be guling dan kolesterol juniartha

16
HUBUNGAN BUDAYA KONSUMSI BABI GULING DENGAN TINGGINYA ANGKA KOLESTEROL DI GIANYAR Juniartha Semara Putra I. PENDAHULUAN Indonesia dengan berbagai ragam budayanya, memiliki berbagai jenis makanan tradisional yang merupakan makanan khas yang berasal dari daerah itu dan disukai oleh masyarakat pada umumnya yang tinggal di wilayah tersebut. Konsep transkultur babi guling masih melekat erat pada masyarakat bali sampai saat ini. Babi guling (di Bali disebut be guling) adalah sejenis makanan yang terbuat dari babi betina atau jantan, di mana perutnya diisikan dengan bumbu dan sayuran seperti daun ketela pohon dan lalu dipanggang sambil diputar-putar (diguling-gulingkan) sampai matang yang ditandai dengan perubahan warna kulit menjadi merah kecoklatan dan renyah. Awalnya babi guling pada mulanya digunakan untuk sajian pada upacara baik upacara adat maupun upacara keagamaan, namun saat ini babi guling telah dijual sebagai hidangan baik di warung-warung, rumah makan bahkan hotel-hotel tertentu di daerah bali. Saat ini di Bali persembahan babi guling , dipergunakan untuk berbagai tujuan misalnya : mesesangi (bayar janji), upacra tiga bulanan untuk anak yang baru lahir, mesangih (potong gigi), ninggungan (pengorbanan anak babi) dll. Namun saat ini babi guling telah dijual sebagai hidangan yang dapat dikonsumsi kapan saja karena mudah dicari baik di warung-warung, rumah makan bahkan hotel-hotel tertentu di daerah Bali. Keunikan dari makanan ini adalah di satu sisi makanan ini kaya akan kandungan lemak jenuh (miristat dan stearat) dan karbohidrat yang bersifat aterogenik. Kandungan lemak dan kolesterol dagingnya dapat meningkatkan kadar lemak darah yang berakibat kepada aterosklerosis. Tetapi disisi lain makanan ini juga mengandung flavonoid yang berasal dari bumbu babi guling tersebut. Bumbu babi guling dibuat dari campuran berbagai bahan yang berasal dari umbi-umbian (jahe, kunir, lengkuas, kencur, bawang merah, bawang putih), biji-bijian (ketumbar, merica), buah (lombok, kemiri, pala), bunga (cengkeh) dan daun-daunan (daun salam, daun belimbing atau daun ubi) yang mengandung antioksidan dan bersifat

Upload: edy-purnomo

Post on 01-Feb-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bdaya

TRANSCRIPT

Page 1: Be Guling Dan Kolesterol Juniartha

HUBUNGAN BUDAYA KONSUMSI BABI GULING DENGAN TINGGINYA ANGKA KOLESTEROL DI GIANYAR

Juniartha Semara Putra

I. PENDAHULUAN

                          Indonesia dengan berbagai ragam budayanya, memiliki berbagai jenis makanan tradisional yang merupakan makanan khas yang berasal dari daerah itu dan disukai oleh masyarakat pada umumnya yang tinggal di wilayah tersebut. Konsep transkultur babi guling masih melekat erat pada masyarakat bali sampai saat ini. Babi guling (di Bali disebut be guling) adalah sejenis makanan yang terbuat dari babi betina atau jantan, di mana perutnya diisikan dengan bumbu dan sayuran seperti daun ketela pohon dan lalu dipanggang sambil diputar-putar (diguling-gulingkan) sampai matang yang ditandai dengan perubahan warna kulit menjadi merah kecoklatan dan renyah. Awalnya babi guling pada mulanya digunakan untuk sajian pada upacara baik upacara adat maupun upacara keagamaan, namun saat ini babi guling telah dijual sebagai hidangan baik di warung-warung, rumah makan bahkan hotel-hotel tertentu di daerah bali. Saat ini di Bali persembahan babi guling , dipergunakan untuk berbagai tujuan misalnya : mesesangi (bayar janji), upacra tiga bulanan untuk anak yang baru lahir, mesangih (potong gigi), ninggungan (pengorbanan anak babi) dll. Namun saat ini babi guling telah dijual sebagai hidangan yang dapat dikonsumsi kapan saja karena mudah dicari baik di warung-warung, rumah makan bahkan hotel-hotel tertentu di daerah Bali.            Keunikan dari makanan ini adalah di satu sisi makanan ini kaya akan kandungan lemak jenuh (miristat dan stearat) dan karbohidrat yang bersifat aterogenik. Kandungan lemak dan kolesterol dagingnya dapat meningkatkan kadar lemak darah yang berakibat kepada aterosklerosis. Tetapi disisi lain makanan ini juga mengandung flavonoid yang berasal dari bumbu babi guling tersebut. Bumbu babi guling dibuat dari campuran berbagai bahan yang berasal dari umbi-umbian (jahe, kunir, lengkuas, kencur, bawang merah, bawang putih), biji-bijian (ketumbar, merica), buah (lombok, kemiri, pala), bunga (cengkeh) dan daun-daunan (daun salam, daun belimbing atau daun ubi)  yang mengandung antioksidan dan bersifat antiinflamasi sehingga dapat dianggap sebagai bersifat ateroprotektif (Indraguna, 2009).            Perkembangan pola penyakit di Bali menunjukkan perkembangan dari pola penyakit infeksi ke pola penyakit degenerasi. Berdasarkan hasil RISKESDAS 2007, disebutkan bahwa prevalensi Hipertensi di Bali adalah 29,1 % dan prevalensi stroke yaitu 6,8%. Dibandingkan dengan provinsi lainnya, maka penyakit yang merupakan akibat dari penuaan pembuluh darah ini, menempati urutan ke 23 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Dan ini berarti prevalensi penyakit pembuluh darah di Bali tergolong kecil atau di bawah rata-rata nasional. Namun, jika dilihat dari asupan kalori dan lemak yang merupakan faktor risiko dari kedua penyakit pembuluh darah ini, masyarakat di provinsi Bali tergolong berisiko. Untuk asupan kalori, masyarakat di provinsi Bali menempati urutan ke 12 dari 33 provinsi dengan jumlah asupan rata-rata 1706 Kcal/hari, dan urutan ke 11 untuk jumlah penduduk yang sering mengkonsumsi lemak yang jumlahnya mencampai 15,4 % (DepKes R.I., 2007). Berdasarkan hasil diskusi panel Susenas tahun 2007, konsumsi kalori masyarakat Bali yang diukur pada

Page 2: Be Guling Dan Kolesterol Juniartha

tahun 2002, 2005 dan 2007 terus berada di atas konsumsi rata-rata nasional, yaitu 2.249 berbanding 1.985 pada tahun 2002, 2.289 berbanding 2.007 pada tahun 2005 dan 2.285 berbanding 2014 pada tahun 2007. Dan bila dilihat komponen makanan penyumbang kalori pada tahun-tahun survey yang sama, konsumsi makanan yang bersifat aterogenik seperti lemak, daging, dan gula yang bersumber dari makanan dan minuman, tergolong tinggi (Biro Pusat Statistik, 2007).

Laporan ini sedapat mungkin menjawab pertanyaan krusial di atas oleh karena laporan ini diharapkan dapat mengungkap faktor risiko yang diperoleh dari mengkonsumsi babi guling yang merupakan salah satu makanan tradisional Bali terhadap kemungkinan menderita kolesterol. Dan secara khusus akan dijelaskan bagaimana efektifitas campuran bumbu yang dipakai di dalam babi guling dapat menurunkan risiko kolesterol sebagai akibat dari mengkonsumsi babi guling, pada binatang coba tikus Wistar, Munculnya Sel Busa (Foam Cell) akibat konsumsi babi guling inilah berperan sebagai cikal bakal terbentuknya plak aterosklerosis yang merupakan tahap lanjut darikolesterol.

II. TINJAUAN TEORIThe Sunrise Model ( Model matahari terbit)

           Sunrise Model dari teori Leininger dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Matahari terbit sebagai lambang/ symbol perawatan. Suatu kekuatan untuk memulai pada puncak dari model ini dengan pandangan dunia dan keistimewaan struktur sosial untuk mempertimbangkan arah yang membuka pikiran yang mana ini dapat mempengaruhi kesehatan dan perawatan atau menjadi dasar untuk menyelidiki berfokus pada keperawatan profesional dan sistem perawatan kesehatan secara umum. Anak panah berarti mempengaruhi tetapi tidak menjadi penyebab atau garis hubungan. Garis putus-putus pada model ini mengindikasikan sistem terbuka. Model ini menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak terpisahkan/tidak dapat dipisahkan dari budaya mereka.         Suatu hal yang perlu diketahui bahwa masalah dan intervensi keperawatan tidak tampak pada teori dan model ini. Tujuan yang hendak dikemukakan oleh Leininger adalah agar seluruh terminologi tersebut dapat diasosiasikan oleh perawatan profesional lainya. Intervensi keperawatan ini dipilih tanpa menilai cara hidup klien atau nilai-nilai yang akan dipersepsikan sebagai suatu gangguan, demikian juga masalah keperawatan tidak selalu sesuai dengan apa yang menjadi pandangan klien. Model ini merupakan suatu alat yang produktif untuk memberikan panduan dalam pengkajian dan perawatan yang sejalan dengan kebudayan serta penelitianilmiah.

SUNRAISE MODEL

Leininger Sunrise Model merupakan pengembangan dari konseptual model asuhan keperawatan transkultural. Terdapat 7 (tujuh) komponen dalam sunrise model tersebut, yaitu :1. Faktor Teknologi ( Technological Factors )Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran untuk menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Berkaitan dengan pemanfatan teknologi kesehatan, maka perawat perlu mengkaji berupa persepsi

Page 3: Be Guling Dan Kolesterol Juniartha

individu tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari kesehatan, persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan.2. Faktor keagamaan dan falsafah hidup ( Religous and Philosofical Factors)Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan pandangan dan motivasi yang realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi kuat sekali untuk menempatkan kebenarannya di atas segalanya bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh.3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors)Faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama lengkap dan nama panggilan dalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota keluarga, hubungan klien dengan kepala keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga.4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan buruk. Hal-hal yang perlu dikaji berhubungan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah posisi dan jabatan, bahasa yang digunakan, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.5. Faktor peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor)Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan transkultural. Misalnya peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang menunggu.6. Faktor ekonomi ( Economical Faktor )Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Sumber ekonomi yang ada pada umumnya dimanfaatkan klien antara lain asurannsi, biaya kantor, tabungan.Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan.7. Faktor pendidikan (Educational Factor)Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman individu dalam menmpuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan individu, maka keyakinannya harus didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan dapat beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan meliputi tingkat pendidikan, jenis pendidikan, serta kemampuan belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

2.1. KONSEP TRANSKULTUR

Page 4: Be Guling Dan Kolesterol Juniartha

Transcultural (Budaya) adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat).

Transcultural nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan. Ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya pada manusia (Leininger,2002).

Tujuan dari keperawatan transkultural adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti, dan menggunakan pemahaman keperawatan transkultural untuk meningkatkan kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan.

v  Unsur-unsur Budaya

1.Sistem religi

2.Sistem dan organisasi masyarakat

3.Sistem pengetahuan

4.Bahasa

5.Kesenian

6.Mata pencaharian

7.Teknologi dan peralatan

v  Wujud Kebudayaan

1.Bentuk kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma dan peraturan

2.Bentuk kompleks dari aktifitas kelakukan berpola

3.Bentuk kompleks dari benda hasil karya manusia

Konsep kebudayaan menurut Leininger dalam buku Transcutural Nursing; concepts, theories and practices (1978 & 1995).a. Kebudayaan yang mempersepsikan penyakit ke dalam bentuk pengalaman tubuh internal dan bersifat personal (contohnya yang disebabkan oleh kondisi fisik, genetic,stress dalam tubuh) lebih cenderung menggunakan teknik dan metode keperawatan diri secara fisik dari pada melakukan perawatan berdasarkan budaya yang memandang penyakit sebagai suatu keyakinan kultural dan ekstra personal serta pengalaman budaya secara langsung.b. Budaya sangat menekankan proses, prilaku dan nilai perawatan (caring), memegang peranan yang lebih cenderung dilakukan wanita daripada pria.c. Kebudayaan yang menekankan pada prilaku dan proses pengobatan (caring) cenderung dilaksanakan oleh pria daripada wanita.d. Klien (masyarakat umum / tradisional) yang membutuhkan pelayanan keperawatan (caring), pertama sekali cenderung untuk mencari bantuan dari pihak keluarga maupun relasinya dalam mengatasi masalahnya, baru kemudian mencari pemberi pelayanan kesehatan professional apabila orang-orang terdekatnya tidak mampu memeberikan kondisi yang

Page 5: Be Guling Dan Kolesterol Juniartha

efektif, keadaan klien semakin memburuk atau jika terjadi kematian.e. Kegiatan perawatan yang banyak dipraktekkan di masyarakat (ethno caring activities), yang memiliki keuntungan terapeutik bagi klien dan keluarganya, kurang dipahami oleh kebanyakan perawat professional di Werstern.f. Jika terdapat prilaku perawatan yang efektif dalam suatu kebudayaan maka kebutuhan pengobatan dan pelayanan dari petugas professional akan berkurang.g. Perbedaan mendasar antara praktek keperawatan tradisional dan professional mengakibatkan konflik budaya dan membebani praktek keperawatan.h. Perawatan transkultural akan mempersiapkan perawat untuk dapat menyusun asuhan keperawatan pada setiap budaya yang berbeda, dan dapat menentukan hasil yang tepat sesuai dengan kebudayaan klien tersebut.i. Keberhasilan dalam perawatan kesehatan akan sulit dicapai apabila pemberi pelayanan tersebut tidak menggunakan pengetahuan dan praktek yang didasarkan atas keyakinan dan nilai budaya klien.2.2 BUDAYA            Kehidupan manusia tidak akan lepas dari kebudayaan. Selain kaerna kebudayaan merupakan hasil budi dan karya mereka, itu juga disebabkan karena kebudayaan secara langsung kembali mempengaruhi manusia yang menghasilkannya.

Babi guling (di Bali disebut be guling) adalah sejenis makanan yang terbuat dari anak babi betina atau jantan, di mana perutnya diisikan dengan bumbu dan sayuran seperti daun ketela pohon dan lalu dipanggang sambil diputar-putar (diguling-gulingkan) sampai matang yang ditandai dengan perubahan warna kulit menjadi kecoklatan dan renyah. Awalnya babi guling pada mulanya digunakan untuk sajian pada upacara baik upacara adat maupun upacara keagamaan, namun saat ini babi guling telah dijual sebagai hidangan baik di warung-warung, rumah makan bahkan hotel-hotel tertentu di daerah bali.

Nama babi guling untuk daerah Bali lebih dikenal dengan be guling. Babi guling yang paling terkenal berasal dari kabupaten Gianyar.2.3 PENYAKIT AKIBAT BUDAYA

v  CACING-CACING PEMICU PENYAKIT YANG TERDAPAT PADA BABI :

1. Cacing Taenia Sollum

Parasit ini berupa larva yang berbentuk gelembung pada daging babi atau berbentuk butiran-butiran telur pada usus babi. Jika seseorang memakan daging babi tanpa dimasak dengan baik, maka dinding-dinding gelembung ini akan dicerna oleh perut manusia. Peristiwa ini akan menghalangi perkembangan tubuh dan akan membentuk cacing pita yang panjangnya bisa mencapai lebih dari 3 meter. Cacing ini akan melekat pada dinding usus dengan cara menempelkan kepalanya lalu menyerap unsur-unsur makanan yang ada di lambung. Hal itu bisa menyebabkan seseorang kekurangan darah dan gangguan pencernaan, karena cacing ini bisa mengeluarkan racun.

Apabila pada diri seseorang, khususnya anak-anak, telah diketahui terdapat cacing ini di lambungnya maka dia akan mengalami hysteria atau perasaan cemas. Terkadang larva yang ada dalam usus manusia ini akan memasuki saluran peredaran darah dan terus menyebar

Page 6: Be Guling Dan Kolesterol Juniartha

ke seluruh tubuh, termasuk otak, hati, saraf tulang belakang, dan paru-paru. Dalam kondisi ini dapat menyebabkan penyakit yang mematikan.2. Cacing Trichinia Spiralis

Cacing ini ada pada babi dalam bentuk gelembung-gelembung lembut. Jika seseorang mengkonsumsi daging babi tanpa dimasak dengan baik, maka gelembung-gelembung -yang mengandung larva cacing ini- dapat tinggal di otot dan daging manusia, sekat antara paru-paru dan jantung, dan di daerah-daerah lain di tubuh. Penyerangan cacing ini pada otot dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa dan menyebabkan gerakan lambat, ditambah lagi sulit melakukan aktivitas. Sedang keberadaannya di sekat tersebut akan mempersempit pernafasan, yang bisa berakhir dengan kematian.

Bisa jadi, cacing jenis ini tidak akan membuat seseorang meninggal dalam waktu singkat. Namun patut diketahui bahwa cacing-cacing kecil yang berkembang di otot-otot tubuh seseorang setelah dia mengkonsumsi daging babi bisa dipastikan akan menetap di sana hingga orang itu meninggal dunia.3. Cacing Schistosoma Japonicus

Ini adalah cacing yang lebih berbahaya daripada cacing schistosoma yang dilkenal di Mesir. Dan babi adalah satu-satunya binatang yang mengandung cacing ini. Cacing ini dapat menyerang manusia apabila mereka menyentuh atau mencuci tangan dengan air yang mengandung larva cacing yang berasal dari kotoran babi. Cacing ini dapat menyelinap ke dalam darah, paru-paru, dan hati. Cacing ini berkembang dengan sangat cepat, dalam sehari bisa mencapai lebih dari 20.000 telur, serta dapat membakar kulit, lambung dan hati. Terkadang juga menyerang bagian otak dan saraf tulang belakang yang berakibat pada kelumpuhan dan kematian.4. Fasciolepsis Buski

Parasit ini hidup di usus halus babi dalam waktu yang lama. Ketika terjadi percampuran antara usus dan tinja, parasit ini akan berada dalam bentuk tertentu yang bersifat cair yang bisa memindahkan penyakit pada manusia. Kebanyakan jenis parasit ini terdapat di daerah China dan Asia Timur. Parasit ini bisa menyebabkan gangguan pencernaan, diare, dan pembengkakan di sekujur tubuh, serta bisa menyebabkan kematian.5. Cacing Ascaris

Panjang cacing ini adalah sekitar 25 cm. Cacing ini bisa menyebabkan radang paru-paru, radang tenggorokan dan penyumbatan lambung. Cacing ini tidak bisa dibasmi di dalam tubuh, kecuali dengan cara operasi.6. Cacing Anklestoma

Larva cacing ini masuk ke dalam tubuh dengan cara membakar kulit ketika seseorang berjalan, mandi, atau minum air yang tercemar. Cacing ini bisa menyebabkan diare dan pendarahan di tinja, yang bisa menyebabkan terjadinya kekurangan darah, kekurangan protein dalam tubuh, pembengkakan tubuh, dan menyebabkan seorang anak mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan fisik dan mental, lemah jantung dan akhirnya bisa menyebabkan kematian.7. Calornorchis Sinensis

Ini jenis cacing yang menyelinap dan tinggal di dalam air empedu hati babi, yang merupakan sumber utama penularan penyakit pada manusia. Cacing ini terdapat di China dan

Page 7: Be Guling Dan Kolesterol Juniartha

Asia Timur, karena orang-orang di sana biasa memelihara dan mengkonsumsi babi. Virus ini bisa menyebabkan pembengkakan hati manusia dan penyakit kuning yang disertai dengan diare yang parah, tubuh menjadi kurus dan berakhir dengan kematian.8. Cacing Paragonimus

Cacing ini hidup di paru-paru babi. Cacing ini tersebar luas di China dan Asia Tenggara tempat di mana babi banyak dipelihara dan dikonsumsi. Cacing ini bisa menyebabkan radang paru-paru. Sampai sekarang belum ditemukan cara membunuh cacing di dalam paru-paru. Tapi yang jelas cacing ini tidak terdapat, kecuali di tempat babi hidup. Parasit ini bisa menyebabkan pendarahan paru-paru kronis, di mana penderita akan merasa sakit, ludah berwarna cokelat seperti karat, karena terjadi pendarahan pada kedua paru-paru.9. Wine Erysipelas

Parasit ini terdapat pada kulit babi. Parasit ini selalu siap untuk pembakaran pada kulit manusia yang mencoba mendekati atau berinteraksi dengannya. Parasit ini bisa menyebabkan radang kulit manusia yang memperlihatkan warna merah dan suhu tubuh tinggi.Sedang kuman-kuman yang ada pada babi dapat menyebabkan berbagai penyakit, diantaranya adalah TBC, Cacar (Small pox), gatal-gatal(scabies), dan Kuman Rusiformas N.

v  PENYAKIT-PENYAKIT YANG DITIMBULKAN AKIBAT KONSUMSI BABI GULING :

Ø  Penyakit  “cacing pita” merupakan penyakit yang sangat berbahaya yang terjadi melalui konsumsi daging babi. Ia berkembang di bagian usus 12 jari di tubuh manusia, dan beberapa bulan cacing itu akan menjadi dewasa. Jumlah cacing pita bisa mencapai sekitar ”1000 ekor dengan panjang antara 4 – 10 meter”, dan terus hidup di tubuh manusia dan mengeluarkan telurnya melalui BAB (buang air besar).

Ø  Babi mengandung belerang dengan kadar tinggi Karena babi mengandung belerang dengan kadar tinggi, ketika dimakan maka sejumlah besar belerang diserap tubuh. Jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti infeksi persendian ketika belerang menumpuk di dalam tulang rawan, otot dan saraf; pengapuran dan hernia. Ketika babi dimakan secara teratur, jaringan ikat lunak dari babi menggantikan tulang rawan keras di dalam tubuh. Akibatnya, tulang rawan menjadi tidak mampu menopang bobot badan, yang pada akhirnya membawa pada kelainan persendian.

Ø  Babi mengandung hormon pertumbuhan dalam jumlah berlebih Hormon pertumbuhan dalam kadar berlebihan yang tercerna melalui daging babi mengakibatkan pembengkakan dan kelainan bentuk jaringan. Hal itu dapat menimbulkan penimbunan lemak secara tiba-tiba dan berlebihan. Orang yang memakan babi pada umumnya memiliki bahaya lebih besar mengidap kegemukan. Hal itu berkemungkinan mendorong pertumbuhan yang tidak wajar pada tulang hidung, rahang, tangan dan kaki. Hal paling berbahaya mengenai hormon pertumbuhan dalam jumlah berlebih adalah bahwa hal ini membuka jalan bagi munculnya kanker.

Ø  Memakan daging babi menyebabkan penyakit kulit Zat yang dikenal sebagai “histamin” dan “imtidazol” pada daging babi menyebabkan gatal berlebihan. Zat-zat ini juga membuka jalan bagi penyakit-penyakit kulit menular seperti

Page 8: Be Guling Dan Kolesterol Juniartha

eksem, dermatitis dan neurodermatitis. Zat-zat ini juga meningkatkan bahaya terjangkiti bisul, radang usus buntu, penyakit kantung empedu dan infeksi pembuluh darah nadi. Karenanya, para dokter menyarankan penderita penyakit jantung agar menghindari makan babi.

Ø  Memakan babi menyebarkan cacing trichina Cacing-cacing trichina yang dicerna melalui daging babi memasuki peredaran darah melalui lambung dan usus dan menyebar ke seluruh tubuh. Cacing trichina terutama mendiami jaringan otot pada daerah rahang, lidah, leher, tenggorokan dan dada. Cacing ini menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot gerak mengunyah, berbicara dan menelan. Hal ini juga menimbulkan penyumbatan pembuluh darah balik (vena), meningitis dan infeksi otak. Kasus-kasus parah bahkan dapat berujung pada kematian. Sisi paling berbahaya penyakit ini adalah tidak adanya obat untuk menyembuhkannya. Berjangkitnya wabah cacing trichina telah diamati dari waktu ke waktu di Swedia, Inggris dan Polandia, walaupun sudah dilakukan pengawasan kesehatan hewan.

Ø  Babi sangatlah berlemak dan mengandung zat-zat beracun Babi sangatlah berlemak. Ketika dicerna, lemak tersebut memasuki peredaran darah dan menyebabkan pengerasan pembuluh darah nadi, meningkatkan tekanan darah dan serangan jantung (coronary infarct). Selain itu, babi mengandung suatu racun yang dinamakan “Sutoxin.” Kelenjar getah bening dipaksa bekerja lebih keras untuk mengeluarkan racun ini dari tubuh. Hal ini ditandai dengan membengkaknya kelenjar getah bening, khususnya pada anak-anak. Jika penyakit ini berlanjut, semua kelenjar getah bening akan membengkak, suhu badan naik dan rasa sakit mulai terjadi. 

III. KASUS DAN PEMECAHANKASUSSalah satu contoh kasusnya adalah terjadi di Desa Adat Medahan, Keramas, yang terletak di kecamatan Blahbatuh, Gianyar.Kami membuat suatu Sample pada salah satu keluarga yang kami duga kuat mengalami kolesterol tinggi yaitu pada keluarga I Made Gerda (63 thn).Kolesterol tinggi yang dialami oleh tiga orang tua (Nyoman Brati(59 thn), Ni Made Pijit(68 thn), dan I Made Gerda(63 thn)) dalam suatu keluarga akibat pekerjaan mereka sebagai penjual makanan yang berbahan dasar babi yang mencirikan warung mereka di kawasan Gianyar, dimana tidak dapat dipungkiri, untuk memudahkan mereka agar tidak membuat lauk lagi, mereka mengonsumsi lauk yang mereka jual tersebut untuk makanan sehari-hari, yaitu daging babi itu sendiri.Berdasarkan hasil wawancara kami dengan salah satu dari mereka, yaitu wawancara dengan Nyoman Brati, beliau mengatakan bahwa kegiatan berdagang makanan dengan bahan dasar babi ini sudah berlangsung selama delapan tahun, yang membuat mereka terus menerus makan daging babi, walaupun sesekali diselingi makanan lain ketika mereka jenuh karena terus menerus makan makanan berbahan dasar babi.Dalam satu hari, mereka biasa menggunakan dua ekor babi yang selanjutnya diolah menjadi hidangan di warung mereka. Mereka pun beternak ayam dan babi peranakan untuk dijual saat

Page 9: Be Guling Dan Kolesterol Juniartha

keperluan hari raya Hindu ataupun kegiatan kemanusiaan serta upacara agama untuk memenuhi pesanan dari pelanggan mereka.Dari hasil wawancara kami tentang riwayat tekanan darah mereka selama ini dan pemeriksaan tekanan darah untuk menunjang keaslian data, maka kami dapat menyimpulkan bahwa mereka mengalami hipertensi, yang merupakan salah satu tanda bahwa mereka sudah mengidap kolesterol tinggi.PEMECAHAN

Secara teoritis daging babi merupakan bahan makanan yang bersifat aterogenik. Kandungan lemak dan kolesterol dagingnya dapat meningkatkan kadar lemak darah yang berakibat kepada aterosklerosis (Katsuda etal., 2000, Alpert, 2001). Namun demikian, di sisi yang lain kandungan lemak dan kolesterol daging babi dapat diturunkan dengan memanipulasi makanan yang diberikan kepada babi (Sudana, 1999, Katsuda etal., 2000).

Jenis babi yang digunakan untuk babi guling yang seharusnya adalah jenis babi lokal dengan berat pada umumnya berkisar antara 7 – 25 kg. Babi jenis ini biasanya mendapat makanan sisa rumah tangga, dedak dan kangkung yang tidak terukur jumlah dankomposisinya, sehingga sulit untuk memperkirakan bagaimana kandungan lemak dagingnya. Jenis babi yang digunakan sekarang, terutama untuk keperluan komersial adalah jenis babi Landracedengan berat dapat mencapai 90 kg. Di dalam penyajian makanan babi guling ini, daging babi dimakan sebagai lauk, di samping nasi dan sayur yang biasanya berbentuk lawar yang juga berisi daging dan lemak babi. Daging babi yang disajikan dicampur dengan lemaknya dan sedikit kulit, baru kemudian dituangkan bumbu di atasnya. Bumbu babi guling dibuat dari campuran berbagai bahan yang berasal dari umbi-umbian (jahe, kunir, lengkuas, kencur, bawang merah, bawang putih), biji-bijian (ketumbar, merica), buah (lombok, kemiri, pala), bunga (cengkeh) dan daun-daunan (daun salam, daun belimbing atau daun ubi) (Eiseman, 1998, Suter etal., 1999). Secara teori, mengkonsumsi daging babi dapat dikategorikan mengkonsumsi makanan yang bersifat aterogenik, walaupun tidak diketahui kandungan lemak dari babi yang dimakan. Tetapi bila dilihat komponen bahan yang membentuk bumbu, yang mengandung banyak anti oksidan dan flavonoid, maka dapat dianggap bahwa bumbu babi guling bersifat ateroprotektif.

Tips untuk mengurangi dan mengatasi kadar kolesterol akibat konsumsi babi guling dalam tubuh kita, diantaranya adalah :

·                   DietKonsumsi makanan yang rendah lemak dan kolesterol. Misalnya dengan mengkonsumsi susu tanpa lemak dan mengurangi konsumsi daging. Pilihlah makanan dengan kandungan lemak tak jenuh daripada kandungan lemak jenuh. Minyak yang digunakan untuk menggoreng secara berulang-ulang dapat meningkatkan kadar kolesterol, maka ada baiknya Anda mengurangi konsumsi makanan yang digoreng.

· Konsumsi makanan berseratLebih banyak mengkonsumsi makanan berserat seperti gandum, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Jenis makanan ini dapat menyerap kolesterol yang ada dalam darah dan mengeluarkannya dari tubuh.

· Konsumsi antioksidan

Page 10: Be Guling Dan Kolesterol Juniartha

Antioksidan banyak terdapat dalam buah-buahan seperti jeruk, strawbery, pepaya, wortel, atau labu. Mengkonsumsi bawang putih secara teratur juga dapat menurunkan kadar kolesterol.

· Hindari alkohol dan merokokDengan merokok atau mengkonsumsi alkohol, kolesterol akan mudah menumpuk dalam aliran darah.

· OlahragaBerolahraga secara teratur sesuai dengan umur dan kemampuan. Jaga agar berat tubuh Anda tetap ideal.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kepala desa, bendesa adat, beserta dinas peternakan kabupaten Gianyar melakukan penyuluhan serta inovasi-inovasi dalam penanggulangan masalah tersebut.

Menurut teori adopsi inovasi dari Rogers ada empat tahap dalam proses pembuatan keputusan. Adapun tahap-tahap yang dilalui masyarakat Gianyar, yaitu :

1.      Tahap memahami pengetahuanPada tahap ini, dinas peternakan dan dinas kesehatan kabupaten Gianyar hendaknya memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Gianyar yang secara umum kurang memiliki pengetahuan tentang kandungan yang terdapat dalam daging babi, sehingga masyarakat Gianyar bersifat konsumtif tanpa menghiraukan dampak bagi kesehatan mereka.

2.      Tahap bujukan atau meningkatkan motivasiPada tahap ini, dinas peternakan dan dinas kesehatan perlu memberi motivasi, bujukan serta rujukan alternative lain untuk mengurangi konsumsi babi guling tersebut.

3.      Tahap pengambilan keputusanPada tahap ini, masyarakat beserta tetua adat  atau perwakilan dari masing-masing desa di Gianyar dibimbing oleh dinas peternakan dan dinas kesehatan untuk melakukan rapat guna membahas keputusan yang akan diambil untuk menyikapi peristiwa tingginya angka kolesterol di kalangan masyarakat Gianyar.

4.      Tahap penguatanPada tahap ini, dinas peternakan dan dinas kesehatan melakukan pengawasan terhadap peternak babi di kabupaten Gianyar, di samping itu masing-masing bendesa adat di kabupaten Gianyar agar selalu menghimbau dan mengawasi proses pengolahan babi guling terutama bila ada upacara manusa yadnya yang diselenggarakan oleh anggota masyarakat di Gianyar. Hal ini dilakukan agar masyarakat terbiasa melakukan awig-awig yang telah disepakati bersama.

Mengkonsumsi babi guling sah-sah saja bagi umat hindu, khususnya di gianyar. Karena ini merupakan budaya, maka sulit untuk menghapus kebiasaan ini. Jika pun budaya ini dapat di hapus, maka ini sangatlah menyalahi aturan-aturan serta norma-norma yang berlaku dalam suatu masyarakat yang bersifat turun temurun dari leluhur masyarakat setempat. Untuk itu, solusi alternatifnya adalah mengkonsumsi babi guling dengan higenis, menambahkan berbagai rempah-rempah dalam bumbunya untuk menstabilkan/ menyeimbangkan efek negative dan efek positif dari penkonsumsian itu sendiri. Selain itu, alternative lainnya adalah, mengurangi(bukan menghilangkan) bahan dasar babi guling dalam

Page 11: Be Guling Dan Kolesterol Juniartha

pembuatan/ penyajian makanan, dengan menggantinya dengan daging yang jauh lebih sehat, misalnya daging ayam atau daging kambing. Tidak mudah memang, namun solusi ini setidaknya dapat mengurangi angka kolesterol, khususnya di Gianyar.

IV. KESIMPULAN            Secara teori, mengkonsumsi daging babi dapat dikategorikan mengkonsumsi makanan yang bersifat aterogenik, walaupun tidak diketahui kandungan lemak dari babi yang dimakan. Tetapi bila dilihat komponen bahan yang membentuk bumbu, yang mengandung banyak anti oksidan dan flavonoid, maka dapat dianggap bahwa bumbu babi guling bersifat ateroprotektif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Omoigui (2007), bahwa gabungan flavonoid, polyphenol maupun terpenoid yang ada dalam bumbu babi guling dapat menghambat proses kejadian aterosklerosis.            Ketidakjelasan status babi guling sebagai makanan yang bersifat aterogenik atau makanan yang bersifat ateroprotektif inilah yang seringkali membuat bingung para konsumen, namun dari hasil penelitian, orang-orang yang sering mengonsumsi makanan babi guling seperti di daerah Giaanyar, Bali menunjukkan angka kolesterol tinggi.            Untuk itu, perlu tindakan preventif maupun represif guna mengurangi angka kolesterol di bali, khususnya di Gianyar. Karena mengonsumsi makanan babi guling ini merupakan suatu budaya dari turun temurun yang sangat sulit untuk dihapus dalam tradisi masyarakat, khususnya di daerah Gianyar, Bali maka solusi alternatifnya adalah pemerintah hendaknya lebih meningkatkan dan mengadakan kegiatan rutin dalam pengawasan pedagang maupun peternak babi, untuk melakukan sidak dan evaluasi serta penyuluhan ,untuk pencegahan penyakit yang sering di alami oleh ternak babi dan ke hiegenisan babi guling bagi pedagang babi guling tersebut.            Di samping itu, masyarakat juga memiliki andil yang sangat besar dalam pengolahan makanan yang berbahan dasar babi dalam suatu kegiatan kemanusiaan ataupun keagamaan. Mulai dari kebersihan, kehigenisan, dan kesehatan babi sebelum diolah sangat perlu untuk di periksa sebelum dikonsumsi. Selain itu, bagi masyarakat yang memang gemar memakan makanan babi guling, perlu mengimbanginya dengan makanan yng sehat dan berserat, misalnya imbangi dengan makan buah-buahan dan sayur-sayuran, dengan porsi babi guling secukupnya saja.            Masyarakat hendaknya selalu menjaga kebudayaan yang merupakan cirri khas serta identitas dari suatu masyarakat. Untuk itu, masyarakat perlu menjaga serta melestarikannya. Namun disamping itu,  masyarakat diharapkan mampu memilah aspek-aspek kebudayaan yang bersifat negative bagi perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Khusus untuk kebudayaan babi guling, masyarakat hendaknya mampu memilih serta mengurangi perilaku yang beresiko terhadap kesehatan. Masyarakat juga wajib menjaga perilaku yang sehat baik dalam menjaga kebersihan diri sendiri, lingkungan maupun ternak mereka terutama ternak babi. Yang secara umum merupakan hewan yang banyak diternakan untuk sarana upacara dan pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat