan lereng

    di berbagai daerah dengan kondisi geologi

    masing-masing, dapat diketahui oleh banyak

    orang. Kasus-kasus kestabilan lereng di tiap

    daerah dapat menjadi artikel ilmiah yang khas

    dan bisa sama-sama dipelajari, sehingga akan

    ada interaksi antar penulis artikel.

    Metodologi

    Penelitian mengenai kestabilan lereng

    bisa dibagi menjadi dua bagian: 1) Analisis

    lereng alami; 2) Analisis lereng desain; 3)

    Membandingkan tingkat kemananan lereng

    pada kondisi alami dan kondisi lereng desain.

    Hal di atas akan melibatkan perhitungan

    Faktor Keamanan lereng. Yang pertama adalah

    menghitung Faktor Keamanan pada kondisi

    semula, atau pada kondisi alami. Yang kedua

    adalah menghitung Faktor Keamanan lereng

    untuk rancangbangun lereng stabil. Yang

    ketiga adalah membandingan kondisi alami

    dengan kondisi lereng rancang bangun.

    Kini, berbagai software analisis lereng

    sudah banyak beredar, mulai dari versi untuk

    student, versi trial, dan versi untuk profesio-

    nal. Dengan bantuan perangkat lunak, perhi-

    tungan Faktor Keamanan lereng dalam anali-

    sis lereng menjadi lebih mudah.

    Analisis lereng alami biasanya menjadi

    bagian dari analisis lereng desain. Analisis

    lereng alami dilakukan dengan menggunakan

    kondisi lereng alami saat itu, sedangkan ana-

    lisis lereng desain dilakukan pada berbagai

    kondisi yang mempengaruhi lereng. Kondisi

    tersebut dapat disimulasikan, misalnya: kemi-

    ringan lereng, kedalaman Muka Air Tanah,

    dan percepatan maksimum gempa. Untuk de-

    sain lereng stabil, bisa digunakan cara simu-

    lasi (Zakaria, 2010). Diagram alir pekerjaan

    simulasi dapat dilihat pada Gambar 1.

  • Seminar Nasional Ke III

    Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

    Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan

    Gambar 1. Diagram alir simulasi lereng stabil (Zakaria,

    2010)

    a) Prinsip Dasar

    Prinsip dasar perhitungan Faktor Ke-

    amanan (simbol FS, Safety Factor, atau cukup

    F saja) adalah perbandingan antara gaya-gaya

    pendorong () dan gaya-gaya penahan (S) di dalam tubuh lereng, atau digambarkan dengan

    rumus: F = / S. Secara teoritis adalah:

    Jika F > 1, maka lereng stabil.

    Jika F = 1, maka lereng kritis.

    Jika F < 1 maka lereng labil.

    Namun dari pengalaman dalam kajian

    analisis lereng, Bowles (1989, dalam Zakaria,

    2010) memberikan nilai F dengan makna

    lerengnya sebagai berikut:

    Tabel 1. Nilai F dan maknanya (modifikasi dari

    Bowles, 1989, dalam Zakaria, 2010)

    Nilai Faktor

    Keamanan

    Kejadian pada

    lereng

    Makna

    lereng

    F > 1,25

    1,25 < F < 1,07

    F < 1,07

    Jarang longsor

    Pernah longsor

    Sering longsor

    Relatif stabil

    Kritis

    Labil

    Untuk analisis lereng alami, bisa di-

    bandingkan antara hasil perhitungan faktor

    keamanan lereng alami dengan tabel di atas.

    Pada beberapa skripsi program sarjana bebe-

    rapa dekade yang lalu, analisis lereng hanya

    sampai pada tahap ini. Hal tersebut terjadi

    karena pada waktu itu, komputer personal

    belum banyak digunakan. Menghitung faktor

    keamanan lereng dan menilai makna lereng,

    sudah cukup untuk saat itu, kemudian ditam-

    bahkan sedikit perkiraan perkuatan lerengnya.

    Untuk tahap sekarang, perhitungan fak-

    tor keamanan lereng alami perlu dibanding-

    kan dengan faktor keamanan desain, sehingga

    besar faktor keamanan kondisi awal dan kon-

    disi desain dapat diukur. Lereng desain dapat

    dilakukan dengan simulasi perhitungan faktor

    keamanan lereng pada kondisi lereng:

    1) Dibuat terasering (dua tiga undak atau sesuai keperluan)

    2) Dibuat berkemiringan landai 3) Dibuat simulasi kenaikan dan penurunan

    muka air tanah.

    4) Dibuat simulasi perkiraan gempa

    Untuk empat hal di atas saja, maka akan

    ada beberapa judul skripsi S1 untuk lereng

    rancangbangun yang melibatkan nilai Faktor

    Keamanan, kemiringan lereng, muka air ta-

    nah, faktor percepatan gempa horizontal. Jika

    memungkinkan, perhitungan lereng desain

    yang melibatkan muka air tanah dapat diper-

    dalam dengan dewatering (air dibuang atau

    disedot atau dipompa) untuk menurunkan

    muka air tanah. Hal yang terakhir ini akan

    melibatkan kajian hidrogeologi yaitu diper-

    lukan data arah aliran air tanah, dan debit air di

    bawah permukaan tanah, sehingga dalam

  • Seminar Nasional Ke III

    Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

    Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan

    kajian dewatering, banyaknya air yang harus

    dikeluarkan dapat dihitung dan terukur agar

    muka air tanah (MAT) bisa diturunkan.

    Satu hal yang sering terlupakan oleh para

    mahasiswa dalam penelitian analisis kestabilan

    lereng adalah informasi mengenai kondisi

    geologi teknik daerah setempat, yaitu Peta

    Geologi Tenik (Jihadi et al., 2015). Peta

    geologi teknik yang sudah terbit, bisa dijadikan

    referensi awal. Pemetaan geologi teknik

    barangkali menjadi suatu pekerjaan khusus,

    yaitu memetakan kondisi geologi daerah studi

    ditinjau dari aspek geologi teknik dengan

    cakupan studi yang beragam sesuai dengan

    keperluan. Biasanya mengacu kepada skala

    peta dan tingkat detail peta, sehingga dapat

    dibagi menjadi beberapa jenis peta geologi

    teknik berdasarkan skala (Dearman, 1991)

    b) Thema Penelitian

    Berikut ini contoh beberapa thema pe-

    nelitian yang dapat disesuaikan dengan kon-

    disi daerah baik dalam pertambangan maupun

    dalam pengembangan kewilayahan secara

    umum:

    1) Kestabilan lereng tunggal di daerah X dengan menilai Faktor Keamanan suatu

    lereng di daerah X dan menguraikan pe-

    nanganannya secara kualitatif jika lereng

    akan diperkuat. Penelitian ini sederhana,

    yaitu menghitung FS suatu lereng (Gambar

    2).

    Gambar 2. Perhitungan Faktor Keamanan lereng tunggal

    (Zakaria, 2011)

    Penelitian yang sederhana ini bisa bermak-

    na bila dilakukan tidak pada satu lereng

    saja, tetapi dengan menghitung Faktor

    Keamanan beberapa lereng di daerah X

    kemudian memberikan ulasan mengenai

    cara kualitatif perkuatan lereng, misalnya

    menambah dinding penahan di kaki lereng,

    memperlandai lereng, memotong lereng

    bagian atas melalui terasering, dan se-

    bagainya.

    2) Kestabilan lereng-lereng desain di daerah X dengan membuat terasering dua-tiga

    undak sesuai dengan keperluan agar le-

    reng aman (Zakaria, 2009). Thema ini

    adalah salah satu cara rancangbangun le-

    reng stabil melalui terasering. Bisa dilaku-

    kan di tempat yang sama dengan thema

    pertama di atas, dengan pelaksanakan pe-

    nelitiannya adalah orang yang berbeda,

    yaitu membandingkan keamanan lereng

    pada kondisi lereng tunggal dan lereng

    desain melalui terasering.

    3) Kestabilan lereng tunggal di daerah X dan dihubungkan dengan besar sudut kemi-

    ringan lereng sehingga didapat kondisi

    besar sudut kemiringan lereng stabil, kritis,

    dan labil (Zakaria, 2010). Thema ini

    merupakan stabilisasi lereng dengan cara

    simulasi lereng stabil. Peningkatan faktor

    keamanan lereng ditinjau dari kemiringan

    lerengnya saja.

    Tabel 2. Contoh hubungan Faktor Keamanan dengan

    Kemiringan Lereng Tanah (modifikasi dari

    Zakaria, 2010)

    Nilai Faktor Keamanan (F) dan

    maknanya (Bowles, 1989)

    Kemiringan

    lereng

    F < 1,07

    Longsor sering

    terjadi, lereng

    labil

    > 44,28o

    1,07 < F <

    1,25

    Longsor pernah

    terjadi, lereng

    relatif labil

    44,28o < <

    26,29o

    F > 1,25

    Longsor jarang

    terjadi, lereng

    relatif stabil

    < 26,29o

  • Seminar Nasional Ke III

    Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

    Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan

    4) Kestabilan lereng tunggal maupun lereng terasering yang dihubungkan dengan pe-

    ningkatan / penurunan muka air. Faktor

    keamanan lereng akan meningkat jika

    MAT diturunkan (Gambar 3). Pada pe-

    nelitian ini, kondisi lereng stabil, kritis dan

    labil, dihubungkan dengan tinggi muka air

    tanah, maka akan ditemukan pada kondisi

    muka airtanah seberapa dalam kestabilan

    lereng akan berubah.

    Gambar 3. Nilai faktor keamanan meningkat pada

    kondisi muka air tanah diturunkan

    (Zakaria, 2012)

    5) Stabilisasi lereng melalui penurunan MAT dengan dewatering. Untuk daerah yang

    sama, maka kajian di atas bisa digabung

    dengan penelitian hidrogeologi mengenai

    dewatering. Setelah mendapatkan keda-

    laman MAT pada kondisi stabil, kritis, dan

    labil, maka dewatering bisa dirancang

    melalui serangkaian kajian hidrogeologi

    (pumping test, dsb.) untuk mengetahui

    debit air bawah permukaan dan arah aliran

    bawah permukaan, sehingga arah aliran

    airtanah dan banyaknya air yang harus

    dikeluarkan agar muka air tanah turun pada

    kedalaman tertentu dapat diketahui. Ke-

    mudian, kekuatan pompa dapat disarankan

    berdasarkan besar debit untuk menurunkan

    muka air tanah tersebut.

    6) Kestabilan lereng di daerah X yang dihu-bungkan dengan beban gempa yang diper-

    hitungkan dari nilai percepatan gempa ho-

    risontal, h (Zakaria et al., 2015), sehingga

    didapatkan hubungan faktor keamanan

    dengan percepatan gempa (Gambar 4).

    Gambar 4. Pengurangan nilai Faktor Keamanan yang

    disebabkan oleh peningkatan percepatan

    gempa horisontal (horisontal) pada musim

    hujan dan kemarau (Hirnawan, 1993, dalam

    Zakaria et al., 2015)

    Cukup membandingkan kedua kondisi ter-

    sebut di suatu daerah X, maka sudah

    menjadi suatu karya skripsi. Untuk lebih

    bermakna, penelitian dapat ditingkatkan

    dengan menganalisis besar signifikansi

    perbedaan pada kedua musim dengan

    analisis statistik uji beda beserta nilai

    signifikansinya. Pekerjaan ini barangkali

    akan memerlukan waktu. Pada saat

    pengambilan sampel sedikitnya dilakukan

    dalam dua musim.

    7) Thema di atas bisa juga dibagi pada dua skripsi, yaitu thema penelitian pada kondisi

    kemarau dan thema penelitian pada kondisi

    hujan. Hasil yang akan didapatkan adalah

    percepatan gempa horizontal pada kondisi

  • Seminar Nasional Ke III

    Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

    Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan

    lereng stabil, kritis, atau labil di musim

    hujan (1) dan di musim kemarau (2).

    8) Penelitian di atas bisa dikondisikan dengan cara lain jika tidak mau menunggu dua mu-

    sim, yaitu pada kondisi sampel alami saat

    itu dibandingkan dengan pada kondisi

    sampel jenuh. Untuk cara penelitian ini, se-

    baiknya pengambilan sampel tanah dilak-

    sanakan pada musim kering (kemarau), se-

    hingga akan didapatkan sampel pada kon-

    disi natural. Penelitian akan membedakan

    kestabilan lereng pada kondisi natural dan

    kondisi jenuh, maka sampel tanah dibagi

    dua: sampel natural dan sampel yang diren-

    dam terlebih dahulu (untuk mendapatkan

    kondisi jenuh.

    9) Thema penelitian kestabilan lereng yang jarang dilakukan adalah penelitian kesta-

    bilan lereng pada musim hujan, karena

    pengambilan sampel dilakukan saat musim

    hujan. Penelitian ini menghubungkan

    curah hujan dengan nilai faktor kemanan

    lereng di suatu daerah, maka perlu me-

    ngetahui besarnya nilai curah hujan pada

    saat hujan dan membandingkannya dengan

    nilai faktor keamanan pada kondisi curah

    hujan saat itu. Cara simulasi dapat di-

    lakukan dalam penelitian ini (Zakaria et

    al., 2015) berdasarkan hubungan-hubung-

    an seperti ada Gambar 5.

    Gambar 2. Hubungan curah hujan dengan nilai Faktor

    Keamanan (Zakaria et al., 2015)

    Diskusi

    Dalam penelitian kestabilan lereng,

    semua faktor penyebab longsor dan faktor

    pemicu longsor dapat diinventarisir. Anomali

    yang muncul saat inventarisir faktor-faktor

    tersebut, bisa digali lebih jauh untuk penelitian

    yang lebih komprehensif sehingga perilaku

    longsor atau gerakan tanah secara umum dapat

    diketahui.

    Jika hasil penelitian kestabilan lereng di

    berbagai perguruan tinggi di Indonesia dapat

    dihimpun, maka akan dapat diketahui

    karakteristik lereng tanah dari lapukan batuan

    dasar setempat atau lereng tanah pada Formasi

    yang bebeda-beda sesuai lokasi penelitian.

    Secara sederhana, contoh thema peneli-

    tian akan menampilkan kasus-kasus pada le-

    reng tunggal maupun lereng majemuk dengan

    berbagai kondisi sebagai berikut:

    a) FS versus kemiringan lereng

    b) FS versus MAT

    c) FS versus h

    c) FS versus curah hujan

    Kesimpulan

    Analisis kestabilan lereng merupakan

    studi yang masih menarik dan masih dibutuh-

    kan sesuai kebutuhan, baik di dunia pertam-

    bangan, sipil, pertanian, atau pengembangan

    wilayah secara umum. Model penelitian perlu

    dikembangkan di berbagai daerah agar hasil

    penelitian mahasiswa mengenai analisis ke-

    stabilan lereng dapat dihimpun, dan dipelajari

    lebih jauh untuk kepentingan yang lebih luas.

    Pustaka

    Dearman, W.R., 1991, Engineering geological

    mapping,Butterworth-Heinemann, Oxford,

    387 p.

    Jihadi, L.H., Azzy, F.N., Anural, M.B., &

    Zakaria, Z., 2015, Engineering Geological

    Mapping as a part of Landslide Mitigation

    at Surface Mining Site, in Engineering

  • Seminar Nasional Ke III

    Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

    Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan

    Geology for Society and Teritory, Volume

    2, Chapter: 319, pp. 1805-1808

    Zakaria, Z. (2009) Analisis kestabilan lereng tanah. Laboratorium Geologi Teknik, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjajaran, 37 halaman, diakses dari situs: http://blogs.unpad.ac.id/zufialdizakaria/files/2009/11/zufialdi-zakaria-2009-analisis-kestabilan-lereng-tanah.pdf, 2 April 2016.

    Zakaria, Z. (2010) Model Starlet, suatu usulan untuk mitigasi bencana longsor dengan pendekatan genetika wilayah (Studi kasus: Longsoran Citatah, Padalarang, Jawa), Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 5 No. 2 Juni 2010: 93-112, dapat diakses melalui situs: http://www.bgl.esdm.go.id/publication/index.php/dir/article_download/267, diakses tanggal 2 April 2016.

    Zakaria, Z., 2011, Analisis Kestabilan Lereng

    Tanah, Laboratorium Geologi Teknik, Pro-

    gram Studi Teknik Geologi, Fakultas Tek-

    nik Geologi, Unpad, 37 hal. diakses dari

    http://blogs.unpad.ac.id/zufialdizakaria/fil

    es/2009/11/zufialdi-zakaria-Analisis-

    Kestabilan-Lereng-20111.pdf, diakses

    tanggal 2 April 2016, pukul 12.20

    Zakaria, Z., Modul Analisis Kestabilan

    Lereng, FTG, Universitas Padjadjaran,

    unpublished, 220 hal.

    Zakaria, Z., Hirnawan, F., Widayati., S., 2015. Rain and Earthquake-induced Landslides in West Java, Indonesia, Case Study in Subang Area near the Baribis Fault, with Implications for an Early Warning System, in: Engineering Geology for Society and Territory - Volume 2, Chapter: 106, pp 637-640

    Zakaria, Z., Jihadi, L.H., Syahida, Z., & Oscar,

    A.W., 2015, Simulation of Slope Stability

    in the Dry and Rainy Seasons at Jatinangor,

    District Of Sumedang, West Java,

    Proceeding HANOIGEO 2015, Inter-

    national Conference on "Engineering

    Geology in Respon to Cimate Change and

    Suistainable Development of Infra-

    structure", Publishing House for Science

    and Technology, Hanoi, Vietnam,

    Desember 2015, p. 365-367.

    http://blogs.unpad.ac.id/zufialdizakaria/files/2009/11/zufialdi-zakaria-2009-analisis-kestabilan-lereng-tanah.pdfhttp://blogs.unpad.ac.id/zufialdizakaria/files/2009/11/zufialdi-zakaria-2009-analisis-kestabilan-lereng-tanah.pdfhttp://blogs.unpad.ac.id/zufialdizakaria/files/2009/11/zufialdi-zakaria-2009-analisis-kestabilan-lereng-tanah.pdfhttp://www.bgl.esdm.go.id/publication/index.php/dir/article_download/267http://www.bgl.esdm.go.id/publication/index.php/dir/article_download/267http://blogs.unpad.ac.id/zufialdizakaria/files/2009/11/zufialdi-zakaria-Analisis-Kestabilan-Lereng-20111.pdfhttp://blogs.unpad.ac.id/zufialdizakaria/files/2009/11/zufialdi-zakaria-Analisis-Kestabilan-Lereng-20111.pdfhttp://blogs.unpad.ac.id/zufialdizakaria/files/2009/11/zufialdi-zakaria-Analisis-Kestabilan-Lereng-20111.pdfhttp://link.springer.com/book/10.1007/978-3-319-09057-3http://link.springer.com/book/10.1007/978-3-319-09057-3