bantuan hukum

29
Bantuan Hukum Bantuan hukum dalam pengertian yang paling luas dapat diartikan sebagai upaya unuk membantu golongan yang tidak mampu dalam bidang hukum. Menurut Adnan Buyung (Yesmil Anwar dan Adang, 2009: 245), mengatakan upaya untuk membantu golongan yang tidak mampu mempunyai tiga aspek yang paling berkaitan, yaitu aspek perumusan aturan-aturan hukum, aspek pengawasan terhadap mekanisme untuk menjaga agar aturan itu ditaati, dan aspek pendidikan masyarakat agar aturan-aturan itu dihayati. Yang menjadi persoalan dalam hal ini adalah siapa yang dimaksud dengan masyarakat yang kurang mampu atau tidak mampu? Kita perhatikan uraian yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja (1975: 4-5) “……………Pemberian bantuan hukum bagi orang-orang yang tidak mampu sama tuanya dengan profesi hukum itu sendiri. Hal ini dilakukan atas dasar amal dengan tujuan utama untuk memberikan kepada orang-orang tak mampu kesempatan yang sama dalam usaha mereka untuk mencapai apa yang dikehendakinya melalui jalan hukum……………..”. Uraian di atas, mengisyaratkan bahwa keberadaan dan pelaksaan program bantuan hukum, maka hal ini sebenarnya juga tidak dapat dilepaskan dengan sistem sosial yang ada. Yang dalam prakteknya ternyata juga turut mewarnai dalam menentukan pemberian bantuan hukum kepada masyarakat, khususnya masyarakat yang tergolong miskin dan tidak mampu. Apabila demikian halnya, hukum yang dapat diharapkan dapat memberikan pengaturan secara adil. M enurut Zulaidi (Yesmil Anwar dan Adang, 2009: 246) bantuan hukum berasal dari istilah ‘legal asisstance dan legal aid”. Legal aids biasanya digunakan untuk pengertian bantuan hukum dalam arti sempit berupa pemberian jasa di bidang hukum kepada orang yang terlibat dalam suatu perkara secara cuma-cuma atau gratis bagi mereka yang tidak mampu (miskin). Sedangkan legal assistance adalah istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan pengertian

Upload: annisa-icha

Post on 08-Jul-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bantuan hukum

TRANSCRIPT

Page 1: Bantuan Hukum

Bantuan HukumBantuan hukum dalam pengertian yang paling luas dapat diartikan sebagai upaya unuk membantu golongan yang tidak mampu dalam bidang hukum. Menurut Adnan Buyung (Yesmil Anwar dan Adang, 2009: 245), mengatakan upaya untuk membantu golongan yang tidak mampu mempunyai tiga aspek yang paling berkaitan, yaitu aspek perumusan aturan-aturan hukum, aspek pengawasan terhadap mekanisme untuk menjaga agar aturan itu ditaati, dan aspek pendidikan masyarakat agar aturan-aturan itu dihayati.

            Yang menjadi persoalan dalam hal ini adalah siapa yang dimaksud dengan masyarakat yang kurang mampu atau tidak mampu? Kita perhatikan uraian yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja (1975: 4-5) “……………Pemberian bantuan hukum bagi orang-orang yang tidak mampu sama tuanya dengan profesi hukum itu sendiri. Hal ini dilakukan atas dasar amal dengan tujuan utama untuk memberikan kepada orang-orang tak mampu kesempatan yang sama dalam usaha mereka untuk mencapai apa yang dikehendakinya melalui jalan hukum……………..”.

Uraian di atas, mengisyaratkan bahwa keberadaan dan pelaksaan program bantuan hukum, maka hal ini sebenarnya juga tidak dapat dilepaskan dengan sistem sosial yang ada. Yang dalam prakteknya ternyata juga turut mewarnai dalam menentukan pemberian bantuan hukum kepada masyarakat, khususnya masyarakat yang tergolong miskin dan tidak mampu. Apabila demikian halnya, hukum yang dapat diharapkan dapat memberikan pengaturan secara adil.

M enurut Zulaidi (Yesmil Anwar dan Adang, 2009: 246) bantuan hukum berasal dari istilah ‘legal asisstance dan legal aid”. Legal aids biasanya digunakan untuk pengertian bantuan hukum dalam arti sempit berupa pemberian jasa  di bidang hukum kepada orang yang terlibat dalam suatu perkara secara cuma-cuma atau gratis bagi mereka yang tidak mampu (miskin). Sedangkan legal assistance adalah istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan pengertian bantuan hukum kepada mereka yang tidak mampu, yang menggunakan honorium.

Dalam praktek keduanya mempunyai orientasi yang berbeda satu sama lainnya. Sedangkan Clarence J. Dias mempergunakan istilah “legal service yang diartikan dengan pelayanan hukum. pelayanan hukum menurut Dias adalah:“ langkah-langkah yang diambil untuk menjamin agar operasi sistem hukum di dalam kenyataannya tidak akan menjadi diskriminatif sebagai adanya perbedaan tingkat penghasilan, kenyataan, dan sumber daya lain yang dikuasai oleh individu dalam masyarakat”

Dias menggunakan istilah pelayanan hukum karena pelayanan hukum akan mencakupi kegiatan seperti: pemberian bantuan hukum, pemberian bantuan untuk menekankan tuntutan agar sesuatu hak yang telah diakui oleh hukum akan tetapi selama ini tidak diimplementasikan, usaha agar kebijakan hukum dapat diimplementasikan, Dias mengartikan bantuan hukum sebagai: segala bentuk pemberian pelayanan oelh kaum profesi hukum kepada khalayak dimasyarakat dengan maksud untuk menjamin agar tidak ada seorangpun di dalam masyarakat yang terampas haknya

Page 2: Bantuan Hukum

untuk memperoleh nasehat-nasehat hukum yang diperlukan hanya oleh karena sebab tidak dimilikinya sumber daya finansial yang cukup.

Dalam pemikiran Dias tersebut diatas, pelayanan hukum atau bantuan hukum akan mencakupi pelbagai macam kegiatan, yang meliputi:

1. Pemberian bantuan hukum2. Pemberian bantuan hukum untuk menekankan tututan agar sesuatu hak yang telah

diakuinya oleh hukum akan tetapi selama ini tidak pernah diimplementasikan.3. Usaha-usaha agar kebijakan – kebijakan hukum (legal policy) yang menyangkut

kepentingan orang-orang miskin, dapat diimplementasikan secara lebih positif dan simpatik.

4. Usaha-usaha untuk meningkatkan kejujuran serta kelayakan prosedur dipengadilan dan di aparat-aparat lainnya yang menyelesaikan sengketa melalui usaha perdamaian.

5. Usaha-usaha untuk memudahkan pertumbuhan dan perkembangan hak-hak dibidang-bidang yang belum dilaksanakan atau diatur oleh hukum secara tegas.

6. Pemberian bantuan hukum yang diperlukan untuk menciptakan hubungan-hubungan kontraktual, badan-badan hukum atau organisasi-organisasi kemasyarakatan yang sengaja dirancang untuk memaksimumkan kesempatan dan kemanfaatan yang telah diberikan oleh hukum.

Lokakarya bantuan hukum tingkat nasional tahun 1978, mengartikan sebagai merupakan kegiatan pelayanan hukum yang diberikan kepada golongan yang tidak mampu (miskin) baik secara perorangan maupun kepada kelompok-kelompok masyarakat yang tidak mampu secara kolektif.

Selain dari penjelasan lebih jauh tentang bantuan hukum, Yesmil Anwar dan Adang (2009: 250-251) membagi tiga konsep bantuan hukum, yaitu:

1. Konsep Bantuan Hukum Tradisional, adalah pelayanan hukum yang diberikan kepada masyarakat miskin sacara individual, sifat dari bantuan hukum pasif dan cara pendekatannya sangat formal-legala. Konsep ini berarti juga dalam melihat segala permasalahan hukum dari kaum miskin semata-mata dari sudut hukum yang berlaku, yang disebut oleh Selnick adalah konsep yang normatif. Dalam arti melihat segala sebagai permasalah hukum bagi kaum miskin semata-mata dari sudut pandang hukum yang berl aku. Konsep ini merupakan konsep yang sudah lama, yang menitik beratkan kepada kasus-kasus yang menurut hukum harus mendapatkan pembelaan.

2. Konsep Bantuan Hukum Konstitusional, Adalah bantuan hukum untuk rakyat miskin yang dilakukan dalam rangka usaha-usaha dan tujuan yang lebih luas seperti: menyadarkan hak-hak masyarakat miskin sebagai subjek hukum, penegakan dan pengembangan nilai-nilai  hak asasi manusia sebagai sendi utama bagi tegaknya negara hukum. sifat dan jenis dari bantuan hukum ini adalah lebih aktif artinya bantuan hukum ini diberikan terhadap kelompok-kelompok masyarakat secara kolektif.

3. Konsep Bantuan Hukum Struktural, Adalah kegiatan yang bertujuan menciptakan kondisi-kondisi bagi terwujudnya hukum yang mampu mengubah struktur yang timpang menuju kearah struktural yang lebih adil, tempat peraturan hukum dan pelaksanaannya

Page 3: Bantuan Hukum

dapat menjamin persamaan kedudukan baik dilapangan hukum atau politik. Konsep bantuan hukum struktural ini erat kaitannya dengan kemiskinan struktural.

Hak Mendapat Bantuan Hukum

Berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, Pasal 1 (1) dinyatakan bahwa Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum. Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri yang menghadapi masalah hukum. Sedangkan dalam SEMA No. 10 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum, Pasal 27 dinyatakan bahwa yang berhak mendapatkan jasa dari Pos Bantuan Hukum adalah orang yang tidak mampu membayar jasa advokat terutama perempuan dan anak-anak serta penyandang disabilitas, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bantuan hukum tersebut meliputi menjalankan kuasa, mendampingi, mewakili, membela, dan/atau melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum Penerima Bantuan Hukum, yang bertujuan untuk :

1. Menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk mendapatkan akses keadilan.

2. Mewujudkan hak konstitusional semuaa warga Negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan didalam hukum.

3. Menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Negara Indonesia.

4. Mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pasal 25 SEMA No 10 Tahun 2010 menyatakan bahwa jasa Bantuan Hukum yang dapat diberikan oleh Pos Bantuan Hukum berupa pemberian informasi, konsultasi, dan nasihat serta penyediaan Advokat pendamping secara cuma-cuma untuk membela kepentingan Tersangka/Terdakwa dalam hal Terdakwa tidak mampu membiayai sendiri penasihat hukumnya.

Hak dan Kewajiban Penerima Bantuan Hukum

1. Penerima Bantuan Hukum berhak :o Mendapatkan Bantuan Hukum hingga masalah hukumnya selesai dan/atau

perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama Penerima Bantuan Hukum yang bersangkutan tidak mencabut surat kuasa.

o Mendapatkan Bantuan Hukum sesuai dengan Standar Bantuan hukum dan/atau Kode Etik Advokat.

o Mendapatkan informasi dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

Page 4: Bantuan Hukum

undangan.2. Penerima Bantuan Hukum wajib :

o Menyampaikan bukti, informasi, dan/atau keterangan perkara secara benar kepada Pemberi Bantuan Hukum.

o Membantu kelancaran pemberian Bantuan Hukum.

 

KEBIJAKAN BANTUAN HUKUM

 

1. LATAR BELAKANG UU NO. 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM

Negara menjamin hak konstitusional setiap orang untuk mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum sebagai sarana perlindungan hak asasi manusia.

Negara bertanggung jawab terhadap pemberian bantuan hukum bagi orang miskin sebagai perwujudan akses terhadap keadilan.

2. YANG DIMAKSUD DENGAN BANTUAN HUKUM MENURUT UU INI

Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum.

Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin. Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan yang

member layanan Bantuan Hukum berdasarkan Undang-Undang ini. Penyelenggara Bantuan Hukum adalah Kementerian Hukum dan HAM Rl.

3. TUJUAN BANTUAN HUKUM

Menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk mendapatkan akses keadilan;

Mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum;

Menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Negara Republik lndonesia; dan

Mewujudkan peradilan yang efektif , efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.

4. PENERIMA BANTUAN HUKUM

Page 5: Bantuan Hukum

Orang miskin atau kelompok orang miskin, yaitu yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri seperti : hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan pendidikan, pekerjaan dan berusaha, dan/atau perumahan.

5. HAK PENERIMA BANTUAN HUKUM

Penerima Bantuan Hukum berhak:

a. mendapatkan Bantuan Hukum hingga masalah hukumnya selesai dan/atau perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama Penerima Bantuan Hukum yang bersangkutan tidak mencabut surat kuasa;b. mendapatkan Bantuan Hukum sesuai dengan Standar Bantuan Hukum dan/atau Kode Etik Advokat; da nc. mendapatkan informasi dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. KEWAJIBAN PENERIMA BANTUAN HUKUM

Penerima Bantuan Hukum wajib:

a. menyampaikan bukti, informasi, dan/atau keterangan perkara secara benar kepada Pemberi Bantuan Hukum;b. membantu kelancaran pemberian Bantuan Hukum.

7. TUGAS KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM R.I DALAM IMPLEMENTASI UU INI

a. Menyusun dan menetapkan kebijakan penyelenggaraan Bantuan Hukum;b. Menyusun dan menetapkan Standar Bantuan Hukum berdasarkan asas-asas pemberian Bantuan Hukum;c. Menyusun rencana anggaran Bantuan Hukum;d. Mengelola anggaran Bantuan Hukum secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel; dane. Menyusun dan menyampaikan laporan penyelenggaraan Bantuan Hukum kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada setiap akhir tahun anggaran.

8. KEWENANGAN MENTERI HUKUM DAN HAM R.I MENURUT UU BANTUAN HUKUM INI

Mengawasi dan memastikan penyelenggaraan Bantuan Hukum dan pemberian Bantuan Hukum dijalankan sesuai asas dan tujuan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini; dan

Menetapkan panitia verifikasi serta melakukan verifikasi dan akreditasi terhadap lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan untuk memenuhi kelayakan sebagai Pemberi Bantuan Hukum berdasarkan Undang-Undang ini.

 

 

Page 6: Bantuan Hukum

 

PROSEDUR BANTUAN HUKUM

 

A. SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN HUKUM

 

1. PERSYARATAN PEMBERI BANTUAN HUKUM

berbadan hukum; terakreditasi; memiliki kantor atau sekretariat yang tetap; memiliki pengurus, dan memiliki program Bantuan Hukum.

2. JENIS LAYA NAN BANTUAN HUKUM

Pemberian Bantuan Hukum meliputi

Litigasi non litigasi

Meliputi masalah hukum:

keperdataan; masalah hukum pidana; dan masalah hukum tata usaha negara.

3. SYARAT-SYARAT PERMOHONAN BANTUAN HUKUM

mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya identitas pemohon dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan Bantuan Hukum;

menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara; dan melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau pejabat yang setingkat di

tempat tinggal pemohon Bantuan Hukum.

4. TATA CARA PERMOHANAN

Pemohon Bantuan Hukum mengajukan permohonan Bantuan Hukum secara tertulis kepada Pemberi Bantuan Hukum.

Permohonan paling sedikit memuat:

Page 7: Bantuan Hukum

– identitas Pemohon Bantuan Hukum; dan– uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimintakan Bantuan Hukum,

Permohonan Bantuan Hukum harus dilampiri:

– surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau pejabat yang setingkat di tempat tinggal Pemohon Bantuan Hukum; dan– dokumen yang berkenaan dengan perkara.

5. IDENTITAS PEMOHON

Identitas Pemohon Bantuan Hukum dibuktikan dengan kartu tanda penduduk dan/atau dokumen lain yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki identitas, Pemberi Bantuan Hukum membantu Pemohon Bantuan Hukum dalam memperoleh surat keterangan alamat sementara dan/atau dokumen lain dari instansi yang berwenang sesuai domisili Pemberi Bantuan Hukum.

6. SURAT KETERANGAN MISKIN

Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki surat keterangan miskin, Pemohon Bantuan Hukum dapat melampirkan Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat, Bantuan Langsung Tunai, Kartu Beras Miskin, atau dokumen lain sebagai pengganti surat keterangan miskin.

Jika sama sekali tidak memiliki, Pemberi Bantuan Hukum membantu Pemohon Bantuan Hukum dalam memperoleh persyaratan tersebut.

7. INSTANSI TERKAIT

Instansi yang berwenang sesuai domisili Pemberi Bantuan Hukum wajib mengeluarkan surat keterangan alamat sementara dan/atau dokumen lain untuk keperluan penerimaan Bantuan Hukum.

Lurah, kepala desa, atau pejabat yang setingkat sesuai domisili Pemberi Bantuan Hukum wajib mengeluarkan surat keterangan miskin dan/atau dokumen lain sebagai pengganti surat keterangan miskin untuk keperluan penerimaan Bantuan Hukum.

8. JIKA PEMOHON BUTA HURUF

Pemohon Bantuan Hukum yang tidak mampu menyusun permohonan secara tertulis dapat mengajukan permohonan secara lisan.

Dalam hal Permohonan Bantuan Hukum diajukan secara lisan, Pemberi Bantuan Hukum menuangkan dalam bentuk tertulis.

Permohonan tersebut ditandatangani atau dicap jempol oleh Pemohon Bantuan Hukum.

9. BATAS WAKTU PERMOHONAN

Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelengkapan persyaratan dalam waktu paling lama 1 (satu) hari kerja setelah menerima berkas permohonan Bantuan Hukum.

Page 8: Bantuan Hukum

Dalam hal permohonan Bantuan Hukum telah memenuhi persyaratan, Pemberi Bantuan Hukum wajib menyampaikan kesediaan atau penolakan secara tertulis atas permohonan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan dinyatakan lengkap.

Dalam hal Pemberi Bantuan Hukum menyatakan kesediaan, Pemberi Bantuan Hukum memberikan Bantuan Hukum berdasarkan surat kuasa khusus dari Penerima Bantuan Hukum.

Dalam hal permohonan Bantuan Hukum ditolak, Pemberi Bantuan Hukum wajib memberikan alasan penolakan secara tertulis dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan dinyatakan lengkap.

10. JANGKA WAKTU PEMBERIAN BANTUAN HUKUM

Pemberian Bantuan Hukum oleh Pemberi Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum diberikan hingga masalah hukumnya selesai dan/atau perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama Penerima Bantuan Hukum tersebut tidak mencabut surat kuasa khusus.

11. PERAN PARALEGAL, DOSEN DAN MAHASISWA

Pemberian Bantuan Hukum secara litigasi dilakukan oleh advokat yang berstatus sebagai pengurus Pemberi Bantuan Hukum dan/atau advokat yang direkrut oleh Pemberi Bantuan Hukum.

Dalam hal jumlah advokat yang terhimpun dalam wadah Pemberi Bantuan Hukum tidak memadai dengan banyaknya jumlah Penerima Bantuan Hukum, Pemberi Bantuan Hukum dapat merekrut paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas hukum.

Dalam melakukan pemberian Bantuan Hukum, paralegal dosen, dan mahasiswa fakultas hukum harus melampirkan bukti tertulis pendelegasian dan/atau pendampingan dari advokat.

Mahasiswa fakultas hukum harus telah lulus mata kuliah hukum acara dan pelatihan paralegal.

12. BANTUAN HUKUM LITIGASI

  Pemberian Bantuan Hukum secara litigasi :

pendampingan dan/atau menjalankan kuasa yang dimulai dari tingkat penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan;

pendampingan dan/atau menjalankan kuasa dalam proses pemeriksaan di persidangan; atau pendampingan dan/atau menjalankan kuasa terhadap Penerima Bantuan Hukum di Pengadilan

Tata Usaha Negara

13. BANTUAN HUKUM NON LITIGASI

Pemberian Bantuan Hukum secara nonlitigasi dapat dilakukan oleh advokat, paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas hukum dalam lingkup Pemberi Bantuan Hukum yang telah lulus verifikasi dan akreditasi.

Pemberian Bantuan Hukum Secara nonlitigasi meliputi kegiatan

– penyuluhan hukum;– konsultasi hukum;– investigasi perkara, baik secara elektronik maupun nonelektronik;

Page 9: Bantuan Hukum

– penelitian hukum;– mediasi;– negosiasi– pemberdayaan masyarakat;– pendampingan di luar pengadilan; dan/atau– drafting dokumen hukum.

 

B. PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM

 

1. DANA PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM

Sumber pendanaan Penyelenggaraan Bantuan Hukum dibebankan Pada APBN. Selain sumber pendanaan , pendanaan dapat berasal dari :

– hibah atau sumbangan; dan/atau– sumber pendanaan lain yang sah dan tidak mengikat.

2. PERAN DAERAH

Daerah dapat mengalokasikan anggaran penyelenggaraan Bantuan Hukum dalam APBD. Daerah melaporkan penyelenggaraan Bantuan Hukum yang sumber pendanaannya berasal dari

APBD kepada Menteri dan Menteri Dalam Negeri. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalokasian anggaran penyelenggaraan Bantuan Hukum

diatur dengan Peraturan Daerah.

3. PEMBIAYAAN BANTUAN HUKUM

Pemberian Bantuan Hukum per perkara atau per kegiatan hanya dapat dibiayai dariAPBN atau APBD.

Pendanaan pemberian Bantuan Hukum per perkara atau per kegiatan dari hibah atau bantuan lain yang tidak mengikat dapat diberikan bersamaan dengan sumber dana dari APBN atau APBD.

Tata cara penganggaran dan pelaksanaan Anggaran Penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. PENGAJUAN ANGGARAN

Pemberi Bantuan Hukum mengajukan Rencana Anggaran Bantuan Hukum kepada Menteri pada Tahun Anggaran sebelum Tahun Anggaran pelaksanaan Bantuan Hukum.

Pengajuan Rencana Anggaran Bantuan Hukum paling sedikit memuat:

– identitas Pemberi Bantuan Hukum;– sumber pendanaan pelaksanaan Bantuan Hukum, baik yang bersumber dari APBN maupun nonAPBN; dan

Page 10: Bantuan Hukum

– rencana pelaksanaan Bantuan Hukum litigasi dan nonlitigasi sesuai dengan misi dan tuiuan Pemberi Bantuan Hukum.

Dalam hal Pemberi Bantuan Hukum mengajukan Rencana Anggaran Bantuan Hukum nonlitigasi, Pemberi Bantuan. Hukum harus mengajukan paling sedikit 4 (empat) kegiatan dalam satu Paket dari kegiatan.

5. PERJANJIAN PELAKSANAAN BANTUAN HUKUM

Pemberi Bantuan Hukum melaksanakan Bantuan Hukum litigasi dan nonlitigasi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Perjanjian Pelaksanaan Bantuan Hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. REIMBURSEMENT LITIGASI

Penyaluran dana Bantuan Hukum litigasi dilakukan setelah Pemberi Bantuan Hukum menyelesaikan perkara pada setiap tahapan proses beracara dan Pemberi Bantuan Hukum menyampaikan laporan yang disertai dengan bukti pendukung.

Tahapan proses beracara merupakan tahapan penanganan Perkara dalam:

– kasus pidana, meliputi penyelidikan, penyidikan, dan persidangan di pengadilan tingkat I, persidangan tingkat banding, persidangan tingkat kasasi, dan Peninjauan  kembali;– kasus perdata, meliputi upaya perdamaian atau putusan pengadilan tingkat I, putusan pengadilan tingkat banding, putusan pengadilan tingkat kasasi, dan Peninjauan kembali; dan–kasus tata usaha Negara, meliputi pemeriksaan pendahuluan dan putusan pengadilan tingkat I, putusan pengadilan tingkat banding, putusan pengadilan tingkat kasasi, dan peninjauan kembali.

Penyaluran dana Bantuan Hukum dihitung berdasarkan prosentase tertentu dari tarif per perkara sesuai standar biaya pelaksanaan Bantuan Hukum litigasi.

Penyaluran dana Bantuan Hukum pada setiap tahapan proses beracara tidak menghapuskan kewajiban Pemberi Bantuan Hukum untuk memberikan Bantuan Hukum sampai dengan perkara yang ditangani selesai atau mempunyai kekuatan hukum tetap.

7. REIMBURSEMENT NON LITIGAS

Penyaluran dana Bantuan Hukum nonlitigasi dilakukan setelah Pemberi Bantuan Hukum menyelesaikan paling sedikit satu kegiatan dalam paket kegiatan nonlitigasi dan menyampaikan laporan yang disertai dengan bukti pendukung.

Penyaluran dana Bantuan Hukum dihitung berdasarkan tarif per kegiatan sesuai standar biaya pelaksanaan Bantuan Hukum nonlitigasi.

8. KLARIFIKASI TAGIHAN

Menteri berwenang melakukan pengujian kebenaran tagihan atas penyelesaian pelaksanaan Bantuan Hukum sebagai dasar penyaluran dana Bantuan Hukum litigasi dan nonlitigasi.

Page 11: Bantuan Hukum

 

C. PERTANGGUNG-JAWABAN BANTUAN HUKUM

 

1. PERTANGGUNG-JAWABAN KEUANGAN

Pemberi Bantuan Hukum wajib melaporkan realisasi pelaksanaan anggaran Bantuan Hukum kepada Menteri secara triwulanan, semesteran, dan tahunan.

Dalam hal Pemberi Bantuan Hukum menerima sumber pendanaan selain dari APBN, Pemberi Bantuan Hukum melaporkan realisasi penerimaan dan penggunaan dana tersebut kepada Menteri.

Laporan realisasi penerimaan dan penggunaan dana selain dari APBN dilaporkan secara terpisah dari laporan realisasi pelaksanaan anggaran Bantuan Hukum.

2. LAPORAN REALISASI

Untuk perkara litigasi, laporan realisasi harus dilampiri paling sedikit:

– salinan putusan perkara yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; dan– perkembangan perkara yang sedang dalam proses penyelesaian.

untuk kegiatan nonlitigasi, laporan realisasi harus dilampiri laporan kegiatan yang telah dilaksanakan.

3. PENGELOLAAN ADMINISTRASI

Pemberi Bantuan Hukum mengelola secara tersendiri dan terpisah administrasi keuangan pelaksanaan Bantuan Hukum dari administrasi keuangan organisasi Pemberi Bantuan Hukum atau administrasi keuangan lainnya.

4. LAPORAN MENTERI

Menteri menyusun dan menyampaikan laporan realisasi penyelenggaraan Bantuan Hukum kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada setiap akhir tahun anggaran.

 

D. PENGAWASAN PELAKSANAAN BANTUAN HUKUM

 

1. PENGAWASAN BANTUAN HUKUM

Menteri melakukan pengawasan pemberian Bantuan Hukum dan penyaluran dana Bantuan Hukum.

Page 12: Bantuan Hukum

Pengawasan oleh Menteri dilaksanakan oleh unit kerja yang tugas dan fungsinya terkait dengan pemberian Bantuan Hukum Pada Kementerian.

2. UNIT KERJA PENGAWAS

    Unit kerja dalam melaksanakan pengawasan mempunyai tugas:

a.  melakukan pengawasan atas pemberian Bantuan Hukum dan penyaluran dana Bantuan Hukum;b.  menerima laporan pengawasan yang dilakukan oleh panitia pengawas daerah;c.  menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan penyimpangan pemberian Bantuan Hukum dan penyaluran dana Bantuan Hukum;d.  melakukan klarifikasi atas adanya dugaan penyimpangan pemberian Bantuan Hukum dan penyaluran dana Bantuan Hukum yang dilaporkan oleh panitia pengawas daerah dan/atau masyarakat,e.  mengusulkan sanksi kepada Menteri atas terjadinya penyimpangan pemberian Bantuan Hukum dan/atau penyaluran dana Bantuan Hukum; danf.   Membuat laporan pelaksanaan pengawasan kepada Menteri.

3. PANITIA PENGAWAS DAERAH

Menteri dalam melakukan pengawasan di daerah membentuk panitia pengawas daerah. Panitia pengawas daerah terdiri atas wakil dari unsur:

– Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; dan– biro hukum pemerintah daerah provinsi.

Panitia pengawas daerah mempunyai tugas:

– melakukan pengawasan pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran dana Bantuan Hukum;– membuat laporan secara berkala kepada Menteri melalui unit kerja yang tugas dan fungsinya terkait dengan pemberian Bantuan Hukum pada Kementerian;– mengusulkan sanksi kepada Menteri atas terjadinya penyimpangan pemberian Bantuan Hukum dan/atau penyaluran dana Bantuan Hukum melalui unit kerja yang tugas dan fungsinya terkait dengan pemberian Bantuan Hukum Pada Kementerian.

4. MUSYAWARAH PANITA PENGAWAS DAERAH

Panitia Pengawas daerah dalam mengambil keputusan mengutamakan prinsip musyawarah. Dalam hal musyawarah tidak tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. Menteri atas usul pengawas dapat meneruskan temuan penyimpangan pemberian Bantuan

Hukum dan penyaluran dana Bantuan Hukum kepada instansi yang berwenang untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 

E. MEKANISME KOMPLAIN

Page 13: Bantuan Hukum

 

1. MEKANISME KOMPLAIN

Dalam hal Penerima Bantuan Hukum tidak mendapatkan haknya sesuai dengan ketentuan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, Penerima Bantuan Hukum dapat melaporkan Pemberi Bantuan Hukum kepada Menteri, induk organisasi Pemberi Bantuan Hukum, atau kepada instansi yang berwenang.

2. ADVOKAT PENGGANTI

Dalam hal advokat Pemberi Bantuan Hukum litigasi tidak melaksanakan pemberian Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 sampai dengan perkaranya selesai atau mempunyai kekuatan hukum tetap, Pemberi Bantuan Hukum wajib mencarikan advokat pengganti.

 

F. SANKSI-SANKSI

 

1. SANKSI PELANGGARAN

Dalam hal ditemukan pelanggaran pemberian Bantuan Hukum oleh Pemberi Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum, Menteri dapat: membatalkan perjanjian pelaksanaan Bantuan Hukum;

menghentikan pemberian Anggaran Bantuan Hukum; dan/atau tidak memberikan Anggaran Bantuan Hukum pada tahun anggaran berikutnya. Dalam hal Menteri membatalkan perjanjian, Menteri menunjuk Pemberi Bantuan Hukum lain

untuk mendampingi atau menjalankan kuasa Penerima Bantuan Hukum.

 

G. VERIFIKASIIAKREDITASI ORGANISASI BANTUAN HUKUM

 

1. VERIFIKASI/AKREDITASI

verifikasi adalah pemeriksaan atas kebenaran laporan dan dokumen yang diserahkan oleh Lembaga/organisasi bantuan hukum kemasyarakatan.

Akreditasi adalah penilaian dan pengakuan terhadap Lembaga/organisasi bantuan hukum kemasyarakatan yang akan memberikan bantuan hukum yang berupa klasifikasi/penjenjangan dalam pemberian bantuan hukum.

2. JANGKA WAKTU VERIFIKASI/AKREDITASI

Page 14: Bantuan Hukum

Verifikasi dan Akreditasi dilakukan setiap 3 (tiga) tahun terhadap: Lembaga/organisasi bantuan hukum yang member layanan Bantuan Hukum; dan Pemberi Bantuan Hukum. verifikasi dan Akreditasi dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan terhitung

sejak pengumuman pendaftaran.

3. TAHAPAN VERIFIKASI/AKREDITASI

Tahapan dalam melakukan Verifikasi dan Akreditasi Pemberi Bantuan Hukum dilakukan dengan cara:a.  pengumuman;b.  permohonan;c.  pemeriksaan administrasi;d.  pemeriksaan faktual;e.  pengklasifikasian Pemberi Bantuan Hukum; danf.   penetapan Pemberi Bantuan Hukum.

4. PANITIA VERIFIKASI/AKREDITASI

Menteri membentuk Panitia untuk melaksanakan proses Verifikasi dan Akreditasi Pemberi Bantuan Hukum.

Panitia Verifikasi/Akreditasi bersifat ad hoc dan independen. Panitia Verifikasi/Akreditasi berkedudukan di Ibukota Negara Republik lndonesia. Dalam melaksanakan tugas, panitia dibantu oleh sekretariat tim dari Badan Pembinaan Hukum

Nasional dan Kantor Wilayah Kemenkumham di seluruh lndonesia.

5. SUSUNAN PANITIA VERIFIKASI/AKREDITASI

Susunan keanggotaan Panitia terdiri atas:

– 1 (satu) orang ketua merangkap anggota yang berasal dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;– 1 (satu) orang sekretaris merangkap anggota yang berasal dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; dan– 5 (lima) orang anggota yang terdiri atas:

• 2 (dua) orang yang berasal dari unsur akademisi;• 2 (dua) orang yang berasal dari unsur tokoh masyarakat; dan• 1 (satu) orang yang berasal dari unsur Lembaga/organisasi bantuan hukum.

Panitia bertanggung jawab kepada Menteri.

6. SYARAT SEBAGAI PANITIA VERIFIKASI/AKREDITASI

Untuk dapat diangkat menjadi Panitia harus memenuhi syarat sebagai berikut: warga negara lndonesia;

berumur paling rendah 35 (tiga puluh lima) tahun dan paling tinggi 65 (enam puluh lima) tahun;

Page 15: Bantuan Hukum

berpendidikan paling rendah strata I; memahami tugas dan fungsi lembaga Pemberi Bantuan Hukum; dan tidak menjadi pengurus atau anggota partai politik.

Selain memenuhi syarat tersebut, bagi Panitia yang berasal dari Lembaga/organisasi bantuan hukum juga harus memenuhi syarat berpengalaman di bidang pemberian Bantuan Hukum paling singkat 2 (dua) tahun.

7. TUGAS PANITIA VERIFIKASI/AKREDITASI

Panitia bertugas mengumumkan pendaftaran, menyeleksi, mengevaluasi, dan menentukan kelayakan sebagai pemberi Bantuan Hukum dalam melaksanakan kegiatan Bantuan Hukum.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Panitia menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi.

8. RINCIAN TUGAS

Panitia dalam melaksanakan tugasnya melakukan:a.  Pendataan Lembaga/organisasi bantuan hukum yang akan dilakukan Verifikasi dan Akreditasi;b.  pengumuman pendaftaran Verifikasi dan Akreditasi Lembaga/organisasi bantuan hukum melalui media cetak dan/atau media elektronik, dengan masa pendaftaran 15 (lima belas) hari kerja;c.  pemeriksaan administrasi;d.  pemeriksaan faktual;e.  penetapan kategori Lembaga/organisasi bantuan hukum sebagai Pemberi Bantuan Hukum;f.   penyampaian usul penetapan kategori Lembaga/organisasi bantuan hukum kepada Menteri disertai pemberlan perirmbangan kepada Menteri; dang.  pengumuman hasil Verifikasi dan Akreditasi Lembaga/organisasi bantuan hukum.

9. PEMERIKSAAN ADMINISTRASI

 Pemeriksaan administrasi diiakukan dengan :

pencocokan identitas Lembaga/organisasi bantuan hukum Bantuan Hukum; dan pencocokan dokumen pendirian dan akta pendirian Lembaga/organisasi bantuan hukum

Bantuan Hukum; dan pengecekan program pemberian Bantuan Hukum paling singkat 1 (satu) tahun sejak akta

pendirian diterbitkan dengan melampirkan bukti penanganan kegiatan baik litigasi maupun nonlitigasi.

10. PEMERIKSAAN FAKTUAL

Pemeriksaan faktual dilakukan dengan :

pengecekan lembaga /Organisasi Bantuan Hukum telah terdaftar pada instansi pemerintah; pengecekan keberadaan kantor atau kesekretariatan;

Page 16: Bantuan Hukum

pengecekan kepengurusan lembaga bantuan hukum dan organisasi; dan pengecekan izin atau lisensi beracara bagi advokat.

11. PENETAPAN KATEGORI

Pemberian pertimbangan berkaitan dengan Penetapan Kategori berkaitan dengan:

daftar Lembaga/organisasi bantuan hukum yang telah dilakukan Verifikasi dan Akreditasi kepada Menteri;

daftar Lembaga/organisasi bantuan hukum yang telah memenuhi persyaratan Verifikasi dan Akreditasi; dan

rekomendasi penetapan sebagai Pemberi Bantuan Hukum.

12. KELOMPOK KERJA PEMBANTU PANITIA VERIFIKASI/AKREDITASI

Dalam melaksanakan tugasnya, Panitia dibantu oleh kelompok kerja. Kelompok kerja tersebut dilaksanakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional dan dipimpin

oleh 1 (satu) orang ketua yang dijabat oleh pejabat eselon 2 yang mempunyai tugas di bidang Bantuan Hukum.

Di daerah, dibantu oleh Kanwil Kementerian Hukum dan HAM RI Kelompok kerja dibentuk dan bertanggung jawab kepada Ketua Panitia. Kelompok kerja tersebut bertugas memberikan dukungan teknis, operasional, dan administrasi

kepada Panitia.

13. PENGUMUMANVERIFIKASI/AKREDITASI

Menteri mengumumkan pelaksanaan Verifikasi dan Akreditasi bagi Lembaga/organisasi bantuan hukum yang berminat menjadi Pemberi Bantuan Hukum.

Pengumuman dimuat dalam media cetak, media elektronik dan website resmi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Pengumuman paling sedikit memuat: waktu dimulai dan berakhirnya pendaftaran; persyaratan yang harus dipenuhi oleh Lembaga/ organisasi bantuan hukum; dan waktu pelaksanaan Verifikasi dan Akreditasi.

14. PERMOHONAN VERIFIKASI/AKREDITASI

Lembaga/organisasi bantuan hukum yang mengajukan permohonan Verifikasi dan Akreditasi sebagai Pemberi Bantuan Hukum harus memenuhi syarat:a.  berbadan hukum;b.  memiliki kantor atau sekretariat yang tetap;c.  memiliki pengurus;d.  memiliki program Bantuan Hukum;e.  memiliki advokat yang terdaftar pada lembaga bantuan hukum atau Organisasi; danf.   paling sedikit menangani 10 (sepuluh) kasus per tahun.

15. PENGAJUAN PERMOHONAN

Page 17: Bantuan Hukum

Permohonan Verifikasi dan Akreditasi diajukan kepada Menteri secara:

– elektronik; atau– nonelektronik.

Permohonan secara elektronik dilakukan dengan mengisi aplikasi pada website resmi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Permohonan secara nonelektronik dilakukan dengan mengisi formulir dan disampaikan melalui Kepala Badan Pembinaan Hukum. Nasional.

16. KELENGKAPAN SYARAT PERMOHONAN

Permohonan Verifikasi dan Akreditasi baik secara elektronik maupun non-elektronik harus dilengkapi dengan :a.  fotokopi salinan akta pendirian Lembaga/organisasi bantuan hukum;b.  fotokopi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;c.  fotokopi akta pengurus Lembaga/organisasi bantuan hukum;d.  fotokopi surat penunjukan sebagai advokat pada Lembaga/organisasi bantuan hukum;e.  fotokopi surat izin beracara sebagai advokat yang masih berlaku;f.   fotokopi dokumen mengenai status kantor Lembaga/organisasi bantuan hukum;g.  fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Lembaga/organisasi bantuan hukum;h.  laporan pengelolaan keuangan; dani.   program Bantuan Hukum yang akan dan yang telah dilakukan.

17. PEMBERITAHUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI/AKREDITASI

Permohonan yang telah memenuhi persyaratan dan dinyatakan lengkap dilakukan Verifikasi dan Akreditasi.

Pemberitahuan Pelaksanaan Verifikasi dan Akreditasi disampaikan Secara tertulis kepada Lembaga/organisasi bantuan hukum mengenai waktu Verifikasi dan Akreditasi.

18. PEMBERITAHUAN KELENGKAPAN PERSYARATAN

Dalam hal kelengkapan persyaratan belum lengkap, Panitia memberitahukan secara tertulis kepada Lembaga/organisasi bantuan hukum untuk melengkapi Persyaratan.

Lembaga/organisasi bantuan hukum dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal surat pemberitahuan diterima, harus melengkapi kelengkapan persyaratan.

Dalam hal Lembaga atau organisasi tidak menyampaikan kelengkapan persyaratan, permohonan Verifikasi dan Akreditasi dinyatakan ditolak.

19. BADAN HUKUM

Syarat berbadan hukum dibuktikan dengan surat keputusan pengesahan badan hukum oleh Menteri.

Page 18: Bantuan Hukum

Bagi Lembaga/organisasi bantuan hukum yang berada dalam struktur lembaga pendidikan atau organisasi yang sudah berstatus badan hukum, maka Lembaga/organisasi bantuan hukum dimaksud sudah berstatus sebagai badan hukum.

Lembaga/organisasi bantuan hukum yang belum memenuhi syarat badan hukum tetap dapat dilakukan Verifikasi dan Akreditasi.

Bagi Lembaga/organisasi bantuan hukum yang belum memenuhi syarat badan hukum sebagaimana dimaksud tetap berkewajiban untuk memenuhi persyaratan sebagai badan hukum sampai dengan berakhirnya tahapan Verifikasi dan Akreditasi paling lambat 2 (dua) bulan sejak pengumuman pendaftaran.

20. PEMERIKSAAN DOKUMEN AKTA PENDIRIAN OBH

Pemeriksaan atas salinan akta pendirian Lembaga/organisasi bantuan hukum dilakukan dengan mencocokkan salinan akta yang asli dengan melampirkan fotokopi salinan akta yang telah dilegalisir oleh instansi atau lembaga yang mengeluarkan salinan akta asli.

Dalam hal instansi atau lembaga yang mengeluarkan salinan akta asli tidak mempunyai kantor di kota/kabupaten setempat, legalisir dilakukan pada kepaniteraan pengadilan negeri setempat.

21. PEMERIKSAAN DOKUMEN AD/ART

Pemeriksaan atas dokumen anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dilakukan dengan mencocokkan dokumen asli dengan melampirkan fotokopi dokumen anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang telah dilegalisir.

22. PEMERIKSAAN DOKUMEN KEPENGURUSAN OBH

Pemeriksaan atas kepengurusan Lembaga/organisasi bantuan hukum dilakukan dengan mencocokkan akta pengurus Lembaga/organisasi bantuan hukum yang asli dengan melampirkan fotokopi akta pengurus yang telah dilegalisir.

23. PEMERIKSAAN LEGALITAS ADVOKAT OBH

Pemeriksaan atas legalitas advokat pada Lembaga/organisasi bantuan hukum dilakukan dengan mencocokan surat penunjukan sebagai advokat pada Lembaga/organisasi bantuan hukum yang asli dengan melampirkan fotokopi surat penunjukan yang telah dilegalisir oleh instansi atau lembaga yang mengesahkan.

Pemeriksaan atas surat izin beracara sebagai advokat yang masih berlaku dilakukan dengan mencocokan surat izin beracara yang asli dengan melampirkan fotokopi surat izin beracara yang telah dilegalisir oleh instansi atau lembaga yang mengesahkan.

24. PEMERIKSAAN STATUS KANTOR

Pemeriksaan atas dokumen mengenai status kantor Lembaga/organisasi bantuan hukum dilakukan dengan pengecekan langsung ke alamat kantor dan dokumen status kantor.

25. PEMERIKSAAN FOTOKOPI NPWP

Page 19: Bantuan Hukum

Pemeriksaan atas fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Lembaga/organisasi bantuan hukum dilakukan dengan cara pengecekan langsung ke kantor pajak setempat untuk mengetahui Lembaga/organisasi bantuan hukum telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

26. PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN

Pemeriksaan atas laporan pengelolaan keuangan dilakukan dengan melaporkan pengelolaan keuangan Lembaga/organisasi bantuan hukum kepada Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional secara berkala.

27. PEMERIKSAAN RENCANA PROGRAM

Pemeriksaan atas program baik yang telah dan yang akan dilakukan untuk mengetahui Lembaga/organisasi bantuan hukum telah menyusun rencana program Bantuan Hukum dalam pemberian Bantuan Hukum.

28. KELULUSAN VERIFIKASI

Panitia berdasarkan hasil pemeriksaan dapat menolak atau menerbitkan sertifikasi lulus Verifikasi.

Pemeriksaan dilaksanakan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan.

Penolakan permohonan oleh Panitia diberitahukan kepada pemohon secara tertulis dengan disertai alas an penolakannya.

HasilpelaksanaanVerifikasi disampaikan kepada Menteri dengan disertai saran dan pertimbangan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja oleh Panitia.

Hasil pelaksanaan Verifikasi menjadi bahan pertimbangan bagi Menteri dalam pemberian Akreditasi.

29. AKREDITASI

Lembaga/organisasi bantuan hukum yang telah lulus Verifikasi diberikan Akreditasi dengan mengklasifikasikan Lembaga/ organisasi bantuan hukum berdasarkan:

a.  jumlah kasus dan kegiatan yang ditangani terkait dengan orang miskin;b.  jumlah program Bantuan Hukum nonlitigasi;c.  jumlah advokat yang dimiliki;d.  pendidikan formal dan nonformal yang dimiliki advokat dan paralegal;e.  pengalaman dalam menangani atau memberikan bantuan hukum;f.   jangkauan penanganan kasus;g.  status kepemilikan dan sarana prasarana kantor;h.  usia atau lama berdirinya Lembaga/organisasi bantuan hukum;i.   anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;j.   laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi;k.  Nomor Pokok Wajib Pajak Lembaga/organisasi bantuan hukum; danl.   jaringan yang dimiliki Lembaga/organisasi bantuan hukum.

Page 20: Bantuan Hukum

30. KLASIFIKASI PEMBERI BANTUAN HUKUM

Hasil klasifikasi diberikan dengan mengkategorikan Pemberi Bantuan Hukum menjadi:

Pemberi Bantuan Hukum katagori A; Pemberi Bantuan Hukum katagori B; dan Pemberi Bantuan Hukum katagori C.

31. KATAGORI A

Katagori A memiliki:

a.  jumlah kasus yang ditangani paling sedikit 1 (satu) tahun sebanyak 60 (enampuluh) kasus;b.  jumlah program bantuan hukum nonlitigasi paling sedikit 7 (tujuh) program;c.  jumlah advokat paling sedikii 10 (sepuluh) orang dan paralegal yang dimiliki paling sedikit 10 (sepuluh) orang;d.  pendidikan formal dan nonformal yang dimiliki advokat paling rendah strata I dan paralegal yang telah mengikuti pelatihan paralegal;e.  jangkauan penanganan kasus atau lingkup wilayah provinsi dan kabupaten/kota;f.   status kepemilikan dan sarana prasarana kanior;g.  kepengurusan lembaga;h.  anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;i.   laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi;j.   Nomor Pokok Wajib Pajak Lembaga/organisasi bantuan hukum; dank.  jaringan yang dimiliki Lembaga/organisasi bantuan hukum.

32. KATAGORI B

Katagori B memiliki:

a.  jumlah kasus yang ditangani paling sedikit 1 (satu) tahun sebanyak 30 (tiga puluh) kasus;b.  jumlah program bantuan hukum nonlitigasi paling sedikit 5 (lima) program;c.  jumlah advokat paling sedikit 5 (lima) orang dan paralegal yang dimiliki paling sedikit 5 (lima) orang;d.  pendidikan formal dan nonformal yang dimiliki advokat paling rendah strata I dan paralegal yang telah mengikuti pelatihan paralegal;e.  jangkauan penanganan kasus atau lingkup wilayah provinsi dan kabupaten/kota;f.   status kepemilikan dan sarana prasarana kantor;g.  kepengurusan lembaga lengkap;h.  anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;i.   laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi;j.   Nomor Pokok Wajib Pajak Lembaga/organisasi bantuan hukum; dank.  jaringan yang dimiliki Lembaga/organisasi bantuan hukum.

33. KATAGORI C

Page 21: Bantuan Hukum

Katagori C memiliki:

a.  jumlah kasus yang ditangani paling sedikit l (satu) tahun sebanyak 10 (sepuluh) kasus;b.  jumlah program bantuan hukum nonlitigasi paling sedikit 3 (tiga) Program;c.  jumlah advokat paling sedikit 1 (satu) orang dan paralegal yang dimiliki paling sedikit 3 (tiga) orang,d.  pendidikan formal dan nonformal yang dimiliki advokat paling rendah strata I dan paralegal yang telah mengikuti pelatihan Paralegal;e.  jangkauan penanganan kasus atau lingkup wilayah provinsi dan kabupaten/kota;f.   status kepemilikan dan sarana prasarana kantor;g.  kepengurusan lembaga lengkap;h.  anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;i.   laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi;j.   Nomor Pokok Wajib Pajak Lembaga/organisasi bantuan hukum; dank.  jaringan yang dimiliki Lembaga/organisasi bantuan hukum.

34. RAPAT PANITIA

Panitia dalam memberikan pertimbangan kepada Menteri mengenai Lembaga/organisasi bantuan hukum yang telah terakreditasi dengan melaksanakan rapat Panitia.

Keputusan rapat Panitia berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat. Dalam hal musyawarah tidak mencapai mufakat, keputusan rapat Panitia diambil berdasarkan

suara terbanyak.

35. PENETAPAN VERIFIKASI/AKREDITASI

Menteri menetapkan Lembaga/organisasi bantuan hukum yang telah terverifikasi dan terakreditasi sebagai Pemberi Bantuan Hukum.

Penetapan dituangkan dalam sertifikat yang ditandatangani oleh Menteri. Penetapan sebagai Pemberi Bantuan Hukum berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun

terhitung sejak tanggal ditetapkan. Penetapan Pemberi bantuan hukum diumumkan melalui media cetak dan/atau media

elektronik.

36. SERTIFIKAT VERIFIKASI/AKREDITASI

Sertifikat Verifikasi/Akreditasi berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang.

Pengajuan permohonan perpanjangan sertifikasi dapat dilakukan paling lambat 2 (dua) bulan sebelum berakhirnya masa berlaku sertifikat.

Pengajuan permohonan perpanjangan dianggap sebagai permohonan untuk dilakukan Verifikasi dan Akreditasi kembali.

37. PENCABUTAN SERTIFIKAT

Sertifikat Verifikasi/Akreditasi dapat dicabut jika Pemberi Bantuan Hukum melanggar ketentuan peraturan Perundang-undangan.

Page 22: Bantuan Hukum

Pencabutan sertifikat Verifikasi/Akreditasi dilakukan oleh Menteri. Pemberi Bantuan Hukum yang dicabut sertifikatnya dapat mengajukan keberatan kepada

Menteri dengan disertai alasan dan bukti yang kuat.

38. LAPORAN KEUANGAN

Lembaga/organisasi bantuan hukum wajib melaporkan hibah, sumbangan, dan/atau sumber pendanaan lain yang sah dan tidak mengikat yang telah dimiliki pada saat permohonan Verifikasi dan Akreditasi.

Hibah, sumbangan, dan/atau sumber pendanaan lain yang sah dan tidak mengikat dicantumkan, dalam rencana Program Bantuan Hukum.

Format rencana program Bantuan Hukum tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri.