bea materai

47
Bea Materai

Upload: hyun-jae-fullbuster

Post on 02-Jul-2015

1.889 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bea Materai

Bea Materai

Page 2: Bea Materai

Definisi Umum Subjek Pajak Objek Pajak

TarifCara MenghitungCara Pembayaran

Pelaporan Sanksi Administrasi Ketentuan

Bagan Pembahasan Bea Materai

Page 3: Bea Materai

Definisi UmumBea meterai adalah pajak, ini dapat dibuktikan dengan melihat ciri-ciri yang melekat padapengertian bea meterai dengan disandingkan dengan ciri-ciri pajak. Ciri-ciri yang melekat padapengertian pajak antara lain :1. Pajak adalah peralihan kekayaan dari orang/badan ke Pemeerintah2. Pajak dipungut berdasarkan ketentuan undang-undang serta aturan pelaksanaannya sehinggadapat dipaksakan;3. Dalam pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan kontraprestasi langsung secara individual yang

diberikan oleh Pemerintah;4. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah;5. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemaasukannyamasih terdapat surplus, maka surplus tersebut digunakan untuk investasi publik.6. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari Pemerintah.7. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.Selanjutnya tentang bea meterai dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang . Undang Nomor13 tahun 1985 tentang Bea Meterai :.Dengan nama bea meterai dikenakan pajak atas dokumenyang disebut dalam undang . undang ini.. Hal ini menunjukkan bahwa UU Bea Meterai dengantegas menyatakan bahwa bea meterai adalah pengenaan pajak atas dokumen.

Page 4: Bea Materai

Pengertian Dasar Berkaitan dengan Bea Materai

1. Dokumen > kertas yang berisi tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan, atau kenyataan bagi seseorang dan atau pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Benda materai > materei tempel dan kertas materai yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.

3. Tanda tangan > tanda tangan sebagaimana lazimnya dipergunakan, termasuk pula paraf, teraan atau cap tanda tangan atau cap paraf, teraan cap nama , atau lainnya sebagai pengganti tanda tangan.

Page 5: Bea Materai

4. Pemateraian kemudian > suatu cara pelunasan Bea Materai yang dilakukan oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang Bea Materainya belum dilunasi sebagaimana mestinya.

5. Pejabat Pos > Pejabat Perusahaan Umum Pos dan Giro yang diserahi tugas melayani pemateraian kemudian.

Page 6: Bea Materai

Dasar Hukum Pemungutan Bea Meterai

Undang-Undang Nomor 13 tahun 1985 merupakan pengganti dari Aturan Bea Meterai tahun 1921 yang sampai dengan 31 desember 1985 menjadi dasar hukum pemungutan bea meterai Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 tahun 1985 disahkan dan diundangkan di Jakarata pada tanggal 27 Desember 1985 dan dinyatakan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1986. Undang- Undang Nomor 13 tahun 1985 dimuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 69 dan penjelasan undang- undang ini dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3313.

Page 7: Bea Materai

- Peraturan Pemerintah Nomor 24 TAHUN 2000 tentang perubahan tarif bea meterai dan besarnya pengenaan harga nominal yang dikenakan bea materai. Peraturan ini sekaligus mencabut peraturan sebelumnya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1995 .

 - Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133/KMK.04/2000' ../peraturan/133/KMK.04/2000 , tentang bentuk,ukuran, dan warna benda meterai desain tahun 2000.

 - Keputusan Menteri Keuangan Nomor 560/KMK.04/2000, tentang perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133/KMK.04/2000' /peraturan/133/KMK.04/2000 tentang bentuk, ukuran, dan warna benda meterai desain tahun 2000.

Page 8: Bea Materai

- Keputusan Menteri Keuangan Nomor 571/KMK.04/2000, tentang perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133/KMK.04/2000' /peraturan/133/KMK.04/2000 tentang bentuk, ukuran, dan warna benda meterai desain tahun 2000.

 - Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133a/KMK.04/2000 , tentang pengadaan, pengelolaan dan penjualan  

- Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133a/KMK.04/2000 , tentang pengadaan, pengelolaan dan penjualan benda meterai

 - Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000 , tentang pelunasan bea meterai dengan menggunakan cara lain

 - Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133c/KMK.04/2000 , tentang pemusnahan benda meterai

 - Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 122a/PJ./2000 tentang tata cara pelunasan bea meterai dengan menggunakan benda meterai.

Page 9: Bea Materai

- Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 122b/PJ./2000 tentang tata cara pelunasan bea meterai dengan membubuhkan tanda bea meterai lunas dengan mesin teraan meterai

 

- Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 122c/PJ./2000 tentang tata cara pelunasan bea meteri dengan membubuhkan tanda bea meterai lunas dengan teknologi percetakan.

 

- Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor  KEP - 122d/PJ./2000 tentang tata cara pelunasan bea meterai dengan membubuhkan tanda bea meterai lunas dengan sistem komputerisasi

Page 10: Bea Materai

Subjek Bea Meterai

UU Bea Meterai menentukan bahwa subjek Bea Materai adalah :

1. Pemegang Dokumen, sesuai dengan penjelasan pasal 2 ayat (1) huruf a yang menjelaskan bahwa pihak –pihak yang memegang surat perjanjian atau surat-surat lainnya tersebut, dibebani kewajiban untuk membayar bea materai atas surat perjanjian atau surat-surat yang dipegangnya.

Page 11: Bea Materai

2. Pihak yang mendapat manfaat, sesuai dengan pasal 6 yang telah menentukan bahwa bae Materai terhutang oleh pihak yang mendapat manfaat dari dokumen kecuali atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain.

3. Penerimaan Dokumen, sesuai dengan pasal 6, maka dalam I dokumen dibuat sepihak, misalnya kuitansi, bea materai terhutang oleh penerima kuitansi. Dalam hal dokumen dibuat oleh 2 pihak atau lebih, misalnya surat perjanjian dibawah tangan, masing-masing pihak terhutang bea materai atas dokumen yang diterimanya. Jika surat perjanjian dibuat dengan Akta Notaris maka bea materai yang terhutang baik atas asli sahihnya yang disimpan oleh Akta Notaris maupun salinannya yang diperuntukkan pihak-pihak yang bersangkutan terhutang oleh pihak-pihak yang mendapat manfaat dari dokumen tersebut, yang dalam contoh adalah pihak-pihak yang mengadakan perjanjian.

4. Ditentukan Lain, sesuai dengan penjelasan pasal 6, maka jika pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain, maka Bea Materai terhutang oleh pihak atau pihak-pihak yang ditentukan dalam dokumen tersebut.

Page 12: Bea Materai

Penghitungan bea MateraiPasal 5 UU Bea Meterai menentukan penghitungan bea materai dilakukan saat terutang bea meterai tersebut, sebagai berikut:a. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak, adalah pada saat dokumen itu diserahkan;Lebih jauh dijelaskan bahwa yang dimaksud saat dokumen itu diserahkan termasuk juga bahwa pada saat itu dokumen tersebut diterima oleh pihak untuk siapa dokumen itu dibuat, bukan pada saat ditandatangani, misalnya kuintansi, cek, dan sebagainya.b. Dokumen yang dibuat oleh lebih dari salah satu pihak, adalah pada saat selesainya dokumen dubuat, yang ditutup dengan pembubuhan tanda tangan dari yang bersangkutan. Sebagai contoh surat perjanjian jual beli. Bea Meterai terhutang pada saat ditandatanganinya perjanjian tersebut.c. Dokumen yang dibuat di luar negeri adalah pada saat digunakan di Indonesia.

Page 13: Bea Materai

Penghitungan bea materai didasarkan atas tarif yang berlaku. Yaitu tarif bea materai adalah Rp 3.000 dan Rp 6.000. secara ringkasnya bea materai atas semua dokumen adalah Rp 6.000,00 kecuali :

1. Surat yang memuat jumlah uanga. yang mempunyai harga nominal sampai Rp 250.000 tidak dikenakan bea materai.b. yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 250.000 – Rp 1.000.000 dikenakan bea materai Rp 3.000,00

2. Surat Berhargaa. yang mempunyai harga nominal sampai Rp 250.000 tidak dikenakan bea materai.b. yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 250.000 – Rp 1.000.000 dikenakan bea materai Rp 3.000c. cek dan bilyet giro dikenakan bea materai Rp 3.000 tanpa batas pengenaan besarnya harga nominal.

3. Efeka. yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp 1.000.000 dikenakan Bea Materai dengan tarif sebesar Rp 3.000b. yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 1.000.000 dikenakan bea materai sebesar Rp 6.000

Page 14: Bea Materai

Berdasarkan data diatas, kita dapat menghitung bea amterai yang akan dikenakan untuk suatu dokumen.

Contoh Soal :

Pak Usman membeli sebuah Genset Rp 150.000.000 pembayaran uang muka sebesar 20% sisanya diangsur selama empat kali berturut-turut yaitu sebesar 25%. Hitunglah bea materai jika:

a. Seluruh dokumen yang digunakan adalah kuitansi

b. Seluruh dokumen yang digunakan adalah cek

Jawab

Jumlah uang yang telah dikelurkan Pak Usman adalah :

Uang muka 20% x Rp 150.000.000 = Rp 30.000.000

Angsuran 1 25% x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000

Angsuran 2 25% x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000

Angsuran 3 25% x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000

Angsuran 4 25% x Rp 150.000.000 = Rp 7.500.000

Page 15: Bea Materai

No Nominal kuitansi Cek

1 Rp 30.000.000 Rp 6.000 Rp 3.000

2 Rp 37.500.000 Rp 6.000 Rp 3.000

3 Rp 37.500.000 Rp 6.000 Rp 3.000

4 Rp 37.500.000 Rp 6.000 Rp 3.000

5 Rp 7.500.000 Rp 6.000 Rp 3.000

Jumlah Rp 30.0000 Rp 15.000

Page 16: Bea Materai

Objek Pajak Bea Materai Serta Tarifnya

A. Dokumen yang Kena Bea Materai :berdasarkan tarifnya, bea materai dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu Rp 6.000,00 dan Rp 3.000,00. Dokumen yang dikenakan bea materai dengan tarif Rp 6.000,00 adalah dokumen yang berbentuk :

a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakna sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata, seperti surat kuasa, surat hibah dan surat pernyataan.

b. Akta-akta notaris termasuk salinannyac. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

termasuk rangkap-rangkapnya.d. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian dimuka

pengadilan, meliputi :– Surat-surat biasa dan surat-surta kerumahtanggaan– Surat-surat yang semula tidak dikenakan bea materai berdasarkan

tujuannya, jika digunakna untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, lain dari maksud semula.

Page 17: Bea Materai

Dokumen yang berkaitan dengan nilai rupiah juga dikenakan bea materai, dengan tarif :

a. Dokumen yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp 250.000,00 tidak dikenakan bea materai.

b. Dokumen yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 250.000,00 sampai dengan Rp 1.000.000,00 dikenakan bea materai dengan tarif Rp 3.000,00

c. Dokumen yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 1.000.000,00 dikenakan bea materai dengan tarif Rp 6.000,00.

Pengecualian• Cek dan Bilyet Giro dikenakan bea materai dengan tarif sebesar Rp

3.000,00, tanpa memperhatikan batas pengenaan besarnya harga nominal tersebut.

• Efek dengan nama dan bentuk apapun yang mempunyai nilai nominal sampai dengan Rp 1.000.000,00 dikenakan bea materai dengan tarif Rp 3.000,00, sedangkan yang mempunyai nilai nominal dengan tarif lebih dari Rp 1.000.000,00 dikenakan bea materai dengan tarif Rp 6.000,00.

Page 18: Bea Materai

B. Dokumen yang tidak kena bea materai :a. dokumen yang berupa :

* Surat penyimpanan* Konosemen* Surat angkutan penumpang barang* Keterangan pemindahan yang dituliskan di atas dokumen sebagaimana

dimaksud diatas* Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang* Surat untuk pengiriman barang dan penerimaan barang* Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggunganpengiriman* Surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat

sebagaimana dimaksud dalam keteranagn sebelumnya. b. Segala bentuk ijazahc. Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan dan pemyaran lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat – surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayarannya itu.d. tanda bukti penerimaan uang Negara dari kas Negara, kas Pemerintah Daerah dan banke. Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat disamakan dengan itu dari Kas Negara, Kas Pemerintahan Daerah dna bankf. Tanda terima uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasig. dokumen yang menyebutkan tabungan pembayaran uang tabungan kpdpenabung oleh bank, koperasi, dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebuth. surat gadai yang diberikan oleh PT Pegadaiani. Tanda pembagian keuntungan atau bungan dari Efek, dengan nama dan dalam bentuk apapun

Page 19: Bea Materai

Cara Pembayaran Bea Materai

Bea materai atas dokumen dilunasi dengan cara :

a. Menggunakan benda materai

b. Menggunakan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan

Page 20: Bea Materai

Pelunasan Bea Meterai dengan

Menggunakan Benda Meterai Benda meterai yang dapat digunakan sebagai sarana pelunasan benda meterai terutang adalah benda meterai sebagaimana dimaksud dalm Pasal 1 ayat (2) huruf b UU Bea Meterai, yaitu meterai tempel dan kertas metereai yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Cara pembayaran menggunakan materai tempel :

Pelunasan bea meterai dengan menggunakan meterai tempel dilakukan sesuai dengan Pasal 7 ayat( 3) . (6) UU Bea Meterai, yaitu sebagai berikut.a. Meterai tempel direkatkan seluruhnya dengan utuh dan tidak rusak di atas dokumen yang dikenakan Bea Meterai.b. Meterai tempel direkatkan di tempat dimana tanda tangan akan dibubuhkan.c. Pembubuhan tanda tangan disertai dengan pencantuman tanggal, bulan, dan tahundilakukan dengan tinta atau yang sejenis dengan itu, sehingga sebagian tanda tangan ada di atas kertas dan sebagian lagi di atas meterai tempel.

Page 21: Bea Materai

d. Jika digunakan lebih dari satu meterai tempel, tanda tangan harus dibubuhkan sebagian di atas semua meterai tempel dan sebagian di atas kertas.Letak perekatan meterai tempel bergantung kepada dimana letak tanda tangan akandibubuhkan diatas kertas yang bersangkutan. Pada umumnya di bawah tulisan yang sudah selesai. Jika suatu dokumen yang dibubuhi meterai tempel harus ditanda-tangani oleh lebih dari satu orang, penanda tanga pertama harus mempergunakan meterai tempel tersebut.

Cara pembayaran menggunakan kertas materai :Pelunasan bea meterai dengan menggunakn kertas meterai dilakukan sesua dengan Pasal 7 ayat (7) . (8) UU Bea Meterai, yaitu dengan cara menuliskan dokumen yang menjadi objek bea meterai pada kertas meterai yang ditentukan. Tanda tangan pihak yang membuat dokumen tersebut dilakukan di atas kertas meterai, pada bagian yang sesuai dengan dokumen yang dibuat (tidak ditentukan harus pada sisi tertentu dari kertas meterai). Jika isi dokumen yang dikenakan bea meterai terlalu panjang untuk dimuat seluruhnya di atas kertas meterai yang digunakan, maka untuk bagian isi yang masih tertinggal dapat digunakan kertas tidak ber meterai.

Page 22: Bea Materai

Suatu dokumen yang menggunakan beberapa helai kertas (misalnya akta pendirian sebuah perseroan terbatas) dan akta pendirian tersebut menggunakan kertas meterai, maka hanya bagian awal (helai pertama) saja yang menggunakan meterai, kemudia helai-helai berikutnya dapat menggunakan kertas biasa tanpa meterai. Kertas meterai yang sudah digunakan, tidak boleh digunakan lagi. Kertas meterai yang sudah diguakan tidak boleh digunakan lagi.

Page 23: Bea Materai

Pelunasan Bea Meterai Menggunakan Cara Lain

ketentuan mengenai pemeteraian dengan cara lain diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000 tanggal 28 April 2000 sebagai berikut:1) Pemeteraian dengan cara lain dilakukan dengan tiga cara, yaitu:a. Dengan membubuhkan tanda bea meterai lunas dengan mesin teraan meterai;b. Dengan membubuhkan tanda bea meterai lunas dengan teknologi percetakan; atauc. Dengan membubuhkan tanda bea meterai lunas dengan sistem komputerisasi

Page 24: Bea Materai

2) Pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan cara lain harus mendapat ijin tertulis dari Direktur Jenderal Pajak.3) Hasil pencetakan tanda Bea Meterai Lunas harus dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pajak; Pembubuhan tanda Bea Meterai Lunas dengan menggunakan teknologi percetakan dilaksanakan oleh Perusahaan Umum (Perum) Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) dan/atau Perusahaan sekuriti yang mendapat ijin dari Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu (Botasupal) yang di tunjuk oleh Bank Indonesia.4) Bea Meterai yang telah dibayar atas tanda Bea Meterai Lunas yang tercetak pada dokumen yang tidak terutang Bea Meterai ataupun yang belum digunakan untuk mencetak tanda Bea Meterai Lunas, dapat dialihkan untuk penggunaan berikutnya.5) Penerbit dokumen dengan tanda Bea Meterai Lunas yang Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi harus melunasi Bea Meterai yang terutang berikut dendanya 200 % (dua ratus persen) dari Bea Meterai yang tidak atau kurang dilunasi dengan cara menyetorkannya ke Kas Negara atau Bank Persepsi.6) Bea Meterai kurang bayar atas cek, bilyet giro, dan efek yang tanda Bea Meterai Lunasnya dibubuhkan sebelum 1 Mei 2000 harus dilunasi dengan menggunakan mesin teraan Meterai atau dengan menggunakan meterai tempel.

Page 25: Bea Materai

Akibat Apabila Ketentuan Cara

Pelunasan Bea Meterai Tidak Dipenuhi Pelunasan bea meterai, baik dengan menggunakan benda bea meterai maupun dengan cara lain, harus memenuhi ketentuan yang telah dikemukakan di atas. Apabila ternyata ketentuan pelunasan bea meterai tidak dipenuhi, maka dokumen tersebut dinyatakan tidak ber meterai dan tentunya dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Undang-Undang bea meterai dengan tegas menentukan apabila ketentuan tentang cara pelunasan bea meterai tidak dipenuhi, maka berlaku ketentuan di bawah ini.

Page 26: Bea Materai

1) Dalam hal pemenuhan dengan menggunakan benda bea meterai tidak memenuhi ketentuan, maka dokumen yang bersangkutan dianggap tidak ber meterai (Pasal 7 ayat (9) UU Bea Meterai). Hal ini berakibat akan dikenakan sanksi berupa denda administrasi sebesar 200% dari bea meterai yang tidak dibayar.2) Dalam hal pemenuhan dengan menggunakan mesin teraan meterai atau cara lainnya sebagaimana dimaksudkan dalm Pasal 7 ayat (2) huruf b UU Bea Meterai dilakukan tanpa izin, maka berdasarkan Pasal 14, perubahan tersebut merupakan kejahatan sehingga dapat diancam dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun.

Page 27: Bea Materai

Pelaporan Didalam Bea Materai

Pemantauan Pelaksanaan Pengenaan Bea Meterai

Langkah-langkah pemantauan diperlukan dalam rangka menjamin keamanan

penerimaan negara berkaitan dengan pelaksanaan pemenuhan kewajiban bea meterai oleh masyarakat. Pemantauan dapat berupa:

Page 28: Bea Materai

1. Melakukan pengamatan di tempat-tempat penjualan benda meterai untuk memantaukemungkinan beredarnya benda meterai palsu;2. Secara cermat mengawasi penggunaan mesin teraan bea meterai;3. Segera mengadakan penyuluhan terhadap pengusaha hotel, rumah makan, pedagang (partai dan eceran), pabrikan, dan pengusaha lainnya yang membuat nota, faktur yang juga berfungsi sebagai tanda terima uang bahwa mereka harus membubuhkan meterai tempel pada nota / faktur tersebut sesuai dengan UU Bea Meterai;4. Memantau pemeteraian cek, bilyet giro, surat yang menyatakan pembukuan uang danpenyimpanan uang dalam rekening di bank, serta surat yang berisi pemberitahuan saldorekening di bank, apakah telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Page 29: Bea Materai

Pembentukan Tim Verifikasi Penjualan Benda Meterai

Sebagaimana telah dikemukakan wewenang penjualan dan pengelolaan peredaranbenda meterai diserahkan kepada PT Pos Indonesia (Persero). Untuk memastikan bahwa penjualan dan pelaporan penjualan benda meterai dilakukan secara benar, fiskus memiliki tugas untuk memantau pelaksanaan penjua1an benda meterai. Guna melaksanakan tugas ini, Direktur Jenderal Pajak membentuk tim verifikasi penjualan benda meterai dengan pertimbangan bahwa untuk ketertiban dan kelancaran pelaksanaan verifikasi penjualan benda meterai, perlu dibentuk tim yang bertugas melaksanakan penelitian, penatausahaan, dan pelaporan terhadap hasil penjualan benda meterai yang telah dilakukan oleh PT Pos Indonesia (Persero).

Page 30: Bea Materai

Hal ini dituangkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep- 565/PJ.53/1998 tentang Pembentukan Tim Verifikasi Penjualan Benda Meterai yang ditetapkan pada tanggal 22 Oktober 1998 dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.Berdasarkan keputusan ini, Direktur Jenderal Pajak membentuk tim verifikasi penjualanbenda meterai yang anggota-anggotanya terdiri dari unsur Direktorat Jenderal Pajak dan PT Pos Indonesia (Persero).

Page 31: Bea Materai

Tim verifikasi penjualan benda meterai mempunyai tugas-tugas antara lain:a. Melaksanakan penelitian, baik secara administrasi maupun fisik atas hasil penjualanbenda meterai dan persediaan benda meterai;b. Melakukan pencatatan, penatausahaan, danpelaporan yang berhubungan denganpelaksanaan tugas pada huruf a; danc. Melaporkan hasil pelaksanaan verifikasipenjualan dan persediaan benda meteraikepada Direktur Jenderal Pajak.

Page 32: Bea Materai

Pemberian Izin Dan Pengawasan Penggunaan

Mesin Teraan Bea Meterai Untuk setiap pembukaan dan pemasangan segel mesin teraan bea meterai baik untuk keperluan perbaikan mesin teraan bea meterai yang bersangkutan maupun untuk pengisian deposit, dibuat Berita Acara Pembukaan dan Pemasangan Segel dan dicatat pada buku register pengisian deposit mesin teraan bea meterai. Setiap pengisian deposit mesin teraan bea meterai dicatat juga dalam Kartu Pengawasan Pengisian Deposit Mesin Teraan bea meterai. Untuk pengawasan, terhadap pemakai mesin teraan bea meterai yang ada dilakukan pendataan sehingga dapat diketahui jumlah pemakai, jumlah mesin teraan bea meterai, merek mesin teraan, dan ketertiban pengiriman laporan pemakaian mesin teraan.

Page 33: Bea Materai

Intensifikasi Bea Meterai

Sebagai instansi yang diberi kewenangan untuk mengelola pajak, Direktorat Jenderal

Pajak harus selalu berusaha untuk meningkatkan penerimaan pajak. Hal ini juga dilakukan terhadap bea meterai. Sehubungan dengan pelaksanaan UUBea Meterai serta peraturan pelaksanaannya fiskus dapat melakukan upaya intensifikasi bea meterai atas dokumen yang menjadi objek bea meterai yang dibuat oleh institusi tertentu.

Page 34: Bea Materai

Langkah yang dilakukan untuk meningkatkan pemasukan bea materai :

a. Menghimbau kepada penerbit dokumen untuk segera mengenakan bea meterai atasdokumen yang diterbitkan;

b. Memberitahukan kepada penerbit dokumen bahwa pemenuhan kewajiban beameterai atas dokumen yang diterbitkan dapat dilakukan dengan cara pembubuhantanda bea meterai lunas dengan sistem kamputerisasi;

c. Bilamana dalam pemeriksaan pajak ditemukan dokumen yang bea meterainya tidakatau kurang dilunasi sebagaimana mestinya, atas dokumen tersebut wajib dikenakanbea meterai dengan ditambah denda administrasi sebesar 200 % dari bea meteraiyang tidak atau kurang dibayar dengan cara pemeteraian kemudian.

Page 35: Bea Materai

Sanksi Administrasi

Dokumen yang Bea Materainya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya dikenakan denda administrasi sebesar 200% dari Bea Materai yang tidak atau kurang dibayar. Pemegang dokumen harus melunasi Bea Materai yang terutang berikut dendanya dengan cara pematraian kemudian.

Page 36: Bea Materai

Pelaksanaan pematraian ini dilakukan atas :

1. Dokumen yang semula tidak terutang Bea Materai namun akan digunakan sebagai alat pembuktian dimuka pengadilan.

2. Dokumen yang Bea Materai tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya

3. Dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di Indonesia

Pemegang dokumen pada butir 1, 2 dan 3 wajib melakukan pematraian kemudian dengan menggunakan :

1. Materai tempel

2. Surat Setoran Pajak

Page 37: Bea Materai

Pengenaan sanksi denda ini dapat dilihat pada contoh di bawah ini.

1. Dokumen yang menurut ketentuan dikenakan bea mcterai Rp 6.000,00 tetapi temyata tidak

diberi meterai. Besarnya pemeteraian kemudian yang harus dilakukan terhadap dokumen

tersebut adalah sebesar Rp 18.000,00 dengan perincian sebagai berikut:

· Bea Meterai yang tidak dibayar = Rp. 6.000,00· Denda Administrasi 200 % = Rp. 12.000,00· Jumlah = Rp. 18.000,002. Jika dokumen sebagaimana contoh 1 diatas hanya diberi

meterai Rp. 3.000,00 maka besarnyapemeteraian kemudian adalah Rp. 9.000,00 dengan

perincian sebagai berikut:o Bea Meterai yang kurang dibayar = Rp. 3.000,00o Denda Administrasi 200 % = Rp. 6.000,00o Jumlah = Rp. 9.000,00

Page 38: Bea Materai

Pemateraian kemudian dengan cara-cara diatas harus disahkan pejabat pos. lembar kesatu dan lembar ketiga Surat Setoran Pajak (SSP) yang digunakan untuk pemateraian kemudian harus dilampiri daftar dokumen yang dimateraikan kemudian dan daftar dokumen tersebut merupakan lampiran dari lembar kesatu dan ketiga SSP yang tidak terpisahkan. Pengesahan atas pemateraian kemudian dapat dilakukan setelah pemegang dokumen membayar denda.

Denda tersebut seperti yang telah dijelaskan didalam sanksi administrasi.

Pelaksanaan pelunasan atas denda tersebut menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).

Page 39: Bea Materai

Kadaluwarsa Bea Meterai

Berdasarkan Pasal 12 UU Bea Meterai kewajiban pemenuhan bea meterai dan denda

administrasi yang terutang daluwarsa setelah lampau waktu lima tahun, terhitung sejak tanggal dokumen dibuat. Ditinjau dari segi kepastian hukum daluwarsa lima tahun dihitung sejak tanggal dokumen dibuat, berlaku untuk seluruh dokumen termasuk kuitansi.

Page 40: Bea Materai

UU Bea Meterai menentukan bahwa yang daluwarsa adalah kewajiban pemenuhan bea meterai dan denda administrasi yang terutang. Hal ini berarti apabila dokumen yang dibuat, baik sepihak maupun oleh beberapa pihak, merupakan dokumen yang harus dikenakan bea meterai, tetapi ternyata tidak dipenuhi oleh pihak pembuat pemegang dokumen tersebut dalam jangka lima tahun dan tidak terjadi sengketa, maka setelah lewat lima tahun kewajiban bea meterai atas dokumen tersebut menjadi tidak berlaku lagi.

Page 41: Bea Materai

Ketentuan-Ketentuan didalam Bea Materai

1. Ketentuan Khusus

a. Pejabat pemerintah, hakim, penitera, jurusita, notaris dan pejabat umum lainnya, masing-masing dalam tugas atau jabatannya tidak

dibenarkan : – Menerima, mempertimbangkan atau menyimpan dokumen

yang Bea Materai tidak atau kurang dibayar

– Meletakkan dokumen yang bea materainya tidak atau kurang dibayar dengan tarifnya pada dokumen lain yang berkaitan.

– Membuat salinan, tembusan, rangkapan atau petikan dari dokumen yang Bea Materainya tidak atau kurang dibayar

– Memberikan keterangan atau catatan pada dokumen yang tidak atau kurang dibayar sesuai dengan tarif Bea Materainya

Page 42: Bea Materai

b. Atas pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Ketentuan Pidana

Sebagaimana dengan jenis pajak lainnya, pada bea meterai juga terdapat kemungkinan

terjadinya tindak pidana yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait terutama oleh wajib pajak bea meterai. Untuk menjaga agar ketentuan dalam bea meterai dapat dijalankan secara benar, maka terhadap pihak yang melakukan tindak pidana dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Page 43: Bea Materai

Sesuai Pasal 13 dan 14 UU Bea Meterai, ketentuan berkaitan dengan tindak pidana di bidang bea adalah sebagai berikut::1. Dipidana sesuai dengan ketentuan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana :a. barangsiapa meniru atau memalsukan meterai tempel dan kertas meterai atau meniru dan memalsukan tanda tangan yang perlu untuk mensahkan meterai;b. barangsiapa dengan sengaja menyimpan dengan maksud untuk diedarkan atau memasukan ke Negara Indonesia meterai palsu, yang dipalsukan atau yang dibuat dengan melawan hak;

c. barangsiapa dengan sengaja menggunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan,menyediakan untuk dijual atau dimasukan ke Negara Indonesia meterai yang mereknya,capnya, tanda-tangannya, tanda sahnya atau tanda waktunya mempergunakan telahdihilangkan seolah-olah meterai itu belum dipakai dan atau menyuruh orang lain

menggunakan denganmelawan hak;

Page 44: Bea Materai

d. barang siapa menyimpan bahan-bahan atau perkakas-perkakas yang diketahuinya digunakan untuk melakukan salah satu kejahatan untuk meniru dan memalsukan benda meterai. Tindak Pidana sebagaimana dimaksud di atas adalah kejahatan.

2. Barang siapa dengan sengaja menggunakan cara lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf b tanpa izin Menteri Keuangan, dipidana dengan pidana penjara selamalamanya 7 (tujuh) tahun.Pasal 13 UU Bea Meterai tidak menentukan besarnya hukuman dan juga tidakmencantumkan kualifikasi perbuatannya. Hal ini diserahkan kepada hakim yangmengadilinya sesuai dengan ketentuan dalam KUHP.

Page 45: Bea Materai

3. Ketentuan Peralihan

Pasal 15 UU Bea Meterai mengatur tentang ketentuan peralihan pemberlakuan UU Bea

Meterai yang baru. Hal ini perlu diatur untuk mencegah kevakuman bea meterai pada awal pemberlakuan bea meterai yang baru sesuai dengan UU Bea Meterai. Atas dokumen yang tidak atau kurang dibayar bea meterainya yang dibuat sebelum UU Bea Meterai berlaku, bea meterainya tetap terutang berdasarkan Aturan Bea Meterai 1921( Zegel- verordening 1921 ).

Page 46: Bea Materai

Pelaksanaan ketentuan ini diatur oleh Menteri Keuangan.

Walaupun ketentuan peralihan ini dengan tegas dicantumkan, untuk melaksanakan ketentuan tersebut perlu diperhatikan mengenai kapan saat terutangnya bea meterai sebagaimana yang dimaksudkan dalam Pasal 5 UndangUndang Bea Meterai, sebagaimana contoh di bawah ini.

Page 47: Bea Materai

1. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak adalah pada saat dokumen itu diserahkan. Olehkarena itu, kuitansi, cek dan sebagainya, yang walaupun dibuat (ditandatangani) dalambulan Desember 1985, tetapi baru diserahkan dalam bulan Januari 1986 berlaku ketentuan UndangUndang Bea Meterai.

2. Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak adalah pada saat selesainya dokumen itu dibuat. Oleh karena itu, kontrak pemborongan yang ditandatangani pada tanggal 31 Desember 1985 atau sebelumnya, berlaku ketentuan ABM 1921.

3. Dokumen yang dibuat di luar negeri adalah pada saat digunakan di Indonesia. Dengan demikian, dokumen, misalnya surat perjanjian kredit yang dibuat.