bblr csr

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir dengan berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram, dimana morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut. (1,6) Angka kejadian bayi berat lahir rendah di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24%, angka kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70%, dan 73% dari seluruh kematian disebabkan oleh bayi berat lahir rendah. Sedangkan frekuensi kejadian bayi yang lahir kurang dari masa gestasi 37 minggu (menurut U.S. Collaborative Perinatal Study) adalah 10,2% untuk kulit putih dan 21,4% untuk kulit berwarna. Kira-kira 1/3-1/2 bayi berat lahir rendah mempunyai masa gestasi 37 minggu atau lebih. Kejadian bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram bervariasi antara 6-16%. (5) 1

Upload: fauziah

Post on 14-Feb-2016

224 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jhjkgjkhjh

TRANSCRIPT

Page 1: BBLR CSR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir dengan berat badan

lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram, dimana morbiditas dan mortalitas

neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat

kematangan (maturitas) bayi tersebut. (1,6)

Angka kejadian bayi berat lahir rendah di Rumah Sakit Dr. Cipto

Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24%, angka kematian perinatal di rumah

sakit dan tahun yang sama adalah 70%, dan 73% dari seluruh kematian disebabkan

oleh bayi berat lahir rendah. Sedangkan frekuensi kejadian bayi yang lahir kurang

dari masa gestasi 37 minggu (menurut U.S. Collaborative Perinatal Study) adalah

10,2% untuk kulit putih dan 21,4% untuk kulit berwarna. Kira-kira 1/3-1/2 bayi berat

lahir rendah mempunyai masa gestasi 37 minggu atau lebih. Kejadian bayi dengan

berat lahir kurang dari 2500 gram bervariasi antara 6-16%. (5)

Angka kejadian bayi berat lahir rendah di negara berkembang lebih tinggi

dibandingkan negara maju, dikarenakan keadaan sosial ekonomi yang rendah, dimana

para ibu yang hamil menderita kekurangan gizi, anemia, dan komplikasi kehamilan.

Selain itu dari segi sarana peralatan, tenaga ahli, dan dana yang tidak memadai untuk

antenatal care. (1)

1.2 Tujuan

Mahasiswa kepaniteraan klinik senior dapat mampu mengetahui, memahami, dan

menjelaskan tentang :

1. Definisi

2. Klasifikasi

1

Page 2: BBLR CSR

3. Tanda dan gejala

4. Diagnose

5. Komplikasi

6. Penatalaksanaan

7. Pemberian nutrisi pada BBLR

8. Memulangkan BBLR

9. Prognosis

1.1 Manfaat

a. Bagi penulis

Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari,

mengidentifikasi, dan mengembangkan teori yang telah disampaikan

mengenai BBLR..

b. Bagi institute pendidikan

Dapat dijadikan sumber referensi atau bahan perbandingan bagi kegiatan

yang ada kaitanntya dengan pelayanan kesehatan, khususnya yang berkaitan

dengan BBLR.

2

Page 3: BBLR CSR

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi BBLR

Berat Badan Lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir

kurang dari 2500 gram . (1)

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa

memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari

2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh

WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat kurang 2500 gram disebut Low Birth

Weight Infants (1,3)

2.2 Klasifikasi Berat Bayi Lahir Rendah

Bayi dengan berat lahir rendah sering diklasifikasikan berdasarkan :

1. Berat badan lahir

a. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), dengan berat lahir <1000

gram.

b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), dengan berat lahir 1001-1500 gram.

c. Bayi berat lahir rendah (BBLR), dengan berat badan 1501-2499 gram .

2. Usia kehamilan

a. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan belum mencapai

38 minggu.

b. Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan 38-42

minggu.

3

Page 4: BBLR CSR

c. Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan lebih dari

42 minggu.

3. Usia kehamilan dan berat badan lahir

a. Masa kehamilan kurang dari 38 minggu dengan berat yang sesuai dengan

berat badan untuk usia kehamilan (sesuai untuk masa kehamilan=SMK),

dimana masa kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid

yang teratur.

b. Bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya

(kecil untuk masa kehamilan=KMK) (1)

Untuk mendapatkan keseragaman, maka pada kongres Ëuropean perinatal Medicine”

ke II di London (1970) telah diusulkan definisi sebagai berikut:

- bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu

- bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai

dengan 42 minggu

- bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan lebih dari 42 minggu.

Dari pengertian diatas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. prematuritas murni

Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan

berat badan pada masa gestasi tersebut, atau biasa disebut dengan neonatus

kurang bulan-sesuai dengan masa kehamilan (NKB-SMK).

4

Page 5: BBLR CSR

2. Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya pada masa

gestasi. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan

merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya ( KMK)

Prematuritas murni

Etiologi

Penyebab kelahiran bayi berat lahir rendah dan gangguan pertumbuhan

intrauterine dapat disebabkan oleh faktor ibu, janin, dan plasenta. (1)

a. Faktor Ibu:

Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi

Kelainan bentuk uterus (contoh: uterus bikornis, inkompeten serviks)

Tumor (contoh: mioma uteri, cystoma)

Ibu yang menderita penyakit, seperti tifus abdominalis, malaria (akut), TBC,

penyakit jantung, glomerulonefritis kronis (kronis)

Trauma pada masa kehamilan , fisik (jatuh/terbentur), psikologis (stress)

Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

b. Faktor Janin :

Kehamilan ganda

Hidramnion

Ketuban pecah dini

Cacat bawaan

Infeksi transplasenta (contoh: rubeolla, sifilis, toxoplasmosis)

Insufisiensi plasenta

Inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor rhessus, golongan darah ABO)

5

Page 6: BBLR CSR

c. Faktor Plasenta :

Plasenta previa

Solusio plasenta

Plasentitis Villus (ec. Bakteri, virus, parasit)

Berat plasenta berkurang atau berongga

Tumor (contoh: chorioangima, mola hidatidosa)

2.3 Tanda dan Gejala Bayi Berat Lahir Rendah (1)

- Umur kehamilan kurang dari 38 minggu

- Berat badan lahir kurang dari 2500 gram

- Panjang badan lahir kurang dari 46 cm

- Kuku panjangnya belum melewati ujung jari

- Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas

- Lingkar kepala lahir kurang dari 33 cm

- Lingkar dada lahir kurang dari 30 cm

- Rambut lanugo masih banyak

- Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

- Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-

olah tidak teraba tulang rawan daun telinga

- Tumit mengilap, telapak kaki halus

- Alat kelamin pada bayi pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis belum

turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora

belum tertutup oleh labia mayora

- Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah

6

Page 7: BBLR CSR

- Fungsi saraf yang belum matang, mengakibatkan reflek hisap, menelan dan

batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisannya lemah

- Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan

lemak masih kurang

- Verniks kaseosa sedikit atau tidak ada

Penilaian umur kehamilan sangat penting karena angka kematian dan

kesakitan menurun dengan meningkatnya umur kehamilan, selain itu terdapat

hubungan antara umur kehamilan dan tingkat maturitas fisiologis neonatus.

Menurut Dubowitz taksiran maturitas neonatus ditetapkan melalui penilaian

11 tanda fisik luar dan 10 tanda neurologik, sedangkan Ballard menilai maturitas

neonatus berdasarkan 7 tanda kematangan dan 6 tanda kematangan neuromuskular.

2.4Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam

jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.8

A. Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan

mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya

BBLR 3:

1. Umur ibu

2. Riwayat hari pertama haid terakir

3. Riwayat persalinan sebelumnya

7

Page 8: BBLR CSR

4. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

5. Kenaikan berat badan selama hamil

6. Aktivitas

7. Penyakit yang diderita selama hamil

8. Obat-obatan yang diminum selama hamil

B. Pemeriksaan Fisik.

C. Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain3:

1. Berat badan <2500 gram

2. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

3. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa

kehamilan).

D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain 3:

1. Pemeriksaan Skor Ballard

8

Page 9: BBLR CSR

2. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan

3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa

kadar elektrolit dan analisa gas darah.

4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur

kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau

didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

2.5 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah(2)

a. Enterokolitis nekrotikans neonatal

Enterokolotis nekrotikan merupkan penyakit salurann cerna yang serius pada bayi

yang baru lahir dan ditandai dengan bercak nekrosis atau nekrosis difus pada mukosa

tau submukosa usus serta vaskularisasi usus. Insidensi terjadinya dihubungkan denga

umur kehamilan yang kurang, dan merupakan komplikasi yang penting yang terjadi

pada kelahiran premature. Terhitung 7,5 % kasus EKN sebagai penyebab kematian

neonatal.

Ileum bagian distal dan kolon proksimal sangat sering terlibat. Beberapa stress

perinatal , terutam asfiksia dan hipotermia dianggap sebagai factor predisposisi

terjadinya EKN. Permulaan penyakit biasanya pada 2 minggu pertama tetapi dapat

terlam bat sampai umur 2 bulan.

Dapat menimbulkan gejala seperti apneu, bradikardi, dan distensi abdominal.

Mekonium keluar secara normal dan sebagai tanda pertama ialah distensi perut

dengan retensi lambung. Timbulnya penyakit ini nsering tidak jelas, dan dapat terjadi

9

Page 10: BBLR CSR

sepsis sebelum dicurigai terjadi lesi pada usus. Sekali terkena kondisi anak biasanya

buruk, dengan cepat menjadi lemah dan asidosis serta dapat berkembang kearah syok

dan DIC.

b. Hipotermia

Perbedaan suhu di dalam kandungan dan lingkungan akan memberi pengaruh

pada kehilangan panas tubuh bayi, selain itu hipotermia dapat terjadi karena

kemampuan untuk untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah

produksi panas sangat terbatas, karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup

matang, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu

tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat badan

sehingga mudah kehilangan panas.

Tanda klinis hipotermia:

Suhu tubuh dibawah normal

Kulit dingin

Akral dingin

Sianosis

c. Sindrom Gawat Nafas

Sampai saat ini penyakit membrane hyaline dianggap terjadi karena defisiensi

pembentukan surfaktan pada paru bayi yang belum matang. Surfaktan adalah zat yang

penting dalam pangembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang terdiri dari

protein, karbohidrat dan lemak. Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin dan mulai

terbentuk pada kehamilan 22 – 24 minggu dan berjumlah lengkap dan mulai berfungsi

normal pada minggu ke-35 kehamilan.

10

Page 11: BBLR CSR

Defisiensi Surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk

mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi

sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negatif intratoraks yang

lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat.

Pada aspirasi mekonium terjadi hipoksia intrauterin akan mengakibatkan janin

mengalami gasping dalam uterus, selain itu mekonium akan dilepaskan dan

bercampur dengan cairan amnion, cairan amnion yang mengandung mekonium

tersebut akan masuk ke dalam paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan

menderita gangguan pernafasan karena melekatnya mekonium dalam saluran

pernafasan.

Tanda klinis sindrom gawat nafas :

Pernafasan cepat

Sianosis perioral

Merintih sewaktu ekspirasi

Retraksi substernal dan interkostal

d. Hipoglikemia.

Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa

hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Kecepatan glukosa yang

diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan

plasenta dan janin yang menyebabkan terhentinya pemberian glukosa.

Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72

jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL. Hal ini

disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia terjadi bila

kadar gula darah 20 mg/dL.

11

Page 12: BBLR CSR

Tanda klinis hipoglikemia :

Gemetar

Sianosis

Apatis

Kejang

Apnea Intermiten

Tangisan lemah atau melengking

Kelumpuhan atau letargi

Kesulitan minum

Terdapat gerakan putar mata

Keringat dingin

Hipotermia

Gagal jantung dan henti jantung

Hipoglikemia pada neonatus terjadi bila gula darah < 47 mg/dl, Pada hipoglikemia

berat didapatkan hasil gula darah < 25 mg/dl, dan hipoglikemia ringan/sedang jika

kadar gula darah >25 - <47 mg/dl.

e. Perdarahan Intrakranial

Pembuluh darah pada bayi prematur masih sangat rapuh dan mudah pecah,

sehingga perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir, diseminated

intravascular coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal

yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap

perdarahan selama minggu pertama kehidupan.

Tanda klinis perdarahan intrakranial :

Kegagalan umum untuk bergerak

normal

Refleks moro menurun atau tidak ada

Letargi

Pucat dan sianosis

Apnea

Kegagalan menetek dengan baik

Muntah yang kuat

Tonus otot menurun

Tangisan bernada tinggi dan tajam

Kejang

Fontanela mayor tegang dan

cembung

12

Page 13: BBLR CSR

f. Hiperbilirubinemia

Terjadi karena belum maturnya fungsi hepar, dimana terjadi kekurangan

enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin

direk belum sempurna, dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi

bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang. Kadar bilirubin normal pada bayi prematur

10 mg/dL. Jika terjadi hiperbilirubinemia pada bayi prematur, bila tidak segera diatasi

dapat menjadi kern ikterus yang akan menimbulkan gejala yang permanen.

Tanda klinis hiperbilirubinemia :

Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas berwarna

kuning

Letargi

Kemampuan mengisap menurun

Kejang

Ikterus yang kemungkinan menjadi patologi atau dapat dianggap sebagai

hiperbilirubinemia adalah :

- Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.

- Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.

- Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus kurang bulan dan

12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.

- Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim

G6PD dan sepsis).

13

Page 14: BBLR CSR

- Ikterus yang disertai berat lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari

36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi

hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.

g. Lebih rentan terhadap infeksi :

Bayi prematur mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluller

masih kurang, sehingga bayi mudah menderita infeksi. Selain itu pada kulit dan

selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti pada bayi cukup bulan.

Sensitivitas yang kurang akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit,

terutama pada daerah yang sering tertekan dalam waktu yang lama.

2.6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah (1,3)

Bayi berat bayi lahir rendah biasanya tampak haus dan harus diberikan

makanan dini (early feeding), hal ini sangat penting untuk menghindari terjadinya

hipoglikemia, kadar gula darah harus diperiksa setiap 8-12 jam.

Frekuensi pernafasan terutama dalam 24 jam pertama harus selalu diawasi untuk

mengetahui adanya sindrom aspirasi mekonium atau sindrom gangguan pernafasan

idiopatik, sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernafasan lahir dan bila frekuensi

lebih dari 60 x/menit dibuat foto thoraks.

Pencegahan terhadap infeksi sangat penting, karena bayi sangat rentan

terhadap infeksi, yaitu karena pemindahan IgG dari ibu ke janin terganggu.

Temperatur harus diperbaiki, jangan sampai kedinginan karena mudah terjadi

hipotermik, hal ini disebabkan oleh karena luas permukaan tubuh bayi relatif lebih

besar dan jaringan lemak subkutan kurang.

14

Page 15: BBLR CSR

Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk

pertumbuhan, perkembangan, dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar

uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan

bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin

dan zat besi.

a. Pengaturan Suhu

Untuk mencegah hipotermi, diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk

bayi, bila dirawat dalam inkubator, maka suhunya unuk bayi dengan berat badan

kurang dari 2000 gram adalah 35 C dan untuk bayi dengan berat badan 2000-2500

gram adalah 34 C, agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 C.

Kelembaban inkubator berkisar antara 50-60%. Saat ini telah digunakan inkubator

yang dilengkapi dengan alat temperatur sensor, yang ditempelkan pada kulit bayi.

Kelembaban yang tinggi diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan,

suhu inkubator dapat diturunkan 1 C per minggu untuk bayi dengan berat badan 2000

gram dan secara berangsur-angsur ia dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi

dengan suhu lingkungan 27 C - 29 C.

Bila inkubator tidak ada, pemanasan dilakukan dengan membungkus bayi dan

meletakkan botol hangat di sekitarnya atau dengan memasang lampu pijar atau

petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh

bayi sekitar 36,5C-37,5C adalah dengan memakai alat perspexheat shield yang

diselimuti pada bayi di dalam inkubator, alat ini berguna untuk mengurangi

kehilangan panas karena radiasi.

b. Nutrisi Enteral

15

Page 16: BBLR CSR

Pada bayi prematur reflek isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas

lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang,

disamping itu kebutuhan protein 3-5 g/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari) agar

berat badan bertambah baik.

Pemberian nutrisi enteral dimulai pada bayi dengan berat lebih dari 1500

gram, dan masa gestasi lebih dari 32 minggu serta tidak terdapat distres dimulai saat

berumur 2-4 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada

bayi lebih kecil, walaupun tidak distress, jangan diberikan nutrisi enteral selama 12-

24 jam pertama, lebih baik diberikan infus larutan glukosa 5-10 % sejak lahir dan

diobservasi, bila keadaan bayi stabil maka pemberian nutrisi enteral dapat dimulai.

Syarat lain untuk memulai nutrisi enteral adalah keluarnya mekonium, yang

menunjukkan adanya kontinuitas dan motilitas traktus gastrointestinal.

Masalah yang sering menghambat pemberian nutrisi enteral adalah sindrom

distress pernafasan, sindrom aspirasi, pneumonia, apnea karena prematuritas dan

gagal jantung akibat duktus arteriosus paten

Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan pengisapan cairan

lambung, hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esofagus dan mencegah

muntah. Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu

pada ibunya, bayi dengan berat kurang dari 1500 gram kurang mampu mengisap air

susu ibu atau susu botol, terutama pada hari-hari pertama, dalam hal ini bayi diberi

minum melalui sonde lambung (orogastric-intubation).

Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada anaknya, bila daya isap cukup baik,

maka pemberian air susu ibu diteruskan. Adakalanya daya isap bayi kecil ini lebih

baik dengan dot dibandingkan dengan puting susu ibu, pada keadaan ini air susu ibu

dipompa dan diberikan melalui botol, cara pemberian melalui susu botol adalah

16

Page 17: BBLR CSR

dengan frekuansi pemberian yang lebih sering dalam jumlah susu yang sedikit.

Frekuensi pemberian minum makin berkurang dengan bertambahnya berat bayi,

jumlah cairan yang diberikan pertama kali adalah 1-5 ml/jam dan jumlahnya dapat

ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Penambahan susu tersebut tergantung

dari jumlah susu yang tertinggal pada pemberian minum sebelumnya, untuk

mencegah regurgitas (muntah) atau distensi abdomen. Banyaknya cairan yang

diberikan adalah 60 ml/kg/hari, dan setiap hari dinaikkan sampai 200 ml/kg/hari pada

akhir minggu kedua.

Bila air susu ibu tidak ada, susunya dapat diganti dengan susu buatan yang

mengandung lemak yang mudah dicerna bayi (middle chain triglycerides) dan

mengandung 20 kalori per 30 ml air atu sekurang-kurangnya bayi mendapat 110

kal/kg berat badan perhari.

c. Kebutuhan Cairan

Kehilangan air insensible secara tidak langsung terkait dengan umur

kehamilan, keadaan lingkungan, dan status penyakit, bayi preterm yang amat imatur

(<1000 gram) memerlukan sebanyak 2-3 mL/kg/jam. Bayi yang premature akan

kehilangan cairan insisible sebesar 0,6 – 0,7 ml/kgBB/jam, bila dirawat dalam

incubator. Jumlah cairan yang dianjurkan pada neonatus yang memerlukan susu botol

atau cairan intravena adalah 60-70 mL/kgBB pada hari pertama dan dinaikkan

sampai 100-120 mL/kgBB pada hari ke-2 dan ke-3, dan pada hari ke 4-5 mencapai

150 ml/kgBB, selanjutnya dapat mencapai 160 - 180ml/kgBB/hari.

Bayi lebih prematur dan kecil dimulai dengan 70-100 mL/kgBB pada hari pertama

dan dilanjutkan sampai 150 mL/kgBB atau lebih pada hari ke-3 dan ke-4.

17

Page 18: BBLR CSR

Penimbangan badan setiap hari, pengeluaran urin, pemeriksaan fisik harus dipantau

secara cermat untuk mendeteksi adanya kelainan status hidrasi.

d. Nutrisi Parenteral Total

Bila pemberian makanan oral untuk masa waktu yang lama tidak

memungkinkan, makanan intravena total dapat memberikan cairan yang cukup,

kalori, asam amino, elektrolit dan vitamin untuk mempertahankan pertumbuhan pada

bayi BBLR.

Tujuan dari pemberian nutrisi parenteral adalah memasukkan kalori

nonprotein yang cukup, sehingga memungkinkan bayi menggunakan sebagian

terbesar proteinnya untuk pertumbuhan. Infus harus mengandung asam amino

sintetik 2,5-3 g/dL dan glukosa hipertonik pada kisaran antara 10-25 g/dL sebagai

tambahan disamping kuantitas elektrolit, mineral, dan vitamin yang cukup.

Infus awal harian harus memasukkan 10-15 g/kgBB/24 jam glukosa dan

menambah sedikit demi sedikit sampai 25-30 g/kgBB/24 jam, bila hanya glukosa saja

yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan penuh nonprotein 100-120 kkal/kgBB/24

jam.

Jika yang digunakan vena perifer, dianjurkan untuk mempertahankan kadar

glukosa dibawah 12,5 g/dL. Emulsi lemak intravena seperti 20% intralipid (2,2

kkal/mL) dapat digunakan untuk memberikan kalori tanpa beban osmotik yang nyata,

sehingga dapat mengurangi akan kebutuhan infus dengan kadar glukosa yang lebih

tinggi, melalui vena sentral atau perifer, dan biasanya mencegah perkembangan

defisiensi asam lemak essensial. Intralipid dapat dimulai pada 0,5 g/kgBB/24 jam dan

selanjutnya diberikan sampai 3 g/kgBB/24 jam.

18

Page 19: BBLR CSR

Komplikasi makanan intravena terkait dengan kateter, sepsis adalah masalah

yang paling penting pada infus vena sentral dan dapat diminimalkan dengan

perawatan keteter yang cermat dan prefarat infus aseptic.

Komplikasi metabolic meliputi hiperglikemia yang berasal dari kadar glukosa infus

yang tinggi, yang dapat menyebabkan diuresis osmotic dan dehidrasi, azotemia,

hipoglikemia, hiperlipidemia, hipoksemia.

e. Infeksi

Bayi prematur mudah sekali diserang infeksi, hal ini disebabkan oleh karena

daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup membentuk

antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Oleh

karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal,

yaitu dengan memperbaiki keadaan lingkungan, kebersihan makanan, mencegah

terjadinya infeksi silang para dokter, perawat, bidan dan petugas lain.

2.7 Pemberian Nutrisi Pada Bblr

Bayi dengan BBLR sering mengalami masalah pada nutrisi karena fungsi

saluran pencernaan yang belum sempurna, seperti reflex hisap yang kurang, motilitas

usus lambat sehingga bayi mudah kembung, volume gaster yang kecil sehingga bayi

mudah muntah, dan defisiensi enzim. Penyakit lain seperti asfiksia, infeksi, dan sesak

nafas juga sering menyertai. Hal ini membuat masukan oral menjadi sulit dan

tertunda.

Pemberian nutrisi pada bayi BBLR yang sehat sebaiknya dilakukan sesegera

mungkin dengan cara IMD (Inisiasi Menyusu Dini). Sedangkan pada bayi BBLR

yang sakit, sebagian besar dapat mengatasi penyakitnya sendiri dengan cepat,

19

Page 20: BBLR CSR

sehingga hanya memerlukan cairan, elektrolit, dan glukosa. Pemberian kolostrum

sebagai minum pertama sangat dianjurkan.

Keperluan Cairan dan Elektrolit BBLR Berat 1500-2500 g

Jumlah cairan

(cc/kg/hari)

Sodium

(mEq/kg/hari)

Potassium

(mEq/kg/hari)

Kalsium

elemental

(mg/kg/hari)

Hari ke 1 60 D10 W 0 0 45

Hari ke 2 90-110 D10W 2-3 1-2 45

Hari ke 3-14 120-150

D10W

2-4 2-4 45

Cara menilai kecukupan cairan dan elektrolit:

1. Secara klinis: edematous atau dehidrasi

2. Berat badan

3. Jumlah urin (2-3 ml/kg/hari), warna urin, berat jenis (1.005-1.010)

4. Elektrolit Na 135-145 mEq/l, K: 3.5-5 mEq/l

5. Bila mendapat fototerapi, jumlah cairan + 20%

Pemberian nutrisi parenteral dipertimbangkan bila sampai hari ketiga bayi

masih memerlukan puasa. Garis besar program nutrisi parenteral adalah:

1. Keperluan cairan dan elektrolit. Keperluan cairan setelah hari ketiga: 120-150

cc/kg.

2. Keperluan kalori dan glukosa. Kalori: 90-100 kkal/kg.

3. Keperluan protein dan lemak.

4. Tambahan vitamin/ mineral/ trace element.

Bayi dapat mulai diberikan minum bila keadaannya sudah stabil, yaitu:

20

Page 21: BBLR CSR

1. Kontrol suhu baik

2. Sesak nafas/ retraksi berkurang

3. Keperluan O2 berkurang

4. Frekuensi denyut jantung baik, ekstremitas hangat

5. Bising usus cukup

6. Menunjukkan tanda-tanda lapar

2.8 Memulangkan Bayi

Sebelum pulang bayi harus sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan

botol maupun dengan puting susu ibunya, selain itu kenaikan berat badan berkisar

antara 10-30 g/hari dan suhu tubuh tetap normal di ruang biasa.bayi harus tidak

menderita apneu atau bradikardi, dan tidak memerlukan oksigen atau obat yang

diberikan melalui pembuluh darah Biasanya bayi prematur dipulangkan dengan berat

badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah berat sudah diatasi.

Selanjutnya bayi harus dipantau secara teratur untuk melihat pertumbuhan dan

perkembangannya, serta menemukan kelainan yang mungkin baru timbul.

2.8 Prognosis (1,3,7)

Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi

(makin muda masa gestasi, makin rendah berat bayi makin tinggi angka kematian),

asfiksia, sindrom gangguan pernafasan, perdarahan intraventrikuler, infeksi gangguan

metabolik (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia). Asfiksia sendiri merupakan

komplikasi yang paling serius dari bayi berat lahir rendah, bila tidak segera diatasi

maka prognosis neonatus menjadi buruk.

21

Page 22: BBLR CSR

Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang

tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan, post natal (pengaturan suhu

lingkungan, resusitasi, makanan).

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Bayi Levi

No.MR : 116024

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : ¼ jam

BBL : 2130 gram

A – S : 7/8

Tanggal Lahir : 13 November 2015 jam 19.00 WIB

ANAMNESA

Keluhan Utama :

NBBLR 2130 gram Vakum a/i bekas SC

Riwayat Penyakit Sekarang :

Bayi lahir di rumah sakit dengan berat badan lahir rendah. Bayi masuk

Perinatologi dengan keadaan umum sadar , menangis kuat ,tidak terlihat biru pada

bibir & ekstremitas. Bayi dilahirkan vakum dengan indikasi bekas SC.

VI. Pemeriksaan Fisik

22

Page 23: BBLR CSR

Keadaan Umum : Sadar , menangis kuat

Kesadaran : Compos mentis

Ballard score : 29(35-36 minggu)

1. Tanda – Tanda Vital :

Suhu : 37 oC

Frekuensi jantung : 120 x/menit

Respirasi : 40 x/menit

Tekanan Darah : Tidak dievaluasi

2. Menilai Pertumbuhan :

Berat Badan : 2130 gram

Panjang Badan : 47 cm

Lingkar Kepala : 31 cm

Lingkar Dada : 27 cm

3. Keadaan Umum :

Aktivitas : menurun

Warna Kulit : kemerahan

Cacat Bawaan Yang Tampak : (-)

4. Kepala

Bentuk kepala : simetris, lonjong, lecet (-), ubun – ubun besar terpisah,

teraba datar, sutura normal, craniosynostosis (-),

molding (-), caput sucendaneum (+), dan cephal

hematom (-)

5. Mata

Ikterik (-), anemis (-), hipotelorisme (-)

6. Telinga

Auricula melipat sempurna

7. Hidung

Napas cuping hidung (-), deviasi septum (-)

8. Mulut

Sianosis (-), labioschisis (-), palatoschisis (-)

9. Leher

23

Page 24: BBLR CSR

Totikolis (-)

10. Thorak

Bentuk : simetris kanan =kiri

Jantung : batas normal

Paru: wheezing (-), rhonki (-)

11. Abdomen

Permukaan : datar

Kondisi : lemas

Hati : tidak teraba

Limpa : S0

Tali pusat : segar

12. umbilicus

hiperemis (-) disekitar umbilikus

13. Genitalia

Normal. Hipospadia (-), epispadia (-), hidrokel (-), rugae testis (+)

halus.

14. Anus dan rektum

Anus (+), mekoninum (+) 24 jam pertama.

15. Ekstremitas

Normal. Syndactyli (-), polidactyli (-), talipes equinovarus (-/-)

16. Tulang belakang, pinggul dalam batas normal

IX. Diagnosis Kerja

BBLR dengan kehamilan preterm

X. Rencana Terapi

IVFD D10% 3 tts/menit (mikro)

24

Page 25: BBLR CSR

Neo K injeksi

Ampicilin 4x60 mg

Gentamicin 2x3,5

ASI/PASI BBLR 8x10cc

Rawat Inkubator

Pembahasan

Telah dilaporkan pasien laki-laki usia ¼ jam, pasien kiriman kamar bersalin

RSUD Solok pada tanggal 13 november 2015 dengan diagnosis BBLR dengan

kehamilan preterm. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik

dan dilihat dari gejalanya.

Dengan pemeriksaan fisik umum didapatkan frekuensi nadi 120 x/menit, frekuensi

nafas 40 x/menit, terapi umum diberikan pemberian vitamin K injeksi, IVFD D10 3

tetes/ i, injeksi ampicilin, injeksi gentamicin, ASI.

25

Page 26: BBLR CSR

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan

masalah kesehatan yang sering dialami pada sebagian masyarakat yang

ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR yang tidak

ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada sistem

pernapasan, gangguan pada sistem pencernaan, dan gangguan sistem

perkemihan. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan

fisik dan mental serta tumbuh kembang.

3.2. Saran

Diharapkan setelah dirawat bayi dapat:

1. Berat badan naik mencapai normal, daya isap kuat, tidak terjadi

infeksi dan hipotermi maupun resiko infeksi

26

Page 27: BBLR CSR

2. Meningkatkan proses perawatan BBLR dengan mempertahankan

teknik aseptic dalam melakukan tindakan. Dapat menganalisa dan

menegakkan diagnosa sesuai prioritas masalah serta menetapkan

intervensi dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan pada BBLR.

DAFTAR PUSTAKA

1. Current : Pediatric Diagnosis and Treatment: Neonatal Intensive Care, page 22-30.

Edition 15 Th 2001 Mc Graw Hill Companies.

2. Avery Gordon B : Neonatologi, Pathology and Management Of The New Born,

Page 182-200. Second Edition.JB Lippincott Company Philadelphia1981.

3. Rudolf’s Fundamental Of Pediatric, Page 161-164 Mc Graw Hill Companies

2002.

4. eMedicine-Neonatal Resuscitation 2001 : Articel by Robin L

Bissinger,MSN,RNC,NNP

5. Lara Mother Health Care Center : Asphyxia Neonatorum

6. Behrman, Kliegman : Nelson Essential Of Pediatric-Delivery Room Care, Page

160-166, 204-206. W.B Saunders Company 1990.

27

Page 28: BBLR CSR

7. CorbertAnthony,M.D : Disorders Of The Respiratory Tract In Children, Page 268-

273. W.B Saunders Company1983

8. Wood David and Malan Atties : Notes On The Newborn Infant Fifth

Edition.1996.

9. Markum A.H. Prematuritas dan Retardasi Pertumbuhan Intrauterine. Dalam:

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jilid I, cet.3, Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 1996; 221-36

10. Surasmi A., Handayani S., Nurkusuma H. Perawatan Bayi Berat Badan Lahir

Rendah. Dalam: Perawatan Bayi Resiko Tinggi, cet. 1. Jakarta: EGC, 2003; 30-56

11. Nelson. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak,

Ed. 15, Vol. 1, Jakarta: EGC, 1996; 562-72

12. Budjang R.F. Bayi Dengan Berat Lahir Rendah. Dalam: Ilmu Kebidanan, Ed. 3,

cet. 5, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 1999; 771-84

13. Ananth C.V., Kramer M.S., Demissie K. Small-for-Gestasional Age Birth

Among Balck and White Women: Temporal Trends in the United States. In:

Research and Practice, Vol. 93. No. 4, American Public Health Association, April

2003; Journal on 13 January 2005http://www.ajph.org/cgi/content/full/93/4/577

14. I.D.A.I. Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah, artikel tanggal 13 Januari 2005.

Dalam: http://www.idai.or.id/web/topik/detil.asp?IDTopics=71

28