kolesterol dan pjk

14
 5 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Jantung Koroner 2.1.1 Definisi Penyakit Jantung Koroner  Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada pembuluh darah arteri koroner yang terdapat di jantung, yaitu terjadinya penyempitan dan penyumbatan  pada pembuluh darah tersebut. Hal itu terjadi karena adanya ateroma atau aterosklerosis pengerasan pembuluh darah!, sehingga suplai darah ke otot jantung menjadi berkurang "aulana, 2##$!. Penyakit jantung koroner adalah kelainan di arteri koroner sehingga tidak %ukup suplai darah yang berarti juga kurangnya suplai oksigen dan nutrisi untuk menggerakkan jantung se%ara normal &oeharto, 2##'!. Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh  penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot  jantung &oeharto, 2##1!. 2.1.2 (tiologi Penyakit Jantung Koroner Pen ya kit Jant ung Kor oner dis eba bka n ole h pen umpuk an lemak pad a dinding dalam pembuluh darah jantung pembuluh koroner!, dan hal ini lama ke lamaan di ikut i ol eh berbagai pr oses sepert i pe nim bunan jarin gan ikat,  perkapuran, pembekuan darah yang semuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di dae rah ter sebu t men gal ami kekura nga n alir an dar ah dan dap at men imb ulk an  berbagai akibat yang %ukup serius dari angina pektoris nyeri dada! sampai infark  jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak. Pembuluh arteri ini akan menyempit dan bila parah terjadi penghentian dar ah. &etelah itu ter jadi pro ses pen ggu mpa lan dar i ber bag ai substansi dalam darah sehingga menghalangi aliran darah dan terjadi atherosklerosis. "anifestasi klini k dari penyakit jantung koroner adalah) tanpa gejala , angin a pekto ris, infark miokard akut, aritmia, payah jantung, kematian mendadak &oeharto, 2##'!.

Upload: pritta-taradipa

Post on 07-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kolesterol

TRANSCRIPT

18

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Jantung Koroner2.1.1 Definisi Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada pembuluh darah arteri koroner yang terdapat di jantung, yaitu terjadinya penyempitan dan penyumbatan pada pembuluh darah tersebut. Hal itu terjadi karena adanya ateroma atau aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), sehingga suplai darah ke otot jantung menjadi berkurang (Maulana, 2008).

Penyakit jantung koroner adalah kelainan di arteri koroner sehingga tidak cukup suplai darah yang berarti juga kurangnya suplai oksigen dan nutrisi untuk menggerakkan jantung secara normal (Soeharto, 2004).

Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung (Soeharto, 2001).2.1.2 Etiologi Penyakit Jantung Koroner

Penyakit Jantung Koroner disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah yang semuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius dari angina pektoris (nyeri dada) sampai infark jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.

Pembuluh arteri ini akan menyempit dan bila parah terjadi penghentian darah. Setelah itu terjadi proses penggumpalan dari berbagai substansi dalam darah sehingga menghalangi aliran darah dan terjadi atherosklerosis. Manifestasi klinik dari penyakit jantung koroner adalah: tanpa gejala, angina pektoris, infark miokard akut, aritmia, payah jantung, kematian mendadak (Soeharto, 2004). 2.1.3 Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar, jaringan akan berkurang oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukkan gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti angina pektori.

Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan menurut densitasnya. Lipoprotein dalam urutan densitas yang meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very Low Density Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein). HDL menurunkan resiko penyakit jantung ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan. Orang dewasa dapat diklasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner dengan melihat kadar kolesterol total dan lipoproteinnya (Moore, 1997).

2.1.4 Gejala Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner sering ditandai dengan rasa tidak nyaman atau sesak di dada, gejala seperti ini hanya dirasakan oleh sepertiga penderita. Rasa nyeri terasa pada dada bagian tengah, lalu menyebar keleher, dagu dan tangan. Rasa tersebut akan hilang beberapa menit kemudian.

Rasa nyeri muncul karena jantung kekurangan darah dan suplai oksigen. Kondisi ini timbul secara tidak terduga dan hanya timbul jika jantung dipaksa bekerja keras, misalnya ketika fisik dipaksa bekerja keras atau mengalami tekanan emosional.

Pada usia lanjut gejala serangan jantung sering tidak disertai keluhan apapun, sebagian hanya merasa tidak enak badan. Gejala penyakit jantung koroner pada umumnya tidak spesifik untuk diduga angina pektoris. Biasanya diperoleh riwayat penyakit orang bersangkutan, sedangkan pemeriksaan fisik kurang menunjukkan data yang akurat. Pada keadaan tenang elektrodiagram pada orang yang menghidap angina pectoris akan terlihat normal pada keadaan istirahat. Sebaliknya menjadi normal saat melakukan kerja fisik. Riwayat angina pectoris tidak stabil lebih sulit dikendalikan karena terjadi secara tidak terduga kasus ini menjadi mudah terdeteksi jika disertai dengan nyeri sangat hebat di dada, disertai dengan gejala mual, takut dan merasa sangat tidak sehat.

Berbeda dengan kasus infark miokard pada kelainan jantung yang satu ini dapat diketahui melalui penyimpanan irama jantung saat pemeriksaan melalui elektro kardiografi dan dikaitkan dengan peningkatan kadar enzim jantung dalam darah, juga dalam perkembangan penyakit jantung koroner biasanya disertai kelainan kadar lemak dan trombosit darah penderita yang diikuti oleh kerusakan endoterium dinding pembuluh nadi (Krisnatuti dan Yenria, 1999).2.1.5Hiperkolesterolemia Pada Penyakit Jantung Koroner Sebagai Faktor Risiko Aterosklerosisa. Definisi Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol total plasma dalam keadaan puasa. Seseorang dikatakan mengalami hiperkolesterolemia bila kadar kolesterol total plasma 200 mg/dl (Anwar, 2003). Kadar normal kolesterol tikus putih strain Wistar (Rattus norvegicus) adalah 10-54 mg/dl (Smith and Mangkoewidjojo, 1998).b. Patogenesis Hiperkolesterolemia

Mekanisme terjadinya hiperkolesterolemia adalah lemak yang berasal dari makanan akan mengalami proses pencernaan di dalam usus menjadi asam lemak bebas, trigliserid, fosfolipid dan kolesterol. Kemudian diserap ke dalam bentuk kilomikron. Sisa pemecahan kilomikron beredar menuju hati dan dipilah-pilih menjadi kolesterol. Sebagian kolesterol ini dibuang ke empedu sebagai asam empedu dan sebagian lagi bersama-sama dengan trigliserida akan bersekutu dengan protein tertentu (apoprotein) dan membentuk Very Low Density Lipoprotein (VLDL), yang selanjutnya dipecah oleh ensim lipoprotein menjadi Intermediet Density Lipoprotein (IDL) yang tidak bisa bertahan 2-6 jam karena langsung akan diubah menjadi Low Density Lipoprotein (LDL) (Soeharto, 2004).

Didalam pembuluh darah terdapat sel-sel perusak (monosit) yang dapat merusak LDL. Melalui jalur sel-sel perusak ini molekul LDL dioksidasi, sehingga tidak dapat masuk kembali ke dalam aliran darah. Kolesterol yang banyak terdapat dalam LDL akan menumpuk dalam sel-sel perusak. Bila hal ini terjadi selama bertahun-tahun, kolesterol akan menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak. Plak akan bercampur dengan protein dan ditutupi oleh selsel otot dan kalsium. Hal inilah yang kemudian dapat berkembang menjadi aterosklerosis (Almatsier, 2004).c. Definisi Aterosklerosis

Aterosklerosis adalah penyakit akibat respon peradangan pada pembuluh darah (arteri besar dan sedang), bersifat progresif, yang ditandai dengan deposit massa kolagen, lemak, kolesterol, produk buangan sel dan kalsium, disertai proliferasi miosit yang menimbulkan penebalan dan pengerasan dinding arteri, sehingga mengakibatkan kekakuan dan kerapuhan arteri.

Aterosklerosis sangat dipengaruhi kadar kolesterol yang tinggi merokok, tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, obesitas, dan kurang aktivitas fisik. Tingginya kadar homosistein darah, fibrinogen, dan lipoprotein-a juga dilaporkan sebagai faktor risiko terjadinya aterosklerosis. Ada empat faktor risiko biologis yang tak dapat diubah, yaitu usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga (genetik). Populasi dengan hiperlipidemia lebih banyak terkena aterosklerosis dibanding kelompok orang dengan kadar lipid rendah. Populasi dengan hiperlipidemia ini lebih signifikan berhubungan dengan gejala aterosklerosis dan kematian oleh karena komplikasi aterosklerosis koroner. Tingginya kolesterol darah, trigliserida, dan LDL berhubungan dengan stenosis koroner. Sementara kadar kolesterol high density lipoprotein (HDL) berhubungan dengan menurunnya insiden penyakit aterosklerotik, karena HDL dapat mengembalikan kolesterol dari jaringan untuk di metabolisme di hepar.Kadar kolesterol yang tinggi menjadi penjejas utama sel endotel dan miosit. Kolesterol dapat mengalami oksidasi, agregasi, dan berikatan dengan proteoglikan atau menyatu dengan kompleks imun. Kolesterol di tubuh disintesis oleh Asetil-KoA secara kompleks. Asetil-KoA mempunyai 3 molekul yang membentuk Mevalonat melewati reaksi penting dan di katelisis oleh enzim HNG-KoA reduktase.Pada kondisi hipertensi juga berperan agen proinflamasi yang meningkatkan formasi hidrogen peroksida (hidroksi radikal) dan radikal bebas (anion superoksida) dalam plasma. Substansi itu mereduksi pembentukan nitrit oksida oleh endotel, meningkatkan adesi lekosit, dan peningkatan resistensi perifer. Selanjutnya formasi radikal bebas mengakibatkan efek hipertensi dan hiperkolesterolemia.2.2 Kolesterol

Kolesterol adalah lipid amfipatik dan merupakan senyawa kimia yang dibutuhkan oleh tubuh sebab merupakan prekursor dari semua steroid di dalam tubuh seperti kortikosteroid, hormon seks, garam empedu, dan vitamin D. Selain itu, kolesterol merupakan senyawa pembentuk struktur utama sistem membran sel dan lapisan luar lipoprotein (Murray et al., 2003). Kolesterol terdapat di jaringan dan plasma sebagai kolesterol bebas atau dalam bentuk simpanan yang berikatan dengan asam lemak rantai panjang sebagai ester kolesterol. Kolesterol sendiri tidak larut dalam darah oleh karena itu, dalam plasma, kedua bentuk tersebut perlu berikatan dengan pengangkutnya yaitu lipoprotein. Tujuh puluh persen kolesterol terdapat didalam lipoprotein plasma dalam bentuk kolesterol ester dan kadar kolesterol tertinggi terdapat pada LDL (Guyton & Hall, 2006). Sekitar separuh kolesterol tubuh berasal dari sintesis senyawa tersebut (sekitar 700 mg/hari) dan sisanya diperoleh dari makanan. Tubuh membutuhkan senyawa kolesterol dalam batas normal tertentu dan akan memiliki dampak negatif bila kadarnya kekurangan atau kelebihan (Murray et al., 2003). Bila kadar kolesterol (terutama kolesterol total dan LDL) di dalam darah terlalu tinggi akan terjadi pengendapan pada dinding pembuluh darah, dan ini dapat mengakibatkan risiko tinggi terhadap penyakit jantung (Grundy, 2004).2.2.1 Pembentukan Kolesterol

Kolesterol diabsorbsi setiap hari dari saluran pencernaan, yang disebut kolesterol eksogen, suatu jumlah yang bahkan lebih besar dibentuk dalam sel tubuh disebut kolesterol endogen. Pada dasarnya semua kolesterol endogen yang beredar dalam lipoprotein plasma dibentuk oleh hati, tetapi semua sel tubuh lain setidaknya membentuk sedikit kolesterol, yang sesuai dengan kenyataan bahwa banyak struktur membran dari seluruh sel sebagian disusun dari zat yang berstruktur dasar inti sterol ini (Guyton & Hall, 2006) seperti terlihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Struktur kolesterol (Guyton & Hall, 2006)

Menurut Harding et al. (2010) proses sintesis kolesterol terdiri dari lima tahapan utama antara lain (Gambar 2.2):

1. Merubah Asetil CoA menjadi 3-hydroxy-3-methylglutaryl-CoA (HMG-CoA).

2. Merubah HMG-CoA menjadi mevalonate

3. Mevalonate diubah menjadi molekul dasar isoprene, isopentenyl pyrophosphate (IPP), bersamaan dengan hilangnya CO2.

4. IPP diubah menjadi squalene

5. Squalene diubah menjadi kolesterol.

Gambar 2.2 Pembentukan kolesterol (Harding, 2010)2.3 Kopi (Coffea sp)Kopi (Coffea sp) merupakan minuman stimulan yang didapatkan dari biji yang dipanggang, pada umumnya disebut biji kopi. Saat ini, kopi (Coffea sp) merupakan minuman yang sangat populer di seluruh dunia. Pada awalnya kopi (Coffea sp) dikonsumsi pada abad ke-9 di dataran tinggi Ethiopia kemudian menyebar ke Mesir dan Yaman, seterusnya pada abad ke-15 telah mencapai Azerbaijan, Persia, Turki, dan Afrika Utara, Italia, benua Eropa, Indonesia, dan Amerika. Selain dikonsumsi sebagai stimulant, kopi (Coffea sp) juga digunakan dalam ritual-ritual agama, kepentingan politik, dan sebagai jamuan untuk tamu-tamu agung.

Tanaman kopi (Coffea sp) termasuk dalam golongan famili Rubiaceae yang mempunyai 500 macam genus dan lebih dari 6000 spesies. Biasanya tumbuh berupa semak atau pohon kecil yang dapat mencapai 5 meter ketika tidak berbuah. Daunnya berwarna hijau gelap dan mengkilat, biasanya panjangnya 10-15 cm dan mempunyai lebar 6 cm. Bunganya berwarna putih dan berbau harum. Bijinya berbentuk oval, dengan panjang kira-kira 1,5 cm, berwarna hijau saat belum matang, kemudian berwarna kuning ketika hendak matang, kemudian kemerahmerahan, dan menjadi hitam ketika kering. Biasanya dikotil tapi 5-10% merupakan monokotil yang disebut peaberries. Biji kopi ini umumnya matang sekitar tujuh hingga sembilan bulan. Kopi (Coffea sp) tumbuh di daerah tropis dan tumbuhan peralihan yang tumbuh di lereng gunung. Ada dua jenis tanaman kopi yang sering dikonsumsi masyarakat antara lain Kopi Arabika (Coffea arabica) dan Kopi Robusta (Coffea canephora). Ketika matang, biji kopi dipetik, diproses, dikeringkan, dan dipanggang. Saat dipanggang, biji kopi mengalami beberapa perubahan fisika dan kimia. Biji-biji kopi itu dipanggang dalam beberapa derajat, tergantung pada rasa yang diinginkan. Setelah dipanggang biji kopi akan digiling dan disajikan dalam beberapa macam penyajian.

Senyawa kimia pada biji kopi dapat dibedakan atas senyawa volatil dan non volatil. Senyawa volatil adalah senyawa yang mudah menguap, terutama jika terjadi kenaikan suhu. Senyawa volatil yang berpengaruh terhadap aroma kopi antara lain golongan aldehid, keton dan alkohol, sedangkan senyawa non volatile yang berpengaruh terhadap mutu kopi (Coffea sp) antara lain kafein, chlorogenic acid dan senyawa-senyawa nutrisi. Golongan asam juga dapat mempengaruhi mutu kopi (Coffea sp), karena merupakan salah satu senyawa pembentuk aroma kopi (Coffea sp). Asam yang dominan pada biji kopi adalah asam klorogenat yaitu sekitar 10 % pada kopi robusta (Coffea canephora) dan 7 % pada kopi arabika (Coffea arabica). Selama penyangraian sebagian besar chlorogenic acids akan terhidrolisa menjadi asam kafeat dan Quinic acid. Selain itu terdapat juga kafein yang merupakan unsur terpenting pada kopi yang berfungsi sebagai stimulant, sedangkan kafeol merupakan faktor yang menentukan rasa. Kafein merupakan suatu alkaloid dari metil xantin yaitu 1,3,7 trimetil xantin.2.3.1 Jenis-jenis Kopi (Coffea sp)Di dunia ada sekitar 70 spesies kopi tetapi yang sering dibudidayakan hanya kopi robusta (Coffea canephora), arabika dan liberika. (Najiyati dan Danarti, 1997). Berikut beberapa jenis kopi beserta cirinya :a. Kopi robusta (Coffea canephora)Kopi robusta (Coffea canephora) digolongkan lebih rendah mutu citarasanya dibandingkan dengan citarasa kopi arabika (Coffea Arabica). Hampir seluruh produksi kopi robusta (Coffea canephora) di seluruh dunia dihasilkan secara kering dan untuk mendapatkan rasa lugas tidak boleh mengandung rasa-rasa asam dari hasil fermentasi. Kopi robusta (Coffea canephora) memiliki kelebihan yaitu kekentalan lebih dan warna yang kuat (Siswoputranto, 1992).

b. Kopi arabika (Coffea Arabica)Kopi arabika (Coffea Arabica) adalah kopi yang paling baik mutu cita rasanya, tanda-tandanya adalah biji picak dan daun hijau tua dan berombak-ombak (Botanical, 2010). Jenis-jenis kopi yang termasuk dalam golongan arabika adalah abesinia, pasumah, marago dan congensis (Najiyati dan Danarti, 1997).

c. Kopi liberika (Coffea liberica)Kopi liberika (Coffea liberica) berasal dari Angola dan masuk ke Indonesia sejak tahun 1965. Meskipun sudah cukup lama penyebarannya tetapi hingga saat ini jumlahnya masih terbatas karena kualitas buah yang kurang bagus dan rendemennya rendah (Najiyati dan Danarti, 1997).

2.3.2 Komposisi Kimia Kopi (Coffea sp)Komposisi kimia dari biji kopi bergantung pada spesies dan varietas dari kopi tersebut serta faktor-faktor lain yang berpengaruh antara lain lingkungan tempat tumbuh, tingkat kematangan dan kondisi penyimpanan (Clarke dan Macrae, 1985).

Adapun komposisi kimia dari biji dan bubuk kopi robusta (Coffea canephora) dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 2.1 Komposisi kimia biji dan bubuk kopi robusta (Coffea canephora) (%)KomponenBiji KopiKopi Bubuk

Mineral 4,0-4,54,6-5,0

Kafein 1,6-2,42,0

Trigonelline0,6-0,750,3-0,6

Lipid9,0-136,0-11

Total Asam Klorogenat 7,0-143,9-4,6

Asam Alifatik 1,5-2,01,0-1,5

Oligosakarida 5,0-7,00-3,5

Total Polisakarida 3,0-47,0-

Asam Amino 2,0-

Protein 11,0-13,013,0-15,0

Asam Humin16,0-17,0

(Clarke dan Macrae, 1985)

Gambar 2.3 Tanaman kopi (ICO, 2010)

Pada penelitian sebelumnya zat kimia yang digunakan sebagai penurun kolesterol total adalah asam klorogenat. Penelitian sebelumnya menggunakan buang terong ungu (Solanum melongena L.). Terong ungu (Solanum melongena L.) mengandung total asam klorogenat sebesar 10-16% .2.4 Ekstraksi

Metode yang digunakan adalah metode maserasi dan evaporasi.

2.4.1. Maserasi

Meserasi berasal dari istilah mecaration dari bahasa latin macerace, yang artinya merendam, merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam mentrum sampai meresap dan melunak susunan sel, sehingga zat zat yang mudah larut akan melarut. (Ansel, 1989 : 607). Maserasi merupakan penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dengan cairan penyari. Cairan penyari yang menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan lain-lain. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian.

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna

Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara: 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama minimal 24 jam, terlindung dari cahaya, sari diserkai (sediaan galenik,1986).

2.4.2. Evaporasi

Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan dari evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. Dalam kebanyakan proses evaporasi, pelarutnya adalah air. Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair, kadang-kadang zat cair yang sangat kental, dan bukan zat padat. Begitu pula, evaporasi berbeda dengan distilasi, karena disini uapnya biasanya komponen tunggal, dan walaupun uap itu merupakan campuran, dalam proses evaporasi ini tidak ada usaha untuk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Biasanya dalam evaporasi, zat cair pekat itulah yang merupakan produk yang berharga dan uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang. Cairan pengekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 96% karena CGA secara bebas larut dalam etanol dan aseton. Etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan, panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih rendah Selain itu etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel, memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut, mengendapkan bahan putih telur, dan menghambat kerja enzim (Voigt, 1994).2.5 Kerangka Konseptual

Gambar 2.4 Kerangka konseptual

Keterangan:

(-): menghambatKerangka konseptual pada Gambar 2.5 menjelaskan bahwa kopi robusta mengandung CGA. CGA berfungsi sebagai penghambat absorbsi glukosa yang terkandung dalam diet normal. Penyerapan glukosa diusus dihambat oleh CGA, maka proses glikolisis menurun. Hasil dari proses glikolisis adalah piruvat, sehingga jumlah piruvat yang terbentuk berkurang. Pembentukan piruvat berkurang, maka proses dekarboksilasi oksidatif menurun. Dekarboksilasi oksidatif adalah proses oksidasi piruvat yang membentuk asetil-KoA, sehingga asetil-KoA yang terbentuk juga berkurang. Pembentukan kolesterol endogen berbahan dasar asetil Ko-A. Karena asetil-KoA yang terbentuk berkurang, maka pembentukan kolesterol endogen menurun.Di usus CGA juga berperan menghambat penyerapan kolesterol yang terkandung dalam kuning telur atau menurunkan kolesterol eksogen. Sehingga CGA yang terkandung dalam kopi kemungkinan dapat mencegah kenaikan kadar kolesterol baik endogen maupun eksogen. Sebagai tolak ukur adalah penurunan kadar kolesterol total dari tikus wistar tersebut. Hasil yang diperoleh akan dianalisis.2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan sementara atau dugaan jawaban yang paling memungkinkan walaupun masih harus dibuktikan dengan penelitian (Sugiyono, 2008). Berdasarkan rumusan masalah dan pengertian hipotesis, maka penulis megemukakan hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ada efek efek Preventif Ekstrak kopi robusta (Coffea canephora) terhadap peningkatan kadar kolesterol total pada tikus jantan galur wistar yang diinduksi kuning telur.

Diet kuning telur

Kolesterol endogen

Kolesterol eksogen

Asetil CoA

Diet normal

Glukosa

Piruvat

(-) Hambat absorbsi kolesterol

Kolesterol Total

(-) Hambat absorbsi glukosa

Ekstrak kopi robusta

(CGA)

6