bdp

Upload: muda-apriyanti

Post on 06-Mar-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

    Implikasi Prinsip Belajar Dan Pembelajaran

    Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

    KELAS V B

    KELOMPOK II

    I Gusti Ayu Putu Muda Apriyanti NIM : 1213011003

    I Made Adi Wira Nata Putra NIM : 1213011013

    UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

    2014

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Istilah pembelajaran sudah mulai dikenal luas dalam masyarakat, lebih-lebih

    setelah diundangkannya Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

    Pendidikan Nasional, yang secara legal formal memberi pengertian tentang pembelajaran.

    Dalam pembelajaran tentunya terdapat prinsip-prinsip belajar yang merupakan landasan

    berpikir,landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar mengajar dapat

    berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.Prinsip ini dijadikan sebagai

    dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupun bagi guru dalam upaya

    mencapai hasil yang diinginkan. Selain itu adanya implikasi prinsip belajar bagi siswa dan

    guru dapat menggambarkan suatu proses belajar dan pembelajaran di sekolah.

    Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman.

    Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami, hasil

    belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan, kegiatan

    belajar dapat dihayati (dialami ) oleh orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati

    oleh orang lain.Belajar yang baik menuntut suatu proses pembentukan dan pengembangan

    diri pada siswa yang berjalan dengan baik. Sehingga diharapkan hal-hal yang diperoleh

    siswa selama belajar mampu diaplikasikan ke dalam kehidupannya sehari-hari.

    Dalam proses pembelajaran, siswa perlu dibimbing dan diarahkan oleh seorang

    guru agar tujuan pembelajaran yang sesungguhnya dapat tercapai sesuai keinginan. Untuk

    mencapai hasil yang baik tersebut, maka baik guru harus memahami prinsip-prinsip

    belajar. Agar guru mampu untuk mengarahkan murid untuk memahami konsep-konsep

    ataupun peljaran-pelajaran yang diberikan. Selain berpengaruh terhadap cara belajar murid,

    pemahaman terhadap prinsip-prinsip belajar juga memberikan suatu tuntunan kepada guru

    untuk melakukan tindakan-tindakan yang tepat dalam melaksanakan proses pembelajaran.

    Disamping prinsip-prinsip, terdapat juga faktor-faktor yang juga mempengaruhi proses

    pembelajaran siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar juga sangat penting dalam

    menunjang prestasi belajar bagi siswa sehingga guru harus mamahami faktor-faktor demi

    kelancaran proses pembelajaran.

  • 1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

    1.2.1 Bagaimanakah implikasi prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran?

    1.2.2 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran tersebut ?

    1.3 Tujuan Penulisan

    1.3.1 Tujuan Umum

    Untuk mengetahuiimplikasi prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran.

    Agar dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan pembelajan

    tersebut.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    Untuk pemenuhan nilai pada semester ganjil.

    1.4 Manfaat Penulisan

    1.4.1 Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi

    siswa, mahasiswa maupun pembaca lainnya mengenai implikasi prinsip-prinsip

    belajar dan pembelajaran.

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    IMPLIKASI PRINSIP-PRINSIP BELAJAR

    Siswa sebagai primus motor (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran, dengan

    alasan apapun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip- prinsip belajar. Justru siswa

    akan berhasil dalam pembelajaran, jika mereka menyadari implikasi prinsip-prinsip belajar

    terhadap diri mereka.

    1. Perhatian dan Motivasi

    Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah

    ke arah pencapaian tujuan belajar.Adanya tuntutan untuk selalu memberikan perhatian ini,

    menyebabkan siswa harus membangkitkan perhatiannya kepada segala pesan yang

    dipelajarinya.Pesan-pesan yang menjadi isi pelajaran seringkali dalam bentuk rangsangan suara,

    warna.bentuk, gerak, dan rangsangan lain yang dapat diindra. Dengan demikian siswa

    diharapkan selalu melatih indranya untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses

    pembelajaran.Peningkatan/pengembangan minat ini merupakan salah satu faktor yang

    mempengaruhi motivasi (Gage dan Berliner, 1984:373).

    Contoh kegiatan atau perilaku siswa, baik fisik atau psikis, seperti mendengarkan

    ceramah guru, membandingkan konsep sebelumnya dengan konsep yang baru diterima,

    mengamati secara cermat gerakan psikomotorik yang dilakukan guru, atau kegiatan sejenis

    lainnya.Semua kegiatan atau perilaku tersebut harus dilakukan oleh siswa secara sadar sebagai

    upaya untuk meningkatkan motivasi belajarnya.

    Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa

    motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus

    menerus.Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar mereka secara terus

    menerus, siswa dapat melakukannya dengan menentukan atau mengetahui tujuan belajar yang

    hendak dicapai.menanggapi secara positif pujian atau dorongan dari orang lain, menentukan

    target atau sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya. Dari contoh-contoh

    perilaku siswa untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi belajar, dapat ditandai bahwa

    perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.

  • 2. Keaktifan

    Sebagai primus motor dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut

    untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya.Untuk dapat memproses dan

    mengolah perolehan belajarnya secara efektif, siswa dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual,

    dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti

    mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari

    suatu reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping, dan prilaku sejenis lainnya.

    Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa

    dalam proses pembelajaran.

    3. Keterlibatan langsung/ berpengalaman

    Hal apapun yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak ada

    seorangpun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya (Davies, 1987:32).Pemyataan

    ini.secara mutlak menuntut adanyan keterlibatan langsung dari tiap siswa dalam kegiatan

    belajar pembelajaran.

    Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala

    tugas belajar yang dibeerikan kepada mereka. Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis

    akan menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau berpengalaman. Bentuk-bentuk

    perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi siswa misalnya adalah

    siswa ikut dalam pembuatan lapangan bola voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa berdiskusi

    untuk membuat laporan, siswa membaca puisi di depan kelas, dan perilaku sejenis lainnya.

    Bentuk perilaku keterlibatan langsung siswa tidak secara mutlak menjamin terwujudnya prinsip

    keaktifan pada diri siswa.Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam

    kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.

    4. Pengulangan

    Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan

    lebih berarti (Davies, 1987:32 ). Dari pemyataan inilah pengulangan masih diperlukan dalam

    kegiatan pembelajaran.Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa

    untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam

  • permasalahan.Dengan kesadaran ini, diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam melakukan

    pengulangan.

    Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan implikasi prinsip pengulangan,

    diantaranya menghafal unsur-unsur kimia setiap valensi, mengerjakan soal-soal latihan,

    menghafal nama-nama latin tumbuhan, atau menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah.

    5. Tantangan

    Prinsip belajar ini bersesuaian dengan pemyataan bahwa apabila siswa diberikan

    tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan

    belajar dan mengingat secara lebih baik (Davies, 1987: 32). Hal ini berarti siswa selalu

    menghadapi tantangan untuk memperoleh, memproses, dan mengolah setiap pesan yang ada

    dalam kegiatan pembelajaran.

    Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri

    siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses, dan mengolah pesan. Selain

    itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang

    dihadapinya.Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini

    diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri,

    atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.

    6. Balikan dan Penguatan

    Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar

    atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil (knowledge

    of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi dirinya sendiri. Seorang siswa

    belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement)

    (davies,1987:32).Hal ini timbul karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan

    dan sekaligus penguatan bagi setiap tindakan yang dilakukannya. Untuk memperoleh balikan

    penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan diantaranya adalah dengan segera

    mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor atau nilai yang

    dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena hasil belajar yang jelek.

    7. Perbedaan Individual

  • Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain.

    Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya sendiri dan untuk setiap

    kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar (Davies, 1987: 32). Kesadaran bahwa dirinya

    berbeda dengan siswa lain, akan membantu siswa menentukan cara belaiar dan sasaran belajar

    bagi dirinya sendiri.

    Siswa merupakan imdividual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama

    persis, tiap siswa memiliki perbedaim satu dengan lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik

    psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya.

    Perbedaan individual ini pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya perbedaan individu

    perlu diperhaikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang

    dilakukan disekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya

    pelaksanaan pembelajaran dikelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan

    rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.

    Implikasi adanya prinsip perbedaan individual diantaranya adalah menentukan tempat

    duduk di kelas, menyusun jadwal belajar, atau memilih bahwa implikasi adanya prinsip

    perbedaan individu bagi siswa dapat berupa perilaku fisik maupun psikis.Untuk memperjelas

    implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa, anda dapat mengidentifikasi dari kegiatan siswa

    dalam kegiatan pembelajaran sebagai indikatornya.

    Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru, tampak dalam setiap kegiatan perilaku

    mereka selama proses pembelajaran berlangsung. Namun demikian, perlu disadari bahwa

    implementasi prinsip-prinsip belajar sebagai implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan

    guru tidak semuanya terwujud dalam setiap proses pembelajaran.

    IMPLIKASI PRINSIP-PRINSIP BELAJAR BAGI GURU

    Guru sebagai orang kedua dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari adanya prinsip-

    prinsip belajar. Guru sebagai penyelenggara dan pengelola kegiatan pembelajaran terimplikasi

    dari adanya prinsip-prinsip belajar ini.Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru tertampak pada

    rencana pembelajaran maupun pelaksananaan kegiatan pembelajarannya.Implikasi prinsisp-

    prinsip belajar bagi guru terwujud dalam prilaku fisik dan pisikis mereka.Kesadaran adanya

    prinsip-prinsip belajar yang terwujud dalam prilaku guru, dapat diharapkan adanya peningkatan

    kualitas pembelajaran yang diselenggarakan.

  • 1. Perhatian dan Motivasi

    Guru sejak merencanakan kegiatan pembelajarannya sudah memikirkan perilakunya

    terhadap siswa sehingga dapat menarik perhatian dan menimbulkan motivasi siswa untuk

    belajar. Implikasi prinsip perhatian bagi guru tertampak pada prilaku-prilaku sebagai berikut:

    a. Guru menggunakan metode yang bervariasi

    b. Guru menggunakan media sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran yang diajarkan

    c. Guru menggunakan bahasa yang tidak monoton

    d. Guru menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing (direction question)

    Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi guru tertampak pada pada perilaku-prilaku yang

    diantaranya adalah:

    a. Memilih bahan ajar sesuai dengan minat siswa

    b. Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa

    c. Mengoreksi dan memberitahukan hasil pekerjaan siswa sesegera mungkin

    d. Memberikan pujian verbal dan non-verbal terhadap siswa yang memberikan respon

    terhadap pertanyaan yang diberikan.

    e. Memberitahukan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa

    Perilaku yang merupakan implikasi prinsip perhatian dan motivasi bagi guru dapat

    tertampak lebih dari satu perilaku dalam suatu kegiatan pembelajaran.

    2. Keaktifan

    Para guru memberikan kesempatan belajar kepada siswa, memberikan peluang

    dilaksanakannya implikasi prinsip keaktifan bagi guru secara optimal.Peran guru

    mengorganisaikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa berarti mengubah peran guru

    dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap

    siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada. Hal ini berarti pula

    kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu aktif maencari, memperoleh,

    dan mengelola perolehan belajarnya. Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri

    siswa, maka guru diantaranya dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut:

  • a. Menggunakan multimetode dan multimedia

    b. Memberikan tugas secara individual dan kelompok

    c. Memberikankesempatan kepada siswa untuk bereksperimen dalam kelompok kecil

    d. Memberi tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat bahan ajar yang kurang jelas

    maupun yang akan di pelajari

    e. Mengadakan tanya jawab dandiskusi

    3. Keterlibatan langsung/pengalaman

    Guru harus menyadari bahwa keaktifan membutuhkan keterlibatan langsung siswa dalam

    kegiatan pembelajaran. Untuk melibatkan siswa secara fisik, mental, emosional,dan intelektual

    dalam kegiatan pembelajaran, maka guru guru hendaknya merancang dan melaksanakan

    kegiatan pembelajaran dengan pertimbangan karakteristik siswa dan karakteristik isi pelajaran.

    Perilaku sebagai implikasi prinsip keterlibatan langsung/ berpengalaman diantaranya adalah:

    a. Merancang kegiatan pembelajaran pada pembelajaran individual dan kelompok kecil

    b. Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan demonstrasi

    c. Menggunakan media yang langsung digunakan oleh siswa

    d. Memberikan tugas kepada siswa untuk mempraktekkan gerakan psikomotor yang

    dicontohkan

    e. Melibatkan siswa mencari informasi/pesan dari sumber informasi di luar kelas / luar

    sekolah

    f. Melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran

    Implikasi lain dari adanya prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman bagi guru adalah

    kemampuan guru untuk bertindak sebagai pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu

    mengarahkan membimbing, dan mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran yang ditetapkan.

    4. Pengulangan

    Implikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu memilihkan antara kegiatan

    pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan dengan yang tidak

    membutuhkan pengulangan.Pengulangan dibutuhkan oleh pesan-pesan pembelajaran yang harus

    dihafal, selain itu pengulangan juga dibutuhkan terhadap pesan-pesan pembelajaran yang

  • membutuhkan latihan. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip pengulangan diantaranya

    adalah:

    a. Merencanakan pelaksanaan pengulangan

    b. Mengembangkan/merumuskan soal-soal latihan

    c. Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang

    d. Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan

    e. Membuatan kegiatan pengulangan yang bervariasi.

    5. Tantangan

    Apabila guru menginginkan siswa selalu berusaha mencapai tujuan, maka guru harus

    memberikan tantangan pada siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Tantangan dalam kegiatan

    pembelajaran dapat diwujudkan oleh guru melalui bentuk kegiatan, bahan, dan alat pembelajaran

    yang dipilih untuk kegiatan pebelajaran. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip

    tantangan di antaranya adalah :

    a. Merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan kepada

    siswa untuk melakukannya secara individual maupun kelompok kecil

    b. Memberikan tugas kepada siswa memecahkan suatu masalah yang membutuhkan

    informasi dari orang lain sebagai sumber informasi

    c. Menugaskan siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang telah di sajikan

    d. Mengembangkan bahan pelajaran dengan memperhatikan kebutuhan siswa untuk

    mendapatkan tantangan didalamnya

    e. Membimbing siswa untuk menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi sendiri

    f. Guru merancang dan mengelola kegiatn diskusi siswa

    6. Balikan dan penguatan

    Balikan dapat diberikan secara lisan maupun tulisan baik secara individual maupun

    kelompok. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran harus dapat menentukan bentuk,

    cara, serta kapan balikan dan penguatan diberikan. Agar balikan dan penguatan bermakna bagi

    siswa, guru hendaknya memperhatikan karakteristik siswa. Implikasi prinsip balikan dan

    penguatan bagi guru, terwujud perilaku-perlaku yang diantaranya:

  • a. Memberikan jawaban yang benar setiap mengajukan pertanyaan setelah siswa mencoba

    menjawabnya

    b. Mengoreksi pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa pada waktu yang telah

    ditentukan

    c. Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja siswa (berupa makalah, laporan, kliping),

    berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil kerja pembelajaran

    d. Membagikan lembar jawaban test pelajaran yang telah dikoreksi oleh guru disertai

    penilaian dan catatan penting lainnya

    e. Mengumumkan atau mengkonfirmasikan peringkat yang telah diraih siswa berdasarkan

    penilaian yang dicapai dalam test

    f. Memberikan anggukan atau acungan jempul atau isyarat lainnya kepada siswa yang

    menjawab perranyaan dengan benar

    g. Memberikan imbalan/hadiah kepada siswa yang menyelesaikan tugas dengan baik

    7. Perbedaan individu

    Setiap guru tentunya harus menyadari bahwa menghadapi banyak siswa di dalam suatu kelas

    berarti menghadapi berbagai macam keunikan atau karakteristik. Guru sebagai penyelenggara

    kegiatan pembelajaran dituntut untuk memberikan perhatian kepada semua keunikan yang

    melekat pada tiap siswa. Dengan kata lain, guru tidak mengansumsikan bahwa siswa dalam

    kegiatan pembelajaran yang diselenggarakannya merupan kesatuan yang memiliki karakteristik

    yang sama. Konsekuensinya adalah guru harus mampu menghadapi dan melayani setiap siswa

    dengan karakteristik mereka masing-masing. Implikasi prinsip perbedaan individual bagi guru

    berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:

    a. Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan

    siswa sesuai sesuai karakteristiknya

    b. Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran

    c. Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perilaku pembelajaran

    yang tepat bagi siswa yang bersangkutan

    d. Memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan.

  • Tabel implikasi prinsip belajar siswa dan guru

    Implikasi Prinsip

    Belajar Bagi Siswa Bagi Guru

    Perhatian dan

    Motivasi

    Dituntut memberikan perhatian

    terhadap semua rangsangan yang

    mengarah pada tercapainya

    tujuan belajar.

    Mengunakan metode yang

    bervariasi...

    Memilih bahan ajar yang

    diminati siswa..

    Keaktifan Dituntut dapat memproses dan

    mengolah hasil belajarnya secara

    efektif serta aktif baik secara

    fisik, intelektual dan emosional.

    Memberikan kesempatan

    pada siswa untuk melakukan

    eksperimen sendiri

    Keterlibatan langsung/

    Pengalaman

    Dituntut agar siswa me-

    ngerjakan sendiri tugas yang

    diberikan guru kepada mereka.

    Melibatkan siswa dalam

    mencari informasi, merang-

    kum informasi dan menyim-

    pulkan informasi.

    Pengulangan

    Kesadaran siswa dalam me-

    ngerjakan latihan-latihan yang

    berulang-ulang

    Merancang hal-hal yang perlu

    di ulang.

    Tantangan

    Diberikan suatu tanggungjawab

    untuk mempelajari sendiri

    dengan melakukan ekspe-rimen,

    belajar mandiri dan mencari

    pemecahan sendiri dalam

    menghadapi perma-salahan.

    Memberikan tugas pada siswa

    dalam memecahan permasa-

    lahan.

    Balikan dan

    penguatan

    Mencocokan jawaban antara

    siswa dengan guru

    Memberikan jawaban yang

    benar dan memberikan

    kesimpulan dari materi yang

    telah dijelaskan atau di bahas.

    Perbedaan Individual Belajar menurut tempo kecepa-

    tan masing-masing siswa

    Menentukan metode sehingga

    dapat melayani seluruh siswa

  • FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR

    Secara umum faktor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori,

    yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam

    proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.Faktor internal adalah faktor yang

    ada dalam diri individu yang sedang belajar.Faktor external adalah faktor yang ada diluar

    individu.

    A. Faktor Internal

    Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat

    memengaruhi hasil belajar individu.Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor

    psikologiss.

    1. Faktor fisiologis

    Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik

    individu.Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.

    Pertama, keadaan kesehatan jasmani.Keadaan kesehatan jasmani pada umumnya sangat

    memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan

    pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau

    sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan

    kesehatan jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga

    kesehatan jasmani.

    Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah :

    a. Menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk kedalam

    tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu ,

    dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar,

    b. Rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat;

    c. Istirahat yang cukup dan sehat.

    Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi

    fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca

    indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula dalam

  • proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh

    manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar

    dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu

    menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif.

    Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan

    fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain

    sebagainya.Cacat tubuh juga merupakan faktor yang mempengaruhi belajar.Cacat tubuh

    merupakan sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai

    tubuh/badan.Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah

    tangan, lumpuh dan lai-lain. Siswa yang cacat, belajarnya akan terganggu pula. Jika hal ini

    terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar

    dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

    2. Faktor psikologis

    Faktor faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi

    proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah

    kecerdasan/intelensi siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat.

    Kecerdasan /Intelegensi Siswa

    Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan

    rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan dmikian,

    kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh

    lainnya.Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting

    dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi

    (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.

    Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa,

    karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi inteligensi seorang individu,

    semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.Sebaliknya, semakin

    rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh

    karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya.

    Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan

  • dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga

    mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya.

    Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan

    tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai

    berikut ((Fudyartanto 2002).

    Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision

    Tingkat kecerdasan (IQ) Klasifikasi

    140 169 Amat superior

    120 139 Superior

    110 119 Rata-rata tinggi

    90 109 Rata-rata

    80 89 Rata-rata rendah

    70 79 Batas lemah mental

    20 69 Lemah mental

    Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:

    a. Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ 140IQ 169;

    b. Kelompok kecerdasan superior merenytang anatara IQ 120IQ 139;

    c. Kelompok rata-rata tinggi (high average) menrentang anatara IQ 110IQ 119;

    d. Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90IQ 109;

    e. Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80IQ 89;

    f. Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70IQ 79;

    g. Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20IQ 69, yang

    termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.

    Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru

    atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau

    psikiater.Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat

    superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah lemah mental.Informasi tentang taraf

  • kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kamampuan

    belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu

    megarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.

    Motivasi

    Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar

    siswa.Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi

    mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong,

    memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan

    sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku

    seseorang.

    Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi

    ekstrinsik.Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan

    memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca,

    maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi

    aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar,

    motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama

    dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).

    Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk

    belajar antara lain adalah:

    a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;

    b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;

    c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-

    orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya.

    d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya,

    dan lain-lain.

    Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh

    terhadap kemauan untauk belajar.Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua,

    danlain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungansecara positif akan memengaruhi

    semangat belajar seseorang menjadi lemah.

  • Minat

    Secara sederhana, minat (interest) artinya kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

    keinginan yang besar terhadap sesuatu.Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang

    populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal

    lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

    Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi,

    karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak

    mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya

    perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan

    dihadapainya atau dipelajaranya.

    Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain,

    pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak

    membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa

    mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif,

    psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat

    mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika

    jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.

    Sikap

    Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya.

    Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau

    merespons dangan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik

    secara positif maupun negatif (Syah, 2003).

    Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada

    performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya.Dan untuk mengantisipasi munculnya

    sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional

    dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,seorang guru

    akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengembangkan kepribadian

    sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk

    menyajikan pelajaranyang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat

  • mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjenuhkan; meyakinkansiswa bahwa bidang

    studi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.

    Bakat

    Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum,

    bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk

    mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar,

    Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa

    untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah

    satukomponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai

    dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya

    sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.

    Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi

    belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing.Karena itu, bakat juga diartikan sebagai

    kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan

    dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap

    informasiyang berhungan dengan bakat yang dimilkinya. Misalnya, siswa yang berbakat

    dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya

    sendiri.

    Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimiliki setiap individu,maka para

    pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh

    anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung,ikut mengembangkan, dan tidak

    memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

    Perhatian

    Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu

    obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka

    siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak

    menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar

    siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan

    cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.

  • B. FaktorEksternal

    Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat

    memengaruhi proses belajar siswa.Faktor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat

    digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan

    nonsosial.

    1. Lingkungan sosial

    Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan

    menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Uraian

    berikut membahas ketiga faktor tersebut.

    A. Faktor keluarga

    Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua

    mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi

    keluarga.

    a) Cara orang tua mendidik

    Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar

    anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipto Wirowidjojo dengan pernyataan

    yang menyatakan bahwa: Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan

    utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi

    bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa,

    negara dan dunia.Melihat pernyataan diatas, dapatlah dipahami betapa pentingnya

    peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak-

    anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.

    Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya

    mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali

    akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar,

    tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya,

    tidak memperhatikan apakah anaknya belajar atau tidak, tidak mau tahu

    bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam

    belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam

    belajarnya. Mungkin anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya

  • tidak teratur, akhirnya kesukaran-kesukaran menumpuk sehinggamengalami

    ketinggalan dalam belajarnya dan akhirnya anak malas belajar. Hasil yang

    didapatkan, nilai/hasil belajarnya tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam

    studinya.Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang kedua orang tuanya terlalu

    sibuk mengurus pekerjaan mereka atau kedua orang tua memang tidak mencintai

    anaknya.

    Mendidik dengan cara memanjakannya adalah caara mendidik yang tidak

    baik. Orang tua yang terlalu kasihan terhadap anaknya tak sampai hati untuk

    memaksa anaknya belajar, bahkan membiarkan saja jika anaknya tidak belajar dengan

    alasan segan, adalah tidak benar, karena jika hal tersebut dibiarkan berlarut-larut anak

    akan menjadi nakal, berbuat seenaknya saja, pastilah belajarnya menjadi kacau.

    Mendidik anak dengan cara memperlakukannya terlalu keras, memaksa dan

    mengejar-ngejar anaknya untuk belajar, adalah cara mendidik yang juga salah.

    Dengan demikian anak tersebut diliputi ketakutan dan akhirnyabendi terhadap belajar,

    bahkan jika ketakutan itu semakin serius anak mengalami gangguan kejiwaan akibat

    dari tekanan-tekanan tersebut. Orang tua yang demikian biasanya menginginkan

    anaknya mencapai prestasi yang sangat baik, atau mereka mengetahui bahwa anaknya

    bodoh tetapi tidak tahu apa yang menyebabkan, sehingga anak dikejar-kejar untuk

    mengatasi/mengejar kekurangannya.

    Di sinilah bimbingan dan penyuluhan memegang peranan yang penting.Anak/

    siswayang mengalami kesukaran-kesukaran di atas dapat ditolong dengan

    memberikan bimbingan belajar yang sebaik-baiknya. Tenru saja keterlibatan orang

    tua akan sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut.

    b) Relasi antaranggota keluarga

    Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan

    anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang

    lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya apakah

    hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan perhatian, ataukah diliputi kebencian,

    sikap yang terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya. Begitu

  • juga jika relasi anak dan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain tidak

    baik, akan dapat menimbulkan masalah yang sejenis.

    Sebetulnya relasi antaranggota keluarga ini erat hubungannya dengan cara

    orang tua mendidik. Uraian cara orang tua mendidik di atas menunjukkan relasi yang

    tidak baik. Relasi semacam itu akan menyebabkan perkembangan anak terhambat,

    belajarnya terganggu dan bahkan dapat menimbulkan masalah-masalah psikologis

    yang lain.

    Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang

    baik di dalam keluarga anak tersebut.Hubungan yang baik adalah hubungan yang

    penuh dengan pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu

    hukuman-hukuman untuk menyukseskan belajar anak sendiri.

    c) Suasana rumah

    Suasana rumah yang dimaksud sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang

    sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar.Suasana rumah juga

    merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana

    rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan pada anak

    yang belajar. Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu

    banyak penghuninya. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok,

    pertengkaran antaranggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak

    menjadi bosan dirumah, suka keluar rumah (ngluyur), akibatnya belajarnya kacau.

    Rumah yang sering dipakai untuk keperluan-keperluan, misalnya untuk

    resepsi, pertemuan, pesta-pesta, upacara keluarga dan lain-lain, dapat mengganggu

    belajar anak.Rumah yang bising dengan suara radio, tape recorder atau TV pada

    waktu belajar juga mengganggu belajar anak, terutama untuk berkonsentrasi.Semua

    contoh diatas adalah suasana rumah yang memberi pengaruh negatif terhacap belajar

    anak.

    Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana

    rumah yang tenang dan tentram.Di dalam suasana rumah yang tenang dan tentram

    selain anak kerasan/betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik.

  • d) Keadaan ekonomi keluarga

    Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.Anak yang

    sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian,

    perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti

    ruang belajar, meja kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-

    lain.Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.

    Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang

    terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga belajar anak juga terganggu.

    Akibat yang lain anak akanselalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder

    dengan teman yang lain, hal ini pasti akan mengganggu belajar anak. Bahkan

    mungkin anak harus bekerja mencari nafkah sebagai pembantu orang tuanya

    walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja, hal yang begitu juga akan

    mengganggu belajar anak. Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya

    kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi

    keluarga yang lemah, justru keadaan yang begitu menjadi cambuk baginya untuk

    belajar lebih giat dan akhirnya sukses besar.

    Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering mempunyai

    kecendrungan untuk memanjakan anaknya.Anak hanya bersenang-senang dan

    berfoya-foya, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada

    belajar.Hal tersebut juga dapat mengganggu belajar anak.

    e) Pengertian orang tua

    Anak belajar perlu dorongan dan pengaertian orang tua.Bila anak sedang

    belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah.Kadang-kadang anak

    mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya,

    membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah.Kalau perlu

    menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.

  • f) Latar belakang kebudayaan

    Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap

    anak dalam belajar.Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik,

    agar mendorong semangat anak untuk belajar.

    B. Faktor sekolah

    Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar,

    kurikulum, relasi guru dengan siswanya, disiplin di sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,

    standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.Berikut ini dibahas

    faktor-faktor tersebut satu persatu.

    a) Metode mengajar

    Metode mengajar adalah salah satu cara/jalan yang harus dilalui di dalam

    mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo Karo adalah

    menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu

    menerima, menguasai dan mengembangkannya. Di dalam lembaga pendidikan, orang

    lain yang disebut diatas disebut sebagai murid/siswa dan mahasiswa, yang dalam

    proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan

    bahan pelajaran itu, maka cara-cara mengajar serta cara belajar haruslah setepat-

    tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin.

    Dari uraian di atas jelaslah bahwa metode mengajar itu mempengaruhi belajar.

    Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang

    tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena

    guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut

    menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata

    pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau

    gurunya.Akibatnya siswa malas untuk belajar.

    Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan,

    mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru progresif berani mencoba metode-

    metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar,

    dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan

    baik, maka metode mengajar harus diusahakan setepat, efisien, dan efektif mngkin.

  • b) Kurikulum

    Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada

    siswa.Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa

    menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.Jelaslah bahan

    pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa.Kurikulum yang kurang baik merpengaruh

    tidak baik terhadap belajar.

    Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas

    kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa. Perlu

    diingat bahwa sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar

    yang mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu mendalami siswa dengan baik,

    harus memepunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani siswa belajar

    dengan individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman

    perencanaan yang demikian.

    c) Relasi guru dengan siswa

    Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga

    dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga

    dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.

    Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya,

    juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha

    mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa

    membenci gurunya.Ia akan segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya,

    akibatnya pelajarannya tidak maju.

    Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan

    proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Juga seswa merasa jauh dari guru, maka

    segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

    d) Relasi siswa dengan siswa

    Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat

    bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas

    tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak.

  • Siswa yang mempunyai sisfat-sifat atau tingkah laku yang kurang

    menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami

    tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah

    masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas

    untuk masuk sekolah dengan alasan yang tidak-tidak karena di sekolah mengalami

    perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. Jika hal ini terjadi,

    segeralah siswa diberi layanan bimbingan dan penyuluhan agar ia dapat diterima

    kembali ke dalam kelompoknya.

    Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat

    memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.

    e) Disiplin sekolah

    Kedisiplinan sekolah erat kaitannya dengan kerajinan seswa dalam sekolah

    dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam

    mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam

    pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman

    dan lain-lain, kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-

    siswanya, dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanan kepada siswa.

    Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin

    membuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu juga memberi pengaruh yang positif

    terhadap belajarnya.Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang,

    sehingga mempengaruhi sikap siswa dalam belajar, kurang bertanggung jawab,

    karena bila tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi. Hal mana dalam proses

    belajar siswa perlu disiplin, untuk mengembangkan motivasi yang kuat.

    Dengan demikian agar siswa belajar kebih maju, siswa harus disiplin di dalam

    belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah

    guru beserta staf yang lain disiplin pula.

    f) Alat pelajaran

    Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat

    pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajardipakai pula oleh siswa untuk

  • menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan

    memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa

    mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih

    giat dan lebih maju.

    Kenyataan saat ini dengan banyaknya tuntutan yang masuk sekolah, maka

    memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar siswa dalam jumlah yang

    besar pula, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain.

    Kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media dalam jumlah maupun

    kualitasnya.

    Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu agar guru

    dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik

    serta dapat belajar dengan baik pula.

    g) Waktu sekolah

    Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah,

    waktu itu dapat pagi hari, siang, sore/malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi

    belajar siswa.Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah di sore hari, sebenarnya

    kurang dapat dipertanggung jawabkan.Di mana siswa harus beristirahat, tetapi

    terpaksa masuk sekolah, sehingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk

    dan sebagainya. Sebaliknya siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar, jasmani

    dalam kondisi yang baik. Jika siswa bersekolah pada waktu badannya sudah

    lelah/lemah, misalnya pada siang hari, akan mengalami kesulitan di dalam menerima

    pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena siswa sukar berkonsentrasi dan berpikir

    pada kondisi badan yang lemah tadi. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan

    memberi pengaruh yang positif terhadap belajar.

    h) Standar pelajaran di atas ukuran

    Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberikan

    pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut

    kepada guru.Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata

    pelajarannya, guru semacam itu merasa senang.Tetapi berdasarkan teori belajar, yang

  • mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal

    tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai

    dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah

    dirumuskan dapat tercapai.

    i) Keadaan gedung

    Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-

    masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di setiap

    kelas.Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan enak, kalau kelas itu tidak

    memadai bagi setiap siswa?

    j) Metode belajar

    Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu

    pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar

    siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar

    tidak teratur, atau terus-menerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian

    siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar

    teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang

    tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.

    k) Tugas rumah

    Waktu belajar terutama adalah di sekolah, di samping untuk belajar waktu di

    rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan

    terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak

    mempunyai waktu lagi untuk kegiatan lain.

    C. Faktor masyarakat

    Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar

    siswa.Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Pada bagian

    ini penulis membahas tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, dibahas tentang kegiatan

  • siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat,

    yang semuanya mempengaruhi belajar.

    a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

    Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap

    perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat

    yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan

    lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur

    waktunya.

    Perlulah kiranya membatasi kegiatan siswa falam masyarakat supaya jangan

    sampai mengganggu belajarnya.Jika mungkin memilih kegiatan yang mendukung

    belajar.Kegiatan itu misalnya kursus bahasa ingris, PKK remaja, kelompok diskusi

    dan lain sebagainya.

    b) Mass media

    Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar,

    majalah, buku-buku, komik-komik dan lain-lain. Semuanya itu ada dan beredar dalam

    masyarakat.

    Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga

    terhadap pelajarannya.Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek

    terhadap siswa. Sebagai contoh, siswa yang suka nonton film atau membaca cerita

    detektif, pergaulan bebas, pencabulan, akan berkecendrungan untuk berbuat seperti

    tokoh yang dikagumi dalam cerita itu, karena pengaruh dari jalan ceritanya. Jika tidak

    ada kontrol dan pembinaan dari orang tua (bahkan pendidik), pastilah semangat

    belajarnya menurun dan bahkan mundur sama sekali.

    Maka perlulah kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup

    bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik dalam keluarga, sekolah dan

    masyarakat.

  • c) Teman bergaul

    Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam

    jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik

    terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti

    mempengaruhi yang bersifat buruk juga.

    Teman bergaul yang tidak baik misalnya yang suka begadang, keluyuran,

    pecandu rokok, film, minum-minum, lebih-lebih lagi teman bergaul lawan jenis yang

    amoral, pejinah, pemabuk dan lain-lain, pastilah akan menyeret siswa ke ambang

    bahaya dan pastilah belajarnya akan berantakan.

    Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa

    memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta

    pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana (jangan terlalu ketat

    tetapi juga jangan terlalu lengah).

    d) Bentuk kehidupan masyarakat

    Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar

    siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka

    mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada

    anak (siswa) yang ada di situ. Anak/ siswa tertarik untuk ikut berbuat seperti yang

    dilakukan orang-orang sekitarnya.Akibatnya balajarnya terganggu dan bahkan

    anak/siswa kehilangan semangat belajar karena perhatiannya semula terpusat kepada

    pelajaran berpindah ke perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan orang-orang di

    sekitarnya yang tidak baik tadi. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang

    yang terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya,

    antusias dengan cita-cita yang luhur akan masa depan anaknya, anak/siswa

    terpengaruh juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang lingkungannya.,

    sehingga akan berbuat seperti orang-orang yang ada di lingkungannya. Pengaruh itu

    dapat mendorong semangat anak/siswa untuk belajar lebih giat lagi.

    Adalah perlu untuk bengusahalkan lingkungan yang baik agar dapat memberi

    pengaruh yang positif terhadap anak/siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-

    baiknya.

  • 2. Lingkungan non sosial.

    Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;

    a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin,

    sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk

    dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan faktor-faktor yang dapat

    memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak

    mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.

    b. Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam.

    Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar,

    lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,

    peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.

    c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan

    dengan usia perkembangan siswa begitu juga denganmetode mengajar guru,

    disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat

    memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus

    menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan

    sesuai dengan kondisi siswa.

  • BAB III

    PENUTUP

    3.1 Simpulan

    Implikasi Prinsip

    Belajar Bagi Siswa Bagi Guru

    Perhatian dan

    Motivasi

    Dituntut memberikan perhatian

    terhadap semua rangsangan yang

    mengarah pada tercapainya

    tujuan belajar.

    Mengunakan metode yang

    bervariasi...

    Memilih bahan ajar yang

    diminati siswa..

    Keaktifan Dituntut dapat memproses dan

    mengolah hasil belajarnya secara

    efektif serta aktif baik secara

    fisik, intelektual dan emosional.

    Memberikan kesempatan

    pada siswa untuk melakukan

    eksperimen sendiri

    Keterlibatan langsung/

    Pengalaman

    Dituntut agar siswa me-

    ngerjakan sendiri tugas yang

    diberikan guru kepada mereka.

    Melibatkan siswa dalam

    mencari informasi, merang-

    kum informasi dan menyim-

    pulkan informasi.

    Pengulangan

    Kesadaran siswa dalam me-

    ngerjakan latihan-latihan yang

    berulang-ulang

    Merancang hal-hal yang perlu

    di ulang.

    Tantangan

    Diberikan suatu tanggungjawab

    untuk mempelajari sendiri

    dengan melakukan ekspe-rimen,

    belajar mandiri dan mencari

    pemecahan sendiri dalam

    menghadapi perma-salahan.

    Memberikan tugas pada siswa

    dalam memecahan permasa-

    lahan.

    Balikan dan

    penguatan

    Mencocokan jawaban antara

    siswa dengan guru

    Memberikan jawaban yang

    benar dan memberikan

    kesimpulan dari materi yang

    telah dijelaskan atau di bahas.

  • Perbedaan Individual Belajar menurut tempo kecepa-

    tan masing-masing siswa

    Menentukan metode sehingga

    dapat melayani seluruh siswa

    Faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu

    faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses

    individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.Faktor internal adalah faktor yang ada dalam

    diri individu yang sedang belajar.Faktor external adalah faktor yang ada diluar individu.Faktor-

    faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.Faktor-faktor eksternal yang

    memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial

    dan faktor lingkungan nonsosial.

    3.2 Saran

    Dalam melakukan sesuatu tentu kita mempunyai tujuan, begitu juga dengan belajar.

    Dengan adanya implikasi prinsip-prinsip belajar dan faktor yang mempengaruhi belajar

    tersebut di atas, guru diharapkan mampu menerapkannya dalam proses pembelajaran yang

    dilakukan agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

  • Daftar Pustaka

    Dimyati, Mudjiono.2009. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

    Slameto.2003.Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Jakarta:rineka cipta.

    http://edukasi.kompasiana.com/2014/08/22/prinsip-prinsip-belajar/