bali dalam pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--buku bali dalam... · 2020. 2. 28. ·...

118

Upload: others

Post on 27-Dec-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan
Page 2: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

i

Bali dalam Pelangi

Opini dan Solusi

(Kumpulan Artikel Media Populer)

Page 3: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

ii

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis ber­

dasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata

tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­

undangan. (Pasal 1 ayat [1]).

2. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

memiliki hak ekonomi untuk melakukan: a. Penerbitan ciptaan; b. Penggandaan

ciptaan dalam segala bentuknya; c. Penerjemahan ciptaan; d. Pengadaptasian,

pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan; e. pendistribusian ciptaan

atau salinannya; f. Pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman ciptaan; h. Komunikasi

ciptaan; dan i. Penyewaan ciptaan. (Pasal 9 ayat [1]).

3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang

Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk

Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4

(empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu

miliar rupiah). (Pasal 113 ayat [3]).

4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang

dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling

lama

10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00

(empat miliar rupiah). (Pasal 113 ayat [4]).

Page 4: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

iii

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

Bali dalam Pelangi

Opini dan Solusi

(Kumpulan Artikel Media Populer)

Page 5: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

iv

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

© Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

Bali dalam Pelangi Opini dan Solusi/Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE.,

M.MA., MA.; -- Yogyakarta: Samudra Biru, 2018.

viii + 106 hlm. ; 160 x 24 cm.

ISBN : 978-602-5610-37-0

Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip atau mem-

perbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun juga tanpa izin

tertulis dari penerbit.

Cetakan I, Januari 2018

Penulis : Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

Editor : Alviana Cahyanti

Layout : Ardiansyah Mahmud

Diterbitkan oleh:

Penerbit Samudra Biru (Anggota IKAPI)

Jln. Jomblangan Gg. Ontoseno B.15 RT 12/30

Banguntapan Bantul DI Yogyakarta

Email/FB : [email protected]

website: www.cetakbuku.biz/www.samudrabiru.co.id

Phone: 0813-2752-4748/ 0811-264-4745

Page 6: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

v

Prakata

Di dunia tulis-menulis, artikel koran tentu sangat dikenal secara akrab, sebab setiap hari selalu tersaji secara intensif beberapa artikel di

surat kabar yang terbit harian. Namun tidak semua orang mengatahui

bahwa banyak buku lahir dari kumpulan artikel seorang penulis yang

memberanikan diri menyulap kepingan-kepingan kliping tulisannya

menjadi sebuah buku.

Buku ini merupakan kumpulan tulisan berupa opini yang pernah

diterbitkan oleh beberapa media populer seperti Bali Post, Pos Bali, Bali

Tribun, Majalah Bali Post, dan sebagainya.

Maksud dan tujuan artikel dan opini ini dibukukan adalah untuk

menampilkan perkembangan pemikiran penulis tentang Bali yang

terkait dengan permasalahan kepariwisataan, sumberdaya manusia dan

permasalahan lainnya yang dapat diamati dalam masyarakat.

Sebagaian opini yang ada pada buku ini telah menjadi sebuah

kebenaran karena terbukti sesuai apa yang telah diopinikan sebelumnya,

sebagiannya lagi belum terbukti. Walaupun demikian, buku ini dapat

Page 7: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

vi

mengingatkan kita bersama bahwa permasalahan dalam masyarakat

akan terus ada, dan penulis berusaha memberikan solusi berupa opini.

Semoga buku ini dapat memotivasi lahirnya para penulis baru,

dan menginspirasi para stakeholders pembangunan untuk menerapkan

solusi yang telah ditawarkan pada setiap terbitan opini.

Terimakasih atas kesediaan para pengelola media yang telah

memberikan ruang dan waktu untuk berbagi opini dan solusi, semoga

Bali kedepan menjadi lebih maju dan berkelanjutan.

Penulis,

I Gusti Bagus Rai Utama

Page 8: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

vii

Daftar Isi

Prakata ~ 5

Daftar Isi ~ vii

Keberlanjutan Pembangunan Pariwisata Bali ~ 1

Kejujuran Profesi Pendobrak Bobrok Moral Bangsa Menuju

Kebangkitan Iindonesia ~ 5

Perlu Rasionalisasi Pariwisata Bali di Tengah Paradoks Liberalisasi ~ 8

Terbebas dari Penghalang untuk Menjadi Warga Negara yang Baik~12

Wisata Kota, Persembahan untuk Generasi Emas ~ 15

Membersihkan Generasi Muda dari Virus Korupsi ~ 19

Pertanian dan Kedaulatan Bangsa ~ 23

Menguak Etos Buruk dan Bangkit dari Keterpurukan ~ 26

Ironi Pariwisata dan Komitmen Bali Ajeg ~ 29

Parasit di Tengah Pertumbuhan Indonesia ~ 33

Mewujudkan Generasi Berdaya Saing Tinggi 2020 ~ 36

Kualitas dan Kesinambungan Pariwisata Bali ~ 39

Memelihara Identitas Destinasi Bali ~ 43

Page 9: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

viii

Dampak Positif dan Negatif Reklamasi ~ 47

Memilih Pejabat atau Pemimpin? ~ 51

Rekayasa Budaya Menuju Revolusi Mental ~ 54

MEA dan Pariwisata 57~

Keadilan dan Keserakahan ~ 60

Daya Tarik Pariwisata Bali ~ 63

Membentuk Etos Wirausaha ~ 66

Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69

Pembangunan Pariwisata Pada Daerah Blank Spot Budaya ~ 73

Korupsi lebih Kejam dari Terorisme (1) ~ 76

Korupsi lebih Kejam dari Terorisme 2 ~ 80

Benih Kehancuran Bangsa ~ 84

Peran Lembaga Keuangan Sebagai Stimulator Gerakan Care For All

~ 87

Membentuk Harmoni: Terjangan Toko Berjejaring Versus Pasar

Tradisional ~ 90

Program e-KTP Berpotensi Gagal ~ 93

Perekonomian Bali Beresiko Tinggi ~ 96

Siapakah Marketplace Pariwisata Bali? ~ 99

Daftar Pustaka ~ 103

Biodata Penulis ~ 105

Page 10: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

1

1 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah

populer “Bali Post” yang berjudul “Keberlanjutan Pembangunan

Pariwisata Bali” Edisi Senin 13 Pebruari 2012

Keberlanjutan Pembangunan Pariwisata Bali

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama

APAKAH pembangunan

Bali telah menerapkan prinsip-

prinsip pembagunan berkelanjutan?

Mengutip pendapat seorang tokoh

Bali (Manuaba), harus dapat

dibedakan antara ‘pembangunan

Bali’ dan ‘pembangunan di Bali’.

Pembangunan Bali mengidentifikasi

bahwa pembangunan dilakukan atas

inisiatif masyarakat Bali, dilakukan

oleh masyarakat,untuk kemakmuran

dan kesejahteraan masyarakat

Bali. Namun yang terjadi saat ini,

ada indikasi bahwa Masyarakat

Bali justru mulai tergusur. Jika

ada masyarakat Bali yang dapat

bersaing pada dunia bisnis, jumlahnya sangat kecil. Lahan-lahan hijau

atau persawahan dan pertanian produktif telah semakin menyempit

yang menandakan bahwa pengelolaan terhadap sumberdaya alam Bali

nyaris tanpa kendali. Pengelolaan terhadap kunjungan wisatawan pada

beberapa tempat wisata di Bali belum memiliki standar yang baik untuk

Page 11: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

2

mendukung daya dukung dan keberlanjutan atas sumberdaya yang ada.

Sehingga, permasalahan pengelolaan masih terjadi di banyak tempat

wisata di Bali. Pembangunan akomodasi yang seolah-olah tanpa batas

dan tanpa mempertimbangkan daya dukung wilayah dan mengabaikan

asas pemerataan pembangunan wilayah masih tampak dengan jelas

seperti kesenjangan pembangunan pariwisata wilayah Bali Selatan

dengan Bali Utara misalnya.

Mestinya pembangunan pariwisata dapat diletakkan pada prinsip

pengelolaan dengan manajemen kapasitas, baik kapasitas wilayah,

kapasitas objek wisata tertentu, kapasitas ekonomi, kapasitas sosial,

dan kapasitas sumberdaya yang lainnya sehingga dengan penerapan

manajemen kapasitas dapat memperpanjang daur hidup pariwisata itu

sendiri sehingga konsepsi konservasi dan preservasi serta komodifikasi

untuk kepentingan ekonomi dapat berjalan bersama-sama dan

pembangunan pariwisata berkelanjutan dapat diwujudkan.

Belum Jadi Subjek

Apakah pariwisata Bali telah menerapkan manajemen kapasitas

pada semua pengelolaan objek wisata saat ini? Bagaimanakah dengan

visi masyarakat Bali tentang pembangunan Bali? Jikalau dilakukan

penelitian pada tataran akar rumput, mungkin visi pembangunan Bali

belum dapat dipahami secara massal yang berarti masyarakat Bali

sebenarnya masih menjadi objek pembangunan dan bukan menjadi

subjek atau pelaku pembangunan itu sendiri. Keterwakilan masyarakat

pada parlemen belum dapat menyuarakan suara masyarakat secara utuh

dalam artian suara yang ada mungkin hanya merupakan suara beberapa

elite partai tertentu sehingga visi pembangunan untuk pemberdayaan

masyarakat secara massif masih sangat diragukan. Istilah ‘pagar makan

tanaman’ masih relevan untuk menggambarkan kondisi pembangunan

masyarakat Bali. Sebagai contoh nyata mengenai istilah ini, maraknya

pembangunan vila atau fasilitas akomodasi di beberapa tempat atau

area konservasi seperti yang terdapat di kawasan konservasi justru

diindikasikan telah dilakukan oleh beberapa tokoh atau elite penting di

pemerintahan dan di parlemen.

Bagaimana dengan kondisi pelibatan pemangku kebijakan dalam

pembangunan pariwisata Bali? Pelibatan semua pemangku kebijakan

memang telah menjadi perhatian serius pada setiap pembangunan di

Bali. Bahkan masyarakat Bali telah merasakan atmosfer kebebasan

demokrasi yang cukup baik, namun karena masih lemahnya pemahaman

masyarakat atas konsep pembangunan, akhirnya justru menjadi

Page 12: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

3

penghalang pembangunan itu sendiri. Khususnya yang terjadi pada

beberapa kasus pembangunan, misalnya pembangunan pembangkit

listrik tenaga panas bumi di Kabupaten Buleleng, pembangunan jalan

layang untuk mengatasi masalah kemacetan. Munculnya kelompok baru

pada masyarakat tertentu, seperti kelompok yang mengatasnamakan diri

kelompok ‘Laskar AAA’, ‘Bala BBB’ dan lainnya juga menjadi potensi

kelompok pemangku kepentingan yang dapat mempengaruhi jalannya

pembangunan di Bali dan jika tidak dikelola dengan baik, akan dapat

menimbulkan konflik baru di masyarakat.

Masih terjadi pencatatan ganda kependudukan khususnya yang

berhubungan dengan penduduk pendatang lokal yang berasal dari

kabupaten lain di Provinsi Bali yang berimbas pada ketidakrapian

database kependudukan Provinsi Bali dan bahkan pencatatan secara

nasional. Masih terjadi konflik desa adat, perebutan lahan pada tapal

batas desa dan konflik kecil lainnya menandakan bahwa masyarakat

Bali semakin kritis dan jika tidak diberikan pemahanan yang cukup

baik, akan dapat menimbulkan konflik baru di masyarakat. Konsep

kepemilikan bersama atas alam ciptaan Tuhan, konsep kepemilikan

satu bumi untuk semua umat manusia akan menjadi relevan untuk

disosialisasikan bersama-sama.

Bagaimana dengan penerapan sertifikasi di Bali, sudahkan berjalan

dengan baik, bagaimanakah evaluasinya? Tiga pertanyaan yang menjadi

hal penting untuk dituangkan dengan alasan, bahwa program sertifikasi

sangat penting karena berhubungan dengan standar atau prosedur yang

dipakai atau pengakuan atas profesionalitas pelaku pada bidangnya.

Misalnya, seorang pramuwisata haruslah seseorang yang telah

tersertifikasi sesuai dengan kriteria global yang telah ditetapkan yang

dapat diterima oleh semua orang secara internasional. Pekerja hotel

yang memiliki keahlian di bidangnya yang ditunjukkan dengan sebuah

program sertifikasi yang dilakukan secara periodik dengan cara baik,

proses yang baik, dan dievaluasi secara periodik untuk menyesuaikan

dengan isu-isu pembangunan terkini dalam konteks pembangunan

pariwisata berkelanjutan.

Sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah, sudahkan proses

sertifikasi tersebut dilakukan pada proses semestinya yang dilakukan

berdasarkan standar global? Siapa yang melakukan evaluasi atas program

sertifikasi tersebut, bagaimanakah yang telah terjadi di Bali? Tulisan ini

memerlukan penelitian yang bersifat evaluative untuk mendapatkan

gambaran tentang kondisi pariwisata Bali saat ini khususnya

yang berhubungan dengan program sertifikasi untuk mendukung

Page 13: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

4

pembangunan pariwisata berkelanjutan. Penerapan program standar

global pada pariwisata Bali memang telah dilakukan oleh beberapa

perusahaan atau hotel tertentu di Bali namun jumlahnya masih sangat

kecil jika dibandingkan dengan harapan yang mestinya dapat dilakukan

di Bali untuk mendukung pembangunan pariwisata Bali berkelanjutan.

Seberapa banyak hotel-hotel di Bali yang telah tersertifikasi dengan

standar global? Pertanyaan ini menjadi introspeksi dan otokritik bagi

pariwisata Bali bahwa masih banyak hal yang dapat dilakukan untuk

mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan tersebut.

Satu kata kunci untuk dapat menerapkan program-program

pendukung pembangunan pariwisata berkelanjutan tersebut adalah

kata ‘kesungguhan’”. (Font, 2001). Idealnya ada pertemuan antara

sisi penawaran yang telah disepakai secara sungguh-sungguh oleh

semua pemangku kebijakan termasuk di dalamnya masyarakat lokal

dan industri bersinggungan harmonis dengan sisi permintaan yang

di dalamnya melibatkan unsur wisatawan sebagai penikmat produk

destinasi.

Kata kunci berikutnya adalah disiplin untuk mematuhi semua

aturan dan peraturan yang telah disepakati, kelompok industri mestinya

digerakkan oleh sikap disiplin untuk mematuhi aturan yang ada pada

sebuah destinasi. Para pemangku kebijakan yang taat pada aturan,

tidak ada lagi istilah ‘pagar makan tanaman’ sangat diperlukan untuk

mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Masyarakat

lokal yang senantiasa bersungguh-sungguh dalam memberikan

pelayanan dan sambutan bagi semua wisatawan yang datang sehingga

citra dan pencitraan keramahan penduduk lokal dapat memperkuat

citra dan branding destinasi pariwisata Bali.

Penulis, Dekan Fakultas Ekonomi dan Humaniora Universitas Dhyana

Pura Badung, Mahasiswa S-3 Pariwisata Udayana Bali.

Page 14: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

5

2 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah

populer “Bali Post” yang berjudul “Kejujuran Profesi Pendobrak

Bobrok Moral Bangsa” Edisi Kamis, 10 Mei 2012

Kejujuran Profesi Pendobrak Bobrok Moral Bangsa Menuju Kebangkitan Iindonesia

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama

Pada jaman modern saat ini,

hegemoni suku mayoritas, agama

mayoritas, politik mayoritas se-

benarnya tidak hangat lagi kita

bicarakan jikalau kita mampu me-

ngimplentasikan konsep Plato,

konsep Catur Warna ala Hindu,

konsep talenta dan karunia ala kaum

Kristiani. Dimana sebenarnya letak

mis-implentasinya? Padahal tingkat

pendidikan lebih tinggi secara

kuantitas jika kita bandingkan

dengan generasi sebelumnya pada

sebagaian besar masyarakat kita.

Plato telah mengajarkan sebuah

kebangkitan peradaban umat manusia akan penghormatan pada setiap

profesi pada sebuah masyarakat untuk menciptakan sebuah perdamaian.

Golongan pemerintah baiklah mereka dapat memerintah dengan baik

bukan berdagang, begitu juga kelompok prajurit baiklah mereka menjaga

keutuhan bangsanya tanpa harus ingin ikut memerintah, golongan

pedagang baiklah mereka berdagang tanpa harus ingin berpolitik,

Page 15: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

6

begitu juga golongan petani baiklah mereka bekerja dengan baik untuk

sebuah pekerjaan mulia agar umat manusia ini dapat bertahan hidup

oleh buah tangannya. Sementara pada konsep catur warna sebenarnya

telah mengajarkan hal yang mulia untuk perdamaian dan kemakmuran

umat manusia namun sangat disayangkan implementasi konsep sebagus

catur warna tersebut berubah menjadi konsep buta warna dan eksistensi

warna semakin tidak jelas. Begitu juga konsep yang diajarkan oleh

Paulus nyaris sama dengan Plato dan Catur warna ala Hindhu, dimana

Paulus juga mengajarkan pada umat manusia agar setia terhadap talenta

dan karunia yang telah dianugerahkan kepada umat masing-masing;

seorang guru baiklah ia mengajar dengan bijaksana, seorang pendoa

baiklah ia dengan setia selalu mendoakan keselamatan seluruh umat

manusia tanpa harus memandang pahala material yang akan dia terima.

Ide-ide mengenai terbentuknya dan berkembangnya sebuah negara

tentu bukan sebuah tema yang menarik apabila dibandingkan dengan

kajian politik kontemporer seperti terbentuknya masyarakat madani

(civil society), demokratisasi, pelaksanaan rule of law, clean government

dan good governance, dan sebagainya (Fadil, 2012). Meningkatnya

jumlah politisi korup, hakim korup, politisi mesum, guru sesat, pendeta

berbisnis, polisi kriminil adalah sebuah gambaran bahwa mereka belum

memahami fungsi dan hakekat dari sebuah profesi atau talenta atau

karunia yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Bulan Mei ini adalah

bulan yang baik untuk kita jadikan bulan perenungan agar kita dapat

bangkit lagi menjadi sebuah bangsa yang terhormat layaknya ala zaman

Sri Wijaya ataupun Majapahit.

Setidaknya ada tiga gerakan yang dapat dipertimbangkan untuk

mewujudkan kebangkitan bangsa menuju cita-cita sebuah bangsa

yang terhormat, yakni; gerakan “enough is enough” artinya gerakan

penyadaran diri agar setiap kita umat manusia sadar bahwa setiap

manusia telah diberikan berkah yang telah disesuaikan dengan kerja

yang telah kita lakukan; gerakan berikutnya adalah “takut akan Tuhan”

yang dapat kita wujudkan dengan memupuk sesering mungkin kadar

keimanan kita kepada Tuhan melalui aktivitas keagamaan yang kita

anut masing-masing; gerakan selanjutnya adalah gerakan “kejujuran

profesi”.

Sementara Socrates menawarkan untuk muwudkan masyarakat

yang adil haruslah sebuah masyarakat dipimpin oleh seseorang yang

bijaksana artinya para pemimpin bijaksanalah yang akan mampu

mengarahkan masyarakatnya dengan baik dan optimal. Pemimpin

yang menghormati profesi dan kejujuran terhadap profesinya juga

Page 16: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

7

dianggap mampu mendorong masyarakatnya untuk berlaku jujur dalam

setiap pekerjaannya. Pemimpin yang adil dan tidak berpihak pada yang

besar saja juga dianggap dapat mendorong terjadinya kebangkitan

akan kebanggaan pada sebuah profesi. Kelompok yang besar baiklah

mengayomi yang kecil, yang kuat baiklah ia mau memberdayakan yang

kecil.

Gerakan reformasi yang mulia ini hanya melahirkan sebuah

kontradiksi terhadap pembangunan manusia bangsa ini. Saat ini, justru

semakin sulit untuk dapat membedakan mana kaum militer, mana

kaum sipil, mana kaum pedagang, mana kaum buruh, dan sebagainya

karena mereka sama beringasnya, dan sama kejamnya. Peristiwa Mesuji

Lampung, peristiwa bentrok massa di Solo, peristiwa penyegelan rumah

ibadah di beberapa kota adalah bukti sebuah kontradiksi sebuah gerakan

reformasi.

Kebebasan demokrasi saat ini telah menciptakan manusia-

manusia yang pragmatis, karena pemahaman terhadap sebuah profesi

hanya dianggap sebagai sebuah keuntungan yang diharapkan dapat

memperkaya dan memegahkan diri secara lahiriah semata. Contoh

nyata, jangan harap akan ada pejabat masuk kampung dan mengunjungi

kelompok masyarakat miskin jikalau tidak digelar pemilu atau pilkada

misalnya sebagai sebuah kebobrokan masyarakat yang teramat parah.

Bantuan bencana alam yang dikorup sebuah ironi sifat luhur manusia

jauh dibawah level se-ekor binatang.

Lebih parah lagi, ada pemimpin bejad, korup, dan tirani pada

kelompok yang dianggap tak berdaya akhir-akhir ini juga menjadi

protret suram dan kelam masyarakat kita saat ini. Sebagai contoh

misalnya masih terjadinya pembiaran atas penyegelan rumah ibadah

pada kelompok minoritas tertentu telah menjadi gambaran bahwa

pemerintah kita hanya berpikir cari aman dan hanya menyelamatkan

kekuasaannya semata dan hal tersebut sangat jauh dari karakter seorang

pemimpin bijaksana. Gerakan pembangunan manusia seutuhnya yang

pernah kita dengar tempo dulu mungkin lebih baik kita gerakkan lagi

agar kita dapat menjadi manusia yang manusia, manusia yang tidak

memiliki sifat binatang, manusia yang selalu sadar bahwa manusia

harus utuh secara roh, jiwa, dan raga untuk dapat berkata dengan baik,

berpikir dengan akal sehat, dan bertindak dengan budi yang luhur.

Penulis: I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MMA., MA. adalah Dekan Fakultas

Ekonomika dan Humaniora Universitas Dhyana Pura Bali, Mahasiswa S3

Pariwisata Universitas Udayana Bali.

Page 17: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

8

3 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah

populer “Bali Post” yang berjudul “Perlu Rasionalisasi Pariwisata

Bali di Tengah Paradoks Liberalisasi” Edisi Selasa 29 Mei 2012

Perlu Rasionalisasi Pariwisata Bali di Tengah Paradoks Liberalisasi

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama

Mengkondisikan Pariwisata

Bali sebagai sebuah objek kajian

pada sisi-sisi negatifnya terkadang

membawa perdebatan yang tidak

pernah ada habisnya, namun

demikian kajian tersebut mestinya

seimbang dengan kajian terhadap

dampak positifnya yang terkadang

terlalu diagung-agungkan dan pada

akhirnya kita terjebak pada sebuah

paradok yang sulit untuk diatasi.

Liberalisasi cenderung ber-

buahkan enclave sehingga tidak

adanya interaksi antara pihak

yang seharus berinteraksi. Sebagai

contoh, kedatangan wisatawan

yang dikelola oleh biro perjalanan asing dari origin country di mana

mereka menggunakan maskapai penerbangan milik perusahaan mereka

sendiri, kemudian mereka menginap di sebuah hotel yang di miliki

oleh manajemen chain dari warga mereka sendiri, berwisata dengan

armada dari perusahaan chain milik pengusaha mereka sendiri, dan

Page 18: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

9

dipramuwisatakan oleh pramuwisata dari negerinya sendiri, dan sebagai

akibatnya masyarakat lokal tidak memperoleh manfaat ekonomi secara

optimal atau bahkan tidak bermanfaat sama sekali. Kita mestinya

berhati-hati dengan dampak negative enclave ini karena sulit sekali

untuk diukur namun akibatnya sungguh lebih kejam dari sebuah tindak

korupsi karena sistemnya telah dikorupsi dan akibatnya sangat mungkin

kita akan hanya menjadi pononton di negeri sendiri. Coba kita telusuri

salah satu saja dari sekian banyak kemungkinan enclave, misalnya

seberapa banyak orang Bali yang bisa menjadi pramuwisata mandarin?

Di mana wisatawan China atau Taiwan biasanya berbelanja?, travel

mana yang mereka gunakan? Ke mana mereka berwisata selama di Bali?

Contoh lainnya, banyaknya vila liar yang menantakan rendahnya

rasionaliasi pembangunan di Bali akibat kebebasan terhadap investor

yang berselimut pada globalisasi dan kemampuan financial yang

cenderung menggusur masyarakat lokal.

Tanpa disadari ternyata pembangunan sektor pariwisata yang

berstandar internasional dapat menjadi beban biaya tersendiri bagi

pemerintah dan cenderung akan dibebankan pada sektor pajak dalam

artian untuk membangun infratruktur tersebut, pendapatan sektor pajak

harus ditingkatkan artinya pungutan pajak terhadap masyarakat harus

dinaikkan. Pembangunan pariwisata juga mengharuskan pemerintah

untuk meningkatkan kualitas bandara, jalan raya, dan infrastruktur

pendukungnya, dan tentunya semua hal tersebut memerlukan biaya yang

tidak sedikit dan sangat dimungkinkan pemerintah akan melakukan

re-alokasi pada anggaran sektor lainnya seperti misalnya pengurangan

terhadap anggaran pendidikan dan kesehatan.

Sekarang yang menjadi pertanyaannya, mana lebih penting?

Apakah pembangunan bandara kelas internasional lebih penting dari

pembangunan infrastruktur perdesaan? Sangat sulit kita tentukan dan

mungkin Bali berada pada kondisi ini jika kita bandingkan terhadap

ketimpangan pembangunan antara kabupaten. Bali selatan seolah-olah

terlalu maju dan modern, namun utara dan barat masih nampak melarat.

Peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa dari wisatawan

akan menyebabkan meningkatnya harga secara beruntun, inflasi yang

pastinya akan berdampak negatif bagi masyarakat lokal yang dalam

kenyataannya tidak mengalami peningkatan pendapatan secara

proporsional. Pembangunan pariwisata juga berhubungan dengan

meningkatnya harga sewa rumah, harga tanah, dan harga-harga property

lainnya sehingga sangat dimungkinkan masyarakat lokal tergusur ke

daerah pinggiran. Sebagai konsekuensi logis, biaya pendidikan, dan

Page 19: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

10

harga-harga kebutuhan pokok lainnya justru akan menjadi sulit bagi

penduduk lokal. Hal ini juga sering dilupakan dalam setiap pengukuran

manfaat pariwisata terhadap perekonomian pada sebuah negara.

Bagaimana dengan Bali? Bisakah orang Bali membeli tanah di

tempat strategis? Jika ada, mungkin jumlahnya tidak terlalu banyak

dan kecenderungannya justru orang Bali yang menjual tanahnya yang

strategis kemudian pindah ke daerah pinggiran yang pastinya kurang

strategis.

Keanekaragaman industri dalam sebuah perekonomian

menunjukkan sehatnya sebuah negara. Jika ada sebuah negara yang hanya

menggantungkan perekonomiannya pada salah satu sektor tertentu

seperti pariwisata misalnya, sebagai akibatnya ketahanan ekonomi

menjadi sangat berisiko tinggi. Ketergantungan pada kedatangan orang

asing dapat diasosiasikan hilangnya sebuah kemerdekaan sosial dan pada

tingkat nasional, sangat dimungkinkan sebuah negara akan kehilangan

kemandirian dan sangat tergantung pada sektor pariwisata. Ketika Bali

mengalami tragedi bom, perekonomian kita nyaris tak berjalan normal

akibat terlalu mengandalkan industri pariwisata. Mestinya ada industri

alternatif lainnya seperti pertanian, atau perikanan atau apalah.

Campur Tangan Pemerintah

Diperlukan campur tangan pemerintah pada semua level struktur

yang memungkinkan terjadi dampak negatif tersebut. Pemerintah harus

waspada terhadap leakages, enclave dan neo-liberalisasi yang dibonceng

oleh globalisasi pariwisata, dan harus diatur sedemikian rupa untuk

meminimalkan terjadinya leakages atau enclave. Lebih lanjut dapat

diuraikan bahwa penanaman modal asing pada sektor pariwisata dan

kerja sama antara perusahaan-perusahaan domestik dan asing harus

dilakukan dalam hubungan regional, dan dilakukan secara selektif

untuk pembangunan yang bersifat keharusan seperti (1) modernisasi

yang dilakukan secara komprehensif pada sistem yang transparan

khususnya yang berkaitan dengan design dan engineering, equipment

dan supplies (2) Menghindari adanya peluang terjadinya tindak korupsi

pada contract manufacturing. (3) melakukan regulasi pembatasan dan

rasionalisasi. (4) melakukan legal protection khususnya untuk rekanan

perusahaan pariwisata asing pada marketing dan distrubusi dan logistik.

Pemerintah juga dapat meminimalkan terjadinya external leakages

dengan cara membuat model kontrak kerja sama bagi perusahaan

pariwisata dengan investor asing dan supplier dengan perjanjian atau

kesepakatan internasional yang berpihak pada sektor pariwisata regional

Page 20: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

11

atau domestik. Pemerintah harus juga dapat menyediakan sistem yang

mendorong pemberdayaan tenaga kerja lokal, sehingga mendorong

adanya inovasi pada industri pariwisata. Pemerintah juga harus

dapat menjamin keberlanjutan pemasaran destinasi, pembangunan

infrastruktur fisik yang baik dapat menciptakan efisiensi distribusi barang

dan jasa dalam negeri dan menjamin iklim bisnis yang kondusif dengan

menjamin adanya stabilitas politik dan keamanan yang terjamin, dan

pada akhirnya pembangunan pariwisata harusnya dapat menciptakan

terwujudnya kualitas hidup yang lebih baik bagi semua stakeholder

pariwisata. Jika usaha-usaha tersebut telah dilakukan oleh pemerintah?

yang mesti dilakukan adalah pengawasan atas penerapannya.

Penulis, Dekan Fakultas Ekonomika dan Humaniora Universitas Dhyana

Pura, Mahasiswa S3 Pariwisata Unud

Page 21: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

12

4 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah

populer “Bali Post” yang berjudul “Terbebas dari Penghalang untuk

Menjadi Warga Negara yang Baik” Edisi Kamis, 20 September 2012

Terbebas dari Penghalang untuk Menjadi Warga Negara yang Baik

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama

Jabatan senantiasa dipere-

butkan dengan cara yang paling

bijak hingga paling kotor se-

kalipun. Pada kondisi seperti itu,

dapat ditunjukkan bahwa menjadi

pemimpin jauh lebih enak daripada

menjadi pengikut padahal dalam

kenyataannya tidak demikian.

Kenapa persoalan seperti itu bisa

terjadi? Minimnya pengetahuan

dan pembelajaran bagaimana men-

jadi pengikut yang baik nyaris tidak

mendapat porsi yang seimbang

dalam dunia pendidikan kita.

Persoalan terkini, identitas diri

sebagai seorang individu dalam se-

buah bangsa yang seharusnya memiliki self confident, rasa percaya diri telah

tergantikan dengan ketergantungan pada negara lain yang semestinya tidak

harus terjadi, ambil contoh misalnya ketergantungan bahan baku tempe dan

tahu yang harus kita impor kedelainya dari luar negeri padahal jikalau kita

percaya diri sebagai sebuah negara agraris, mestinya itu tidak harus terjadi.

Page 22: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

13

Sebagai warga negara yang baik, mestinya kita memiliki integritas

yang tinggi terhadap pelaksanaan aturan dan undang-undang yang

telah ditetapkan oleh negaranya. Ambil contoh misalnya, dalam pemilu

atau pilkada seringkali sebagai warga negara yang baik mestinya kita

tidak mudah untuk menjual hak suara kita dengan sejumlah uang, atau

iming-iming janji yang tidak rasional. Tidak mau menyogok dan atau

disogok adalah bentuk kecil dari sebuah integritas diri.

Kita mestinya mampu hidup dalam kondisi multikultural dengan

sadar bahwa perbedaan dan persamaan ada dalam masyarakat, sehingga

moral dan etik harus dijunjung tinggi dalam masyarakat untuk

menghindari benturan-benturan sosial dalam bermasyarakat. Tidak

membedakan yang sama, dan atau tidak menyamakan yang berbeda

adalah bentuk multikultur yang seharusnya dapat kita pahami.

Kita harus mampu hidup tolong menolong, saling asah dan

asuh, servant interaction, karena itulah hakikat sebenarnya hidup

bermasyarakat. Tekun dan setia terhadap pekerjaan yang kita tekuni

sehingga akan terbentuk sebuah masyarakat yang heterogen dalam

profesi dapat saling melengkapi dan mendukung dalam mewujudkan

pembangunan masyarakat. Seorang hakim baiklah dia menghakimi

dengan seadil-adilnya, seorang pengacara baiklah dia membela hak-hak

kaum yang tertindas, itu adalah bentuk profesionalisme yang sebenarnya.

Sebagai warga negara, mestinya kita memiliki sikap proaktif

dan ikut serta dalam memberikan masukan atau usulan terhadap

terwujudnya cita-cita pembangunan dalam masyarakat, hadir dan

memberikan pendapat dalam sebuah rapat dalam masyarakat adalah

bentuk sikap proaktif yang paling sederhana.

Mestinya, sebagai warga negara, mampu berpikir dan bertindak

global tanpa harus melupakan kelokalan yang ada. Contoh paling

sederhana terhadap pemahaman sikap globally adalah dengan

melakukan adopsi teknologi yang mungkin akan berguna untuk

kemajuan masyarakat, filterisasi budaya asing yang mungkin tidak

sesuai dengan konteks bangsa kita.

Penghalang

Agar masyarakat kita dapat menjadi masyarakat follower yang baik,

mestinya mereka terbebas dari penghalang-penghalang untuk menjadi

warga negara yang baik. Minimal ada tiga penghalang yang semestinya

menjadi agenda pembangunan Bali ke depan, seperti, ketahanan pangan,

kesehatan dan pendidikan.

Page 23: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

14

Pertama, ketahanan pangan. Jika masyarakat cukup pangan

menurut standar gizi dan nutrisi yang ideal maka masyarakat akan

hidup sehat. Artinya, pembangunan mestinya tetap diarahkan untuk

memenuhi pangan masyarakat, sehingga harus ada inovasi-inovasi

untuk menggerakkan sektor pertanian khususnya untuk ketahanan

pangan masyarakat. Jika masalah ketahanan pangan ini diabaikan pada

agenda pembangunan Bali ke depan, maka sangat dimungkinkan kita

akan berada pada kondisi yang sangat berisiko tinggi sebagai sebuah

entitas masyarakat Bali yang seharusnya mandiri secara ekonomi.

Persoalan kedua, bidang kesehatan masih kurang mendapat

perhatian yang serius. Karena masyarakat Bali telanjur bersentuhan

dengan internasionalisasi pariwisata, maka persoalan kesehatan,

hygiene dan sanitasi masyarakat tidak dapat dipisahkan dalam agenda

permasalahan pembangunan Bali ke depan.

Ketiga, masih kurangnya perhatian pemerintah pada bidang

pendidikan sangat terasa. Kurangnya fasilitas sekolah negeri, kurang

meratanya kualitas guru, merupakan imbas dari ketimpangan perhatian

pihak terkait. Mahalnya biaya sekolah, pengukuran kinerja sekolah yang

tidak sejujurnya juga menjadi masalah tersendiri terhadap integritas

pendidikan saat ini.

Tiga pokok permasalahan Bali tersebut, mestinya menjadi agenda

pembangunan Bali ke depan. Artinya, jika masyarakat kita terdidik dan

terlatih maka masyarakat akan dapat menjadi pengikut yang baik, dan

pada akhirnya pembangunan akan dapat dilakukan dengan baik. Jika

masalah ketahanan pangan dapat diatasi, maka perekonomian kita akan

stabil dan tidak berisiko tinggi sehingga masyarakat dapat berpikir dan

bertindak rasional dalam bermasyarakat, sementara masalah kesehatan

dan keamanan akan menjadi hal penting dan menjadi faktor kunci

dalam konteks Bali sebagai destinasi pariwisata internasional.

Penulis, Dekan Fakultas Ekonomika dan Humaniora Universitas Dhyana

Pura, kandidat Doktor Pariwisata Universitas Udayana

Page 24: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

15

5 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah

populer “Bali Post” yang berjudul “Wisata Kota, Persembahan untuk

Generasi Emas” Edisi Kamis, 11 Oktober 2012

Wisata Kota, Persembahan untuk Generasi Emas

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama

Pengembangan Kota Wisata

akan menjadi prospek yang men-

janjikan pada masa yang akan

datang untuk dikembangkan di

Indonesia dengan berbagai ala-

san yang rasional dan dapat di-

pertanggungjawabkan baik secara

ilmiah maupun non-ilmiah. Tidak

dapat disangkal lagi bahwa kota

selalu menjadi pusat perhatian

pembangunan termasuk juga pem-

bangunan sektor pariwisata.

Dari faktor sosial demografi

penduduk kota jauh lebih mudah

menerima isu-isu terkini yang

terkait modernisasi dan pember-

dayaan ekonomi karena memang kaum terpelajar lebih dominan berada

di daerah perkotaan. Sementara jika tren pertumbuhan wilayah, ada

kecenderungan jumlah kota semakin meningkat dari masa ke masa, dan

sementara perdesaan semakin menyempit karena arus modernisasi dan

konversi perdesaan menjadi daerah perkotaan baru.

Page 25: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

16

Laporan dari The Comparative Urban Studies Project di Woldrow

Wilson 2006 menjelaskan bahwa telah terjadi pertumbuhan penduduk

perkotaan di dunia dengan sangat berarti sejak tahun 2000-an, 41 persen

dari penduduk dunia tinggal di perkotaan, dan pada tahun 2005 ada 50

persen penduduk dunia tinggal di perkotaan, sementara laporan terakhir

dari World Bank menjelaskan bahwa perkembangan jumlah penduduk

perkotaan relatif tinggi, dan bahkan diprediksi pada tahun 2050, terdapat

85 persen penduduk dunia akan hidup di daerah perkotaan.

Pada tahun 1980, persentase jumlah penduduk kota di Indonesia

adalah 27,29 persen dari jumlah penduduk seluruh Indonesia. Pada

tahun 1990, persentase tersebut bertambah menjadi 30,93 persen.

Diperkirakan pada tahun 2020, persentase jumlah penduduk kota di

Indonesia mencapai 50 persen dari jumlah penduduk seluruh Indonesia

(Nawir, 2008), persentase ini adalah prediksi yang sangat menarik bagi

pengembangan wisata kota di Indonesia. Berdasarkan data Badan

Pusat Statistik 2011, jumlah penduduk Indonesia 2010 usia muda lebih

banyak dibandingkan dengan usia tua. Jumlah anak kelompok usia 0-9

tahun 45,93 juta, sedangkan anak usia 10-19 tahun 43,55 juta jiwa.

Artinya perencanaan wisata kota Indonesia adalah persembahan untuk

generasi emas Indonesia.

Dari paparan empiris tersebut di atas, pengembangan wisata kota

nyaris di seluruh dunia akan menjadi tren yang relatif penting untuk

dipikirkan dalam tujuan pemberdayaan masyarakat.

Daya Tarik Daerah Perkotaan?

Coba kita rinci dari beberapa unsur, misalnya unsur aksesibilitas,

di mana bandara, infrastruktur jalan raya, fasilitas publik selalu kita

temukan lebih baik daripada daerah perdesaan. Sementara jika kita

lihat dari unsur atraksi atau daya tarik, hampir sebagian besar objek dan

atraksi wisata berada di daerah perkotaan. Lalu jika kita lihat dari unsur

amenitas, sangat jarang seorang pebisnis atau investor mau membangun

hotel atau restoran di daerrah perdesaan. Dan pada akhirnya jika kita

lihat dari unsur ensileri atau kelembagaan kepariwisataan, nyaris

sebagaian besar berpusat di daerah perkotaan.

Berikut Sumber daya yang melekat di sebuah kota yang dapat

dikemas menjadi daya tarik wisata. Balai Kota, hampir setiap kota

memiliki Balai Kota yang sengaja dibangun untuk digunakan sebagai

jantung pemerintahan kota. Bangunan ini biasanya dibangun dengan

arsitektur yang sangat indahnya dan memiliki karakteristik tertentu

sesuai ciri khas sebuah kota.

Page 26: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

17

Kawasan jalan tertentu yang biasanya memiliki mitologi tertentu

seperti horor, nostalgia, historis, heroik, dan sebagainya yang biasanya

melekat dan menjadi ciri khas tersendiri bagi setiap kota.

Monumen Kota, yang memiliki pesan edukasi historis atau sosial

atau religius yang biasanya juga dimiliki oleh kota-kota di Indonesia.

Kuliner juga menjadi daya tarik tersendiri yang dapat dikemas oleh

setiap kota di Indonesia untuk menjadi daya tarik wisata.

Kampus atau universitas yang memang dirancang dan citrakan

sebagai aset kota yang dapat dijadikan daya tarik wisata edukasi, dan

ciri ini juga dimiliki hampir sebagian besar kota-kota di Indonesia.

Mal atau pusat perbelanjaan atau pasar tradisional juga menjadi ciri

khas bagi setiap kota dan akan menjadi daya tarik yang amat penting

untuk dikemas menjadi daya tarik wisata kota.

Alun-alun dan taman kota adalah ruang terbuka yang biasanya

menjadi daya tarik wisata kota dan juga melekat pada identitas sebuah

kota.

Museum kota juga dimiliki sebagian besar kota-kota di dunia yang

biasanya dikelola sebagai bagian dari wujud pelestarian terhadap benda-

benda purbakala warisan sebuah kota yang mungkin bernilai mitos atau

warisan budaya.

Pasar malam juga menjadi ciri khas sebuah kota dan pasar malam

merupakan denyut jantung perekonomian sebuah kota, dan jika dapat

dikelola secara profesional akan dapat menjadi daya tarik wisata kota.

Banyak lagi potensi daya tarik wisata kota yang dapat dikembangkan

seperti taman rekreasi dan sebagainya mengikuti kreativitas dan daya

inovasi pemerintah kota setempat.

Integrasi Unsur Terkait

Pengembangan wisata kota akan menjadi tren menarik pada masa

depan berdasarkan banyak alasan yang rasional. Namun, demikian

potensi yang bagus akan lebih berhasil jika dapat dikembangkan dan

dikelola dengan manajemen kota yang terintegrasi dalam konsep

totalitas produk wisata yang saling terkait dengan yang lainnya.

Minimal ada empat unsur yang harus diintegrasikan yakni unsur

atraksi atau daya tarik wisata, unsur amenitas atau infrastruktur dan

fasilitas pendukung, unsur aksesibilitas berupa publik transportasi yang

baik, manajemen transportasi yang efisien dan efektif. Integrasi yang

tidak kalah pentingnya adalah unsur ensileri yang merupakan software

dari totalitas produk wisata kota sebagai pengendali, pengoperasi, dan

Page 27: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

18

evaluator. Unsur ensilari dapat dibentuk dalam sebuah badan khusus

atau komite atau apalah namanya yang penting ada yang merencanakan,

ada yang menjalankan, dan harus ada yang mengontrolnya agar apa

yang diharapkan dari pengembangan wisata kota dapat berhasil sebagai

persembahan untuk generasi emas Indonesia yang cerdas, cermat, dan

bijak dalam pengelolaannya.

”Laporan dari The Comparative Urban Studies Project di Woldrow

Wilson 2006 menjelaskan bahwa telah terjadi pertumbuhan penduduk

perkotaan di dunia dengan sangat berarti sejak tahun 2000-an, 41

persen dari penduduk dunia tinggal di perkotaan, dan pada tahun

2005 ada 50 persen penduduk dunia tinggal di perkotaan, sementara

laporan terakhir dari World Bank menjelaskan bahwa perkembangan

jumlah penduduk perkotaan relatif tinggi, dan bahkan diprediksi pada

tahun 2050, terdapat 85 persen penduduk dunia akan hidup di daerah

perkotaan”.

Penulis, Dekan Fakultas Ekonomika dan Humaniora Universitas Dhyana

Pura Bali, kandidat Doktor Pariwisata Universitas Udayana Bali

Page 28: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

19

6 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah

populer “Majalah Bali Post” yang berjudul “Membersihkan Generasi

Muda dari Virus Korupsi” Edisi 26 Oktober - 1 Nopember 2012

Membersihkan Generasi Muda dari Virus Korupsi

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MMA., MA.

Permasalahan Pemuda di Indonesia

Sangat mempri-

hatinkan, kurangnya

kesempatan kerja bagi

masyarakat khususnya

pemuda masih dianggap

menjadi tanggungjawab

pemerintah saja terbukti

masih rendahnya minat

kaum muda untuk

menjadi wirausahawan

atau menjadi pekerja

mandiri. Kita tidak

bisa menutup mata

terhadap kenyataan bangsa khususnya kondisi pemuda saat ini, bahwa

belakangan para pemuda mengalami degradasi dalam fungsinya sebagai

nasionalis muda yang semestinya siap mengambil tongkat estapet para

pendahulunya. Pemandangan penyedihkan justru marak kita lihat,

sangat bertentangan dengan nilai-nilai sumpah pemuda yakni persatuan

dan kesatuan pemuda sebagai sebuah bangsa yang utuh secara ideologi,

Page 29: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

20

tanah air, dan tatanannya. Geng Motor, Tawuran, Ormas-ormasan yang

tidak jelas tujuannya, juga telah menjadi nila yang mengotori kemurnian

kebangkitan pemuda menuju bangsa yang besar dan beradab.

Kalau dulu musuh kita adalah para penjajah yakni Belanda, dan

Jepang, namun kini sungguh sangat sulit kita temui musuh seperti

apakah yang sedang kita hadapi?. Musuh bersama bangsa Indonesia

saat ini adalah kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan. Ketiga hal

tersebut tidak akan terjadi jika korupsi tidak merajalela di negeri kita.

Pada konteks korupsi, bukan banyak atau sedikit jumlah orang yang

terlibat atau berapa besar jumlah uang yang dikorupsi, tetapi lebih

pada akibat yang ditimbulkan bagi masyarakat luas adalah paling tepat

untuk mengukurnya. Meluasnya praktik korupsi di suatu negara akan

memperburuk kondisi ekonomi bangsa, misalnya harga barang menjadi

mahal dengan kualitas produk yang buruk, akses rakyat terhadap

pendidikan dan kesehatan menjadi sangat sulit, keamanan suatu negara

semakin terancam, kerusakan lingkungan hidup semakin parah, dan

citra pemerintahan yang semakin buruk di mata internasional sehingga

dapat menggoyahkan sendi-sendi kepercayaan pemilik modal asing,

menyebabkan krisis ekonomi yang berkepanjangan, dan pada kondisi

tersebut, negarapun menjadi semakin terperosok dalam kemiskinan dan

pembengkakan hutang negara yang berkepanjangan.

Catatan dari Transparansi Internasional (TI) Indonesia

menjelaskan bahwa, “Sekitar 30% sampai 40% dana menguap akibat

dikorupsi” 70% dari praktik korupsi terjadi pada pengadaan barang

dan jasa oleh pemerintah. Jika 40% dana APBN per tahun yang hilang

tersebut tidak terjadi, maka akan ada sekolah gratis sampai perguruan

tinggi, biaya kesehatan gratis, perumahan murah, kenaikan pendapatan,

listrik murah, modal usaha rakyat, air bersih siap minum, transportasi

umum bagus, jalanan dan jembatan bagus, rel kereta ganda seluruh

pulau besar, fasilitas umum dan sosial bagus, lebih banyak bandara dan

pelabuhan, industri tumbuh, jaminan sosial bagi seluruh rakyat, alutsista

cukup dan dalam kondisi baik dan baru, hutang negara bisa diselesaikan

dan lain-lain yang tentunya akan semakin menyejahterakan masyarakat,

yang pada akhirnya meningkatkan martabat bangsa.

Catatan Indonesia Corruption Perception Index 2012 bahwa

Index Korupsi di Indonesia semakin memburuk. Pada tahun 2009 CPI

Indonesia berada pada ranking 111, namun meningkat atau memburuk

menjadi 118 pada tahun 2012. BPS menyimpulkan bahwa pendidikan

berpengaruh cukup kuat pada semangat anti korupsi. Indeks Perilaku

Anti Korupsi (IPAK) Indonesia 2012 sebesar 3,55 dari skala 5 yang berarti

Page 30: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

21

masyarakat Indonesia sebenarnya telah berada pada kecenderungan

anti korupsi. IPAK pada wilayah perkotaan sedikit lebih tinggi (3,66)

dibanding di wilayah perdesaan (3,46). IPAK cenderung lebih tinggi

pada responden usia kurang dari 60 tahun dibanding usia 60 tahun ke

atas. IPAK penduduk usia kurang dari 40 tahun sebesar 3,57, usia 40

sampai 59 tahun sebesar 3,58 dan 60 tahun ke atas sebesar 3,45. Hasil

survei tersebut menyiratkan bahwa semangat anti korupsi antara usia

tua dan usia muda tidak berbeda secara signifikan. Namun ada temuan

yang cukup menarik bahwa Semakin tinggi pendidikan semakin tinggi

IPAK. Responden berpendidikan SLTP ke bawah sebesar 3,47, SLTA

sebesar 3,78 dan SLTA ke atas sebesar 3,93. Pendidikan berpengaruh

cukup kuat pada semangat anti korupsi (BPS, Mei 2013).

Budaya sebagai Benteng Terakhir Untuk Menumpas Korupsi

Perubahan Budaya adalah pilihan yang paling mungkin untuk

mengurangi tindak korupsi. Perubahan terhadap perilaku para pemuda,

para orangtua, guru, para pimpinan perusahaan, dan penerapan hukum

melekat pada sebuah budaya dalam masyarakat itu sendiri adalah metode

dan teknik yang mungkin sangat ampuh. Perubahan “mental software”

harusnya telah terbentuk sejak masa kanak-kanak dari apa yang pernah

dipelajari hingga seseorang bertumbuh menjadi dewasa. Sebenarnya

korupsi telah ada sejak dulu kala, sejak jaman kejayaan Kong Fu ze,

telah menganggap bahwa stabilitas dalam masyarakat akan terjadi jika

minimnya ketidakadilan, artinya semakin besar ketidakadilan maka

semakin besar pula kemungkinan stabilitas akan terganggu termasuk

stabitas keuangan sebuah negara. Selanjutnya, Plato berpendapat

bahwa untuk mewujudkan stabilitas harus dimulai terpenuhinya

kebutuhan pokok masyarakat bawah, dan juga tergantung pada cara

kelompok elit memimpin yang tercermin dari budaya memimpin dan

kepemimpinan sebagian besar masyarakat Indonesia yang cenderung

feodal harus segera dihapuskan, dan bila perlu melarang terjadinya

pengelompokan masyarakat dan kepemimpinan saat ini yang mengarah

pada “monarchism” atau keraja-rajaan.

Membangun Kejujuran Sejak Usia Dini

Korupsi saat ini telah mengalami mutasi, tidak hanya berbentuk

uang namun lebih daripada itu yakni berupa hal-hal kecil pada awalnya

seperti: “mengkatrol nilai siswa saat ujian padahal siswa tersebut

seharusnya belum lulus, mencatat miskin warga yang seharusnya sudah

tidak terkategori miskin, dan banyak hal yang tidak sesuai dengan

etika, moral, dan estetika dalam bermasyarakat yang beradab. Hukum

Page 31: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

22

yang tidak mampu menghukum, Lembaga pemasyarakatan “LP” yang

tidak mampu lagi menyadarkan para penghuninya. Sudah saatnya kita

menambah lapis pertahanan dengan pendekatan budaya dan membangun

kejujuran. Karena begitu parahnya kondisi korupsi dan besarnya dampak

yang ditimbulkannya, sudah selayaknya semua komponen masyarakat

berpadu pacu untuk mencari jalan keluar mengurangi tindak korupsi.

Tentunya usaha yang terbaik adalah dimulai dari diri sendiri untuk tidak

toleran dengan hal-hal yang mengarah pada tindakan korupsi seperti

disuap, dan menyuap sekecil apapun bentuknya.

Penulis: Pengajar Matakuliah Pendidikan Anti-Korupsi tingkat Perguruan

Tinggi dan Wakil Rektor Bidang Akademik & Kemahasiswaan Universitas

Dhyana Pura Bali

Page 32: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

23

7 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah

populer “Bali Post” yang berjudul “Pertanian dan Kedaulatan

Bangsa” Edisi Senin, 21 Januari 2013

Pertanian dan Kedaulatan Bangsa

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama

Sebelum krisis ekonomi tahun

1998, Indonesia pernah menjadi

negara dengan kekuatan ekonomi

baru barada bersama-sama de-

ngan Malaysia dan Thailand.

Indonesia sempat menjadi model

pembangunan ekonomi yang

bekelanjutan khususnya untuk negara

sedang berkembang dengan per-

tumbuhan ekonomi yang cukup baik

(Tambunan, 2006). Saat ini sektor

pertanian masih memegang peranan

penting karena hampir 45% (41 juta)

penduduk Indonesia bekerja pada

sektor ini dari 100 juta angkatan kerja

yang ada. Rata-rata berkontribusi

17% terhadap GDP (DepTan Indonesia, 2005). Menurut ADB, masyrakat

miskin mayoritas bekerja sebagai petani, dan jika 45% penduduk Indonesia

adalah petani, berarti penduduk miskin Indonesia masih cukup tinggi.

Biro Pusat Statistik Indonesia juga menunjukkan bahwa sampai

Agustus 2010,jumlah tenaga kerja Indonesia di bidang pertanian,kehutanan

Page 33: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

24

dan perikanan adalah 41,4 juta dari total angkatan kerja sebanyak 108,2 juta,

sedangkan sisanya terdistribusi dalam delapan bidang pekerjaan lain. Hal

ini menunjukkan bahwa bidang pertanian sesungguhnya paling potensial

dalam menyerap tenaga kerja. Persoalannya adalah bagaimana membuat

pasar tenaga kerja pertanian tersebut diisi oleh orang-orang yang benar-

benar potensial, mempunyai visi dan instink bisnis yang kuat sehingga

dapat menggerakkan investasi besar di bidang pertanian.

Menurut Yuwono (2011) membangun pertanian adalah

membangun citra dan kedaulatan Indonesia menuju kejayaan yang

pernah disandang oleh Indonesia sebagai negara agraris yang kuat, kaya

dengan sumber daya dan hasil pertanian yang berkualitas tinggi di mata

internasional. Sekarang yang menjadi persoalannya adalah, bagaimana

cara membangun dan membangkitkan gairah untuk membangun sektor

pertanian tersebut?

Dalam artikel berjudul Want to Make More than a Banker? Become

a Farmer!, Stephen Gandel menulis bahwa di Amerika Serikat saat ini

mulai timbul kesadaran bahwa menjadi petani adalah pekerjaan paling

bagus pada abad ke-21. Penghasilan petani meningkat tajam karena

kenaikan harga pangan. Meskipun ada keraguan di beberapa pihak,

namun Jim Rogers, seorang penulis terkenal mengenai investasi merasa

sangat yakin bahwa pertanian akan meningkat secara dramatis dalam

beberapa dekade ke depan, lebih cepat dibanding dengan industri-

industri yang lain, bahkan termasuk Wall Street sebagai kiblat investasi.

Beberapa tahun terakhir, karena adanya kenaikan bisnis biofuel, bisnis

pertanian telah tumbuh sangat meyakinkan. Pada saat ekonomi secara

keseluruhan hanya tumbuh pada laju 1,9%, penghasilan dari bidang

pertanian telah meningkat sebesar 27% tahun sebelumnya. Sementara

itu, harga-harga real estate telah jatuh lagi tahun tersebut. Saat ini bisnis

pertanian telah menjadi salah satu investasi paling panas di Wall Street.

Bagi Bali, dan juga Indonesia secara umum, jalan keluar untuk

membangkitkan sektor pertaian Indonesia, yakni mereka yang akan

berkecimpung dalam bidang pertanian, sebagai mahasiswa maupun

pengusaha pertanian, tentu memerlukan jaminan masa depan pertanian

dan pemerintah mesti memberikan dukungannya. Seperti contoh yang

terjadi di Amerika Serikat, booming bisnis pertanian telah memengaruhi

juga pasaran kerja, baik yang terkait dengan pertanian secara langsung

maupun industri lain, misalnya industri perangkat penyimpanan hasil

pertanian dan industri perumahan di daerah-daerah pertanian.

Tantangan yang harus dihadapi Indonesia untuk membuat

pertanian menjadi ladang investasi dan jaminan masa depan yang

Page 34: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

25

menarik memang cukup berat karena persoalannya cukup kompleks,

meskipun banyak di antaranya lebih disebabkan oleh kebijakan

pemerintah yang setengah hati, misalnya kebijakan impor produk

pertanian yang bersaing langsung dengan produk lokal walaupun

demikian, tidak ada yang dapat memungkiri peranan pertanian bagi

tegaknya suatu negara. Kemampuan suatu negara untuk mencukupi

kebutuhan pangan bagi warganya merupakan faktor kritis yang

menentukan apakah suatu negara dapat menegakkan kedaulatannya

khususnya kedaulatan pangan. Oleh karena itu menempatkan pertanian

dalam posisi yang setara dengan bidang-bidang keilmuan dan usaha yang

lain, keteknikan, kedokteran, manajemen dan lain-lain, menjadi suatu

keharusan. Persoalannya adalah, apakah negara mampu meyakinkan

masyarakat bahwa belajar ilmu pertanian, atau berinvestasi di bidang

pertanian, dapat memberikan jaminan masa depan yang menjanjikan?

Meskipun demikian, masyarakat juga perlu membuka kesadaran diri

untuk memberikan penghargaan yang layak bagi petani dan usaha

tani dan tidak menempatkannya dalam posisi yang inferior dibanding

dengan bidang lain.

Menurut Pitana (2005),membangun pariwisata adalah membangun

sebuah citra suatu destinasi, dan wilayah yang akan dikembangkan

menjadi agrowisata mempunyai citra (image) tertentu,yang akan menjadi

“mental maps” seseorang terhadap suatu destinasi. Sektor pertanian

Indonesia telah menjadi Citra yang kuat bagi Indonesia sebagai negara

agraris kenapa kita tidak memanfaatkan citra tersebut untuk melakukan

kolaborasi dengan sektor yang lebih seksi semisal sektor pariwisata?

Para akademisi dan praktisi pariwisata telah mencoba untuk menolong

sektor pertanian yang nyaris mati suri ini dengan mengembangkan

agrowisata. Khusus di Bali, telah ada beberapa pengusaha lokal yang

peduli, semisal agrowisata di Pelaga dan Petang, agrowisata salak di

Karanggasem, dan juga agrowisata apel di Malang, dan sebagainya. Jika

agrowisata dapat dikembangkan secara masif di Indonesia, maka jalan

untuk mengentaskan masyarakat miskin dari kubangan kemiskinan

tersebut semakin menemui jalan terang setidaknya pariwisata dapat

menjadi penolong bagi program pengentasan kemiskinan tersebut dan

lambat laun sektor pertanian dapat dibangkitkan kembali seperti yang

terjadi di Amerika saat ini.

Penulis: Dekan Fakultas Ekonomika dan Humaniora Universitas Dhyana

Pura, Kandidat Doktor Pariwisata Universitas Udayana, Bali.

Page 35: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

26

8 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah

populer “Bali Post” yang berjudul “Menguak Etos Buruk dan Bangkit

dari Keterpurukan” Edisi Kamis, 21 Maret 2013

Menguak Etos Buruk dan Bangkit dari Keterpurukan

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama

Berita tentang korupsi, pem-

bunuhan, penipuan, seremonial yang

penuh protokoler,pegawai pemerintah

yang bekerja mengecewakan

masyarakat, hingga kawin-kawinan

“sirih” nyaris tidak pernah lepas dari

bidikan awak pencari berita. Bangsa

seperti apa sebenarnya kita ini?.

Cerita-cerita tentang kebesaran nenek

moyang kita, dari cerita Sri Wijaya

dan Majapahit nyaris terdengar hanya

sebuah dongeng belaka karena tidak

sedikitpun bersinggungan dengan

karakter bangsa Indonesia kekinian.

Kebobrokan etos bangsa ini telah

menggerogoti nyaris semua sendi-

sendi masyarakat saat ini. Oknum perwira yang korup, politisi yang ingkar

janji, hakim yang berjual-beli kasus, kesemuanya itu bukan menjadi rahasia

lagi. Semuanya itu terjadi karena buruknya etos kerja bangsa kita?

Menurut Lubis (1977), etos kerja orang Indonesia cenderung:

(1) Munafik karena lebih suka berpura-pura, lain di mulut lain di hati;

Page 36: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

27

(2) Enggan bertanggung jawab, lebih suka mencari kambing hitam;

(3) Berjiwa feodal lebih gemar upacara, suka dihormati daripada

menghormati dan lebih mementingkan status daripada prestasi;

(4) Percaya takhyul, lebih gemar hal keramat, mistis dan gaib; (5)

Berwatak lemah sehingga kurang kuat mempertahankan keyakinan,

dan gampang terintimidasi. Menurutnya, dari kesemuanya, hanya

ada satu yang positif, yaitu (6) Artistik; dekat dengan alam. Dengan

melihat keadaan saat ini, ini merupakan kenyataan pahit, yang

memang tidak bisa kita pungkiri, dan memang begitu adanya. Etos

kerja tersebut di atas merupakan gambaran mayoritas dari masyarakat

Indonesia yang seharusnya menjadi perhatian mulai dari pemerintah,

institusi, kelompok profesi dan individu pekerja itu sendiri. Etos

kerja merupakan komponen penting yang menentukan produktivitas

suatu organisasi yang secara nasional akan menentukan kualitas suatu

bangsa. Etos kerja sangat berhubungan dengan etika, baik individu,

kelompok, maupun institusi. Pengalamanan di beberapa negara yang

telah menjadi kuat dan maju cenderung dipicu oleh adanya perubahan

etos kerja yang diperkenalkan oleh pemimpin sebuah negara. Sebagai

misalnya, di India telah terjadi perubahan etos serta karakter bangsa dari

kekerasan menjadi cinta damai, dari ketergantungan menjadi percaya

diri. Sejatinya kita juga mendambakan seorang tokoh yang negarawan,

negarawan yang memimpin, pemimpin yang memimpin, pemimpin

yang bisa dijadikan teladan. Salah satu tokoh negarawan yang pernah

dikagumi oleh banyak orang hingga saat ini adalah Mahatma Gandhi.

Ketika India masih dijajah Inggris, Gandhi menjadi seorang pemimpin

yang berhasil membawa India keluar menjadi bangsa yang merdeka.

Gandhi percaya bahwa setiap orang harus dapat menjadi pembawa

perubahan untuk melihat apa yang mereka inginkan dapat terjadi di

dunia ini. Dia merupakan seorang pemimpin yang revolusioner, namun

ia membawa India menjadi bangsa yang merdeka tanpa memulai

sebuah revolusi. Bahkan ia melakukannya tanpa kekerasan sama sekali.

Gerakan Satyagraha yang dipimpinnya berhasil membawa perubahan

bagi sebuah bangsa yang dahulu terpuruk hingga saat ini menjadi

bangsa yang diperhitungkan dalam peta perdagangan dunia.

Sejatinya kita mendambakan pemimpin yang mampu menjadi

motivator untuk merubah etos buruk yang terlanjur tertanam pada generasi

kita saat ini. Etos kejujuran yang anti korupsi, Etos hidup sederhana, Etos

disiplin dalam segala hal, berintegritas dan setia bangsa, etos bertanggung

jawab, etos ksatria dan sportif, memiliki rasa malu, dan takut akan Tuhan

adalah esensi dari semua ajaran agama di dunia ini.Sejatinya kita merindukan

Page 37: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

28

pemimpin yang berkarakter. Karakter dan kepemimpinan adalah dua hal

yang tidak dapat dipisahkan apabila seseorang ingin menjadi pemimpin.

Kepemimpinan bukan hanya berbicara hal-hal di luar dirinya, tetapi juga

hal-hal yang ada di dalam dirinya.

Solusi untuk keluar dari keterpurukan, mestinya dimulai dari

kesungguhan kita bersama membangun pendidikan karakter bangsa

sedari dini hingga peguruan tinggi, dan bila diperlukan sebagai syarat

kelulusan setiap jenjang pendidikan adalah terbentuknya standar

minimum pada setiap wisudawan yang berkarakter. Sudah terlalu banyak

kurikulum kita dijejali dengan pembentukan hardskills, dan cenderung

kita meremehkan pendidikan softskills, dan dampak buruknya telah

terlihat tatkala saat ini lebih banyak ditemukan para pemuda yang

lebih memilih bertahan dalam kehidupan yang serba metropolis yang

konsumtif. Fakta lainnya, sikap hedonisme yang tinggi pula yang justru

telah mendorong kaum muda untuk bergairah meraih kenikmatan

fisik, kenikmatan psikologis, dengan lebih mengutamakan egoisme,

dan pragmatis dalam mencapai tujuan hidupnya. Buah negatif lainnya,

para pemuda lebih cenderung memiliki sikap yang individualistis dan

egois. Tawuran antar pelajar, antar perguruan tinggi, antar warga, juga

bukan menjadi keheranan lagi. Dan akhirnya sangat sulit kita temukan

para pemuda berjiwa patriot dan nasionalis untuk dapat memikirkan

kebangkitan suatu bangsa dari keterpurukannya.

Kalau urusan santet dan sihir dapat kita buatkan RUU-nya, mestinya

urusan pendidikan karakter juga bisa. Hasil dari pendidikan karakter saat

ini, mungkin tidak bisa kita lihat buahnya saat ini juga, karena pendidikan

karakter itu setidaknya bermula dari kebiasaan, kemudian menjadi tradisi,

dan selanjutnya menjadi karakter, dalam artinya untuk membentuk

karakter diperlukan waktu yang cukup panjang. Setidaknya, parameter

pendidikan karakter bangsa kita, baru akan nampak 20 tahun yang akan

datang dengan parameter yang dapat kita ukur, misalnya berkurangnya

tingkat korupsi, meningkatnya prestasi olahraga di tingkat internasional,

meningkatnya kuantitas dan kualitas hasil penelitian para pelajar,

mahasiswa, guru, dan para dosen. Meningkatnya jumlah guru besar yang

menghasilkan karya tulis dan hak paten. Meningkatnya jumlah para

pelajar yang memenangi olimpiade ilmiah.

Penulis: Dosen Tetap dan Wakil Rektor Bidang Akademik & Kemahasiswaan

Universitas Dhyana Pura, Karyasiswa Program Doktor Pariwisata

Universitas Udayana.

Page 38: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

29

9 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah

populer “Bali Post” yang berjudul “Ironi Pariwisata dan Komitmen

Bali Ajeg” Edisi Senin, 13 Mei 2013

Ironi Pariwisata dan Komitmen Bali Ajeg

Oleh I Gusti Bagu Rai Utama

Walaupun, tidak seorangpun

dapat mengangkal bahwa pa-

riwisata Bali telah menjadi lo-

komotif pembangunan beberapa

tahun terakhir ini, namun loko-

motif itu sebaiknya tetaplah men-

jadi lokomotif dan harus dapat di-

kendalikan agar tetap pada jalur

idealisme yang sesungguhnya bagi

pembangunan Bali. Persoalan saat

ini tentang Bali adalah Sektor pa-

riwisata terlalu mendominasi untuk

menarik minat generasi muda,

dan bahkan cenderung melalaikan

sektor lainnya sebut saja misalnya

sektor pertanian dalam artian luas.

Ada anggapan bahwa pembangunan Bali kontradiktif dengan idealisme

Bali Ajeg khususnya berhubungan dengan budaya Bali yang sebenarnya

tidak bisa dipisahkan dari “agriculture” atau budaya bertani, dan

kondisi pembangunan yang terlalu mengandalkan sektor jasa sebagai

penerimaan utama adalah sangat beresiko tinggi.

Page 39: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

30

Pariwisata Bali sebagai sektor utama bagi Bali dalam kenyataannya

ternyatatelahkehilanganidealisme.Ketikakapitalismetelahmendominasi

pulau ini, ketika kreativitas seni berubah kearah komersialisasi, ketika

orang Bali tidak merasa hidup dan tinggal di Bali lagi, pada saat itulah

kita sebenarnya telah kehilangan idealisme pembangunan. Ketika para

buruh bekerja pada hotel bertaraf internasional namun harus puas

dengan standar gaji lokal, ketika para pengerajin harus bekerja sebagai

buruh tidak lagi sebagai seniman, ketika para pemahat dan pelukis

bekerja bukan atas inspirasi dari jiwanya, maka pada saat itu juga Bali

sedang berada pada ujung kehancuran identitasnya. Dalam konteks ini,

unsur penunjang mestinya tidak melebihi daya dukung yang diperlukan

oleh Bali. Jika kita mengingat kembali konsep hidup orang Bali yang

amat luhur yakni Tri Hita Karana dan jika kita hubungkan dengan

konsep pembangunan berkelanjutan tentang keseimbangan ”people-

profit-planet” maka ada tiga masalah besar yang sedang dihadapi Bali.

Ironi Kemacetan dan Polusi: tidak satupun kota yang memiliki

idealisme agar terjebak pada masalah kemacetan dan polusi, termasuk

juga Bali, sejalan dengan hal ini, sudahkah pemerintah Bali memiliki

perencanaan untuk mengatasi kemacetan transportasi dan polusi?.

Sangat langka kita dengar, padahal isu-isu dan prediksi telah lama

disampaikan oleh para ahli transportasi, sementara masalah tersebut

telah mulai terjadi, pemerintah kurang memiliki respon untuk masalah

ini, jikalaupun ada perencanaan tentang program ini, biasa hanya

manis di atas kertas namun buruk pada pelaksanaan karena kurangnya

ketegasan dan akhirnya menyebabkan lemahnya disiplin masyarakat.

Program pembangunan dibuat berdasarkan selera siapa yang menjadi

pemimpin bukan menjadi rahasia lagi dan pastilah program semacam

ini sangat diragukan keberlanjutannya.

Ironi Kerusakan Lingkungan: Kebanyakan kota kota di Eropa,

sebut saja misalnya kota-kota di Belanda, masalah lingkungan mendapat

perhatian yang sangat serius, hal ini dapat kita lihat dari manajemen

pengelolaan sampah yang sangat profesional. Burung-burung hidup

dengan aman hidup berdampingan dengan manusia, telah menjadi

pemandangan yang sangat mengagumkan di negeri tersebut. Hal ini

dimungkinkan karena pemerintahnya yang sangat tegas, sehingga

mengharuskan masyarakat harus disiplin terhadap lingkungan patutlah

kita contoh untuk pembuatan program mengatasi kerusakan lingkangan

di pulau Bali ini. Hilangnya jalur hijau serta pertumbuhan daerah

”urban” yang berkembang bagaikan amuba sungguh akan memperparah

masalah lingkungan kedepan. Konservasi dan proteksi terhadap lahan-

Page 40: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

31

lahan produktif untuk pertanian sangat perlu dilakukan, tidak mudah

untuk melakukan alih fungsi lahan, jikalapun ada sabaiknya diarahkan

untuk memberdayaan masyarakat lokal, dan tidak mudah meniru pola

pembangunan Nusadua dan Kuta yang terlanjur kapitalis.

Ironi Kerusakan tatanan sosial dan budaya: Ketika orang Bali

mulai terpingirkan secara ekonomi dan geografis, pada saat itulah kita

sebenarnya telah mengalami kerusakan tatanan sosial dan budaya. Orang

Bali yang sangat mudah menjual tanah-tanah mereka karena tergiur

mahalnya harga tanah juga telah mempercepat hancurnya tatanan sosial

dan budaya Bali. Ejekan bahwa ”orang Bali jual tanah untuk beli bakso

dan orang lain jual bakso untuk beli tanah” bisa menjadi kenyataan

yang menyakitkan bagi kita semua. Orang Bali yang berubah menjadi

masyarakat konsumer menjadi indikator kelemahan kita menghadapi

proses modernisasi dan globalisasi yang dibonceng oleh kemajuan sektor

pariwisata. Para generasi muda Bali yang sangat mudah terpengaruh

muatan negatif modernisasi yang dibawa oleh kemajuan pariwisata juga

telah mencirikan hilangnya idealisme pembangunan pariwisata Bali.

Kafe remang-remang yang bertumbuh dan bertebaran seantero pulau

Bali ini juga memberikan gambaran bahwa kita belum dewasa untuk

menentukan diri kita sendiri. Ketika semua aspek kehidupan diserahkan

pada mekanisme pasar, sebenarnya kita telah rela menjadi budak-budak

globalisasi yang amat jauh dari idealisme pembangunan Bali.

Pembangunan apapun bentuk dan programnya sebaiknya tetap

berpegang pada idealisme pembangunan Bali yang seharusnya telah

tertuang dalam visi dan misi pembangunan Bali kedepan berlandaskan

pada Tri Hita Karana. Harapannya tercipta kedamian dalam kehidupan

bermasyarakat, damai untuk memperoleh kesempatan berusaha, damai

dengan lingkungan dan pada akhirnya kualitas hidup orang Bali dapat

diwujudkan senyatanya. Mestinya Pembangunan Pariwisata Bali

dikelola dibawah lima aspek: keadilan, efektivitas, efisiensi, kredibilitas,

dan integrasi. Pembangunan yang adil adalah pembangunan untuk

semua orang Bali tanpa pilih kasih dan tanpa berpihak pada golongan

tertentu. Pembangunan yang efektif adalah pembangunan yang mampu

meminimalkan dampak negatif dan menghasilkan hal positif untuk

Bali Ajeg. Pembangunan yang efisien adalah pembangunan yang

mampu menjangkau masyarakat miskin sekalipun. Pembangunan

kredibel adalah pembangunan yang bertanggungjawab dan benar-benar

dibutuhkan untuk bangsa ini bukan ditentukan oleh kepentingan para

investor saja. Pembangunan yang terintegrasi adalah pembangunan

yang tersistem dan memiliki keterkaitan “linked system” dengan sektor

Page 41: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

32

lainnya sehingga memiliki dampak pengganda bagi sektor lainnya untuk

berkembang, bukan mematikan sektor yang telah ada.

Penulis: Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas

Dhyana Pura, Karyasiswa Program Doktor Pariwisata Universitas

Udayana.

Page 42: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

33

10 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah

populer “Bali Post” yang berjudul “Parasit di Tengah Pertumbuhan

Indonesia” Edisi Kamis, 10 Oktober 2013

Parasit di Tengah Pertumbuhan Indonesia

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MMA., MA.

POTENSI yang dimiliki

Bangsa Indonesia luar biasa

besarnya. Hal tersebut dapat dilihat

dari beberapa indikator yakni

jumlah penduduk dominan berada

pada usia produktif, sumber daya

alam melimpah, dan wilayah yang

luas. Namun, disayangkan bahwa

tingkat pendidikan masyarakat

Indonesia masih kurang. Sekitar

92% pendidikannya masih SLTA

ke bawah, dan hanya 8% yang

kuliah. Jika dibandingkan dengan

Malaysia, tingkat pendidikan

masyarakat kita masih kalah. In-

dikator dan syarat untuk menjadi

negara besar akan dapat diwujudkan jika semua pihak memiliki mimpi

atau visi negara besar dan memiliki niatan untuk menjadi bangsa yang

besar dengan memanfaatkan elijibilitas yang telah dimiliki oleh bangsa

saat ini.

Page 43: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

34

Namun sayang, pemandangan yang tidak mencirikan sebagai bangsa

yang besar bertolak belakang dengan elijibilitas bangsa dapat kita lihat

tatkala tiga lembaga pemangku kuasa negara yakni legislatif, eksekutif,

dan yudikatif sudah tidak lagi dapat dipercaya rakyat untuk menjadi

pemegang kedaulatan, dan ini menandakan pengelolaan negara ini

sedang dalam masalah besar yang secara tidak langsung telah menjadi

parasit pertumbuhan bangsa. Banyaknya pemimpin yang terjebak dalam

berbagai skandal mencirikan bahwa cita-cita menjadi negara besar harus

dipikir ulang. Jangan kita menjadi alergi jika diopinikan sebagai calon

negara bangkrut karena negara besar sekaliber Jerman pun pernah berada

di ambang kebangkrutan. Yunani sebagai bangsa yang pernah memiliki

peradaban paling maju pernah berada pada ambang kebangkrutan.

Setidak-tidaknya cita-cita reformasi yang diperjuangkan oleh para

pelopor bangsa ini nyaris tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada

era sebelumnya. Sebut saja misalnya utang luar negeri yang sudah berada

jauh di luar ambang batas kemampuan bayar keuangan negara, belanja

rutin negara yang jumlahnya amat besar melebihi pendapatan, APBN

tiap tahun selalu defisit, merosotnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang

asing, sebagian besar aset negara kini dikuasai swasta dan asing, negara

berada pada kendali asing seperti WTO, APEC, World Bank, ADB, IMF,

dan lain-lain instrumen kepentingan kapitalis asing, ketiadaan pemimpin

dapat ditiru dan memotivasi, korupsi pejabat negara yang merajalela, dan

tingginya angka golput pada Pemilu hingga mencapai 40%.

Lampu Kuning

Melihat beberapa signal tersebut, sebenarnya bangsa kita sedang

berada pada lampu kuning sebagai negara calon bangkrut. Jika

diibaratkan, sebagai sebuah mobil, maka signal-signal yang menyala

atau mengeluarkan bunyi-bunyi yang tidak wajar adalah pertanda baik

untuk melakukan perbaikan, setidaknya kita wajib melakukan introspeksi

sebagai sebuah bangsa, mencoba mencari jalan keluar sendiri, tanpa harus

menggantungkan atau tergantung oleh bangsa lain yang justru menambah

masalah baru. Jika kita selalu bermasalah dengan BBM kenapa tidak

mencari alternatif lain seperti gas, tenaga matahari, dan air.

Ada beberapa skenario yang masih layak untuk ditawarkan bagi bangsa

ini agar dapat keluar dari catatan sebagai negara calon bangkrut, yakni

pembatasan jumlah penduduk (Keluarga Berencana) dan peningkatan

pendidikan generasi muda. Pola pembangunan pertanian harus segera

diubah menjadi pola agribisnis. Untuk hal tersebut diperlukan lebih

banyak tenaga penyuluh pertanian yang kompeten secara ilmiah dan

Page 44: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

35

praktis agribisnis. Struktur ekspor harus berupa produk barang jadi bukan

bahan mentah untuk memunculkan dampak pengganda yang lebih besar

di dalam negeri khususnya peningkatan produktivitas riil. Pemerataan

pembangunan dengan berbagai skema seperti transmigrasi, dan

pertukaran sumberdaya antar provinsi dan kabupaten dapat digalakkan

kembali. Kapitalisasi dan investasi yang disesuaikan dengan kapasitas

wilayah dan sumberdaya yang dimiliki sehingga partisipasi penduduk

lokal lebih dapat ditingkatkan dan harapannya masyarakat lokal tidak

menjadi objek pembangunan tetapi menjadi subjek pembangunan.

Gemerlapnya pembangunan fisik mungkin perlu melibatkan

partisipasi masyarakat lokal. Jumlah penduduk yang melimpah

dengan kualitas rendah mungkin akan lebih baik dijadikan prioritas

pembangunan bangsa ini. Rendahnya kualitas guru dan dosen akan

sangat relevan untuk dievaluasi karena madu dan racun, kebenaran dan

kesesatan, bangsa ini berawal dari para guru yang semestinya dapat

ditiru dan dijadikan model untuk membentuk generasi masa depan.

Visi negara agraris mesti dapat ditinjau kembali dan berani mencoba

mencari visi lain yang sesuai dengan kapasitas negara Indonesia dimana

luasan lautan lebih besar dari daratannya, misalnya visi maritim sebagai

acuan pembangunan ekonomi nasional, karena untuk membangun

Indonesia menjadi negara besar, negara kuat, dan negara makmur, mesti

dapat menguasai lautan (NMC, 1963).

Setidaknya, proyeksi Indonesia menjadi negara maju dan kuat

2030 (BIN: 2013) akan dapat diwujudkan jika Indonesia berada pada

kondisi pertumbuhan ekonomi yang konsisten, pertumbuhan yang

ditopang oleh pasar domestik, pertumbuhan pada sektor industri dan

jasa, dan pertumbuhan yang didorong oleh produktifitas. Tanpa harus

pro pendekatan militeristik; kekuatan angkatan laut, udara, dan darat

sebuah bangsa akan menjadi syarat untuk menjaga bangsa kita terus

berada pada pertumbuhan ekonomi dan humaniora dapat berjalan

dengan kondusif sebagai sebuah bangsa yang berdaulat.

Jika masyarakat terdidik dan terampil, memiliki motivasi menjadi

bagian dari pelaku pembangunan bangsa, maka globalisasi, dan

liberalisasi perdagangan dunia akan menjadi peluang bagi kemajuan

bangsa Indonesia, dan pada akhirnya cita-cita menjadi bangsa dan

negara yang besar akan dapat terwujud.

Penulis, Wakil Rektor Bidang Akademik & Kemahasiswaan Universitas

Dhyana Pura, kandidat Doktor Pariwisata Universitas Udayana, Bali

Page 45: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

36

11 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah

populer “Bali Post” yang berjudul “Mewujudkan Generasi Berdaya

Saing Tinggi 2020” Edisi Selasa, 29 Oktober 2013

Mewujudkan Generasi Berdaya Saing Tinggi 2020

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama, S.E., M.MA., M.A.

SAATini,terdapatpeningkatan

Angka Partisipasi Kasar (APK)

Perguruan Tinggi untuk penduduk

usia 19-23 tahun pada tahun

2012, jika dibandingkan hanya 17

persen di tahun 2007 dan meingkat

menjadi 30 persen di tahun 2012.

Peningkatan ini mengindikasikan

bahwa persentase lulusan sekolah

menengah yang melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi

menjadi lebih besar. Namun sayang,

terdapat kendala ekonomi untuk

mengakses Perguruan Tinggi

Negeri. Sedangkan, pemerintah

mencatatkan terdapat bonus

demografi di tahun 2020-2030 yang berarti sebanyak 70 persen populasi

Indonesia akan berada pada usia angkatan kerja (15-64 tahun) di tahun

tersebut (Kemdikbud, 2013).

Jika kita merenung sejenak, ternyata masih tersisa waktu yang

Page 46: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

37

sangat singkat yakni 7 tahun menuju tahun 2020. Jikalau tidak

disikapi dengan bijaksana, maka bonus demografi dapat berubah

menjadi bencana bagi keutuhan bangsa ini. Rasionalnya adalah, jikalau

pendidikan tidak dibenahi mulai saat ini, maka besar kemungkinan

kita akan dipimpin oleh generasi-generasi yang memiliki kualitas

yang rendah dari segi pendidikannya. Jikalau usia angkatan kerja tidak

memiliki tingkat pendidikan yang memadai, maka akan menjadi sulit

membentuk generasi yang terampil dan berdaya saing terhadap bangsa

lainnya padahal saat itu, kita akan telah berada pada era globalisasi. Di

sinilah peningkatan akses, dan kualitas pendidikan semakin mendesak

untuk ditempuh mulai saat ini karena pendidikan adalah kekuatan

untuk mengubah dunia.

Sebagai bahan pembanding, Jepang adalah salah satu contoh

negara yang mampu bangkit menjadi negara maju karena sadar bahwa

pembangunan pendidikan adalah pembangunan yang harus diutamakan

karena pendidikan mampu membentuk manusia berpikir kristis, kreatif,

dan inovatif. Setelah Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak oleh bom

atom sekutu, Jepang dengan pasti berhasil bangkit, dan kebangkitannya

adalah karena berhasilnya pembangunan pendidikannya. Pendidikan

yang ditanamkan di Jepang ternyata lebih menonjol pada pendidikan

softskills atau karakter. Setidaknya terdapat 10 karaktertik pembangunan

pendidikan di Jepang yakni: etos kerja keras, tradisi malu, tradisi hidup

hemat, penanaman jiwa loyal, selalu berinovasi, pantang menyerah,

membudayakan membaca, membiasakan diri mampu bekerja dengan

tim, latihan kemandirian sejak dini, dan menjaga dan bangga akan

tradisi nenek moyangnya (Wahono, 2007).

Jika kita melihat satu per satu karakteristik yang dimiliki oleh

bangsa Jepang dan membandingkannya dengan bangsa kita, maka

beberapa hal yang nampak beda dan menjadi kendala untuk menjadi

bangsa yang besar dan maju. Kendala-kendala yang membuat kita

terpuruk adalah kita terlalu cepat menyerah begitu saja pada nasib, kita

terlalu konsumtif, dan serba instan untuk meraih apa yang kita inginkan.

Kita lebih mudah menyerahkan nasib bangsa kita pada mekanisme

pasar, lembaga asing yang berkedok membantu secara finansial namun

sebenarnya bak seokor ular membelit dan melilit generasi kita hingga

puluhan tahun bahkan mungkin ratusan tahun. Setidaknya kita akan

tersadar terbelit jika kita memiliki generasi yang terdidik. Jika saja

pengalokasian anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBD setiap

kabupaten/kota dapat dijalankan dengan benar dan sungguh-sungguh,

maka akan menjadi langkah nyata yang mestinya dapat diharapkan

Page 47: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

38

mempercepat upaya mewujudkan generasi yang berdaya saing tinggi

pada tahun 2020-2030.

Pembentukan Karakter

Pendidikan yang diperlukan adalah pendidikan pembentukan

karakter. Suatu bangsa akan berkembang dengan baik terlihat dari

kualitas karakter masing-masing individu (Channing). Pendidikan

karakter softskills menjadikan pendidikan karakter sangat mendesak dan

diperlukan di Indonesia. Saat ini, pendidikan Indonesia lebih mengarah

pada perkembangan aspek kognitifnya saja dan hanya melahirkan

generasi yang maju secara ilmu dan pengetahuan serta teknologi saja.

Mungkin tanpa adanya karakter yang baik, generasi ini akan terpengaruh

oleh perkembangan teknologi sehingga menciptakan generasi yang

cerdas namun tidak bermoral. Bukti kebobrokan pendidikan saat ini

dapat kita lihat dari banyaknya pejabat negara yang bependidikan tinggi

akhirnya terjebak pada skandal korupsi, ketidakadilan, kebohongan

publik, dan macam-macam keburukan yang dianggap bukan sebuah

kesalahan ataupun dosa.

Pendidikan karakter yang kita perlukan adalah pendidikan yang

mampu membentuk generasi mau dan mampu bekerja keras sehingga

kita akan menjadi bangsa yang produktif. Pendidikan tradisi malu

berbuat buruk sehingga kita akan berusaha selalu berorientasi prestasi

nyata. Pendidikan hidup hemat agar kita tidak terjebak menjadi

generasi yang konsumtif dan hedois. Penanaman jiwa loyalitas dan

kesetiaan sehingga kita mampu menjadi nasionalis yang sejati. Kreatif

dan inovatif untuk dapat mampu bertahan dan bersaing dengan bangsa

lainnya. Pantang menyerah agar kita tidak mudah menjadi bangsa

pecundang. Tradisi membaca kapan dan di mana pun agar mampu

menguasai informasi lebih cepat dan mampu menemukan solusi setiap

permasalahan yang sedang dihadapi. Pendidikan kemandirian agar kita

mampu menjadi bangsa yang tidak selalu tergantung terhadap bangsa

lainnya. Kemampuan bekerja dalam tim untuk membentuk bangsa

yang bersatu dan kuat. Pendidikan cinta tradisi nenek moyang agar kita

menjadi bangsa yang unik dan memiliki kebanggaan dan dibanggakan

oleh bangsa lainnya.

Penulis, dosen dan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan

Universitas Dhyana Pura, Bali

Page 48: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

39

12 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah

populer “Bali Post” yang berjudul “Kualitas dan Kesinambungan

Pariwisata Bali” Edisi Kamis, 16 Januari 2014

Kualitas dan Kesinambungan Pariwisata Bali

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama, S.E., M.MA., M.A.

Menurut catatan World Bank

(2013), sejak tahun 2004 hingga

2012 rata-rata kedatangan wi-

satawan secara internasional

berkisar 913.798.596 dan ber-

tumbuh dengan rata-rata 4%

pertahunnya. Pertumbuhan kun-

jungan wisatawan di tingkat

dunia tercermin juga pada angka

kunjungan ke Bali namun jum-

lah yang datang ke Indonesia

termasuk Bali terbilang kecil yang

menempatkan Indonesia pada

urutan ke 38 dari 214 negara, dan

masih kalah jauh dengan Negara

Malaysia yang dikunjungi lebih

dari 24 juta wisatawan pertahunnya. Perancis nampak sebagai negara

yang paling populer untuk dikunjungi dan terbukti secara kuantitatif

menerima wisatawan rata-rata hampir 80 juta setiap tahunnya. Jika

melihat jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia yang rata-rata

sebesar 6 jutaan, nampaknya Destinasi Bali telah berkontribusi lebih

dari 25% terhadap Indonesia sebagai sebuah negara yang terbilang besar.

Page 49: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

40

Secara nasional, jika melihat kontribusi jumlah wisatawan tersebut, Bali

adalah destinasi pariwisata yang paling populer di Indonesia. Apakah

Destinasi Pariwisata Bali telah berkualitas?, Apakah minimnya jumlah

wisatawan mancangera ke Indonesia karena rendahnya kualitas? Atau

hanya sekedar masih lemahnya promosi?

Di beberapa negara seperti Perancis,Italia,dan Spanyol,pengeluaran

wisatawan telah mampu berdampak positif terhadap perekonomian

negaranya. Bagi masyarakat lokal Bali, saat ini mereka lebih banyak

berebut lahan penghidupan dari sektor informal ini dan artinya jika

sektor informal bertumbuh maka masyarakat lokal akan mendapat

manfaat ekonomi yang lebih besar. Sebagai contoh, peran pariwisata

bagi Provinsi Bali terhadap perekonomian daerah sangat besar bahkan

telah mengungguli sektor pertanian yang pada tahun-tahun sebelumnya

memegang peranan penting di Bali. Keberhasilan sektor pariwisata,

jika dilihat dari kajian dampak, semestinya berdampak searah positif

terhadap sektor pertanian yang merupakan pelestari alam dan budaya

Bali sebagai produk utama pariwisata Bali. Semestinya bertambahnya

hotel dan restoran memerlukan logistik bahan baku untuk pariwisata

Bali akan meningkat, namun peningkatan tersebut belum mampu

diperankan oleh sektor pertanian Bali, kenyataannya justru kontradiksi

terjadi padanya dengan semakin menyempitnya lahan produktif, dan

minimnya minat generasi muda Bali terhadap sektor pertanian.

Catatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali,

menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara sejak

tahun 1994 sampai dengan 2013 telah menacapai rata-rata 1,7 juta

wisatawan walaupun beberapa tahun sempat mengalami penurunan

secara kuantitatif pada tahun 1998, 2003, dan 2006. Jika dilihat dari

konsep loyalitas, besar kemungkinan wisatawan yang berkunjung pada

tahun 1998, 2003, dan 2006 justru para wisatawan yang berkualitas

karena mereka memiliki loyalitas terhadap Bali. Dalam hal ini, konsep

‘loyalitas’ mengacu pada para wisatawan bersedia membayar mahalnya

resiko berwisata ke Bali dalam kondisi isu-isu yang sangat rentan dalam

dunia pariwisata seperti isu terorisme, dan gangguan keamanan sejenis.

Kondisi seperti ini, jarang sekali dipertimbangkan sebagai pengukuran

indikator kualitas wisatawan pariwisata Bali.

Dalam konteks pembangunan akomodasi, jika dilihat dari jumlah

akomodasi yang dibangun, maka Kabupaten Gianyar, Badung, Kodya

Denpasar, Buleleng, dan Kabupaten Karangasem dapat dikatakan layak

mengandalkan sektor pariwisata sebagai penggerak perekonomian

daerahnya. Dilihat dari jumlah hotel bintang 4 dan 5 yang ada pada

Page 50: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

41

kabupaten dan kota di Bali, maka Kabupaten Badung nampak paling

popular, kemudian disusul Kota Denpasar, dan Gianyar. Sementara

Kabupaten Buleleng, Karangasem, dan Tabanan belum sepopuler

Badung, Denpasar dan Gianyar. Sayangnya, Kabupaten Jembrana,

Klungkung, dan Bangli masih belum menunjukkan tanda-tanda sebagai

kabupaten yang memiliki popularitas di sektor pariwisata sebagai

“leading sector” pembangunan di daerahnya. Apakah banyaknya hotel

berbintang dapat dijadikan ukuran untuk menunjukkan pembangunan

pariwisata lebih berkualitas dari daerah yang lebih sedikit hotel

berbintangnya? Tentu saja tidak demikian, karena indikator untuk

mengukur kualitas pariwisata hanya dapat dikatakan berhasil jika

masyarakat lokal berkualitas hidupnya meningkat akibat pembangunan

pariwisata (quality of life). Ukuran lainnnya adalah, para wisatawan

mendapatkan pengalaman yang berkualitas dari liburannya (quality

of experiences), dan para investor mendapatkan (quality of profit)

keuntungan yang berkualitas, dan sekaligus juga mengukur dampak

pengganda dan dampak negatifnya. Karena pentingnya peran Pariwisata

terhadap Bali, sehingga kualitas Pariwisata Bali perlu ditingkatkan dan

sudah sepantasnya Pariwisata Bali menerapkan manajemen destinasi

yang berbasis pada pengelolaan kualitas secara berkesinambungan

untuk menghindari terjadinya titik kejenuhan, bahkan pembangunan

Bali sudah sangat tergantung pada sektor pariwisata ini (Butler at al.

1998).

Peningkatan kualitas Pariwisata Bali, dapat menggunakan

pendekatan lima dimensi kualitas yang harus tetap diperhatikan oleh

para pengelola pariwisata Bali, kelimanya disajikan secara berurutan

berdasarkan nilai pentingnya menurut wisatawan sebagai pelanggan

yaitu: (1) bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, kelestarian

alam Bali perlu dipertahankan karena persepsi wisatawan terhadap

alam Bali hampir mendekati harapan wisatawan, manifestasi budaya

Bali juga masih sangat relevan untuk dipertahankan kualitasnya dengan

mempertahankan keunikan dan keragamannya, begitu juga dengan

pengelolaan daya tarik pantai harus terus ditingkatkan. (2) keandalan

(reliability), yakni kemampuan untuk memberikan pelayanan yang

dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan yakni citra (image)

atau nama besar Bali sesuai dengan harapan wisatawan. (3) daya tanggap

(responsiveness), kemampuan untuk membantu dan memberikan jasa

dengan cepat sehingga kenyamanan berwisata di Bali, dan kesempatan

luas untuk relaksasi sesuai harapan wisatawan. (4) jaminan (assurance)

mencakup pengetahuan, kesopanan dan kemampuan mereka untuk

Page 51: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

42

menimbulkan keparcayaan dan keyakinan, dan pada destinasi Bali

ditemukan bahwa harga-harga produk wisata termasuk produk barang

dan pelayanan telah sesuai dengan harapan wisatawan sehingga perlu

dipertahankan. (5) empathy, meliputi kemudahan dalam melakukan

hubungan, komunikasi yang baik, perhatian, dan memahami kebutuhan

pelanggan, di mana keramahan penduduk Bali adalah bentuk empati

destinasi Bali yang dianggap telah semakin memudar dan perlu untuk

dilakukan perbaikan.

Penulis adalah Dosen Tetap pada program studi manajemen dan Wakil

Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Dhyana Pura,

Peserta Program Doktor Pariwisata Universitas Udayana.

Page 52: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

43

13 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah

populer “Majalah Bali Post” yang berjudul “Memelihara Identitas

Destinasi Bali” Edisi 11-17 Agustus 2014

Memelihara Identitas Destinasi Bali

Oleh Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

Masalah standar

dalam industri pariwisata

telah menjadi isu yang

sangat menarik untuk di-

utarakan sebagai upaya

untuk mewujudkan pem-

bangunan pariwisata

yang bertanggungjawab

dan berkelanjutan. Stan-

dar adalah dokumen

yang menetapkan dasar

dan prinsip untuk me-

nyesuaikan hal-hal yang

terkait dengan unit pengukuran yang seragam. Standar dapat berupa

kewajiban untuk menciptakan perbaikan kinerja bisnis sebagai bagian

dari upaya persiapan bersaing pada industri pariwisata global. Proposisi

yang ditetapkan pembahasan tentang standar adalah bahwa penetapan

standar dan sertifikasi adalah alat berharga untuk membantu membawa

para stakeholders menemukan sebuah kesepakatan bentuk penilaian

yang bertanggungjawab. Sertifikasi adalah proses yang bertujuan

untuk membantu meningkatkan standar industri dan merupakan

Page 53: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

44

alat kebijakan untuk melakukan perbaikan secara sukarela di bawah

lima aspek, yakni aspek keadilan, efektivitas, efisiensi, kredibilitas dan

integrasi. Pada pengembangan strategi pariwisata dan kebijakan otoritas

yang bertanggung jawab, harus mempertimbangkan pandangan dari

sejumlah stakeholders termasuk industri, penduduk lokal, kelompok

khusus yang mewakili kepentingan lingkungan dan masyarakat, dan

harapan wisatawan itu sendiri.

Perhatian kita pada standar dan sertifikasi tidaklah keliru, tetapi

banyak di antara kita saat ini, terlalu sibuk dengan persiapan diri tentang

kesiapan sumberdaya manusia dengan segala kompetensi yang harus

dimiliki untuk menghadapi Era MEA, padahal ada hal yang bersifat

fundamental yang harus tetap dipertahankan, yakni keunikan destinasi

sebagai totalitas dari sebuah produk pariwisata yang dinamis.

Destinasi Pariwisata Bali, hingga saat ini masih dianggap memiliki

citra yang positif oleh sebagian besar wisatawan mancanegara khususnya

bagi wisatawan repeater. Citra tersebut adalah (1) Destinasi pariwisata

Bali dianggap memiliki keunikan budaya, (2) Destinasi pariwisata Bali

dianggap memiliki penduduk yang ramah, (3) Bali dianggap memiliki

infrastruktur pariwisata yang lengkap, dan (4) Destinasi pariwisata

Bali dianggap sebagai destinasi pariwisata yang memiliki suasana yang

nyaman untuk berwisata. Tetapi, ada sisi yang bertolak belakang tentang

destinasi pariwisata Bali. Sisi-sisi tersebut adalah penanganan berbagai

keluhan wisatawan nyaris tidak mendapat penanganan yang serius

dan mendasar. Keluhan-keluhan wisatawan masih seputar masalah

klasik yang sejak destinasi ini baru berkembang telah terjadi. Isu-

isu tersebut berupa: (1) wisatawan mancanegara amat peka terhadap

isu-isu pencemaran lingkungan, polusi udara dan air, perubahan

sosial dan budaya sehingga diperlukan pengelolaan destinasi yang

mempertimbangkan isu-isu tersebut. (2) perkembangan dan dinamika

destinasi pariwisata Bali telah melampau nilai-nilai budaya yang

mesti dipertahankan sehingga keunikan budaya Bali telah mengalami

penurunan yang ditandai maraknya pembangunan fasilitas wisata, hotel

atau berbagai jenis akomodasi yang tidak sesuai dengan ciri fisik budaya

Bali. (3) masalah sampah, kemacetan lalu lintas, pelayanan imigrasi

yang kurang maksimal, banyaknya pungutan di luar anggaran wisata,

dan maraknya penggunaan bahan-bahan yang berasal dari plastik,

Walaupun destinasi Bali masih memiliki citra yang baik, namun

kelemahan internal berupa buruknya tata kelola destinasi pariwisata

Bali dapat menjadi duri dalam daging bagi perkembangan destinasi

pariwisata Bali ke depan. Tanda-tanda tersebut telah ditunjukkan

Page 54: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

45

oleh masih tajamnya perbedaan antara tata kelola antara kabupaten/

kota dengan provinsi yang mestinya menjadi regulator tata kelola di

pulau Bali, mengingat geografis Bali yang tidak terlalu luas ini. Kita

ambil sebuah contoh misalnya, pemerintah provinsi pengeluarkan

kebijakan moratorium pembangunan hotel, namun pemerintah kota/

kabupaten justru mengundang investor sebanyak mungkin untuk

melakukan investasi pada sektor yang sedang di moratorium tersebut.

Contoh lainnya adalah, belum adanya kebijakan yang mengikat

tentang keharusan mempertahankan ciri fisik budaya Bali, misalnya

pembangunan hotel dengan arsitektur asing, yang jika tidak ditertibkan

lambat laun akan merubah ciri fisik destinasi pariwisata Bali.

Jikalau pembangunan sumberdaya manusia telah memenuhi

standar MEA, tidaklah cukup untuk dapat bersaing karena pada saat

yang sama, semua SDM pariwisata di ASEAN memiliki standar yang

sama. Mesti ada hal yang berbeda antara Bali dengan destinasi lainnya

di ASEAN, untuk hal tersebut, mempertahankan citra destinasi

pariwisata Bali adalah sebuah keharusan saat ini, dan di masa yang

akan datang. Citra destinasi pariwisata Bali yang menjadi keunikan

Bali adalah budaya, keramahtamahan penduduk, sarana dan prasarana

pariwisata yang lengkap, dan kenyamanan suasana berlibur.

Strategi pemasaran global mesti segera dimulai. Strategi tersebut

adalah pembangunan sektor pariwisata yang rendah emisi karbon

atau green tourism, pariwisata yang ramah terhadap penduduk lokal,

pariwisata alternatif “nice market tourism” seperti elderly tourism, dan

sejenisnya.

Meskipun pembangunan pariwisata umumnya dianggap sebagai

sebuah sektor pembangunan yang kurang merusak lingkungan

dibandingkan dengan industri lainnya, tetapi jika kehadirannya dalam

skala luas akan menciptakan kerusakan lingkungan fisik dan sosial.

Jika semua kabupaten/kota di Provinsi Bali melakukan pembangunan

sektor pariwisata secara massive, maka kita akan semakin tergantung

dengan pariwisata itu sendiri, sementara dalam kenyataannya tidak

semua kabupaten di Provinsi Bali dapat eksis melalui sektor pariwisata

karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya.

Strategi pembangunan terintegrasi dan terpadu antara provinsi,

dan kabupaten kota di Bali mesti dapat segera dapat diwujudkan, dan

jika memungkinkan membuat zone peran masing-masing kabupaten/

kota tanpa harus merasa tertinggal secara ekonomi. Strategi tata kelola

destinasi pariwisata ini tidaklah ide yang baik bagi tata kelola untuk

semua sektor pada sistem otonomi daerah yang terpusat di kabupaten/

Page 55: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

46

kota, tetapi harus dapat disadari bahwa berkaitan dengan tata kelola

pariwisata, strategi ini adalah bukan sebuah kemustahilan, setidaknya

untuk menghadapi gemburan Era MEA 2015 dan ke depan.

Penulis: Dosen Tetap, dan Wakil Rektor Bidang Akademik dan

kemahasiswaan Universitas Dhyana Pura.

Page 56: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

47

14 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah

populer “Bali Post” yang berjudul “Reklamasi, Bisnis Pariwisata

yang Meminggirkan Masyarakat Lokal”, Edisi 20 April 2015

Dampak Positif dan Negatif Reklamasi

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama

Perubahan pantai

karena reklamasi tidak

hanya bersifat lokal,

tetapi dapat meluas,

bahkan mendunia karena

bumi dan permukaannya

adalah satu dan sebidang.

Reklamasi dapat

berdampak positif dan

negatif bagi masyarakat,

ekosistem pesisir dan

laut. Dampaknya dapat

bersifat jangka pendek

maupun jangka panjang (Aryono, 2012). Dampak positif dari reklamasi

adalah memungkinkan terjadinya peningkatan kualitas dan nilai

ekonomi kawasan pesisir, mengurangi lahan yang dianggap kurang

produktif, penambahan luasan wilayah, perlindungan pantai dari erosi,

dan penyerapan tenaga kerja. Tanpa harus pro-reklamasi, terbukti di

beberapa tempat, reklamasi dapat memberikan keuntungan dalam

mengembangkan wilayah. Sebagai contohnya adalah kawasan industri

yang ada di Jurong Singapura, Palm Jumeirah, Palm Jebel Ali dan Palm

Page 57: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

48

Deira di Dubai, jembatan terpanjang Colijnsplaat dan Zierikzee di

Belanda adalah beberapa contoh hasil reklamasi yang mensejahterakan

masyarakat dan negara.

Walaupun reklamasi berhasil dan sukses di beberapa negara,

namun jangan mudah untuk meniru karena belum tentu berhasil jika

dilakukan di Bali. Jikalau ada kecenderungan untuk menirunya, mesti

dapat dijawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan alasan

untuk melakukan reklamasi tersebut. Pertanyaannya adalah (1) apakah

Bali tidak memiliki lahan untuk pengembangan wilayah?, (2) apakah

benar reklamasi menjadi pilihan satu-satunya?, (3) apakah kita cukup

profesional mengelola lahan hasil reklamasi tersebut?.

Pada dasarnya kegiatan reklamasi tidak dianjurkan namun dapat

dilakukan dengan berbagai pertimbangan yang ketat, seperti (1)

merupakan kebutuhan pengembangan kawasan budi daya yang telah ada

di sisi daratan. (2) merupakan bagian wilayah dari kawasan perkotaan

yang cukup padat dan membutuhkan pengembangan wilayah daratan

untuk mengakomodasikan kebutuhan yang ada, (3) berada di luar

kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan lindung atau

taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa, (4) bukan merupakan

kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah dengan

daerah/negara lain (Aryono, 2012). Keputusan Reklamasi harusnya juga

tidak bertentangan dengan RTRW, sudah melalui studi kelayakan, dan

adanya studi AMDAL kawasan maupun regional.

Jika kita menjawab pertanyaan yang pertama, sangatlah mudah

untuk mematahkannya menjadi sebuah jawaban lelucon para investor

yang haus akan ekploitasi kepopuleran pulau Bali ini. Masih banyak

lahan yang belum dan dapat dimanfaatkan sebagai kawasan bisnis, sebut

saja misalnya kawasan Bali Barat, Bali Utara, dan Bali Timur. Tentu

saja bahwa reklamasi tidak satu-satunya jalan untuk membangun dan

mensejahterakan masyarakat Bali, dan pastinya juga kita tidak cukup

profesional mengelola wilayah hasil reklamasi tersebut dengan terbukti

mengelola daratan saja kita belum profesional apalagi mengelola pulau

buatan dengan berbagai keterbatasannya. Pengalaman di beberapa

tempat yang kurang berhasil mengelola hasil reklamasi akan nampak

dampak negatifnya berupa erosi pantai, sedimentasi, peningkatan

kekeruhan, pencemaran laut, perubahan rejin air tanah, peningkatan

potensi banjir dan penggenangan di wilayah pesisir, dampak lainnya

secara biologis berupa terganggunya ekosistem mangrove, terumbu

karang, dan penurunan keaneka ragaman hayati.

Keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan reklamasi

Page 58: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

49

adalah terletak pada kesanggupan menjawab terhadap tiga pertanyaan

di atas yang tercermin dari adanya kesepakatan pihak pemerintah yang

mungkin diwakili oleh presiden, gubernur, atau bupati. Pihak berikutnya

yang harus sepakat dan sepaham adalah masyarakat lokal yang mungkin

diwakili oleh DPR, atau DPRD, LSM, perguruan tinggi, dan juga

kesanggupan investor untuk menanamkan modal karena reklamasi

biasanya adalah sebuah mega-proyek dalam investasi jangka panjang.

Jika memang berdampak positif maka reklamasi dapat dilaksanakan,

namun sebaliknya jika lebih besar dampak negatif, semestinya tidak

perlu direncanakan.

Dalam sejarah pengembangan wilayah berupa reklamasi, banyak

pelaku bisnis yang mengabaikan biaya sosial dan lingkungan hidup

yang seharusnya juga diperhitungkan dalam perencanaan reklamasi.

Reklamasi pantai di Indonesia telah dilakukan dengan salah kaprah

karena hanya sukses dari sisi bisnis namun gagal dalam memelihara

keseimbangan lingkungan (Hadi, 2005). Kecenderungan reklamasi

perpandangan pada paradigma yang memposisikan suatu kota sebagai

kota multifungsi,dimana diharapkan mampu mendatangkan keuntungan

yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan warganya telah terbukti gagal

total dalam implementasinya di lapangan. Berbagai permasalahan sosial

dan lingkungan hidup dapat timbul dan sulit dipecahkan di daerah

reklamasi saat ini justru disebabkan oleh kesalahan paradigma tersebut.

Bagi Bali, reklamasi Teluk Benoa untuk membentuk kawasan

industri pariwisata yang baru belum menjadi keharusan karena Bali

masih memiliki banyak lahan atau kawasan alternatif dan jika melihat

pemerataan kawasan pembangunan pariwisata, sebaiknya kawasan

Bali Selatan sudah harus dimoratorium. Sebagai gantinya, mestinya

pembangunan fasilitas dan akomodasi pariwisata dapat diarahkan pada

kawasan yang lainnya seperti Bali Barat, Utara, dan Timur. Reklamasi

juga dianggap melanggar RTRW, belum melalui kajian yang akurat,

dan cenderung dapat mempertajam ketidakmerataan pembangunan

wilayah Provinsi Bali.

Hasil amatan, ketidak-merataan pembangunan di Bali justru

disebabkan oleh lemahnya aksesibilitas yang menghubungkan antar

kabupaten, antara kota, dan antar kawasan wisata, lemahnya SDM, dan

lemahnya komitmen pemerintah daerah untuk bersinergi membentuk

diri pada manajemen destinasi Bali yang utuh (one management tourism

destinastion on one island). Di negara maju, jarak antara Kota Denpasar

ke Gilimmanuk sebagai misalnya, mungkin dapat ditempuh hanya

kisaran sejam saja, namun dalam kenyataannya memerlukan waktu

Page 59: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

50

lebih dari tiga jam, artinya kelemahannya ada pada faktor aksesibilitas.

Pemberdayaan sektor selain pariwisata mungkin akan lebih berarti bagi

Bali, jika dibandingkan melakukan ekploitasi besar-besaran pada sektor

sebidang pada kawasan yang semestinya telah layak dimoratorium

karena telah melebihi batas kapasitas. Sektor pertanian dan industri

kecil, kerajinan, dan industri kreatif lainnya sungguh masih layak untuk

digarap mengingat sektor tersebutlah yang berdampak secara langsung

terhadap pembangunan masyarakat Bali.

Penulis: Dosen Tetap Fakultas Ekonomika dan Humaniora Universitas

Dhyana Pura, Kandidat Doktor Pariwisata pada Universitas Udayana,

Bali.

Page 60: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

51

15 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah

populer “Bali Post”yang berjudul “Memilih Pejabat atau Pemimpin?”,

Edisi Rabu, 2 Desember 2015

Memilih Pejabat atau Pemimpin?

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama

Putra putri terbaik

Bali, pada hari Rabu,

9 Desember 2015 akan

menentukan nasib me-

reka sebagai bupati/

walikota, dan lima

tahun kemudian akan

membuktikan diri bahwa

mereka adalah hanya

seorang bupati ataukah

seorang pemimpin. Jika

hanya menjadi bupati,

maka mereka cenderung

akan berbangga dengan jabatannya, dan mungkin akan menindas

siapapun yang mengkritisinya, namun jika mereka seorang pemimpin,

maka mereka akan selalu hadir sebagai orang pertama yang akan

merasakan penderitaan rakyatnya.

Fakta di lapangan, gebrakan para calon justru terjadi hanya

menjelang pilkada, bukan setelah pilkada. Sebab, budaya kepemimpinan

kita memang telah berubah bukan lagi tulus dan ikhlas namun

penuh dengan maksud dan pamrih tertentu. Sepintas nampak nyata,

Page 61: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

52

ada beberapa calon bupati terlalu ambisius dan terlihat cenderung

menghalalkan segala cara untuk memenangkan persaingan, entah apa

yang ingin dicapainya, padahal pemerintah dalam hal ini penyelenggara

pemilu telah menyediakan sarana dan prasarana untuk penyelenggaraan

pemilu tersebut. Masih amat nyata, terjadi pelanggaran yang cukup

nyata dan hampir merata dilakukan oleh setiap calon bupati/walikota.

Sebut saja misalnya, pemasangan Alat Peraga Kampanye (APK) yang

tidak sesuai tempat, aturan, dan ketentuan yang telah ditetapkan. Masih

terindikasi terjadi politik uang, politik pengerahan massa melalui “social

power” seperti adat, struktur sosial lainnya, dan organisasi informal

lainnnya.

Melihat kondisi tersebut, apa yang dapat kita harapkan jika kelak

mereka menang? Hampir sebagian besar pejabat kita bangga dengan

pakaian kebesarannya, empuk kursi kerjanya, dan cenderung tidak peduli

pada realita di masyarakat. Jika ada kegagalan yang dibuatnya, selalu

melakukan pembelaan yang seharusnya dapat diakui secara kesatria. Jika

pejabat berjiwa makelar (broker) mereka akan cenderung menuntaskan

persoalaan secara matematis, bukan secara holistik. Artinya, pejabat ala

manajer bukan pahlawan, padahal yang kita perlukan bukan pejabat ala

manajer saja namun lebih daripada itu, bila perlu menjadi pemimpin

sebagai pahlawan-pahlawan baru.

Kalau dilihat dari persoalan yang ada, hampir merata di setiap

kabupaten di Bali, yakni persoalan kesejahteraan masyarakat, kesehatan,

pendidikan, juga persoalan kerohanian hendaknya selalu menjadi agenda

pokok setiap pemimpin baru hasil pilkada. Namun persoalan-persoalan

tersebut haruslah dituntaskan secara multidimensional. Misalnya,

kenapa masyarakat tidak sejahtera? Mungkin saja karena kesempatan

kerja sangat kurang, mungkin saja upah buruh yang sangat rendah,

mungkin saja hasil pertanian yang rendah dan tidak stabil. Kenapa

masih terjadi banyak penyakit mewabah di masyarakat? Mungkin saja

faktor lingkungan yang tidak layak, air yang telah tercemar, lingkungan

yang sudah tidak bersahabat.

Ada program dasar atau inti dan ada juga program opsi yang

seharusnya juga menjadi prioritas semua pejabat, baik pejabat politik

maupun pejabat karier yang menjabat di semua dinas di lembaga

pemerintahan. Masih banyak persoalan yang berhubungan dengan

pelayanan masyarakat yang sangat lambat dan cenderung menunjukkan

ketidakpedulian para pejabat. pelayanan Puskesmas yang tidak layak,

pelayanan kesehatan masyarakat yang tidak cepat dan tanggap, pelayanan

pajak yang seringkali bertolak belakang antara moto yang di iklankan

Page 62: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

53

dengan realitas yang sebenarnya di masyarakat. Upah buruh yang tidak

cocok lagi dengan realitas pemenuhan kebutuhan minimum keluarga

yang sebenarnya. Semua yang disebutkan tersebut, sangat memerlukan

regulasi pemerintah setelah pilkada secara berkesinambungan, tersistem

serta melembaga dan membudaya sehingga siapa pun yang menjadi

pemimpin akan dapat memecahkan permasalahan dengan cepat, tepat

serta akurasinya dapat dipertanggungjawabkan.

Akhirnya, untuk dapat mewujudkan pembangunan masyarakat

secara holistik atau menyeluruh diperlukan pemimpin yang bukan

berjiwa makelar (broker) agar tidak terjadi habis jabatan habis juga

tanggung jawabnya. Kita memerlukan pemimpin yang memiliki karakter

integritas yang takut akan Tuhan sehingga mereka tidak berani korupsi,

tidak berani menyalahgunakan kekuasaan yang dipercayakan masyarakat

kepadanya, memimpin dengan jiwa melayani secara horizontal atau

masyarakat dan melayani secara vertikal, takut berbuat curang karena

Tuhan selalu dapat melihat perbuatan kita yang tersembunyi sekalipun.

Semoga proses demokrasi ini menyadarkan kita semua akan pentingnya

masa depan Bali yang lebih baik. Nafsu keserakahan akan menjadikan

Bali menjadi neraka bagi rakyatnya. Sedangkan keikhlasan akan

membuat Bali sebagai surga bagi rakyatnya.

Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Ekonomika dan Humaniora,

Universitas Dhyana Pura, Badung.

Page 63: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

54

16 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah

populer “Pos Bali” yang berjudul “Rekayasa Budaya Menuju Revolusi

Mental” Edisi Rabu, 16 Juli 2016

Rekayasa Budaya Menuju Revolusi Mental

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

HASIL penelitian Thomas J.

Stanley, telah mengubah apa yang

kita percayai selama ini. Penelitian

yang dilakukannya, menunjukkan

bahwa dari 100 faktor yang

berpengaruh terhadap kesuksesan

seseorang, IQ hanya berada pada

urutan ke-21. Bersekolah di

sekolah favourite di urutan ke-23,

dan lulus dengan nilai terbaik cuma

berada faktor sukses di urutan ke-

30. Sepuluh factor yang dianggap

paling berpengaruh terhadap

kesuksesan seseorang adalah

kejujuran, kedisiplinan, kegaulan,

kemampuan berkomunikasi,

dukungan dari pasangan hidup, mampu bekerja lebih keras dari yang

lain, mencintai apa yang dikerjakan, kepemimpinan yang baik dan

kuat, memiliki semangat dan berkepribadian kompetitif, pengelolaan

kehidupan yang baik, dan kemampuan menjual gagasan dan produk.

Page 64: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

55

Pada sisi lainnya, kita merasa menangis jika melihat realita yang ada

di negeri ini. Menurut Lickona (1992), terdapat 10 tanda-tanda zaman

sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran, dan itu nampak jelas

terjadi di negeri ini. Tanda-tanda itu adalah meningkatnya kekerasan di

kalangan remaja, membudayanya ketidakjujuran, sikap fanatik terhadap

kelompok, rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, semakin

kaburnya moral baik dan buruk, penggunaan bahasa yang semakin

memburuk, meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan

narkoba, alkohol, dan seks bebas, rendahnya rasa tanggung jawab

sebagai individu dan sebagai warga Negara, menurunnya etos kerja dan

adanya rasa saling curiga; serta kurangnya kepedulian di antara sesama.

Jika kita amati perjalanan bangsa Indonesia menuju bangsa yang

merdeka, adil dan makmur, rupanya tampak seperti seorang petinju

yang terseok-seok, baik untuk melawan lawannya, terlebih sulit lagi

melawan dirinya sendiri. Banyak peristiwa dilalui bangsa ini, dari

revolusi sosial untuk keluar dari tirani kolonial, revolusi politik untuk

menuju demokrasi, dan kini menuju revolusi mental untuk menuju

peradaban tinggi. Budaya merupakan hal yang penting dalam memahami

masyarakat dan kelompok manusia dalam waktu yang lama. Bangsa

Indonesia sebagai organisasi dapat didefi nisikan sebagai sekelompok

orang yang terikat secara formal dalam hubungan vertikal dan horizontal

dengan sesamanya yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama

pula ( Jones, 1998). Masalah budaya bangsa adalah bagian yang tak

terpisahkan dengan lingkungan internal bangsa karena keragaman

budaya yang ada dalam sebuah bangsa sama banyaknya dengan jumlah

individu yang ada pada bangsa ini terlebih lagi Indonesia yang sangat

heterogen. Dengan demikian, apakah kita masih tetap optimis dengan

revolusi mental? Apakah rekayasa budaya mampu menjadi jalan mulus

menuju revolusi mental? Mental yang seperti apakah yang kita harapkan?

Kita masih optimis dengan gerakan revolusi mental dengan berbagai

catatan yang menyelimuti dan mengharukan karena semakin massif dan

maraknya korupsi, terkikisnya rasa malu untuk berbohong, maraknya

para politikus menggunakan isuisu SARA untuk meraih simpati

dari para pengikutnya. Rupanya revolusi mental dapat kita wujudkan

dengan berbagai rekayasa budaya. Rekayasa budaya dapat dilakukan

dengan berbagai cara seperti (1) proses rekrutmen atau pemilihan calon

pejabat dan pemimpin yang terencana, jelas fi gure, jelas profi le, dan

jelas motivasinya; (2) penetapan sistem gaji dan pengupahan yang layak

dan bersaing dari tingkatan pejabat hingga para buruh pada tingkatan

terendah; (3) penciptaan lingkungan kerja yang menarik dan kondusif,

Page 65: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

56

baik secara fi sik, intelektual, ataupun nasional; (4) program pendidikan

dan pelatihan para generasi muda yang terencana, jujur input, jujur

proses, dan jujur hasil; (5) adanya pembinaan kerohanian dan kegiatan

sosial yang didasarkan pada keiklasan; (6) penentuan tujuan dan sasaran

yang jelas pada semua lembaga atau organisasi yang ada di Republik

ini, jika tidak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 harusnya tidak

boleh berdiri di negeri ini. Sehingga dengan demikian, 10 atau 20 tahun

kedepan, kita akan melihat adanya hasil dari rekayasa budaya tersebut

untuk menuju revolusi mental.

Pendidikan karakter rupanya menjadi prioritas utama yang bukan

hanya berkaitan dengan penanaman nilai-nilai bagi generasi muda

namun merupakan sebuah usaha bersama untuk menciptakan sebuah

lingkungan pendidikan setiap individu dapat menghayati kebebasannya,

sebagai prasyarat bagi kehidupan moral yang bertanggungjawab dan

bernilai bagi sesamanya. Untuk menjadikan bangsa Indonesia menuju

peradaban yang tinggi, ada beberapa karakter yang harus dibangun sedini

mungkin, yakni: pembentukan “rasa percaya diri”, penanaman nilai-nilai

“kejujuran”, kerelaan dan toleransi terhadap “perbedaan”, pembentukan

jiwa “kreatif dan inovatif ”, pembentukan jiwa “kepemimpinan yang

melayani sesama”, pembentukan “kompetensi” yang sesuai dengan

talenta dan bakat, dan kesiapan untuk berinteraksi dengan dunia

“global”.

Rekayasa budaya menuju revolusi mental mestinya dilakukan dari

diri sendiri, dari PAUD hingga perguruan tinggi, dari kaum buruh,

petani, pedagang, pejabat, hingga rohaniawan. Rekayasa budaya mesti

menjadi tugas kita bersama. Jika kita sepakat melakukan rekayasa budaya

tersebut dengan konsisten, niscaya 10-20 kedepan kita akan menjadi

bangsa yang besar dengan peradaban yang tinggi menuju masyarakat

adil dan makmur sesuai Pancasila dan UUD 1945. (*)

Penulis adalah Dosen Tetap pada Fakultas Ekonomika dan Humaniora,

Wakil Rektor Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Dhyana Pura

Bali.

Page 66: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

57

TAK pelak lagi, MEA

membawa Indonesia dalam

17 (2016) Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/

majalah populer “Pos Bali” yang berjudul “MEA dan Pariwisata”

Edisi 20 Juli 2016

MEA dan Pariwisata

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

kebimbangan antara hidup dan

mati, antara menerima atau

menolak, antara siap atau tidak

siap. Era MEA membawa kondisi

warga asing dari 169 negara bebas

visa masuk ke Indonesia termasuk

untuk berbisnis, yang berarti pula

warga asing boleh miliki properti

di Indonesia. Pihak asing juga

boleh kuasai 100% industri gula

dan karet di Indonesia, Asing juga

boleh kuasai 100% saham restoran

dan perusahaan jalan, Asing boleh

kuasai 85% saham modal ventura,

Asing bisa kuasai 100% saham di pembangkit listrik. Asing boleh kuasai

100% usaha bioskop di Indonesia. Asing juga bisa kuasai 35 bidang

usaha di Indonesia. Bagi Indonesia, sector yang dianggap paling siap

adalah sector pariwisata, apakah benar demikian?

Page 67: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

58

Pengaruh positif pembangunan pariwisata sudah tidak perlu diragukan

lagi seperti pendapatan nilai tukar valuta asing, penerimaan devisa akibat

adanya konsumsi wisatawan, penyerapan tenaga kerja, pembangunan

infrastruktur pariwisata yang turut dinikmati oleh masyarakat lokal, dan di

beberapa destinasi pariwisata juga sebagai mesin penggerak pemberdayaan

perekonomian masyarakat lokal. Walaupun demikian, pembangunan

pariwisata juga dapat berpengaruh negatif seperti kebocoran ekonomi, infl

asi, tingginya pembiayaan infrastruktur dan fasilitas, dan ketergantungan

sektoral. Dari sekian banyak masalah negatif yang dapat ditimbulkan oleh

sektor pariwisata, kebocoran ekonomi dianggap masalah yang paling sulit

untuk diatasi. Kebocoran ekonomi dapat bersifat eksternal, internal, dan

tersembunyi. Kebocoran tidak dapat dihindari pada kondisi pasar bebas

seperti MEA dan jenis globalisasi lainnya.

Saat ini pembangunan pariwisata telah membuka proses liberalisasi

sehingga kemungkinan terjadinya kebocoran ekonomi pada setiap

aktivitas perekonomian yang terjadi juga sangat besar. Jika dilihat dari

aspek tingkat kebocoran devisa, sejumlah pendapat mengatakan

bahwa pariwisata Indonesia menciptakan kebocoran antara 50% hingga

80% (Kodhyat, 2003). Selain karena liberalisasi di atas, kebocoran

ekonomi dalam pembangunan pariwisata dapat disebabkan karena

lemahnya koordinasi pada aktivitas pariwisata dan lemahnya sistem

produksi lokal (Thapa, 2005). Kebocoran ekonomi dapat juga disamakan

dengan terjadinya kebocoran pendapatan dari aktivitas pariwisata yang

menyebabkan masyarakat lokal tidak mampu menikmatinya. Kondisi

lainnya, kebocoran ekonomi dapat disebabkan oleh penggunaan modal

asing, pembangunan fasilitas pada jaringan internasional khususnya

pembangunan hotel berbintang yang memicu banyaknya terjadinya

impor hotel supplies, bahan makanan, furniture, pembiayaan pekerja

asing, maskapai penerbangan asing, dan sebagainya (Holden, 2008).

Pada hakikatnya, terdapat dua jenis kebororan yakni eksternal dan

internal. Kebocoran eksternal ini terjadi akibat pengeluaran pada sektor

pariwisata yang terjadi di luar destinasi di mana pengeluaran tersebut

berhubungan dengan industri lokal. Kebocoran Eksternal dapat terjadi oleh

karena (1) investor asing membangun infrastruktur dan fasilitas pariwisata

pada negara sedang berkembang, sehingga profi t dan pembayaran terjadi

di luar negeri. (2) Arus uang bisnis pariwisata langsung terjadi di luar negeri

dikarenakan booking bisa dilakukan di luar negeri atau terjadi secara online,

wisatawan datang dengan maskapai penerbangan asing, cruise ship atau

kapal pesiar, atau bentuk usaha lain yang dimiliki oleh orang asing.

Page 68: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

59

Kebocoran internal dominan disebabkan oleh penggunaan

komponen impor yang diukur secara domestik. Menurut (UNEP)

kebocoran internal dapat diukur dengan Tourism Salelite Accounts

(TSA) dan hal ini telah dilakukan oleh 44 negara yang memiliki database

update tentang kepariwisataannya (WTO). Kebocoran internal pada

negara berkembang terjadi pada rantai penyediaan suplies (goods and

services) pariwisata yang diimpor. Kebocoran internal pada beberapa

destinasi biasanya terjadi akibat permintaan atau tuntutan tingkat

kualitas terhadap pelayanan pariwisata dan hiburan pariwisata khususnya

terkait dengan produk-produk impor. Produk-produk yang dimaksud

misalnya pengadaan beberapa minuman beralkohol yang bermerek

internasional yang diproduksi di luar negeri. Hotel-hotel berjejaring

dengan standar internasionalnya juga menyebabkan kebocoran internal

yang cukup berarti karena mereka cenderung akan menuruti standar

yang telah ditentukan dan diharapkan oleh wisatawan.

Kebocoran yang lainnya adalah kebocoran tersembunyi yang adalah

hilangnya kesempatan untuk mendapatkan pendapatan dari sektor pariwisata

yang terjadi secara nyata namun sangat sulit untuk dicatat secara nyata tetapi

akan berpengaruh secara akumulatif. Aktivitas yang dapat menyebabkan

kebocoran tersembunyi misalnya: pajak, informal transaksi yang biasanya

tidak tercatat, serta tabungan dan investasi off-shore. Kebocoran tersembunyi

yang lainnya dapat berbentuk penggunaan sumberdaya alam yang tidak

dapat diperbaharui, kerusakan lingkungan, degradasi budaya, hilangnya

sejarah, dan rusaknya aset-aset pariwisata dalam jangka panjang sehingga

dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup masyarakat lokal.

Walau demikian kebocoran ekonomi dapat diminimalkan dengan

berbagai cara dan strategi. Strategi jitu untuk mengurangi kebocoran

ekonomi pada pembangunan pariwisata justru strategi yang berasal dari

kekuatan lokal yakni pengembangan pariwisata yang berbasis kekuatan lokal

(Community Based Tourism),skala usaha kecil dari pengusaha lokal,sehingga

pemberdayaan masyarakat lokal dengan segala komponen yang ada mesti

harus dilakukan dengan berbagai usaha seperti pembangunan pendidikan

dan pelatihan, penciptaan regulasi yang berpihak kepada masyarakat lokal.

Strategi ini akan berjalan dengan optimal pada pembangunan Daya Tarik

Wisata beserta amenitas pendukungnya yang dikembangkan dari kekayaan

lokal, oleh masyarakat lokal, dan untuk masyarakat lokal. (*)

Penulis adalah dosen tetap dan Wakil Rektor Akademik dan Kemahasiswaan

Universitas Dhyana Pura Bali, Alumnus Program Doktor Pariwisata

Universitas Udayana.

Page 69: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

60

18 (2016) Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam

koran/majalah populer “Pos Bali” yang berjudul “Keadilan dan

Keserakahan” Edisi 25 Juli 2016

Keadilan dan Keserakahan

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

MAJAPAHIT konon pernah

menjadi kerajaan besar karena Kasta

yang ada dalam masyarakatnya

dapat berjalan sesuai dengan tugas

dan fungsinya. Kasta menurut

pengertian leluhur Nusantara adalah

penggolongan masyarakat ke dalam

beberapa jenis berdasarkan tugas

dan aktivitasnya dalam masyarakat

yang sifatnya tidak turun menurun.

Kasta tercipta untuk menjamin

keadilan dalam masyarakat. Dalam

sistem ketata-negaraan Indonesia

dapat dikatakan terdapat tiga kasta

untuk menjamin keadilan dalam

masyarakatnya, yakni fungsi eksekutif

sebagai pelaksana, fungsi legeslatif untuk membuat undang-undang,

dan fungsi yudikatif sebagai lembaga pengawal serta pemantau jalannya

pemerintahan dengan menjadikan hukum sebagai acuan. Jika ketiga fungsi

tersebut semakin kabur maka lahirlah ketidakadilan dan yang tersisa adalah

keserakahan yang berbuahkan korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Page 70: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

61

Kata keserakahan adalah kata kunci dari ketidakadilan. Dunia

ini tidak akan mampu memenuhi keingininan manusia yang serakah,

namun pasti mampu mencukupkan apa yang dibutuhkan oleh manusia

(Ghandi). Seorang yang adil dimaknai sebagai seseorang yang membatasi

dirinya pada kerja dan hidupnya disesuaikan dengan panggilan

kecakapan dan kesanggupan karmanya (Plato). Keadilan adalah tentang

diri manusia sehingga yang dapat dikatakan adil adalah seseorang yang

mampu mengendalikan diri dan perasaannya dengan akalnya. Jauh

sebelum lahirnya sistem demokrasi modern, konsep keadilan ini telah

lama berkembang dan hingga saat ini belum pernah terwujud secara

sempurna, bukti nyatanya adalah lahirnya kelompok mayoritas yang

semakin serakah, dan minoritas yang semakin dikerdilkan perannya

dalam masyarakat.

Untuk mewujudkan keadilan dalam masyarakat, ditawarkan

beberapa metode, diantaranya adalah dengan cara mengembalikan

masyarakat pada struktur aslinya. Misalnya jika seseorang berprofesi

sebagai guru baiklah tugasnya hanya mengajar saja, jika seseorang

sebagai prajurit baiklah tugasnya hanya menjaga kedaulatan negara,

jika seseorang sebagai pedagang baiklah tugasnya hanya dibidang

perniagaan saja, jika seseorang sebagai presiden baiklah tugasnya hanya

untuk memimpin negara dengan adil dan bijaksana. Pada keadaan

demikian, keadilan bukanlah mengenai hubungan antara individu,

melainkan hubungan antara individu dengan negaranya. Keadilan

dapat juga diwujudkan dengan memilih pemimpin dari putra terbaik

dalam masyarakat, sehingga dapat ditentukan pemimpin yang benar-

benar “manusia super” dari masyarakat tersebut, yang berarti pemimpin

negara seharusnya manusia super “the king of philosopher”.

Bagaimanakah keadaan kehidupan masyarakat yang adil tersebut?

Keadaan kehidupan masyarakat yang adil akan terlihat jika struktur

yang ada dalam masyarakatnya dapat menjalankan tugas dan fungsinya

masing-masing, serta elemenelemen fundamental dalam masyarakat

tetap dapat dipertahankan. Elemen-elemen dasar tersebut adalah:

adanya pemilahan tugas dan fungsi yang tegas dalam masyarakat,

para pemimpin dalam masyarakat harus diisi oleh orang-orang yang

memiliki kecakapan untuk menjadi pemimpin dan kesanggupan untuk

melayani “ngayah”. Adanya pengawasan yang ketat atas dominasi

serta kolektivitas kepentingan-kepentingan kelompok tertentu dalam

masyarakat sehingga fungsi-fungsi masyarakat tetap berjalan sesuai

struktur aslinya.

Page 71: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

62

Kelompok pada golongan penguasa “eksekutif ” tidak turut campur

dalam aktivitas perekonomian, terutama dalam mencari penghasilan,

namun kelompok tersebut tetap memiliki otoritas yang kuat atas tugas

dan fungsinya sehingga dalam hal ini harus “selfsuffi cient” atau mandiri

jika tidak demikian, para penguasa akan bergantung pada para pedagang

atau justru para penguasa itu sendiri menjadi pedagang.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan negara dan masyarakatnya

tidak mampu mewujudkan keadilan, karena pemimpinnya memiliki

ambisi yang berlebihan ”serakah” sehingga tidak mampu mengontrol

ambisi diri yang berlebihan tersebut, selalu merasa kurang, tidak pernah

merasa puas diri, dan akhirnya seseorang manjadi sangat rakus, tamak

dan pastinya tidak akan menciptakan sebuah keadilan. Pemimpin yang

terlalu mementingkan diri sendiri, dan jika manusia terjebak pada

sifat mementingkan diri sendiri, seseorang akan dengan mudah tidak

memenuhi janji-janji yang pernah di-ikrarkan dan cenderung berpihak

pada hal-hal yang dapat menguntungkan dirinya sendiri, dan wujud

nyatanya adalah maraknya korupsi, kolusi dan nepotisme.

Peran negara kekinian semestinya dapat diarahkan untuk

mewujudkan keadilan dalam masyarakatnya. Konsep keadilan telah

lama dilupakan dalam usaha untuk mewujudkan makna sebuah

keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Para wakil

rakyat mestinya dapat menjadi legeslator yang baik. Para penegak

hukum mestinya dapat menjadi penegak keadilan yang bijaksana.

Para pemimpin mestinya dapat menjadi pemimpin yang kesatria, adil,

bijaksana, dan tidak tergiur untuk merampok uang negara sehingga

masyarakat dapat menjadi pengikut-pengikut yang se-hati dan se-visi

untuk mewujudkan cita-cita negara ini yakni masyarakat yang adil dan

makmur. (*)

Penulis adalah Dosen Tetap pada Fakultas Ekonomika dan Humaniora dan

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Dhyana

Pura, Bali.

Page 72: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

63

19 (2016) Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam

koran/majalah populer “Pos Bali” yang berjudul “Daya Tarik

Pariwisata Bali” Edisi 24 Agustus 2016

Daya Tarik Pariwisata Bali

Oleh Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

Hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh beberapa peneliti

membuktikan bahwa daya tarik Bali

untuk dikunjungi sebagai destinasi

wisata adalah keunikan budaya dan

keindahan alamnya, sedangkan

kelengkapan fasilitas dan kemajuan

infrastruktur pariwisata adalah

faktor yang dianggap cenderung

dapat disediakan oleh semua

destinasi pariwisata dengan standar

yang sama.

Menurut Catatan Warisan

Dunia UNESCO yang saat ini

telah memiliki 981 situs, dengan

rincian: 759 berupa warisan budaya,

193 warisan alam, dan 29 campuran antara warisan budaya dan alam.

Dari sekian ratusnya, ternyata 13 warisan dunia berada di Indonesia dan

diklasifikasikan dalam tiga kelompok yakni warisan alam, bangunan

cagar alam, dan karya tak benda. Warisan alam Indonesia adalah

Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Komodo, Hutan

Page 73: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

64

tropis Sumatera yang mencakup Taman Nasional Gunung Leuser, dan

Bukit Barisan. Sementara yang berupa bangunan cagar alam adalah

Candi Borobudur, Candi Prambanan, Situs Manusia Purba Sangiran,

sedangkan yang berupa Warisan Budaya Non Benda adalah wayang

kulit, keris, batik, angkung, subak, dan tari Saman. Komite Warisan

Budaya Tak Benda UNESCO pada sidangnya ke-10 di Windhoek,

Namibia, telah menetapkan tiga genre Tari Bali sebagai Warisan Budaya

Tak Benda yang terdiri atas sembilan Tari Tradisional Bali. Sembilan

tarian tersebut adalah Tari Rejang, Sanghyang Dadari, Baris Upacara,

Topeng Sidhakarya, Sendratari Gambuh, Sendratari Wayang Wong,

tari Legong Kraton, Joged Bumbung, dan Barong Ket “Kuntisraya”.

Melihat fakta yang ada, betapa kayanya bangsa Indonesia dengan

berbagai warisan budaya, dan kekayaan tersebut patut kita banggakan.

Langkah selanjutnya adalah bagaimana mengelola warisan tersebut

agar tetap lestari, dan juga bermanfaat bagi pariwisata, pendidikan,

dan kesejahteraan masyarakat?. Pengelolaan yang baik dan benar

adalah menyeimbangkan dua perbedaan prinsip mendasar yang sangat

sulit untuk dilakukan. Prinsip pertama adalah kecenderungan pada

pendekatan pengelolaan warisan budaya dengan berlatarbelakang

konservasi sedangkan prinsip kedua adalah pendekatan pariwisata yang

lebih cenderung mengganggap bahwa warisan budaya adalah sebuah

produk pada industri pariwisata. Kesulitan untuk membedakan kedua

prinsip pengelolaan tersebut akan berimplikasi pada sering terjadinya

kesalahan tentang pentingnya pengelolaan dan alasan pengelolaan

warisan budaya tersebut. Tatkala alasan konservasi diajukan sebagai

prinsip dasar pengelolaan, maka kendala yang paling dominan

adalah kendala pembiayaan, sedangkan alasan produk terkendala

oleh kekwatiran terhadap kelestarian warisan budaya tersebut. Untuk

menyatukan konsep yang berbeda inilah diperlukan pengelolaan yang

mampu memadukan kedua prinsip dasar tersebut sehingga antara tujuan

konservasi dan pemanfataan dapat bertemu dalam keseimbangan.

Kondisi nyatanya adalah pariwisata lebih digerakkan oleh pasar

industri yang lebih menekankan pada tujuan kemudahan untuk

wisatawan “permintaan” sementara budaya termasuk warisan budaya

menekankan pada produk serta aspek penawaran. Perbedaan inilah yang

menjadi pekerjaan sulit bagi pengelola warisan budaya dan pengelolaan

pariwisata untuk mencari titik temu yang ideal agar tercapainya

keseimbangan. Namun dalam kenyataannya, produk pendukung lainnya

yang disajikan oleh sebuah organisasi lebih menekankan pada usaha

penawaran dan pemasaran, sementara warisan budaya memerlukan dua

Page 74: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

65

sentuhan yang berbeda yakni sentusan konservasi, dan kemanfaatannya

bagi masyarakat lokal sekitarnya.

Tantangan terbesar dalam pengembangan pariwisata budaya adalah

bagaimana mengelola secara bijaksana warisan budaya agar berhasil

menjadi produk pariwisata yang dapat dikonsumsi oleh wisatawan,

namun masih dapat dikelola oleh organisasi nirlaba lainnya seperti

Desa Adat misalnya. Pengelolaan warisan budaya yang baik sebenarnya

lebih menekankan pada hal-hal yang sifatnya non fisik daripada budaya

fisik, dan warisan budaya masyarakat lokal adalah elemen inti dari

pengelolaan tersebut. Prinsip ini menjelaskan bahwa warisan budaya

yang lestari adalah tatkala masyarakat lokal sekitarnya dilibatkan dalam

hal pemanfaatannya maupun pemeliharaannya. (Lowenthal, 1996).

Kita ambil tiga warisan budaya sebagai sebuah contoh perbandingan,

misalnya Ankor Wat di Kamboja mungkin akan lebih pendek umur

kelestariannya jika dibandingkan dengan Candi Prambanan di

Indonesia karena masyarakat lokal masih dilibatkan secara nyata

kekinian dan masih dapat dimanfaatkan pada ritual keagamaan pada

hari-hari tertentu. Jika masyarakat dapat memanfaatkannya sebagai

warisan budaya yang hidup, hidup aktivitasnya, hidup pengelolaannya,

hidup manfaatnya bagi masyarakat maupun wisatawan, maka warisan

dunia tersebut akan menjadi lebih lestari.

Kelestarian warisan budaya sangat memerlukan keseimbangan

pengelolaan, sehingga perlu kesepakatan bersama tentang tugas dan

tanggungjawab, siapa yang bertugas memelihara, siapa yang bertugas

mengatur aktivitasnya agar tidak melebihi daya tampung, dan siapa

yang mempromosikan warisan budaya tersebut. Warisan budaya yang

dikemas menjadi produk pariwisata sebagai daya tarik bagi wisatawan

adalah tentang bagaimana kita menjual pengalaman bukan menjual

wujud fisiknya, sehingga pengetahuan dan ketrampilan para pemandu

wisata sangat diperlukan khususnya tentang sejarah warisan budaya,

serta budaya masyarakat sekitar, dan tentu juga penguasaan ketrampilan

tentang budaya pariwisata, dan pariwisata budaya. Pemasarannyapun

mesti tersasar dengan jelas pada wisatawan yang benar-benar memiliki

minat dan ketertarikan yang tinggi terhadap pariwisata budaya sehingga

wisatawan tersebut juga akan peduli dengan kelestarian budaya, dan

keindahan alam Bali.(*)

Page 75: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

66

20 (2017) Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam

koran/majalah populer “Pos Bali” yang berjudul “Membentuk Etos

Wirausaha, Makan untuk Bekerja” Edisi 20 Pebruari 2017

Membentuk Etos Wirausaha

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama

Zona Nyaman

Seorang pegawai

sebuah perusahaan swasta

dihadapkan pada sebuah

persoalan hidup, dimana

dia harus menentukan

pilihan pada suatu

situasi yang amat sulit.

Persoalan tersebut adalah

antara mempertahankan

pekerjaannya saat ini yang

selama 15 tahun nyaris

tidak menaikkan gajinya

secara seimbang dengan

situasi saat ini. Pada situasi yang sulit tersebut, ternyata dia telah menikah

dan penghasilannya hanya cukup menghidupi rumah tangganya hingga

tanggal 15 saja, dan setelahnya harus mencari subsidi sana-sini. Dengan

penuh keterpaksaan tersebut, akhirnya ia tidak mampu bertahan lagi

untuk lebih lama lagi bekerja diperusahaan tersebut, dan tercetuslah

niat untuk bekerja secara mandiri. Dengan penih keberanian di tengah

Page 76: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

67

rasa takutnya, walaupun ia belum tentu akan langsung berhasil dengan

usaha baru yang ia akan jalankan, ia akhirnya terpaksa melakukannya.

Untuk melahirkan insan yang memiliki jiwa wirausaha adalah

dengan mengajarkan sesuatu yang membuat seseorang terpaksa untuk

berpikir dan pada akhirnya membentuk seseorang berpikir untuk

terpaksa, karena dengan keterpaksaan sajalah seseorang akan memiliki

jiwa wirausaha yang superdahsyat untuk melompati tembok persoalan

yang sedang dihadapinya. Sebagaian besar masyarakat Indonesia lebih

menyukai lapangan pekerjaan yang memiliki zona nyaman seperti

menjadi PNS atau pegawai BUMN, dan sejenisnya. Banyak orang

mengetahui apa yang seharusnya mereka perbuat, tetapi sedikit saja

yang benar-benar melaksanakan apa yang mereka ketahui. Seseorang

yang berpikir bahwa ia terpaksa, akan melihat segala sesuatu menjadi

sebuah peluang, sementara seseorang yang berada dalam zona nyaman,

akan berpikir sebaliknya.

Kecerdasan Sosial dan Spritual

Buzam (2002) menguraikan bahwa keberhasilan usaha bisnis

seseorang ditentukan oleh kecerdasan sosial, sikap, dan kemampuan

negosiasi, namun yang ditonjolkan oleh sekolah dari tingkat dasar

hingga perguruan tinggi lebih dominan menekankan pada kecerdasaran

intelektual saja. Lulusan perguruan tinggi dianggap sebagian besar

sebagai penyumbang angka pengangguran tertinggi di Indonesia.

Perguruan tinggi akhirnya dianggap gagal untuk menciptakan lulusan

yang siap untuk bekerja, begitu juga dianggap gagal memenuhi kualifikasi

dan kompetensi yang diperlukan oleh masyarakat industri karena

kurikulumnya yang tidak berseseuaian dengan apa yang diperlukan oleh

dunia kerja. Pada kondisi inilah, peran pemerintah dan perguruan tinggi

diharapkan mampu mendorong para lulusan perguruan tinggi untuk

berwirausaha atau bekerja secara mandiri.

Pada kondisi keterpaksaan, seseorang harus dilengkapi dengan

kecerdasan spiritual agar mereka tidak terjebak pada jebakan untuk

menghalalkan segala cara. Kecerdasan spiritual akhirnya dianggap

sebagai faktor penting dalam menentukan pembentukan jiwa wirausaha

yang mandiri secara luhur. Seseorang yang sepanjang hidupnya hanya

menjadi karyawan, maka sepanjang hidupnya pula ia hanya berpikir dan

berada pada kondisi hidup yang kurang bermakna yakni bekerja untuk

hidup, bukan hidup untuk bekerja. Seseorang yang bekerja untuk hidup

akan membawa kondisi bekerja hanya untuk makan, yang semestinya

makan untuk bekerja. Jika seseorang menjadi mandiri dalam hidupnya,

Page 77: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

68

maka hidupnya menjadi lebih bermakna karena ia akan menjadi saluran

berkat bagi orang lain dan membawa pada posisi status sosial yang lebih

bermakna.

Membentuk Etos Kerja Mandiri

Untuk mewujudkan mental wirausaha, diperlukan rekayasa mental

yang dilaksanakan secara masif, terstruktur, dan sistematis dengan

menyentuh secara substantif melalui rekayasa kurikulum pendidikan dari

tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Pendidikan harus menekankan

pembangunan manusia seutuhnya, yakni utuh spritualitasnya,

sosialitasnya, dan intelektualitasnya secara seimbang. Pembangunan

persekolahan mestinya lebih diarahkan untuk melakukan rekayasa

mental dengan menggunakan model kompetisi, model simulasi, dan

permainan belajar yang kreatif dan inovatif sesuai talenta yang dimiliki

oleh masing-masing siswa.

Sekolah dan perguruang tinggi harus mampu menjadi saluran bakat

yang menyenangkan dengan memotivasi, menginspirasi, memfasilitasi,

dan mendukung para generasi muda sehingga dari program-program

tersebut akan terbentuk generasi yang memiliki rasa percaya diri yang

tinggi, jiwa kemandirian, dan optimisme yang cukup untuk bertarung

dalam bekerja dan berusaha secara mandiri. Bagi masyarakat Indonesia,

selain rekayasa mental, juga diperlukan rekayasa budaya untuk keluar

dari belenggu budaya kebangsawanan yang secara tidak sadar telah

menjadi faktor penghambat kemandirian bangsa. Rekayasa budaya

bangsawan ini diarahkan untuk menghapus budaya gengsi. Budaya

gengsi telah membelenggu generasi muda kita menjadi pilih-pilih

pekerjaan, cengeng, dan mudah menyerah pada situasi sulit.

Penulis adalah Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, dan

Dosen Tetap pada Fakutas Ekonomika dan Humaniora Universitas Dhyana

Pura, Bali

Page 78: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

69

21 (2017) Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam

koran/majalah populer “Pos Bali” yang berjudul “Pariwisata dalam

Dikotomi Kualitas dan Kuantitas” Edisi 17 Maret 2017

Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama

Kontribusi Pariwisata bagi Pembangunan Daerah

Pariwisata didaulat sebagai

salah satu mesin penggerak

perekonomian dunia yang terbukti

mampu memberikan kontribusi ter-

hadap kemakmuran sebuah negara.

Pembangunan pariwisata juga

mampu menggairahkan aktivitas

bisnis untuk menghasilkan manfaat

sosial, budaya, dan ekonomi yang

cukup nyata bagi suatu negara.

Keberhasilan sektor pariwisata yang

paling mudah untuk diamati adalah

bertambahnya jumlah kedatangan

wisatawan dari periode ke periode.

Pertambahan jumlah wisatawan

dapat terwujud jika wisatawan yang

telah berkunjung puas terhadap destinasi dengan berbagai atribut yang

ditawarkan oleh pengelolanya. Wisatawan yang puas akan cenderung

menjadi setia untuk mengulang liburannya dimasa mendatang dan

Page 79: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

70

memungkinkan mereka juga bersedia merekomen teman-teman, serta

kerabatnya untuk berlibur ke tempat yang sama.

Dari perspektif ekonomi, dampak positif pariwisata khususnya bagi

pariwisata Bali dapat diamati dari beberapa hal, diantaranya adalah (1)

mendatangkan devisa bagi negara melalui penukaran mata uang asing,

(2) pasar potensial bagi produk barang dan jasa masyarakat Bali dan juga

Indonesia, (3) meningkatkan pendapatan masyarakat yang kegiatannya

terkait langsung atau tidak langsung dengan jasa pariwisata Bali, (4)

memperluas penciptaan kesempatan kerja yang terkait langsung seperti

perhotelan, restoran, agen perjalanan, maupun pada sektor-sektor yang

tidak terkait langsung seperti industri kerajinan, penyediaan produk-

produk pertanian, atraksi budaya, bisnis eceran, jasa-jasa lainnya, (5)

sumber pendapatan asli daerah (PAD) dari pajak dan retribusi, dan (6)

merangsang kreaktivitas seniman, baik seniman pengrajin industri kecil

maupun seniman.

Dikotomi Kuantitas dan Kualitas

Segmentasi pariwisata Bali pada tahun 2016 mengindikasikan

bahwa wisatawan mancanegara yang berwisata ke Bali belum

menunjukkan wisatawan yang berkualitas dengan fakta emipiris bahwa

dari 4.927.937 orang, terdapat 23,20% mereka berasal dari Australia,

dan 20,11% dari Tiongkok (Disparda Bali, 2016). Bali saat ini memiliki

sekitar 130.000 kamar hotel dan dinilai sudah melebihi kebutuhan, pada

saat yang bersamaan Pemprov Bali mengambil kebijakan mencabut

moratorium pembangunan hotel. Pembangunan hotel di Kabupaten

Badung dapat dimulai pada 2016, dan wilayah Kota Denpasar boleh

dilakukan pada 2017 ini (Berita Bali, 2016). Ada apa dengan Bali?.

Ketika pariwisata direncanakan dengan baik, akan dapat

memberikan manfaat bagi masyarakat lokal, para pelaku bisnis, dan

bagi wisatawan itu sendiri secara harmonis. Diskusi tentang pariwisata

bersama Forum Wartawan Pariwisata, dengan topik “kuantitas atau

kualitas”, terlihat dan nampak jelas masih terjadinya dikotomi yang

saling berbenturan, jika tidak mampu dikelola dengan baik, akan

memunculkan disharmoni antara masyarakat lokal, para pelaku bisnis,

dan bagi wisatawan itu sendiri (Pitana, 2017). Kasus pariwisata Bali,

banyak kalangan khususnya para pelaku bisnis akomodasi mengganggap

bahwa Bali sudah kelebihan suplai kamar, sementara para pelaku

bisnis perjanalan wisata mengganggap bahwa Bali masih kekurangan

wisatawan untuk mengisi kelebihan suplai akomodasi. Para pengelola

jasa pendidikan pariwisata berharap pembangunan pariwisata harus

Page 80: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

71

tetap dilakukan disepanjang masa untuk dapat menampung calon

tenaga kerja yang dihasilkannya. Kesimpulannya adalah bahwa kita

masih memerlukan kedatangan wisatawan dan secara kualitas juga

mesti terus meningkat kuantitasnya. Apakah itu mungkin?. Faktanya,

Bali baru saja menerima sebuah penghargaan dari Travel Journal

Singapore sebagai “The best relaxation destination” (Pitana, 2017)

yang mengindikasikan bahwa Pulau Bali sebagai Destinasi Pariwisata

Internasional yang layak mempromosikan dirinya sebagai destinasi bagi

wisatawan yang berkualitas. Pada sisi yang bersamaan, Bali juga masih

memiliki potensi untuk mendatangkan wisatawan lebih banyak lagi

dari tahun sebelumnya karena ketersediaan akomodasi yang melimpah.

Tuntutan Pembangunan Berkelanjutan

Isu tentang moratorium pembangunan hotel di Bali telah lama

dikumandangkan, namun sejak diberlakukannya Undang-Undang

(UU) Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan atau

diganti menjadi UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah tentang hakekat otonomi pembangunan, maka secara tidak

langsung mengisyaratkan pemerintah daerah melakukan pembangunan

secara maksimal demi kemakmuran daerah masing-masing khususnya

kabupaten/kota. Bagi Pemerintah daerah, ini adalah kesempatan seluas-

luasnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, yang tidak

hanya mengandalkan dana perimbangan pusat dan daerah, tetapi juga

menggali potensi sumber-sumber pendapatan asli daerah dengan tetap

memperhatikan prinsip-prinsip keadilan dan keberlanjutan termasuk

juga sektor pariwisata. Artinya moratorium pembangunan hotel di

Bali secara kebijakan amat sulit untuk dilakukan, namun akan berjalan

sesuai mekanisme pasar yakni sepanjang masih ada permintaan, akan

masih tetap ada pembangunan akomodasi. Begitu juga, sepanjang

masih melimpahnya suplai akomodasi, maka para pelaku bisnis

pariwisata masih akan melakukan kegiatan promosi yang bertujuan

untuk mendatangkan wisatawan sesuai targetnya.

Bali Perlu Pemerataan Pembangunan Pariwisata

Ada beberapa skenario dapat dilakukan untuk mengharmoniskan

dikotomi antara tuntutan kuantitas dan kualitas. Pertama adalah hanya

mengijinkan investasi pembangunan kepariwisataan di luar wilayah

yang sudah dianggap jenuh yakni Badung, Denpasar, dan Gianyar.

Kedua adalah menentukan zona wilayah sentra pariwisata, pendukung

pariwisata, dan penunjang pariwisata Bali dengan mempertimbangkan

keunggulan komparatif wilayah. Ketiga adalah dengan menyerahkan

Page 81: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

72

seluruh kebijakan pembangunan kepariwisataan pada daerahnya

masing-masing dengan sistem dan mekanismenya masing-masing

secara adil dan bijaksana.

Penulis: Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Dosen Tetap

Program Studi Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomika dan Hu-

maniora, Universitas Dhyana Pura, dan Alumni Program Doktor Pari-

wisata Universitas Udayana, Bali.

Page 82: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

73

22 (2017) Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam

koran/majalah populer “Pos Bali” yang berjudul “Membangun

Pariwisata di Daerah Blank Spot” Edisi 22 Maret 2017

Pembangunan Pariwisata Pada Daerah Blank Spot Budaya

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama

Daerah-daerah yang tidak

memiliki budaya spesisfik ibaratnya

seperti jaringan komunikasi sering

disebut “blank spot area” akan ber-

hadapan dengan banyak kendala

dalam pembangunan pariwisata

budaya. Pada konteks pariwisata,

budaya seringkali dianggap

sebagai sebuah kekayaan yang di-

peruntukkan untuk konsumsi

para wisatawan, sehingga budaya

akhirnya mengalami komodifikasi.

Bali sebagai daerah tujuan wisata

dalam proses pengembangan bu-

dayanya, acapkali disesuaikan

dengan gaya masyarakat barat,

sehingga lambat laun budaya akan mengalami kehilangan keunikan

dan tidak mampu menunjukkan perbedaan dengan budaya lainnya

khususnya dengan budaya para wisatawan asing tersebut. Jika hal tersebut

terjadi, maka lambat laun minat wisatawan akan menurun. Persoalannya

adalah, bagaimanakah dengan daerah-daerah yang termasuk dalam

Page 83: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

74

kategori blank spot budaya?. Sebut saja misalnya Daerah Jembrana,

Kepulauan Nusa Penida, dan Daerah Buleleng bagian barat, akan amat

sulit menemukan budaya asli daerah tersebut. Apakah daerah seperti

itu layak dikembangkan sebagai pariwisata budaya?. Model pariwisata

seperti apakah yang sesuai untuk daerah blank spot budaya?.

Hilangnya identitas budaya daerah

Penguatan identitas lokal dan kreatifitas etnis amat penting

karena dapat memberikan respon dan akibat terhadap perbedaan dan

keragamaan sebagai komoditas yang dikonsumsi oleh wisatawan.

Menurut Hitchcock (2000), etnisitas dapat dipahami sebagai

sumberdaya yang dapat digerakkan untuk memunculkan keunikan

budaya tertentu dalam konteks pembangunan pariwisata budaya. Begitu

juga Scott (1995), menganggap bahwa pariwisata memiliki peranan

yang penting untuk pembentukan identitas dan etnisitas dimana

perbedaan budaya adalah hal yang bisa dipasarkan sebagai sumber daya

destinasi pariwisata. Selanjutnya Burlo (1996), menjelaskan elemen

budaya dapat dikomodifikasi mengikuti pariwisata, tetapi hendaknya

tetap menghargai ke-tradisionalan budaya sebagai sesuatu proses

masyarakat lokal yang dapat menarik wisatawan dan dapat memberikan

kekuatan politik masyarakat sehingga dalam kontek ini, pariwisata dapat

mengurangi mariginaliasi masyarakat akibat adanya manipulasi politik.

Model pariwisata untuk daerah blank spot budaya

Strategi paling jitu untuk pemberdayaan daerah blank spot budaya

adalah tidak memaksakannya dibangun dalam model pariwisata budaya

seperti yang telah disampaikan oleh para ahli pariwisata budaya. Jikalau

demikian, kekayaan alamnya dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata

dan tentu saja diperlukan kemauan, harapan, kreatifitas, dan inovasi dari

semua pemangku kepentingan daerah secara sosial maupun politik. Model

komodifikasi budaya juga dapat dilakukan sepanjang kreator budaya mampu

menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan budaya aslinya untuk

menghindari konflik saling klaim dengan daerah lainnya. Apapun model

pariwisata yang dikembangkan, keterlibatan masyarakat memegang peranan

sangat penting sehingga pendekatan pembangunan pariwisata “community

based tourism” selalu diutamakan dan dipertimbangkan (Murphy, 1985).

Siapa itu masyarakat lokal?, definisi ini harus mengandung makna

pelibatan partisipasi masyarakat, harus melibatkan masyarakat yang berkuasa,

siapa yang termasuk masyarakat lokal, siapa yang seharusnya paling dilibatkan

untuk mengurangi konflik dikemudian hari dalam pembangunan pariwisata.

Antisipasi ini amat penting untuk mengindari terjadinya sebuah kebencian

Page 84: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

75

terhadap pemandu wisata yang bukan merupakan penduduk lokal. Jikalau

dibangun pusat atau pasar oleh-oleh (souvenir shop) pada daerah tertentu,

mestinyalah menjual produk-produk masyarakat lokal di mana daya tarik

wisata itu ada. Regulasi dan pengaturan serta tata kelola pemanduan wisata

mesti dikelola berhirarki yang memungkinkan memberdayakan para

pemandu wisata lokal karena merekalah yang lebih mengetahui daerahnya.

Pembangunan pariwisata pada daerah blank spot budaya di Bali

Untuk daerah Blank Spot budaya seperti daerah Jembrana, mestinya

para pemangku kepentingan berani mengambil beberapa alternatif yang

berani dan kreatif untuk membangun kepariwisataan Jembrana seperti

mempromosikan destinasi halal karena sumberdaya manusia pendukungnya

memang melimpah. Begitu juga misalnya pengembangan wisata rohani

atau spritual Kristen dan Katolik mungkin akan menjadi faktor pembeda

dengan daerah lain dan sekaligus mengisi ruang blank spot budaya yang

ada. Daerah Buleleng bagian barat yang dulunya pernah dikenal sebagai

pelabuhan laut yang cukup maju, dapat dikembangkan sebagai daerah

wisata bahari atau pesiar karena daerah pantai utara memang sebenarnya

lalu lintas laut Nusantara yang cukup popular. Begitu juga halnya dengan

Kepulauan Nusa Penida yang saat ini mulai dikenal oleh para wisatawan

oleh karena keindahan alamnya. Namun, derah tersebut sebenarnya adalah

daerah blank spot budaya yang tidak ditemukannya sebuah budaya asli,

dan masih amat identik dengan budaya di daetah-daerah Bali Pulau pada

umumnya. Pada kondisi seperti inilah diperlukan kreatifitas dan inovasi

dari masyarakat lokal untuk membentuk faktor pembeda dan keunikan

dengan daerah-daerah Bali Pulau pada umumnya.

Pada beberapa kasus pengembangan pariwisata yang ada,

menunjukkan bahwa pada masyarakat yang berbeda memiliki

keterlibatan yang berbeda pula pada setiap inisiatif pembangunan.

Misalnya di Jembrana akan memungkinkan lebih banyak dikembangkan

daya tarik wisata buatan (man-made), namun di Kepulauan Nusa Penida

lebih banyak dikembangkan daya tarik wisata semi-buatan (semi-man

made), dan begitu juga dengan daerah Buleleng bagian barat diperlukan

lebih banyak sentuhan kreatifitas khususnya untuk mengatasi kelemahan

aksesibilitas misalnya dengan membangun bandara alternatif, dan

pelabuhan laut yang memungkinkan bersandarnya kapal pesiar.

Penulis: Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Dosen

Tetap Program Studi Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomika dan

Humaniora, Universitas Dhyana Pura, dan Alumni Program Doktor

Pariwisata Universitas Udayana, Bali.

Page 85: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

76

23 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah populer Tribun Bali yang berjudul “OPINI BERSERI: KORUPSI LEBIH KEJAM DARI TERORISME”

Korupsi lebih Kejam dari Terorisme (1)

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama

Bisa jadi, kini kata ”korupsi”

menjadi salah satu kata yang paling

banyak diucapkan di Indonesia.

Tiap hari kita mendengarnya di

media massa. Tapi sangat jarang

media memuat bagaimana cara

meminimalkan, menghingdari, atau

menolak tindakan korupsi. Tulisan

ini mencoba memarkan faktor-

faktor yang berhubungan dan yang

mungkin dapat memicu tindakan

korupsi.

Seharusnyalah kita, bangsa

Indonesia, malu memiliki negara

dengan tingkat korupsi tertinggi di

dunia. Korupsi di Indonesia sudah

sangat mengkhawatirkan dan berdampak buruk pada hampir seluruh

sendi kehidupan. Pernyataan ini dapat dijelaskan oleh fakta berdasarkan

corruption perception index 2009 Indonesia bertengger pada ranking

111 dengan skor 2,8 (padahal angka terbersih adalah 10) bersama negara

Djibouti, negara republik di Afrika timur laut, yang belum dikenal oleh

Page 86: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

77

banyak orang. Lalu bagaimana corruption perception index 2012? Coba

anda tebak, apakah kita bertambah bersih atau malah kian korup?

Beberapa faktor penyebab tindak korupsi dapat dibedakan menjadi

faktor internal dan eksternal. Faktor internal sangat dimungkinkan oleh

sebab prilaku materialistis dan konsumtif manusia zaman kapitalis ini.

Hal itu menyebabkan orang-orang yang memiliki kuasa atau jabatan

menjadi semakin “tamak” dan “rakus”. Moral kurang kuat menghadapi

godaan juga menjadi menyebab yang cukup kuat seseorang berbuat

korup. Sifat malas namun ingin dapat hasil besar, kurangnya keteladanan

para pemimpin, nyaris menjadi tontotan tiap hari. Sementara rendahnya

gaji para pegawai negeri dan swasta juga dapat mendorong terjadi

tindakan korupsi, ditambah lagi mekanisme pengawasan yang kurang

ketat dalam organisasi pemerintahan atau swasta.

Kondisi lingkungan sebuah organisasi atau lembaga juga mendorong

terjadinya seseorang yang tidak memiliki hasrat untuk korupsi akhirnya

terpaksa terseret juga oleh arus lingkungannya yang terlanjur kompromi

terhadap kebiasaan korupsi. Fakta internal lainnya juga diindikasikan

oleh lemahnya keimanan, rendahnya kejujuran, kurannya rasa malu, dan

rendahnya penerapan etika berorganisasi atau bermayarakat.

Faktor external yang mendorong hasrat untuk melakukan

tindakan korupsi dapat disebabkan oleh money politic yang cenderung

menghasilkan pemimpin korup. Pemimpin yang terpilih karena uang

cenderung berusaha mendapatkan uang untuk mengembalikan yang

telah dikeluarkannya. Penegakan hukum yang lemah, serta perundang-

undangan yang dibuat asal-asalan juga menjadi faktor penyebab

dominan suburnya tindakan korupsi di Indonesia (DIKTI, 2012).

“Extra ordinary crime for corruption”

Korupsi identik dengan kebusukan, keburukan, kebejatan,

ketidakjujuran, suap, amoral, kotor, dan pastinya korupsi bukanlah

sebuah budaya malainkan sebuah tidakan yang tidak beradab yang lebih

kejam dari terorisme.

Meluasnya praktik korupsi di suatu negara akan memperburuk

kondisi ekonomi bangsa, misalnya harga barang menjadi mahal dengan

kualitas yang buruk, akses rakyat terhadap pendidikan dan kesehatan

menjadi sulit, keamanan suatu negara terancam, kerusakan lingkungan

hidup, dan citra pemerintahan yang buruk di mata internasional

sehingga menggoyahkan sendi-sendi kepercayaan pemilik modal asing,

krisis ekonomi yang berkepanjangan, dan negara pun menjadi semakin

terperosok dalam kemiskinan. Bukankah hal tersebut lebih kejam dari

Page 87: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

78

terorisme?

Di Indonesia, dengan meminjam istilah kedokteran, korupsi telah

mamasuki stadium lanjut dan kronis, bahkan korupsi dianggap sebagai

kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) dengan dampak buruk yang

luar biasa pula, untuk itu kita memerlukan tindakan luar biasa (salah

satunya adalah KPK).

Pemberantasan korupsi dapat terdiri dari penindakan dan

pencegahan. Saat ini upaya pemberantasan korupsi belum menunjukkan

hasil yang optimal dan oleh karena itu perlu ditingkatkan dengan

pendekatan yang holistik dan simultan dengan melibatkan semua

elemen masyarakat. Kita semua harus menjadi subjek pemberantas

korupsi, dan menurut PP 71 Th. 2000 disebutkan bahwa peran serta

masyarakat adalah peran aktif yang dapat perorangan, ormas, atau

Lembaga Swadaya Masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan

tindak pidana korupsi. Pemberantasan korupsi adalah serangkaian

tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi

melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan-penyidikan,

penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan dengan peran serta

masyarakat (KPK).

Tidak dapat dimungkiri lagi, peran pemuda atau mahasiswa

telah tercatat dalam sejarah Indonesia sebagai kelompok masyarakat

yang paling ampuh untuk dapat melakukan perubahan. Kebangkitan

Indonesia yang terkerucut dalam sumpah pemuda 1928 adalah tonggak

sejarah lahirnya NKRI, Lahirnya Orde Baru yang kala itu adalah baik

dan benar juga diperankan oleh kelompok pemuda atau mahasiswa.

Saat lahirnya Era reformasi lagi-lagi mahasiswa berada pada barisan

terdepan. Pada kondisi saat ini, peran perguruan tinggi menjadi sangat

penting karena perguruan tinggilah yang akan mencetak generasi yang

semestinya telah dibekali senjata anti korupsi. Pemberantasan korupsi,

terutama pencegahan, perlu melibatkan peran serta masyarakat,

termasuk. Mahasiswa mempunyai potensi besar untuk menjadi agen

perubahan dan motor penggerak gerakan anti korupsi.

Mestinya,perguruan tinggi menjadi pendorong gerakan pencegahan

korupsi, dan gerakan tersebut dapat diwujudkan dengan berbagai cara

dan metode, seperti pendidikan anti korupsi dengan mewajibkan

pemimpin mahasiswa untuk mengikuti pendidikan anti korupsi,

mendorong adanya pendidikan anti korupsi di kampus, mengadakan

seminar anti-korupsi, adanya materi pendidikan anti-korupsi untuk

perguruan tinggi. Sementara metode yang dapat digunakan adalah

dengan kampanye gerakan anti korupsi, melalui pembuatan media

Page 88: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

79

prograganda seperti baliho, spanduk, dan poster, pembuatan media

on-line untuk mengkampanyekan ujian bersih, menanamkan nilai

kejujuran/ujian bersih pada tingkatan mahasiswa.

Dari mana memulainya? Tak seorang pun dapat mengubah dunia

ini jika tidak dimulai dari diri sendiri. Gerakan perubahan diri dapat

dimulai saat ini juga. Setidaknya gerakan anti korupsi dapat digerakkan

dari berbagai dimensi; dimensi budaya, hukum, politik, sosial, agama,

bahkan mungkin dari dimensi ilmu kedokteran, misalnya. edisi 1640

I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MMA., MA., Dekan Fakultas

Ekonomika dan Humaniora Universitas Dhyana Pura Bali.

Page 89: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

80

24 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah populer Tribun Bali yang berjudul “OPINI BERSERI: KORUPSI LEBIH KEJAM DARI TERORISME”

Korupsi lebih Kejam dari Terorisme 2

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama

Pemberantasan Korupsi? Dari

mana memulainya? Tak seorang

pun dapat mengubah dunia ini

jika tidak dimulai dari diri sendiri.

Gerakan perubahan diri dapat

dimulai saat ini juga. Setidaknya

gerakan anti korupsi dapat dimuali

dari berbagai dimensi; dimensi

budaya, hukum, politik, sosial,

agama, bahkan mungkin dari

dimensi ilmu kedokteran, misalnya.

Kebiasaan toleran dan permisif

terhadap korupsi akan menjadi

akumulasi layaknya bola salju

yang menggelinding dan semakin

lama akan semakin besar. Korupsi

bahkan lebih kejam dari terorisme dan penyakit menular seperti HIV/

AIDS, dan tidak salah jika kakek/nenek kita menyebut penyakit kulit

yang menular disebut dengan penyakit kurap (Bahasa Belanda corruptie,

atau Bahasa Inggris corrupt).

Page 90: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

81

Strategi Pemberantasan Korupsi adalah dengan memberikan

pendidikan anti korupsi yang terpadu dalam kurikulum sebagai sebuah

matakuliah wajib. Pemberian pendidikan anti korupsi paling mungkin

dimulai dari tingkatan perguruan tinggi dengan harapan agar mahasiswa

mampu menjelaskan arti kata dan definisi korupsi secara tepat dan

benar, mampu menjelaskan sejarah korupsi dan pemberantasan korupsi

di Indonesia dengan benar, mampu menjelaskan bentuk-bentuk korupsi

dan perilaku koruptif dengan benar, mampu membedakan bentuk tindak

pidana korupsi dan perilaku koruptif, mampu menganalisis perbuatan

korupsi dan perilaku koruptif di masyarakat, dan mampu mengevaluasi

dan memahami berbagai bentuk tindak korupsi dan perilaku koruptif.

“Jika korupsi adalah extra ordinary crime maka diperlukan

tindakan yang luar biasa”

Saat ini kita memerlukan kebangkitan nasional dalam bentuk

kebangkitan gerakan anti korupsi! Ucapkan selamat datang generasi

muda anti-korupsi, dan pastikan bahwa Indonesia akan lebih baik jika

tanpa korupsi.

Meluasnya praktik korupsi di suatu negara akan memperburuk

kondisi ekonomi bangsa, misalnya harga barang menjadi mahal dengan

kualitas yang buruk, akses rakyat terhadap pendidikan dan kesehatan

menjadi sulit, keamanan suatu negara terancam, kerusakan lingkungan

hidup, dan citra pemerintahan yang buruk di mata internasional

sehingga menggoyahkan sendi-sendi kepercayaan pemilik modal asing,

krisis ekonomi yang berkepanjangan, dan negara pun menjadi semakin

terperosok dalam kemiskinan.

Kerugian negara akibat korupsi mencapai 40% dari dana APBN

per tahun dan terjadi secara terus menerus tanpa terbendung. Siapa yang

menikmati? Transparansi Internasional (TI) Indonesia mencatat kalau

uang rakyat dalam praktik Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

menguap oleh prilaku korupsi.

Dwipoto Kusumo dari Transparansi Internasional (TI) Indonesia

mengatakan mengatakan, “Sekitar 30 sampai 40 persen dana menguap

karena dikorupsi.” 70% dari praktik korupsi terjadi pada pengadaan

barang dan jasa oleh pemerintah (Bangkapost 30 Juli 2011). Lebih

lanjut dipaparkan, jika 40% dana APBN per tahun yang hilang tersebut

tidak terjadi, maka akan ada sekolah gratis sampai perguruan tinggi,

biaya kesehatan gratis, perumahan murah, kenaikan pendapatan, listrik

murah, modal usaha rakyat, air bersih siap minum, transportasi umum

Page 91: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

82

bagus, jalanan dan jembatan bagus, rel kereta ganda seluruh pulau besar,

fasilitas umum dan sosial bagus, lebih banyak bandara dan pelabuhan,

industri tumbuh, jaminan sosial bagi seluruh rakyat, alutsista cukup

dan dalam kondisi baik dan baru, hutang negara bisa diselesaikan dan

lain-lain yang tentunya akan semakin menyejahterakan masyarakat,

yang pada akhirnya meningkatkan martabat bangsa.

Gerakan Simultan!

Gerakan Simultan Anti Korupsi dapat dilakukan dengan melakukan

monitoring dan evaluasi, melakukan kerjasama internasional antarnegara

dan International NGOs. Pembentukan lembaga anti korupsi di

beberapa negara seperti di Hongkong (Independent Commission against

Corruption – ICAC); di Malaysia ada the Malaysia Anti-Corruption

Comission (MACC); di Indonesia ada Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK); Memperbaiki kinerja lembaga peradilan; Di tingkat departemen

pembentukan lembaga audit; Reformasi birokrasi dan reformasi

pelayanan publik; Pemantauan kinerja Pemerintah Daerah; Pemantauan

kinerja Parlemen (DPR dan DPRD).

Saat ini hukum di Indonesia anggap semakin mandul sehingga

tidak cukup hanya mengandalkan satu instrumen hukum yakni Undang-

Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi saja. Diperlukan

berbagai peraturan perundang-undangan atau instrumen hukum lainnya.

Peraturan perundang-undangan yang harus ada untuk mendukung

pemberantasan korupsi adalah Undang-Undang Tindak Pidana Money

Laundering misalnya, UU Perlindungan Saksi dan Korban, UU yang

mengatur mengenai pers yang bebas. Pengembangan mekanisme untuk

masyarakat yang akan melaporkan tindak pidana korupsi; Pengaturan

penggunaan electronic surveillance. Untuk mendukung pemerintahan

yang bersih, perlu instrumen Kode Etik atau Code of Conduct yang

ditujukan untuk semua pejabat publik, baik pejabat eksekutif, legislatif,

maupun code of conduct bagi aparat lembaga peradilan seperti

kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan LP (DIKTI, 2012).

Karena begiitu rumitnya permasalahan korupsi, upaya

pemberantasan korupsi tidak akan pernah berhasil tanpa melibatkan

peran serta masyarakat. Sehingga diperlukan strategi pemberantasan

korupsi yang terdiri dari tiga unsur utama, yaitu: pencegahan,

penindakan, dan peran serta masyarakat.

Salah satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan sadar

melakukan suatu gerakan anti-korupsi di masyarakat dan gerakan

tersebut harusnya dimulai dari mahasiswa sebagai agen perubahan dan

Page 92: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

83

kebangkitan bangsa karena di pundak mahasiswalah kekuasan dan

jabatan di masa depan dipertaruhkan. Dan sudah seharusnya gerakan

anti korupsi dipadukan dalam kurikulum di semua program studi secara

wajib mengingat masifnya kondisi korupsi di indonesia. edisi 1641

I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MMA., MA., Dekan Fakultas Ekonomika

dan Humaniora Universitas Dhyana Pura Bali.

Page 93: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

84

25 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam opini/artikel populer Tribun Bali yang berjudul “Benih Kehancuran Bangsa”

Benih Kehancuran Bangsa

Oleh Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

Perkembangan media jejaring sosial dan teknologi informasi

telah menembus batas penghalang informasi untuk disampaikan

kepada masyarakat. Akhir-akhir ini konflik yang berbau-bau SARA

mencuat dan terjadi nyaris di sebagaian besar wilayah Indonesia dan

bahkan dunia. Permasalahan dan konflik SARA tidak saja terjadi

secara eksternal namun juga terjadi secara internalnya. Berbagai konflik

terjadi disebabkan oleh menguatnya egoism kelompok, etins, dan

penganut suatu agama itu sendiri, dan juga diidorong oleh melemahnya

kesadaran toleransi terhadap perbedaan. Faktor lainnya disebabkan oleh

menguatnya fanatisme yang belum dimbangi dengan pemahaman yang

benar tentang hakekat keragaman dan perbedaan. Faktor yang lebih lucu

lagi, adanya pencampur-adukan tentang agama dan budaya sehingga

beragama seperti layaknya sebuah penjajahan bangsa asing karena kita

tidak menyesuaikannya dengan budaya yang telah ada di Nusantara

ini. Harus diakui, amat sulit memang, membedakan antara agama dan

budaya yang menyertainya. Jika kita beragama Islam haruskah kita

menelan mentah-mentah budaya Arab yang menyertainya?, begitu juga

jika kita beragama Kristen haruskah dengan mudah meniru budaya

Eropa? , jika kita beragama Budha haruskah kita bergaya ala bangsa

Cina?, jika kita beragama Hindu haruskah kita menjadi orang India dan

sebagainya.

Page 94: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

85

Nyaris 100% penduduk Indonesia tercatat beragama namun amat

disayangkan justru berbagai tindak kekerasan, kriminalisasi, korupsi, dan

penyalahgunaan narkoba tercatat cukup tinggi dan marak terjadi dan

nyaris merata di sebagian besar kota-kota di Indonesia. Pertanyaannya,

apa yang sebenarnya yang telah salah dengan agama-agama di

Indonesia? Jawaban sementara yang dapat diutarakan yakni semakin

melemahnya pemahaman beragama tentang hakekat agamanya, serta

terjadinya komersialisasi organisasi keagamaan, dan politisasi agama itu

sendiri untuk meraih kekuasaan dunia.

Ada sebuah ibarat bahwa beragama mirip dengan orang yang

memakai “celana dalam”, dimana celana dalam tersebut perlu kita

gunakan untuk kenyamanan diri, namun tidak harus kita pamerkan

merk ataupun warnanya. Mungkin akan menjadi sebuah ironi jika kita

ternyata memnggunakan celana dalam yang robek dan terlihat oleh

orang lainnya. Jika demikian, gunakanlah celana dalam yang nyaman

untuk diri kita dan tidak perlu memaksakannya untuk orang lainya.

Namun jangan terlalu berharap jika kita menggunakan celana dalam

yang baik dan tidak perlu harus dipuji-puji oleh orang lain karena apa

yang kita gunakan untuk kenyamanan kita sendiri bukan untuk orang

lain. Ada juga yang beribarat bahwa orang-orang yang beragama

berbeda dalam sebuah Negara, seperti sekumpulan orang yang sedang

menghisap sebatang rokok yang berbeda merk dan jenis tembakaunya.

Mereka semua dapat menikmati rokok tersebut dengan nikmatnya tanpa

harus memaksa orang lain untuk mengisap rokok yang sama dengan

dirinya. Inti dari perumpaan ini adalah apa yang kita anggap baik dan

benar belum tentu baik dan benar bagi orang lainnya. Silogisme yang

mesti kita bangun adalah pahami dan lakukan apa yang baik menurut

kita untuk diri kita sendiri bukan untuk orang lainnya.

Kita memang harus melestarikan budaya daerah kita masing-

masing tanpa harus resisten dengan budaya orang lain atau memaksa

orang lainnya untuk menjadi sama dengan diri kita. Kita boleh membuat

program peningkatan keimanan beragama kita masing-masing tanpa

harus menghakimi kelompok lainnya sebagai kelompok orang-orang

kafir atau kelompok orang-orang dalam kegelapan. Makna persatuan

tidaklah harus seragam karena kita bukan Negara komunis, namun

yang terpenting adalah kesepakatan untuk sepakat menerapkan nilai-

nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Para pelopor kemerdekaan

kita telah membangun bangsa ini dalam sebuah kenyataan bahwa kita

memang heterogen dalam berbagai hal seperti agama, etnis, suku,

aliran, bahasa daerah, warna kulit, potensi daerah dan sebagainya dan

Page 95: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

86

itu sebuah kekayaan yang jika kita mampu kelola akan menjadi sebuah

daya tarik bagi bangsa lainnya untuk lebih mempercayai bangsa dan

Negara kita sebagai bangsa yang bermartabat dan berbudaya luhur.

Perlu kita catat bersama bahwa saat ini terlalu banyak pejabat kita

membuat perencanaan program kerja dengan target yang tinggi. Kita

ambil contohnya misalnya target pencapaian kunjungan wisatawan asing

berwisata ke Indonesia adalah 20 juta, mungkinkah?. Tentu saja target

tersebut akan terlalu kecil jika kita telah dianggap Negara yang memiliki

stabilitas politik, sosial, hukum, politik, dan keamanan yang dapat

dipercaya. Pembangunan apapun yang kita lakukan tanpa dukungan

faktor faktor tersebut, tidak mungkin dapat kita wujudkan. Akhirnya

dapat kita simpulkan bahwa untuk keberlanjutan pembangunan bangsa

ini, baiknya kita kembali kepada pengamalan nilai-nilai Pancasila dan

Bhineka Tunggal Ika yang telah kita sepakati bersama dan niscaya

bangsa kita akan menjadi bangsa yang besar, adil, sejahtera, makmur,

dan beradab.

Penulis adalah Dosen Tetap pada Fakultas Ekonomika dan Humaniora

Universitas Dhyana Pura, Bali, pemerhati masalah-masalah sosial dan

kepariwisataan

Page 96: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

87

26 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah

populer Tribun Bali yang berjudul “Peran Lembaga Keuangan

Sebagai Stimulator Gerakan Care For All”

Peran Lembaga Keuangan Sebagai Stimulator Gerakan Care For All

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama

Keterlibatan dan keaktifan sebuah perusahaan dalam pemberdayaan

masyarakat adalah sebuah idealisme dasar yang tercermin dari

dirumuskannya program Corporate Social Responsibility (CSR) secara

berkesinambungan. Idealisme tersebut sebenarnya sebuah kesadaran

yang semestinya bagi lembaga bisnis yang tidak hanya perduli pada

dirinya sendiri tetapi harus perduli pada masyarakat yang hidup

disekitarnya, perduli akan lingkungan oleh karenanya, keperdulian

tersebutnya sebuah perusahaan atau lembaga bisnis dapat dikatakan

profit yang senyata artinya profit yang tidak merampas hak masyarakat

untuk hidup, tidak merampas lingkungan untuk dapat menghidupi

manusia dan mahluk lainnya secara berkesinambungan, dan kesadaran

tersebut biasanya disebut dengan gerakan care for all.

Ada kesepakatan moral etis untuk membuat formula tentang

besaran anggaran sebuah perusahaan khususnya Multi National

Companies (MNC) atau perusahaan yang sudah go public untuk dapat

menjalankan gerakan CSR care for all tersebut sebesar 5% secara

konsisten dalam hal pendanaan maupun program-programnya. Gerakan

care for all dalam terminologi pembangunan berkesinambungan atau

corporate sustainability yang merupakan formula untuk menciptakan

equality antara people, planet, dan profit. Kesadaran akan pentingnya

Page 97: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

88

pembangunan berkesinambungan ini sebenarnya masih dalam bentuk

campaign karena tidak semua perusahaan telah sadar. Propaganda

tersebut diawali oleh adanya pemanasan global, krisis pangan, krisis

energi, dan berbagai inequality antara belahan negara maju dan negara

ketiga.

Jika ada perusahaan yang telah tersadar akan hal tersebut,

adalah sebuah langkah awal menuju cita-cita pembangunan yang

berkesinambungan. Jika ada lembaga keuangan seperti Bank Indonesia

(BI) yang sebenarnya memiliki peran Regulator Sentral untuk semua

lembaga keuangan di negeri ini melakukan gerakan care for all adalah

sebuah gerakan yang patut diacungi jempol apalagi gerakan tersebut

dapat didasarkan pada kesadaran yang senyatanya secara konsisten.

Keberhasilan BI menjadi Stimulator pemberdayaan masyarakat

khususnya kaum muda seperti mahasiswa untuk menjadi lebih mandiri

siap menciptakan lapangan pekerjaan akan dapat di teladani oleh

lembaga keuangan lainnya. Apalagi jika BI dapat menuangkannya dalam

sebuah gerakan wajib dan bila perlu menjadi indikator tambahan untuk

mengukur kesehatan sebuah lembaga keuangan di bawah koordinasi

BI.

Program-program CSR yang dirumuskan oleh BI mestinya dapat

menjangkau masyarakat miskin. Menurut catatan ADB, ternyata

mayoritas masyarakat miskin Indonesia bekerja di sektor pertanian.

Fakta terbaru bahwa penduduk Indonesia yang masih bekerja di

sektor pertanian berjumlah 46 juta orang, kita dapat membayangkan

begitu banyaknya masyarakat Indonesia berada pada garis kemiskinan.

CSR mestinya diarahkan untuk menggairahkan sektor pertanian

khususnya pertanian rakyat (bukan perusahaan besar saja) masih sangat

dimarginalkan oleh pemerintah maupun oleh lembaga keuangan yang

ada saat ini masih menganggap tidak berkontribusi nyata terhadap

pertumbuhan ekonomi. Jikalau ada program beasiswa dari BI mestinya

diprioritaskan untuk anak-anak petani, buruh tani dan nelayan. Jikalau

ada program pendidikan kewirausahaan bisnis kecil, mestinya program

kewirausahaan tersebut diarahkan untuk kewirausahaan yang berkorelasi

langsung dengan sektor pertanian dan perikanan. Apapun programnya

mestinya dikorelasikan dengan masyarakat miskin, daerah perdesaan

dan sebagainya. Untuk kasus Bali, gerakan care for all BI lebih diarahkan

untuk menciptaan lebih banyak pariwisata yang berbasis perdesaan

“desa wisata”. Mestinya CSR tidak hanya berupa gerakan moral etis

tetapi lebih dari pada itu yakni gerakan care for all yang seharusnya

menjadi kewajiban semua perusahaan yang ada di dunia ini. Jika hal

Page 98: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

89

tersebut dapat terwujud, maka life cycle perusahaan dapat bertumbuh

dan berkembang secara konsisten dan berkesinambungan.

I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MMA., MA., Dekan Fakultas Ekonomika

dan Humaniora Universitas Dhyana Pura Badung. Kandidat Doktor

Pariwisata Universitas Udayana, Bali.

Page 99: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

90

27 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/

majalah populer Tribun Bali yang berjudul “Membentuk Harmoni:

Terjangan Toko Berjejaring Versus Pasar Tradisional”

Membentuk Harmoni: Terjangan Toko Berjejaring Versus Pasar Tradisional

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama

Pasar tradisional saat ini tidak hanya menghadapi permsalahan

internal namun juga masalah eksternal yang sangat mempengaruhi

perkembangan dan keberadaannya. Pada sisi eksternal, pasar tradisional

harus menghadapi bertumbuh pesatnya pasar ritel modern yang

pastinya dari sisi permodalan, kualitas, dan penampilan jauh lebih baik

daripada pasar tradisional. Di banyak tempat, pasar tradisional nyaris

ditinggalkan oleh konsumennya khususnya pasar tradisional pada

daerah perkotaan. Kondisi ini diperparah lagi oleh minimnya kesadaran

para pengelola pasar tradisional terhadap kebersihan, kenyaman, dan

keamanan. Menurut penelitian LIPI (2005), Untuk kasus di Indonesia

saat ini, jumlah pasar tradisional cenderung menurun sebesar 2,97%

berbanding terbalik dengan pasar ritel modern yang cenderung

mengalami peningkatan yang cukup berarti yakni sebesar 43,32%

jika dibandingkan tahun 1995, hal ini mengindikasikan bahwa pasar

tradisional cenderung semakin tidak menarik sementara pasar ritel

modern cenderung merajalela seolah-oleh tanpa ada rasionalisasi.

Jikalau pemeritah mau dan mampu mengkondisikan pasar

tradisional dengan mengucurkan dana renovasi fisik, hal tersebut hanya

berdampak sesaat saja, mengingat aspek budaya masyarakat pedagang,

pengelola, dan konsumen belum tersentuh secara nurani, dan akhirnya

menyebabkan pasar tradisional tidak pernah mendekati ideal “selalu

Page 100: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

91

nampak kotor, sembrawut, tidak nyaman, dan tidak aman”. Namun

demikian, pasar tradisional harus tetap dipertahankan karena pasar

tradisional menjadi soko guru perekonomian Indonesia saat ini, pusat

aktivitas perekonomian masyarakat bawah, dan tumpuan perekonomian

masyarakat perdesaan yang terpinggirkan oleh derasnya arus liberalisasi

perdagangan dunia khususnya serbuan produk impor.

Ada ide menarik dari kesembrawutan pasar tradisional saat ini,

jikalau pengelolaan pasar tradisional saat ini dianggap tidak mampu

merubah pasar tradisional lebih menarik? Demikian peran pemerintah

sangat diperlukan karena otoritas yang dimilikinya, untuk membuat

regulasi dengan melakukan rasionalisasi keberadaan pasar ritel modern

atau took berjejaring dan tentu saja juga melakukan revitalisasi

terhadap pasar tradisional saat ini. Berikut regulasi yang mungkin dapat

dirumuskan oleh pemerintah adalah:

Rasionalisasi Ritel Modern Revitalisasi Pasar Tradisional

• Menentukan Rasio ideal

jumlah ritel modern setiap

kawasan.

• Perbaikan Fisik Pasar Tradisional

• Jam operasi 10.00-22.00 • Jam operasi bebas dengan tata

kelola yang baik

• Akses kepada petani dengan

kontrak dengan kelompok tani

atau koperasi untuk supply

produk pertanian, peternakan,

dan perikanan.

• Bebas dengan pengawasan,

jaminan kepuasan pelanggan,

pengawasan kesehatan dan sanitasi

yang memadai.

• Keharusan penerapan prinsip

manajemen modern yang

mengadopsi budaya setempat.

• Merekrut tenaga kerja dari

masyarakat lokal

• Perubahan budaya dan tata kelola dengan mengadopsi prinsip

manajemen modern, perencanaan,

pengelolaan, dan pengawasan

dengan regulasi khusus.

• Menghapus premanisme yang

masih melekat pada kebanyakan

pasar tradisional saat ini.

• Perijinan yang jelas dengan rasio berdasarkan berbagai

kesepakatan masyarakat

setempat

• Perbaikan Kemasan Produk

Page 101: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

92

Rasionalisasi terhadap pasar modern dan revitalisasi terhadap pasar

tradisional tersebut adalah usaha untuk mengurangi fenomena atas

serbuan pasar modern berjejaring seperti supermarket, hypermarket

dan sejenisnya yang dikhawatirkan dapat mengancam keberlangsungan

usaha pedagang di pasar-pasar tradisional.

Selain hal di atas, ada hal mendesak yang harus dilakukan untuk

merevitalisasi pasar tradisional yakni dengan pendekatan paradigma

budaya.Jika pasar tradisional tidak ingin ditinggalkan oleh konsumennya,

mau tidak mau, suka tidak suka, harus berani berubah terhadap semua

aspek termasuk didalamnya perubahan budaya yakni: budaya bersih,

budaya berkualitas, budaya aman, budaya melayani dengan hati yang

semuanya dapat dikemas dalam tatakelola pasar tradisional berbasis

rantai pelayanan yang berkelanjutan “the service profit chain”. Tata

kelola pasar tradisional berbasis rantai pelayanan dengan melakukan

pendekatan dua kelompok yakni pengelola yang professional dan

konsumen yang terpuaskan. Jika dua hal tersebut telah tercipta, maka

pasar tradisional akan tetap eksis sepanjang masa. Idealisme revitalisasi

pasar tradisional tidaklah sekedar mengucurkan dana semata namun

lebih pada merubah sebuah budaya yang mestinya dapat ditiru dari tata

kelola pasar ritel modern yang tidak semuanya berdampak negatif jika

dapat dikelola dengan rasionalisasi yang jelas.

Sebenarnya pemunculan pasar modern tidak perlu kita risaukan

jika saja kita mampu dan mau merubah model pengelolaan pasar

tradisional dengan melakukan pendekatan mengelolaan modern tanpa

harus meninggalkan budaya lokal yang masih layak kita pertahankan,

sedangkan kebiasaan buruk yang selama ini masih melekat pada pasar

tradisional harus segera kita tinggalkan dan bila perlu dengan pendekatan

holistic dari berbagai aspek seperti politis, regulatif, dan budaya.

Penulis: Dekan Fakultas Ekonomika dan Humaniora Universitas Dhyana

Pura

Page 102: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

93

28 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah

populer Tribun Bali yang berjudul “Program e-KTP Berpotensi Gagal”

Program e-KTP Berpotensi Gagal

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama

Bali Tribune

Proyek e-KTP yang menelan dana Rp 5,9 triliun dan seharusnya

sudah dimulai pelaksanaannya Agustus 2011 lalu itu, berpotensi gagal

(ICW, 2011). Potensi kegagalan program e-KTP sangat besar khususnya

yang berhubungan dengan peran aksiologisnya, mengingat ketidaksiapan

sebagaian besar masyarakat terhadap peranan dan fungsi e-KTP tersebut.

Selain hal tersebut, otonomi kabupaten juga akan berpotensi mengurangi

peran dan fungsi e-KTP sebagai sebuah catatan kependudukan yang

mestinya berlaku secara nasional. Lalu apa kegunaan e-KTP tersebut?.

Mestinya pemerintah mampu menjelaskan arti penting dari e-KTP

dalam kaitannya interaksi masyarakat dalam berbisnis dan mendapatkan

pelayanan pada institusi pemerintah seperti rumah sakit, kantor pajak,

imigrasi, penerbangan dan institusi lainnya termasuk institusi swasta

yang berhubungan dengan funsgi e-KTP layaknya sebagai single identity

number. Akan menjadi sebuah pertanyaan bagi masyarakat, apakah

semua institusi tersebut memiliki sistem dan alat yang kompatibel dengan

e-KTP? Jika belum, apa solusinya, jika ya, apakah sistem pendukung

yang digunakan sudah dapat dipahami oleh semua pihak?

Saat ini, perkembangan sistem informasi telah menyebabkan

Page 103: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

94

terjadinya perubahan yang cukup signifikan dalam pola pengambilan

keputusan yang dilakukan oleh manajemen pemerintahan maupun swasta,

baik pada tingkat operasional maupun pimpinan pada semua jenjang.

Perkembangan ini juga telah menyebabkan perubahan-perubahan

peran dari para pimpinan di lembaga pemerintahan dalam pengambilan

keputusan, mereka dituntut untuk selalu dapat memperoleh informasi

yang akurat dan terkini agar dapat digunakannya dalam proses pengambilan

keputusan pembangunan. Pembentukan e-KTP diindikasikan hal

pertama yang mestinya harus direalisiakan dalam pengelolaan database

kependudukan.Ide,dan maksud bagus tidaklah cukup untuk mensukseskan

program e-KTP tersebut apalagi usaha ini baru kali pertama dilakukan

dalam artian potensi mengalamai kegagalan masih sangat besar. Sekarang

yang menjadi persoalan mendasar adalah persoalan aksiologis dari e-KTP

tersebut, apa fungsinya, untuk apa dan untuk siapa?

Untuk siapa e-KTP?. Secara teoritis, fungsi dari sebuah sistem

informasi agar setiap organisasi dapat memanfaatkan database dan

jaringan teknologi informasi untuk menjalankan berbagai aktivitasnya

secara elektronis, mestinya e-KTP juga diarahkan untuk fungsi tersebut.

Namun, mestinya semua masyarakat diberikan pemahaman agar mereka

memiliki satu pengertian tentang sistem informasi yang terkandung

pada e-KTP dan apa kegunaan dasar dari e-KTP tersebut. Jikalau hingga

batas akhir input data masih belum rampung juga, pihak yang diberikan

tugas dan wewenang harus dapat menguraikan hambatan-hambatannya

dan mampu mengidentifikasi struktur hirarki hambatan-hambatan

tersebut sehingga penundaan penerapan e-KTP dapat dipersingkat.

Dalam kondisi tertentu, sebagai aplikasi sebuah keterbukaan

pemerintah? Mestinya pemerintah yang terkait mampu menjelaskan

berbagai risiko khususnya terkait dengan kerentanan dan gangguan

teknologi informasi dalam sistem informasi terkait e-KTP dan mampu

menguraikan unsur-unsur pengendalian dalam sistem informasi untuk

meminimalkan kemungkinan terjadinya, kesalahan (errors), interupsi

pelayanan dan kejahatan terhadap pemanfaatan e-KTP tersebut.

Selain hal teknis tersebut, pemerintah juga dituntut untuk mampu

menjelaskan mengenai dampak perkembangan dan pemanfaatan

teknologi informasi yang berhubungan dengan e-KTP terhadap etika

dan lingkungan social masyarakat pengguna, memahami bagaimana

etika berhubungan dengan sistem informasi dan mengenali peran etika

dalam organisasi serta perlunya penerapan budaya etika.

Page 104: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

95

Manfaat untuk pemerintah? Sudah pasti e-KTP tersebut sangat

bermanfaat bagi pemerintah dalam melakukan pengelolaan,pengendalian,

serta pengawasan terhadap database kependudukan, namun masih

mungkin kita ragukan apakah pemerataan SDM pengelola database

e-KTP telah memadai? Apakah system proteksi antivirus misalnya

telah memadai terhadap serangan para hacker? Mungkin kita masih

ingat jebolnya database pemilu atau amburadulnya database pemilu dan

sebagainya. Rasa pesimis ini hendaklah menjadi poin penting untuk

kita jadikan list point apakah kita telah menyiapkan hal-hal tersebut?

Bagaimana sistem backup databasenya? Indonesia dengan penduduk

ber-KTP lebih dari 100 juta adalah sebuah entitas database yang sangat

besar, pasti berbeda efektifitas alat dan system jika dibandingkan dengan

Negara Jerman misalnya yang berpenduduk tidak sebesar Indonesia.

Manfaat untuk untuk aktivitas bisnis? Sudahkan pemerintah

mempertimbangankan bahwa e-KTP bermanfaat untuk kegiatan bisnis

masyarakatnya,jika belum terjadi sinkronisasi,siapa yang harus menyesuaikan,

bagaimana metode penyesuaiannya? Apakah pemerintah mempunyai

anggaran yang cukup untuk itu? Jika tidak, apa solusinya. Misalnya saja, jika

semua perusahaan harus memiliki cardreader dan system pembaca e-KTP?

Siapa yang akan menyediakan? Jika hal-hal tersebut belum dapat diatasi,

peran e-KTP akan sama nasibnya dengan KTP konvensional saat ini yang

hanya memiliki peran sebagai kartu tanda penduduk saja.

Manfaat untuk masyarakat?. E-KTP mestinya berguna bagi

masyarakat secara komunitas maupun individu. Masyarakat belum

banyak memahami fungsi dan keguanaan dari e-KTP tersebut,

bagaimanakah jika terjadi kehilangan, bagaimana mekanisme dan

masa berlakunya? Apakah sistem e-KTP akan berbenturan dengan

sistem kendali krama/warga dalam wilayah desa pekraman tertentu?

Apakah e-KTP juga dapat berfungsi untuk keperluan lainnya seperti

kartu pemilih pada PILKADA atau PEMILU? Mestinya ya, sehingga

idealisme pembentukan dari e-KTP tersebut dapat mendekati kenyataan

yang pada akhirnya dapat pengurangi biaya atau belanja pemerintah

yang tidak perlu.

Penulis: I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MMA., MA. adalah Dekan

Fakultas Ekonomika dan Humaniora Universitas Dhyana Pura Badung,

Mahasiswa S3 Pariwisata Universitas Udayana Bali. (Pengampu

matakuliah Sistem Informasi Manajemen, Alumnus FE. IESP Konsentrasi

Ekonomi Kependudukan)

Page 105: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

96

29 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah

populer Tribun Bali yang berjudul “Perekonomian Bali Beresiko

Tinggi”

Perekonomian Bali Beresiko Tinggi

Oleh: I Gusti Bagus Rai Utama

Keanekaragaman industri dalam sebuah perekonomian menunjukkan

sehatnya sebuah negara,jika ada sebuah negara yang hanya menggantungkan

perekonomiannya pada salah satu sektor tertentu seperti pariwisata

misalnya, sebagai akibatnya ketahanan ekonomi menjadi sangat beresiko

tinggi. Ketergantungan pada kedatangan orang asing dapat diasosiasikan

hilangnya sebuah kemerdekaan sosial dan pada tingkat nasional, dan

sangat dimungkinkan sebuah negara akan kehilangan kemandirian dan

sangat tergantung pada sektor pariwisata. Masih ingatkah kita? Ketika Bali

mengalami tragedi bom, perekonomian kita nyaris tak berjalan normal

akibat kita terlalu mengandalkan industri pariwisata saja, mestinya ada

industri alternatif lainnya seperti pertanian, atau perikanan atau apalah.

Dalam kondisi tertentu, sebuah negara kepulauan kecil dapat dikatakan

beresiko perekonomiannya jika mereka telah menggantungkan pada sebuah

sektor tertentu 10% lebih terhadap perekonomian totalnya. Beresiko dalam

pengertiannya ini adalah jika terjadi krisis atau kelesuan pada sektor tersebut,

konsekuensi logisnya adalah akan terjadi kelesuan terhadap perekonomian

totalnya. Idealnya adalah terjadinya sebaran merata atas sembilan sektor

yang biasa diukur dalam pengukuran PDRB yakni sektor pertanian cs,

pertambangan cs,industri pengolahan cs,energy cs,bangunan cs,perdagangan

(pariwisata) cs, pengangkutan cs, keuangan cs, jasa-jasa cs.

Page 106: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

97

Coba kita bandingkan dua sektor yang dominan pada perekonomian

Bali, sektor pertanian cs mengalami penurunan secara rata-rata sebesar

0,5% sementara sektor pariwisata (Perdagangan, Hotel, dan Restoran)

mengalami peningkatan 0,5% setiap tahunnya terhadap total PDRB

Bali. Jika trend penurunan peran pertanian dan peningkatan peran

pariwisata terhadap PDRB tidak dicermati dan diantisipasi dengan

baik, maka sangat dimungkinkan pada suatu saat nanti kita akan

kehilangan kemandirian sebagai sebuah masyarakat Bali karena kita

terlalu tergantung pada pariwisata sementara modal kedaulatan mandiri

yakni sektor pertanian semakin lemah perannya.

Distribusi Persentase PDRB Provinsi Bali Atas Dasar Harga

Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006 – 2009

Sektor 2006 2007 2008 2009 Trend

Pertanian, Peternakan,

Kehutanan, danPerikanan

21.54

20.85

19.87

19.86 Menurun 0,5%/

tahun

Perdagangan, Hotel, dan

Restoran

30.79

31.27

31.98

32.33 Meningkat

0,5%/tahun

Sumber: Bali Dalam Angka, 2010

Meski bukan lagi menjadi sektor yang paling dominan dalam

membentuk ekonomi Bali, namun peranan pertanian dalam kesejahteraan

penduduk Bali masih dapat dikatakan dominan. Hal ini berangkat dari

kenyataan dimana sebagian besar pekerja di Bali masih mengandalkan

pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Untuk itu, Nilai Tukar

Petani (NTP) yang merupakan salah satu indikator dalam melihat tingkat

kemampuan atau daya beli petani di daerah pedesaan, menjadi indikator

penting untuk diperhatikan (Bali Dalam Angka, 2010: 532).

Melihat kondisi di atas, sangat diperlukan adanya rasionalisasi oleh

pemerintah terhadap kedua sektor tersebut yakni dengan melakukan

pembatasan dan selektif terhadap pembangunan pariwisata. Infrstruktur

dan sektor pendukung pariwisata yang terlanjur ada sebaiknya dapat

ditingkatkan kualitasnya dengan berbagai program semisal sertiifikasi-

sertifikasi sembari melakukan . pemasaran destinasi yang selektif

yang memungkinkan mendatangkan wisatawan yang berkualitas pro

pariwisata yang bertanggungjawab. Pemerintah juga mulai memandang

secara serius sektor pertanian cs karena bagaimanapun sektor ini masih

menjadi tumpuan sebagian besar masyarakat Bali. Sektor pertanian harus

segera diberdayakan sebagai sebuah sambutan serius ditetapkannya

sistem “subak” sebagai “world heritage”. Harusnya pembangunan

pariwisata diarahkan pada pengembangan pariwisata pro rakyat semisal

desa wisata, agrowisata, dan sejenisnya yang dikelola secara serius

Page 107: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

98

sehingga masyarakat desa benar-benar dapat diberdayakan.

Majalah Time, Amerika Serikat, dalam edisi 11 Juli 2011, menurunkan

sebuah laporan yang sangat menarik mengenai kecenderungan yang sekarang

berlangsung di Amerika Serikat mengenai pertanian. Pada sebuah artikel

berjudul Want to Make More than a Banker? Become a Farmer!, penulisnya

melaporkan bahwa di Amerika Serikat saat ini mulai timbul kesadaran bahwa

menjadi petani adalah pekerjaan paling bagus pada abad ke-21. Penghasilan

petani meningkat tajam karena kenaikan harga pangan. Pada saat ekonomi

secara keseluruhan hanya tumbuh pada laju 1,9%, penghasilan dari bidang

pertanian telah meningkat sebesar 27% tahun sebelumnya dan diramalkan

akan meningkat lagi sebesar 20% pada tahun berikutnya. Artinya, laporan

tersebut dapat menjadi gambaran bahwa negara sebesar Amerika Serikatpun

tidak rela mengabaikan sektor pertanian karena begitu nyatanya peran

sektor pertanian tersebut terhadap eksistensi dari sebuah negara. Coba kita

beranalogi sebagai berikut: jikalau tidak ada kunjungan wisatawan ke Bali

dan jika kita memiliki cadangan pangan yang cukup untuk masyarakat kita,

pastinya perekonomian Bali masih tetap bertahan, namun akan terjadi hal

sebaliknya jika kita tidak memiliki cadangan pangan yang cukup.

Tantangan yang harus dihadapi Bali adalah membuat pertanian

menjadi ladang investasi dan jaminan masa depan yang menarik,

memang cukup berat. Persoalannya cukup kompleks, meskipun banyak

di antaranya lebih disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang setengah

hati, misalnya kebijakan impor produk pertanian yang bersaing langsung

dengan produk lokal, mau tidak mau kita harus menghasilkan produk

yang berkualitas. Sebuah ironis bahwa sekarang ini lebih mudah untuk

menemukan apel Washington, jeruk dari China, beras dari Vietnam,

dan lain-lain di pasar. Terlanjur berubahnya perilaku masyarakat Bali

kearah masyarakat konsumtif juga menjadi tantangan yang amat berat

untuk diatasi. Konsep sebagus Swadesi mesti kembali dipropagandakan

untuk menuju masyarkat yang mandiri atas kekuatan kelokalan yang

senyatanya. Jika tanah kita hanya menghasilkan jeruk masam kenapa kita

harus mempertontonkan jeruk manis yang bukan produksi kita sendiri?,

Perlu keragamanan sektor perekonomian sehingga perekonomian Bali

tidak terlalu beresiko, perlu kerjakeras semua stakeholder pembangunan

Bali untuk mewujudkan kemandiran perekonomian Bali ke depan.

Penulis: Dekan Fakultas Ekonomika dan Humaniora Universitas Dhyana

Pura, Mahasiswa S3 Pariwisata Unud.

Page 108: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

99

30 Menghasilkan Publikasi pemikiran yang disajikan dalam koran/majalah/

artikel populer Tribun Bali yang berjudul “Siapakah Marketplace

Pariwisata Bali”

Siapakah Marketplace Pariwisata Bali?

Oleh I Gusti Bagus Rai Utama

Untuk memahami marketplace dalam pariwisata diberikan contoh

sebagai berikut: terdapat enam pasar besar wisatawan Hong Kong

yakni: Taiwan, China daratan, Singapura, Inggris, Amerika Serikat, dan

Australia, dari kelima pasar wisatawan tersebut, mereka memiliki selera

yang berbeda. Wisatawan western lebih menyukai aktivitas pariwisata

budaya, sementara wisatawan Asia memiliki ketertarikan yang lebih

rendah tentang pariwisata budaya jika dibandingkan wisatawan western.

Jika melihat Pariwisata Hong Kong di atas, yang katanya berbasis

budaya, maka idealnya marketplace-nya adalah para wisatawan yang

memiliki ketertarikan akan aktivitas pariwisata budaya.

Siapakah marketplace pariwisata Bali? Markerplace pariwisata Bali

dapat dilihat dari indikator pangsa pasar dominan yang ada beberapa

tahun terakhir. Jika dilihat dari trend kunjungan wisatawan asing yang

berwisata ke Bali berdasarkan kebangsaannya, maka dapat disusun 10

ranking utama wisatawan sebagaimana terpapar pada tabel berikut ini:

Page 109: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

100

Tabel. Peringkat Utama Wisatawan Mancanegara ke Bali Berdasarkan Kebangsaannya

Rank

2007 2008 2009 2010 2011

1. Jepang Jepang Australia Australia Australia

2. Australia Australia Jepang Jepang China

3. Taiwan KorSel China China Jepang

4. KorSel Malaysia Malaysia Malaysia Malaysia

5. Malaysia China KorSel KorSel Taiwan

6. China Taiwan Taiwan Taiwan KorSel

7. Inggris Inggris Prancis Prancis Prancis

8. Jerman Jerman Inggris Inggris Singapura

9. Prancis Prancis Jerman Singapura Inggris

10. A mer ika A mer ika Belanda Jerman Amerika Serikat Serikat Serikat

Sumber : Kanwil Dep Kehakiman dan HAM Prov. Bali, 2012

Wisatawan yang berkebangsaan Australia adalah marketplace

terbaik dan konsisten bagi Bali karena menunjukkan trend yang semakin

meningkat rankingnya terhitung sejak tahun 2007 hingga tahun 2011.

Sementara wisatawan Jepang sebenarnya marketplace yang baik

bagi Bali namun tiga tahun terakhir menunjukkan trend yang menurun,

hal ini disebabkan besar kemungkinan oleh faktor dalam negeri Jepang

yakni krisis ekonomi dan bencana alam tsunami pada tahun 2011.

Wisatawan Korea Selatan juga menunjukkan kecenderungan yang

sama dengan wisatawan asal Jepang.

Marketplace wisatawan China cenderung mengalami trend yang

semakin meningkat bahkan menjadi semakin penting sepanjang lima

tahun terakhir. Trend wisatawan China cukup konsisten dan bertumbuh

positif begitu juga wisatawan Prancis dan Taiwan menunjukkan indikasi

yang sama dengan trend wisatawan China.

Daridatadiatas,dapatdigambarkanbahwa10negaratersebutmerupakan

marketplace pariwisata Bali saat ini, sehingga pemasaran yang efektif dapat

diarahkan untuk mempertahankannya. Keadaan yang berhubungan dengan

sepuluh negara tersebut mestinya menjadi pemantauan pihak manajemen

Destinasi Pariwisata Bali karena sepuluh negara tersebut adalah marketplace

yang baik yakni Australia, China, Jepang, Malaysia, Taiwan, KorSel, Prancis,

Singapura, Inggris, dan Amerika Serikat.

Page 110: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

101

Hampir sama dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh

Dinas Pariwisata Bali, tentang persepsi wisatawan terhadap pariwisata

Bali, menemukan bahwa wisatawan yang datang ke Bali dominan

berkebangsaan Australia yakni sebesar 24% dan Jepang sebesar 11%,

berikutnya adalah wisatawan Malaysia sebesar 8%, Korea Selatan

sebesar 7%, China sebesar 6%, Inggris sebesar 6%, dan Singapura

(4%). Secara empiris bahwa marketplace pariwisata Bali adalah

wisatawan Australia, Jepang, Malaysia, Korea Selatan, China, Inggris,

dan Singapura. Sementara wisatawan dari kebangsaan lainnya adalah

marketplace potensial yang masih harus dikelola lebih lanjut agar terjadi

peningkatan kunjungan di masa yang akan datang. Wisatawan Jerman,

Prancis, Belanda merupakan marketplace yang potensial namun belum

optimal sehingga perlu adanya strategi pemasaran yang lebih internship

untuk menggarap marketplace wisatawan dari negara tersebut.

Apakah branding Pariwisata Budaya Bali memang merupakan

dominan interest dari wisatawan dari 10 negara tersebut? Masih belum

bisa dipastikan; namun jikalau tidak, berarti ada branding baru yang

telah terbentuk dari wisatawan yang berasal dari 10 negara tersebut,

dan bisa jadi misalnya menjamurnya fasilitas shoping, mall, dan tempat

hiburan malam justru menjadi branding yang mulai tertanam di benak

para wisatawan.

Bagi Destinasi Pariwisata Bali, memelihara loyalitas wisatawan

khususnya pada 10 pangsa pasar utama yang merupakan marketplace

pariwisata Bali jauh lebih penting jika dibandingkan mencari atau

menyasar marketplace baru. Memelihara hubungan baik dengan sepuluh

negara tersebut merupakan strategi yang mestinya harus dipertahankan

dan juga meningkatkan kualitas daya tarik destinasi pariwisata Bali

dengan cara melakukan komunkasi pemasaran terhadap marketplace

yang telah ada untuk mengantisipasi dinamika “need and want”

pelanggan dan tentu saja untuk memenangkan persaingan antara

destinasi khususnya di kawasan Asia Tenggara.

Page 111: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan
Page 112: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

102

Page 113: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

Daftar Pustaka

Utama, I Gusti Bagus Rai. 2017. Kumpulan Artikel Jurnal dan Seminar (2006-2017) pada http://orcid.org/0000-0002-1962-0707

Utama, I Gusti Bagus Rai. 2017. Editorial: Pariwisata, Sosial,

Humaniora, Politik, Pembangunan (2006-2017) pada https://

raiutama.wordpress.com/

Utama, I Gusti Bagus Rai. 2017. Editorial: Pariwisata, Sosial,

Humaniora, Politik, Pembangunan (2006-2017) pada https://

koranbali.wordpress.com/

Utama, I Gusti Bagus Rai. 2017. Editorial: Pariwisata, Sosial,

Humaniora, Politik, Pembangunan (2006-2017) pada https://

tourismbali.wordpress.com/

Utama, I Gusti Bagus Rai. 2017. Opini dan Artikel (2010-2016) pada

http://www.balipost.com/

Utama, I Gusti Bagus Rai. 2016. Opini dan Artikel (2010-2016) pada

https://www.posbali.id/

Utama, I Gusti Bagus Rai. 2012. Opini dan Artikel (2010-2012) pada

https://www.balitribun.com/

Page 114: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

103

Page 115: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan
Page 116: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

104

Page 117: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

105

Biodata Penulis

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA. Negara, 10 Oktober 1970

Menamatkan Pendidikan

Program doktor (Dr) bidang

pariwisata di Universitas Udayana

Bali pada tahun 2014. Menamatkan

Pendidikan Master Agribisnis

(M.MA) di Universitas Udayana

pada tahun 2005. Pada tahun 2006

mendapat kesempatan melanjutkan

studi ke negeri Belanda untuk

mempelajari bidang pariwisata

(MA) dan tamat pada tahun

2007. Program Sarjana Ekonomi

diselesaikan pada tahun 2001

di Universitas Mahasaraswati,

Denpasar. Saat ini bekerja sebagai dosen tetap di Universitas Dhyana

Pura Bali. Adapun matakuliah yang diampu adalah: Metodologi

Penelitian, Manajemen Strategik, Statistik Bisnis, Pengantar Bisnis,

Sistem Informasi Manajemen, dan Pengantar Industri Pariwisata &

perhotelan. Penulis dapat dihubungi via Hp. 081337868577 dan email,

[email protected]

Page 118: Bali dalam Pelangirepository.undhirabali.ac.id/16/1/ok--Buku Bali Dalam... · 2020. 2. 28. · Pariwisata Bali dalam Dikotomi Kualitas dan Kuantitas ~ 69 ... database kependudukan

106

Judul Buku yang Pernah Ditulis

1. Pemasaran Pariwisata (2017), Penerbit Andi, Jogyakarta. ISBN:

978-979-29-6270-3 (Buku Ajar)

2. Agrowisata Sebagai Pariwisata Alternatif Indonesia (2015),

Penerbit Deepublish Yogyakarta CV. BUDI UTAMA. ISBN 978-

602-280-886-2 (Buku Referensi)

3. Agrotourism as an Alternative form of tourism in Bali Indonesia

(2014), ISBN-13: 978-3-639-66712-7, ISBN-10:3639667123,

EAN:9783639667127 (Scholar Press)

4. Pengantar Industri Pariwisata (2014), Penerbit Deepublish

Yogyakarta CV. BUDI UTAMA. 978-602-280-328-7 (Buku Ajar)

5. Metodologi Penelitian Pariwisata dan Perhotelan (2012), Penerbit

Andi, Jogyakarta. ISBN: 978-979-29-3463-2 (Buku Ajar)

6. The Market Power of Seniors Tourism in Bali Indonesia (2017),

ISBN: 978-620-2-30528-0 (Scholar Press)