balai pengkajian teknologi pertanian...

90
LAPORAN HASIL KEGIATAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2019

Upload: others

Post on 19-Jan-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

LAPORAN HASIL KEGIATAN

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2019

Page 2: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

i

KATA PENGANTAR

Sebagai wujud pertanggungjawaban secara teknis dan adminsitrasi dalam

pelaksanaan penggunaan anggaran tahun 2018, disusun laporan tahunan Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh. Sistematika laporan ini mengacu pada Tugas dan Fungsi

(Tufoksi) BPTP sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian nomor 17, tahun 2018 tentang

organisasi BPTP. Laporan ini mencakup kegiatan pengkajian, diseminasi, penyuluhan,

pengembangan dan penerapan (Litkajibangrap) yang merupakan inti tugas dan fungsi BPTP

ditambah dengan layanan pengkajian dan diseminasi (aspek administrasi dan keuangan

serta layanan pengkajian dan diseminasi).

Pada tahun anggaran 2018, BPTP Aceh mendapatkan pagu anggaran Rp.

15.019.117.000,- dengan realisasi Rp. 14.796.973.537 atau dengan persentase mencapai

98.22%. Hal penting lainnya adalah kemampuan BPTP Aceh dalam pembayaran realisasi

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dengan target Rp. 266.375.000, sedangkan

realisasi penerimaan mencapai Rp. 326.451.400, atau sebesar 122.533%. Pada sisi yang

lain, pada tahun 2018 beberapa karyawan BPTP Aceh memasuki masa purnabakti, dan pada

tahun 2018 BPTP Aceh juga mendapat karyawan baru 1 orang, dengan basic peneliti.

Pencapaian kinerja BPTP Aceh tidak hanya dilihat dari sisi realisasi anggaran (fisik

dan anggaran) tetapi jauh lebih penting adalah melihat pencapaian kinerja dari sisi

introduksi dan adopsi teknologi oleh para pengguna. Selain itu pada aspek penyediaan benih

sumber dan sebar melalui kegiatan Unit Penyediaan Benih Sumber (UPBS) komoditas padi,

kedelai dan jagung, serta penyediaan benih sebar kelapa dalam, kopi arabika Gayo dan

pepaya.

Dalam penyusunan laporan tentunya masih terdapat kekurangan, saran konstruktif

sangat diperlukan untuk peningkatan mutu laporan dan kegiatan BPTP Aceh pada masa

yang akan datang.

Banda Aceh, Desember 2018

Kepala Balai,

Ir. M. Ferizal, M.Sc

Page 3: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

ii

LEMBARAN PENGESAHAN

1. Jenis Laporan : Laporan Tahunan

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Aceh

3. Alamat Unit Kerja : Jalan P. Nyak Makam No. 27 Lampineung Banda

Aceh - 23125

4. Sumber Dana : DIPA BPTP Aceh 2018

5. Status Penelitian : Baru

6. Penanggung Jawab :

A. Nama : Ir. M. Ferizal, M.Sc

B. Pangkat / Golongan : Pembina/IVa

C. Jabatan Kepala Balai

7. Lokasi : Provinsi Aceh

8. Agroekosistem : -

9. Tahun Mulai : 2018

10. Tahun Selesai : 2018

11. Output Tahunan : - Terlaksananya layanan pengkajian dan diseminasi

teknologi pertanian.

- Terlaksananya kegiatan pengkajian, diseminasi,

pengembangan dan penerapan (litkajibangrap).

- Terlaksananya pembinaan penyuluh daerah oleh

penyuluh BPTP Aceh

12. Biaya : Rp. 15.019.117.000,- (lima belas milyar Sembilan

belas juta seratus tujuh belas ribu rupiah)

Koordinator Program dan Evaluasi

Dr. Rachman Jaya, S.Pi., M.Si NIP. 19740305 200003 1 001

Penanggung jawab

Ir. M. Ferizal, M.Sc

NIP. 19650219 199203 1 002

Menyetujui

Kepala BBP2TP,

Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA

NIP. 19680415 199202 1 001

Mengetahui,

Kepala BPTP Aceh,

Ir. M. Ferizal, M.Sc

NIP. 19650219 199203 1 002

Page 4: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i DAFTAR ISI .....................................................................................................ii DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2. Tujuan ................................................................................................... 3 1.3. Keluaran ................................................................................................ 3 II. PROGRAM PENGKAJIAN, DISEMINASI DAN PENYULUHAN ..................... 4 2.1. Visi dan Misi .......................................................................................... 4 2.2 Tujuan ..................................................................................................... 4 2.3 Sasaran ................................................................................................... 5 III. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGKAJIAN DAN DISEMINASI ................. 6 3.1. Kegiatan Pengkajian dengan Sumber Dana DIPA BPTP Aceh ....................... 6 IV. ORGANISASI DAN KERAGAAN SDM ...................................................... 62 4.1. Sumber Daya Manusia ............................................................................. 63 4.2. Keuangan .............................................................................................. 66 4.3 Fasilitas ................................................................................................. 69 V. KERJASAMA DAN DISEMINASI .............................................................. 74 5.1 Kerjasama ............................................................................................. 74 5.2. Kerjasama Magang Mahasiswa/Praktik Lapang ......................................... 74 5.3. Diseminasi/AVA ...................................................................................... 75 5.4 Perpustakaan ......................................................................................... 76 5.5. Jaringan Informasi ................................................................................. 80 5.6. Laboratorium ......................................................................................... 81 VI. PENUTUP ............................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 84

Page 5: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Paket Teknologi Kajian Optimalisasi Pengembangan VUB Padi Gogo di Lahan Kering Provinsi Aceh

…………….. 8

Tabel 2 Rata – rata tinggi tanaman pada 30 dan 60 HST, jumlah anakan 30 dan 60 HST pada masing – masing varietas padi gogo pada kegiatan Optimalisasi Pengembangan VUB Padi Gogo Di Lahan Kering Provinsi Aceh

…………….. 9

Tabel 3 Rata – rata berat kering gabah per plot dan hasil per hektar pada masing – masing varietas padi gogo pada kegiatan Optimalisasi Pengembangan VUB Padi Gogo Di Lahan Kering Provinsi Aceh

…………….. 10

Tabel 4 Data pertumbuhan vegetatif tanaman kopi hasil replating dari umur bibit yang berbeda

…………….. 17

Tabel 5 Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Biourin di Desa Paya Tungel, Kecamatan Jagong Jeget, Aceh Tengah

…………….. 21

Tabel 6 Analisis Nilai Tambah pada Pupuk Biourin menggunakan Metode hayami

…………….. 21

Tabel 7 Komponen hasil demplot bawang merah di desa Lampuyang kecamatan Pulo Aceh

…………….. 32

Tabel 8 Status hara tanah sawah desa Alue Reuyeung berdasarkan uji PUTS

…………….. 33

Tabel 9 Jumlah dan varietas benih produksi pembibitan komoditas perkebunan APBNP 2017 di BPTP Aceh

…………….. 42

Tabel 10 Jenis Varietas Padi, Kelas Benih, Luas Tanam dan Produksi Kegiatan Perbanyakan Benih Sumber Kelas FS dan SS di Kabupaten Pidie

…………….. 50

Tabel 11 Pendaftaran Varietas pada Tahun 2018

…………….. 61

Tabel 12 Penyebaran Jumlah PNS Menurut Unit Kerja dan Golongan

…………….. 64

Tabel 13 Distribusi Jumlah PNS Menurut Golongan dan Ruang

…………….. 64

Tabel 14 Distribusi Jumlah PNS Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Unit Kerja

…………….. 64

Tabel 15 Keragaan SDM BPTP Aceh Menurut Tingkat Usia dan Jenis Kelamin

…………….. 65

Tabel 16 Distribusi Jumlah Pegawai BPTP Aceh Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Usia

…………….. 65

Tabel 17 Jabatan Menurut Golongan di BPTP Aceh

…………….. 66

Tabel 18 Rincian Pagu dan Realisasi Menurut Kode dan Jenis Kegiatan TA. 2018

…………….. 67

Tabel 19 Target dan Realisasi PNBP Berdasarkan Jenis Kegiatan Tahun 2017

…………….. 68

Page 6: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

v

Tabel 20 Luas, Lokasi dan Pemanfaatan Tanah Tahun 2017

…………….. 70

Tabel 21 Jenis, Luas, Lokasi dan Banyaknya Bangunan Tahun 2017

…………….. 71

Tabel 22 Jenis, Luas dan Jumlah Bangunan Rumah Dinas Berdasarkan Lokasi Unit Kerja Tahun 2017

…………….. 72

Tabel 23 Jumlah dan Alokasi Kendaraan Dinas Berdasarkan Unit Kerja Tahun 2018

…………….. 73

Tabel 24 Jumlah dan Alokasi Peralatan Berdasarkan Unit Kerja Tahun 2018

…………….. 73

Tabel 25 Sumberdaya Manusia di Perpustakaan BPTP Aceh Tahun 2018 …………….. 77

Tabel 26 Rincian Tugas Anggota Perpustakaan Tahun 2018.

…………….. 77

Tabel 27 Infrastruktur BPTP Aceh Tahun 2018

…………….. 77

Tabel 28 Perkembangan Database Digital Tahun 2018

…………….. 78

Tabel 29 Koleksi perpustakaan BPTP Aceh Tahun 2018

…………….. 78

Tabel 30 Jumlah pengunjung perpustakaan BPTP Aceh 2017 dan 2018.

…………….. 79

Page 7: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

1

II.. PPEENNDDAAHHUULLUUAANN

1.1. Latar Belakang

Kedaulatan pangan (food-sovegrenity) merupakan sasaran yang harus

dicapai untuk program pertanian sampai dengan tahun 2045, yang dideklarasikan

Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Untuk mencapai visi tersebut tentunya

dilaksanakan (program) dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif

perekonomian yang berlandaskan: keunggulan Sumber Daya Alam (SDA), Sumber

Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, serta kemampuan IPTEKs yang terus

meningkat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan),

Kementerian Pertanian Republik Indonesia merupakan ujung tombak pemerintah

untuk meningkatkan pembangunan sistem pertanian modern.

Dalam 9 program utama (Nawacita) pada sistem pemerintahan Indonesia,

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh sebagai bagian integral dari

sistem pertanian bangsa ini, memiliki tugas dan fungsi melakukan pengkajian,

penyuluhan dan diseminasi (Litkajibangluh), yang memiliki arti penting bila

dilakukan melalui proses yang terencana dengan baik, dan outputnya dapat

memberikan manfaat lebih kepada pihak sasaran/pengguna secara terukur.

Setidaknya terdapat 3 (tiga) aspek penting yang merupakan titik kritis yang

berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsi yang diembankan

kepada BPTP Aceh. Ketiga aspek penting yang menjadi pokok perhatian pengkajian

dan diseminasi teknologi pertanian, yaitu proses perencanaan, pelaksanaan

pengkajian dan diseminasi serta pemanfaatan output dari pengkajian dan

diseminasi oleh pengguna teknologi tersebut.

Identifikasi teknologi yang dibutuhkan pelaku sistem pertanian di Provinsi

Aceh menjadi sangat penting untuk dapat meningkatkan efektivitas sistem

pertanian, melalui peningkatan produktivitas berbagai sistem usahatani berbasis

komoditas unggulan dan zona agroekosistem, selain itu juga melakukan upaya

efisiensi dalam sistem pertanian tersebut melalui optimalisasi sistem alat dan mesin

pertanian (alsintan), agar pendapatan petani dapat ditingkatkan. Contoh nyata

adalah aplikasi sistem pertanaman jajar legowo super 2:1, yang salah satu

komponen teknologinya adalah penggunaan alsintan pada saat panen dengan

combine harvester dan penanaman dengan rice transplanter.

Page 8: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

2

Usahatani tersebut harus dikelola secara modern (precision farming),

dengan tetap memperhatikan kearifan lokal (local wisdom) yang ada pada masing-

masing daerah. Seiring dengan tuntutan pembangunan pertanian di Provinsi Aceh

yang semakin kompleks, maka untuk mengatasi hal tersebut BPTP Aceh yang

merupakan lembaga pengkajian dan diseminasi Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian telah dan akan terus menyediakan teknologi pertanian

tepat guna spesifik lokasi yang sesuai dengan agroekosistem di Provinsi Aceh.

Pada tahun 2018, BPTP Aceh juga mendapat mandat tambahan berupa

bagian dari pelaksanaan kegiatan Upaya Khusus (UPSUS) peningkatan produksi

komoditas padi, jagung dan kedelai (Pajale) serta komoditas strategis lainnya,

seperti bawang merah, cabai, tebu dan sapi. Penanggung jawab utama kegiatan ini

adalah Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian. Secara

kedaerahan, BPTP Aceh menjadi penanggung jawab Kabupaten Aceh Tamiang,

Aceh Timur, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Singkil, Subussalam dan Simelue.

Khusus untuk komoditas sapi, nama program adalah Sapi Indukan Wajib Bunting

(SIWAB). BPTP Aceh menjadi penanggung jawab untuk Kabupaten Aceh Tenggara,

Aceh Tamiang dan Gayo Lues.

Dari sisi anggaran, pada tahun 2018 setelah melalui beberapa kali revisi

anggaran (refocusing), BPTP Aceh mendapatkan alokasi anggaran Rp.

16.019.117.000, dengan realisasi mencapai Rp. 14.796.973.537 (98.50%), yang

terdiri dari belanja operasional, belanja non operasional dan belanja modal. Selain

skim penggangaran dari APBN, BPTP Aceh juga mendapatkan alokasi anggaran dari

belanja hibah luar negeri, melalui naskah kerjasama antara Balitbangtan dengan

ACIAR-Australia. Selain itu juga terdapat alokasi belanja modal penggadaan

peralatan laboratorium tanah, melalui mekanisme program SMARTD. Hal ini sangat

penting untuk meningkatkan kapasitas laboratorium tanah, pada tahun ini juga

laboratorium tanah BPTP Aceh dilakukan akreditasi, dengan pendampingan dari

Balai Penelitian Tanah Bogor.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa, pentingnya peran BPTP

Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk menghasilkan

teknologi terapan yang bersifat spesifik lokasi pada suatu Zona Farming System dan

sesuai dengan kondisi sosial ekonomi petani atau pelaku lainnya, seperti pedagang

pengepul dan pelaku bisnis berbasis komoditi pertanian; (2) keterkaitan antara para

peneliti-penyuluh-petani dalam proses percepatan dan penerapan teknologi spesifik

Page 9: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

3

lokasi; (3) keterkaitan program BPTP Aceh dengan program pemerintah daerah

Provinsi Aceh dalam pembangunan pertanian; (4) meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan seluruh sumberdaya manusia lingkup BPTP Aceh. Laporan tahunan ini

merupakan hasil ringkasan kegiatan yang dilaksanakan berbasis pada bidang

manajemen, pelayanan pengkajian dan kerjasama dan perencanaan serta evaluasi.

Dalam hal ini aspek pengkajian dan diseminasi dilihat dari sisi fungsionalitas serta

keragaan organisasi BPTP Aceh pada Tahun Anggaran (TA) 2018. Laporan ini juga

dapat digunakan sebagai tolok ukur kinerja BPTP Aceh dalam menjalankan tugas

dan fungsinya pada TA. 2018.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan laporan akhir BPTP Aceh tahun anggaran 2018 untuk

mengetahui kinerja BPTP Aceh berdasarkan indikator kinerja pada bidang

manajemen, pelayanan pengkajian, diseminasi dan kerjasama serta perencanaan

dan evaluasi. Selain itu tujuan dari pembuatan laporan tahunan juga sebagai umpan

balik (feedback) untuk peningkatan kinerja balai, melalui perencanaan yang lebih

efektif dan efisien pada tahun yang akan datang.

1.3 Keluaran

Keluaran dari pembuatan laporan akhir BPTP Aceh tahun anggaran 2018

adalah diketahuinya kinerja BPTP Aceh berdasarkan indikator kinerja pada bidang

manajemen, pelayanan pengkajian, diseminasi dan kerjasama serta perencanaan

dan evaluasi. Selain itu keluaran (output) dari pembuatan laporan tahunan adalah

didapatkanya umpan balik (feedback) untuk peningkatan kinerja balai, melalui

perencanaan yang lebih efektif dan efisien pada tahun yang akan datang.

Page 10: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

4

IIII.. PPRROOGGRRAAMM PPEENNGGKKAAJJIIAANN,, DDIISSEEMMIINNAASSII DDAANN PPEENNYYUULLUUHHAANN

22..11.. VViissii ddaann MMiissii

Pelaksanaan kegiatan penelitian/pengkajian dan desiminasi oleh BPTP Aceh

tahun 2014 – 2019 mengacu pada visi dan misi dari Balitbangtan, Kementerian

sebagai lembaga Eselon I. Hal ini disebabkan oleh paragdima single vision dari

Presiden Joko Widodo yang terjemahkan oleh Menteri Pertanian dan Kepala

Balitbantan. Pada tataran teknis disesuaikan dengan rencana operasional, visi dan

misi BPTP Aceh. Visi BPTP Aceh adalah “Menjadi Lembaga Penelitian Dan

Pengembangan Pertanian Terkemuka di Dunia Dalam Mewujudkan Sistem Pertanian

Bio-Industri Tropika Berkelanjutan” Adapun misi yang diemban adalah:

1. Merakit, menguji dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul berdaya

saing mendukung pertanian bio-industri.

2. Mendiseminasikan inovasi pertanian tropika unggul dalam rangka peningkatan

scientific recognition dan impact recognition.

Pada level taktikal dan operasional pelaksanaan kegiatan di BPTP Aceh

berdasarkan penugasan dari eselon yang lebih tinggi (kementerian, eselon I dan

eselon II). Dalam hal ini pelaksanaan kegiatan yang dimaksud adalah bersifat on-

top, seperti kegiatan UPSUS, pengembangan wilayah perbatasan, peningkatan

indeks pertanaman (IP), pengembangan model bioindustri, pada sisi yang lain

kegiatan BPTP Aceh juga bersifat bottom-up, melalui kegiatan pengkajian spesifik

lokasi, analisis kebijakan pembangunan pertanian, penyediaan benih sumber dan

sebar. Untuk pencapaian tujuan utama balai, terdapat kegiatan juga bersifat

sebagai dukungan manajemen dan pelayanan pengkajian, diseminasi dan

kerjasama.

22..22.. TTuujjuuaann

11.. MMeenniinnggkkaattkkaann kkeetteerrsseeddiiaaaann iinnffoorrmmaassii ppeerrttaanniiaann ssppeessiiffiikk llookkaassii mmeellaalluuii kkeeggiiaattaann

ppeenneelliittiiaann,, ppeennggkkaajjiiaann ddaann ppeerraakkiittaann tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann ssppeessiiffiikk llookkaassii..

22.. MMeenniinnggkkaattkkaann ddiisseemmiinnaassii tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann uunngggguullaann hhaassiill ppeennggkkaajjiiaann ddaann

mmaatteerrii ppeennyyuulluuhhaann..

33.. MMeenniinnggkkaattkkaann kkeerrjjaassaammaa//kkeemmiittrraaaann ddeennggaann ssttaakkeehhoollddeerr ddaallaamm ppeellaakkssaannaaaann

kkeeggiiaattaann ppeenneelliittiiaann,, ppeennggkkaajjiiaann ddaann ppeerraakkiittaann tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann ssppeessiiffiikk

llookkaassii..

Page 11: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

5

44.. MMeemmbbeerriikkaann ppeemmbbiinnaannaann kkeeppaaddaa ppeennyyuulluuhh ddaaeerraahh oolleehh ppeennyyuulluuhh BBPPTTPP AAcceehh

uunnttuukk ppeenniinnggkkaattaann kkaappaassiittaass ppeennyyuulluuhh ddaaeerraahh..

55.. MMeenniinnggkkaattkkaann kkaappaassiittaass ddaann kkaappaabbiilliittaass iinnssttiittuussii sseerrttaa ssuummbbeerrddaayyaa mmaannuussiiaa

BBPPTTPP AAcceehh..

22..33.. SSaassaarraann

11.. MMeenniinnggkkaattnnyyaa kkeetteerrsseeddiiaaaann iinnoovvaassii tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann ssppeessiiffiikk llookkaassii yyaanngg

sseessuuaaii ddeennggaann kkeebbuuttuuhhaann ssttaakkeehhoollddeerr..

22.. MMeenniinnggkkaattnnyyaa ddiisseemmiinnaassii tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann uunngggguullaann hhaassiill ppeennggkkaajjiiaann ddaann

mmaatteerrii ppeennyyuulluuhhaann yyaanngg sseessuuaaii ddeennggaann kkeebbuuttuuhhaann ssttaakkeehhoollddeerr..

33.. MMeenniinnggkkaattnnyyaa kkeerrjjaassaammaa//kkeemmiittrraaaann ddeennggaann ssttaakkeehhoollddeerr ddaallaamm ppeellaakkssaannaaaann

kkeeggiiaattaann ppeenneelliittiiaann,, ppeennggkkaajjiiaann ddaann ppeerraakkiittaann tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann ssppeessiiffiikk

llookkaassii..

44.. MMeenniinnggkkaattnnyyaa kkaappaassiittaass ppeennyyuulluuhh ddaaeerraahh mmeellaalluuii ppeemmbbiinnaaaann oolleehh ppeennyyuulluuhh

ddii BBPPTTPP AAcceehh..

55.. MMeenniinnggkkaattnnyyaa kkaappaassiittaass ddaann kkaappaabbiilliittaass iinnssttiittuussii sseerrttaa ssuummbbeerrddaayyaa mmaannuussiiaa

BBPPTTPP AAcceehh..

Page 12: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

6

IIIIII.. PPEELLAAKKSSAANNAAAANN KKEEGGIIAATTAANN PPEENNGGKKAAJJIIAANN DDAANN DDIISSEEMMIINNAASSII

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh melakukan berberapa

kegiatan melalui pendanaan yang dibiayai oleh DIPA Tahun Anggaran (TA) 2018.

Pada TA 2018, secara umum BPTP Aceh melaksanakan kegiatan berbasis inhouse

berupa kegiatan pengkajian kedelai spefisik lokasi, kajian inovatif SUP berbasis

tintegrasi ternak, jagung, indigofera dan kepala sawit, serta kajian revitalisasi SUT

kopi arabika. Kemudian kegiatan diseminasi utama BPTP Aceh yaitu, penyediaan

benih sumber (UPBS) padi, jagung, kedelai untuk label putih, unggu dan biru, benih

sebar komoditas padi, jagung, kedelai untuk label unggu. pengembangan

bioindustri berbasis integrasi integrasi kopi dan sapi, inventarisasi sumbedaya

genetik (SDG), beberapa kegiatan diseminasi, penyuluhan dan penyebaran

informasi teknologi pertanian dalam bentuk media cetak dan elektronik. Kegiatan

utama lainnya yang dilaksanakan oleh BPTP Aceh tahun 2018, adalah

pendampingan Upaya Khusus (UPSUS) komoditas padi, jagung, kedelai serta

komoditas strategis lainnya, dukungan inovasi teknologi untuk pengembangan

wilayah perbatasan dan peningkatan indeks pertanaman (IP).

3.1. Kegiatan Pengkajian dengan Sumber Dana DIPA BPTP Aceh

3.1.1. Optimalisasi Pengembangan Vub Padi Gogo Di Lahan Kering

Provinsi Aceh, Penanggung Jawab Fenty Ferayanti, SP., M.Si

Latar Belakang

Pemanfaatan lahan kering merupakan salah satu sumber daya yang

mempunyai potensi besar untuk pemantapan swasembada pangan maupun untuk

pembangunan pertanian ke depan. Kebutuhan pangan selama ini ditunjang oleh

padi sawah, yang dalam produksinya membutuhkan karakteristik lahan dengan

tingkat kesuburan cukup tinggi. Karakteristik budidaya padi sawah yang demikian

membatasi peluang peningkatan produksi beras melalui perluasan areal sawah. Ini

karena sempitnya lahan cadangan yang sesuai untuk dijadikan sawah dan makin

ketatnya persaingan penggunaan air dengan industri, pertambangan, dan rumah

tangga.

Peningkatan produksi padi gogo dapat dicapai dengan berbagai usaha

antara lain melalui penggunaan varietas unggul dan pengelolaan lahan melalui

teknologi PTT padi yang merupakan paket teknologi yang dapat disesuaikan dengan

Page 13: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

7

kondisi spesifik lokasi yang bersifat dinamis. Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian Kementerian Pertanian, telah banyak menghasilkan varietas unggul baru

padi gogo namun belum banyak informasi terkait VUB padi gogo yang diketahui

petani.

Tujuan

Menghasilkan paket rekomendasi optimalisasi pengembangan VUB padi gogo

spesifik lokasi di Lahan Kering Provinsi Aceh.

Keluaran

Menghasilkan paket rekomendasi optimalisasi pengembangan VUB padi gogo

spesifik lokasi di Lahan Kering Provinsi Aceh.

Metodologi

Lokasi dan Waktu kegiatan

Pengkajian Optimalisasi Pengembangan VUB Padi Gogo di Lahan Kering

Provinsi Aceh dilaksanakan pada lahan kering milik petani di Desa Krueng Meriam

Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie dengan luas ± 6 ha yang akan dimulai pada

bulan Maret hingga Desember 2018.

B. Bahan dan Alat yang digunakan

Bahan tanaman yang digunakan yaitu terdiri atas benih VUB padi gogo varietas

Inpago 8, Inpago 9, Inpago 10, Inpago 11, Towuti, Limboto dan Unsoed 1. Pupuk

dasar yaitu pupuk organik 3 ton/ha, urea 200 kg/ha, SP-36 100 kg/ha dan KCl 100

kg/ha. Pemupukan urea dilakukan dengan Bagan Warna Daun (BWD) pada umur

vegetatif. Alat yang digunakan adalah cangkul, tugal, parang, sprayer, garu, tali ajir,

meteran, cutter, sabit, PUTK, bor tanah.

C. Metode Pelaksanaan Kegiatan

Metode pengkajian yang digunakan berupa demonstrasi plot menggunakan

Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Teknologi rekomendasi yang

diterapkan meliputi: penggunaan VUB padi gogo, jarak tanam, penggunaan bahan

organik (pupuk kandang), pemupukan berdasarkan status hara tanah berdasarkan

PUTK, pengendalian gulma, hama dan penyakit secara PHT (Badan Litbang

Pertanian 2007). Paket teknologi yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 1

Page 14: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

8

berikut : Tabel 1. Paket Teknologi Kajian Optimalisasi Pengembangan VUB Padi

Gogo di Lahan Kering Provinsi Aceh

Komponen Teknologi Pilihan Komponen Teknologi

Persiapan/pengolahan lahan Tanpa Olah Tanah

Varietas Inpago 8,Inpago 9, Inpago 10, Inpago 11

Sumber benih BB Padi Sukamandi dan BPTP Aceh

Jarak tanam/jumlah benih per

lubang tanam

Largo 20x10x40 cm,5 biji/lubang

Jenis dan dosis pupuk :

- Pupuk Organik

- Urea

- NPK

- Dolomit

3 ton/ha

250 kg/ha

300 kg/ha

200 kg/ha

Pengairan Pengaturan drainase secara efektif dan

efisien

Pemeliharaan tanaman Penerapan PHT

Pengendalian OPT Penerapan PHT

Hasil dan Pembahasan

Dari hasil survey lokasi dan koordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten

Pidie terdapat beberapa kecamatan sentra penanaman padi gogo ditetapkan Desa

Krueng Meriam, dalam hal ini, Kecamatan Tangse sebagai lokasi kegiatan dan

kelompok tani Sukamaju sebagai kelompok tani pelaksana kegiatan ini.

Gambar 1. Lokasi Pengkajian Kegiatan Pengembangan Padi Gogo.

Page 15: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

9

Pengamatan pada fase vegetatif dilakukan terhadap tinggi tanaman 30 dan

60 HST, jumlah anakan 30 dan 60 HST serta jumlah anakan produktif pada masing-

masing varietas padi gogo. Rata – rata tinggi tanaman pada 30 dan 60 HST, jumlah

anakan 30 dan 60 HST serta jumlah anakan produktif pada masing–masing varietas

padi gogo dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 2. Rata – rata tinggi tanaman pada 30 dan 60 HST, jumlah anakan 30 dan 60

HST pada masing – masing varietas padi gogo pada kegiatan Optimalisasi

Pengembangan VUB Padi Gogo Di Lahan Kering Provinsi Aceh

VARIETAS

PARAMETER

T.TANAMAN 30 HST (cm)

T.TANAMAN 60 HST (cm)

JLH ANAKAN 30 HST

JLH ANAKAN 60 HST

INPAGO 8 69.40 d 106.87 b 15.40 d 24.80 d

INPAGO 9 74.40 e 134.20 c 12.67 a 22.00 a

INPAGO 11 84.27 f 138.53 d 13.00 b 24.80 d

TOWUTI 51.73 a 82.33 ab 14.67 c 22.33 b

LIMBOTO 53.53 b 82.00 a 15.60 e 24.93 e

UNSOED 61.00 c 105.87 12.87 ab 23.40 c

** ** ** ** Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda

nyata (uji T 0,05).

Hasil per Hektar

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa varietas tidaj

berpengaruh terhadap hasil per hektar, Tabel 2 menunjukkan bahwa semua

varietas memiliki rata-rata hasil per hektar tertinggi yang berbeda nyata dengan

varietas lainnya. Hal ini diduga karena perbedaan faktor genetic dari masing-masing

varietas yang juga menjadi penyebab perbedaan hasil atau produksi. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Kamal (2001), perbedaan hasil total disebabkan oleh perbedaan

komposisi genetik dari masing-masing kultivar padi, sehingga responnya terhadap

lingkungan juga berbeda. Tidak hanya genetik, faktor lingkungan juga berpengaruh

pada produksi tanaman, lingkungan yang berpengaruh tersebut berupa cahaya

matahari, curah hujan dan unsur hara dalam tanah.

Faktor lain yang juga mempengaruhi peningkatan hasil gabah adalah

komponen hasil tanaman. Atman (2005), menyatakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi peningkatan hasil adalah meningkatnya nilai komponen

Page 16: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

10

pertumbuhan dan komponen hasil tanaman, antara lain: jumlah anakan produktif,

jumlah gabah per malai, dan jumlah gabah hampa per malai.

Tabel 3. Rata – rata berat kering gabah per plot dan hasil per hektar pada masing –

masing varietas padi gogo pada kegiatan Optimalisasi Pengembangan VUB

Padi Gogo Di Lahan Kering Provinsi Aceh

VARIETAS

PARAMETER

Berat kering gabah per plot (gr) Hasil per ha (ton)

INPAGO 8 34.67 c 4.15 a

INPAGO 9 69.40 d 4.37 a

INPAGO 11 90.20 e 4.09 a

TOWUTI 30.53 a 4.55 a

LIMBOTO 30.53 a 4.55 a

UNSOED 32.73 b 4.12 a ** tn

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda

nyata (uji T 0,05).

3.1.2. Optimalisasi Sistem Usaha Pertanian (SUP) Inovatif Integrasi Sapi,

Sawit, Jagung dan Indigofera di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab:

Dr. Yeni Yusriani, S.Pt, MP

Latar Belakang

Sistem integrasi tanaman ternak khususnya tanaman perkebunan dan pertanian

dengan ternak merupakan salah satu alternatif upaya mendukung agribisnis

peternakan. Dari aspek teknis cukup aplikatif, dari aspek ekonomi dinilai

menguntungkan dan dari aspek sosial cukup dapat diterima (Subagyono 2004).

Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2016) perluasan areal perkebunan kelapa

sawit di Indonesia selama lima tahun terakhir tumbuh pesat berkisar 420.000

ha/tahun, hingga tahun 2016 mencapai 11.672.861 ha.

Usaha yang biasa dilakukan untuk menekan biaya pakan adalah dengan

melakukan integrasi dengan usaha pertanian atau perkebunan di mana kedua lokasi

tersebut merupakan sumber daya pakan yang berlimpah. Integrasi tersebut

diharapkan dapat mendekati kondisi zero cost terutama dari segi pakan.

Intensifikasi dan optimalisasi pemanfaatan limbah perkebunan serta limbah

pertanian merupakan kemungkinan yang potensial untuk mengatasi krisis pakan

khususnya ternak ruminansia di masa depan.

Page 17: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

11

Tujuan

1. Peningkatan optimalisasi sistem usaha pertanian inovatif berbasis integrasi

2. Memperoleh informasi pakan alternatif berbasis sapi-sawit-jagung-indigofera

hasil uji secara in vivo

3. Menyusun rekomendasi dari kajian berbasis integrasi sapi-sawit-jagung -

indigofera

Keluaran

1. Tersedianya pakan alternatif berbasis sawit-jagung- indigofera

2. Informasi hasil evaluasi secara in vivo pakan alternatif berbasis sawit-jagung-

indigofera pada sapi

3. Tersediannya rekomendasi dari kajian berbasis sawit-jagung-indigofera - sapi

4. Draft Publikasi dalam bentuk KTI.

Metodologi

Pengkajian tentang Optimalisasi SUP Inovatif Berbasis Intergrasi Sapi-sawit-

jagung dan Tanaman Indigofera dilaksanakan secara partisipatif dan terintegrasi,

melibatkan stakeholders dan peran aktif kelompok tani. Untuk memudahkan dalam

tindak operasional pengkajian, maka data awal tingkat kesuburan lahan (biofisik

lahan) serta residu dilakukan melalui mengambilan sampel tanah secara komposit.

Penetapan komoditas tanam dilakukan secara partisipatif, memiliki nilai ekonomis.

Ternak sapi yang digunakan adalah sapi betina Brahman Cross sebanyak 12

ekor. Pemeliharaan ternak dilakukan di kandang kelompok, ternak sapi diberikan

pakan berupa pelepah sawit, jagung dan indigofera. Pemberian pakan dilakukan

secara bertahap: tahap pertama pemberian pelepah sawit yang sudah dicacah,

tahap selanjutnya pemberian silase jagung. Pemberian indigofera dilakukan secara

bersamaan dengan jagung.

Penanaman tanaman jagung ditanam dengan jarak tanam 70 x 20 cm.

Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik padat (2 kg/ha), urea (350 kg/ha) dan

NPK (200 kg/ha). Penanaman tanaman jagung dilakukan dengan sistem tanpa olah

tanam (TOT). Penanaman indigofera ditanam sebagai tanaman pagar dengan jarak

tanam 1 x 1 m. Sebelum penanaman tanaman indigofera disemai terlebih dahulu di

dalam polybag. Pupuk yang digunakan adalah NPK (200 kg/ha). Pemberian pakan

dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Jumlah pakan yang

diberikan adalah 10% dari bobot badan.

Page 18: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

12

Hasil dan Pembahasan

Kegiatan koordinasi dan peninjauan Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL)

kegiatan Optimalisasi SUP Inovatif Integrasi Sapi, Kelapa Sawit, Jagung dan

Indigofera di kabupaten Aceh Tamiang dihadiri oleh Kabid drh. Muhammad Nasir,

Kasie Pengembangan dan Penyebaran Pakan Ternak dan staf bagian tersebut di

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Tamiang. Sebelum meninjau

CPCL, penanggung jawab kegiatan dan anggota tim menyampaikan tentang latar

belakang dan tujuan dari kegiatan ini.

Sebelum meninjau lokasi kegiatan, tim BPTP bersama tim dari di Dinas

Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Tamiang melakukan pertemuan dengan

kelompok “Maju Bersama” di Meunasah Gampong Air Tenang yang dihadiri oleh

Kepala Gampong/Datok (Muttaqin), Ketua kelompok (Hasanuddin), Penyuluh

kecamatan (Jamaluddin) dan beberapa anggota kelompok. Beberapa informasi awal

yang dapat dihimpun dari pertemuan dengan kelompok tani “Maju Bersama”

adalah:

- Jumlah sapi dalam kelompok sebanyak 56 ekor (jantan dan betina)

- Jenis sapi: Brahman Cros, Lemosin, Simental dan Lokal

- Selain sapi yang tujuannya penggemukan, sapi tidak dikandangkan melainkan

tersebar di lahan kelapa sawit

- Kelompok tani sudah menyiapkan lahan untuk penanaman rumput gajah

- Program penanaman rumput gajah sudah dimulai sejak 4 tahun yang lalu,

karena kurang perawatan luasan penanaman rumput gajah semakin berkurang.

- Varietas jagung yang sudah pernah ditanam adalah Pioneer, Bisi-16, Bisi-18 dan

Bisi-22 Untuk varietas Bisi-16 sudah pernah mendapat juara II di tingkat provinsi.

- Untuk pupuk kandang (kotoran sapi) sangat mencukupi

- Untuk pakan, khususnya untuk sapi yang tujuannya penggemukan selain

diberikan rumput juga ditambah dengan pakan konsentrat, namun hanya sebagai

tambahan/perangsang. Dosis pemberian: 1 kg konsentrat + 2 kg dedak atau 1

% dari berat badan sapi

- Obat yang sudah pernah diberikan untuk sapi: Vitamin, obat cacing dan antibiotik

Selama ini pakan dari kelapa sawit diberikan secara manual

Page 19: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

13

Kegiatan Pelatihan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kementerian Pertanian

mengadakan Pelatiahan di Kantor Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Desa Air Tenang,

Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang. Pelatihan tersebut diikuti oleh

kelompok peternak dan Instansi Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan

Kabupaten Aceh Tamiang. Pelatihan tersebut dilaksanakan pada hari Selasa 14

Agustus 2018 di BPP Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang. Ada beberapa

narasumber, materi yang disampaikan yaitu :

1. Manajemen Kesehatan Ternak Sapi

2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Peternakan di Kabupaten Aceh Tamiang

3. Silase Jagung Sebagai Alternatif Pakan Ternak Sapi

4. Tanaman Indigofera Yang Berkualitas Dan Bernutrisi Untuk Ternak Sapi

5. Pembuatan Mineral Blok (Tambahan)

Kesimpulan dan Saran

Kegiatan Optimalisasi Sistem Usaha Pertanian (SUP) Inovatif Integrasi Sapi,

Sawit, Jagung dan Indigofera Di Provinsi Aceh dilaksanakan di Kabupaten Aceh

Tamiang. Kelompok yang terpilih adalah Maju Bersama, kelompok ini merupakan

peternak yang memiliki sapi, sawit dan tanaman jagung. Pengambilan kelompok

atas rekomendasi dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Aceh Tamiang.

Teknologi yang direkomendasi pada kegiatan ini berupa teknologi

Dokumentasi

Page 20: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

14

3.1.3. Kajian Revitalisasi Sut Kopi Arabika Di Provinsi Aceh:

Pengembangan Teknologi Perbenihan dan Peremajaan.

Penanggung Jawab: Dr. Iskandar Mirza, MP

Latar Belakang

Dataran Tinggi Gayo merupakan salah satu kawasan di Pegunungan Bukit

Barisan yang secara administratif masuk ke Provinsi Aceh, kawasan ini terdiri dari

tiga Kabupaten yaitu: Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues. Hampir 95%

kawasan ini ditanami dengan kopi jenis Arabika, sedangkan sisanya kopi Robusta.

Hal tersebut sesuai dengan demografi kawasan tersebut, yang berada di atas 800

meter di atas permukaan laut (dpl), sehingga sangat cocok untuk kopi jenis Arabika.

Komoditas kopi arabika Gayo memiliki peran strategis bagi kehidupan masyarakat

Gayo, karena lebih dari 80% masyarakat wilayah ini menggantungkan hidupnya dari

komoditi ini. Pada umumnya produksi green bean kopi Gayo untuk konsumsi

ekspor, terutama ke Uni-Eropa, Jepang dan Amerika Serikat, dengan nilai ekspor

mencapai Rp. 5 Triliun pada tahun 2016, nilai ini meningkat 300% dibanding tahun

2013 yang hanya Rp. 1.4Triliun (Ibrahim & Zailani, 2010; BPS, 2015; BPTP Aceh,

2011).

Fakta menunjukkan bahwa 30% tanaman kopi arabika Gayo sudah tidak

produktif akibat tanaman yang sudah tua (>20 tahun), dilain pihak Pemerintah

Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah merencanakan melakukan peremajaan

terhadap tanaman yang sudah tidak produktif tersebut. Fakta lainnya adalah

walaupun tanaman petani tidak lagi produktif, terdapat beberapa petani yang

enggan untuk melakukan peremajaan sistem bongkar, karena adanya potensi

kehilangan pendapatan, sehingga diperlukan introduksi teknologi yang dapat

menjembatani masalah ini.

Akibat produktivitas tanaman kopi arabika Gayo hanya berkisar 650-700

kg/ha, padahal potensi produksi Kopi Arabika Gayo I dan II yang telah dilepas oleh

Kementerian Pertanian sampai 1.2 ton/ha. Dengan produktivitas tersebut,

pendapatan petani masih relatif rendah, demikian juga dengan pendapatan

Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues melalui pajak

Pertambahan Nilai (PPn) masih rendah, sehingga pihak Pemerintah Daerah sangat

penting untuk melakukan peremajaan tanaman yang sudah tidak produktif.

Page 21: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

15

Tujuan

1. Melakukan Introduksi paket teknologi produksi bibit kopi arabika Gayo I dan II.

2. Melakukan Introduksi Paket teknologi peremajaan kopi melalui sambung pucuk.

3. Melakukan analisis proyeksi peningkatan produktivitas sampai 1.1-1.2 ton/ha.

4. Melakukan analisis proyeksi peningkatan pendapatan petani minimal 50% dari

kondisi eksisting.

Keluaran

1. Dihasilkannya paket teknologi produksi bibit kopi arabika Gayo I dan II.

2. Dihasilkannya paket teknologi peremajaan kopi melalui sambung pucuk.

3. Diketahuinya proyeksi peningkatan produktivitas sampai 1.1-1.2 ton/ha.

4. Diketahuinya proyeksi peningkatan pendapatan petani minimal 50% dari

kondisi eksisting.

Metodologi

Fakta yang dapat sampaikan untuk kajian ini adalah, bahwa saat ini 60%

tanaman kopi arabika di Dataran Tinggi Gayo berumur lebih dari 20 tahun, sehingga

harus dilakukan replanting. Selanjutnya Produktivitas rata-rata tanaman kopi tidak

lebih dari 700 kg/ha, potensi kopi arabika Gayo I dan II dapat mencapai 1.2 ton/ha.

Varietas Gayo I dan II, secara biologis memiliki hasil yang lebih besar dan citarasa

yang lebih baik dibandingkan dengan varietas eksisting, seperti P88 dan Ateng

Super. Pemkab Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues mulai tahun 2018 akan

melakukan replanting tanaman kopi yang sudah tidak produktif. Rendahnya laju

kegiatan replanting (peremajaan) oleh petani, karena adanya potensi kehilangan

hasil selama proses tumbuhan kopi sampai berbuah (3-5 tahun). Sintesa dari hal di

atas adalah diperlukan kajian yang dapat menggambarkan potensi peningkatan

produksi (state of the art) dari 700 kg/ha menjadi 1.1-1.2 ton/ha, dengan beberapa

inovasi teknologi pertanian, yaitu penggunaan bibit unggul Gayo I dan II dan

teknologi sambung pucuk serta sambung pucuk untuk meminimalisir potensi

kehilangan hasil serta meningkatkan pendapatan usahatani melalui produktivitas

dan kualitas kopi serta optimasi input-output untuk uji kelayakan teknologi.

Prosedur Rejuvinasi Sambung Pucuk

1. Penyiwingan (membuang setengah tajuk tanaman batang bawah) khususnya

yang menghadap ketimur guna merangsang tumbuhnya cabang

Page 22: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

16

orthotrop/wiwilan, selanjutnya dilakukan penakikan/pelukaan setengah

diameter batang setinggi 50 cm dari pangkal batang.

2. Batang bawah disiapkan dari wiwilan/cabang orthothrop yang tumbuh

3. Entres batang atas berasal dari kebun entres atau dari cabang wiwilan tanaman

induk kopi

4. entres minimal terdiri dari 1 ruas dan maksimal 2 ruas.

5. Penyambungan dilakukan dengan system celah.

6. Daun batang bawah disisakan 1 pasang, sedangkan daun batang atas dikupir

setengah

7. Sambungan diikat dengan menggunakan plastic yang dipotong membujur atau

dengan tali rapia.

8. Sambungan disungkup dengan plastic transparan,diikat kembali dengan tali

rapia.

9. Penyambungan dilakukan dengan cepat, cermat danbersih

10. Pengamatan hasil sambungan dilakukan 2 minggu apabila warna hijau

sambungan berhasil bila warna hitam berarti sambungan gagal

11. Tali ikatan dibuka bila pertautan telah kokoh tali ikatan menggangu

pertumbuhan tanaman

Hasil dan Pembahasan

Koordinasi ini dilakukan untuk tujuan sinkronisasi kegiatan antara Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh dengan Dinas Pertanian dan

Perkebunan Kabupaten Bener Meriah dimana kegiatan akan dilaksanakan.

Koordinasi tersebut diawali dengan pertemuan dengan Kadis, Kabid Produksi dan

Kabid Penyuluhan Distanbun Kabupaten Bener Meriah. Tim pengkaji dari BPTP

menyampaikan bahwa pada tahun 2018 ini ada kegiatan pengkajian tentang

peremajaan kopi di kabupaten Bener Meriah, kegiatan ini bukan bersifat proyek,

tapi lebih ke mencari solusi dalam hal program peremajaan tanaman kopi rakyat

yang sudah berumur tua. Kegiatan ini juga diikuti dengan kegiatan diseminasi. Oleh

karena kegiatan ini bersifat on-farm research maka harus dilakukan di lahan petani.

Tim pengkaji BPTP Aceh meminta kepada Distanbun untuk menunjuk beberapa

lokasi untuk dilakukan survey awal dan CPCL.

Page 23: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

17

Introduksi Teknologi Peremajaan

Teknologi peremajaan yang diintroduksikan terdiri dari rejuvinasi dan

replanting, masing-masing seluas 2.500 m2.

A. Rejuvinasi

Rejuvinasi/sambung pucuk telah dilakukan pada lebih kurang 50% total

populasi tanaman yang diprogramkan, sementara sisanya belum dapat dilaksanakan

karena pertumbuhan tunas airnya belum sesuai untuk dilakukan penyambungan.

Tingkat pengetahuan petani tentang teknologi sambung pucuk masih

rendah, demikian juga dengan keterampilannya. Aplikasi teknologi tersebut belum

dilaksanakan secara meluas sebagai salah satu alternative dalam program

peremajaan kopi arabika di lokasi pengkajian.

B. Replanting

Pelaksanaan replanting telah dilaksanakan pada tanggal tanam 3 Juli 2018.

Tanaman hasil replanting menunjukkan pertumbuhan yang baik dan tidak ada yang

perlu dilakukan penyisipan karena tidak ada yang mati meskipun cuaca agak kering

karena jarang turun hujan. Apabila dalam 1 minggu tidak turun hujan maka kepada

petani dianjurkan untuk menyiram. Kondisi inilah yang menyebabkan tanaman tetap

terawat dengan baik dan pertumbuhannya normal.

Tabel 4. Data pertumbuhan vegetatif tanaman kopi hasil replating dari umur bibit yang berbeda

Parameter Umur bibit

6-9 bulan (n=25) 10-12 bulan (n = 14)

30 HST 60 HST 90 HST 30 HST 60 HST 90 HST

Tinggi tanaman 30.5+ 4.1 36.3 + 3.8 42.6 + 4.5 46.1 + 5.0 48.4 + 5.0 52.5 + 5.5

Jumlah cabang ND 1.7 + 0.1 2.2 + 0.7 ND 2.6 + 0.8 3.6 + 0.8

Diameter batang ND 0.34 + 0.6 0.34 + 0,1 ND 0.36 + 0.1 0.36 + 0.1

Kesimpulan

1. Umumnya tingkat usia petani kopi Arabika Gayo berada pada tingkat usia

produktif yaitu berkisar antara usia 20 – 50 tahun dengan tingkat pendidikan

formal petani kopi Arabika Gayo umumnya lulusan SLTP-SLTA.

2. Luas lahan yang dimiliki petani kopi Arabika Gayo berkisar 0.25 – 5 hektar.

3. Pola peremajaan dengan pola replanting yang sesuai dengan SOP memberikan

hasil yang optimal terhadap fase pertumbuhan vegetative.

Page 24: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

18

4. Teknologi sambung pucuk merupakan salah satu alternative dalam program

peremajaan kopi Arabika Gayo

3.1.4. Pengembangan Kawasan Pertanian Bio-industri Berkelanjutan

Berbasis Kopi Arabika di Dataran Tinggi Gayo. Penanggung

Jawab: Rini Andriani, SP, M.Si

Latar Belakang

Kopi arabika merupakan salah satu komoditas unggulan daerah Aceh yang

memberikan kontribusi nyata bagi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan

pendapatan petani. Selain itu kopi merupakan salah satu komoditas ekspor penting

yang mampu memberikan nilai tambah dan penerimaan devisa bagi Negara pada

umumnya maupun daerah sentra produksi utamanya yaitu Provinsi Aceh.

Kulit kopi merupakan limbah yang cukup melimpah, dikarenakan jumlahnya

yang mencapai 50- 60 % dari berat kopi yang dipanen. Kulit buah kopi (ExoCarp)

merupakan limbah agro industri tanaman kopi (coffea) yang berpotensi untuk

dimanfaatkan sebagai pakan ternak, selama ini kulit kopi hanya dibiarkan disekitar

pohon dan dibuat pupuk organik. Kulit buah kopi segar memiliki kandungan nutrisi :

protein kasar 8.49, serat kasar 21.40, lemak 1.04, kalsium 0.21 dan phosphor 0.03.

Tahun 2018 merupakan tahun ke empat kegiatan bioindustri berbasis kopi

dan ternak sapi. Banyak kegiatan yang telah dihasilkan diantaranya koordinasi Kadis

Peternakan dan Perikanan, yang mana pada program di tahun 2016 Direktorat

Pembibitan Dirjen Peternakan melalui APBN memberikan bantuan ternak sapi

Brahman Cross sebanyak 25 ekor untuk diberikan kepada Kelompok tani Giri Mulyo

Desa Paya Tungel. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah

sebagai dinas teknis ditingkat kabupaten yang mengusulkan lokasi dan kelompok

tani penerima. Program ini memberikan paket pendukung , seperti membangun 1

unit kandang kloni, bibit hijauan pakan ternak seluas 2 hektar, dan konsentrat

pabrik. Program ini tentunya mendukung kegiatan bioindustri berbasis kopi dan

ternak sapi di desa Paya Tungel Kecamatan Jagong Jeget. Pemeliharaan ternak sapi

ini dipusatkan pada satu lokasi yaitu lahan ketua kelompok tani, dengan

mengikutsertakan semua anggota kelompok tani. Kebutuhan hijauan pakan ternak

untuk 1 hari sebanyak 1 ton, dengan melibatkan anggota kelompok 5 orang setiap

hari untuk mengarit hijauan pakan ternak.

Page 25: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

19

Kajian model pertanian bioindustri berbasis tanaman – ternak diperkirakan

akan dapat merubah pola usahatani komoditas kopi maupun ternak sapi ke pola

usahatani multikultur atau integrasi. Pola usahatani ini diperkirakan dapat

meningkatkan produksi kopi dan produksi daging sapi, juga meningkatkan

pendapatan petani dibandingkan sebelumnya. Selain itu pertanian bioindustri

berbasis integrasi tanaman-ternak yang ramah lingkungan, mengelola dan

memanfaatkan secara optimal seluruh sumberdaya hayati atau limbah organik

pertanian bagi kesejahteraan masyarakat.

Tujuan

1. Menghasilkan produk komersial, terbangunnya unit pemasaran produk

komersial, terbangunnya kawasan agribisnis dan optimalisasi model pertanian

bioindustri.

2. Memandirikan kelembagaan kelompok tani dalam pengelolaan terpadu

komoditas tanaman-ternak yang berkelanjutan

3. Mengembangkan/mereplikasi bioindustri berbasis tanaman-ternak oleh

Pemerintah Daerah pada agrosistem yang berbeda

Keluaran

1. Dihasilkan produk komersial, terbangunnya unit pemasaran produk komersial,

terbangunnya kawasan agribisnis dan optimalisasi model pertanian bioindustri.

2. Mandirinya kelembagaan kelompok tani dalam pengelolaan terpadu komoditas

tanaman-ternak yang berkelanjutan.

3. Berkembangnya dan tereplikasikannya model pertanian bioindustri berbasis

tanaman-ternak oleh Pemerintah Daerah pada agrosistem yang berbeda.

Prosedur Pelaksanaan

1. Koordinasi antar pemangku kepentingan (Dinas Pertanian dan Peternakan

Kabupaten, Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten, Pemda Kabupaten dan

BP3K Jagong Jeget ).

2. Sosialisasi kegiatan bioindustri berbasis kopi arabika

3. Penentuan calon lokasi dan petani kooperator

4. Penyusunan rencana kegiatan melalui Focus Group Discussion (FGD) dan

identifikasi permasalahan serta merumuskan tindakan dan aksi kegiatan yang

mempunyai titik ungkit tinggi.

5. Penelusuran literatur (desk study).

Page 26: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

20

6. Penyusunan instrumen penggalian data primer.

7. Survei lapang menggunakan metode pengamatan lapangan secara cepat (Rapid

Rural Appraisal/RRA) untuk menggali informasi keragaan atau karakteristik

usahatani.

8. Penyusunan desain dan road map model bioindustri berkelanjutan spesifik

lokasi di Provinsi Aceh.

Hasil dan Pembahasan

Kegiatan bioindustri berbasis kopi dan ternak sapi pada tahun ke 4 ini,

bertujuan untuk memperkuat kelembagaan kelompok tani penerima manfaat

kegiatan bioindustri. Kelompok tani ini diupayakan mempunyai unit usaha – unit

usaha yang berorientasi agribisnis dan ekonomi. Selanjutnya dikembangkan lagi

untuk dapat bekerjasama dengan Koperasi Baburrayan Aceh Tengah dan pihak

swasta lainnya.

Introduksi Teknologi yang sudah dikembangkan yaitu Bio urine dan Sludge.

Saat ini bio urine dimanfaatkan untuk pupuk organik cair dan zat tumbuh, pada

pembibitan sayuran kol, pembibitan tanaman kopi dan kebun kopi . Sedangkan

Sludge dimanfaatkan sebagai pupuk organik padat, juga digunakan untuk tanaman

kopi yang diberikan pada sekeliling akar tanaman dengan membuat lubang pupuk.

Pemberian sludge pada tanaman sayuran yaitu caranya mencampur dengan tanah,

dan hasil yang diperoleh cukup baik.

Kegiatan yang direncanakan pada Tahun 2018 ini yaitu membangun beberapa

saung untuk pertemuan , penambahan volume biourin dan pembangunan rumah

produk biourin, penambahan volume biogas, uji laboratorium produk-produk yang

telah dihasilkan oleh kelompok tani sehingga bisa menghasilkan suatu komposisi

yang tepat untuk memperlancar proses pemasaran. Pada tahun ke-4 ini diharapkan

Desa paya Tungel ini bisa menjadi desa mandiri energy dan bisa menjadi replikasi

bagi kelompok-kelompok tani lainnya.

Advokasi keberlanjutan kegiatan Bioindustri ini tidak hanya dilakukan terhadap

Dinas dan BPP setempat, juga dilakukan dengan Bapak Edi Kurniawan selaku

anggota DPR Kabupaten Aceh tengah. Dari hasil konsolidasi dengan Beliau,

direncanakan replikasi model Bioindustri akan dilakukan di Desa Atu Lintang dengan

komoditi berbasis Kopi dan Ternak Kambing. Harapannya semua rencana ini akan

berjalan lancar untuk kesejahteraan petani.

Page 27: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

21

Produk Biourine

Pembuatan proses pupuk organik cair, biourin ini menghasilkan rata-rata

jumlah produk sebanyak 110 liter dalam sekali proses produksi, dengan harga jual

Rp. 60.000,- tiap liternya. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas, jumlah

keuntungan dari usaha ini bisa dikatakan relatif besar atau sangat menguntungkan.

Oleh karena itu, usaha biourin ini diharapkan dapat terus bertahan dan

berkembang.

Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Orgsnik Cair Bio-Urin

Tabel 5. Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Biourin di Desa Paya Tungel, Kecamatan Jagong Jeget, Aceh Tengah

No Jenis Analisis Nilai

1. Revenue Per Cost Ratio 4,34 2. Break Even Point (Unit)

Break Even Point (Rupiah) 98,96 liter

Rp. 1.346.774,19 3. Return on Investment 3,34%

Sumber: Data primer diolah, 2017

Analisis Nilai Tambah Pupuk Organik Cair Bio-Urin

Tabel 6. Analisis Nilai Tambah pada Pupuk Biourin menggunakan Metode Hayami

No Unsur Perhitungan Rumus Perhitungan Nilai

1. Hasil produksi (liter/proses produksi)

A 100

2. Bahan baku (liter/proses produksi)

B 2

3. Tenaga kerja (jam/proses produksi)

C 8

4. Faktor konversi a/b=h 50 5. Koefisien tenaga kerja (%) c/b=i 4 6. Harga produk (Rp/liter) D 60.000 7. Upah rata-rata (Rp/liter) E 50.000 8. Harga bahan baku (Rp/liter) F 77.000 9. Input lain (Rp/liter) G 0 10. Nilai Produksi (Rp/liter) h x d = j 3.000.000 11. a. Nilai tambah (Rp/liter)

b. Rasio Nilai Tambah (%) j – f – g = k

k/j 2.923.000

0,974 12. a. Imbalan tenaga kerja (Rp)

b. Bagian tenaga kerja (%) i x e = m

m/k 200.000 0,0684

13. a. Keuntungan (Rp/liter) b. Tingkat Keuntungan (%)

k – m = o o/k

2.723.000 0,9315

14. Marjin pengolahan j - f = q 2.923.000 Sumber: Data primer diolah, 2017

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh rasio nilai tambah pada produk

biourin sebesar 0.974 atau sebesar 97,4%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa

Page 28: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

22

usaha biourin ini tergolong tinggi sesuai dengan indicator bahwa jika rasio nilai

tambah lebih besar dari 40% maka usaha tersebut dikatakan mempunyai nilai

tambah yang tinggi pada tiap liter produknya.

Kesimpulan

1. Sudah terbangunnya sistem integrasi tanaman kopi dengan ternak sapi, dimana

hasil samping ternak dalam bentuk pupuk cair dan pupuk padat sudah

diaplikasikan pada tanaman kopi. Demikian juga dengan hasil samping kopi

sudah diberikan pada ternak sapi dalam bentuk silase pakan ternak

2. Sudah dimanfaatkan hasil samping menjadi produk sekunder yang bernilai

ekonomi

3. Usaha pupuk organic cair, biourin ini layak untuk dikembangkan

(menguntungkan) dengan Revenue Cost Ratio 4,34 dan nilai tambah 97,4.

Namun, usaha ini tetap perlu dipantau agar usaha ini tetap berjalan dan

mendapat keuntungan karena terkadang pekerja mengurangi atau mengganti

bahan baku pembuatan biourin sehingga hasil biourin tidak seperti yang

diharapkan/tidak maksimal.

Dokumentasi

3.1.5. Pengembagan Media Informasi Pertanian. Penanggung jawab: Cut

Nina Herlina, SP, M.Si

Latar Belakang

Salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalah

penyampaian informasi dan teknologi pertanian kepada penggunanya, informasi

dan teknologi pertanian tersebut bisa disampaikan secara langsung maupun tidak

langsung dengan menggunakan media penyuluhan. Berbagai media penyuluhan

dapat digunakan untuk megemas informasi dan teknologi yang akan disampaikan

Page 29: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

23

kepada petani sebagai pengguna teknologi seperti : media cetak, media audio,

media audio visual, media berupa obyek fisik atau benda nyata.

Secara umum dapat dikatakan bahwa media merupakan suatu perantara yang

digunakan dalam proses belajar. Tujuan penggunaan media adalah untuk

memperjelas informasi yang disampaikan sehingga dapat merangsang fikiran,

perasaan, perhatian dan kemampuan sasaran. Dengan demikian media berperan

penting dalam memberikan pengalaman kongkrit dan sesuai dengan tujuan belajar.

Dalam bidang penyuluhan, kemampuan literasi visual sangat penting, karena

dengan demikian penyuluh dapat lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan

materi penyuluhannya. Media apapun yang digunakan, pada prinsipnya harus dapat

meningkatkan efektivitas dan kelancaran proses difusi inovasi, terutama dalam

materi yang disuluhkan, sehingga dapat mempercepat terjadinya perubahan

perilaku (pengetahuan, keterampialn dan sikap) dikalangan kelompok sasaran.

Selain dari pada itu media diharapkan dapat lebih mengkongkritkan apa yang

dijelaskan komunikator kepada komunikan (sasaran), sehingga sasaran lebih mudah

dan lebih cepat menangkap materi, apa yang dilihat sasaran akan terkesan lebih

lama dibandingkan dengan didengar dan media mampu memotivasi dan mampu

memusatkan perhatian.

Tujuan

1. Menyusun materi informasi pertanian untuk pembuatan media cetak

2. Menyediakan informasi pertanian bentuk media cetak

Keluaran

Tersedianya media informasi pertanian dalam bentuk media cetak seperti

leaflet 2 judul, brosur 1 judul, poster 1 judul, banner 2 judul, dan majalah pertanian

1 periode.

Prosedur Pelaksanaan

a. Mengidentifikasi inovasi teknologi Litbangtan yang memenuhi syarat untuk

disebarluaskan di Provinsi Aceh

b. Merencanakan, mengolah dan merancang inovasi teknologi Litbangtan

berdasarkan saluran yang akan digunakan (media cetak, media elektronik,

demplot, temu lapang dan lain-lain yang relevan).

Page 30: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

24

c. Pemilihan materi yang tepat untuk media cetak (buletin Info Teknologi

Pertanian, Leaflet Serambi Pertanian, Brosur, Poster, Banner dan Petunjuk

Teknis) serta media elektronik yaitu materi paket teknologi untuk disiarkan

ditelevisi lokal (audio visual).

d. Produksi Media Cetak (Buletin Info Teknologi Pertanian, Leaflet Serambi

Pertanian, Brosur, Poster, Banner dan Petunjuk Teknis)

e. Produksi Media Elektronik (berita paket teknologi pada televisi lokal)

Hasil dan Pembahasan

Leaflet atau Flyer adalah media promosi cetak berupa lembaran tanpa lipatan,

atau sering disebut dengan istilah selebaran. Seperti namanya, Leafet (leaf= daun)

dan flyer (fly=terbang) memiliki ukuran yang relatif kecil (biasanya ukuran setengah

kwarto dan lebih kecil) supaya dapat disampaikan/ disebar ke audiens lebih cepat,

dan mudah disimpan. Oleh karena ukurannya yang kecil maka informasi yang

disampaikan sebatas informasi umum yang cepat diserap/ diingat oleh audiens;

tidak bisa seleluasa brosur yang memiliki area yang lebih lebar untuk memasukkan

informasi.

Media cetak yang sudah dihasilkan :

▪ Leaflet 2 judul : a. Teknologi Budidaya Padi di Pasang Surut = 400 exp b.

Penyakit Pink Eye Pada Ternak Ruminansia= 400 exp

▪ Brosur 1 judul: Ubinan Padi= 200 exp

▪ Poster 1 judul: Waspadai Hama Wereng Batang Coklat (WBC)= 200 exp

▪ Banner 2 judul: a. Varitas Unggul Pepaya Merah Delima=4 set

b. Varitas Padi Lokal Asal Aceh= 5 set

▪ Majalah/Buletin Pertanian Info Teknologi= 100 exp

Dokumentasi

Page 31: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

25

3.1.6 Pengembangan Pola Tanam Untuk Mendukung Peningkatan Indeks Pertanaman. Penanggung Jawab Ahmad Adriani, SP.

Latar Belakang

Berdasarkan instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2018

tentang Percepatan Penyediaan embung kecil dan bangunan penampung air lainnya

di desa. Dalam rangka memenuhi kebutuhan air baku pertanian guna meningkatkan

produksi pertanian (Inpres R.I. 2018. Percepatan Penyediaan embung kecil dan

bangunan penampung air lainnya di desa).

Pada umumnya produktivitas lahan sawah tadah hujan dan lahan kering

masih rendah, karena terbatasnya air untuk kebutuhan tanaman. Lahan sawah

tadah hujan dan lahan kering adalah lahan yang sumber pengairannya tergantung

dari curah hujan, dicirikan dengan tidak adanya bangunan irigasi permanen.

Posisinya berada pada wilayah yang tidak memungkinkan terjangkau oleh irigasi

sehingga penanaman padi dan tanaman pangan semusim lainnya hanya dilakukan

satu kali dalam setahun. Untuk meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) lahan

tersebut, perlu irigasi suplementer/tambahan yang dapat memenuhi kebutuhan air

tanaman. Tambahan air tersebut dapat berasal dari air permukaan dengan

memanfaatkan air sungai menggunakan pompa dan/atau dam parit, atau air danau,

embung, parit panjang (Longstorage), dan pembuatan sumur air tanah dangkal.

Tujuan

1. Melaksanakan dukungan inovasi teknologi pengembangan system pola tanam

pada komoditas tanaman pangan (padi dan jagung) pada lahan sawah tadah

hujan dan lahan kering Untuk Mendukung Peningkatan Indeks Pertanaman

spesifik lokasi.

2. Target identifikasi dan inventarisasi potensi sumber daya air dan luas layanan

pemanfaatan lahan untuk rekomendasi pembangunan infrastruktur dan tata

kelola air.

3. Meningkatkan peran Tim Gugus Katam melalui sosialisasi dan verifikasi serta

koordinasi di tingkat pusat dan provinsi.

Keluaran

1. Terlaksananya dukungan inovasi teknologi pengembangan system pola tanam

pada komoditas tanaman pangan (padi dan jagung) pada lahan sawah tadah

Page 32: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

26

hujan dan lahan kering Untuk Mendukung Peningkatan Indeks Pertanaman

spesifik lokasi.

2. Tercapainya target identifikasi dan inventarisasi potensi sumber daya air dan

luas layanan pemanfaatan lahan untuk rekomendasi pembangunan infrastruktur

dan tata kelola air.

3. Meningkatnya peran Tim Gugus Katam melalui sosialisasi dan verifikasi serta

koordinasi di tingkat pusat dan provinsi.

Prosedur Pelaksanaaan

Data meliputi sumber air, penggunaan, luas layanan, serta pola tanam dan

Indeks Pertanaman eksisting dan harapan peningkatannya. Dari data yang diperoleh

dilakukan evaluasi pengukuran peningkatan Indeks Pertanaman di lapangan.

Adapun display dukungan inovasi teknologi pengelolaan sumber daya air dilakukan

di kedua tipe lahan (lahan kering dan sawah tadah hujan). Dukungan inovasi

teknologi yang dilakukan berupa pengelolaan usahatani terpadu dengan sumber

daya air yang tersedia untuk meningkatkan Indeks Pertanamannya. Dari

pengelolaan usahatani dan pengelolaan sumber daya air tersebut dikeluarkan

rekomendasi teknologi yang sesuai untuk kedua tipe lahan.

Kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi :

1. Koordinasi dengan instansi terkait

2. Identifikasi lokasi/analisis kebutuhan

3. Pembuatan demplot Tanaman Padi di lahan tadah hujan dan jagung di lahan

kering,

4. Kegiatan Pelatihan dan temu lapang.

5. Mendampingi kegiatan sosialisasi dan penerapan Good Agriculture Practice

(GAP).

Hasil dan Pembahasan

Salah satu objek kegiatan ini adalah mengidentifikasi, inventarisasi dan

survey tatakelola air yang merupakan kegiatan top-down dan telah dimulai pada

pertengahan tahun 2016. Pengumpulan data dilakukan melalui koordinasi dengan

Dinas Pertanian dan Dinas Pengairan tingkat kabupaten dan provinsi serta Badan

Pusat Statistik. Dinas Pertanian kabupaten dan provinsi memiliki data usulan

pembangunan maupun perbaikan infrastruktur pengairan pada lahan sawah irigasi,

Page 33: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

27

sawah tadah hujan maupun lahan kering. Infrastruktur yang dimaksud berupa

embung, long storage, dam parit, pompanisasi, sumur dangkal, dan saluran-saluran

air. Data tersebut terangkum dalam e-proposal Dinas Pertanian masing-masing

kabupaten maupun provinsi.

Pengumpulan data tata kelola air dilakukan dari 23 kabupaten/kota kecuali

Kotamadya Banda Aceh dan Sabang karena kedua kota ini bukan merupakan sentra

produksi tanaman pangan dan wilayah target pembangunan maupun perbaikan

infrastruktur pendukung pertanian di provinsi Aceh. Tahun 2017 BPTP Aceh

mendapat mandat untuk menginventarisasi tatakelola air seluas 30.000 ha luas

layanan. Hingga tanggal 11 Juli 2017 baru terkumpul luas layanan tata kelola air

sebanyak 22.867 ha atau 76,2 persen yang berasal dari kabupaten Nagan raya,

Bireuen, Aceh Besar, Pidie, Aceh tengah, Kota Langsa, Aceh Utara, Lhokseumawe,

dan Simeulue. Adapun data dari kabupaten Pidie Jaya, Aceh Jaya, dan Gayo Luwes

sesungguhnya telah dilaporkan namun belum dapat dimasukkan ke dalam rekap

nasional disebabkan masih belum sesuai dengan format data yang diinginkan Badan

Litbang Pertanian dan Kemendes.

Kegiatan Pelatihan dan Sosialisasi Katam Petani dan Penyuluh

Kegiatan Pelatihan Pengembangan Pola Tanam untuk mendukung Indeks

Pertanaman (IP) pelaksananya di BPP Kuta Cot Glie Kecamatan Kuta Cot Glie, yang

dihadiri oleh, Petani Desa Lampakuk 20 peserta, Petani Desa Maheng 20 peserta

dan Penyuluh , POPT serta Koordinator POPT sebanyak 20 peserta, serta Team

BPTP Aceh. Jadwal pelaksanaan pelatihan Petani dan Penyuluh pada Kegiatan

Pengembangan untuk mendukung Peningkatan IP di Kabupaten Aceh Besar

Kesimpulan

1. Total luas layanan yang di inventarisir untuk tata kelola air sebesar 604.0 ha

yang tersebar pada 5 titik di kabupaten Aceh Besar dan Langsa.

2. telah dilaksanakan sosialisasi sistem informasi Kalender tanam dan pelatihan

terhadap penyuluh dan petani di Kecamatan Kuta Cot Glie kabupaten Aceh

Besar, materi yang di sampaikan pada kegiatan tersebut adalah : cara

mengaplikasikan sofware tentang Sistem informasi kalender tanam berbasis

Android.

Page 34: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

28

Dokumentasi

3.1.7. Visitor Plot. Penanggung jawab: Ratnawati, SP, M.Si

Latar Belakang

Pada sektor pertanian dan peternakan telah banyak dihasilkan paket

maupun komponen teknologi dari berbagai aspek mulai dari budidaya sampai ke

pasca panen oleh Badan Litbang Pertanian. Namun sebagian besar dari teknologi

yang dihasilkan tersebut, ternyata hanya sebagian lapisan masyarakat tani yang

merespon dan menerapkan teknologi anjuran tersebut di lahan usahatani mereka.

Proses adopsi teknologi ini dapat terlaksana melalui penerapan teknologi

secara terfokus, sistematis, sinergi dan terintegrasi baik dari segi pembinaan

maupun pembiayaan. Salah satu kegiatan diseminasi yang dapat mengatasi

masalah diatas yaitu melalui kegiatan visitor plot yang dilaksanakan dilingkungan

BPTP Aceh dan di KP. Gayo serta KP. Paya Gajah.

Tujuan

- Melakukan optimalisasi lahan kantor dan kebun percobaan.

- Menyediakan paket teknologi hasil-hasil Litkaji untuk pengguna teknologi di

petak percontohan.

Keluaran

- Adanya optimalisasi lahan kantor dan kebun percobaan.

- Tersedianya paket teknologi hasil-hasil Litkaji kepada pengguna teknologi.

Prosedur Pelaksanaan

1. Penempatan komoditas dan lay out di lapangan sesuai dengan kaidah-kaidah

penelitian dan pengkajian.

2. Pengolahan lahan pada plot yang telah ditetapkan

Page 35: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

29

3. Pelaksanaan penanaman dan pemeliharaan

4. Pengumpulan data

5. Analisa data dan pelaporan

Hasil

- Tersedianya lima paket teknologi Budidaya ( jagung, kacang tanah, kacang

hijau, sayuran dan cabai)

- Kegiatan visitor plot telah memberikan kemudahan dan kesempatan kepada

masyarakat pengguna teknologi untuk digunakan sebagai tempat belajar

inovasi teknologi sehingga terjadi alih pengetahuan dan kemampuan dalam

pemanfaatan teknologi dari peneliti dan penyuluh BPTP.

Kesimpulan

Kegiatan visitor plot telah memberikan kemudahan dan kesempatan kepada

masyarakat pengguna teknologi untuk digunakan sebagai tempat belajar inovasi

teknologi sehingga terjadi alih pengetahuan dan kemampuan dalam pemanfaatan

teknologi dari peneliti dan penyuluh BPTP.

Dokumentasi

3.1.8. Dukungan Agro-Inovasi Teknologi Di Daerah Perbatasan

Di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab: M. Ismail, SP, M.Si

Latar Belakang

Berdasarkan geografis, salah satu wilayah yang memiliki perbatasan

langsung dengan negara lain adalah, Kabupaten Aceh Besar. Dalam hal ini spesifik

kepada Kecamatan Pulo Aceh.Fakta menunjukkan bahwa selain merupakan etalase

bangsa, hal terpenting lainnya adalah faktor kemandirian pangan (localy food

security). Hal ini disebabkan oleh wilayah Kecamatan Pulo Aceh yang terditi dari

beberapa pulau dapat dikatakan terisolir, akibat dari keterbatasan sarana

Page 36: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

30

transportasi sehingga sangat tergantung dari faktor cuaca. Sebagian besar

ketersediaan pangan utama didatangkan dari Banda Aceh, melalui transportasi

laut.Jika terjadi iklim eskterm, seluruh kegiatan transportasi otomatis dihentikan,

sehingga sangat berpengaruh kepada sistem ketahanan pangan di wilayah tersebut.

Di lain pihak, kawasan Pulo Aceh memiliki potensi untuk dikembangkan komoditas

padi (tadah hujan), cabai merah, ternak (Sapi Aceh) dan beberapa komoditas

perkebunan seperti cengkeh dan lada.

Untuk mengatasi hal tersebut, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh

akan melakukan kegiatan pendampingan dalampenyediaan teknologi spesifik lokasi

berbasis komoditas hortikultura (cabai) dan padi sawah tadah hujan serta

penyediaan pakan ternak berbasis jerami yang sesuai kebutuhan,selain itu, secara

aktif memberikan rekomendasi untuk pengambil keputusan melalui inisiatif

pertemuan dan mengkonsultasikannya kepada pihak terkait sehingga mampu

menumbuhkan pembangunan ekonomi di daerah. Melalui Pelaksanaan Program

dukungan inovasi teknologi di daerah perbatasan diharapkan akan terjadi

peningkatan produktivitas komoditas padi sawah tadah hujan, cabai dan ternak

yang secara eksisting merupakan potensi daerah, sehingga kemandirian pangan

lokal di kawasan Pulau Aceh dapat tercapai.

Tujuan

1. Memberikan dukungan inovasi teknologi tanaman pangan (padi sawah tadah

hujan) sesuai wilayah pembinaan/pendampingan teknologi di Provinsi Aceh.

2. Menghasilkan paket rekomendasi inovasi teknologi pertanian tanaman pangan

(padi sawah tadah hujan) spesifik lokasi.

Keluaran

Terselenggaranya pelaksanaan dukungan inovasi teknologi pada Program

dukungan inovasi teknologi di daerah perbatasan di Provinsi Aceh, yaitu dengan

peningkatan produktivitas tanaman padi sawah tadah hujan dari 3-4 ton/ha menjadi

6 ton/ha dan peningkatan IP dari 1 menjadi 2.

Prosedur Pelaksanaan

Konsep dan Strategi Pengembangan

Program pembangunan lumpangan pangan berorientasi ekspor-wilayah

perbatasan, dalam hal ini fokus kepada Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh

Page 37: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

31

Besar, Provinsi Aceh pada dasarnya adalah suatu kegiatan usaha tani berbasis

kawasan atau yang bersentuhan langsung dengan berbagai aspek pada sektor

pembangunan. Secara teknis pembangunan wilayah perbatasan tidak hanya pada

aspek teknis semata, misalnya peningkatan produktivitas, pertambahan luas tanam

dan luas panen, tetapi juga harus menyentuh aspek sosial, ekonomi, budaya,

regulasi serta arus politik yang ada. Secara khusus dapat dikatakan bahwa masing-

masing aspek tersebut satu sama lain saling beririsan. Terdapat 4 kata kunci dari

program ini, yaitu “lumbung”, “pangan”, “ekspor” dan “perbatasan”. Dalam konteks

kewilayahan, yaitu Kecamatan Pulo Aceh dapat kita lihat seperti apa kesesuaian 4

kata kunci tersebut.

Konsepsi Pembangunan LPBE-WP Provinsi Aceh

Pada dasarnya pembangunan lumbung pangan wilayah perbatasan di

Provinsi Aceh adalah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi melalui inovasi

teknologi pertanian serta mengurangi kesenjangan pertumbuhan antar wilayah.

Dalam konteks program ini, lumbung pangan dapat dimaknai sebagai konsep

swasembada pangan yang diperluas, artinya bukan hanya pada aspek teknis, tetapi

juga menyangkut aspek sosial, ekonomi, budaya dan politik. Mengacu kepada

grand-design LPBE-WP yang diterbitkan oleh Kementerian Pertanian melalui Badan

Litbang Pertanian dapat disimplifikasi konsep pembangunan lumbung pangan,

spesifik Aceh.

Hasil dan Pembahasan

Dukungan inovasi teknologi tanaman pangan (padi) dan hortikultura (bawang merah) sesuai wilayah pendampingan teknologi di Provinsi Aceh

Kebutuhan pangan (beras) penduduk Pulo Aceh masih dipenuhi dari luar

daerah seperti Banda Aceh dan sekitarnya, demikian pula dengan komoditas

hortikultura. Hampir seluruh komoditas pangan didatangkan dari luar Pulo Aceh

termasuk bawang merah, padahal terdapat lahan sawah maupun tegalan yang

cukup luas untuk pengusahaannya. Kondisi lahan, kesuburan tanah, dan iklim yang

mendukung harusnya bukan menjadi penghalang bagi pengusahaannya oleh petani.

Observasi lapangan yang telah dilakukan menjelaskan bahwa hampir seluruh petani

di Pulo Aceh berprofesi sebagai nelayan sehingga kegiatan berusahatani hanya

sebagai usaha sampingan. Diduga hal inilah yang menyebabkan para petani tidak

fokus pada usaha budidaya pertanian. Telah pula dilakukan sosialisasi kepada para

Page 38: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

32

wanita tani agar memanfaatkan lahan-lahan pekarangan yang dilmiliki dengan

menanam komoditas hortikultura (sayuran) dengan mengikuti pola Kawasan Rumah

Pangan Lestari (KRPL).

Telah dilakukan demonstasi plot (demplot) budidaya bawang merah pada

lahan seluas 1.500 m2 yang bekerjasama pada petani yang pernah

membudidayakan tersebut (Bapak M. Nasir). Penanaman dilakukan pada tanggal 18

Mei 2018 pada lahan tegalan milik BPP Pulo Aceh. Penanaman dilakukan mengikuti

petunjuk teknis budidaya bawang merah yang telah dikeluarkan oleh BPTP Aceh

berdasarkan pengkajian beberapa tahun lalu di beberapa kabupaten. Adapun

pemanenan dilakukan pada tanggal 16 Juli 2018 yang melibatkan beberapa orang

mahasiswi magang dari fakultas Pertanian UGM Yogyakarta. Berikut adalah hasil

dan komponen hasil yang diperoleh:

Tabel 7. Komponen hasil demplot bawang merah di desa Lampuyang kecamatan

Pulo Aceh

Ulangan Jumlah umbi per rumpun Berat umbi per 10 rumpun (gram)

Berat umbi per m2

1 6 300 1 kg

5 200

7 400

2 7 300 1,2 kg

6 300

7 400

3 4 200 0,9 kg

5 200

5 300

Data ubinan yang diperoleh menunjukkan bahwa produktivitas bawang

merah masih rendah yaitu rata-rata sebesar 1,03 kg/m2 (atau 10.300 kg/10.000 m x

0,7 = 7.210 kg/ha). Kondisi ini cukup layak secara ekonomi dimana dibutuhkan

benih sebanyak 100 gr/m2 saat penanaman. Artinya produktivitasnya masih di

bawah potensi hasil yang dilaporkan mencapai 9.9 ton/ha.

Rekomendasi inovasi teknologi tanaman pangan dan hortikultura spesifik

lokasi

Salah satu bentuk dukungan inovasi teknologi yang diberikan adalah

demplot tanaman padi dengan menerapkan teknologi budidaya Jajar Legowo Super.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian terus mengembangkan inovasi

teknologi khususnya tanaman pangan utama padi, jagung, dan kedelai yang

sekaligus merupakan komoditas penting di Indonesia. Teknologi Jarwo Super

Page 39: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

33

merupakan pengembangan dari teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

padi.

Komponen teknologi Jarwo Super mensyaratkan diketahuinya status

ketersediaan hara utama tanah sawah yang digunakan. Telah dilakukan

pengambilan dan pengujian status hara tanah. Uji tanah telah dilakukan dengan

menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) di laboratorium BPTP Aceh yang

menunjukkan status hara tanah. Laboratorium tanah BPTP Aceh telah menerbitkan

hasil ujinya pada tanggal 18 Agustus 2018 sebagai berikut:

Tabel 8. Status hara tanah sawah desa Alue Reuyeung berdasarkan uji PUTS

Stasus Rekomendasi Pupuk

N P K pH

Rendah Sedang Rendah Agak Basa 250 kg Urea; 75 kg SP-36; 75 kg KCl

Status hara tanah perlu diketahui untuk mendapatkan rekomendasi jumlah

pupuk yang akan digunakan, sekaligus menjadi dasar bagi target produksi yang

ingin dicapai. Inovasi teknologi utama lainnya yang diberikan pada lahan sawah

tadah hujan adalah Varietas Unggul Baru (VUB). Komponen teknologi ini sangat

penting untuk meningkatkan produktivitas. Dari wawancara yang telah dilakukan

diperoleh informasi petani Desa Alue Reuyeng (Pulau Nasi) masih menggunakan

varietas Ciherang, IR64, dan sedikit Inpari dengan produktivitas mencapai 5 ton/ha.

Kesimpulan

Dukungan inovasi teknologi pertanian komoditas hortikultura (bawang

merah) dan rekomendasi teknologinya telah dilakukan melalui demplot usahatani.

Respons petani kooperator sangat baik atas hasil yang diperoleh. Adapun pada

komoditas pangan (padi) juga telah dilakukan dengan pola yang sama ditambah

pelatihan teknis sebelum tanam. Kedua model dukungan inovasi teknologi ini telah

disusun sesuai potensi spesifik lokasi.

Upaya menginisiasi perbaikan kelembagaan pertanian di Pulo Aceh masih

akan terus dilakukan dengan pendekatan antar lembaga dalam hal ini BPTP Aceh

dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Besar, BPP Pulo Aceh, Camat,

Danramil serta beberapa pengusaha lokal. Peningkatan pengetahuan dan

keterampilan petani harus menjadi fokus perhatian dalam upaya peningkatan

produktivitas usahatani.

Page 40: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

34

Dokumentasi

3.1.9. Peningkatan Kapasitas Penyuluh Daerah. Penanggung Jawab: Ir.

Nurbaeti, SP, M.Si

Latar Belakang

Kinerja penyuluh pertanian secara garis besarnya dapat dilihat pada aspek

persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan, pengembangan penyuluhan

pertanian dan pengembangan profesi penyuluh pertanian. Selain itu, aspek

kepemimpinan, komunikasi, kemitraan usaha dan diseminasi teknologi serta

penguasaan terhadap bidang teknis keahlian juga sangat menentukan tingkat

keberhasilan seorang penyuluh.

Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki peran penyuluh pertanian

dalam masyarakat pedesaan dengan cara peningkatan wawasan penyuluh pertanian

dan keahliannya. Dalam praktiknya penyuluh pertanian lapangan kurang dapat

membantu petani untuk mencapai kesejahteraan karena berbagai faktor, salah

satunya adalah Kurangnya kapasitas dan wawasan penyuluh tentang pertanian itu

sendiri. diperlukan suatu pendekatan strategi yang mampu meningkatkan kapasitas

komunikasi penyuluh daerah sebagai perantara dalam proses alih teknologi.

Komunikasi penyuluhan pertanian untuk percepatan diseminasi alih

teknologi, menjadi sebuah faktor penting yang dapat menunjang tercapainya

tujuan-tujuan penyuluhan. Komunikan dituntut untuk memiliki sebuah strategi

komunikasi agar objek penyuluhan dapat menerima pesan dengan baik dan tidak

terjadi salah pengertian dalam proses penyuluhan ini. Beberapa strategi yang dapat

dilakukan dalam meningkatkan komunikasi penyuluh salah satunya adalah

peningkatan kapasitas penyuluh di daerah.

Page 41: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

35

Tujuan

Meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan penyuluh pertanian di

daerah.

Keluaran

Terjadinya Peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan penyuluh

pertanian daerah untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi penyuluh dalam

mentransfer teknologi inovasi sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, sikap, dan

ketrampilan sikap pelaku utama dan pelaku usaha.

Prosedur Pelaksanaan

Lokasi Kegiatan dilaksanakan di Provinsi Aceh dari mulai persiapan,

pelaksanaan sampai dengan pelaporan sejak bulan Januari sampai dengan bulan

Desember 2018. Kegiatan peningkatan kapasitas penyuluh daerah dilakukan dalam

7 jenis kegiatan, yaitu :

1. Bimbingan Teknis Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian.

2. Bimbingan Teknis Pendayagunaan Inovasi Pertanian berbasis (AVA, IT, Cetak

dan Medsos)

3. Bimbingan Teknis Pendayagunaan Inovasi Petanian berbasis Pertemuan.

4. Bimbingan Teknis Teknologi Inovasi Pertanian Spesifik lokasi (mendukung kaji

terap).

5. Bimbingan Teknis Evaluasi Penyelenggaraan dan dampak pelaksanaan

Penyuluhan Pertanian/Desiminasi.

6. Penyiapan buku saku.

7. Evaluasi terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan penyuluh

(pretest, post test dan metode analisis lainnya).

Hasil dan Pembahasan

Kegiatan Bimtek Jarwo Super dilaksanakan pada hari Kamis, Tanggal 5 April

2018 bertempat di TTP Kecamatan Jantho Baru Kabupaten Aceh Besar Propinsi

Aceh. Peserta Bimtek adalah penyuluh yang berada dari 6 BPP Kecamatan dan

Penyuluh Pertanian Kabupaten Aceh Besar, sebagai berikut:

Page 42: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

36

No. Asal Peserta Jumlah Peserta

1. Distanbunnak Kab. Aceh Besar 5

2. BPP Jantho 12

3. BPP Kuta Baro 2

4. BPP Kuta Cot Glie 3

5. BPP Seulimum 3

6. BPP Lembah Seulawah 3

7. BPP Kuta Malaka 2

8. BPP Indrapuri 2

Jumlah 32

Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan Teknis Jarwo Super

Tujuan kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian adalah untuk mengevaluasi

keefektifan penyelenggaraan kegiatan Bimbingan Teknis Teknologi Budidaya Jarwo

Super bagi penyuluh pertanian di Kabupaten Aceh Besar. Berkaitan dengan hal

tersebut maka tujuan evaluasi penyuluhan adalah untuk mengetahui:

a. Peningkatan pengetahuan penyuluh pertanian peserta Bimtek tentang inovasi

Teknologi Budidaya Jarwo Super

b. Sikap penyuluh pertanian peserta Bimtek terhadap inovasi teknologi Teknologi

Budidaya Jarwo Super.

c. Tanggapan/pendapat penyuluh pertanian peserta pelatihan terhadap

penyelenggaraan Bimtek Teknologi Budidaya Jarwo Super.

Kesimpulan

Kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluh Daerah BPTP Aceh Tahun 2018

meliputi Bimbingan Teknis Teknologi Budidaya Jarwo Super dan Bimbingan Teknis

Penyiapan Materi dan Media Penyuluhan Pertanian bagi penyuluh Kabupaten Aceh

Besar. Terjadi peningkatan pengetahuan dan mempunyai sikap yang positif

terhadap teknologi budidaya jarwo super. Peningkatan ketrampilan setelah

penyuluh pertanian mengikuti kegiatan bimbingan teknis tentang praktik

pembibitan padi dengan dapog. Penyuluh pertanian peserta bimbingan teknis

mempunyai tanggapan yang baik terhadap narasumber dan materi teknologi

budidaya jarwo yang disampaikan.

Page 43: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

37

Dokumentasi

3.1.10 Pendampingan UPSUS Siwab di Provinsi Aceh (Penjab: Dr. Yenni

Yusriani, S.Pt, M.P)

Latar Belakang

Ketergantungan masyarakat terhadap konsumsi daging sapi dan kerbau

sangat dominan, hal ini disebabkan karena kondisi sosial ekonomi masyarakat

yang terus membaik dan sangat menyenangi konsumsi daging sapi dan

kerbau terutama pada saat perayaan acara keagamaan dan perayaan acara

ritual adat istiadat. Provinsi Aceh memiliki potensi dan keunggulan komparatif

untuk memperbaiki kelemahan tersebut diatas, karena mayoritas masyarakat

memiliki mata pecaharian utama sebagai petani dan peternak, tidak kurang dari

30 % rumah tangga produktif bekerja pada sub sector usaha peternakan.

Selanjutnya potensi lahan untuk pengembangan peternakan rakyat

masih tersedia cukup luas, hasil sampingan produk pertanian yang selama ini

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pakan ternak cukup tersedia sepanjang

tahun. Menghadapi tantangan tersebut, Pemerintah menyusun strategi untuk

peningkatan produksi daging sapi dan kerbau dalam negeri dengan menggunakan

pendekatan yang lebih banyak mengikutsertakan peran aktif masyarakat.

Pemerintah mencanangkan UPSUS SIWAB (Upaya Khusus Percepatan

Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting) pada Tahun 2017. Dengan

Upaya Khusus ini sapi dan kerbau betina produktif milik masyarakat dipastikan

dikawinkan dan menjadi bunting dengan Inseminasi Buatan maupun Kawin Alam.

Sebagai dasar pelaksanaan kegiatan ini, Menteri Pertanian Republik Indonesia

menerbitkan Permentan Nomor 48/Permentan/PK.210/10/2016 tentang Upaya

Khusus Percepatan Peningkatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting.

Page 44: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

38

Selanjutnya untuk mengawal operasionalnya kegiatan tersebut di lapangan,

Kementerian Pertanian menerbitkan Kepmentan Nomor 656/Kpts/OT.050/10/2016

tentang Kelompok Kerja Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan

Kerbau Bunting, dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 7589/Kpts/F/10/2016,

tentang Sekretariat Kelompok Kerja Upsus Siwab, serta Keputusan Menteri Pertanian

Nomor 7659/Kpts/OT.050/F/11/2016, tentang Tim Supervisi Upaya Khusus

Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting.

Tujuan

Mengoptimalkan penambahan populasi dengan memaksimalkan tingkat

kebuntingan pada induk ternak dengan peningkatan populasi melalui Inseminasi

Buatan (IB) dan Intensifikasi Kawin Alam (Inka).

Tujuan Jangka Panjang

1. Menginventarisi dan merekap data perkembangan kegiatan reproduksi di

Kabupaten Aceh Besar, Bener Meriah dan Kota Banda Aceh.

2. Meningkatkan produksi dan reproduksi ternak sapi untuk wilayah Aceh.

3. Mengimplementasikan inovasi teknologi Balitbangtan kepada peternak,

penyuluh/petugas lapang dalam rangka mendukung tingkat kebuntingan

akseptor IB minimal 70%, menurunkan penyakit gangguan reproduksi minimal

60% serta menurunkan pemotongan sapi betina produktif minimal 20%.

Keluaran

1. Terlaksananya pelaksanaan IB pada sapi akseptor di 4 (empat) kabupaten.

2. Terjadinya kebuntingan sapi yang dilakukan IB maupun kawin alam pada 4

(empat) kabupaten.

3. Meningkatnya inovasi teknologi Balitbangtan kepada peternak,

penyuluh/petugas lapang dalam rangka mendukung tingkat kebuntingan

akseptor IB minimal 70%, menurunkan penyakit gangguan reproduksi minimal

60% serta menurunkan pemotongan sapi betina produktif minimal 20.

Prosedur Pelaksanaan

Penentuan status reproduksi dilakukan oleh Tim Pelaksana Kabupaten

dan ditetapkan oleh Dinas Pertanian yang diketuai oleh Koordinator Tim dan

anggotanya terdiri dari unsur medis, paramdis, inseminator, petugas PKb, dan

Petugas ATR. Tugas Tim Pelaksana Kabupaten memeriksa akseptor yang sudah

Page 45: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

39

di-SK-kan. Semua akseptor dicatat kondisi BCS-nya dan diberi kartu ternak

serta didaftar dalam ISIKHNAS, selanjutnya diberi keterangan status

reproduksi (normal, bunting sekian bulan, terjadi gangguan reproduksi/gangrep,

atau gangrep permanen. ) Tindak lanjut setelah menentukan status reproduksi,

untuk ternak yang normal diamati birahinya dan dilakukan IB, selanjutnya

untuk ternak bunting diberi keterangan bunting dan sebutkan bulan

kebuntingannya dan terus diamati sampai proses melahirkan. Kemudian untuk

yang mengalami gangrep permanen diarahkan untuk dipotong dan untuk

kondisi yang lainnya menjadi target penanganan gangrep.

Hasil dan Pembahasan

Hasil dari rapat koordinasi di Bogor ditindaklanjuti dengan adanya surat dari

Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU – HPT) Indrapuri

tentang Penanggung Jawab Supervisi Upsus SIWAB Kabupeten/Kota Provinsi Aceh,

maka Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh mendapat tanggung jawab

untuk 4 Kabupaten/Kota dengan populasi sebagai berikut:

1. Kota Banda Aceh:

Populasi Sapi Betina Produktif = 986 ekor; akseptor = 200 ekor; IB Reguler =

200 ekor; IB Introduksi = - ekor; Bunting = 190 ekor, Lahir = 170 ekor

2. Kabupaten Aceh Besar:

Populasi Sapi Betina Produktif = 31.539 ekor; Akseptor = 7.800 ekor; IB Reguler

=3.800 ekor; IB Introduksi= 4.000 ekor, Bunting= 7.254 ekor, Lahir= 1.448

ekor.

3. Kabupaten Bener Meriah:

Populasi Sapi Betina Produktif = 1.409 ekor; Akseptor = 400 ekor; IB Reguler =

100 ekor; IB Introduksi = 300 ekor, Bunting = 368 ekor, Lahir = 209 ekor

4. Kabupaten Aceh Tengah:

Populasi Sapi Betina Produktif = 7.900 ekor; Akseptor = 800 ekor; IB Reguler =

200 ekor; IB Introduksi = 600 ekor, Bunting = 744 ekor, Lahir = 595 ekor.

Berdasarkan keputusan tersebut maka BPTP Aceh melakukan koordinasi dan

supervisi untuk masing-masing Kabupaten/Kota. Tugas Penanggung jawab Upsus

SIWAB Kabupaten/Kota meliputi: Bertanggung jawab terhadap operasional

kegiatan Upsus SIWAB, Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan,

Page 46: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

40

Menyampaikan laporan harian pelaksanaan kegiatan, Melaporkan pencapaian hasil

kerja kegiatan.

Operasional Upsus Siwab 2018 meliputi (i) Terlayaninya perkawinan

sapi/kerbau betina sebanyak 3 juta ekor akseptor; (ii) Kebuntingan sapi/kerbau 2,3

juta ekor; (iii) Bertambahnya areal tanam HPT seluas 338,5 hektar; (iv)

Terbangunnya padang penggembalaan seluas 200 hektar; (v) Terpeliharanya

padang penggembalaan seluas 600 hektar; (vi) Penurunan pemotongan betina

produktif di RPH di 17 provinsi target dan 16 non-target; (vii) Tertanggulanginya

kasus gangguan reproduksi sebanyak 200 ribu ekor; dan (viii) Monitoring dan

Pelaporan UPSUS SIWAB.

Besaran biaya operasional masing-masing sebesar Rp. 50 ribu/pelayanan

untuk IB (maksimal 3x IB); Rp 30 ribu/pelayanan untuk PKB; dan Rp 5

ribu/kelahiran dengan memperhatikan ketersediaan anggaran sesuai dengan

peraturan yang berlaku. Honor data recorder adalah Rp. 400.000,- per bulan

diberikan kepada petugas data recorder yang ditunjuk di Kabupaten/Kota dan

Provinsi.

Data recorder merupakan koordinator ISIKHNAS dan petugas yang ditunjuk

yang mempunyai tugas mengelola data Upsus Siwab di provinsi dan

kabupaten/kota. Pelaporan semua kegiatan Upsus Siwab melalui ISIKHNAS. Untuk

lokasi yang memiliki keterbatasan jaringan, pelaporan dapat dilakukan secara

manual dengan format excel (spreadsheet) selanjutnya diinput dalam ISIKHNAS

oleh koordinator pelaporan (data recorder).

Kesimpulan

1. Hal penting lain yang harus menjadi perhatian adalah penyusunan jadwal

perkawinan agar terjadi keselarasan antara periode beranak dengan

ketersediaan sumber pakan optimal, pengelolaan hijauan dan suplemen untuk

memastikan kondisi tubuh sapi yang baik pada saat beranak. Dengan

memahami sains, menguasai teknologi dan menerapkan manajemen reproduksi

yang benar diharapkan jumlah sapi bunting yang ditargetkan oleh program

UPSUS dapat tercapai.

2. Kondisi di lapang menunjukkan bahwa tidak produktifnya sapi betina banyak

disebabkan oleh tidak tersedianya pejantan di lokasi. Untuk itu, telah dirancang

Page 47: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

41

suatu program Upaya khusus (UPSUS) SIWAB yang merupakan upaya

percepatan peningkatan populasi sapi dan kerbau bunting melalui kegiatan

yang terintegrasi untuk percepatan populasi sapi dan kerbau secara

berkelanjutan. Percepatan peningkatan populasi dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan pangan asal hewan dan dilakukan melalui Inseminasi Buatan (IB)

atau Intensifikasi Kawin Alam (INKA) dengan menerapkan sistem manajemen

reproduksi.

Dokumentasi

3.1.11 Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian di Provinsi Aceh.

Penanggung Jawab: Eka Fitria, SP., M.Si

Latar Belakang

Dalam rangka mendukung peningkatan produksi hortikultura dan

perkebunan, ketersediaan benih menjadi strategis dalam industri perbenihan

nasional. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi dalam budidaya tanaman

adalah penggunaan benih bermutu yang merupakan varietas unggul yang sudah

terdaftar di Kementerian Pertanian untuk peredaran dan diperbanyak melalui sistem

sertifikasi. Mutu benih dipengaruhi oleh aspek genetik, fisik, dan fisiologis serta

status kesehatannya sesuai dengan standar mutu atau persyaratan teknis minimal

(PTM).

Pada tahun 2017 BPTP Aceh mendapat mandat untuk memproduksi bibit

tanaman kelapa dalam 15.000 batang dan Kopi arabika sebanyak 21.000 batang.

Berdasarkan target tersebut, maka BPTP Aceh telah melaksanakan proses produksi

bibit seperti pada Tabel 1.

Page 48: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

42

Tabel 9. Jumlah dan varietas benih produksi pembibitan komoditas perkebunan

APBNP 2017 di BPTP Aceh

Komoditas Target produksi (batang)

Varietas Sumber benih

Kelapa dalam 15.000 Unggul lokal Blok Penghasil Tinggi (BPT)

Bireuen

Kopi arabika 21.000 Unggul nasional

Gayo-1

Blok Penghasil Tinggi (BPT)

Bener Meriah

Tujuan

Menghasilkan rumusan kebijakan tentang perbenihan yang operasional

dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah komoditi kopi arabika gayo dan kelapa

dalam.

Keluaran

Rumusan rekomendasi kebijakan tentang perbenihan yang operasional dilaksanakan

oleh Pemerintah Daerah komoditi kopi arabika gayo dan kelapa dalam.

Metodologi

Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pendekatan sistem

yaitu berbasis tujuan (goal), dan secara teknis melibatkan multi stakeholder/multi

disiplin ilmu yang dilakukan pada awal kegiatan, dalam hal ini mengumpulkan

semua permasalahan yang selanjutnya diformulasikan penyelesaiannya, tentang

perbenihan komoditas kopi, kelapa dan pepaya. Aspek ini dilakukan dengan

mengaplikasikan teknik SWOT. Temu koordinasi dilakukan untuk mengumpulkan

data perbenihan dari aspek teknis, ekonomis sosial dan kelembagaan. Masing-

masing aspek menggunakan alat analisis yang berbeda. Aspek teknis menggunakan

(Delphi), aspek ekonomis (kelayakan Usaha dan Sensitivitas) dan aspek sosial dan

kelembagaan. Input hasil dari tiga aspek yang telah dianalisis dijabarkan dalam

rumusan alternatif kebijakan dengan menggunakan metode AHP (Satty,1997).

Perumusan kebijakan pembangunan pertanian di Provinsi Aceh, diawali

dengan forum diskusi (round-table) tahap awal yang diikuti oleh akademisi, peneliti,

praktisi dan birokrat. Tujuan dari tahap ini adalah untuk pengumpulan informasi

awal mengenai kondisi terkini pengembangan komoditas kopi arabika Gayo, kelapa

dalam, dan pepaya. Output kegiatan ini yang digunakan sebagai formulasi awal

dalam penyusunan draft diskusi (rount-table ke-2).

Page 49: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

43

Hasil dan Pembahasan

Forum Group Discussion dilaksanakan dua kali di Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP) Aceh pada tanggal 29 Maret dan 13 November 2018 bertempat di

aula BPTP Aceh. Peserta berasal dari Pemerintah Aceh (Distanbun Aceh), Perguruan

Tinggi (Unsyiah), peneliti dan penyuluh BPTP Aceh, dan pemerhati kopi dan kelapa.

Narasumber yang menyampaikan materi terdiri dari: BPTP Aceh, Distanbun Aceh,

dan Unsyiah.

Kesimpulan

1. Program perbenihan kopi arabika dan kelapa dalam memerlukan komitmen dari

Dinas Pertanian, BPTP, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat dan

kelompok tani (penangkar) untuk membangun jaringan kerjasama perbenihan

melalui inisiasi pembentukan forum perbenihan. Adapun izin pengembangan

perbenihan Kopi arabika dan Kelapa dalam sebaiknya cukup di tingkat provinsi

saja sekaligus pengembangan kebun Blok Penghasil Tinggi (BPT) sebagai kebun

penghasil benih.

• Menurunkan daya dukung lahan

•Pemanasan global

• Downstream olahan terbatas

• Tren pertumbuhan ekonomi menurun

•Meningkatnya jumlah eksportir

•Perubahan lifestyle• Peningkatan Permintaan kopi dunia

• Terbukanya informasi pasar dunia

• Konsistensi dukungan Pemda Aceh

• Tren pelemahan rupiah terhadap dolar

• Mayoritas tanaman tua

• Perawatan rendah

• Infrastruktur jelek

• Serangan hama penyakit

• Skala usaha rendah

• Ketersediaan bibit unggul terbatas

• Terbatasnya lahan pengembangan

• Peningkatan konsumsi

• Paket teknologi tersedia

•Telah menyatu dengan budaya

•Harga cenderung meningkat

• Brand kopi gayo

• Pengetahuan petani tinggi

S W

OT

Page 50: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

44

2. Dinamika perbenihan kopi arabika dan kelapa dalam dipengaruhi oleh faktor

internal (kelembagaan perbenihan) dan faktor eksternal (kebijakan

pemerintah). Untuk mendukung kinerja kelembagaan perbenihan diperlukan

pembinaan dan pelatihan yang lebih intensif dalam manajemen kelembagaan

perbenihan dan keterampilan teknis perbenihan ditingkat petani/kelompok

petani penangkar karena secara ekonomis perbenihan kopi arabika dan kelapa

dalam layak untuk dikembangkan.

Dokumentasi

3.1.13 Produksi Benih Sumber. Penanggung jawab: Ir. Basri A. Bakar,

M.Si

Latar Belakang

Rencana strategis Badan Litbang Pertanian 2010-2014, sasaran yang harus

dicapai antara lain: (1) Meningkatnya tingkat adopsi (>40%) hasil inovasi teknologi

dan rekomendasi kebijakan pertanian yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian, (2)

Tersedianya benih, bibit, pupuk dan alsintan untuk komoditas unggulan tanaman

dan ternak dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas (Kementerian

Pertanian, 2010 ; Badan Litbang Pertanian, 2010).

BPTP ACEH merupakan salah satu lembaga pelayanan teknis dibawah

Litbang Pertanian yang turut berperan dalam menghasilkan inovasi teknologi

sekaligus berfungsi sebagai penyebar informasi teknologi hasil pengkajian kepada

pengguna melalui kegiatan desiminasi. Penelitian/pengkajian yang

diimplementasikan dalam bentuk pengembangan benih sumber bersifat lokal

spesifik, dinamis dan partisipatif dimana petani terlibat langsung sejak perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi dan pengembangannya. Petani dapat mengadopsi secara

parsial atau paket spesifik tergantung kemampuan petani. Dengan pendekatan

Page 51: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

45

seperti ini teknologi hasil penelitian akan cepat sampai dan diadopsi petani karena

paket tersebut sudah teruji langsung dilapangan.

Sasaran yang akan dicapai pada kegiatan perbanyakan benih adalah untuk

dapat meningkatkan ketersediaan benih yang bermutu ditingkat petani, kemudian

juga diharapkan kepada petani penangkar untuk selanjutnya dapat memproduksi

benih sendiri dengan kualitas yang bermutu dan juga dapat menjadi produsen benih

untuk wilayah sekitarnya.

Tujuan

Tujuan kegiatan produksi benih adalah: Menghasilkan benih padi kelas FS =

4 ton, SS= 4 ton.

Keluaran

Keluaran tahunan kegiatan produksi benih adalah: Tersedianya benih benih

padi kelas FS = 4 ton, SS= 4 ton.

Prosedur Pelaksanaan

No. Tahapan Kegiatan

1. Menentukan varietas, memilih areal dan konsultasi

Pekerjaan ini dimulai sejak awal atau 9 minggu s/d 11 minggu sebelum tanam. a. Varietasnya disesuai dengan kehendak

penangkar benih dan kebutuhan petani pemakai benih, kelas benih yang ditanam lebih tinggi dari pada kelas benih yang akan dihasilkan, benih yang akan ditanam harus mempunyai label/segel,

b. Areal pertanaman sebaiknya dipilih: pengairannya terjamin,bekas pertanaman yang tidak sejenis dari varietas yang sama.

2. Mengajukan Permohonan Sertifikasi Benih

Penangkar benih harus mengajukan permohonan sertifikasi benih kepada UPTDBalai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh melalui petugas pada masing-masing kabupaten setempat dan paling lambat 10 hari sebelum tabur.

3. Pengolahan tanah Pengolahan tanah baik untuk pertanaman dan/atau untuk persemaian dimulai sejak 6 s/d 8 minggu sebelum tanam. Hal ini bertujuan untuk menghindari pengaruh sampingan dari proses pelapukan bahan organik dan rumput-rumputan yang berakibat buruk terhadap pertumbuhan tanaman.

4. Pemeriksaan lapangan pendahuluan

Pemeriksaan lapangan pendahuluan dilakukan pada waktu sebelum pengolahan tanah sampai dengan sebelum tanam. Pemeriksaan lapangan

Page 52: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

46

dilakukan oleh petugas lapangan/pengawasan benih yang ditunjuk/ ditugaskan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh.

5. Menabur dan memelihara persemaian (khusus untuk tanaman yang tanam pindah)

Penangkar benih dapat menaburkan benihnya (untuk tanaman yang membutuhkan persemaian) pada persemaian kurang lebih 3 minggu sebelum tanam dan selanjutnya persemaian dipelihara sampai cukup waktunya untuk dicabut/dipindahkan ke lapangan. Disini juga dilakukan pemupukan, pengairan, pemberantasan hama/penyakit, dan seleksi/ roguing.

6. Menanam Bibit/Benih Batas waktu tanam dalam satu blok pertanaman adalah maksimal 7 hari, apabila waktu penanaman lebih dari 7 hari, maka hendaknya blok ini dijadikan sebagai blok yang lain/terpisah.

7. Seleksi atau Roguing Fase Vegetatif

Seleksi dimulai pada umur 12, 48 hari setelah tanam atau disesuaikan dengan masing-masing komoditas tanaman. Seleksi ini didasarkan pada sifat-sifat tanaman antara lain (tergantung komoditi) : bentuk tanaman, warna pangkal batang, warna permukaan daun, warna telinga dan lidah daun, warna hipokotil dan sebagainya.

8. Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan Fase Vegetatif

Penangkar benih harus menyampaikan pemberitahuan untuk pemeriksaan lapangan untuk fase vegetatif kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh melalui petugas lapangan/pengawas benih di Kabupaten setempat pada minggu keempat setelah tanam atau menurut jadwal masing-masing jenis komoditas.

9. Pemeriksaan lapangan fase vegetatif (pertama)

Pemeriksaan lapangan fase vegetatif (pertama) dilakukan pada minggu kelima s/d keenam (sesuai dengan komoditas) setelah tanam. Apabila pada pemeriksaan ini areal pertanaman tidak memenuhi standar, maka dilakukan pemeriksaan lapangan pertama (ulangan) pada minggu kedelapan setelah tanam.

10. Seleksi/Roguing Fase Berbunga

Seleksi dimulai pada umur 9 s/d 10 minggu atau sesuai dengan komoditas masing-masing, yaitu apabila tanaman sudah berbunga. Seleksi fase berbunga dimaksudkan untuk menghilangkan tanaman yang sifat-sifatnya menyimpang dari diskripsi yang telah ditetapkan oleh pemulia tanaman/instansinya, misalnya: tinggi tanaman, berbunga terlalu cepat, bentuk gabah/polong, ukuran gabah/polong /biji, warna polong/ujung gabah dan sebagainya.

11. Pemberitahuan Pemeriksaan Fase

Penangkar benih harus memberitahukan pemeriksaan lapangan fase berbunga pada

Page 53: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

47

Berbunga Termasuk Ulangan

minggu kesembilan, pemeriksaan lapangan harus tepat pada waktunya, sehingga apabila pada pemeriksaan lapangan tidak memenuhi standar lapangan masih mempunyai kesempatan untuk mengulang.

12. Pemeriksaan lapangan fase berbunga (kedua)

Pemeriksaan lapangan fase berbunga (kedua) dilakukan pada minggu kesepuluh setelah tanam atau sesuai dengan jadwal masing-masing komoditas. Apabila pada pemeriksaan lapangan ini areal pertanaman tidak memenuhi standar lapangan, maka pemeriksaan lapangan ulangan dilakukan selambat-lambatnya minggu kesebelas setelah tanam atau sesuai dengan jadwal masing-masing komoditas.

13. Seleksi fase masak Seleksi ini dilakukan pada minggu ke-12 sampai 15 setelah tanam tergantung komoditi, seleksi fase masak bertujuan untuk menghilangkan tanaman yang sifatnya menyimpang dari diskripsi seperti : tinggi tanaman, berbunga terlalu lambat, bentuk gabah/polong, ukuran gabah/polong/biji, warna polong/ujung gabah dan sebagainya

14. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan fase masak

Penangkar benih harus memberitahukan pemeriksaan lapangan fase masak kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh atau kepada petugas lapangan/pengawas benih kabupaten setempat pada minggu ketiga belas setelah tanam atau 2 sampai 3 minggu sebelum saat panen.

15. Pemeriksaan lapangan fase masak

Pemeriksaan lapangan fase masak dilakukan hanya satu kali. Apabila hasil lapangan memenuhi standar untuk kelas benih yang dimaksud maka pertanaman tersebut dinyatakan lulus/memenuhi standar lapangan. Sedangkan apabila hasil pemeriksaan lapangan ternyata tidak memenuhi standar, maka penurunan kelas benih diizinkan sepanjang data hasil pemeriksaan lapangan memenuhi standar untuk kelas benih yang bersangkutan.

16. Pelaksanaan panen Pelaksanaan panen dilakukan setelah tanaman atau apabila butir-butir/polong benih telah menunjukkan kemasakan di atas 80%.

17. Pengawasan panen Pengawasan panen dilakukan oleh petugas lapangan/pengawas benih UPTD Balai Perbenihan Pertanian di kabupaten setempat pada saat pelaksanaan panen. Pengawasan panen bertujuan untuk memeriksa : benih yang sedang dipanen pada satu blok pertanaman terhindar dari percampuran dengan benih dari blok lainnya, kemudian alat atau wadah untuk

Page 54: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

48

panen, bersih dan terhindar dari percampuran dengan varietas lain.

18. Pemberitahuan pemeriksaan alat-alat prosessing/gudang

Penangkar benih harus mengajukan membe-ritahukan pemeriksaan alat-alat prosessing/gudang paling lambat satu bulan sebelum panen.

19. Pemeriksaan alat-alat prosessing/gudang.

Dilakukan sebelum alat-alatprosessing/gudang tersebut digunakan.

20. Pengolahan benih. Pengolahan benih adalah kegiatan perontokan, pengeringan, pembersihan, pemberian obat-obatan pencegah hama/penyakit, pengepakan benih dan pekerjaan lain sebelum benih dipasarkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah benih tersebut tidak tercampur dengan varietas lain, identifikasi kelompok penangkar, seperti nomor kelompok, jenis tanaman/varietas, asal lapangan jumlah benih dan tanggal panen, kadar air yang tepat, benih diusahakan agar seminimal mungkin tidak terdapat gabah yang hampa.

21. Pengawasan pengolahan benih

Pengawasan pengolahan benih dilakukan oleh petugas lapangan/ pengawas benih di kabupaten setempat pada saat pengolahan benih dilaksanakan.

22. Pemberitahuan pengambilan contoh benih

Pemberitahuan pengambilan contoh benih diajukan apabila : a. Benih yang akan diambil contohnya telah

dimasukkan kedalam wadah yang bersih. b. Benih telah diatur dan disimpan sedemikian

rupa sehingga menjadi suatu kelompok benih yang homogen disertai dengan tanda/keterangan mengenai: nomor kelompok benih, jenis tanaman/varietas, areal lapangan, jumlah benih dan tanggal panen.

23. Pengambilan contoh benih Pengambilan contoh benih dilakukan oleh petugas lapangan/pengawas benih yang ditunjuk/ditugaskan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian di kabupaten setempat atas dasar pemberitahuan dari penangkar benih.

24. Pengujian benih di laboratorium

Pengujian benih dilakukan di laboratorium benih UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh di Banda Aceh.

25. Permintaan label Penangkar benih dapat memesan atau membeli label serta pemasangannya kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian atau melalui petugas lapangan/pengawas benih UPTD Balai Perbenihan Pertanian Kabupaten setempat. Jumlah label sesuai dengan Tonase (volume benih) dari kelompok benih yang telah lulus

Page 55: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

49

pengujian laboratorium untuk masing-masing kelas benihnya. Setiap label harus dilegalisir dan mempunyai seri label yang dikeluarkan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh.

26. Pemasaran benih. Batas waktu maksimum benih tersebut dipasarkan adalah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan untuk masing-masing komoditas tanaman. Lebih dari waktu yang telah ditetapkan tersebut, maka benih harus diuji kembali di laboratorium. Apabila benih yang diuji kembali itu memenuhi standar mutu yang ditetapkan, untuk masing-masing kelas benih maka benih tersebut dapat dipasarkan kembali. Tetapi apabila tidak memenuhi standar mutu yang ditetapkan, maka penurunan kelas benih diujikan sepanjang benih tersebut memenuhi standar mutu kelas benih yang bersangkutan.

27. Pengawasan pemasaran benih

Pengawasan pemasaran benih dilakukan oleh pengawas benih yang ditunjuk ditugaskan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh. Benih dipasaran sewaktu-waktu akan datang pengawas benih untuk memeriksa serta mengambil contoh benih dalam rangka pengecekan mutu benih untuk menghindari manipulasi data tercantum pada label.

Hasil dan Pembahasan

Perbanyakan Benih Kelas FS

Keberhasilan peningkatan produktivitas padi umumnya erat kaitannya

dengan penerapan inovasi teknologi. Benih unggul merupakan salah satu inovasi

teknologi yang memberikan sumbangan cukup dominan terhadap peningkatan

produksi padi, secara persial bibit unggul memberikan sumbangan lebih kurang 20

persen, namun jika diintergrasikan bersama pupuk dan irigasi, sumbangannya

mencapai 75 persen terhadap peningkatan produksi.

Perbanyakan benih Padi dilakukan pada musim gadu pada lahan petani yang

mempunyai sumber air baik melalui air irigasi maupun pompanisasi. Perbanyakan

benih padi kelas FS dilakukan pada Kabupaten Pidie.

Lokasi Kegiatan Kabupaten Pidie

Pada Lokasi perbanyakan benih sumber Padi dilakukan perbanyakan benih

Kelas FS (Foundation Seed) dan SS kegiatan dilakukan pada :

Page 56: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

50

Lokasi : Desa Mee Adan Kecamatan Kecamatan Mutiara Timur, Kabupaten Pidie

Luas : 4 ha

Varietas : Inpari 16, 30, dan 32 Benih yang dihasilkan : Foundation Seed (FS) dan

Inpari 30 benih yang dihasilkan SS

Kegiatan Perbanyakan benih kelas FS dan SS pada lokasi Kabupaten Pidie

mulai dilaksanakan pada bulan Maret 2018 pada Desa Mee Adan. Hasil produksi

benih pada lokasi tersebut dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 10. Jenis Varietas Padi, Kelas Benih, Luas Tanam dan Produksi Kegiatan Perbanyakan Benih Sumber Kelas FS dan SS di Kabupaten Pidie.

Varietas Kotor bersih Selisih %

Inpari 30 kls SS 5000 4000 1000 21.88

Inpari 32 FS 2000 1700 300 18.52

Inpari 30 FS 1500 1300 200 21.99

Inpari 16 FS 1500 1000 500 20.93

Total 4910 3900

Tingginya persentase susutnya benih disebabkan kondisi cuaca saat panen

tiba. Hujan lebat melanda kabupaten Pidie dan sekitarnya, sehingga kondisi gabah

pada saat panen kadar airnya mencapai 25. Sehingga pada saat selesai

penjemuran kadar air hanya 12 % benih menjadi berkurang mencapai 18% dari

kondisi Gabah Kering Panen.

Kesimpulan

Tercapai Produksi benih sumber padi kelas FS = 4 ton, SS= 4 ton

Dokumentasi

Page 57: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

51

3.1.16 Koordinasi dan Dukungan Teknologi Inovasi UPSUS Mencapai

Swasembada Padi, Jagung, Kedelai dan Peningkatan Produksi

Komoditas Utama KEMENTAN di Provinsi Aceh. Penanggung

Jawab: Dr. Rachman Jaya

Latar Belakang

Provinsi Aceh pada tahun 2017 dalam mendukung dan menyukseskan

UPSUS Peningkatan Pajale melaksanakan sasaran luas tanam padi, jagung, kedelai

masing-masing 510.000 ha, 60.000 ha, 47.526 ha dan luas panen masing-masing

484.500 ha, 57.000 ha, 45.150 ha serta produksi masing-masing sebesar

2.550.000 ton, 250.000 ton, 70.000 ton (Aceh dalam angka, 2016).

Pelaksanaan kegiatan UPSUS komoditas padi, jagung, kedelai dan komoditas

strategis Kementan lainnya juga melibatkan beberapa stakeholders level pusat dan

daerah, seperti Kementerian Pertanian, Dinas pertanian, Petugas Penyuluh

Pertanian Lapangan, Bintara Pembina Desa, Perguruan Tinggi, KCD atau Mantri

Tani. Keterlibatan banyak pihak ini merupakan langkah pemerintah, agar fokus

dalam pendampingan kepada petani lebih besar. Urgensi pendampingan petani

dalam menjalankan program pemerintah sangat vital karena kehadiran pendamping

berperan aktif sebagai komunikator, fasilitator, advisor, motivator, edukator,

organisator dan dinamisator dalam rangka terlaksananya kegiatan upaya khusus

peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai komoditas strategis Kementan

lainnya dalam pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan komoditas

pangan menuju pencapaian visi pembangunan pertanian 2045, Indonesia sebagai

lumbung pangan dunia (Wahyudi, 2015).

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh sebagai unit pelaksana

teknis (UPT) Badan Litbang Pertanian di daerah yang berada di tingkat provinsi

memiliki peran strategis untuk mendukung suksesnya program UPSUS Pajale dan

Komoditas Utama Kementerian Pertanian melakukan koordinasi, sinkronisasi,

pendampingan inovasi teknologi pertanian serta melakukan kegiatan diseminasi

dalam bentuk demplot maupun demfarm serta publikasi. Disisi lain, peragaan

teknologi dan hasil penelitian melalui kegiatan pendampingan diharapkan lebih

meyakinkan pengguna (end-user) terutama petani agar teknologi tersebut dapat

diterima pada saat yang tepat dan menjadi dapat menjadi pembelajaran bagi

petugas lapang, penyuluh dan peneliti, akademisi, petani dan masyarakat pada

umumnya.

Page 58: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

52

Tujuan

1. Meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas padi, jagung dan kedelai

sebesar di lokasi pendampingan inovasi teknologi pertanian.

2. Meningkatkan Luas Tambah Tanam komoditas padi, jagung, kedelai dan

komoditas strategis Kementan lainnya dari tahun sebelumnya.

Keluaran

1. Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas padi, jagung dan kedelai di

lokasi kawasan pendampingan inovasi teknologi pertanian.

2. Peningkatan Luas Tambah Tanam (LTT) komoditas padi, jagung kedelai, dan

Komoditas Kementan lainnya dari tahun sebelumnya.

Prosedur Pelaksanaan

• Koordinasi Program UPSUS di tingkat Provinsi dan Kabupaten

Tim UPSUS melakukan koordinasi dan komunikasi dengan Dinas terkait, dan

pejabat pemerintah setempat sebelum pelaksanaan kegiatan pengawalan dan

pendampingan Program UPSUS Pajale dan Komoditas Unggulan Kementan lainnya.

• Dukungan Teknologi Inovasi: Diseminasi melalui demplot padi sawah dan

jagung

Kegiatan demplot tanaman padi tahun 2018 dilaksanakan di Kabupaten

Aceh Besar dan dan Aceh Timur. Kegiatan demplot melibatkan petani kooperator

dan penyuluh yang berada di BP3K kecamatan lokasi demplot. Pendampingan

inovasi teknologi mencakup introduksi sistem tanam gilir (Tugiman) padi gogo-

jagung, Turiman Padi Gogo-Kedelai.

• Diseminasi melalui publikasi dan penyediaan saprodi serta bahan pendukung

lainnya.

Untuk mendukung pelaksanaan diseminasi pada kegiatan UPSUS diperlukan

publikasi bahan cetakan seperti petunjuk teknis dan penyediaan saprodi serta

bahan pendukung lainnya. Selain itu untuk mendukung pelaksanaan diseminasi

pada kegiatan UPSUS Pajale juga diperlukan publikasi seperti petunjuk teknis

Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah, leaflet dan penyediaan saprodi (benih,

pupuk dan obat-obatan) serta bahan pendukung lainnya (gastrok, dll). Selain itu

juga dilakukan publikasi dan diseminasi melalui Temu lapang, media cetak,

elektronik dan media sosial seperti Facebook, WA, website dan lain-lain.

Page 59: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

53

• Pelatihan bagi Petani dan Penyuluh

Meningkatkan kapasitas petani kooperator dan PPL melalui pelatihan secara

teori di ruangan maupun praktek di lapangan.

• Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi adalah merupakan sebuah kegiatan yang sangat

perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan ataupun kegagalan dari

kegiatan yang dilakukan.

• Temu Lapang

Kegiatan temu lapang merupakan salah satu kegiatan diseminasi yang

sangat penting di dalam proses transfer teknologi ke pengguna, karena pada

kesempatan ini antara pengguna teknologi dan nara sumber dapat bertemu

langsung sehingga banyak permasalahan yang dapat diselesaikan. Bagi nara

sumber (peneliti/penyuluh dan pengambil kebijakan) kegiatan ini merupakan bahan

masukan yang cukup berarti untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan

teknologi baru di lapangan.

Hasil dan Pembahasan

Organisasi Pelaksanaan

Secara kelembagaan, pelaksanaan kegiatan Upaya Khusus (UPSUS)

komoditas padi, jagung dan kedelai di Provinsi Aceh diatur dalam Keputusan

Menteri Pertanian Nomor 549/Kpts/OT.050/8/2018, tentang Perubahan Kesebelas

atas Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1243/Kpts/OT.160/12/2014, tentang

Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai

Melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana pendukungnya. Khusus

untuk Provinsi Aceh Penanggung Jawab kegiatan UPSUS pasca diterbitkannya

Kepmentan adalah Direktur Pupuk dan Pestisida, Direktorat Jenderal Prasarana dan

Sarana Pertanian (Ex-officio), yang saat ini dijabat oleh Dr. Muharizal Sarwani, M.Sc.

Masing-masing kabupaten dijabat oleh penanggungjawab sesuai dengan

Kepmentan Nomor 549/Kpts/OT.050/8/2018. BPTP Aceh bertanggung jawab di

Kabupaten Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tamiang, Aceh Singkil dan Simeulue.

Perkembangan Luas Tambah Tanam (LTT)

Berkaitan dengan pencapaian target LTT padi, jagung, kedelai pada tahun

2018, luas baku sawah di Provinsi Aceh 307.234 ha. Sedangkan target LTT April-

Page 60: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

54

September 222.783 ha, meningkat 15.364% dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Pada periode yang sama, pencapaian target tahun LTT 2018 relatif

sama dengan tahun 2017. Sampai dengan Laporan akhir ini disusun (awal

Desember 2018), pencapaian target LTT komoditas padi Provinsi Aceh mendekati

95%. Kekurangan ini disebabkan musim kemarau yang relatif panjang dan cakupan

yang lebih luas dibandingkan dengan tahun 2017. Selain itu, pada beberapa lokasi

terjadi keterlambatan tanam, baik pada musim rendeng 2017 maupun pada musim

gadu 2018. Akibatnya terjadi pergeseran musim tanam, yang tentunya berpengaruh

pada jadwal musim tanam rendeng 2018. Umumnya musim tanam gadu dimulai

pada awal bulan Maret (periode Ok-Mar), tahun 2018, bergeser ke Bulan April,

bahkan pada beberapa tempat, Sebagian di Kabupaten Bireuen, Aceh Utara, Aceh

Barat Daya, Aceh Selatan dan Aceh Besar dan Aceh Timur dilaksanakan pada Bulan

Mei.

Pendampingan Inovasi Teknologi Pertanian

Pendampingan komoditas bawang merah dilakukan di Desa Blang Situngkuh,

Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar. Justifikasi pemilihan lokasi ini adalah

kawasan ini merupakan daerah terluar negara kesatuan Republik Indonesia,

sehingga akses terhadap komoditas pangan utama sering terhambat akibat faktor

cuaca. Selain itu, pada dasarnya kawasan memiliki lahan yang sesuai untuk

pengembangan komoditas bawang merah, karena lokasinya tidak terlalu jauh

dengan Kota Sabang dan Banda Aceh. Dalam hal ini kawasan Pulo Aceh dapat

dikatakan sebagai wilayah penyangga (buffer-zone) bagi 2 kota tersebut. Terutama

adalah Kota Sabang yang tidak memiliki kawasan pertanian, disatu sisi kawasan

pariwisatanya berkembang dengan pesat.

Pendampingan inovasi teknologi juga dilakukan pada komoditas padi sawah.

Kegiatan dilaksanakan di Desa Teureubeh, Kecamatan Kota Jantho, Kabupaten Aceh

Besar. Justifikasi pemilihan lokasi adalah karena kawasan ini merupakan termasuk

dalam kawasan pengembangan Taman Teknologi Pertanian (TTP) Kota Jantho.

Fokus pengembangan TTP Kota Jantho adalah pada komoditas padi sawah. Inovasi

teknologi pertanian berupa introduksi varietas unggul baru (VUB) kelompok ampibi,

seperti Inpari 30. Saat ini terminologi VUB ampibi banyak belum diketahui oleh para

pengguna, padahal dasar pengembangan VUB ini adalah kemampuannya dalam

cekaman kekurangan air. Dengan kata lain VUB ini mampu tumbuh berproduksi

Page 61: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

55

pada kondisi ketersediaan air minimal. Selain itu pada kasawan ini juga banyak

terdapat lahan tadah hujan dan lahan kering yang sebenarnya dapat dioptimalisasi

dengan menggunakan VUB kelompok Ampibi dan padi Gogo.

Pendampingan dilakukan pada lahan sawah milik petani seluas 20 ha.

Prosedur teknis pelaksanaan dilakukan oleh kelompok tani dan koperasi Babah

Pintoe, sebagai entitas kelembagaan TTP Kota Jantho. Selain oleh Tim BPTP Aceh,

pendampingan juga dilakukan oleh tenaga PPL yang berasal dari Balai Penyuluhan

Pertanian (BPP) Kecamatan Kota Jantho. Secara umum pertanaman demplot

komoditas padi sawah dapat dikatakan sangat baik. Hasil ubinan untuk demplot

padi sawah mencapai rata-rata 8 ton/ha, gabah kering panen. Nilai ini tidak jauh

berbeda dengan deskripsi potensi hasil dari varietas unggul baru (VUB) Inpari 30.

Kawasan ini merupakan laboratorium lapangan diseminasi kegiatan pembangunan

TTP Kota Jantho. Walaupun belum menerapkan sistem Jarwo Super sepenuhnya (8

teknologi rekomendasi), setidaknya dengan penerapan sistem Jajar Legowo (2:1)

serta kegiatan panen dengan combine harvester dan penanaman dengan rice

transplanter, yang telah diadopsi hampir seluruh kawasan Kecamatan Kota Jantho

seluas 400 ha, produktivitas padi sawah telah meningkat, dari rata-rata 6.5 ton/ha

pada tahun 2015 menjadi rata-rata 7-8 ton/ha.

Kesimpulan

1. Pencapaian LTT komoditas padi, jagung kedelai belum sesuai dengan target.

Hal ini disebabkan oleh adanya pergeseran musim hujan pada periode

(Oktober-Maret), sehingga LTT masuk pada tahun 2019.

2. Dari sisi intensifikasi, untuk peningkatan produktivitas komoditas pajale,

dilakukan diseminasi melalui pembuatan demplot dan demfarm komoditas

pajale dan komoditas strategis Kementan lainnya, seperti bawang merah.

Secara umum, terjadi peningkatan produktivitas padi sawah dari rata-rata 6.5

ton/ha menjadi 7.5-8 ton/ha.

3. Peningkatan LTT pajale, tidak hanya dilakukan pada padi sawah, tetapi juga

pada lahan kering masam dan tadah hujan serta optimalisasi dengan komoditas

perkebunan. Dilakukan dengan melakukan introduksi VUB padi gogo, dengan

hasil yang cukup baik yaitu rata-rata 6.5 ton/ha.

4. Selain fokus pada aspek teknis, kegiatan peningkatan produksi dan

produktivitas UPSUS juga dilakukan melalui temu lapang untuk

Page 62: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

56

mendiseminasikan hasil demplot dan demfarm agar inovasi teknologi pertanian

dapat dipercepat penyerapanya/aplikasi oleh para pengguna, terutama adalah

petani.

Dokumentasi

3.1.17 Perbenihan Komoditas Hortikultura dan Perkebunan di Provinsi

Aceh. Penanggung Jawab: M. Ramlan, SP

Latar Belakang

Target produksi benih hortikultura dan perkebunan pada TA. 2018 berupa

benih sumber maupun benih sebar yang siap disalurkan. Pelaksanaan kegiatan

produksi benih tersebut dilakukan oleh Balai Penelitian lingkup Puslitbang dan 33

BPTP di seluruh Indonesia. Mekanisme produksi benih yang dilakukan oleh

Balitbangtan akan dilakukan melalui peningkatan kerjasama dengan Direktorat

Jenderal Hortikultura dan Direktorat Jenderal Perkebunan, penangkar benih,

kelompok tani, BPSB, serta BBI, sehingga target volume output yang telah

ditetapkan dapat tercapat dalam waktu efektif 4 bulan yang tersedia.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh melalui APBN-P TA. 2018

mendapat alokasi dana untuk pemeliharaan benih kelapa dalam, kopi arabika Gayo

dan papaya yang dihasilkan pada tahun 2017.

Tujuan

• Meningkatkan kapasitas BPTP Aceh dalam memproduksi benih/bibit

komoditas hortikultura dan perkebunan.

• Mendukung produksi benih/bibit hortikultura dan perkebunan di Provinsi

Aceh, yaitu pepaya, kelapa dalam, dan kopi arabika.

Keluaran

• Peningkatan sarana prasarana gedung/bangunan dan peralatan mesin

pertanian untuk mendukung produksi benih/bibit hortikultura dan

Page 63: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

57

perkebunan.

• Produksi dan distribusi benih/bibit sebar varietas unggul pepaya (15.000

batang), kelapa dalam (15.000 batang), dan kopi arabika (21.000 batang).

Prosedur Pelaksanaan

Persiapan: (1) Penyusunan Paket Kegiatan Pengadaan Bangunan beserta

metode pemilihan penyedia jasa konstruksi, termasuk konsultan perencana,

pelaksana pembangunan, dan konsultan pengawas; (2) Penyusunan Paket

Pengadaan Barang dan penentuan metode pengadaan seperti pembelian langsung

dan e-katalog atau melalui jasa penyedia; (3) koordinasi dengan Dinas Pertanian

dan Perkebunan dan dinas terkait lainnya di kabupaten/kota untuk menentukan

sumber benih, proses sertifikasi, dan lokasi petani calon penerima; (4) Penyusunan

Petunjuk Teknis dan Pembagian tugas berdasarkan kemampauan dan bidang

keahlian dalam mengawal proses produksi benih.

Pelatihan: Pelatihan adalah pembekalan bagi petugas yang akan

bertanggung jawab mengawal dan mendampingi di lapangan dalam proses produksi

pembibitan. Pelatihan diikuti oleh petugas berdasarkan jadwal dan materi yang

ditentukan oleh Pusat Penelitian Komoditas yang bertanggung jawab dalam

penyelenggaraan bimbingan teknis pembibutan komoditas. Untuk masing-masing

komoditas tanaman diikuti oleh masing-masing satu orang dari BPTP Aceh.

Pelaksanaan: Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara simultan antara pengadaan

gedung dan bangunan, pengadaan peralatan dan mesin, sarana dan prasarana

pendukung, serta proses pembibitan di lapangan.

Monitoring dan Evaluasi: Dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan

pelaksanaan kegiatan dan menilai kesesuaian kegiatan yang telah dilaksanakan

dengan perencanaan. Monitoring dilakukan secara terus menerus. Pelaporan

dilakukan setiap seminggu sekali secara bertahap sesuai dengan perkembangan

pelaksanaan kegiatan di lapangan.

Hasil

• Peningkatan kapasitas produksi benih/bibit hortikultura dan perkebunan

BPTP Aceh telah dilaksanakan melalui pengadaan gedung dan bangunan,

peralatan dan mesin pertanian, dan sarana dan prasarana pendukung proses

produksi.

Page 64: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

58

• Bibit pepaya Merah Delima telah diproduksi dan distribusikan sebanyak

16.500 batang (110% dari target).

• Pembibitan kelapa dalam unggul lokal sebanyak 18.000 batang dalam tahap

pembesaran (umur 2 bulan).

• Pembibitan kopi arabika Gayo-1 sebanyak 25.000 batang dalam tahap

persemaian (umur 2 minggu).

Dokumentasi

3.1.19 Eksplorasi, Konservasi dan Pemanfaatan Sumberdaya

Genetik Lokal Aceh. Penanggung Jawab: Mehran, SP, M.Si

Latar Belakang

Peningkatan jumlah, jenis maupun kualitas kebutuhan manusia, mendorong

upaya pemanfaatan SDG secara terus menerus. Berbagai ancaman yang dapat

menurunkan keanekaragaman SDG menurut Sutarno (2014) antara lain disebabkan

karena kerusakan habitat, fragmentasi habitat, degradasi habitat, perubahan iklim

global, pencemaran lingkungan, industrialisasi pertanian dan kehutanan, eksploitasi

spesies hewan maupun tumbuhan, invasi dan introduksi spesies asing, dan sinergi

Page 65: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

59

dari faktor faktor tersebut.

Pengelolaan SDG merupakan tanggung jawab semua pihak, pada saat ini

banyak pihak menangani pelestarian dan pemanfaatan SDG, tetapi pengelolaannya

belum bersinergi satu dengan yang lain. Untuk itu perlu disepakati koordinasi dan

pembagian kerja antar unsur, sehingga pemborosan energi dan waktu dapat

dihindari (Astirin, 2000). Pengelolaan SDG akan bermakna jika ada koordinasi dan

sinergitas dengan instansi terkait lainnya. Untuk itu, pembentukan Komisi Daerah

(Komda) Aceh perlu dibentuk. Berdasarkan arahan Kepala Badan Litbang Pertanian

(Balitbangtan) melalui Ketua Komisariat Nasional (Komnas) SDG yang disampaikan

pada Rapat Kerja lingkup BBP2TP di Bogor pada tanggal 26 – 29 Januari 2014

ditekankan bahwa perlu dilaksanakan kegiatan dalam rangka penguatan

kelembagaan dalam pengelolaan SDG yang dimotori oleh BPTP dan melaksanakan

karakterisasi dan konservasi hasil-hasil SDG tanaman lokal yang diperoleh pada

kegiatan reinventarisasi pada tahun-tahun sebelumnya.

Tujuan

1. Mendapatkan Sertifikasi hak kepemilikan dari Kementan melalui PVTPP Kopi Gayo

1, 2 dan Ramos Seulawah untuk peredaran benih.

2. Mengembangkan dan pemeliharaan koleksi SDG spesifik Aceh di BPTP Aceh dan

KP. Gayo

3. Membentuk Komisi Daerah (Komda) SDG formal

4. Menggali informasi dan mengembangkan potensi, teknologi budidaya, pasca

panen dan sosial ekonomi dalam Pelestarian dan pemanfaatan SDG tanaman

lokal potensial serta memperbaharui buku katalog SDG.

Metodologi

Koleksi SDG tanaman dapat dimanfaatkan secara langsung maupun tidak

langsung. Pemanfaatan langsung SDG tanaman berupa budidaya langsung untuk

memenuhi kebutuhan tanpa memerlukan perbaikan tanaman melalui pemuliaan

(dipakai sebagai sumber benih di KBD terpencil). Pemanfaatan SDG secara tidak

langsung, yaitu memanfaatkan keanekaragaman bahan genetik yang terdapat di

dalam SDG tanaman untuk merakit varietas unggul baru dan menjaga kelestarian

SDG (plasma nutfah).

Karakterisasi dan konservasi (in-situ dan ex-situ) dari setiap SDG tanaman

terutama dalam rangka mendukung program tujuh komoditas prioritas kementerian

Page 66: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

60

pertanian (padi, jagung, kedelai, cabe, bawang merah, tebu, dan daging sapi)

dilaksanakan dalam rangka memperoleh informasi karakteristik beberapa aksesi

SDG tanaman yang beragam. Jika benih/bibit tanaman dari setiap kultivar telah

memenuhi syarat untuk pengujian, dilanjutkan dengan evaluasi dalam petak

lapangan/pengujian untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang karakter

unggul/spesifik masing-masing. Jika suatu kultivar tanaman lokal terbukti

mempunyai karakter unik (spesifik) dapat didaftarkan secara langsung pada Pusat

Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PVTPP) atau juga

jikasuatu kultivar tanaman yang memiliki keunikan secara geografis, maka dapat

dilindungi untuk memperoleh hak perlindungan indikasi geografis. Sejumlah aksesi

SDG tanaman lokal unggul yang dikonservasi dan dievaluasi dapat dijadikan sebagai

pohon induk untuk kita konservasi secara berkelanjutan dalam rangka penyediaan

benih/bibit dan sebagai bahan pemulia (tetua) bagi perakitan varietas.

Hasil dan Pembahasan

Kecamatan Seulimum, Kabupaten Aceh Besar, pada Desa Lambada

mempunyai potensi 2 (dua) Sumber Daya Genetik Lokal di bidang Pangan yaitu padi

Ramos Lamteuba atau dengan nama lain Padi Tamboen dan padi merah. Padi

Tamboen dapat tumbuh pada ketinggian 250 dpl, umur tanaman 140-145 hari,

tanaman tinggi, tegak, bentuk bulirnya pendek, gemuk, kuning bersih, beras putih

bersih dengan rasanya nasi pulen dan enak. Disamping itu potensi hasil yang luar

biasa yaitu 8-9 ton/ha juga nilai tukar 6.000 – 6.500/kg yang berbeda jauh dengan

nilai tukar VUB 4.000 - 4.500/kg, menurut ketua Gapoktan Peumakmu Hasel

(Fauzan). Petani di Desa Lambada untuk tahun 2018 memanen padi Lokal Tamboen

seluas 200 ha, yang penanaman pada Oktober 2017.

Observasi Ateng Super dilakukan secara bersama-sama dengan BALITRI,

BBPPTP Medan, BPTP Aceh, Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh dan Dinas

Pertanian Kabupaten Aceh Tengah. Observasi diawali dengan diskusi bersama di KP

Gayo untuk menyamakan tujuan dan menggali informasi tentang daerah yang

kemungkinan membudidayakan Ateng Super dari Dinas Pertanian Kabupaten Aceh

tengah. Observasi dilakukan dengan mencari informasi tentang lahan-lahan yang

membudidayakan Ateng Super dalam waktu yang lama. Hasil observasi awal yang

dilakukan di lahan petani diperoleh informasi tentang budidaya Ateng super yang

telah mencapai umur kurang lebih 20 Tahun, sehingga kuat dugaan menjadi pohon

Page 67: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

61

induk budidaya Ateg Super yang kini berkembang. Observasi tentang asal usul

Ateng super sekaligus dilakukan dengan deskripsi tanaman sebagai sumber data

awal tentang morfologi Ateng Super yang berbeda dengan varietas Kopi Arabika yan

lain.

Kebun Koleksi In-Situ

Pemeliharaan Kebun in-situ di KP. Gayo yaitu kopi arabika sebanyak 27

varietas, pada kebun induk kopi arabika dengan umur sudah mencapai 30 tahun,

maka untuk itu diperlukan penanam kembali supaya tanaman tersebut tidak punah.

Kebun Koleksi Ex-Situ

Pemeliharaan kebun koleksi ex-situ Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Aceh terdidi berbagai macam tanaman dan dari berbagai daerah Kabupaten.

Pelaksanaan Pendaftaran Varietas

Pelaksanaan kegiatan pendaftaran varietas pada tahun 2018

sebanyak 2 varietas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1

sebagai berikut :

Tabel 11. Pendaftaran Varietas pada Tahun 2018

No Komoditi Varietas Kabupaten Keterangan

1. Kopi Gayo 1 A. Tengah & Bener Meriah TT Gubernur

2. Kopi Gayo 2 Sda Sda

Kesimpulan

1. Mendorong pemda setempat untuk percepatan penandatangan formulir

pendaftaran

2. Komda belum terbentuk, perlu kerjasama Tim yang lebih intensif dalam

pembentukan KOMDA.

Dokumentasi

Page 68: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

62

IV.. OORRGGAANNIISSAASSII DDAANN KKEERRAAGGAAAANN SSDDMM

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh merupakan Unit Kerja

Teknis (UPT) Kementerian Pertanian yang berada di bawah Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian (Eselon I), yang selanjutnya bertanggungjawab langsung

kepada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP)

Bogor.

Kelancaran pelaksanaan tugas–tugas yang diemban oleh BPTP Aceh telah

ditetapkan berdasarkan struktur organisasi dan personalia BPTP Aceh. Hal ini telah

sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Kepala BPTP Aceh

No.162/OT.130/H.12.1/02/2018 tanggal, 1 Pebruari 2018, yang merupakan

perubahan atas Keputusan Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh,

Nomor:1647/OT.130/H.12.1/12/2018, mengacu kepada Peraturan Menteri Pertanian

Nomor: 16/Permentan/OT.140/3/2006. Sebagai gambaran tentang struktur

organisasi dapat dilihat pada Gambar 1.

Untuk mewujudkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas pokok yang

telah ditetapkan, maka sasaran dan tujuan pembentukan BPTP Aceh, di Provinsi

Aceh adalah untuk dapat memperkuat kegiatan penelitian dan pengembangan di

daerah, berdasarkan sumberdaya yang dimiliki dengan mengemban dan

menyebarluaskan teknologi pertanian spesifik lokasi yang berorientasi pasar sesuai

kebutuhan pengguna dalam mendukung pembangunan agribisnis dan agroindustri.

Selain itu keberadaan BPTP Aceh diarahkan untuk menggerakkan pembangunan

pertanian sekaligus sebagai pusat informasi inovasi teknologi pertanian, yang

mempunyai tugas/fungsi :

1. Inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik

lokasi.

2. Penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik

lokasi.

3. Penyiapan paket teknologi hasil pengkajian dan perakitan untuk bahan

penyusunan materi penyuluhan pertanian. Hal ini mengacu kepada Permentan

Nomor: 19/Permentan/OT.020/05/2017, tentang Pengaturan dan Tugas Fungsi

BPTP. Dalam hal ini spesifik pada tugas penyuluh BPTP yang membantu

penyuluh di daerah dalam mempersiapkan materi penyuluhan, spesifik lokasi.

Page 69: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

63

4. Pelayanan teknik kegiatan pengkajian, penelitian dan perakitan teknologi

pertanian.

4.1. Sumber Daya Manusia

Keragaan Sumber Daya Manusia (SDM) BPTP Aceh per 31 Desember 2018

jumlahnya mencapai 92 orang tenaga PNS dan 14 orang tenaga kontrak. Dalam

tahun yang sama, penyebaran tenaga PNS berdasarkan tempat tugas dapat dilihat

pada Tabel 3. Persentase jumlah SDM yang bertugas di BPTP Aceh sebesar 80.43

%, 8.69 % bertugas di KP. Gayo dan 10.87 % bertugas di KP. Paya Gajah.

Gambar 1. Struktur Organisasi BPTP Aceh.

Page 70: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

64

Tabel 12. Penyebaran Jumlah PNS Menurut Unit Kerja dan Golongan

Unit Kerja Golongan

Jumlah % IV % III % II % I %

BPTP ACEH 7 50 15 2 74 80.43

KP. GAYO - - 4 4 - - 8 8,69

KP. PAYA

GAJAH - - 4 5 1

10 10.87

Total 7 58 24 3 92 100

Berdasarkan golongan, pegawai terbesar adalah golongan III (80.43%), diikuti

dengan urutan distribusi; golongan II (8.69%), golongan IV (10.87%) dan golongan

I (2,43%). Distribusi tenaga PNS menurut golongan dan ruang lebih rinci dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 13. Distribusi Jumlah PNS Menurut Golongan dan Ruang

Golongan Ruang

Jumlah A % B % C % D %

IV 5 71.4 - - 2 28.57 - - 7

III 9 15.79 21 36.8 7 12.28 20 35.1 57

II 4 16.0 2 8.0 15 60.0 4 16.0 25

I - - - - 2 66.7 1 33.3 3

Total 92

Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh pegawai BPTP Aceh

terbanyak; S3 (3.26 %) diikuti S2 (16.30) S1 (30.43 %), D4 (2.17 %), D3 ( 6.52

%), SLTA (36.95 %), SLTP (2.17 %) dan SD sebanyak 2.17 %. Distribusi jumlah

PNS berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 14. Distribusi Jumlah PNS Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Unit Kerja

Pendidikan Unit Kerja

BPTP KP Gayo KP. Paya Gajah % Jumlah

S3 3 - - 3.26 3

S2 15 - - 16.30 15

S1 25 2 1 30.43 28

D4 2 - - 2.17 2

D3 5 - 1 6.52 6

SLTA 21 6 7 36.95 34

SLTP 1 - 1 2.17 2

SD 2 - - 2.17 2

Total 74 8 10 100 92

Page 71: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

65

Keragaan sumberdaya manusia menurut tingkat usia dan jenis kelamin

dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan jumlah PNS menurut tingkat pendidikan dan

kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 15. Keragaan SDM BPTP Aceh Menurut Tingkat Usia dan Jenis Kelamin

No Tingkat Usia Laki –laki Perempuan Jumlah

1. 20 – 25 Tahun 1 - 1

2. 26 – 30 Tahun 2 4 6

3. 31 – 35 Tahun 10 1 12

4. 36 – 40 Tahun 7 3 12

5. 41 – 45 Tahun 9 6 15

6. 46 – 50 tahun 12 6 18

7. 51 – 55 tahun 17 7 28

8. 56 – 60 tahun 5 2 11

Jumlah 69 29 92

Tabel 16. Distribusi Jumlah Pegawai BPTP Aceh Berdasarkan Tingkat Pendidikan

dan Tingkat Usia

No Unit

Kerja

Pendidikan

S3 S2 S1 D4 SM D3 SLTA SLTP SD

1 20-25

Tahun -

2 26-30

Tahun

2 1 4

3 31-35

Tahun

2 2 1 3 1

4 36-40

Tahun

- 5 1 5 -

5 41-45

Tahun 2 2 3 1 6 2 1

6 46-50

Tahun 5 6 7 -

7 51-55

Tahun 1 5 9 2 7 -

8 56-60

Tahun

1 2 3

Jumlah 3 15 29 6 35 2 2

Menurut pendidikan dan usia jumlah pegawai terbanyak pada strata SLTA

kisaran usia 51-55 tahun. Diikuti strata S1 juga pada kisaran usia 51-55 tahun dan

pada umumnya pegawai terdistribusi ke semua tingkatan usia. Pada jenjang S3

Page 72: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

66

terdapat 3 orang yang berumur antara 41-45 tahun, hal ini menunjukkan masih

cukup panjang jenjang karir yang akan dilalui, walaupun secara kuantitas masih

kurang dengan level kerja BPTP Aceh saat ini.

Untuk meningkatkan motivasi dan prestasi kerja bagi PNS telah ditempuh

berbagai upaya peningkatan kesejahteraan pegawai melalui pemberian uang makan

dan Tunjangan Kinerja (TUKIN)). Sedangkan untuk proses kenaikan pangkat,

kenaikan gaji berkala dan pengusulan karis/karsu, askes dan lain-lain lebih

diprioritaskan dan lancar. Pada tahun 2016 pegawai yang pensiun sebanyak 5

orang.

BPTP Aceh merupakan unit pelaksana penelitian, pengkajian dan diseminasi

hasil penelitian yang dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya harus

didukung oleh tenaga fungsional, tenaga struktural dan tenaga administrasi lainnya.

Keberadaan tenaga PNS Lingkup BPTP Aceh dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 17. Jabatan Menurut Golongan di BPTP Aceh

No Jabatan Golongan

Jumlah IV III II I

A Struktural 1 Eselon III 1 - - - 1 2 Eselon IV 1 1 - - 2

Total 2 1 3

B Fungsional 1 Peneliti 3 10 - - 13 2 Penyuluh 3 12 - - 15 3 Pustakawan - 1 - - 1 4 Teknisi/Litkayasa - - 2 - 2

Total 6 23 2 - 31

4.2. Keuangan

a. Anggaran Belanja

BPTP Aceh, pada tahun anggaran 2018 memperoleh alokasi dana APBN

sebesar Rp. 15.019.117.000,- (lima belas milyar Sembilan belas juta seratus tujuh

belas ribu rupiah). Setelah melalui beberapa kali revisi (refocusing) anggaran,

terutama untuk alokasi tunjangan kinerja dan program bekerja. Secara umum,

alokasi tersebut mencakup belanja operasional dan belanja non operasional. Pada

tahun ini juga, BPTP Aceh mendapat alokasi untuk belanja modal, melalui

mekanisme APBN sebesar Rp.347.181.000, dan melalui mekanisme program

Page 73: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

67

SMARTD Rp. 845.000.000, untuk pengadaan peralatan laboratorium tanah di BPTP

Aceh. Gambaran tentang rincian dana untuk masing-masing kegiatan dapat dilihat

pada Tabel 7.

Tabel 18. Rincian Pagu dan Realisasi Menurut Kode dan Jenis Kegiatan TA. 2018

No Kode Uraian Kegiatan Jumlah

Dana/pagu (RP)

Realisasi (Rp) %

1. 1801.201 Teknologi Spesifik

Lokasi Komoditas

Strategis

450.000.000,- 449.335.000,- 99,90

2. 1801.202

Pengembangan

Informasi,

komunikasi dan

diseminasi

tek.pertanian

1.756.846.000,- 1.755.175.465,- 99,90

3. 1801.203

Rekomendasi

kebijakan

pembangunan

pertanian

56.250.000,- 56.205.000,- 99,92

4. 1801.204

Model

pengembangan

inovasi pertanian

bioindustri

76.504.000,- 76.182.000,- 99,90

5. 1801.206 Produksi Benih

Sebar Padi, Jagung

dan Kedelai

498.540.000,- 480.264.200,- 96,33

6. 1801.209 SDG 75.000.000 74.548.000,- 99.39

7. 1801.208 Produksi benih

sumber padi dan

kedelai

343.381.000,- 343.090.000,- 99,51

8. 1801.210 Pengembangan

Wilayah Perbatasan 60.000.000 59.970.000 99.95

9. 1801.211 Peningkatan IP

Pertanaman 191.250.000 190.334.946 99.52

10. 1801.994 Layanan

perkantoran 8.081.600.000,- 7.903.334.544,- 97,80

9. 1801.995 Layanan Internal 2.641.066.000,- 2.621.258.961,- 99,25

Jumlah 15.019.117.000,- 14.796.973.537 98.52

b. Anggaran dan Realisasi

a. Dalam melaksanakan tupoksinya sebagai unit pelaksana teknis dibidang

pengkajian dan pengembangan Satker BPTP Aceh pada TA. 2018 didukung

Page 74: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

68

oleh sumber dana yang berasal dari Dana APBN dalam bentuk Rupiah Murni

(RM), Rupiah Khusus (RK), serta Rupiah Murni Pendamping (RMP).

b. Anggaran Satker BPTP Aceh dicairkan sesuai dengan Surat Pengesahan DIPA

Tahun Anggaran 2017 dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor: SP DIPA-

018.09.2.567392/2018, tanggal 7 Desember 2017. Setelah mengalami

beberapa kali revisi, karena adanya kebijakan penganggaran, jumlah Pagu

DIPA Tahun Anggaran 2018 terakhir direvisi adalah sebesar Rp.

15.019.117.000,- (98.82%). Alokasi anggaran BPTP Aceh berdasarkan jenis

belanja (menurut DIPA tahun 2018) terdiri dari belanja pegawai, belanja

barang dan belanja modal. Disamping dana DIPA, BPTP Aceh pada tahun

2018 juga mendapat dana dari kerjasama dengan ACIAR-Australia sebesar

Rp. 500.000.000,- dengan realisasi sebesar 100%.

c. Realisasi belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip

penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-

kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Anggaran

Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL).

d. Target dan Realisasi Pendapatan

Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang dihasilkan oleh BPTP Aceh

pada tahun 2018 diperoleh dari penerimaan fungsional dan umum. Target

pengembalian PNBP yang dialokasikan pada Satker BPTP Aceh sesuai DIPA tahun

anggaran 2018 adalah sebesar Rp. 266.375.000., sedangkan estimasi PNBP sebesar

Rp. 253.500.000,-. Realisasinya penerimaan pada akhir tahun anggaran 2018

sebesar Rp. 326.451.400 (122.533%), sehingga dapat dikatakan target PNBP dari

Satker BPTP Aceh pada tahun anggaran 2018 mencapai 122.533 %, melebihi dari

target sebesa Rp. 60.076.400 (22.533%). Penggunaan dana bersumber PNBP

fungsional sebesar Rp. 215.318.000. Secara lengkap target dan realisasi PNBP

berdasarkan jenis kegiatan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 19. Target dan Realisasi PNBP Berdasarkan Jenis Kegiatan Tahun 2018

AKUN Jenis Peneimaan Target (Rp) Realisasi (Rp) %

423141 Pendapatan Sewa Tanah,

gedung dan bangunan

22.000.000 33.647.400 152.942

423142 Pendapatan Sewa Peralatan dan

Mesin

0 0 0

Page 75: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

69

423951 Penerimaan Kembali Belanja

Pengawai TAYL

0 90,- 0

423752 Pendapatan Denda

Keterlambatan Penyelesaian

Pekerjaan Pemerintah

0 0 0

423921 Pendapatan Pelunasan Piutang

Non Bendahara

0 0 0

423111 Penjualan Hasil

Pertanian/Perkebunan

244.375.000,- 292.804.000,- 119.817

423216 Pendapatan Jasa Tenaga,

Pekerjaan, Informa

0 5.625.000,- 0

Jumlah 266.375.000,- 326.451.400,- 122,533

4.3 Fasilitas

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh BPTP Aceh tersebar di 3 (tiga) lokasi;

(1) Kantor BPTP Aceh di Banda Aceh ; (2) Kebun Percobaan Paya Gajah Peureulak

kabupaten Barat Aceh Timur dan (3) Kebun Percobaan Gayo Pondok Gajah

kabupaten Bener Meriah. Keadaan sarana dan prasarana yang disajikan dalam

laporan ini merupakan gambaran secara garis besar. Sarana dan prasarana yang

dimiliki oleh BPTP Aceh meliputi: (1) Tanah; (2) Gedung dan Bangunan; (3)

Perumahan; (4) Kendaraan roda dua, empat, dan roda tiga (5) Peralatan dan

mesin; (6) Jalan, Irigasi dan Jaringan, (7) Peralatan UPBS dan (8) Aset tetap

lainnya.

a. Tanah

BPTP Aceh saat ini mempunyai aset tanah seluas 1.665.847 m² yang

terletak di 3 (tiga) lokasi yaitu: (1) Kota Banda Aceh; (2) Kabupaten Aceh Timur

dan; (3) Kabupaten Bener Meriah. Status kepemilikan tanah pada kantor BPTP Aceh

adalah berstatus sebagai sertifikat Hak Guna Pakai (HGU) dari Pemerintah Aceh ,

Hak milik Kementerian Pertanian dan akta pembebasan/jual beli.

Lokasi Tanah Satker Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh BPTP Aceh

berlokasi: 1) Tanah BPTP Aceh yang setatusnya Hak pakai Pemerintah Aceh dengan

luas: 56.100 m² (tidak tercatat dalam SIMAK BMN), sedangkan yang tercatat dalam

Simak BMN: 1.609.747 m² yang terdiri dari tanah kebun Visitor Plot, bangunan

kantor, perumahan, bengkel, gudang dan garasi. 2) Kebun Percobaan Paya Gajah

dengan luas: 1.410.917 m² yang terdiri dari kebun percobaan kelapa, bangunan

kantor, perumahan, gudang. 3) sedangkan Kebun Percobaan Gayo dengan luas:

198.830 m². Luas yang terdiri dari: Kebun plasma nuftah kopi dan SDG lainya,

Page 76: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

70

bangunan kantor, perumahan, bengkel, gudang dan garasi, dengan luas dan

keragaan pemanfaatan tanaman Plasma Nutfah Tanaman yang secara lengkap

dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 20. Luas, Lokasi dan Pemanfaatan Tanah Tahun 2018

No Uraian

Luas (m²)

Jumlah BPTP

Aceh

KP P. Gajah

(Aceh Timur)

KP. Gayo

(Bener Meriah)

1. Tanah Kebun

Percobaan 0 1.392.817 190.508 1.583.325

2. Tanah Bangunan

Kantor Pemerintah 0 2.100 4.773 6.873

3. Tanah Bangunan

Rumah Negara GOL II/

Guest House/Gudang/

Bengkel/Gerasi

0 16.000 3.550 19.550

Jumlah 0 1.410.917 198.830 1.609.748

Pada tahun anggaran 2018, melalui mekanisme pembiayaan dari

Balitbangtan, BPTP Aceh mendapatkan dana untuk melakukan pembuatan dan

penerbitan kembali sertifikat tanah Kebun Percobaan Gayo. Penerbitan sertifikat

kembali dikarenakan sertifikat asli telah terbakar, sehingga diperlukan penerbitan

kembali. Sedangkan pembuatan sertifikat untuk 1 persil lahan. Pembuatan dan

penerbitan sertifikat KP. Gayo dilaksanakan oleh Notaris/Pembuatan Akta Tanah.

Tahap selanjutnya adalah pembuatan tugu/patok pembatas tanah. Direncanakan

pada tahun 2019, melalui pembangunan Taman Sains Pertanian (TSP) Gayo, akan

dilakukan pembangunan dan renovasi pagar pembatas Kebun Percobaan Gayo pada

Lapangan 1-4. Prioritas utama pada lapangan 1 dan 4, karena okupasi lahan KP.

Gayo oleh masyarakat sekitar sudah mulai terjadi.

b. Bangunan Gedung

Keragaan bangunan gedung yang dimiliki oleh BPTP Aceh per 31 Desember

2018 meliputi gedung kantor, guest house, gudang/bengkel/parkir, garasi, pos jaga,

lantai jemur, gudang benih/UPBS, gedung laboratorium, gedung multimedia dan

gedung perpustakaan serta Pagar pengaman kebun. Jenis, luas, lokasi dan

banyaknya bangunan dapat dilihat pada Tabel 10.

Page 77: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

71

Tabel 21. Jenis, Luas, Lokasi dan Banyaknya Bangunan Tahun 2018

No Uraian

Lokasi Jumlah

BPTP Aceh KP. Gajah KP. Gayo

Un

it

Luas

(M2) Unit

Luas

(M2) Unit

Luas

(M2) Unit

Luas

(M2)

1 Kantor 2 1.155,5 1 205 1 784 4 2.144,5

2 Guest House 1 120 1 120 - - 2 240

3 Gudang/ Bengkel/parkir

4 826 5 311 4 2.704 13 3.841

4 Laboratorium 4 480 - - - - 4 480

5 Multimedia 1 120 - - - - 1 120

6 Perpustakaan 1 120 - - - - 1 120

7 Pos Jaga 1 33 - - - - 1 33

Pagar

permanen

1 75 1 1.143 - - 2 1,218

6 Lantai jemur 1 210 1 200 - - 1 410

Total 16 3.139,5 9 836 5 3.488 30 8.606,5

Rumah Dinas

Rumah Negara golongan II yang dimiliki oleh BPTP Aceh per 31 Desember

2018 berjumlah 40 unit, golongan I sebanyak 2 unit dan Rumah jabatan sebanyak 1

unit, dan kondisi rumah yang dimiliki pada saat ini rata-rata masih baik, dan rusak

ringan, hanya rumah dinas yang berada di Kebun Percobaan Paya Gajah sebanyak 7

unit kondisinya sudah kurang baik, 1 unit sudah rusak berat, dari 11 unit rumah

dinas Gol II dalam kondisi rusak ringan sampai berat karena bangunannya sudah

lama. Sedangkan rumah dinas yang ditinggalkan karena pensium terdapat pada

lokasi Kp Paya Gajah sebanyak: 3 Unit dalam kondisi kosong dan untuk rumah

dinas Golongan II yang berlokasi di kebun Percobaan Gayo pada tahun anggaran

2018 sebanyak: 11 Unit rumah negara Gol II dengan rincian Rumah Negara

Golongan II Type A 1 unit, Type B: 4 Unit, Type C: 4 Unit dan Type D : 2 Unit -

jumlah bangunan dapat di lihat pada Gambar 2.

Page 78: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

72

Gambar 2. Jumlah rumah dinas BPTP Aceh Tahun 2018

Tabel 22. Jenis, Luas dan Jumlah Bangunan Rumah Dinas Berdasarkan Lokasi Unit

Kerja Tahun 2018

No Uraian

Lokasi Jumlah

BPTP Aceh KP. Gajah KP. Gayo

Unit Luas

(M2) Unit

Luas

(M2) Unit

Luas

(M2) Unit

Luas

(M2)

1 Rumah dinas Type A - - - - 1 190 1 190

2 Rumah dinas Type B 2 240 - - 4 360 6 600

3 Rumah Dinas Type C 3 210 - - 4 280 7 490

4 Rumah Dinas Type C Semi permanen

- - 4 204 - - 4 204

5 Rumah Dinas Type D 12 636 4 202 2 112 18 950

6 Rumah Dinas Type E 2 72 3 105 - - 5 177

Jumlah 19 1.158 11 511 11 942 41 2.611

a. Kendaraan Dinas

Untuk kelancaran pelaksanaan operasional kegiatan BPTP Aceh didukung oleh

sarana transportasi kendaraan dinas roda dua dan kendaraan dinas roda empat.

Kondisi per 31 Desember 2018 Jumlah kenderaan roda dua, empat dan roda tiga

terdiri dari Pick Up: 6 unit, Mini Bus : 10 unit, Jeep : 3 unit dan sepeda motor : 37

unit dan Kenderaan Dinas Roda 3 sebanyak : 4 unit. Kondisi kendaraan roda 2 dan

4 yang baik dan rusak antara lain BPTP Aceh rusak ringan/berat 17 unit, KP Paya

Gajah: 6 unit dan KP Gayo berjumlah 11 unit. Kondisi rusak ringan sampai dengan

0

2

4

6

8

10

12

BPTP ACEH KP PAYAGAJAH

KP GAYO

RUMAH DINAS TYPE .A

RUMAH DINAS TYPE.B

RUMAH DINAS TYPE.C

RUMAH DINAS TYPE C SEMI

RUMAH DINAS TYPE.D

RUMAH DINAS TYPE.E

Page 79: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

73

berat dan direncanakan akan dihapus pada tahun anggaran 2018. pada tahun 2018

telah diusulkan Penetapan Setatus Pengguna BMN berupa Kenderaan Roda 4 ,3,

dan 2 ke KPKNL Banda Aceh, BBP2TP dan Badan Litbang Pertanian. Jumlah dan

lokasi kendaraan dapat dilihat pada Tabel 12. Pada tahun anggaran 2018, melalui

mekanisme APBN-P dilaksanakan penggadaan 1 sepeda motor, merk Honda tipe

CBR, 150CC.

Tabel 23. Jumlah dan Alokasi Kendaraan Dinas Berdasarkan Unit Kerja Tahun 2018

No Uraian Lokasi

Jumlah BPTP Aceh KP. Paya Gajah KP. Gayo

1. Kendaraan

Dinas Roda 4 17 3 - 19

2. Kendaraan

Dinas Roda 2 23 3 11 36

3. Kenderaan

Dinas Roda 3 2 1 1 4

Jumlah 41 7 12 59

c. Peralatan

Guna menunjang pelaksanaan kegiatan BPTP Aceh juga dilengkapi dengan

berbagai peralatan yang meliputi: (1) peralatan kantor; (2) peralatan pertanian; (3)

peralatan multimedia; (4) peralatan laboratorium dan; (5) peralatan bengkel, pada

tahun 2018 telah diusulkan Penetapan Setatus Pengguna BMN berupa Selain Tanah

dan Bangunan berupa peralatan ke KPKNL Banda Aceh, BBP2TP dan Badan Litbang

Pertanian. Pada tahun anggaran 2018 terjadi penambahan peralatan yang berasal

pengadaan belanja modal, dan trasfer masuk yang terdiri dari: Pembelian :

Kendaraan roda 1 (satu) 2 unit, Air Conditioning (AC) 2 unit dan mesin generator

set (genset 1 Unit).

Tabel 24. Jumlah dan Alokasi Peralatan Berdasarkan Unit Kerja Tahun 2018

No Uraian Luas (m²)

Jumlah BPTP Aceh KP. Paya Gajah KP. Gayo

1. Peralatan kantor 1.038 98 267 1.403

2. Peralatan

Pertanian

150 11 11 172

3. Peralatan

Multimedia

412 - 26 438

4. Peralatan

Laboratorium

71 - 18 92

5. Peralatan Bengkel 80 2 10 92

6. Pustaka 575 - - 575

Jumlah 2.326 111 332 2.772

Page 80: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

74

VV.. KKEERRJJAASSAAMMAA DDAANN DDIISSEEMMIINNAASSII

Keberhasilan kegiatan penelitian dan pengkajian pertanian ditentukan oleh

tingkat pemanfaatan hasilnya oleh pengguna sasaran. Penerapan hasil litkaji

tersebut diharapkan dapat mendorong pembangunan pertanian di daerah sehingga

sektor pertanian mampu berfungsi sebagai mesin penggerak perekonomian

nasional. Penyampaian informasi teknologi hasil-hasil penelitian dan pengkajian

kepada petani-nelayan, pihak swasta dan pengguna lain perlu dilakukan melalui

media yang tepat dan terus menerus agar petani-nelayan dapat menerapkan hasil

litkaji tersebut dan kesejahteraannya meningkat. Ada tiga subseksi dalam kegiatan

Pelayanan Teknis BPTP Aceh yaitu Kerjasama Pelayanan dan Pengkajian,

Perpustakaan dan Diseminasi/AVA.

5.1. Kerjasama

Tugas pokok dari subseksi Kerjasama adalah melaksanakan kerjasama

dengan stakeholders (pengambil kebijakan) dan beneficiaries (pengguna dan

penerima manfaat jasa teknologi) baik di tingkat daerah maupun nasional, guna

mendapatkan input dan peluang kerjasama untuk menciptakan konsep

penelitian/pengkajian paket teknologi usaha pertanian. Fungsi dari subseksi ini

adalah sebagai media perantara yang memberikan pelayanan prima paket teknologi

pertanian dari BPTP Aceh yang merupakan lembaga pendiseminasi teknologi untuk

para pengguna jasa teknologi pertanian. Pada TA. 2018, di BPTP Aceh melakukan

kerjasama penelitian/pengkajian dengan instansi lain, dari luar negeri yaitu ACIAR-

Australia.

5.2. Kerjasama Magang Mahasiswa/Praktik Lapang

Selain kerjasama penelitian, pelatihan dan magang, BPTP Aceh juga

melayani kerjasama dalam bentuk magang dan on job training mahasiswa.

Mahasiswa yang melakukan magang ikut dibimbing oleh salah satu peneliti atau

penyuluh sesuai masalah dan disiplin ilmu (tanaman pangan, peternakan dan

sayuran). Selama tahun 2018, jumlah mahasiswa yang magang dan melakukan

penelitian di lahan BPTP Aceh sebanyak 3 orang yang berasal dari Universitas Syiah

Kuala Kota Banda Aceh, sedangkan untuk meningkatkan kerjasama pemanfaatan

Page 81: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

75

hasil penelitian juga telah dilakukan penandatanganan MOU kerjasama dengan

Universitas Malikulsaleh Kota Lhokseumawe dan Universitas Teuku Umar Kabupaten

Aceh Barat. Skim pendanaan kegiatan ini melalui sinkronisasi hasil penelitia dan

pengkajian. Diharapkan pasca penandatanganan, dilakukan kerjasama penelitian

dan magang mahasiswa universitas yang bersangkutan di lingkungan kantor BPTP

Aceh atau di Kebun Percobaan Paya Gajah dan Pondok Gajah.

5.3. Diseminasi/AVA

Pengembangan informasi pertanian merupakan salah satu bentuk kegiatan

penyuluhan pertanian yang dilakukan dengan menggunakan berbagai media

komunikasi. Penyuluhan pertanian sebagai pendidikan nonformal bagi petani

memiliki peranan mengisi proses transfer teknologi hasil pengkajian untuk

terjadinya perubahan perilaku, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan

sehingga petani mempunyai kedudukan strategis dalam pembangunan pertanian.

Kegiatan Pengembangan Informasi Pertanian dilakukan dengan tujuan untuk

menyampaikan informasi teknologi pertanian kepada pengguna, dengan

menggunakan beragam media komunikasi yang representatif yang mudah diterima

mereka, sehingga sasaran peningkatan produksi dan produktivitas usahatani

tercapai seiring meningkatnya tingkat adopsi terhadap teknologi yang sesuai yang

mereka terima pada saat yang tepat.

Beragamnya media komunikasi yang digunakan disebabkan karena masing-

masing media mempunyai keunggulan sendiri. Secara garis besar, media

komunikasi yang digunakan oleh BPTP Aceh dikelompokkan menjadi dua yaitu

media cetak dan media elektronik.

5.3.1. Pengembangan informasi melalui media cetak berupa:

a. Buletin Info Teknologi Pertanian

Buletin Info teknologi Pertanian diproduksi sebanyak 100 eksemplar,

berisikan berbagai macam informasi yang diharapkan dapat berguna atau

dimanfaatkan oleh pengguna untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan

mereka. Bulletin ini terbagi atas beberapa rubrik, seperti; budidaya, hama dan

penyakit, serta rubrik-rubrik lainnya yang mendukung pembangunan pertanian di

Aceh.

Page 82: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

76

b. Leaflet Serambi Pertanian

Seperti halnya Buletin Info Teknologi Pertanian, media cetak Leflet Serambi

Pertanian juga berisikan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Akan tetapi isi

dari liptan Serambi Pertanian lebih praktis yang diharapkan dapat di jadikan acuan

atau referensi pengguna untuk teknologi yang diinformasikan. Produksi media cetak

Leaflet Serambi Pertanian Tahun 2018 terbit sebanyak 2 judul, masing-masing

berjumlah 800 lembar (timbal balik), yaitu; (1) Teknologi Budidaya Padi di

Pasang, (2) Penyakit Pink Eye Pada Ternak Ruminansia. Banner, 9 set: 1.

Varitas Unggul Pepaya Merah, 2. Varitas Padi Lokal Asal.

5.3.2. Pendistribusian Media

Media cetak Leaflet Serambi Pertanian, Buletin Info Teknologi Pertanian dan

poster disebarluaskan kepada pengguna yang membutuhkan. Sasaran utama

pendistribusian adalah Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura dan

Badan Ketahanan Pangan dan penyuluhan mulai dari propinsi sampai ke kabupaten.

Khusus media yang didistribusikan kepada dinas/instansi terkait di kabupaten

diharapkan dapat diteruskan kepada pengguna selanjutnya baik penyuluh maupun

petani. Media yang masih tersisa akan terus disebarkan kepada pengguna lain yang

membutuhkan, baik dari dinas/instansi, kelompok tani, BPP, mahasiswa, LSM

maupun perorangan. Disamping iitu seperti biasanya media yang diproduksi dalam

Kegiatan Pengembangan Informasi Pertanian juga didistribusikan pada saat

pameran pembangunan berlangsung.

5.4. Perpustakaan

Perpustakaan BPTP Aceh merupakan salah satu implementasi dari tupoksi

BPTP Aceh sebagai pelayanan teknologi dan penyebarluasan hasil

penelitian/pengkajian, perpustakaan ini bertujuan menyediakan bahan informasi

bagi peneliti, penyuluh dan pengguna lainnya berupa bahan tercetak maupun

elektronik untuk membantu kelancaran tugas lembaga. Sumberdaya manusia

sebanyak dua orang. Jumlah sumberdaya manusia berdasarkan pendidikan dapat

dilihat pada Tabel 14.

Page 83: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

77

Tabel 25. Sumberdaya Manusia di Perpustakaan BPTP Aceh Tahun 2018.

Nama Petugas L/P Pendidikan Mulai Tugas Th Pensiun

1. Mardhiah, Amd P D 3 Perpustakaan 1985 Des 2021

2. Suriyani Novita P SMA Biologi 2002 Nov 2034

Tenaga yang menangani perpustakaan BPTP Aceh pada tahun 2018

berdasarkan dengan jumlah ,bidang tugas dan tupoksi dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 26. Rincian Tugas Anggota Perpustakaan Tahun 2018.

No Nama Bidang Tugas Tupoksi Keterangan

1 Mardiah, Amd

NIP: 19651231

199103 2 003

Pelayanan - Mengkoordinir kegiatan

Perpustakaan

- Sirkulasi koleksi

- Melayani Peminjaman

buku/publikasi

- Membantu entri database

- Membuat penomoran buku

- menjaga kerapian buku

Pelatihan

2 Suriyani Novita

NIP: 19781108

200812 2 001

Database - Inputing data

- Pelayanan

- Sirkulasi

- Administrasi perpustakaan

- Melaksanakan entri

database

Pelatihan

Dalam menyediakan bahan informasi bagi peneliti, penyuluh dan pengguna

lainnya berbagai infrastruktur dilengkapi di perpustakaan Aceh. Uraian peralatan

perpustakaan Aceh dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 27. Infrastruktur Perpustakaan BPTP Aceh Tahun 2018

No Uraian Peralatan Lama Baru Jumlah

1 AC 2 buah - 2 buah

2 Komputer lengkap + CD/RW 6 set - 6 set

3 Lemari penitipan barang

pengunjung

1 buah - 1 buah

Lemari koleksi Publikasi Baru 2 buah - 2 buah

5 Lemari Arsip 4 buah - 4 buah

6 Locker (15-20 ruang) 2 buah - 2 buah

7 Meja Komputer 4 buah - 4 buah

8 Meja resepsionis 1 buah - 1 buah

9 Meja baca (1,40 x 0,70 cm) 10 buah - 10 buah

10 Printer 1 unit - 1 set

11 Rak koleksi buku & majalah 16 buah - 16 buah

Page 84: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

78

12 Rak Katalog 1 buah - 1 buah

13 Server 1unit - 1 unit

14 Scanner 2 unit - 2 unit

15 Televisi 21 inci 1 buah - 1 buah

16 Provider Telkomsel - 1 unit

Tabel 28. Perkembangan Database Digital Tahun 2018

No Jenis Jumlah record Keterangan

1. Database Buku 1.978 Judul

2. Database Majalah -

3. Database IPTAN 988 Abstrak

4. Database PPTAN (teknologi tepat

guna)

-

5. Database KPTAN (paket

komoditas)

-

6. Database Foto -

7. Databse EJR (Artikel luar negeri) -

8. VCD/ DVD - Koleksi

Perpustakaan

KONDISI TERKINI

Ketersediaan publikasi saat ini sampai akhir tahun 2018, perpustakaan BPTP Aceh

memiliki 8.194 koleksi, terdiri atas:

Tabel 29. Koleksi perpustakaan BPTP Aceh Tahun 2018

Jenis 2016 2017 2018

Jumlah Publikasi Jumlah Publikasi Jumlah Publikasi

Buku 4.133 4.168 4.258 Berkala Ilmiah

2.046 2.087 2.185

Berkala Lainnya

1.974 1.939 2.004

TOTAL 7.561 8.194 8.447

Page 85: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

79

PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN

Adapun data pengunjung perpustakaan di BPTP Aceh Tahun 2017 dan 2018

dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 30. Jumlah pengunjung perpustakaan BPTP Aceh 2017 dan 2018.

No Bulan Jumlah Pengunjung (Orang) 2017

Jumlah Pengunjung

(Orang) 2018

Perubahan (+,-)

1 Januari 55 85 +30

2 Februari 19 50 +31

3 Maret 49 20 -29

4 April 38 34 -4

5 Mei 39 46 +7

6 Juni 77 85 +8

7 Juli 40 76 -4

8 Agustus 45 47 +2

9 September 37 41 +4

10 Oktober 13 30 +17

11 November 21 54 +33

12 Desember 26 63 +37

T O T A L 460 631 +171

Berdasarkan Tabel 19 diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan

pengunjung perpustakaan BPTP Aceh, sebesar 27% dibandingkan dengan

pengunjung tahun 2017. Data pengunjung perpustakaan BPTP Aceh mulai Januari

s/d Desember 2018 banyak terdapat dari kalangan mahasiswa, umum, dan

penyuluh dari dinas pertanian, selebihnya adalah pengunjung dari mahasiswa/i

dari Universitas Syiah Kuala untuk membuat Surat Bebas Pustaka dan beberapa

kalangan Pegawai Dinas mencari bahan untuk pembuatan tugas makalah dan tesis

untuk penyelesaian studi strata magister (S2).

Perpustakaan menerima kembali mahasiswi magang sebanyak 2 (dua) orang

yang berasal dari Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Fakultas adab dan

Humaniora., Serah terima mahasiswi dilakukan oleh dosen pembimbing yang

bersangkutan, Pada Tanggal 6 September 2018 sampai dengan 1 November 2018

magang, dan ditambah penelitian selama sebulan mulai tanggal 2 November s/d 5

Desember 2018, Tugas yang dilakukan yaitu membantu segala aktivitas harian

perpustakaan seperti mengentry data SIMPERTAN, Membuat bundel kliping Koran,

mendokumentasikan publikasi yang masuk dan penomoran serta membuat Leaflet

promosi Perpustakaan BPTP ACEH.

Page 86: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

80

5.5. Jaringan Informasi

Salah satu jaringan informasi yang ada di BPTP Aceh sejak 1998 adalah

Internet. Email resmi yang dimiliki ada dua, yaitu [email protected] dan

[email protected]. Selain itu BPTP Aceh sejak Agustus 2007 telah

membuat website atau homepage khusus yakni www.nad.litbang.pertanian.go.id.

(Gambar 4) Untuk mengupdate homepage tersebut telah ditunjuk tim redaksi terdiri

peneliti, penyuluh dan teknisi. Dua Meskipun belum sempurna, namun website

tersebut sudah memiliki rubrikasi seperti Struktur Organisasi BPTP Aceh, SDM,

Hasil-hasil penelitian, Profil, News dan lain-lain. Dengan demikian, website ini

diharapkan menjadi media tercepat dalam mendiseminasikan hasil kegiatan dan

pengkajian kepada khalayak melalui jaringan internet.

Gambar4. Dashboard laman web BPTP Aceh

Page 87: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

81

5.6. Laboratorium

Laboratorium kimia tanah merupakan unit pelayanan dari BPTP Aceh,

berfungsi untuk melayani permintaan analisis dari para peneliti lingkup sendiri

maupun dari luar seperti perguruan tinggi, perusahaan swasta dan instansi

pemerintah lainnnya. Keberadaannya juga untuk mendukung usaha pertanian dari

para pengusaha pertanian besar maupun petani kecil.

Laboratorium kimia tanah merupakan salah satu sarana pendukung

penelitian dasar dan terapan, melayani permintaan analisis tanah, air dan pupuk

organik. Analisis tanah yang dapat dilayani oleh BPTP NAD berupa:

− Penetapan kadar air

− Penetapan pH H2O dan CaCl2 (pH tidak bisa analisis lagi karena pH meternya

rusak)

− Penetapan salinitas tanah (ECe) dengan EC meter dan ECa (dengan EM-38)

− Penetapan salinitas air (ECw)

− Penetapan Nitrogen metoda penyulingan titrimetri dan kalorimetri

− Penetapan P & K potensial (ekstrak HCl 25 %) kalorimetri

− Penetapan C-Organik metoda walkley and Black

− Penetapan Al-dd metoda tetrimetri

− Analisa N, P dan K dengan Paddy Soil Test Kit

− Penetapan tekstur tiga fraksi

Sedangkan analisis air yang dapat dilakukan baru mencakup penghitungan pH dan

EC. Analisis pupuk organik: pH, N total, C-organik, C/N, P tersedia dan K & P total.

Laboratorium kimia tanah BPTP Aceh dikelola oleh satu orang staf. Laboratorium

kimia tanah BPTP Aceh didukung oleh beberapa instrumen seperti timbangan

analitik, Spectrophotometer, Flamephotometer, Water Destilation Unit, Mikro

Kjeldalh dan EM-38. Berikut ini adalah alur/tahapan pelayan analisis kimia tanah di

BPTP Aceh (Gambar 3).

Pada tahun anggaran 2018, melalui mekanisme skim penganaan program

SMARTD, Laboratorium tanah BPTP Aceh mendapatkan alokasi anggaran sebesar

Rp.845.000, untuk pengadaan beberapa peralatan analisis tanah, yaitu atomic

absorption spectroscopy (AAS), agar analisis yang dilakukan sudah mencakup

unsure mikro tanah. Diharapkan pada tahun 2019, melalui mekanisme yang sama

dapat dilakukan penambahan peralatan analisis tanah, agar analisis tanah yang

Page 88: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

82

dilakukan oleh BPTP Aceh, menjadi lengkap, mengingat tingginya permintaan

analisis oleh beberapa perguruan tinggi dan lembaga riset di Provinsi Aceh. Selain

itu pada akhir tahun 2018, laboratorium tanah BPTP Aceh juga sedangan dilakukan

audit untuk proses sertifikasi untuk mendapatkan akreditasi laboratorium ISO/IEC

17025:2008. Tenaga teknis pendamping berasal dari tim terpadu dari Balai

Penelitian Tanah Bogor. Pada tahun 2018, lab tanah BPTP Aceh telah melakukan uji

sebanyak 164 sample, untuk analisis makro tanah.

Gambar 3. Alur Pelayanan Analisi Tanah di Laboratorium BPTP Aceh.

Pelayanan jasa

Pengisian blanko

regestrasi

Pelanggan (Bawa sampel)

Check mutu

Test 1

Analisis

Test 2

Test/Uji Sample

Pengolahan sampel

Terima di laboratorium

Hasil analisis

Selesai

Pengesahan hasil

Hasil analisis

Page 89: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

83

VI. PENUTUP

Secara organisasi, struktur organisasi dan personalia BPTP Aceh sesuai

dengan Surat Keputusan No.162/OT.310/H.12.1/2/2018 tanggal, 1 Pebruari 2018,

sebagai pengganti keputusan Kepala BPTP Aceh nomor

1674/OT.130/H.12.1/12/2017, tentang struktur organisasi BPTP Aceh berdasarkan

Peraturan Menteri Pertanian No.16/Permentan/OT.140/3/2006, Sumberdaya

manusia yang dimiliki BPTP berjumlah 92 orang. Pada TA. 2018, BPTP Aceh

melaksanakan kegiatan Pengkajian yang dilaksanakan 4 kegiatan, sedangkan

kegiatan diseminasi dan pendampingan 18 kegiatan yang tersebar di Provinsi Aceh.

TA. 2018 BPTP Aceh memperoleh alokasi dana APBN sebesar Rp 15.019.177.000,-

dengan realisasi penggunaan anggaran sebesar Rp. 14.796.973.537,- (98.5 %).

Sampai dengan akhir tahun 2018, sarana dan prasarana berupa tanah,

bangunan gedung, rumah dinas, kendaraan dinas dan peralatan yang tersebar di 3

(tiga) lokasi, yaitu Kantor BPTP Aceh di Banda Aceh, Kebun Percobaan Paya Gajah

Peureulak, Kabupaten Aceh Timur dan Kebun Percobaan Gayo Pondok Gajah

Kabupaten Bener Meriah sedangkan Kerjasama magang mahasiswa Universitas

Syiah Kuala Kota Banda Aceh, sedangkan penandatanganan kerjasama hasil

penelitian dan pengkajian dengan Universitas Malikulsaleh dan Universitas Teuku

Umar, Aceh Barat. Untuk kegiatan diseminasi yang dilakukan untuk

menyebarluaskan teknologi pertanian kepada pengguna melalui berbagai kegiatan,

media elektronik dan media cetak, sedangkan perpustakaan dan laboratorium

sebagai fasilitas untuk staf BPTP Aceh dan pihak lain yang memerlukan.

Page 90: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/LaporanBalai-2018.pdf · 2019. 11. 8. · Aceh dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk

84

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2002. Panduan Umum. Manajemen Internal dan

Komersialisasi Teknologi Pertanian dan Pengembangan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. 44 hal.

Badan Litbang Pertanian. 2003. Panduan Umum Pelaksanaan Pengkajian Serta Program Informasi, Komunikasi dan Diseminasi di BPTP. Badan Litbang Pertanian. 74 hal.

Badan Litbang Pertanian. 2006. Kumpulan Juklak dan Juknis Prima Tani. Departemen Pertanian, Badan Litbang Pertanian.

Badan Litbang Pertanian. 2003. Panduan. Penyusunan dan Mekanisme Perencanaan Program Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. 35 hal.

Badan Litbang Pertanian. 2005. Rencana Strategis Badan Litbang Pertanian 2005-2009. Departemen Pertanian, Badan Litbang Pertanian. 104 hal.

BBP2TP. 2004. Prosiding Lokakarya Sinkronisasi Program Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian. 100 hal.

BBP2TP. 2005. Prosiding Lokakarya Pertemuan Regional BPTP; Peningkatan Kinerja BPTP Dalam Rangka Mendukung Pemantapan Ketahanan Pangan, Pengembangan Agribisnis dan Peningkatan Kesejahteraan Petani. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP), Badan Litbang Pertanian. 155 hal.

BBP2TP. 2006. Pedoman Umum Pengkajian dan Diseminasi Inovasi Pertanian, Monitoring dan Evaluasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 20/ Permentan/ TU.200/3/2008 Tentang Pedoman Umum Penyusunan dan Evaluasi Proposal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Tahun 2008.