basis akrual pemerintahan

Upload: muchammad-dhairolly-yafie

Post on 14-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Basis Akrual Pemerintahan

    1/3

    Basis Akrual PemerintahanBy Muhammad Ichsan

    "Basis Akrual Akuntansi Pemerintahan : Pondasi Bagi Penerapan Akuntansi Biaya"

    Reformasi pengelolaan keuangan negara masih terus dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini

    dimaksudkan agar amanat yang tertuang dalam pasal 3 ayat (1) Undang-undang (UU) Nomor17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang mengharuskan Keuangan Negara dikelolasecara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan

    dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan, dapat semakin

    diwujudkan.Salah satu bentuk usaha berkelanjutan tersebut adalah dengan menetapkan Standar

    Akuntansi Berbasis Akrual yang ditetapkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP)Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

    sebagai pengganti dari Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005

    tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Penerapan PP No. 24 Tahun 2005 memangmasih bersifat sementara, hal ini sesuai dengan amanat yang tertuang dalam pasal 36 ayat (1)

    UU No. 17 tahun 2003 yang menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuranpendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan maka digunakan pengakuan dan

    pengukuran berbasis kas. Sementara itu untuk pengakuan dan pengukuran pendapatan dan

    belanja berbasis akrual menurut pasal 36 ayat (1) UU No. 17 tahun 2003 harus dilaksanakanselambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun.

    Dengan ditetapkanya PP No. 71 Tahun 2010 maka penerapan sistem akuntansipemerintahan berbasis akrula telah mempunyai landasan hukum. Dan hal ini berarti juga

    bahwa Pemerintah mempunyai kewajiban untuk dapat segera menerapkan SAP yang baru

    yaitu SAP berbasis akrual. Hal ini sesuai dengan pasal 32 UU No. 17 tahun 2003 yangmengamanatkaan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

    APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan SAP. Dan hal ini ditegaskan dalam pasal 4ayat (1) PP No. 71 Tahun 2010 menyebutkan bahwa Pemerintah menerapkan SAP Berbasis

    Akrual. SAP tersebut disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang

    independen dan ditetpkan dengan PP setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dariBadan Pemeriksa Keuangan (BPK).

    Penerapan sistem akuntansi berbasis akrual di pemerintahan menyajikan tantanganbaru, untuk itu agar proses penerapannya dapat berjalan dengan baik perlu dibuatkan suatu

    pedoman yang dapat menjelaskan proses pembangunan sistem akuntansi pemerintahan

    berbasis akrual ini secara lebih detil. Dan hal ini ditegaskan dalam pasal 6 PP No. 71 Tahun2010, dimana ayat (2) - nya menyebutkan bahwa Sistem Akuntansi Pemerintahan Pada

    Pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan yang mengacu pada pedoman

    umum Sistem Akuntansi Pemerintahan. Dan ayat (3) - nya menyebutkan bahwa SistemAkuntansi Pemerintahan Pada Pemerintah Daerah diatur dengan Peraturan

    Gubernur/Bupati/Walikota yang mengacu pada pedoman umum Sistem AkuntansiPemerintahan. Sementara pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan tersebut

    ditetapkan dalam bentuk Peraturan Menteri Keuangan dan khusus untuk Pemerintah DaerahPeraturan Menteri Keuangan tersebut ditetapkan setelah Menteri Keuangan berkoordinasi

    dengan Menteri Dalam Negeri, hal ini sesuai dengan amanat yang tertuang dalam pasal 6 ayat

    (4) PP No. 71 Tahun 2010.Dengan telah ditetapkannya PP No. 71 tahun 2010 maka terjadi perubahan yang

    cukup signifikan, dalam unsur laporan keuangan yang harus disajikan oleh setiap entitasakuntansi dan entitas pelaporan di pemerintahan, jika dibandingkan dengan PP No. 24 tahun

    2005, yaitu sebagai berikut :

  • 7/27/2019 Basis Akrual Pemerintahan

    2/3

  • 7/27/2019 Basis Akrual Pemerintahan

    3/3

    Setelah basis akrual mulai dapat diterapkan dengan baik, disitu mulai terbuka pintu

    bagi para akuntan keuangan dan akuntan manajemen untuk mulai menerapkan akuntansibiaya atau manajemen biaya. Sehingga bagian dari tujuan pengelolaan keuangan negara yang

    efisien, ekonomis, dan transparan dapat semakin diwujudkan. Karena sampai saat ini masih

    ada pertanyaan besar yang belum mendapatkan jawabannya yaitu apakah subsidi yang

    diberikan pemerintah hanya terfokus pada bahan bakar minyak? Apakah pelayanan lain daripemerintah seperti pembuatan KTP, SIM dan pelayanan lainnya tidak pernah diberikansubsidi? Ataukah jangan-jangan ada subsidi tersembunyi (hidden subsidized) dari setiap

    produk dan atau pelayanan yang diberikan kepada masyarakat tetapi karena tidak dapat

    dihitung maka subsidi tersebut menjadi tidak terlihat.Perhitungan biaya produk dan atau pelayanan yang tepat merupakan jawaban untuk

    dapat melihat besaran dan jenis subsidi yang sebenarnya diberikan oleh pemerintah kepadamasyarakat. Perhitungan tersebut nantinya bukan semata-mata ditujukan untuk menghapus

    subsidi dengan menaikkan harga atau tarif dari produk dan atau pelayanan yang diberikan

    oleh pemerintah. Perhitungan tersebut pertama-tama harus digunakan untuk menganalisakemampuan keuangan negara, dengan menganalisa biaya-biaya yang terkait dengan produk

    dan atau pelayanan tersebut. Untuk kemudian dilakukan analisa terhadap berbagai alternatifpembiayaannnya tanpa memberatkan masyarakat, terutama masyarakat yang berada dalam

    garis kemiskinan. Inilah sejatinya yang ingin dituju dari penerapan anggaran berbasis kinerja,

    yang perlu didukung oleh akuntansi berbasis akrual.Penerapan basis akrual memang menyajikan tantangan yang cukup besar baik dari

    segi kesiapan peraturan teknis pelaksanaan, struktur dan infrastruktur organisasipemerintahan, budaya, sistem dan prosedur, hingga kesiapan dari sumberdaya manusianya.

    Semua elemen tersebut perlu dilakukan perubahan atau pembaharuan sehingga basis akrual

    dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.