bayi kuning usia 5 hari
DESCRIPTION
mnb,TRANSCRIPT
Bayi kuning Usia 5 hari
Annisza
102010201
Email : [email protected]
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510
Pendahuluan
Angka kejadian Ikterus pada bayi sangat bervariasi di RSCM persentase ikterus neonatorum
pada bayi cukup bulan sebesar 32,1% dan pada bayi kurang bulan sebesar 42,9%, sedangkan di
Amerika Serikat sekitar 60% bayi menderita ikterus baru lahir menderita ikterus, lebih dari 50%.
Bayi-bayi yang mengalami ikterus itu mencapai kadar bilirubin yang melebihi 10 mg.
Ikterus terjadi apabila terdapat bililirubin dalam darah. Pada sebagian besar neonatus, ikterus
akan ditemukan dalam minggu pertama dalam kehidupannya. Dikemukakan bahwa kejadian
ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada bayi 80% bayi kurang bulan. Di Jakarta
dilaporkan 32,19 % menderita ikterus. Ikterus ini pada sebagian lagi bersifat patologik yang
dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian. Karena setiap bayi
dengan ikterus harus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau bila kadar bilirubuin
meningkat lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam.
Proses hemolisis darah, infeksi berat ikterus yang berlangsung lebih dari 1 mg/dl juga merupakan
keadaan kemungkinan adanya ikterus patologi. Dalam keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus
dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus dapat dihindarkan.
Anamnesis
Yang perlu di cari pada anamnesis adalah riwayat ikterus pada anak sebelumnnya, riwayat
keluarga anemia dan pembesaran hati dan limpa, riwayat kehamilan dengan komplikasi
penggunaan obat, riwayat infeksi maternal, riwayat trauma persalinan, factor resiko terjadinya
infeksi, dan kondisi bayi (apakah aktif,nafsu makan, dan harus di bangunkan untuk makan).
Pemeriksaan
Anamnesis ikterus pada riwayat onstetri sebelumnya sangat membantu dalam menegakan
diagnosis hiperbilirubnemia pada bayi. Termasuk anamnesis mengenai riwayat inkompabilitas
darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya. Disamping itu faktor risiko
kehamilan dan persalinan juga berperan dalam diagnosis dini ikterus/hiperbilirubinemia pada
bayi. Faktor risiko itu antara lain adalah kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikan pada
ibu selama hamil/persalinan, kehamilan dengan diabetes melitus, gawat janin, malnutrisi
intrauterine, infeksi intranatal, dan lain-lain. Anamnesis yang baik untuk menegakkan diagnosis
ikterus pada bayi adalah dengan bertanya riwayat penyakit terdahulu, semasa dan sekarang
kepada si ibu. Antara pertanyaan yang sering dipertanyakan ialah:
a. Riwayat kehamilan dengan komplikasi (obat-obatan, ibu DM, malnutrisi intra uterin, infeksi
intranatal).
b. Ibu sibayi pernah mengalami penyakit kuning sebelum mengandung atau semasa mengandung
c. Riwayat persalinan dengan tindakan / komplikasi.
d.Bertanyakan kapan terjadinya perubahan warna kuning pada kulit bayi. Ini karena waktu
timbulnya ikterus mempunyai arti penting pula dalam diagnosis danpenatalaksanaan penderita
karena saat timbulnya ikterus mempunyai kaitan erat dengan kemungkinan penyebab ikterus
tersebut.
e. Riwayat ikterus / terapi sinar / transfusi tukar pada bayi sebelumnya.
f. Riwayat inkompatibilitas darah seperti menanyakan golongan darah ibu dan anak.
g.Riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran hepar dan limpa untuk diagnosis
banding terhadap penyakit hemolitik yang diakibatkan thalesemia, sferositosis dan lain-lain.1,2
Pemeriksaan Fisik3
Secara klinis ikterus dapat dideteksi dari warna kulit yaitu pemucatan kulit dengan cara menekan
kulit dengan jari, ketika bilirubin melebihi 5 mg/dL(85 mikromol/L). Ikterus dimulai dari wajah,
kemudian menyebar ke abdomen dan kemudian ke ekstremitas. Jika terdapat pertanyaan
mengenai keparahan ikterus, ukur kadar bilirubin dan plotkan pada diagram bilirubin, sesuai
dengan usia dalam jam.3
Secara klinis ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau beberapa hari
kemudian. Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus akan terlihat
lebih jelas dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang kurang, terutama
pada neonatus yang kulitnya gelap.3,4
Penilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila penderita sedang mendapatkan terapi sinar. Dapat
pula dilakukan pemeriksaan secara khusus dengan menekan kulit secara ringan memakai jari
tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan subkutan dengan pencahayaan yang
memadai. Waktu timbulnya ikterus mempunyai arti penting pula dalam diagnosis dan
penatalaksanaan penderita karena saat timbulnya ikterus mempunyai kaitan erat dengan
kemungkinan penyebab ikterus tersebut.3,4
Tabel 1. Drajat ikterus berdasarkan Kramer.4
Derajat
ikterus Daerah ikterus
Perkiraan kadar
bilirubin
I Kepala dan leher 5,0 mg%
II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 9,0 mg%
III
Sampai badan bawah (di bawah
umbilikus) hingga tungkai atas (di atas
lutut)
11,4 mg/dl
IV Sampai lengan, tungkai bawah lutut 12,4 mg/dl
V Sampai telapak tangan dan kaki 16,0 mg/dl
1. Pemeriksaan bilirubin serum total & direk4
Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin direk. Sedangkan
bilirubin indirek diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dan bilirubin direk. Metode
pengukuran yang digunakan adalah fotometri atau spektrofotometri yang mengukur intensitas
warna azobilirubin.
Hati bayi yang baru lahir belum berkembang sempurna sehingga jika kadar bilirubin yang
ditemukan sangat tinggi, bayi akan mengalami kerusakan neurologis permanen yang lazim
disebut kenikterus. Kadar bilirubin (total) pada bayi baru lahir bisa mencapai 12 mg/dl; kadar
yang menimbulkan kepanikan adalah > 15 mg/dl. Ikterik tampak jika kadar bilirubin mencapai >
3 mg/dl.
2. Direct Coombs test4
Tes ini dilakukan pada sampel eritrosit langsung dari tubuh. Tes ini akan mendeteksi antibodi
yang ada di permukaan eritrosit. Terbentuknya antibodi ini karena adanya penyakit atau berasal
dari transfusi darah. Tes ini juga dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan darah Rh positif
dimana ibunya mempunyai Rh negative. Tes ini menunjukan apakah ibunya telah membentuk
antibodi dan masuk ke dalam darah bayinya melalui plasenta. Beberapa penyakit dan obat-
obatan dapat memicu produksi antibodi. Antibodi ini terkadang menghancurkan eritrosit dan
menyebabkan anemia. Tes ini terkadang menunjukan diagnosis penyebab anemia atau jaundice.
3. Indirect Coombs Test (secara tidak langsung)4
Tes ini dilakukan pada sampel dari bagian darah (serum). Tes ini mendeteksi antibodi yang ada
dalam aliran darah dan dapat mengikat eritrosit tertentu yang memicu terjadinya masalah
masalah terjadinya percampuran darah. Tes ini biasanya dilakukan untuk menemukan antibodi
pada darah donor atau resipien sebelum dilakukan transfusi.
4. Pemeriksaan golongan darah ABO, Rh dan lain-lain (bayi dan ibu).4
Working Diagnosis
Ikterus Fisiologis.
Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan mukosa akibat penumpukan bilirubin,
sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus
ke arah terjadinya kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan.
Ikterus Neonatorum
Yaitu disklorisasi pada kulit atau organ lain karena penumpukan bilirubin.
Ikterus Fisiologis
Adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak mempunyai dasar patologis,
kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi
“kernikterus” dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
Dalam keadaan normal, kadar bilirubin indirek dalam serum tali pusat adalah sebesar 1-3 mg/dl
dan akan meningkat dengan kecepatan kurang dari 5 mg/dl/24 jam; dengan demikian ikterus
baru terlihat pada hari ke 2-3, biasanya mencapai puncaknya antara hari ke 2-4, dengan kadar 5-6
mg/dl untuk selanjutnya menurun sampai kadarnya lebih rendah dari 2 mg/dl antara lain ke 5-7
kehidupan. Ikterus akibat perubahan ini dinamakan ikterus fisiologis dan diduga sebagai akibat
hancurnya sel darah merah janin yang disertai pembatasan sementara pada konjugasi dan
ekskresi bilirubin oleh hati.
Diantara bayi-bayi prematur, kenaikan bilirubin serum cenderung sama atau sedikit lebih lambat
daripada pada bayi aterm, tetapi berlangsung lebih lama, pada umumnya mengakibatkan kadar
yang lebih tinggi, puncaknya dicapai antara hari ke 4-7, pola yang akan diperlihatkan bergantung
pada waktu yang diperlukan oleh bayi preterm mencapai pematangan mekanisme metabolisme
ekskresi bilirubin. Kadar puncak sebesar 8-12 mg/dl tidak dicapai sebelum hari ke 5-7 dan
kadang-kadang ikterus ditemukan setelah hari ke-10.
Diagnosis ikterus fisiologik pada bayi aterm atau preterm, dapat ditegakkan dengan
menyingkirkan penyebab ikterus berdasarkan anamnesis dan penemuan klinik dan laboratorium.
Pada umumnya untuk menentukan penyebab ikterus jika :
1. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.
2. Bilirubin serum meningkat dengan kecepatan lebih besar dari 5 mg/dl/24 jam.
3. Kadar bilirubin serum lebih besar dari 12 mg/dl pada bayi aterm dan lebih besar dari 14
mg/dl pada bayi preterm.
4. Ikterus persisten sampai melewati minggu pertama kehidupan, atau
5. Bilirubin direk lebih besar dari 1 mg/dl.
Diantara bayi-bayi prematur, kenaikan bilirubin serum cenderung sama atau sedikit lebih lambat
daripada pada bayi aterm, tetapi berlangsung lebih lama, pada umumnya mengakibatkan kadar
yang lebih tinggi, puncaknya dicapai antara hari ke 4-7, pola yang akan diperlihatkan bergantung
pada waktu yang diperlukan oleh bayi preterm mencapai pematangan mekanisme metabolisme
ekskresi bilirubin. Kadar puncak sebesar 8-12 mg/dl tidak dicapai sebelum hari ke 5-7 dan
kadang-kadang ikterus ditemukan setelah hari ke-10.
Tanya dan Lihat Tanda / Gejala Klasifikasi
Mulai kapan ikterus ?
Daerah mana yang
ikterus ?
Bayinya kurang bulan ?
Warna tinja ?
Ikterus segera setelah lahir
Ikterus pada 2 hari pertama
Ikterus pada usia > 14 hari
Ikterus lutut/ siku/ lebih
Bayi kurang bulan
Tinja pucat
Ikterus patologis
Ikterus usia 3-13 hari
Tanda patologis (-)
Ikterus fisiologis
Tabel 2. Klasikfikasi ikterus patologis & fisiologis
Deferensial Diagnosis
Ikterus Patologis6
Ikterus patologis mungkin merupakan petunjuk penting untuk diagnosis awal dari banyak
penyakit neonatus. Ikterus patologis dalam 36 jam pertama kehidupan biasanya disebabkan oleh
kelebihan produksi bilirubin, karena klirens bilirubin yang lambat jarang menyebabkan
peningkatan konsentrasi diatas 10 mg/dl pada umur ini. Jadi, ikterus neonatorum dini biasanya
disebabkan oleh penyakit hemolitik.
Ada beberapa keadaan ikterus yang cenderung menjadi patologik:
1. Ikterus klinis terjadi pada 24 jam pertama kehidupan
2. Peningkatan kadar bilirubin serum sebanyak 5mg/dL atau lebih setiap 24 jam
3. Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatabilitas darah, defisiensi G6PD, atau
sepsis).
1. Defisiensi G6PD
Mengenai lebih dari 100 juta orang, dapat menyebabkan ikterus neonatal yang berat pada mereka
terutama pada daerah timur tengah dan amerika afrika. Kadar G6PD pasien yang terkena
mungkin normal pada pemeriksaan laboratorium jika jumlah relukosit tinggi. Hal ini dapat
diketahui dengan skrinning.7,8
2. Inkompabilitas sistem Rh
Apabila seorang wanita Rh D-negatif (Rh d/d atau rr) hamil dengan janin Rh D-positif, eritosit
janin Rh D positif melintas ke dalam sirkulasi ibu (biasanya pada saat persalinan) dan
mensentisasi ibu untuk membentuk anti D. Sentisasi lebih mungkin terjadi bila ibu dan janin
memiliki golongan darah ABO yang sesuai.Ibu juga dapat tersentisasi oleh keguguran
sebelumnya, amniosentesis atau trauma lain pada plasenta , atau oleh transfuse darah. Anti D
melewati plasenta ke janin selama kehamilan berikutnya dengan janin Rh D-positif, melapisi
eritrosit janin dengan antibody dan menyebabkan destruksi sel-sel tersebut sehingga
menyebabkan anemia dan ikterus. Bila sang ayah heterozigot untuk antigen D (D/d), terdapat
kemungkinan bahwa 50% fetus akan D positif.7,8
3. Inkompabilitas sistem ABO
Lebih sering terjadi dan menimbulkan gambaran klinis yang serupa namun biasanya lebih
ringan. Ibu biasanya mempunyai golongan darah O dan bayi bergolongan darah A atau B. Kadar
hemolisin anti-A dan anti-B alamiah akan meningkat tajam, tetapi akan kembali normal setelah
kehamilan. Risiko kehamilan berikutnya tidak meningkat, berbeda dengan penyakit rhesus.
Pada 20% kelahiran, seorang ibu tidak memiliki golongan darah ABO yang sesuai dengan
janinnya. IgG ibu oleh antigen A dan B pada sel-sel lain, yang terjadi dalam plasma dan cairan
jaringan.penyakit ABO dapat ditemukan pada kehamilan pertama dan dapat/tidak mempengaruhi
kehamilan berikutnya.
Inkompabilitas ABO dengan sensitisasi biasanya tidak menyebabkan penyakit pada janin selain
dari anemia yang sangat ringan. Namun, inkompabilitas ABO dapat menyebabkan penyakit
hemolitik bayi baru lahir yang bermanifestasi sebagai anemia yang bermakna dan
hiperbilirubinemia. Karena banyak ibu yang mempunyai golongan darah O mempunyai antibody
IgG terhadap A dan B sebelum hamil, bayi golongan darah A atau B yang pertama kali
dilahirkan dapat terkena. Berbeda dengan penyakit Rh, penyakit hemolitik ABO tidak menjadi
lebih berat pada kehamilan berikutnya. Hemolisis dengan inkompabilitas ABO lebih ringan
daripada hemolisis pada kehamilan tersensitisasi-Rh, karena antibody anti-A atau anti-B dapat
melekat pada sel non-eritrosit yang mengandung antigen A atau B atau karena eritrosit janin
mempunyai determinan Rh. Inkompabilitas ABO merupakan penyebab hemolisis isoimun paling
sering pada bayi baru lahir.8
4. Sepsis
Sebagian kecil bayi yang tampak ikterik saat lahir, menderita suatu infeksi kongenital yang dapat
melewati plasenta dan mungkin dapat menyebabkan kerusakan serius pada janin. Infeksi
kongenital tersebut adalah toksoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, virus herpes, dan sifilis.
Ikterus akibat infeksi kongenital ini biasanya merupakan gabungan bilirubin tak terkonjugasi dan
bilirubin terkonjugasi. Bayi memperlihatkan tanda-tanda infeksi lainnya yang abnormal. Bayi-
bayi baru lahir sangatlah rentan terhadap sepsis bakterial(infeksi sistemik dengan kultur darah
ataupun kultur sentral lainnya yang positif). Sepsis onset-dini(early-onset sepsis, EOS): <72 jam
setelah kelahiran. Definisi ini berkisar dari 24 jam sampai 6 hari, namun paling banyak terjadi
dalam 72 jam setelah kelahiran. Kondisi ini disebabkan oleh pajanan vertikal ke jumlah bakteri
yang tinggi selama kelahiran dan jumlah antibodi pelindung yang sedikit. Sepsis onset-
lambat:>72 jam setelah kelahiran. Organisme biasanya didapat melalui transmisi nosokomial
dari orang ke orang.7,8
Pada Neonatus didahului oleh sepsis, gejala :
1. Sepsis (+) kejang-kejang à Infeksi meningitis neonatus
2. Ubun-ubun besar menonjol
3. Kaku kuduk
4. Opistotonus
Metabolisme Bilirubin9
Sebagian besar (70-80 %) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak. Heme dikonversi
menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke
hepar. Di dalam hepar, dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh
glukuronil transferase. Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk
diekskresikan melalui traktus gastrointestinal. Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari
bakteri; pembentukan sterkobilin tidak terjadi. Sebagai gantinya, usus bayi banyak mengandung
beta glukuronidase yang menghidrolisis bilirubin glukoronid menjadi biliru¬bin indirek dan akan
direabsorpsi kembali melalui sirkulasi enterohepatik ke aliran darah.
Gambar 1 Sistem Metabolisme Bilirubin9
Etiologi 9
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh
beberapa faktor. Secara garis besar etiologi ikterus neonatorum dapat dibagi :
1. Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada hemolisis yang
meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, AB0, golongan darah lain, defisiensi enzim G-6-PD,
piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
2. Gangguan dalam proses “uptake” dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia
dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom criggler-Najjar).
Penyebab lain yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam
“uptake” bilirubin ke sel hepar.
3. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin dengan
albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin
menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah
melekat ke sel otak.
Ikterus fisiologis disebabkan oleh banyak faktor yang merupakan sifat fisiologis normal bayi
baru lahir peningkatan produksi bilirubin akibat peningkatan massa eritrosit, pemendekan
rentang hidup eritrosit dan imaturitas ligandin dan glukuronil transferase hati.5,6
Etiologi dari ikterus fisiologis sebenarnya cukup bervariasi bergantung pada keadaan masa lahir,
premature, ras dan lainnya. Disamping hal tersebut inti dari sebuah ikterus fisiologis yang
umumnya disebabkan karena:
Hemolisis yang disebabkan banyaknya sel darah fetus yang lisis dan digantikan karena
berusia pendek.
Fungsi hepar yang belum seutuhnya sempurna yang mengakibatkan penurunan konjugasi
dan pengambilan bilirubin.
Epidemiologi9
Ikterus fisiologis dijumpai pada sekitar 60% bayi cukup bulan dan lebih dari 80% bayi prematur.
Bilirubin serum mencapai kadar maksimum sebesar 6 mg/dL antara hari ke-2 dan ke-4 pada bayi
cukup bulan dan 10-12 mg/dL pada hari ke-5 sampai ke-7 pada bayi prematur.9
Patofisiologi5
Penyakit hemolitik bayi baru lahir merupakan penyebab umum ikterus neonatus. Meskipun
demikian, karena imaturitas metabolisme bilirubin, banyak bayi baru lahir menjadi ikterus tanpa
adanya hemolisis. Bilirubin dihasilkan pada katabolisme hemoglobin dalam sistem
retikuloendotelial. Cincin tetrapirol heme dipecah oleh heme oksigenase membentuk biliverdin
dan karbon monoksida dengan jumlah yang sama. Karena tidak ada sumber biologis lain untuk
karbon monoksida, ekskresi gas ini secara stoikiometrik identik dengan produksi bilirubin oleh
biliverdin reduktase. Satu gram hemoglobin menghasilkan 35 mg bilirubin. Sumber bilirubin
selain dari hemoglobin dalam sirkulasi mewakili 20% produksi bilirubin; sumber ini meliputi
produksi hemoglobin inefisien dan lisis sel prekursor dalam sumsum tulang. Dibandingkan
dengan dewasa, bayi baru lahir mempunyai kecepatan produksi bilirubin dua sampai tiga kali
lebih besar. Ini sebagian disebabkan oleh peningkatan massa eritrosit (hematokrit lebih tinggi)
dan pemendekan rentang usia eritrosit 70-90 hari, dibandingkan dengan 120 hari rentang usia
eritrosit dewasa.
Penatalaksanaan
Dasarnya bayi yang mengalami ikterus fisiologis, tidak berbahaya dan tidak diperlukan
pengobatan khusus, kondisi tersebut akan hilang dengan sendirinya. Prinsip pengobatan warna
kekuningan pada bayi baru lahir adalah menghilangkan penyebabnya. Tujuan utama
penatalaksanaan ikterus neonatal adalah untuk mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak
mencapai nilai yang dapat menimbulkan kernikterus/ensefalopati biliaris, dengan mengusahakan
agar konjugasi bilirubin dapat lebih cepat berlangsung. Hal ini dapat dilakukan dengan
merangsang terbentuknya glukoronil transferase dengan pemberian obat-obatan (luminal). Serta
mengobati penyebab langsung ikterus tersebut. Pada penanganan yang terutama dapat dilakukan
untuk memulihkan penyakit ikterus neonatorum yaitu terapi sinar dan tranfusi tukar.5,9
Indikasi transfusi tukar dini:
1. Hidrops
2. Adanya riwayat penyakit yang berat, dan
3. Adanya riwayat sensitisasi.
Tujuannya adalah :
1. Mengkoreksi anemia
2. Menghentikan hemolisis
3. Mencegah peningkatan bilirubin.
Terapi Penyinaran dapat dilakukan dengan:
1. Pertimbangkan terapi sinar pada:
- NCB (neonatus cukup bulan) – SMK (sesuai masa kehamilan) sehat : kadar
bilirubin total > 12 mg/dL
- NKB (neonatus kurang bulan) sehat : kadar bilirubin total > 10 mg/dL
2. Pertimbangkan tranfusi tukar bila kadar bilirubin indirek > 20 mg/dL
3. Terapi sinar intensif
- Terapi sinar intensif dianggap berhasil, bila setelah ujian penyinaran kadar bilirubin
minimal turun 1 mg/dL.2
Penatalaksaan fototerapi pada bayi dengan hiperbilirubinemia :
1. Lakukan pemeriksaan labolatorium
2. Bilirubin total dan direk
3. Golongan darah (ABO Rh)
Gambar 1. Terapi sinar.10
Manifestasi Klinis
Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya sinar matahari. Bayi baru lahir
(BBL) tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mg/dl atau 100 mikro
mol/L (1 mg mg/dl = 17,1 mikro mol/L). salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada
BBL secara klinis, sederhana dan mudah adalah dengan penilaian menurut Kramer (1969).
Caranya dengan jari telunjuk ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti
tulang hidung, dada, lutut dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning.
Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang
telah diperkirakan kadar bilirubinnya.
Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu dapat pula
disertai dengan gejala-gejala:
1. Dehidrasi
- Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntah-muntah)
2. Pucat
- Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. Ketidakcocokan golongan darah
ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular.
3. Trauma lahir
perdarahan tertutup lainnya.
4. Pletorik (penumpukan darah)
- Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat, bayi
KMK
5. Letargik dan gejala sepsis lainnya
6. Petekiae (bintik merah di kulit)
- Sering dikaitkan dengan infeksi congenital, sepsis atau eritroblastosis
7. Omfalitis (peradangan umbilikus)
8. Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid)
9. Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus)
10. Feses dempul disertai urin warna coklat
- Pikirkan ke arah ikterus obstruktif, selanjutnya konsultasikan ke bagian hepatologi.3
Komplikasi
Kernikterus(Enselofati Bilirubin).
Fraksi bilirubin direk, tidak terkonjugasi, dan larut lemak bersifat toksis terhadap
perkembangan sistem saraf pusat, terutama bila konsentrasi bilirubin indirek tinggi dan melebihi
kapasitas pengikatan albumin. Kernikterus terjadi bila bilirubin indirek diendapkan dalam sel
otak serta menganggu metabolisme dan fungsi neuron, terutama pada ganglia basalis. Bilirubin
indirek dapat melewati sawar darah-otak karena kelarutannya dalam lemak. Teori lain
menunjukkan bahwa gangguan sawar darah-otak memungkinkan masuknya bilirubin-albumin
atau kompleks bilirubin bebas-asam lemak.3,5
Kernikterus biasanya ditemukan bila kadar bilirubin terlalu tinggi menurut usia kehamilan.
Kernikterus bisanya tidak terjadi pada bayi cukup bulan bila kadar bilirubin di bawah 20-25
mg/dl.3,5
Secara klinis, kernikterus pada neonatus memperlihatkan spektrum gejala dan tanda yang cepat
berkembang menjadi penyakit yang destruktif dan biasanya fatal. Tidak nafsu makan, rigiditas,
opistotonus, menangis bernada tinggi, demam, dan kejang, yang muncul secara berurutan, adalah
gejala yang paling sering dijumpai.3,5
Prognosis
Prognosis terhadap suatu ikterus fisiologis adalah baik. Pada normalnya bayi yang mengalami
ikterus fisiologis akan menjadi sembuh dan dapat tumbuh kembang dengan baik layaknya anak-
anak normal asalkan mendapatkan penangan yang baik dari pihak orang tua dan juga dokter.
Kesimpulan
Ikterus merupakan disklorisasi pada kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin. Bila
ikterus terlihat pada hari ke 2-3 dengan kadar bilirubin indirek 5-6 mg/dl dan untuk selanjutnya
menurun hari ke 5-7 kehidupan maka disebut ikterus fisiologis sedangkan ikterus patologis yaitu
bila bilirubin serum meningkat dengan kecepatan lebih besar dari 5 mg/dl / 24 jam pertama
kehidupan yang selanjutnya dapat terjadi kernikterus bila tidak didiagnosa dan ditangani secara
dini. Penanganan ikterus neonatorum sangat tergantung pada saat terjadinya ikterus, intensitas
ikterus (kadar bilirubin serum), jenis bilirubin, dan sebab terjadinya ikterus. Untuk mendapat
pegangan yang baik, pengobatan dan pemeriksaan-pemeriksaan yang perlu dilakukan didasarkan
pada hari timbulnya ikterus dan naiknya kadar bilirubin serum.
Daftar Pustaka
1. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W I. Kapita selekta kedokteran. Ed ke-3, volume 2.
Jakarta: Media Aesculapius;2005. h. 503-5.
2. Lissauer T, Fanaroff A A. At a glance. Ed-1. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008. H.96-9.
3. Hassan R, Alatas H. Ilmu kesehatan anak. Jilid ke-2. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI;
2007.h.519-22, 1101-23.
4. Hidayat AAA. Pengantar ilmu kesehatan anak. Jakarta: Salemba Medika; 2008.h.66.
5. Mutaqqin H, Dany F. Essensi pediatri nelson. Edisi ke-4. Jakarta:EGC; 2010.h.213-47.
6. Selbst SM, Cronan K, editor. Pediatric emergency medicine secrets. 2ND ed.Philadelphia:
Elsevier Mosby; 2008.p.127-8
7. Lissauer T, Fanaroff AA. At a Glance neonatologi. Jakarta: Penerbit Erlangga;2008.p.96-
109.
8. Yusna d, Hartanto h, editors. Dasar-dasar pediatri. edisi ke-3. Jakarta:EGC; 2008.h.62.
9. Appleton, Lange. Rudolph’s pediatrics. 20th ed. Jakarta:EGC; 2007.h.1249-52.
10. Terapi sinar di unduh dari
http://i349.photobucket.com/albums/q373/heavensinhands/Bili_light_with_newborn.jpg.
9Juni 2014