bank jateng kpr

17
Properti Blog » Asal Tahu » Syarat Pengajuan KPR Syarat Pengajuan KPR Asal Tahu oleh Alex Pangestu pada 08/11/2011 KPR diajukan dengan mengisi formulir pengajuan kredit, formulir pemesanan unit dari pengembang, serta melunasi biaya pemesanan dan uang muka. Saat pengajuan ada dokumen-dokumen yang wajib disertakan. Berikut ini adalah seluruh dokumen tersebut. (Baca: Proses dan Biaya Pengajuan KPR ) Dokumen standar: fotokopi KTP, akta nikah atau cerai, kartu keluarga, dan dokumen kepemilikan agunan (SHM, IMB, PBB). Dokumen yang perlu disiapkan jika pemohon seorang karyawan yang bekerja untuk perusahaan: slip gaji, surat keterangan kerja dari perusahaan, serta buku rekening tabungan yang menampilkan kondisi keuangan tiga bulan terakhir. Sementara itu, jika pemohon adalah seorang wiraswasta, dokumen tambahan yang diperlukan: bukti transaksi keuangan usaha, catatan rekening bank, NPWP, SIUP, surat izin usaha lain, seperti surat izin praktik untuk dokter, dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

Upload: hadiyan-rosyidi

Post on 17-Sep-2015

55 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bank

TRANSCRIPT

Properti Blog Asal Tahu Syarat Pengajuan KPR

Syarat Pengajuan KPRAsal Tahu oleh Alex Pangestu pada 08/11/2011

KPR diajukan dengan mengisi formulir pengajuan kredit, formulir pemesanan unit dari pengembang, serta melunasi biaya pemesanan dan uang muka. Saat pengajuan ada dokumen-dokumen yang wajib disertakan. Berikut ini adalah seluruh dokumen tersebut.

(Baca: Proses dan Biaya Pengajuan KPR)

Dokumen standar:

fotokopi KTP,

akta nikah atau cerai,

kartu keluarga, dan

dokumen kepemilikan agunan (SHM, IMB, PBB).

Dokumen yang perlu disiapkan jika pemohon seorang karyawan yang bekerja untuk perusahaan:

slip gaji,

surat keterangan kerja dari perusahaan, serta

buku rekening tabungan yang menampilkan kondisi keuangan tiga bulan terakhir.

Sementara itu, jika pemohon adalah seorang wiraswasta, dokumen tambahan yang diperlukan:

bukti transaksi keuangan usaha,

catatan rekening bank,

NPWP,

SIUP,

surat izin usaha lain, seperti surat izin praktik untuk dokter, dan

Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

Top of Form

Cara Pelunasan KPR BankMandiri

Desember 19, 2011 at 12:09 pm 14 komentar Sudah lebih dari empat tahun saya menjalani kredit KPR di Bank Mandiri. Selama tiga tahun, saya menjalani kredit dengan bunga fixed 9.9% karena masih masuk program promosi. Setelah itu, bunganya naik jadi 13.75% kemudian turun lagi jadi sekitar 11-12% setelah diprotes. Sayangnya, bunga itu naik lagi jadi 13.75% lagi. Akhirnya saya putuskan untuk melakukan pelunasan bertahap.

Dalam seminggu ini, saya berusaha untuk mencari tambahan uang yang akan digunakan untuk membayar hutang KPR saya ke Bank Mandiri. Hal ini dipicu oleh kondisi cicilan yang malah naik terus setelah bunga promosi fixed berakhir. Kaget juga melihat skema cicilan pokok dan bunganya yang luar biasa semakin jauh ketika bunga hutang dinaikkan. Mantap Sebagian uang gaji digunakan hanya untuk membayar bunga Bank. Jika cicilan dilakukan selama periode 15 tahun, maka pembayaran bunganya per bulan bisa 75-80% dari total cicilan per bulan. Pokoknya hanya 20-25% saja dibayarkan. Setelah diskusi dengan Istri, akhirnya kami berdua sepakat untuk mengumpulkan sisa tabungan untuk melakukan pelunasan bertahap.

Alhamdulillah lebih dari setengah total hutang KPR berhasil saya lunasi. Untuk mempermudah rekan-rekan yang lain yang juga ingin melunasi hutang bertahap atau hutang keseluruhan di Bank Mandiri, saya berikan cara pembayaran hutang KPR di Bank Mandiri. Cukup mudah juga.

Pertama, debitor harus datang ke tempat debitortersebut melakukan akad kredit. Kebetulan saya melakukan akad kredit di Bank Mandiri, Plaza Bapindo, Mandiri Tower, lantai 2, maka saya harus datang ke bagian consumer loans Bank Mandiri tersebut.

Kedua, siapkan KTP, SIM, nomor rekening Bank Mandiri. SIM digunakan untuk menukar ID pada saat masuk di pintu resepsionis, sedangkan KTP akan digunakan sebagai ID yang terdaftar pada perjanjian dengan Bank Mandiri. Nomor rekening Bank Mandiri debitorakan dibutuhkan saat mengisi form pelunasan.

Ketiga, setelah sampai di consumer loans lantai 2, segeralah minta form pelunasan ke petugas yang sedang berjaga.

Keempat, isi form dengan data diri, alamat, nomor rekening Bank Mandiri, jumlah utang yang akan dilunasi, dan skema pembayaran berikutnya. Skema pembayaran berikutnya hanya menyediakan dua opsi, yaitu opsi pertama pembayaran dengan cicilan tetap dan jangka waktu berubah atau opsi kedua cicilan berubah dengan jangka waktu pelunasan tetap (tidak berubah).

Kelima, serahkan form tersebut ke petugas dan tunggulah giliran debitordipanggil. Proses pelunasan tidak terlalu lama pada saat berhadapan dengan petugas yang berwenang.

Setelah selesai lima proses tersebut selesai, debitorakan dikonfirmasi alamat yang dicatat di form untuk proses pengiriman laporan perubahannya.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah :

- isilah rekening dengan uang pelunasan yang mencukupi plus cicilan bulan tersebut. Skema cicilan baru berubah pada cicilan bulan berikutnya.

- penalty hanya diberikan pada debitordi bawah 1 tahun (pada kasus saya). Bisa dilihat pada perjanjian awal apakah sama skemanya. Jika masih ada penalty, maka harus disediakan juga jumlahnya sesuai dengan penalty.

- debet rekening akan dilakukan pada hari yang sama.

Jadi tidak perlu telepon ke 5266566 terlebih dahulu untuk membuat perjanjian karena nomor ini selalu sibuk terus menerus. Dari puluhan kali saya mencoba, semuanya tidak berhasil menjangkau operator. So, langsung datang ke bagian consumer loans saja ya

Properti Blog Berita Ini Dia, Bank dengan Bunga KPR Terendah

Ini Dia, Bank dengan Bunga KPR TerendahBerita oleh Anto Erawan pada 08/08/2012

Berdasarkan daftar suku bunga dasar kredit (SBDK) yang dirilis Bank Indonesia pada akhir Juni lalu, tercatat 16 bank yang menawarkan suku bunga KPR (kredit kepemilikan rumah) single digit alias di bawah 10%.

Informasi SBDK yang dipublikasikan ini berdasarkan laporan yang dilakukan masing-masing bank kepada BI untuk posisi akhir bulan laporan. Data ini berasal dari bank umum konvensional yang wajib melakukan publikasi jika memiliki total aset minimal Rp10 triliun.

Keenambelas bank tersebut adalah:

Bank Riau Kepri (6,50%),

Bank Jateng (6,71%)

Bank Jabar Banten (8,02%)

BPD Bali (8,06%)

Bank Jatim (8,37%)

HSBC (8,50%)

ANZ Panin Bank (8,57%)

Standard Chartered Bank (8,62%)

Bank Artha Graha (8,71%)

Bank Sumut (8,78%)

Bank ICBC Indonesia (9,0%)

Bank Kaltim (9,03%)

Bank Ekonomi Raharja (9,31%)

Bank UOB Indonesia (9,32%)

BCA (9,5%)

BII (9,77%)

Semoga bermanfaat..

Hredit KPR Bersubsidi Bank Jateng

Written by BJ Kendal

MANFAAT Untuk pembelian rumah melalui Pengembang atau dari penduduk. Tingkat suku bunga lebih kompetitif dan mendapat subsidi uang muka. Kredit bisa dalam jangka panjang sehingga angsuran lebih rendah.

SYARAT & TATA CARAPENGGUNAAN PRODUK Diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Pemohon memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap atau wirausaha. Penghasilan mencukupi untuk dipotong angsuran tiap bulan. Belum memiliki rumah, dan tidak sedang menikmati KPR Lainnya. Melengkapi suratrekomendasi dari instansi / kelurahan setempat bagi wirausaha. Mengajukan dan melengkapi permohonan KPR bersubsidi. Melengkapi permohonan kredit dengan tanda tangan suami dan istri. BIAYA-BIAYA Biaya propisi, biaya administrasi, dan biaya materai. Biaya legalisir Notaris dan pengikatan jaminan. Biaya asuransi Personal Accident plus dan asuransi kebakaran. PERHITUNGAN BUNGA Angsuran tetap tiap bulan dengan perhitungan anuitas tahunan. Perhitungan bunga menurun tiap tahun. INFORMASI TAMBAHAN Jangka waktu produk maksimal 180 bulan

KPR Bank Jateng Syariah Lebihi Target

Rab, 11 Juli 2012 | 12:06 | Filed under: PERISTIWA,WARTA JATENG | Posted by: Redaksi

JO, Semarang Pembiayaan rumah melalui bank syariah makin dilirik konsumen. Kredit pemilikan rumah (KPR) melalui bank syariah menjadi alternatif bagi konsumen dengan skema pembayaran berbeda dari bank konvensional. Demikian halnya dengan fasilitas pembiayaan yang disediakan oleh Bank Jateng Syariah, telah malampui target yang direncanakan.

Kasubdiv Bank Jateng Syariah Slamet Sulistiono mengatakan, jumlah transaksi pengajuan pembiayaan KPR selama pameran REI Perbankan Syariah Expo 20 Juni-1 Juli melampaui target.

Dari target Rp 2 miliar, realisasinya mecapai lebih dari Rp 3 miliar dengan jumlah aplikasi 14 buah. Yang paling banyak diminati adalah rumah tipe menengah harga Rp 350 juta-Rp 500 juta, katanya, Senin (2/7).

Menurut dia, terlampauinya target pembiayaan KPR tidak lepas dari turunnya pricing atau margin dari 11%-12% tahun lalu menjadi 6,9% di 2012. Bank Jateng Syariah menawarkan margin 6,9% flat selama 15 tahun, dengan uang muka 10%-20%.

Seharusnya masyarakat jeli melihat perbandingan hitungan margin dan besarnya cicilan di bank syariah yang lebih murah dibanding konvensional, ujarnya.

Tahun ini Bank Syariah Jateng menargetkan pertumbuhan KPR 70% dibanding tahun lalu. Untuk Bank Jateng Syariah Cabang Semarang, pada 2011 mampu merealisasikan penyaluran KPR Rp 90 miliar dengan margin yang masih 11%-12%.

Pada 2012, Bak Jateng Syariah Semarang ditarget menyalurkan KPR sebesar Rp 140 miliar. Sampai dengan Mei 2012 sudah terealisasi 48% dari target atau sudah lebih dari Rp 50 miliar, tuturnya.

Kepala Cabang BTN Syariah Semarang Indro Setiadji mengatakan, selama pameran pihaknya berhasil mencapai jumlah transaksi Rp 8,3 miliar. Dari 35 aplikasi pengajuan pembiayaan KPR, sebagain besar digunakan untuk membeli rumah tipe menengah dengan harga Rp 140 juta-Rp 500 juta.

Dari target Rp 6 miliar, realisasi berhasil melampaui hingga Rp 8,3 miliar. Target penyaluran KPR kami tahun ini tumbuh 25%-30%, katanya. - budTidak ada berita terkait.

Memilih KPR Bank Syariah

Tuesday, 20 December 2011 02:50 | Written by Admin Kadin Jateng | | |

RUMAH merupakan kebutuhan pokok manusia sebagaimana halnya makanan dan pakaian. Rumah memiliki arti penting bagi sebuah keluarga, karena rumah merupakan tempat untuk istirahat dan mencurahkan kasih sayang setelah sibuk bekerja atau beraktifitas di luar. Maka tidak heran apabila permintaan masyarakat akan rumah tiap tahun terus bertambah.

Namun harga rumah yang terus membumbung menyebabkan jarang orang yang mampu membeli rumah secara tunai. Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh banyak lembaga pembiayaan dan perbankan untuk menawarkan produk konsumtif yang banyak dikenal dengan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).

Berbagai fasilitas kemudahan mulai dari proses pengajuan, keringanan biaya admnistrasi, rendahnya tingkat suku bunga dan sebagainya pun ditawarkan sebagai daya tarik. Sayangnya, suku bunga bank konvensional yang fluktuatif dan tidak pasti terkadang membuat orang merasa ragu untuk mengambil kredit kepemilikan rumah dari perbankan. Sebagian mereka merasa khawatir jikalau ditengah masa kredit suku bunga tiba-tiba naik dan menyebabkan mereka tidak mampu lagi membayar sisa angsurannya. Kekhawatiran seperti itu seharusnya tidak perlu terjadi jika memanfaatkan fasilitas pembiayaan kepemilikan rumah dari bank syariah (KPR iB).

Perbedaan pokok antara KPR konvensional dengan syariah terletak pada akadnya. Pada bank konvensional, kontrak KPR didasarkan pada suku bunga tertentu yang sifatnya bisa fluktuatif, sedangkan KPR Syariah bisa dilakukan dengan beberapa pilihan akad alternatif sesuai dengan kebutuhan nasabah, diantaranya KPR iB Jual Beli (skema murabahah), KPR iB sewa (skema ijarah),KPR iB Sewa Beli (skema Ijarah Muntahia Bittamlik-IMBT), dan KPR iB Kepemilikan Bertahap (musyarakah mutanaqisah). Namun yang banyak ditawarkan oleh bank syariah adalah skema jual beli (skema murabahah).

Skema jual beli murabahah adalah jual-beli antara bank dan nasabah, di mana pihak bank syariah akan membeli rumah yang diinginkan nasabah sebesar harga rumah tersebut kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga yang telah ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah. Harga jual rumah ditetapkan di awal ketika nasabah menandatangani perjanjian pembiayaan jual beli rumah, dengan angsuran tetap hingga jatuh tempo pembiayaan.

Skema jual beli memberi kepastian jumlah angsuran yang harus dibayar oleh nasabah setiap bulan. Nasabah tidak akan dipusingkan dengan masalah naiknya angsuran apabila terjadi kenaikan suku bunga pasar karena besarnya nilai angsuran tetap sampai masa angsuran selesai. Harga jual rumah ditetapkan di awal ketika nasabah menandatangani perjanjian pembiayaan jual beli rumah. Misalnya, harga beli rumah sebesar Rp100 juta. Untuk jangka waktu lima tahun, bank syariah misalnya mengambil keuntungan/margin sebesar Rp35 juta (setara tujuh persen flat pertahun). Maka harga jual rumah kepada nasabah untuk masa angsuran lima tahun adalah sebesar Rp135 juta. Angsuran yang harus dibayar nasabah setiap bulan adalah Rp135 juta dibagi 60 bulan = Rp2,25 juta.

Selain skema jual beli, KPR iB juga ditawarkan dengan skema sewa beli, yang memberi opsi kepada nasabah untuk menyewa rumah yang diinginkannya dan akhirnya dapat ia miliki di akhir masa sewa. Dalam skema ini, harga sewa ditentukan secara berkala berdasarkan kesepakatan antara bank dengan nasabah. Umumnya digunakan untuk pembiayaan KPR iB berjangka waktu panjang, misalnya 15 tahun. Pada akhir tahun jatuh tempo, nasabah dapat membeli rumah yang disewa.Skema lain yang saat ini banyak diminati adalah skema KPR iB kepemilikan bertahap, dimana bank dan nasabah berserikat dalam kepemilikan rumah. Secara bertahap nasabah akan menambah porsi kepemilikannya melalui angsuran setiap bulannya, sementara bank secara bertahap mengurangi porsi kepemilikannya, sehingga di akhir periode rumah menjadi milik nasabah.

Untuk semua jenis KPR iB tersebut, nasabah juga diuntungkan ketika ingin melunasi angsuran sebelum masa kontrak berakhir, karena bank syariah tidak akan mengenakan pinalti. Bank syariah tidak memberlakukan sistem pinalti karena harga KPR sudah ditetapkan sejak awal. Dengan demikian, faktor penting yang dapat dijadikan petimbangan untuk memilih KPR bank syariah adalah masalah margin tetap dan kepastian nilai angsuran selama masa pembiayaan.Berkah Memilih KPR BTN Syariah iB

OPINI | 30 October 2009 | 17:15 Dibaca: 11501 Komentar: 13 2 dari 2 Kompasianer menilai Bermanfaat

Rumah adalah tempat dimana kita membina keluarga ini, kata saya pada istri tercinta pada suatu hari di pertengahan 2005, empat tahun yang lalu. Tempat dimana anak-anak tumbuh dan dibesarkan. Alangkah indahnya jika mereka dibesarkan dalam lingkungan yang bersih dan menentramkan.

Istri saya tersenyum. Aku setuju, Mas. Tidak hanya makanan dan minuman mereka yang harus bersih dikonsumsi, halal dan thayib, tetapi juga rumah, tempat yang dibangun untuk mereka tumbuh dan dibesarkan.

Saya memandang wajahnya sungguh. Bagaimana kalau kita membeli rumah Bu Darwoto itu lewat KPR bank syariah saja?

Ia lagi-lagi tersenyum. Senyum terindah dari senyum-senyum terindahnya sepanjang masa. Tidak ada alasan buatku untuk tidak setuju. Memang kenapa kalau di bank syariah? Sulit?

Bukan, jawab saya. Prosesnya sama saja. Tetapi, katanya cicilan per bulannya meski flat, tetapi lebih besar dari KPR di bank konvensional.

Kalau itu sih tak mengapa, kata wanita tercantik saya itu. Menumbuhbesarkan anak-anak dalam naungan rumah yang menentramkan jauh lebih penting daripada rupiah yang kita keluarkan.

Saya menggangguk. Saya setuju.

Dengan niat baik itu, semoga Allah memudahkan kita mengangsurnya setiap bulan. InsyaAllah, tambahnya penuh pengharapan. Kapan kita ke bank syariah?

***

Suatu hari di bulan Juli 2005.

Setelah berkeliling ke berbagai bank syariah yang menyediakan produk KPR, akhirnya pilihan kami jatuh ke KPR BTN Syariah Cabang Surabaya di jalan Embong Kenongo. Pertimbangan kami, selain masa angsuran bisa lebih lama daripada bank lain (saat itu hanya BTN Syariah yang menyediakan KPR hingga 10 tahun atau bahkan lebih), BTN telah memiliki pengalaman mengelola KPR lebih baik dibandingkan dengan bank-bank lainnya selama ini.

Pak Wahyu, pegawai BTN Syariah untuk urusan KPR kala itu, dengan semangat membantu saya memproses administrasi pembelian rumah Bu Darwoto, rumah ketiga di sebelah kanan rumah kontrakan saya yang akan habis masa kontraknya sebulan lagi. Bu Darwoto setuju rumahnya yang dua lantai (tidak penuh) saya beli seharga 150 juta rupiah.

Pembiayaan KPR BTN iB, begitu nama produk KRP BTN Syariah itu, adalah pembiayaan yang diberikan kepada calon nasabah yang akan membeli rumah, ruko, ataupun tempat tinggal lainnya secara mengangsur. Pembiayaan KPR BTN iB didasarkan pada prinsip Murabahah, yakni akad jual beli barang dimana harga perolehan dan keuntungan (margin) sama-sama disepakati oleh penjual dan pembeli. Itu artinya, pembeli mengetahui harga perolehan penjual dan margin yang diambil penjual ketika menjual barang itu kepada dirinya. Karena itu, harga jual adalah harga beli ditambah margin keuntungan yang disepakati.

Transaksi Murabahah cocok diterapkan pada proses pembelian rumah melalui KPR ini. Tetapi memang sebenarnya ada skim-skim lain yang diperlukan sehingga suatu proses KPR itu bisa terlaksana. Ambil contoh proses KPR terhadap rumah yang saya beli.

Mula-mula saya telah bersepakat membeli rumah Bu Darwoto dengan harga 150 juta rupiah. Saya tidak memiliki uang sebanyak itu dan Bu Darwoto tentu saja tidak mau saya mengangsurnya dalam rentang tahun yang panjang. Saya lalu pergi ke BTN Syariah dan mengikat janji akan membeli rumah Bu Darwoto itu dari BTN Syariah. Janji ini disebut waad, yang mengikat saya secara sepihak dan tidak mengikat BTN Syariah. Tetapi pengingkaran terhadap waad tak bisa dituntut, sehingga kalaupun saya tidak jadi membeli rumah itu, BTN Syariah tentu tidak bisa menuntut saya. Toh tidak ada yang dirugikan.

Lalu BTN Syariah mewakilkan pembelian rumah Bu Darwoto kepada saya menggunakan akad wakalah, yakni mewakilkan kepada saya untuk membeli rumah itu dari Bu Darwoto atas nama BTN Syariah seharga 150 juta rupiah. Setelah BTN Syariah mendapatkan rumah Bu Darwoto itu, barulah ia menjualnya kembali kepada saya dengan akad murabahah. Saya bersedia membayar uang muka 51 juta rupiah dan sepakat dengan margin BTN Syariah kala itu sebesar 8,7% per tahun untuk sisanya (99 juta rupiah) jika saya mengangsurnya selama 4 tahun. Sehingga harga jual BTN Syariah kepada saya = 51 juta + (8.7% x 4) x 99 juta; yakni 51 juta + 133.452.000 = 184.452.000 rupiah.

Inilah harga jual BTN Syariah kepada saya atas rumah itu. Berarti margin BTN Syariah atas penjualan rumah ini kepada saya adalah sebesar 34.452.000 rupiah. Sisa setelah uang muka 51 juta yang saya bayarkan adalah 133.452.000 rupiah yang dapat saya angsur selama 4 tahun. Sehingga, angsuran saya per bulan sebesar 133.452.000 rupiah : (4 x 12), yakni 2.780.250 rupiah.

Tentu saja proses di lapangan dipermudah. Artinya, proses waad dan wakalah berikut murabahah itu diselesaikan dalam waktu yang bersamaan ketika saya, Bu Darwoto, dan perwakilan dari BTN Syariah melaksanakan jual beli rumah itu di hadapan seorang Notaris. Setelah seluruh akad ditandatangani, maka BTN Syariah membayar harga rumah 150 juta rupiah kepada Bu Darwoto, saya melunasi uang muka dan mulai mengangsur per bulan kepada BTN Syariah sesuai dengan harga yang disepakati.

***

Ada yang menarik ketika saya pertama kali mengangsur rumah itu ke BTN Syariah mulai Agustus 2005.

Laporan Ekonomi Bulanan Kadin Indonesia edisi Juli 2005 menyebutkan adanya fenomena terus melemahnya rupiah, naiknya harga minyak dunia, kelangkaan BBM, kenaikan harga barang, kenaikan tingkat suku bunga perbankan, dan terus menyusutnya cadangan devisa di Bank Indonesia yang mewarnai kondisi perekonomian Indonesia dalam dua bulan terakhir. Pada 20 Juli 2005, kurs tengah Bank Indonesia pernah berada pada level Rp 9.830,- yang merupakan nilai kurs terendah dalam 40 bulan terakhir ini. Bahkan melihat grafik kurs mata uang rupiah berdasarkan Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2005 yang ditulis Bank Indonesia di bawah ini, rupiah terlihat semakin melemah melewati ambang batas 10.000 rupiah mendekati akhir 2005.

Di sisi lain, hasil survei konsumen Bank Indonesia pada Juli 2005 menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun 2,8 poin dari 101,7 menjadi 98,9. Ini berarti terpuruk lagi ke kondisi pesimis (indeks di bawah 100), setelah sempat sedikit optimis sebulan sebelumnya setelah terpuruk pasca kenaikan BBM. Tetapi melihat grafik IKK sejak 2003 hingga pertengahan 2005 di bawah ini terlihat bahwa kondisi pesimis itu lebih mendominasi.

Kenaikan terus-menerus suku bunga BI hingga akhir 2005 membawa dampak pada kenaikan suku bunga KPR perbankan. Kenaikan suku bunga BI hingga 11% pada Oktober 2005 misalnya, telah membuat bunga KPR Bank Niaga naik dari semula 12,25% pada Juli, kemudian September dinaikkan menjadi 13%, dan Oktober tersebut dinaikkan lagi menjadi 13,9%. Sedangkan untuk kredit multiguna, Bank Niaga menetapkan bunga 15%. Hal yang sama terjadi pada bank-bank lainnya. BII misalnya, bunga KPR mereka menjadi 14,9%. Sementara Bank Bumiputera malah 16%.

Kenaikan rata-rata 16-18% dari semula 12% pada akhir 2005 itu tentu membuat nasabah KPR menjerit. Andaikan saja saya menggunakan KPR bank konvensional dengan bunga setara 12% saat akad kredit bulan Juli, lalu pada Oktober bunga KPR menjadi 16%, maka cicilan saya akan naik dari semula 2,7 juta rupiah menjadi 3,7 juta rupiah! Naik hampir 1 juta rupiah! Apa tidak pusing kalau ini terjadi? Beberapa teman sekantor kala itu mengeluhkan cicilan mereka yang membengkak, sementara tidak ada kenaikan gaji dari perusahaan.

***

Alhamdulillah saya telah memilih Pembiayaan KPR BTN iB yang berbasis akad murabahah berdasarkan prinsip syariah. Alhamdulillah, di tengah konsumen makin tercekik dengan kenaikan bunga KPR, cicilan saya tetap dan tidak akan naik hingga lunas nanti. Jika ternyata kemudian bunga KPR konvensional bisa naik gila-gilaan seperti fenomena akhir 2005 itu, maka tengara bahwa KPR bank syariah jauh lebih mahal boleh dikaji ulang.

Lebih dari itu dan ini jauh lebih penting dengan cicilan yang tetap membuat saya lebih tenang dalam membuat perencanaan keuangan dibandingkan menghadapi cicilan yang fluktuatif alias tak bisa diprediksi. Dalam bahasa agama, kenyataan itulah yang dimaksud dengan gharar dalam jual beli, yakni transaksi jual beli yang mengandung unsur ketidakjelasan, pertaruhan, atau bahkan perjudian. Sementara kata Nabi saw., transaksi yang mengandung gharar terlarang, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang jual beli al-hashah dan jual beli gharar. (HR. Muslim, Kitab Al-Buyu, Bab: Buthlaan Bai Al-Hashah wal Bai Alladzi Fihi Gharar, 1513)

Jika sudah jelas demikian, maka pertanyaannya adalah: kita lebih memilih mana, kejelasan atau ketidakjelasan? Ketenangan atau was-was alias ketidaktenangan? Dan ini yang lebih penting, keberkahan atau kemadharatan?

***

Alhamdulillah, Agustus 2009 yang lalu cicilan KPR saya yang ke-48 selesai sudah. Dengan demikian, cicilan itu kini telah lunas.

Banyak suka dan duka saya dan istri lewati ketika menyelesaikan cicilan bulan demi bulan. Dengan cicilan memakan porsi lebih dari sepertiga take-home-pay bulanan saya sementara kami memiliki 6 orang anak, dapat dibayangkan betapa ngoyo-nya kami melunasi itu. Mungkin lebih dari 40 kali sudah customer service BTN Syariah menelepon pada hari terakhir saya harus membayar cicilan tiap bulan; karena belum juga membayar. Boleh dibilang 50% diantaranya saya telat membayar 1-5 hari dari jadwal. Rekening saya juga selalu tak genap saldonya hingga 2x cicilan sebagaimana syarat yang diminta BTN Syariah.

Tetapi semuanya itu kini telah terlewati. Bahkan saya merasa waktu 4 tahun mengangsur itu seperti sebentar saja. Tiba-tiba lunas begitu saja. Tiba-tiba saya sudah memiliki rumah yang kami idamkan seperti pada gambar di samping ini, lunas, tanpa punya hutang lagi kini pada siapapun. Semuanya itu, InsyaAllah, adalah berkah dari pilihan kami menggunakan KPR berbasis syariah untuk memberikan tempat bernaung yang bersih dan menentramkan bagi anak-anak kami untuk tumbuh menggapai cita-cita mereka.

Semoga pengalaman sederhana ini menginspirasi.