hasil kajian beberapa komoditas unggulan provinsi...

27
Success Story Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Aceh Oleh Basri A. Bakar T. Iskandar Disampaikan pada Raker Badan Litbang Pertanian Di Jakarta, 2 – 4 Desember 2010 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nanggroe Aceh Darussalam 2011

Upload: dolien

Post on 01-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

Success Story

Hasil Kajian Beberapa Komoditas UnggulanProvinsi Aceh

OlehBasri A. Bakar

T. Iskandar

Disampaikan pada Raker Badan Litbang PertanianDi Jakarta, 2 – 4 Desember 2010

Balai Pengkajian Teknologi PertanianNanggroe Aceh Darussalam2011

Page 2: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

2

Executive Summary

Selama kurun waktu 2006 – 2009, BPTP sudah berkiprah dalam melakukan tugasdan fungsinya di Provinsi Aceh berupa pengkajian/ penelitian dan diseminasi hasilpertanian, termasuk di dalamnya program strategis seperti program PengembanganUsaha Agribsinis Perdesaan (PUAP), Program Swasembada Daging Sapi (PSDS),SL-PTT Padi Sawah, Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN) dan lain-lain.Secara umum, kegiatan tersebut memberikan dampak positip bagi masyarakatmelalui penyebaran adopsi teknologi dan peningkatan pendapatan. Namun demikianada juga program yang dampaknya terbatas, karena kurang mendapat sokongan dandukungan dari pihak/ lembaga terkait baik pemerintah daerah maupun swasta.

Di antara kegiatan tersebut, ada yang dianggap berhasil, karena kehadiran BPTPtelah memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan sektor pertanian di daerahyang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Meskipun dalam hal-haltertentu sulit diukur, namun secara kasat mata, beberapa rakitan teknologi danpendampingan yang dilakukan, telah membawa dampak positip bagi arah kebijakandaerah untuk masa mendatang. Salah satu indikator keberhasilan kinerja BPTPadalah jika pemerinatah daerah secara intensif memanfaatkan BPTP untukmendukung pelaksanaan pembangunan pertanian daerah. Untuk itu programpenelitian dan pengkajian yang dilakukan harus selaras dengan kebutuhanstakeholders dan praktisi agribisnis termasuk petani. Selain itu kerjasama denganpemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/ kota menjadi hal yang pentingdan terus diupayakan.

Tujuan penulisan Success Story ini adalah menjadi bahan lesson learning untukdisebarluaskan dari hasil kegiatan pengkajian dan diseminasi Balai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP) Aceh selama kurun waktu 2006-2009 serta menjadiacuan dalam pengembangan teknologi pertanian spesifik lokasi di Provinsi Aceh.

Page 3: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

3

1. PENGEMBANGAN KOPI ARABIKA DATARANTINGGI GAYO

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia. Sejak jaman

Hindia Belanda sampai saat ini, Indonesia menjadi negara produsen kopi terbesar ke

empat setelah Brazil, Kolombia dan Vietnam.

Bagi masyarakat Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam, kopi identik dengan kehidupan, karena sebagian besar penduduk di

dua wilayah dataran tinggi ini menggantungkan hidupnya dari komoditas kopi dengan

luas areal mencapai 86.270 ha. Sekitar 85 % dari luas lahan tersebut ditanami

dengan Kopi Arabika, sedangkan sisanya ditanami Kopi Robusta. Sayangnya sejak

konflik GAM – RI yang berkepanjangan melanda Provinsi NAD (terutama periode 1998

– 2004), produksi kopi terus menurun. Kebanyakan petani membiarkan kebun

mereka tanpa rawatan, sehingga hampir 37% (31,45 ha) rusak atau tidak produktif.

Akibatnya produktivitas kopi menurun pada tingkat 400 – 500 kg/ ha, padahal

produktivitas kopi Arabika dalam bentuk beras (green coffee) dapat mencapai 2.000

kg/ ha/ tahun.

Sejak penandatangan MoU antara GAM dan RI pada 15 Agustus 2005, Aceh

mulai kondusif, sehingga petani mulai bergairah kembali mengurus tanaman kopi

dengan melakukan rehabilitasi kebun dengan cara peremajaan dan pemupukan.

Melalui kerjasama dengan berbagai pihak, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

melakukan pembinaan dan pengkajian. Salah satunya kerjasama dengan Aceh

Partnerships for Economic Development (APED) UNDP dan Pusat Penelitian Kopi dan

Kakao Jember melakukan penelitian terhadap beberapa varietas kopi yang ada di

dataran tinggi Gayo.

Perkebunan kopi yang terdapat di kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah

merupakan perkebunan kopi rakyat. Pada tahun 1990, teknologi budidaya kopi

Page 4: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

4

Arabika Organik mulai diterapkan para petani kopi di Aceh Tengah, kemudian sejak

tahun 1992 kopi Arabika Organik telah diekspor ke beberapa negara seperti Eropa,

Amerika dan Jepang melalui Perusahaan Daerah (PD) Geunap Mupakat (Gayo

Mountain Coffee). Juga beberapa perusahaan lain yang ikut serta sebagai eksportir

kopi di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah masing-masing Forestrade (Gayo

Highland Coffee) dan KUD Entan Pase (Gayo Bandar Kopi).

Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan daerah NAD yang

memberikan kontribusi nyata bagi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan

pendapatan petani. Dalam acara Duek Pakat pada bulan September 2003 di

Takengon Kabupaten Aceh Tengah yang dihadiri oleh Wakil Presiden dan para Menteri

Kabinet Gotong Royong, juga menetapkan Kopi Arabika sebagai satu komoditi

unggulan daerah.

Page 5: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

5

1.2. Permasalahan Pengembangan Kopi

a. Produktivitas masih rendah (rata-rata 460 - 700 kg/ha/ th) atau masih di bawah

potensi normal, padahal produktivitas kopi Arabika dapat mencapai 2.000

kg/ha/th.

Rendahnya produktivitas Kopi Arabika dataran tinggi Gayo ini disebabkan :

• Konflik GAM – RI di Aceh mengakibatkan petani tidak merawat kebun

kopi yang yang ada seperti pemangkasan, pembersihan kebun dan

pemupukan.

Banyak tanaman kopi usia tua dan peremajaan sulit dilakukan karena

keterbatasan modal. Bila ditargetkan secara ekstensifikasi dengan

produktivitas target tersebut hanya dapat dipenuhi dengan perluasan areal

seluas 100.000 – 120.000 ha (Karim. AB, Yardha, Tahun 2000).

• Tingginya intensitas serangan penyakit karat daun dan busuk akar karena

kurangnya perawatan.

b. Areal rusak pada sentra kopi Aceh mencapai 46,6 %, belum termasuk tanaman

menghasilkan yang kurang produktif

c. Beragamnya jenis kopi Arabika yang dikembangkan oleh petani di dataran tinggi

Gayo.

d. Kurang atau tidak tersedianya bibit kopi Arabika Gayo dari klon yang unggul

kompetitif, serta paket budidaya dan pasca panen belum diterapkan oleh petani

secara tepat.

e. Industri hilir yang kurang berkembang, sehingga ekspor umumnya dalam bentuk

produk primer.

f. Tidak tersedianya lagi pendanaan khusus untuk sektor perkebunan seperti Proyek

Rehabilitasi dan Peremajaan Tanaman Ekspor (PRPTE).

Page 6: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

6

II. KEBUN PERCOBAAN KOPI GAYO - BPTP NAD

2.1. Sejarah

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NAD meiliki 3 Kebun Percobaan

(KP) yaitu Kebun KP Lampineung Banda Aceh, KP Paya Gajah Aceh Timur dan KP

Gayo Kabupaten Bener Meriah. Khusus KP Gayo Pondok Gajah dengan fokus tanaman

kopi berlokasi sekitar 5 km dari Redelong ibukota kabupaten. Luas Kebun Percobaan

Gayo Pondok Gajah sekitar 15 hektar. Kehadiran KP Gayo, diharapkan dapat menjadi

motor penggerak dalam pengembangan teknologi kopi rakyat di dataran tinggi Gayo.

Sejarah Kebun Percobaan Kopi Gayo ini berawal dari Proyek IDAP (1978 –

1986) yaitu kerjasama Pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda

dengan pertimbangan bahwa sebagian besar kehidupan masyarakat Aceh Tengah

bergantung pada hasil tanaman kopi, namun sistem pengelolaannya masih sangat

sederhana dengan produktivitas rata-rata 400 kg kopi / ha/ th.

Setelah proyek tersebut berakhir, maka sejak tahun 1986 kegiatan pembinaan

dilanjutkan oleh Proyek PPW/ LTA-77. Di samping kegiatan pengolahan kopi, proyek

ini juga membentuk unit penyuluhan dan unit agronomi yang mengemban misi sosial

dalam pengembangan kopi rakyat di Aceh Tengah. Sejak 20 Januari 1987, proyek ini

memisahkan diri dengan nama PD Geunap Mupakat. Sejak itu pula, unit Agronomi

dan Penyuluhan berubah nama menjadi Agro Research yang bertugas melakukan

penelitian dan pengembangan Kopi Arabika di Aceh Tengah.

Selanjutnya dengan selesainya pembangunan gedung perkantoran,

laboratorium, perumahan dan fasilitas lainnya, pada tanggal 3 Maret 1992, Agro

Research tersebut diganti nama menjadi Balai Penelitian Kopi (BPK) Gayo yang

diresmikan oleh Menteri Pertanian Prof Dr Syarifuddin Baharsyah. Pada saat itu juga

ditandatangani MoU antara Pemerintah Daerah Aceh dengan Pusat Penelitian Kopi

dan Kakao Jember melalui SK No. 074/285 dan No. 01/SPK/APP/II/1992. Namun

kerjasama tersebut berakhir seiring keluarnya SK Mentan No. 789/Kpts/OT/12/1994

tanggal 13 Desember 1994 yang menyebutkan seluruh aset BPK Gayo dikelola oleh

Page 7: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

7

Departemen Pertanian. BPK Gayo dalam hal ini menjadi salah satu Instalasi BPTP NAD

dengan nama Kebun Percobaan Gayo (KP-Gayo).

2.2. Peran Kebun Percobaan Gayo

Kebun Percobaan Gayo yang secara struktur berada di bawah BPTP NAD

merupakan kebun kopi yang menyimpan koleksi plasma nutfah kopi Arabika dataran

tinggi Gayo. Pada saat ini plasma nutfah kopi di KP-Gayo terdiri atas enam klon

tanaman penaung kopi yang tahan kutu loncat dan 46 varietas kopi yang didatangkan

dari Brazil, Amerika Serikat, Thailand, Queendsland, India, Papua Nugini, Puslit Kopi

dan Kakao Jember serta dari Aceh Tengah sendiri. (Tabel 1).

Tabel 1. Plasma Nutfah Kopi Arabika di Kebun Percobaan Gayo

No Ex Varietas Jumlah(btg)

Lokasi

1.2.3.4.5.6.7.8.9.1011.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.

ThailandThailandThailandQueenslandQueenslandQueenslandQueenslandQueenslandPNGPNGPNGPNGBrazilBrazilBrazilBrazilBrazilBrazilBrazilBrazilBrazilBrazilBrazilBrazil

CH.306P.88H.528C-41C-47C-48C-49C-50NG.7468NG.7361NG.7359NG.7364C.1669-20(Cova 285)C.1669-33(Cova-1)C.3020-2(Cova- 76)C.3011-1(Cova- 141)C.1669-3(Cova- 496)C.2967-8(Cova- 1)C.2969-1(Cova- 31)C.3540-4(Cova 1996)C.3548-3(Cova 1911)C.3551-3(Cova 1667)C.1669-33(Cova2998)

2.6528.7921.9623.5294.0833.579

6694.7701.490

553964529152047402840478368705840

Lap. ILap. II-Lap. ILap. ILap. ILap. ILap. ILap. IILap. IILap. IILap. IIPDGMPDGMPDGMPDGMPDGMPDGMPDGMPDGMPDGMPDGMPDGMPDGM

Page 8: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

8

25.26.27.28.29.30.31.32.33.34.35.36.37.38.39.40.

BrazilBrazilBrazilBrazilBrazilIndiaIndiaIndonesiaIndonesiaInd (Jember)Ind (Jember)Ind (Jember)Ind (Jember)Ind (Jember)Ind (Jember)Ind (Jember)

C.3009-3(Cova 183)C.2967-4(Cova 118)Caturra RedCaturra YlwCIFC.519-3CIFC.520-3CoverySLN 9C.T.TC. JalukBP.415 ABP. 425 ABP. 426 ABP. 427 ABP. 428 ABP. 429 A

43*)*)*)*)

22723075

2.191*)*)*)*)*)*)*)

PDGMLap. IVLap. IVLap. IVLap. IVPDGMPDGMLap. ILap.II,Lap.IndukLap. IVLap. IVLap. IVLap. IVLap. IVLap. IV

Dalam rangka meningkatkan produksi kopi di kedua kabupaten tersebut, perlu

melakukan langkah-langkah sbb:

1. Memfungsikan kembali atau merenovasi KP Gayo sebagai Kebun Induk Bibit

dalam pengembangan atau penyediaan bibit kopi Arabika rakyat serta

menjadikan KP Gayo sebagai pusat penelitian kopi arabika Aceh yang harus

mendapat dukungan Pemda NAD dan Pemda Kabupaten.

2. Melakukan penelitian atau transformasi paket teknologi budidaya/ pasca panen

kopi Arabika Gayo yang spesifik.

3. Meningkatkan/ memperbanyak usaha peremajaan tanaman Kopi Arabika Gayo

oleh petani.

4. Melakukan koordinasi dengan Pemda, NGO dan Forum Kopi

5. Meningkatkan kerjasama dengan Puslit Kopi dan Kakao Jember

Tabel 3. Perkembangan Areal Produksi Tanaman Kopi Perkebunan Rakyat Kabupaten AcehTengah dan Bener Meriah (2004 – 2008)

TahunLuas Areal (ha)

Jumlah(ha)

Prod(ton)

Rata-rataProduktivitas

(kg/ha)

Jumlah Petani(KK)TBM TM TR

2004 6.503 43.670 22.382 72.555 27.448 601,5 57.330

2005 6.674 43.096 29.504 79.274 28.930 653,0 57.401

Page 9: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

9

2006 8.075 50.592 27.316 85.983 35.597 699,0 67.417

2007 5.906 57.542 22.472 85.921 40.571 699,0 67.417

2008 7.402 58.484 20.383 86.270 41.076 695,0 65.477

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Prov. NAD, 2008

Tabel 4. Realisasi Ekspor Kopi Aceh 2002-2008

TahunArabika Robusta

Volume (kg) Nilai (US $) Volume (kg) Nilai (US $)2002 10.768.720 21.059.237 64.200 45.409,45

2003 9.386.700 17.841.889 5.160 4.880,32

2004 6.619.200 13.168.312 50.700 50.700,00

2005 3.651.990 10.368.258 64.500 126.350,00

2006 6.797.620 16.890.579 258.000 601.150,00

2007 6.038.435 18.064.022 - -

2008 7.435.8 26.609.432 - -

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan UKM Prov. NAD, 2008

Tabel 5. Realisasi Ekspor Kopi Arabika oleh Eksportir di Kabupaten Bener Meriah

Tahun

Negara Tujuan (ton)

Amerika Serikat Jepang Eropa Jumlah

2004 7.080 497 1.268 8.845

2005 9.040 560 1.989 11.598

2006 14.650 875 2.123 17.648

Sumber : Aceh Dalam Angka, 2007

Page 10: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

10

III. FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN DAN

PROSPEK KOPI ARABIKA

3.1. Pengkajian dalam jangka panjang

BPTP NAD telah melaksanakan pengkajian jangka panjang mengenai Kopi

Arabika, yang dimulai sejak tahun 1996 tentang Sistem Usaha Pertanian Kopi Organik

Berwawasan Lingkungan di Kabupaten Aceh Tengah. Pengkajian ini bejalan selama 5

tahun, bertujuan untuk mengatasi permasalahan dan membantu pengembangan

sistem usaha pertanian kopi arabika organik melalui perbaikan teknologi budidaya

petani ke arah usaha agribisnis, berkelanjutan dengan memperlihatkan kaedah

konservasi dan kelestarian lingkungan. Produksi kopi Arabika di Aceh Tengah saat itu

rata-rata 600 kg/ha/th dengan kadar kotoran di atas 12%.

Introduksi paket teknologi pada pengkajian lapang dilakukan pada unit

pengkajian khusus (UPK) 50 ha, melibatkan 50 petani kooperator yang memeiliki kopi

Arabika berumur lebih 3 tahun atau sudah berproduksi. Sebagai pembanding adalah

petani non kooperator pada unit hamparan pengkajian 450 ha. Parameter yang

diamati meliputi keragaan agronomi, sosial ekonomi, kelembagaan, sarana dan

prasarana pendukung.

Hasil pengkajian (1999) menujukkan bahwa introduksi paket teknologi dapat

meningkatkan produksi kopi Arabika organik dalam bentuk geondong merah hingga

67 % lebih tinggi dari yang diperoleh petani non kooerator yang hanya 9,38 ton/ ha/

tahun. Produksi pada tahun 2000 masih terjadi kenaikan yakni 14,52 ton/ha/tahun

pada petani kooperator, sementara petani non kooperator hanya 9,95 ton/ha/tahun.

Selanjutnya pada tahn 21 bila disetai dengan pebaikan manajemen sahatani oganik,

ternyata intodksi paket teknologi tersebut dapat menaikkan produksi 16,5% (17,4

ton/ ha/tahun) lebih tinggi dibanding tahun 2000.

Berdasarkan hasil pengkajian tesebut, paket teknologi yang diadopsi dapat

dikatakan memberikan dampak yang positip tehadap penambahan pendapatan dan

kesejahteraan petani serta sesuai dan layak untuk dikembangkan di dataran tinggi

Gayo. Hal ini didukung oleh potensi lahan yang sesai, sarana dan prasarana yang

Page 11: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

11

memadai, pangsa pasar/ ekspor yang baik. Pendukung lainnya adalah sahatani kopi

oganik diminati oleh petani kopi dan mempunyai keunggulan komparatif dengan nilai

DRC 0,14.

3.2. Uji Varietas dan Citarasa

Tim Peneliti Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember dan Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam dalam kurun waktu setahun

terakhir telah melakukan penelitian untuk mendapatkan varietas kopi Arabika di

dataran tinggi Gayo yang bercitarasa tinggi yang disenangi oleh konsumen luar negeri

sebagai pangsa ekspor terbesar kopi Gayo.

Tiga varietas kopi arabika yang mempunyai citra rasa tinggi tersebut yaitu

varietas PB 88, Borbor, dan Timtim. Penelitan tersebut meupakan kerjasama BPTP

NAD dengan Aceh Partnerships for Economic Development (APED, UNDP), Puslit

dan Forum Kopi Aceh.

Penelitian dimulai sejak tahun 2007 dengan metode observasi dan

pengambilan sample sembilan varietas kopi Arabika yang ditanam oleh petani di

dataran tinggi Gayo, yakni Bergendal (varietas local, typical), S 288 (hasil seleksi di

India), Bor-bor (hasil seleksi petani), S 795 (seleksi India, diperbaiki oleh PPKKI),

Timtim (hasil seleksi KP-Gayo), C 50 (Catimor type, introduksi dari Australia), Catimor

Jaluk (hasil seleksi petani), P 88 (catimor type, introduksi dari Thailand) dan BP 542 A

(hasil seleksi PPKKI). Test citarasa baik dalam negeri maupun luar negeri (Jepang,

USA dan Australia) telah menemukan tiga varietas kopi Arabika Gayo mempunyai

citarasa tinggi yakni Timtim (pada ketinggian 1.250 m dpl), P 88 (1.400 m dpl), dan

Borbor (1.520 m dpl).

Keunggulan tiga varietas kopi tersebut dilihat dari beberapa indikator yaitu

fragrance (bau bubuk kopi), aroma (bau kopi setelah diseduh dengan air panas), body

(kekentalan), flavor (rasa) dan rasa di mulut dan kerongkongan setelah minum kopi

(after taste). Tiga varietas kopi tersebut akan mampu merebut pangsa pasar terbesar

penikmat kopi di manca negara. Hal tersebut terindikasi, dimana akhir-akhir ini pasar

kopi spesialti tumbuh pesat, khususnya di negara-negara konsumen utama.

Page 12: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

12

3.3. Faktor Internal dan eksternal

a. Faktor Geografis dan iklim

Topografi wilayah Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah sebagian besar

merupakan daerah pegunungan dengan kemiringan antara 0 – 45 %, dengan

ketinggian antara 100 – 2.500 m dpl.

Daerah ini memiliki iklim tipe tropis dengan curah hujan 1.000 – 2.500 mm/ th dan

hari hujan antara 143 – 178 hari/ tahun, dengan temperatur udara berkisar antara

18 – 32 oC dan kelembaban udara antara 30 – 86 %.

b. Faktor Teknis

Faktor teknis meliputi teknologi pembibitan dan budidaya kopi yang mudah

diadopsi oleh petani. Dalam upaya pengembangan kopi Arabika, BPTP NAD sejak

1996 telah melakukan serangkaian pengujian dan pengkajian kopi baik budidaya,

uji varietas maupun cita rasa. Melalui kerjasama BPTP NAD dengan Aceh

Partnership Economic Development (APED) dan Forum Kopi telah mengeluarkan

Buku Panduan Budidaya Kopi Arabika untuk petani.

c. Faktor Non Teknis

Meliputi kebijakan pemerintah daerah yang mendukung pengembangan kopi

Arabika, sosialisasi, penyuluhan, nilai ekonomis, sosial, budaya dsb. Tahun 2008

misalnya, Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah telah

mengeluarkan SK tentang pengembangan kopi Arabika dan melarang

pengembangan kopi Robusta. Demikian pula, pada tanggal 27 Januari 2009,

Gubernur Aceh telah mengeluarkan SK Pembentukan Tim Persiapan Pelepasan

Varietas Kopi Gayo oleh Menteri Pertanian.

3.4. Prospek Kopi Arabika Gayo

1. Kopi Arabika dataran tinggi Gayo berpeluang untuk mendapatkan

perlindungan Indikasi Geografis. Hal ini bisa dilihat dari reputasi kopi Gayo

yang sudah terkenal baik di pasar domestik maupun pasar internasonal.

Page 13: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

13

2. Beberapa kawasan di Aceh Tengah, petani sudah menanam kopi Arabika

organik, bahkan telah mendapat sertifikat dari SKAL (Asosiasi Pertanian

Organik Belanda) yang berada di bawah pembinaan BPTP NAD.

3. Kopi Gayo memiliki cita rasa yang khas, seperti hasil uji cita rasa yang

dilakukan oleh salah seorang cupper Christopher Davidson. Ia menyatakan

bahwa kopi Gayo memiliki keunikan tersendiri yang tidak terdapat pada jenis

kopi lainnya. Keunikan kopi Gayo ini dikenal dengan istilah “heavy body and

light acidity” yakni sensasi rasa keras saat kopi diteguk dan aroma yang

menggugah semangat.

4. Faktor geografis dataran tinggi Gayo dan pengetahuan tradisional masyarakat

dalammengolah kopi menjadi peluang yang sangat besar untuk mendapatkan

setifikat IG.

3.4. Bor-bor Juara Tiga Nasional Uji Fisik dan Cita Rasa

Dalam Kontes Kopi Spesialti yang digelar Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia

(AEKI) kerjasama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember Indonesia yang

berlangsung Oktober 2008 di Jakarta, Kopi Borbor keluar sebagai Juara Ketiga. Kontes

tersebut diikuti puluhan kopi jenis Arabika Spesialti Indonesia dengan parameter yang

digunakan uji fisik dan citarasa.

Untuk melayani permintaan para petani, saat ini Kebun Percobaan (KP) Gayo

yang berada di bawah BPTP NAD bekerjasama dengan NGO Mamamia dan BRR

sedang melakukan pembibitan Kopi sebanyak 400.000 bibit terdiri dari varietas Timtim

dan Ateng Super. Kerjasama ini sudah berlangsung enam bulan lalu, dan sekarang

siap disalurkan kepada petani. Tahun 2009, KP Gayo merencanakan melakukan

pembibitan varietas Borbor yang menjadi andalan petani saat ini.

Program pengembangan bibit kopi arabika terus berjalan di Kabupaten Aceh

Tengah dan Bener Meriah, hal ini terlihat dari terus diupayakannya kerjasama oleh

berbagai pihak dengan Kebun Percobaan Gayo (KP Gayo). Saat ini tengah berjalan

Page 14: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

14

kerjasama antara NGO Belanda, MAMAMIA dengan KP Gayo dalam upaya

pengembangan bibit kopi arabika sebanyak 200.000 batang.

Kesepakatan ini telah dimulai sejak bulan Nopember 2007, dimana MAMAMIA

meminta KP Gayo untuk menjadi penyedia bibit kopi Arabika yang benar-benar

bermutu sesuai dengan persyaratan teknis untuk diserahkan kepada para petani

korban konflik di daerah ini. Program ini memang bertujuan untuk memberdayakan

kembali kebun-kebun kopi milik petani yang telah lama mereka tinggal akibat dampak

konflik yang berkepanjangan.

3.5. Pelepasan Varietas

Setelah melalui pengkajian yang mendalam disertai persyaratan yang

ditetapkan, BPTP Aceh bekerjasama dengan APED-UNDP dan Puslit Kopi Kakao

Jember, telah menemukan 3 (tiga) varietas unggul kopi yang adaptif yakni Bor-bor,

Tim Tim dan P-88. Ketiga varietas tersebut telah dijadikan sebagai varietas unggul

yang wajib dikembangkan oleh pemerintah daerah dan petani. Hal ini didasarkan

pada pertimbangan cita rasa dan diminati oleh pasar luar negeri.

Untuk mendapatkan legalitas dalam pengembangan bibit kopi unggul, ketiga

varietas tersebut akan diusulkan sebagai unggulan kopi nasional melalui seminar

pelepasan varietas yang dilaksanakan pada 30 November 2010 di Direktorat Jenderal

Perkenbunan Kementerian Jakarta.

3.6. Dukungan yang Diharapkan

Dukungan yang diharapkan dalam upaya pengembangan Kopi Arabika di masa

mendatang adalah :

- Dukungan Puslit Kopi dan Kakao Jember dalam bentuk kerjasama

pengkajian teknologi adaptif.

Page 15: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

15

- Dukungan Pemda NAD, Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah

untuk pembentukan KP Gayo menjadi pusat Penelitian kopi Arabika di

Aceh.

- Dukungan Perbankan untuk modal kegiatan peremajaan

- Dukungan lembaga penyuluhan

- Dukungan infra struktur seperti akses jalan dan palabuhan ekspor

- Dukungan kebijakan ekspor

Page 16: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

16

Lampiran 1. Pengkajian Kopi yang dilakukan BPTP NAD

No. Judul Pengkajian Tahun1 Pengkajian SUP Kopi Organik Berwawasan Lingkungan 19962 Pengkajian SUP Kopi Organik Berwawasan Agribisnis 19973 Pengkajian Usaha Pertanian Kopi Organik Berbasis

Ekoregional lahan kering1998 - 2001

4 Pengkajian Sistem Usahatani Kopi Orgaik BerwawasanLingkungan di Dataran Tinggi Gayo

2006

5 Pengkajian Sistem Usahatani Kopi Organik Spesifik Lokasidi Provinsi NAD

2007

6 Uji fisik dan citarasa Beberapa Varietas Arabika DataranTinggi Gayo

2007 - 2008

7 Pengkajian Perbaikan Budidaya Kopi Arabika (Kopi Gayo)Spesifik Lokasi melalui Teknologi Pembibitan Varietas KopiBor-Bor dan P-88 dengan Kapasitas 20.000 BibitMeningkatkan 20% Produktivitas Kopi gayo SpesifikLokasi

2009

Lampiran 2. Kerjasama dengan Unsyiah

No Judul Pengkajian Tahun

1. Pengembangan Kopi Arabika di Aceh Tengah:Ketersediaan dan Kesesuaian Lahan

1998

2. Pengembangan Kopi Arabika Organik di Aceh Tengah:Potensi Ketersediaan Pupuk Organik dari Bahan BakuLokal

1999

3. Analisis Margin Tataniaga Kopi Arabika Organik di AcehTengah Daerah Istimewa Aceh

1999

4. Metode Pelaksanaan karakterisasi Wilayah untukPengkajian Kopi Organik di Aceh Tengah

1999

5. Analisis Keunggulan Komparatif Usahatani Kopi ArabikaOrganik di Daerah Istimewa Aceh (1999)

1999

6. Pengaruh Kompos Kulit Kopi terhadap PerbaikanKomposisi Hara dan Produksi tanaman Kopi Dewasa padaTanah Berkapur Burni Bius Aceh Tengah

2001

7. Kajian Kesuburan Tanah Andosol Kebun Kopi Arabika diAceh Tengah (Syarat Dasar pengembangan Kopi Arabika)

2001

Page 17: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

17

2. Pengembangan Kedelai Kipas Merah

Kedelai merupakan komoditi unggulan di Provinsi Aceh di samping padi sawah.

Daerah sentra produksi kedelai terdapat di Kabupaten Bireuen, Pidie, Aceh Tamiang,

Aceh Utara dan Aceh Timur. Petani menanam kedelai di lahan sawah dan di lahan

kering. Pada lahan sawah kedelai ditanam setelah panen padi sawah pada bulan

Maret dan panen pada bulan Juni. Pada lahan kering kedelai ditanam sepanjang

tahun.

Sejak tahun 1997 terjadi peningkatan rata-rata produktivitas kedelai di Aceh

dari 1,2 ton/ha menjadi 1,5 ton /ha di tingkat petani. Di tingkat penelitian yang

dilakukan oleh BPTP NAD produktivitas dapat dicapai 2,0 – 2,5 ton/ha dengan

adanya varietas unggul baru yang dikembangkan oleh BPTP NAD seperti :

Burangrang, Kaba, Tanggamus dan Ijen.

Sejak konflik melanda Provinsi Aceh dari tahun 1998 sampai 2005 produksi

kedelai di Aceh menurun drastis, karena petani banyak tidak menanam kedelai

terutama di gunung/ lahan kering. Setelah terciptanya perdamaian di Provinsi Aceh

pada tahun 2005, petani mulai menanam kedelai baik di lahan kering maupun di

sawah setelah panen padi rendengan.

Dalam upaya pengembangan dan peningkatan produktivitas kedelai di Provinsi

Aceh, BPTP Aceh telah melakukan pengkajian-pengkajian di lapangan terutama pada

Page 18: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

18

daerah sentra produksi kedelai dengan menerapkan teknologi PTT yang meliputi (1)

menggunakan varietas unggul baru (seperti Anjasmoro, Kipas merah, Grobogan,

Panderman dan Burangrang), (2) benih bermutu dan berlabel, (3) populasi tanaman,

(4) pembuatan saluran drainase, (5) pengendalian OPT, (6) pemupukan berimbang,

(7) perlakuan benih dengan rhizobium, (8) pemberian pupuk organik.

Dari hasil pengkajian diperoleh bahwa varietas Kipas Merah dan Anjasmorococok dikembangkan di Provinsi Aceh dengan hasil dapat mencapai 3 ton/ha bila

ditanam pada bulan Maret, panen bulan Juni. Penanaman pada bulan Juli, panen

bulan Oktober hasilnya lebih rendah (1,6 – 2,0 ton/ha) baik di lahan kering maupun di

lahan sawah.

Page 19: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

19

3. Penangkaran Benih Kentang Bermutu

Kentang merupakan komoditas yang sangat prospektif dan potensial untuk

dikembangkan di Provinsi Aceh. Saat ini kentang menjadi bahan industri bahan

makanan olahan berupa keripik kentang dan chip, makanan setengah jadi berupa pati

kentang, tepung, kentang kering, kentang beku dan kentang kaleng serta bahan

industri non makanan yakni pengolahan wol, kain sutera dan pembuat cat.

Kebutuhan masyarakat terhadap kentang tampaknya akan terus meningkat.

Menurut analisis Bank Dunia, proyeksi peningkatan permintaan sayuran 2010 – 2015

rata-rata 3,6% - 5% per tahun. Kentang sangat berperan dalam diversifikasi menu dan

sangat fleksibel untuk diolah menjadi berbagai jenis makanan siap saji (fast food).

Pada tahun 2008 luas pertanaman kentang di Provinsi Aceh tercatat 1.230 ha,

dengan produksi mencapai 170.460 ton, sehingga diperkirakan kebutuhan bibit

kentang untuk areal seluas tersebut mencapai 1.845 ton, dengan asumsi jumlah

kebutuhan benih 1,5 ton/ha.

Pengkajian ini merupakan kegiatan lapangan (On-Farm Research),

dilaksanakan dengan mengutamakan unsur partisipatif dan kemitraan antara peneliti/

pengkaji, penyuluh lapangan, petani dan pengguna lainnya. Dalam pelaksanaannya

tentunya melibatkan instansi terkait antara lain : Dinas Pertanian Kabupaten Bener

Meriah, BPP Kecamatan, Aparat Desa dan lain-lain.

Pengkajian dilaksanakan di Desa Delung Asli Kecamatan Bukit Kabupaten

Bener Meriah (2008) dan Desa Wih Ilang Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh

Tengah (2009) dengan ketinggian 1.611 m dpl serta titik koordinat N 040.29”.557’ dan

E 960.47”.165’. Luas lahan di desa ini ± 1.500 ha dengan jenis tanah umumnya

podsolid.

Jumlah petani kooperator 3 (tiga) orang masing-masing lokasi dengan luas lahan

masing-masing petani kooperator 0,20 ha dengan jumlah bibit masing-masing

sebanyak 250 kg varietas Granola bersertifikat G-4 dan 1 (satu) lokasi berada pada

Kebun Percobaan Pondok Gajah Kabupaten Bener Meriah. Pada lokasi petani

(3 lokasi) bertujuan untuk produksi dengan teknologi pemupukan yang berbasis pupuk

organik limbah kulit kopi dan berbagai dosis pupuk anorganik.

Page 20: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

20

Bibit kentang di pasaran umumnya berasal dari Berastagi Sumatera Utara,

Sumatera Barat, dan Pengalengan Jawa Barat. Oleh karena itu potensi kentang di

Provinsi Aceh dihadapkan pada dua pilihan, yakni menggunakan bibit yang berasal

dari tanaman petani sendiri dengan harga lebih murah tetapi membutuhkan input lebih

tinggi karena tanaman lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit lebih tinggi,

atau menggunakan bibit berasal dari penangkar dengan harga lebih mahal, akan

tetapi lebih tahan terhadap hama dan penyakit, serta produksi lebih tinggi.

Kegiatan yang dilakukan meliputi pembinaan/ pelatihan dan kegiatan

penangkaran di lapangan, dilaksanakan dengan mengutamakan unsur partisipatif dan

kemitraan antara pengkaji, penyuluh lapangan dan petani koperator. Dalam

pelaksanaannya melibatkan instansi terkait, Dinas Pertanian Kabupaten, Badan

Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten, BPP Kecamatan dan Aparat desa

lainnya.

Page 21: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

21

Tabel 1. Deskripsi perakitan Teknologi introduksi pada pemberdayaan kelompok tanisebagai penangkar benih kentang.

No KomponenTeknologi Uraian

1 Lahan Tegalan2 Pengolahan tanah 2 kali traktor dan 1 kali pacul/ratakan3 Bedengan Lebar 50 cm, panjang tergantung lahan, tinggi 60 cm

untuk lahan sawah, 30 cm untuk lahan tegalan.4 Varietas Granola, Margahayu dari Balai Penelitian Sayuran.5 Asal bibit Kultur jaringan/penangkar G3=Granola6 Ukuran bibit 30 – 40 gram/knol/umbi7 Cara tanam Tanpa lobang (musim Hujan)8 Jarak tanam 50 cm x 30 cm9 Bokasi Limbah kopi

3 perlakuan300 gram/rumpun, diberikan saat tanamPaket A Tanpa Penambahan Pupuk (kontrol)Paket B penambahan Urea 2 kg/ ton komposPaket C Penambahan NPK 2 kg/ton kompos

10 Pemeliharaan Pembubunan Fungisida

- Antracol, Dithane- M45 Velimex,

Ridomil MZ Insektisida

- Curacron,Marshal, Padan,Confidor,dll

Citowet(perekat)

Dilakukan saat pemupukan ke 2/penyiangan

Dosis anjuran, disemprot mulai umur 3 minggu setelahtanaman, dengan interval 7 hari sekali

Disemprot mulai umur 3 minggu setelah tanam denganinterval waktu 7 hari sekali

11 Perlakuan tanaman Umur 80 hari setelah tanam daun dipangkas agar cepatkering bertujuan terhindar dari hama/penyakit danumbinya cepat matang

12 Panen Umur 100 hari setelah tanam/disesuaikan dengankondisi lapangan

13 Pasca panen Setelah panen dibiarkan beberapa hari di ruangan agartanah yang melekat pada umbi kering dan jatuh

14 Penyimpanan benih Dibuat rak dengan ventilasi udara baik/denganperlakuan

Pembuatan Pupuk OrganikProses pembuatan pupuk kompos dilakukan 1 – 2 bulan sebelum pemakaian.

pupuk organik limbah kulit kopi dan pupuk kandang abu sekam padi difermentasi

dengan menggunakan EM-4.

Page 22: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

22

Tabel 2. Tanggap Berbagai Komposisi Pupuk Kompos

Paket Pemupukan Jumlahumbi

Jumlahumbi

konsumsi

Jumlahumbi bibit

A = Kompos + 2 kg Urea 11,80 1,17 10,63B = Kompos + 2 kg NPK 13,60 1,56 11,04C = Kompos + 0 kg pupuk 12,43 1,57 10,86

Pada tabel di atas terlihat bahwa perimbangan antara pemberian pupuk

organik dan pupuk anorganik sudah cukup baik dalam menekan jumlah umbi

konsumsi per rumpun, hal ini sangat penting karena tujuan kegiatan adalah untuk

menghasilkan bibit kentang bermutu.

Pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik tanah, dapat digunakan sebagai

sumber kimia di dalam tanah yang sangat penting artinya dalam memberikan tingkat

kesuburan tanah. Pemberian pupuk organik dapat dipertahankan pada tingkat yang

lebih tinggi dan juga harus dianggap sebagai sumber Nitrogen dan hingga tingkat

tertentu sebagai sumber P dan K. Demikian juga tambahan pupuk anorganik berupa

pupuk Urea, ZA, SP-36, KCl dan NPK juga cukup membantu dalam upaya

memperkaya pupuk organik dalam hal kandungan unsur hara terutama unsur makro.

Page 23: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

23

Tabel 3. Dosis, waktu dan cara pemberian pupuk pengkajian kentang tahun 2009

Jenispupuk

Dosis/ha(kg)

Dosis pupuk per tanaman ( gram) Total/tanaman(gram)

Cara pemberianSaattanam

Susulan

35 hst 55 hst

Paket A

Kompos 10.000 500.0 - - 500.0 tabur/melingkar

Z A 150 2.0 2.0 2.0 6.0 tabur/melingkar

Urea 100 1.3 1.3 1.3 4.0 tabur/melingkar

SP - 36 200 8.0 - - 8.0 tabur/melingkar

KCL 300 6.0 - 6.0 12.0 tabur/melingkar

Paket B

Kompos 10.000 500.0 - - 500.0 tabur/melingkar

NPK 250 5.0 - 5.0 10.0 tabur/melingkar

(NK) 250 5.0 - 5.0 10.0 tabur/melingkar

Paket C

Kompos 10.000 500.0 - - 500.0 tabur/melingkar

NPK Cair 407 2.5 5.0 5.0 16.3 100 ml/tanaman(1 kg/40 ltr air) (1kg/20 ltr air) (1kg/20 ltr air)

Bahan baku pupuk organik adalah bahan-bahan yang tersedia di lokasi

pengkajian. Bahan baku kompos adalah : limbah kulit kopi, pupuk kandang, abu

sekam padi difermentasi dengan menggunakan EM-4. Komposisi pupuk kompos

limbah kulit kopi adalah sebagai berikut :

Page 24: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

24

Tabel 4. Komposisi Pupuk Kompos Limbah Kopi pada Pengkajian kentang.

Bahan Komposisi / tonkompos (%)

Kebutuhan/ ha(10 ton)kompos (kg) Ket

Limbah kulit kopi 50 5.000

Pupuk kandang 20 2.000

Abu sekam padi/kopi 30 3.000

Gula merah 1 kg/ton 10

EM - 4 1 kg/ton 10

Produktivitas Meningkat

Produktivitas merupakan hasil akhir dari sebuah kegiatan pengkajian dilapangan.

Produksi per hektar masing-masing paket terlihat bahwa pemberian kombinasi pupuk

organik dan anorganik yang menghasilkan produksi tertinggi adalah paket B (pupuk

kompos 10.000 kg/ha + NPK 250 kg/ha + NK 250 kg/ha) yaitu 31,81 ton/ha yang

diikuti oleh paket C (pupuk kompos 10.000 kg/ha + NPK yang dicairkan sebanyak 407

kg/ha) sebanyak 28,55 ton/ha dan tidak berbeda secara nyata pada taraf 0,05 %,

tetapi berbeda nyata dengan Paket A (pupuk kompos 10.000 kg/ha + ZA 150 kg/ha

+Urea 100 kg/ha + SP-36 200 kg/ha + KCl 300 kg/ha) yaitu 24,30 ton/ha.

Tabel 5. Tanggapan Berbagai Komposisi Pupuk Terhadap Produktivias Kentang per

Hektar.

Page 25: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

25

Paket Jenis Pupuk Dosis/ ha (kg) Produksi/ha(ton)

Paket A

KomposZAUreaSP-36KCl

10.000150100200300

24,30

Paket BKomposNPKNK

10.000250250

31,81

Paket C KomposNPK Cair

10.000407

28,55

3. Inovasi Penggunaan Benih Padi Berkualitas pada LahanSawah Irigasi

Provinsi Aceh merupakan daerah agraris dan juga merupakan salah satu

daerah lumbung pangan yang mendukung program pemerintah di bidang peningkatan

persediaan beras nasional. Upaya peningkatan persediaan beras nasional tidak

terlepas dari upaya peningkatan produktivitas padi pada daerah sentra produksi. Bagi

sebagian masyarakat umum ketergantungan terhadap beras adalah merupakan suatu

hal yang tidak dapat tergantikan dengan komoditi, hal ini karena beras merupakan

merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyrakat di Indonesia.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh merupakan salah satu UPT

Badan Litbang Pertanian yang mempunyai tupoksi melakukan pengkajian dan

diseminasi hasil teknologi pertanian, khususnya terhadap upaya perbaikan

produktivitas komoditi padi di Aceh. Biasanya padi akan tumbuh dan berproduksi

dengan baik apabila benih yang digunakan berasal dari benih yang berkualitas. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa penggunaan benih berkualitas dapat meningkatkan

produksi padi mencapai 20 %, apabila faktor lain dalam keadaan normal.

Sejak tahun 2007, BPTP Aceh telah memperkenalkan beberapa varietas

unggul padi pada beberapa wilayah di Provinsi Aceh di antaranya Aceh Utara, Pidie

Jaya, Pidie, Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan. Pengenalan beberapa varietas

Page 26: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

26

unggul padi ini dilakukan melalui kegiatan demplot PTT padi sawah dan kegiatan

perbanyakan benih/ bibit mendukung kegiatan SL-PTT.

Inovasi TeknologiPenerapan inovasi teknologi penggunaan benih berkualitas pada beberapa

kabupaten di Provinsi Aceh telah membawa perubahan terhadap peningkatan

produktivitas padi, perilaku petani serta tambahan pendapatan usahatani, sehingga

sampai dengan tahun 2010 luas areal pembinaan ini telah mencapai 27 ha.

Adapun inovasi teknologi yang diterapkan adalah penggunaan benih

berkualitas dan penanaman sistem legowo. Penerapan sistem legowo awalnya

mendapat tantangan yang cukup berat dari anggota kelompok tani, karena sistem ini

dianggap tidak efisien dan banyak memakan tempat, sehingga populasi tanaman

menjadi berkurang, Padahal tidak demikian, karena sistem ini dapat menambah

jumlah populasi per satuan luasnya.

Tahun 2007Kegiatan demplot PTT tahun 2007 dilakukan pada tiga kabupaten yaitu

Kecamatan Muara Satu Kabupaten Aceh Utara, Kecamatan Ulim Pidie Jaya dan

Kecamatan Manggeng dan Tangan-Tangan Aceh Barat Daya. Varietas yang di

kembangkan adalah Hipa-3, Hipa-4, Rokan, Ciherang, Cigeulis, Ciapus, Batang Gadis

dan Mekongga. Sebelumnya varietas ini tidak dikenal di kalangan petani, tetapi

setelah adanya kegiatan SL-PTT ini petani telah mengenal adanya beberapa varietas

baru dan karakteristiknya. Dari beberapa varietas yang diperkenalkan, hasil yang

tertinggi dijumpai pada varietas Maro dengan rata-rata produksi mencapai 7,84 t/ha,

diperoleh pada lokasi Kabupaten Aceh Barat Daya.

Tahun 2008Pengembangan benih berkualitas pada tahun 2008 dilakukan melalui kegiatan

perbanyakan benih/ bibit. Kegiatan ini dilakukan pada tiga kabupaten yaitu;

Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar seluas 10 ha (42 petani), Kecamatan

Sakti Kabupaten Pidie, seluas 8 ha (38 petani) dan Kecamatan Manggeng, Tangan-

Page 27: Hasil Kajian Beberapa Komoditas Unggulan Provinsi Acehnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Successtory-bptpaceh... · Kopi Arabika merupakan salah satu komoditi unggulan

27

Tangan dan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya, seluas 3 ha (30 petani). Adapun

jenis varietas yang dikembangkan adalah Krueng Aceh, Ciherang dan Mira-1. Hasil

unbinan dari ketiga jenis varietas yang dikembangkan ini terlihat bahwa Varietas

Ciherang menujukkan hasil yang tertinggi yaitu mencapai 7,8 t/ha.

Tahun 2009Pengembangan benih berkualitas pada tahun 2009 juga dilakukan melalui

kegiatan perbanyakan benih/ bibit. Kegiatan ini dilakukan pada tiga kabupaten yaitu;

Kecamatan Meurah Dua Kabupaten Pidie Jaya, seluas 10 ha (39 petani), Kecamatan

Sakti Kabupaten Pidie seluas 8 ha (48 petani) dan Kecamatan Manggeng, Tangan-

Tangan dan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya, seluas 5 ha (37 petani). Adapun

jenis varietas yang dikembangkan adalah Krueng Aceh, Ciherang dan Mira-1. Dari ke

tiga jenis varietas yang dikembangkan ini terlihat bahwa Varietas Ciherang

menujukkan hasil yang tertinggi yaitu mencapai 7,8 t/ha, hasil ini diperoleh

berdasarkan hasil ubinan.

Dampak Inovasi TeknologiInovasi teknologi yang diterapkan selalu menghasilkan dampakbaik negatif

maupun positif. Biasanya dampak ini terlihat pada musim tanam berikutnya, karena

pihak BPTP tidak lagi memberikan bantuan saprodi, sehingga dapat dinilai apakah

petani masih mau mengikuti teknologi yang kita anjurkan atau ditinggalkan.

Dari hasil pemantauan tim monitoring dan evaluasi bahwa dampak teknologi,

yang banyak dilanjutkan oleh petani adalah tentang penggunaan varietas berkualitas.

Hal ini terlihat bahwa petani akan melanjutkan penanaman benih tersebut pada

musim tanam berikutnya dengan jumlah petani yang semakin banyak. Sebagai salah

satu contoh kegiatan perbanyakan benih/ bibit di lokasi Kaupaten Aceh Barat Daya

mulai tahun 2008 dan 2009 luas pembinaan 8 ha dengan jumlah petani 37 orang,

maka untuk tahun 2010 ini luas kegiatan ini telah mencapai 30 ha dengan jumlah

petani mencapai 95 orang.