pengertian bantuan hukum dan advokasi

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bantuan Hukum dan Advokasi 1. Pengertian Bantuan Hukum Istilah bantuan hukum masih merupakan hal yang baru bagi bangsa Indonesia. Bantuan hukum yang berkembang di Indonesia pada hakikatnya tidak luput dari perkembangan bantuan hukum yang terdapat pada negara-negara yang telah maju. Pengertian bantuan hukum mempunyai ciri dan istilah yang berbeda, antara lain: Menurut Adnan Buyung Nasution (2007:13) bantuan hukum adalah: Legal aid, yang berarti pemberian jasa dibidang hukum kepada seseorang yang terlibat dalam suatu kasus atau perkara: 1) Pemberian jasa bantuan hukum dilakukan dengan cuma-cuma, 2) Bantuan jasa hukum dalam legal aid lebih dikususkan bagi yang tidak mampu dalam lapisan masyarakat miskin, 12

Upload: moh-faza-rosyada

Post on 03-Aug-2015

1.760 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengertian Bantuan Hukum Dan Advokasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bantuan Hukum dan Advokasi

1. Pengertian Bantuan Hukum

Istilah bantuan hukum masih merupakan hal yang baru bagi

bangsa Indonesia. Bantuan hukum yang berkembang di Indonesia

pada hakikatnya tidak luput dari perkembangan bantuan hukum yang

terdapat pada negara-negara yang telah maju. Pengertian bantuan

hukum mempunyai ciri dan istilah yang berbeda, antara lain:

Menurut Adnan Buyung Nasution (2007:13) bantuan hukum adalah:

Legal aid, yang berarti pemberian jasa dibidang hukum kepada seseorang yang terlibat dalam suatu kasus atau perkara:1) Pemberian jasa bantuan hukum dilakukan dengan cuma-cuma,2) Bantuan jasa hukum dalam legal aid lebih dikususkan bagi yang

tidak mampu dalam lapisan masyarakat miskin,3) Dengan demikian motifasi utama konsep legal aid adalah

menegakkan hukum dengan jalan membela kepentingan hak asasi rakyat kecil yang tak punya dan buta hukum.

Taufik Makarao dan Suhasril (2002:21)

Legal assistance. Mengandung pengertian yang lebih luas dari legal aid. Disamping mengandung makna dan tujuan memberi jasa bantuan hukum. Lebih dekat dengan pengertian profesi advokat yang memberi bantuan :1) Baik mereka yang mampu membayar prestasi,2) Maupun pemberian bantuan kepada rakyat miskin secara cuma-

cuma.

12

Page 2: Pengertian Bantuan Hukum Dan Advokasi

Yahya Harahap (2006:344) Legal service atau pelayanan hukum

yang terkandung makna atau tujuan :

1) Memberi bantuan kepada anggota masyarakat yang opersionalnya menghapuskan kenyataan-kenyataan deskriminatif dalam penegakan dan pemberian jasa bantuan antara rakyat miskin yang berpenghasilan kecil dengan masyarakat kaya yang menguasai sumber dana dan posisi kekuasaan.

2) Dengan pelayanan hukum yang diberikan kepada anggota masyarakat yang memerlukan, dapat diwujudkan kebenaran hukum itu sendiri oleh aparat penegak hukum dengan jalan menghormati setiap hak yang diberikan hukum kepada setiap anggota masyarakat tanpa membedakan yang kaya dan miskin.

3) Legal service dalam operasionalnya lebih cendrung menyelesaikan setiap persengketaan dengan jalan menempuh cara perdamaian.

Dalam keputusan menteri kehakiman No.M.01.U.M.08.10. tahun

1981 tanggal 13 oktober 1981 tentang petunjuk pelaksanaan proyek

konsultasi dan bantuan hukum melalui fakultas hukum negeri. Pada

Pasal 2 dijelaskan bahwa:

Bantuan hukum diberikan kepada klien terhadap perkara pidana maupun perkara perdata yang diajukan pada badan peradilan atau badan-badan lain yang memberikan peradilan, sejak awal sampai diperolehnya keputusan yang telah mendapatkan kekuatan hukum yang pasti dan melalui kegiatan-kegiatan mewakili klien sebagai kuasa khusus dimuka badan peradilan.

Kuffal, (2004:158) menyatakan bahwa:

Bantuan hukum adalah pelayanan hukum (legal sevice) yang diberikan oleh penasehat hukum dalam upaya memberikan perlindungan hukum dan pembelaan terhadap hak-hak asasi tersangka/terdakwa sejak ia ditahan sampai dengan diperolehnya putusan pengadilan sejak ia ditangkap/ditahan sampai diperolehnya putusan pengadilan yang tetap. Yang dibela dan diberi perlindugan hukum bukan kesalahan tersangka/terdakwa melainkan hak asasi

13

Page 3: Pengertian Bantuan Hukum Dan Advokasi

tersangka/terdakwa agar terhindar dari perlakuan dan tindakan tidak terpuji atau tindakan sewenang-wenang dari aparat penegak hukum.

Menurut UU No 18 tahun 2003 tentang advokat pasal 1 butir 9 di

jelaskan bahwa bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan

oleh advokat secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu.

Menurut Adnan Buyung Nasution (Soerjono Soekanto, 1983 : 14

& 17) disamping memberikan pelayanan bantuan hukum kepada

masyarakat yang membutuhkannya, bantuan hukum berperan juga

untuk mendidik masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya dengan

tujuan menumbuhkan dan membina kesadaran akan hak-hak sebagai

subyek hukum dan juga juga turut serta mengadakan pembaharuan

hukum dan perbaikan pelaksanaan hukum disegala bidang.

Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa ruang lingkup bantuan

hukum mencakup pemberian pelayanan hukum, mengadakan

pendidikan hukum serta mengadakan pembaharuan dan perbaikan

pelaksanaan hukum yang akhirnya bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran hukum warga masyarakat agar mereka menyadarai hak-

haknya sebagai manusia maupun sebagai warga negara.

Oleh karena itu, mengutip pendapat K. Smith dan DJ Keenan,

Santoso Poedjosoebroto berpendapat bahwa bantuan hukum atau

legal aid diartikan sebagai bantuan hukum (baik yang berbentuk

pemberian nasehat hukum, maupun yang berupa menjadi kuasa dari

14

Page 4: Pengertian Bantuan Hukum Dan Advokasi

pada seseorang yang berperkara) yang diberikan kepada orang yang

tidak mampu ekonominya, sehingga ia tidak dapat membayar biaya

(honorarium) kepada seorang pembela atau pengacara. (Soerjono

Soekanto, 1983 : 21)

S. Tasrif (pengacara/advokat) menyatakan, bahwa orang-orang

yang dapat diberi bantuan/nasihat hukum hanyalah orang-orang miskin

(yang harus memiliki surat keterangan miskin/tidak mampu dari lurah

atau pejabat lainnya yang berwenang) dan tidak diperkenankan untuk

memberi bantuan/nasihat hukum kepada orang yang mampu

membayar honorarium atau nasihat hukum kepada orang yang mampu

membayar honorarium kepada seorang advokat/pengacara biasa

(Soerjono Soekanto, 1983 : 25)

2. Pengertian Advokasi

Makna advokasi secara umum mempunyai arti yang luas dan

masing-masing pakar mempunyai pandangan yang berbeda.

Advokasi (LBH Malang, 2008:7) adalah :

Usaha sistimatis secara bertahap (inkremental) dan terorganisir yang dilakukan oleh kelompok atau organisasi profesi untuk menyuarakan aspirasi anggota, serta usaha mempengaruhi pembuat kebijakan publik untuk membuat kebijakan yang berpihak kepada kelompok tersebut, sekaligus mengawal penerapan kebijakan agar berjalan efektif.

Sedangkan advokasi menurut Mansour Faqih (Satrio Aris Munandar

2007: 2) adalah:

15

Page 5: Pengertian Bantuan Hukum Dan Advokasi

Media atau cara yang digunakan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Advokasi lebih merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap maju.

Julie Stirling mendefinisikan advokasi sebagai serangkaian

tindakan yang berproses atau kampanye yang terencana/terarah untuk

mempengaruhi orang lain yang hasil akhirnya adalah untuk merubah

kebijakan public. Selanjutnya Sheila Espine-Villaluz, advokasi

diartikan sebagai aksi strategis dan terpadu yang dilakukan

perorangan dan kelompok untuk memasukkan suatu masalah (isu)

kedalam agenda kebijakan, mendorong para pembuat kebijakan untuk

menyelesaikan masalah tersebut, dan membangun basis dukungan

atas kebijakan publik yang diambil untuk menyelesaikan masalah

tersebut. (Valeri Miller dan Jane Covey , 2005 : 8)

Advokasi juga merupakan langkah untuk merekomendasikan

gagasan kepada orang lain atau menyampaikan suatu issu penting

untuk dapat diperhatikan masyarakat serta mengarahkan perhatian

para pembuat kebijakan untuk mencari penyelesaiannya serta

membangun dukungan terhadap permasalahan yang diperkenalkan

dan mengusulkan bagaimana cara penyelesaian masalah tersebut.

Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

advokasi lebih merupakan suatu usaha sistematik dan terorganisir

untuk mempengaruhi dan mendesakkan perubahan, dengan

16

Page 6: Pengertian Bantuan Hukum Dan Advokasi

memberikan sokongan dan pembelaan terhadap kaum lemah (miskin,

terbelakang, dan tertindas) atau terhadap mereka yang menjadi korban

sebuah kebijakan dan ketidak adilan.

Advokasi ketika dikaitkan dengan skala masalah yang dihadapi

dikategorikan kepada tiga jenis (Satrio Aris Munandar 2007: 2) adalah:

1) avokasi diri yaitu advokasi yang dilakukan pada skala lokal dan bagkan sangat pribadi misalnya saja ketika seoarang mahasiswa tiba-tiba diskorsing oleh pihak universitas tanpa ada kejelasan maka advokasi yang dilakukan adalah dengan cara mencari kejelasan atau klarifikasi pada pihak universitas.

2) advokasi kasus yaitu advokasi yang dilakukan sebagai proses pendampingan terhadap orang atau kelompok tertentu yang belum memiliki kemempuan membela diri dan kelompoknya.

3) Advokasi hukum adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh ahli hukum dan atau lembaga bantuan hukum dalam bentuk konsultasi, negosiasi, mediasi, serta pendampingan baik di dalam dan di luar pengadilan yang bertujuan untuk menyelesaikan sengketa yang berdimensi hukum.

Secara sempit advokasi merupakan kegiatan pembelaan hukum

(litigasi) yang dilakukan oleh pengacara dan hanya merupakan

pekerjaan yang berkaitan dengan praktek beracara di pengadilan.

Pengertian advokasi menjadi sempit karena pengaruh yang cukup kuat

dari padanan kata advokasi dalam bahasa Belanda, yakni advocaat

yang tak lain berarti pengacara hukum atau pembela. Pengaruh

bahasa belanda ini kemudian disadur oleh bahasa Indonesia yang

memasukan kata avokat dalam tatanan kata dalam bahasa Indonesia.

17

Page 7: Pengertian Bantuan Hukum Dan Advokasi

Advokat adalah ahli hukum, yang berperan, bertindak sebagai

penasehat atau pembela perkara didalam pengadilan (Tim penyususn

Bahasa, 1989:8)

Berdasarkan pengertian di atas akhiran si pada kata advokasi

dapat diartikan proses atau hasil. Sehinga dapat disimpulkan bahwa

kata advokasi secara sempit adalah cara ataupun tindakan yang

dilakukan penasehat atupun pembela perkara di dalam pengadilan.

B. Kriteria Melakukan Advokasi

Pada dasarnya setiap orang bisa melakukan advokasi yang

terpenting adalah bahwa orang tersebut memiliki keperdulian untuk

memperjuangkan keadilan bersama dan berjuang untuk mereka yang

lemah (masyarakat miskin/tidak mampu), selain itu ia punya kemampuan

untuk melakukan pendampingan kasus secara sederhana.

Berikut ini merupakan beberapa kriteria untuk melakukan advokasi,

antara lain :

1. Memiliki pengetahuan dasar hukum, baik secara formal maupun

materiil.

2. Memiliki kemampuan untuk memotifasi masyarakat.

3. Memiliki kemampuan menganalisa permasalahan dan meletakannya

dalam kerangka kerja proses pembelaan.

18

Page 8: Pengertian Bantuan Hukum Dan Advokasi

4. Komunikatif, sehingga seluruh informasi yang dibutuhkan dapat di

peroleh secara optimal.

5. Mampu membangun relasi kerja yang partisipatif sehingga klien dapat

terlibat aktif dalam seluruh rangkayan pembelaan. (Mulyana W.

Kusuma, Benny K. Harman, dan Mas Achmad, (ed), 1991: 45)

Disamping itu orang yang melakukan advokasi harus dapat

menguasai dasar-dasar hukum formal dan materil, serta beberapa

tahapan analisa hukum pada penanganan suatu kasus hukum yaitu :

1. Eksplorasi kronologis kasus.

2. Inventaris aspek-aspek hukumnya.

3. Klarifikasi hal-hal yang harus di perjelas.

4. Indentifikasi jenis kasus.

5. Menghubungkan kasus dengan peraturan perundangan yang relavan

serta referensi lain yang mendukung.

6. Menyusun rangkuman kasus beserta dasar hukum yang dapat

dipergunakan untuk pembelaan terhadap kasus yang ditangani.

7. Menyempurnakan secara redaksional dengan urutan :

a. Duduk perkara (kronologis).

b. Dasar hukum yang dilanggar.

c. Tuntutan/gugatan yang diajukan (Panahan, 2004 : 25)

Dalam melaksanakan advokasi hukum dalam bentuk litigasi (jalur

pengadilan) dibutuhkan keahlian dan ketrampilan serta pengetahuan

19

Page 9: Pengertian Bantuan Hukum Dan Advokasi

tentang prosedur hukum beracara mulai dari tingkat kepolisian, kejaksaan,

hingga tingkat pengadilan. Proses advokasi hukum yang demikian ini

dilakukan oleh kelompok professional yang memiliki izin. Profesi ini

biasanya dikenal dengan sebutan advokat atau penasehat hukum.

Di dalam Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang No 18 Tahun 2003

Tentang Advokat dinyatakan kriteria menjadi advokat harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

a. Warga Negara Republik Indonesia.b. Bertempat tinggal di Indonesia.c. Tidak berstatus sebagai pegawai negeri sipil atau pejabat Negara.d. Berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun.e. Berijasah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum.f. Lulus ujian yang diadakan oleh organisasi Advokat.g. Magang sekurang-kurangnya 2 tahun terus menerus pada kantor

Advokat.h. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan

yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih tinggi.

i. Berprilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyai integritas yang tinggi.

C. Fungsi dan Tugas melakukan advokasi

Dalam Kegiatan Forum Publik “Meningkatkan Kesadaran dan Akses

Masyarakat Terhadap Sistem Peradilan dan Keadilan” yang dilaksanakan

oleh Mahkamah Agung bekerja sama dengan European Union (UE),

Yayasan LBH Indonesia (YLBHI) dan LBH Makassar, fungsi advokasi

dalam bantuan hukum antara lain:

1. Mendorong terbentuknya organisasi masyarakat.

20

Page 10: Pengertian Bantuan Hukum Dan Advokasi

2. Mendidik dan melakukan penyadaran hukum.

3. Melakukan advokasi (termasuk pengawasan peradilan).

4. Pendampingan dan mediator.

5. Memberikan bantuan hukum (mendorong masyarakat mengajukan

tuntutannya).

6. Mendokumentasikan kasus-kasus.

7. Membantu menerjemahkan atau menjelaskan masalah hukum. (Hasbi

Abdulah, 2005:4)

Dari fungsi advokasi mengarah pada dua sisi yaitu bantuan hukum

secara litigasi dan bantuan hukum secara non litigasi. Dalam konteks non

litigasi, melakukan fungsi sebagai pendamping masyarakat, memberikan

pertolongan pertama apabila terjadi pelanggaran hukum seperti

melakukan pendampingan, mendidik dan melakukan penyadaran hukum,

mendorong masyarakat mengajukan tuntutannya. Sedangkan secara

litigasi fungsi advokasi memecahkan penanganan suatu kasus. Dalam hal

ini melalui penasehat hukum beracara di persidangan, dan melakukan

penanganan kasus seperti mendokumentasikan kasus-kasus, membantu

menerjemahkan atau menjelaskan masalah hukum.

Tugas melakukan advokasi (www.hukumonline.com) antara lain:

1. Melakukan interview klien dan memelihara kontak umum dengan klien.

2. Melokasi dan melakukan interview pada saksi.

3. Melakukan penelitian hukum.

21

Page 11: Pengertian Bantuan Hukum Dan Advokasi

4. Mengerjakan draf dokumen hukum, melakukan korespoden dan

pembelaan.

5. Menyimpulkan peryataan, pemeriksaan dan kesaksian.

D. Penyidik dan Penyidikan

Polri menduduki posisi sebagai aparat penegak hukum yang diberi

peran berupa kekuasaan umum menangani kriminal diseluruh wilayah

negara. Di dalam melaksanakan kewenangan tersebut, Polri berperan

melakukan kontrol kriminal dalam bentuk ivestigasi, penangkapan,

penahanan, pengeledahan dan penyitaan. Pola kerja tersebut adalah

bagian dari fungsi penyelidikan dan penyidikan.

Istilah pengusutan dalam KUHAP mengatur tindakan pengusutan

menjadi 2 tahap yaitu tahap penyelidikan dan tahap penyidikan dengan

maksud dan tujuan untuk mencegah penegakan hukum secara tergesa-

gesa, kurang hati-hati atau kurang cermat yang sering menyebabkan

petugas penegak hukum tergelincir dalam tindakan yang kurang

menghargai harkat dan martabat manusia. Adanya tahapan tindakan

penyelidikan sebelum dilakukan tindakan penyidikan seperti yang diatur di

dalam KUHAP yang berlaku sekarang ini terkandung maksud agar upaya

penyidik dalam mengunakan wewenang upaya paksa lebih berhati-hati

dan menghindarkan cara-cara yang menjurus tindakan pemerasan

pengakuan tersangka dari pada menemukan alat bukti yang sah.

22

Page 12: Pengertian Bantuan Hukum Dan Advokasi

Pada tindakan penyelidikan menekankan pada tindakan mencari dan

menemukan sesuatu peristiwa yang dianggap atau diduga sebagi tindak

pidana guna menentukan dapat tidaknya dilakukan penyidikan menurut

cara yang diatur dalam undang-undang (Pasal 1 butir 4 KUHAP). Pada

penyidikan menekankan pada tindakan mencari serta mengumpulkan

bukti supaya tindak pidana yang ditemukan dapat menjadi terang, serta

dapat menemukan dan menentukan pelakunya (Pasal 1 butir 2 KUHAP) .

Penyelidikan bukan merupakan fungsi yang berdiri sendiri melainkan

merupakan sub fungsi dan bagian yang tidak terpisahkan dari fungsi

penyidikan (yang di lingkungan polri dikenal sebagi kegiatan reserse).

Antara keduanya saling berkaitan dan saling mengisi guna dapat

diselesaikannya pemeriksaan dalam peristiwa pidana.

Ditinjau dari beberapa segi terdapat perbedaan antara kedua

tindakan tersebut :

1. Dari segi pejabat pelaksana, pejabat penyelidik terdiri dari semua

anggota Polri dan pada dasarnya pangkat dan wewenangnya berada

dibawah pengawasan penyidik.

2. Wewenangnya sangat terbatas, hanya meliputi penyelidikan atau

mencari dan menemukan data atas suatu tindakan yang diduga

merupakan tindak pidana. Hanya dalam hal-hal telah mendapat

perintah dari pejabat penyidik, barulah penyelidik melakukan tindakan

23

Page 13: Pengertian Bantuan Hukum Dan Advokasi

yang disebut Pasal 5 ayat 1 huruf b (penangkapan, larangan

meninggalkan tempat, pengeledahan, penyitaan dan sebagainya).

Dengan demikian wewenang penyelidik merupakan bagian yang

tidak terpisakan dari wewenang penyidik. Berdasarkan pasal 1 (5) KUHAP

penyelidikan adalah: serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan

menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang

diatur dalam undang-undang ini.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyelidik polisi diberi

wewenang pada pada pasal 5 KUHAP sebagai berikut :

1. Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4:

a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang :

1) Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya

tindak pidana;

2) Mencari keterangan dan barang bukti;

3) Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan

serta memeriksa tanda pengenal diri;

4) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung

jawab.

b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:

1) Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan

dan penyitaan;

24

Page 14: Pengertian Bantuan Hukum Dan Advokasi

2) Pemeriksaan dan penyitaan surat;

3) Mengambil sidik jari dan memotret seorang;

4) Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.

2. Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan

tindakan sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf a dan huruf b

kepada penyidik.

Terhadap suatu peristiwa yang telah dinyatakan sebagai suatu

tindak pidana oleh penyelidik maka tindakan selanjutnya melakukan

penyidikan untuk mencari tahu siapa pelaku tindak pidana tersebut.

Berdasarkan Pasal 1 butir 1 KUHAP pejabat yang berwenang melakukan

penyidikan adalah bejabat Polisi Negara atau Pegawai Negeri Sipil yang

berwenang melakukan penyidikan berdasarkan KUHAP. Selanjutnya

dalam pasal 6 KUHAP dinyatakan penyidik adalah:

a. Pejabat polisi negara Republik Indonesia;

b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus

oleh undang-undang.

Akan tetapi, meskipun telah diatur dalam Pasal 1 butir 1 dan Pasal 6

KUHAP terdapat pasal 10 KUHAP yang mengatur tentang adanya

penyidik pembantu yang sarat kepangkatanya diatur dalam peraturan

pemerintah.

Peraturan Pemerintah yang mengatur masalah kepangkatan pejabat

penyidik sebagaimana dikehendaki ketentuan Pasal 6 ayat 2 dan Pasal 10

25

Page 15: Pengertian Bantuan Hukum Dan Advokasi

ayat 2 KUHAP telah ditetapkan pada tanggal 8 Agustus 1983 melalui PP

No 27 Tahun 1983. Syarat kepangkatan dan pengangkatan penyidik

kepolisian sebagai berikut:

a. Pejabat Penyidik penuh.

Pejabat polisi yang diangkat sebagai pejabat penyidik penuh

harus memenuhi syarat kepangkatan dan pengangkatan sekurang-

kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua Polisi atau yang

berpangkat Bintara di bawah Pembantu Letnan Dua apabila dalam

suatu sektor kepolisian tidak ada pejabat penyidik yang berpangkat

pembantu Letnan Dua namun harus ditunjuk dan diangkat oleh Kepala

Kepolisian RI (Pasal 2 ayat 2).

Dari ketentuan Pasal 2 ayat 2 PP No 27 Tahun 1983 pada

prinsipnya sarat kepangkatan pejabat penyidik sekurang-kurangnya

berpangkat Pembantu Letnan Dua, namun mengingat kurangnya

tenaga personil yang kurang memadai terutama di darah-daerah atau

kantor kepolisian, Peraturan pemerintah memperbolehkan jabatan

penyidik dilaksanakan oleh seorang anggota kepolisian yang

berpangkat bintara.

Kepangkatan yang serupa memang tidak serasi jika ditinjau dari

sudut keseimbangan kepangkatan penuntut umum maupun hakim

yang bertugas di Pengadilan Negeri. Apalagi dari segi kemampuan

pengetahuan hukum seorang bintara kurang dapat

26

Page 16: Pengertian Bantuan Hukum Dan Advokasi

dipertanggungjawabkan segi kemampuan dan pengalamannya

sehinga sering dijumpai penyidikan yang tidak memadai dan tidak

terarah.

b. Penyidik pembantu

Pejabat polisi yang dapat diangkat sebagai penyidik pembantu

diatur dalam Pasal 3 PP No. 27 Tahun 1983. Menurut ketentuan ini,

syarat kepangkatan untuk diangkat sebagai pejabat penyidik pembantu

sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua Polisi atau Pegawai

Negeri Sipil dalam lingkungan Kepolisian Negara dengan syarat

sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda (golongan II/a) yang

diangkat oleh Kepala Kepolisian RI atas usul komandan atau pimpinan

kesatuan masing-masing.

Khusus pengangkatan pegawai negeri sipil di lingkungan

kepolisian menjadi pejabat penyidik pembantu, yang bersangkutan

harus mempunyai keahlian atau kehususan dalam bidang tertentu.

Tanpa syarat tersebut, tidaka ada alasan untuk mengangkat mereka

menjadi pejabat penyidik pembantu. Berdasarkan hierarki dan

organisatoris penyidik pembantu diperbantukan kepada pejabat

penyidik ,oleh sebap itu, kepangkatan mereka harus lebih rendah dari

penyidik.

Yahya Harahap (2006:112) menyimpulkan berdasarkan buku

Pedoman Pelaksanaan KUHAP bahwa adanya penyidik pembantu

27

Page 17: Pengertian Bantuan Hukum Dan Advokasi

disebapkan terbatasnya tenaga Polri yang berpangkat tertentu sebagai

pejabat penyidik. Terutama daerah-daerah sektor kepolisian di daerah

terpencil, masih banyak dilaksanakan oleh pejabat yang berpangkat

Bintara, oleh karena itu seandainya sarat kepangkatan pejabat

penyidik sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua Polri,

sedangkan yang berpangkat demikian belum mencukupi kebutuhan

yang diperlukan sesuai dengan banyaknya jumlah Sektor Kepolisian,

hal seperti ini akan menimbulkan hambatan bagi pelaksanaan

penyidikan di daerah-daerah, sehingga besar kemungkinan pelaksaan

fungsi penyidikan tidak berjalan di daerah-daerah.

Berdasarkan Pasal 11 KUHAP penyidik pembantu mempunyai

wewenang yang sama dengan pejabat penyidik kecuali mengenai

penahanan yang wajib diberikan dengan pelimpahan wewenang dari

penyidik. Pasal ini berarti pada diri pejabat pembantu tidak dengan

sendirinya menurut hukum mempunyai wewenang melaukan tindakan

penahanan. Supaya mempunyai wewenang melakukan penahanan,

mesti berdasar pelimpahan wewenang dari pejabat penyidik.

Berdasarkan Pasal 7 ayat 1 wewenang yang dimiliki penyidik

adalah sebagai berikut :

1) Menerima laporan atau pengaduan dari dari seseorang tentang

adanya tindak pidana.

2) Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian.

28

Page 18: Pengertian Bantuan Hukum Dan Advokasi

3) Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda

pengenal diri tersangka.

4) Melakukan penangkapan, penahanan, pengeledahan dan

penyitaan.

5) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.

6) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.

7) Memangil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi.

8) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara.

9) Mengadakan penghentian penyidikan.

10) Mengadakan tindakan lain yang menurut hukum yang bertanggung

jawab.

Polisi dalam pelakukan penyidikan dalam peristiwa pidana

berusaha mencari dan mengumpulkan barang bukti agar dapat

menemukan dan menentukan pelakunya berdasarkan bukti permulaan

yang cukup. Tindakan ini tidak dapat dilakukan denagan sewenang-

wenang tetapi ditujukan kepada mereka yang betul-betul melakukan

tindak pidana.

Menurut Surat Keputusan Kapolri SK No. Pol SKEEP/04/1982

menentukan bahwa: Bukti permulaan yang cukup itu adalah bukti yang

merupakan keterangan dan data yang terkandung di dalam :

29

Page 19: Pengertian Bantuan Hukum Dan Advokasi

1. Laporan polisi.

2. Berita Acara pemerisaan di TKP

3. Laporan hasil penyelidikan

4. Keterangan Saksi/ saksi ahli

5. Barang bukti.

Menurut P. A. F Lamintang bahwa Bukti permulaan yang cukup

dalam rumusan pasal 17 KUHAP itu harus diartikan sebagai bukti

minimal, berupa alat bukti seperti yang dimaksud dalam pasal 184 (1)

KUHAP yang mendapat menjamin bahwa penyidik tidak akan menjadi

tepaksa untuk menghentikan penyidikanya terhadap seseorang yang

disangka melakukan tindak pidana setelah terhadap orang tersebut

dilakukan penangkapan.(Tim YBHI 2006:239)

Dapat dikatakan secara pasti bahwa bukti selalu ada ditempat

terjadinya tindak pidana, adapun bukti dapat ditemukan atau tidak

justru menjadi tantangan bagi penyidik POLRI. Bukti tidak dapat

ditemukan itu dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya:

1. Kesalahan dalam penangan teknis kejadian tindak pidana.

2. Kesalahan pencarian (tidak teknis)

3. Perlengkapan yang kurang (tidak memadai)

4. pencarian yang tidak cermat

5. penidakan yang tidak teknis

6. Kurangnya pengetahuan/ keterampilan.

30

Page 20: Pengertian Bantuan Hukum Dan Advokasi

7. kelalayan. (Sutiato Hadi Sugondo,2005:271)

Oleh sebap itu maka tindakan pertama pada tempat kejadian

adalah kunci keberhasilan atau kegagalan seorang penyidik Polri untuk

membuat terang tindak pidana tergantung dari kepandaian,

keterampilan, ketenangan para penyidik sehingga hakim dalam

memutus perkara akan dapat memperoleh keyakinan atas bukti-bukti

yang sah menurut undang-undang bahwa tertuduh adalah pembuat

tindak pidana.

31