bakteriologi

25
MAKALAH PARASITILOGI DAN MIKROBIOLOGI OLEH: HARLINA 12.1101.176 F-12 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR

Upload: dias-insani

Post on 26-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

BAKTERIOLOGI

TRANSCRIPT

MAKALAH PARASITILOGI DAN MIKROBIOLOGI

OLEH:HARLINA 12.1101.176F-12

FAKULTAS ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS INDONESIA TIMURMAKASSAR2013KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin......Puji dan syukur terucap hanya pada Allah SWT yang Maha Esa atas Ridhonya akhirnya saya dapat menyelesaikan Makalah mikrobiologi dan parasitologi,Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan sahabatnya, serta seluruh umat yang senantiasa taat dalam menjalankan syariatnya.Bila dalam penyampaian makalah ini ditemukan hal-hal yang tidak berkenan bagi pembaca, dengan segala kerendahan hati saya mohon maaf yang setulusnya.Kritik dan saran dari pembaca sebagai koreksi sangat saya harapkan untuk perbaikan makala ini kedepa. Semoga tafik, hidayat dan rahmat senantiasa menyertai kita semua menuju terciptanya keridhoan Allah SWT.

Amin ya Robbal Alamin......

MAKASSAR 2013

BAB 1PENDAHULUANMIKROBIOLOGIInfluenza atau biasa disebut "flu", merupakan penyakit tertua dan paling sering didapat pada manusia.Influenza juga merupakan salah satu penyakit yang mematikan.Penyakit influenza pertama kali diperkenalkan oleh Hipocrates pada 412 sebelum Masehi.Pandemi pertama yang terdokumentasi dengan baik muncul pada 1580, dimana muncul dari Asia dan meyebar ke Eropa melalui Africa. Sampai saat ini telah terdokumentasi sebanyak 31 kemungkinan terjadinya pandemi influenza dan empat di antaranya terjadi pada abad ini yakni pada 1918 (Spanish flu) yang menyebabkan 50-100 juta kematian oleh virus influenza A subtipe H1N1, 1957 (Asia flu) yang meyebabkan 1-1,5 juta kematian oleh virus influeza A subtipe H2N2, dan 1968 (Hongkong flu) yang menyebabkan 1 juta kematian oleh virus ifluenza A subtipe H3N2. Penyakit tersebut hingga saat ini masih mempengaruhi sebagian besar populasi manusia setiap tahun.Virus influenza mudah bermutasi dengan cepat, bahkan seringkali memproduksi strain baru di mana manusia tidak mempunyai imunitas terhadapnya.Ketika keadaan ini terjadi, mortalitas influenza berkembang sangat cepat.Di Amerika Serikat epidemi influenza yang biasanya muncul setiap tahun pada musim dingin atau salju menyebabkan rata-rata hampir 20.000 kematian. Sedangkan di Indonesia atau di negara-negara tropis pada umumnya kejadian wabah influenza dapat terjadi sepanjang tahun dan puncaknya akan terjadi pada bulan Juli.Karena sifat-sifat materi genetiknya, virus influenza dapat mengalami evolusi dan adaptasi yang cepat, dapat melewati barier spesies dan menyebabkan pandemic pada manusia. Burung air liar dan itik menjadi sumber virus yang potensial sebagai pemicu pandemi di Indonesia. Sedangkan ternak babi berperan sebagai tempat reassortment virus avian influenza (VAI) dengan virus human influenza. Burung puyuh dapat juga menjadi tempat reassortment dari VAI asal berbagai burung yang dijual di pasar burung. Sementara peternakan unggas menyediakan hewan peka dalam jumlah yang banyak yang memungkinkan VAI mengalami evolusi yang cepat. Suatu Rencana Gawat Influenza diusulkan untuk segera dikembangkan.WHO menyatakan bahwa awal tahun 2006 ini merupakan saat terdekat terjadinya pandemi flu sejak pandemi terakhir tahun 1968. Data yang ada menunjukkan bahwa wabah avian influenza hanya kurang satu syarat lagi untuk menjadi calon pandemi, yaitu belum ditemukan bukti penularan antarmanusia di masyarakat. Pengalaman masa lalu, pandemi tahun 1918, misalnya, menunjukkan bahwa korban manusia dapat sampai puluhan juta orang.Diseluruh dunia hingga April 2007 terdapat 172 kasus flu burung yang terkonfirmasi.Seperti dapat terlihat dari laporan WHO kasus terbanyak di Vietnam (93 kasus) dan Indonesia menduduki peringkat ke-2 dengan 81 kasus namun jumlah kematian di Indonesia yang tertinggi, yaitu 63 dari 81 kasus.

PEMBAHASAN

A. DefinisiInfluenza yang dikenal sebagai flu adalah penyakit pernapasan yang sangat menular dan disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan bisa juga C.Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan terutama ditandai oleh demam, menggigil, sakit otot, sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk non produktif.Influenza adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang burung dan mamalia yang disebabkan oleh virus RNA famili orthomyxoviridae.

B. Epidemiologi Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di lingkungan masyarakat.Walaupun ringan penyakit ini tetap berbahaya untuk mereka yang berusia sangat muda dan orang dewasa dengan fungsi kardiopulmoner yang terbatas.Juga pasien yang berusia lanjut dengan penyakit ginjal kronik atau ganggugan metabolik endokrin dapat meninggal akibat penyakit yang dikenal tidak berbahaya ini.Serangan penyakit ini tercatat paling tinggi pada musim dingin di negara beriklim dingin dan pada waktu musim hujan di negara tropik.Pada saat ini sudah diketahui bahwa pada umumnya dunia dilanda pandemi oleh influenza 2-3 tahun sekali.Jumlah kematian pada pandemi ini dapat mencapai puluhan ribu orang dan jauh lebih tinggi dari pada angka-angka pada keadaan non-epidemik. Risiko komplikasi, kesakitan, dan kematian influenza lebih tinggi pada individu di atas 65 tahun, anak-anak usia muda, dan individu dengan penyakit-penyakit tertentu. Pada anak-anak usia 0-4 tahun, yang berisiko tinggi komplikasi angka morbiditasnya adalah 500/100.000 dan yang tidak berisiko tinggi adalah 100/100.000 populasi. Pada epidemi influenza 1969-1970 hingga 1994-1995, diperkirakan jumlah penderita influenza yang masuk rumah sakit 16.000 sampai 220.000/epidemik.Kematian influenza dapat terjadi karena pneumonia dan juga eksaserbasi kardiopulmoner serta penyakit kronis lainnya. Penelitian di Amerika dari 19 musim influenza diperkirakan kematian yang berkaitan influenza kurang lebih 30 hingga lebih dari 150 kematian / 100.000 penderita dengan usia > 65 tahun. Lebih dari 90% kematian yang disebabkan oleh pneumonia dan influenza terjadi pada penderita usia lanjut.Di Indonesia telah ditemukan kasus flu burung pada manusia, dengan demikian Indonesia merupakan negara ke lima di Asia setelah Hongkong, Thailand, Vietnam dan Kamboja yang terkena flu burung pada manusia. Hingga 5 Agustus 2005, WHO melaporkan 112 kasus A (H5N1) pada manusia yang terbukti secara pemeriksaan mikrobiologi berupa biakan atau PCR. Kasus terbanyak dari Vietnam, disusul Thailand, Kamboja dan terakhir Indonesia.Hingga Agustus 2005, sudah jutaan ternak mati akibat avian influenza.Sudah terjadi ribuan kontak antar petugas peternak dengan unggas yang terkena wabah.Ternyata kasus avian influenza pada manusia yang terkonfirmasi hanya sedikit diatas seratus.Dengan demikian walau terbukti adanya penularan dari unggas ke manusia, proses ini tidak terjadi dengan mudah.Terlebih lagi penularan antar manusia, kemungkinan terjadinya lebih kecil lagi.

C. Etiologi Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B dan C. Ketiga tipe ini dapat dibedakan dengan complement fixasion testTipe A merupakan virus penyebab influenza yang bersifat epidemik. Tipe B biasanya hanya menyebabkan penyakit yang lebih ringan dari tipe A dan kadang-kadang saja sampai mengakibatkan epidemi. Tipe C adalah tipe yang diragukan patogenitasnya untuk manusia, mungkin hanya menyebabkan gangguan ringan saja. Virus penyebab influenza merupakan suatu orthomixoviruSgolongan RNA dan berdasarkan namanya sudah jelas bahwa virus ini mempunyai afinitas untuk myxoatau musin.Virus influenza A dibedakan menjadi banyak subtipe berdasarkan tanda berupa tonjolan protein pada permukaan sel virus. Ada 2 protein petanda virus influenza A yaitu protein hemaglutinin dilambangkan dengan H dan protein neuraminidase dilambangkan dengan N. Ada 15 macam protein H, H1 hingga H15, sedangkan N terdiri dari sembilan macam, N1 hingga N9. Kombinasi dari kedua protein ini bisa menghasilkan banyak sekali varian subtipe dari virus influenza tipe A.Semua subtipe dari virus influenza A ini dapat menginfeksi unggas yang merupakan pejamu alaminya, sehingga virus influenza tipe A disebut juga sebagai avian influenzaatau flu burung. Sebagian virus influenza A juga menyerang manusia, anjing, kuda dan babi. Variasi virus ini sering dinamai dengan hewan yang terserang, seperti flu burung, flu manusia, flu babi, flu kuda dan flu anjing.Subtipe yang lazim dijumpai pada manusia adalah dari kelompok H1, H2, H3 serta N1, N2 dan disebut human influenza.

Sekarang ini dihebohkan dengan penyakit flu burung atau avian influenza dimana penyebabnya adalah virun influenza tipe A subtipe H5N1. Virus avian influenza ini digolongkan dalam Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI).

D. Sifat Virus Influenza Virus influenza mempunyai sifat dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00C. Mati pada pemanasan 60C selama 30 menit atau 560C selama 3 jam dan pemanasan 800C selama 1 jam. Virus akan mati dengan deterjen, disinfektan misalnya formalin, cairan yang mengandung iodin dan alkohol 70%.Struktur antigenik virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama berupa: antigen S (atau soluble antigen), hemaglutinin dan neuramidase. Antigen S merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas ribonukleoprotein.Antigen ini spesifik untuk masing-masing tipe.Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung virus dan memegang peran pada imunitas terhadap virus. Neuramidase juga menonjol keluar dari selubung virus dan hanya memegang peran yang minim 8 pada imunitas. Selubung inti virus berlapis matriks protein sebelah dalam dan membran lemak disebelah luarnya.Salah satu ciri penting dari virus influenza adalah kemampuannya untuk mengubah antigen permukaannya (H dan N) baik secara cepat atau mendadak maupun lambat.Peristiwa terjadinya perubahan besar dari struktur antigen permukaan yang terjadi secara singkat disebut antigenic shift.Bila perubahan antigen permukaan yang terjadi hanya sedikit, disebut antigenic drift. Antigenic shift hanya terjadi pada virus influenza A dan antigenic drift hanya terjadi pada virus influenza B, sedangkan virus influenza C relatif stabil. Teori yang mendasari terjadinya antigenic shift adalah adanya penyusunan kembali dari gen-gen pada H dan N diantara human dan avian influenza virus melalui perantara host ketiga. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa adanya proses antigenic shift akan memungkinkan terbentuknya virus yang lebih ganas, sehingga keadaan ini menyebabkan terjadinya infeksi sistemik yang berat karena sistem imun host baik seluler maupun humoral belum sempat terbentuk. Sejak dulu diduga kondisi yang memudahkan terjadinya antigenic shift adalah adanya penduduk yang bermukim didekat daerah peternakan unggas dan babi.Karena babi bersifat rentan terhadap infeksi baik oleh avian maupun human virus makan hewan tersebut dapat berperan sebagai lahan pencampur (mixing vesel) untuk penyusunan kembali gen-gen yang berasal dari kedua virus tersebut, sehingga menyebabkan terbentuknya subtiper virus baru.

E.PatogenesisTransmisi virus influenza lewat partikel udara dan lokalisasinya pada traktus respiratorius.Penularan bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang membawa virus tersebut masuk ke dalam saluran napas. Pada dosis infeksius, 10 virus/droplet, maka 50% orang-orang yang terserang dosis ini akan menderita influenza. Virus akan melekat pada epitel sel di hidung dan bronkus. Setelah virus berhasil menerobos masuk kedalam sel, dalam beberapa jam sudah mengalami replikasi. Partikel-partikel virus baru ini kemudian akan menggabungkan diri dekat permukaan sel, dan langsung dapat meninggalkan sel untuk pindah ke sel lain. Virus influenza dapat mengakibatkan demam tetapi tidak sehebat efek pirogen lipopoli-sakarida kuman Gram-negati.Masa inkubasi dari penyakit ini yakni satu hingga empat hari (rata-rata dua hari). Pada orang dewasa, sudah mulai terinfeksi sejak satu hari sebelum timbulnya gejala influenza hingga lima hari setelah mulainya penyakit ini. Anak-anak dapat menyebarkan virus ini sampai lebih dari sepuluh hari dan anak-anak yang lebih kecil dapat menyebarkan virus influenza kira-kira enam hari sebelum tampak gejala pertama penyakit ini.Para penderita imunocompromise dapat menebarkan virus ini hingga berminggu-minggu dan bahkan berbulan-bulan.Pada avian influenza (AI) juga terjadi penularan melalui droplet, dimana virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran napas atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran droplet). Virus selanjutnya akan melekat pada epitel permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut. Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu 10 singkat virus dapat menyebar ke sel-sel di dekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengkerut dan kemudian mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan terbentuk badan inklusi. Adanya perbedaan pada reseptor yang terdapat pada membran mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus AI tidak dapat mengadakan replikasi secara efisien pada manusia.

F. Gambaran KlinisPada umumnya pasien yang terkena influenza mengeluh demam, sakit kepala, sakit otot, batuk, pilek dan kadang-kadang sakit pada waktu menelan dan suara serak.Gejala-gejala ini dapat didahului oleh perasaan malas dan rasa dingin.Pada pemeriksaan fisik tidak dapat ditemukan tanda-tanda karakteristik kecuali hiperemia ringan sampai berat pada selaput lendir tenggorok.Gejala-gejala akut ini dapat berlangsung untuk beberapa hari dan hilang dengan spontan. Setelah periode sakit ini, dapat dialami rasa capek dan cepat lelah untuk beberapa waktu. Badan dapat mengatasi infeksi virus influenza melalui mekanisme produksi zat anti dan pelepasan interferon. Setelah sembuh akan terdapat resistensi terhadap infeksi oleh virus yang homolog. Pada pasien usia lanjut harus dipastikan apakah influenza juga menyerang paru-paru. Pada keadaan tersebut, pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan bunyi napas yang abnormal. Penyakit umumnya akan membaik dengan sendirinya tapi 11 kemudian pasien acapkali mengeluh lagi mengenai demam dan sakit dada. Permeriksaan radiologis dapat menunjukkan infiltrat di paru-paru.

G.Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada virus influenza adalah: Pneumonia influenza primer, ditandai dengan batuk yang progresif, dispnea, dan sianosis pada awal infeksi. Foto rongten menunjukkan gambaran infiltrat difus bilateral tanpa konsolidasi, dimana menyerupai ARDS.Pneumonia bakterial sekunder, dimana dapat terjadi infeksi beberapa bakteri (seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza). H. Pencegahan Yang paling pokok dalam menghadapi influenza adalah pencegahan. Infeksi dengan virus influenza akan memberikan kekebalan terhadap infeksi virus yang homolog. Karena sering terjadi perubahan akibat mutasi gen, antigen pada virus influenza akan berubah, sehingga seseorang masih mungkin diserang berulang kali dengan jalur (strain) virus influenza yang telah mengalami perubahan ini. Kekebalan yang diperoleh melalui vaksinasi sekitar 70%. Vaksin influenza mengandung virus subtipe A dan B saja karena subtipe C tidak berbahaya. Diberikan 0,5 ml subkutan atau intramuskuler. Vaksin ini dapat mencegah tejadinya mixing dengan virus yang sangat pathogen H5N1 yang dikenal sebagai penyakit avian influenza atau flu burung. Nasal spray flu vaccine (live attenuated influenza vaccine) dapat juga digunakan untuk pencegahan flu pada usia 5-50 tahun dan tidak sedang hamil. Vaksinasi perlu diberikan 3-4 minggu sebelum terserang influenza.Karena terjadi perubahan-perubahan pada virus maka pada permulaan wabah influenza biasanya hanya tersedia vaksin dalam jumlah terbatas dan vaksinasi dianjurkan hanya untuk beberapa golongan masyarakan tertentu sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi dengan kemungkinan komplikasi yang fatal.

Ada beberapa kebiasaan yang di sarankan untuk dilakukan sebagai upaya pencegahan lebih dini.1.MENCUCI TANGANSebagian besar virus flu dapat menyebar melalui kontak langsung. Seseorang yang bersin dan menutupnya dengan tangan kemudian dia memegang telepon, keyboard komputer, atau gelas minum, maka virusnya akan mudah menular pada orang lain yang menyentuh benda-benda tersebut.Virus mampu bertahan hidup berjam-jam bahkan hingga berminggu-minggu.Oleh karena itu, usahakan untuk mencuci tangan sesering mungkin.2. Janganmenutup bersin dengan tanganBila kita menutup bersin dengan tangan, maka virus flu akan mudah menempel pada tangan dan dapat menyebar pada orang lain.Jika kita merasa ingin bersin atau batuk, gunakanlah tisu dan kemudian segera membuangnya.3. Jangan menyentuh mukaVirus flu masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung, maupun mulut. Menyentuh muka merupakan cara yang paling umum dilakukan oleh anak-anak yang terserang flu dan akhirnya menjadi cara mudah menularkan virus tersebut pada orang lain di sekitarnya.

4. Minum banyak airAir berfungsi untuk membersihkan racun dari dalam tubuh dan memberikan cairan pada tubuh. Orang dewasa yang sehat umumnya membutuhkan delapan gelas air per hari.Bagaimana menandai bahwa tubuh kita sudah mendapatkan cairan yang cukup?Jika warna urine berwarna relatif jernih berarti tubuh kita memang mendapatkan cukup cairan, sebaliknya jika berwarna kuning gelap berarti tubuh kita memerlukan lebih banyak cairan lagi.

5.MandisaunaMeskipun belum terbukti bahwa mandi sauna dapat berpengaruh terhadap pencegahan flu, namun sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang yang mandi sauna dua kali per minggu akan memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk terserang flu.Hal tersebut memang sesuai dengan teori bahwa ketika kita menghirup uap panas lebih dari suhu 80 derajat celcius akan menyebabkan virus flu akan sulit untuk bertahan.

6. Menghirup udara segarMenghirup udara yang segar memang sangat penting bagi kesehatan tubuh, khususnya di cuaca yang dingin karena cuaca seperti ini akan membuat tubuh menjadi rentan terhadap virus flu.

7. Lakukan olahraga aerobik secara teraturOlahraga aerobik dapat mempercepat jantung untuk memompa darah lebih banyak sehingga kita bernafas lebih cepat untuk membantu mentransfer oksigen ke paru-paru dan ke dalam darah. Olahraga ini juga akan membantu meningkatkan kekebalan tubuh secara alami.8. Konsumsi makanan yang mengandung phytochemicalPhytochemical merupakan bahan kimia alami yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan yang berperan memberikan vitamin pada makanan.9. Konsumsi yogurtBeberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi yogurt yang rendah lemak setiap hari dapat mengurangi risiko terserang flu sekitar 25 persen.Bakteri menguntungkan yang terdapat di dalam yogurt diketahui dapat menstimulus produksi sistem kekebalan tubuh untuk menyerang virus.

10. RelaksasiJika kita dapat mengajari diri sendiri untuk relaks atau santai, maka dengan sendirinya kita juga dapat mengaktifkan sistem imunitas tubuh.Diduga ketika kita melakukan relaksasi, maka interleukin (bagian sistem imunitas yang merespon terhadap virus flu) akan meningkat dalam aliran darah kita. (Berbagai sumber | Ilust

BAB 11PARASITOLOGIA. Tinjauan pustakaNematoda memiliki jumlah spesies yang terbesar di antara cacing-cacing yang hidupsebagai parasit. Cacing-cacing ini berbeda-beda dalam habitat, daur hidup, dan hubungan hospes-parasit. Besar dan panjang cacing Nematoda beragam; ada yang panjangnya beberapa milimeter dan ada pula yang melebihi satu meter. Pada umumnya cacing bertelur , tetapi ada juga yang vivipar dan berkembangbiak dengan partenogenesis. Cacing dewasa tidak bertambah banyak di dalam tubuh manusia. Seekor cacing betina dapat mengeluarkan telur atau larva sebanyak 20 sampai 200.000 butir sehari. Telur atau larva ini dikeluarkan dari badan hospes dengan tinja. Bentuk infektif dapat memasuki badan manusia dengan berbagaicara; ada yang masuk secara aktif, ada pula yang tertelan atau dimasukkan oleh vektor melaluigigitan. Hampir semua nematoda memiliki daur hidup yang telah diketahui dengan pasti.

Nematoda ada yang tinggal di usus disebut Nematoda usus dan ada yang tinggal di jaringan disebut Nematoda jaringan. Nematoda jaringan salah satunya adalahOnchocercavolvulus . Oneill meneliti mikrofilaria parasit ini di dalam kulit seorang penderita di afrika barat pada tahun 1875. Kemudian seorang dokter jerman menemuka cacing dalam benjolan kulit dari orang negro di grahana, afrika barat, lalu dinamakan sebagai filaria volvulus oleh leuckard 1893. Tahun 1915 robles menemukan cacing onchocerca di guatemala dan oleh brumpt di identifikasi sebagai cacing onchocerca caecutiens, tetapi kemudian dinamakan cacing onchocerca volvulus.

B. PembahasanA. Hospes dan Nama Penyakit

Parasit ini ditemukan pada manusia penyakitnya disebut onkoserkosis, river blindness, blinding filariasis.

B. Distribusi Geografik

Parasit ini ditemukan pada penduduk afrika, dari pantai barat sierra leone menyebar ke Republik Kongo, angola, sudan sampai Arfika Timur. Di Amerika Tengah terbatas di dataran tinggi sepanjang sungai tempat perindukan lalat simulium. Di Amerika selatan terdapat di dataran tinggi Guatemala, Mexico dan bagian timur Venezuela.

C. Morfologi dan Daur Hidup

Cacing dewasa hidup dalam jaringan ikat, melingkar satu dengan yang lainnya seperti benang kusut dalam benjolan (tumor). Cacing betina berukuran 33,5-50 cm x 270-400 mikron dan cacing jantan 19-42 mm x 130 x 210 mikron. Bentuknya seperti kawat berwarna putih, opalesen dan transparan. Cacing betina yang gravid mengeluarkan mikrofilaria di dalam jaringan subkutan, kemudian mikrofilaria meninggalkan jaringan subkutan mencari jalan ke kulit. Mikrofilaria mempunyai dua macam ukuran yaitu 285-368 x 6-9 mikron dan 150-287 x 5-7 mikron (lihat gambar 1). Bagian kepala dan ujung ekor tidak ada inti dan tidak mempunyai sarung. Bila lalat simulium menusuk kulit dan mengisap darah manusia maka mikrofilaria akan terisap oleh lalat, kemudian mikrofilaria menembus lambung lalat, masuk ke dalam otot toraks. Setelat 6-8 hari berganti kulit dua kali dan menjadi larva infektif. Larva infektif masuk ke dalam probosis lalat dan di keluarkan bila lalat menghisap darah manusia. Larva masuk lagi ke dalam jaringan ikat menjadi dewasa dalam tubuh hospes dan mengeluarkan mikrofilaria.

Bila lalat Simulium menusuk kulit dan mengisap darah manusia maka mikrofilariaakan terisap oleh lalat, kemudian mikrofilaria menembus lambung lalat, masuk ke dalam otottoraks. Setelah 6 8 hari berganti kulit dua kali dan menjadi larva infektif. Larva infektif masuk ke dalam probosis lalat dan dikeluarkan bila lalat mengisap darah manusia. Larva masuk lagi ke dalam jaringan ikat menjadi dewasa dalam tubuh hospes dan mengeluarkan mikrofilaria. Mikrofilaria tersebut menimbulkan kerusakan organ-organ tubuh manusia yang diserangnya.

D. Patologi dan Gejala Klinis

Ada 2 tipe onkosersiasis :

Tipe forest kelainan kulit lebih dominan

Tipe savanna kelainan mata yang dominan

Manifestasi onkosersiasis terutama berupa kelainan pada kulit, sistem limfatik dan mata.

Ada dua macam proses patologi yang di timbulkan oleh parasit yaitu:

1. cacing dewasa yang hidup dalam jaringan ikat yang merangsang pembentukan serat-serat yang mengelilingi cacing dalam jaringan .

2. mikrofilaria yang di keluarkan oleh cacing betina dan ketika mikrofilaria beredar dalam jaringan menuju kulit.

Pada umunya lesi mengenai kulit dan mata. Kelainan yang disebabkan oleh cacing dewasa merupakan benjolan-benjolan yang di kenal sebagai onkoserkoma dalam jaringan subkutan. Ukuran benjolan bermacam-macam dari sedikit sampai lebih dari seratus. Letak benjolan biasanya di atas tonjolan-tonjolan tulang seperti pada skapula, iga, tengkorak, siku, krista iliaka, lutut dan sakrum dan menyebabkan kelaina kosmetik. Benjolan dapat digerak-gerakkan dan tidak terasa nyeri. Kelainan yang di timbulkan oleh mikrofilaria lebih hebat dari pada oleg cacing dewasa karena mikrofilaria dapatmenyerang mata dan dapat menimbulkan gangguan pada saraf optik dan retina mata. Ada beberapa anggapan tentang patologi kelainan mata, yaitu:

1. Reaksi mekanik atau reaksi sekret yang dikeluarkan oleh mikrofilaria hidup

2. Toksin yang dihasilkan oleh mikrofilaria mati

3. Toksin dari cacing dewasa

4. Penderita hipersensitif terhadap parasit.

Penderita hipersensitif terhadap parasit. Pertama-tama gejala yang timbul ialah fotofobia, lakrimasi, blefarospasmus, dan sensasi dari pada benda asing. Kelainan mata lebih banyak di temukan pada penduduk dengan bnyak benjolan di bagian atas badan. Reaksi radang tidak begitu hebat bila bila mikrofilaria banyak mati. Hal ini perlu di perhatikan pada waktu pengobatan. Sering di temukan limbitis dengan dengan pigmentasi coklat. Pada kasus menahun dapat terjadi keratitis berbintik, glaukoma, atrofi yang berakhir dengan kebutaan. Prutitic dermatitis disebabkan oleh gerakan mikrofilaria dan toksin yang di lepaskan dalam kulit. Timbul rash berupa lingkaran papel kecil-kecil yang berdiameter 1-3 mm. Kemudian timbul edema kulit, kulit menebal, dan terjadi likenifikasi. Kulit kehilangan elastisitasnya dan menimbulkan keadaan yang disebut hanging groin, yaitu kulit menggantungkan dalam lipatan di bawah inguinal.

E. Diagnosis

Klinis : adanya nodul subkutan (lihat gambar 4), hanging groin, kelainan kulit seperti kulit macan tutul (leopard skin), atrofi kuit, kelainan pada mata berupa keratitis, limbitis, uveitis dan adanya mikrofilaria dalam kornea.

Parasitologik : menemukan mikrofilaria atau cacing dewasa dalam benjolan subkutan. Diagnosis dibuat dengan menemukan mikrofilaria pada biopsi kulit yakni menyayat kulit (skin-ship) dengan pisau tajam atau silet kira-kira 2-5 mm bujur sangkar. Sayatan kulit diletakan pada kaca objek yang berisi larutan garam faal. Sesudah diinkubasi, mikrofilaria akan keluar dari jaringan . dijepit dengan dua buah kaca obyek kemudian dipulas dengan giemsa. Untuk menemukan cacing dewasa dapat dilakukan dengan mengeluarkan benjolan (tumor), mikrofilaria dapat ditemukan juga dalam benjolan. Tes serologi sekarang sedang digalakkan untuk menunjang diagnosis onkoserkosis.

Ultrasonografinodul : untuk menentukan beratnya infeksi (worm burden).

Pelacak DNA : menggunakan teknik multiplikasi DNA (polymerase chain reaction/PCR dengan pelacak ONCHO-150 yang spesies spesifik.

Mazotti test : dengan memberikan 50 mg DEC, kemudian diobservasi selama 1-24 jam untuk mengetahui adanya reaksi berupa gatal, erupsi kulit, limfadenopati dan demam.

F. Pengobatan

Dietilkarbamasin tidak lagi di pakai mengingat efek sampingnya yang berat. Obat yang dipakai adalah ivermectin baik untuk pengobatan masal maupun selektif.

1. Ivermectin merupakan obat pilihan dengan dosis 100-150 ug/ kg berat badan dan diulang setiap 2 minggu atau 3 bulan hingga mencapai dosis total 1,8 mg/ kg berat badan. Obat ini tidak di berikan kepada anak-anak dibawah 5 tahun atau beratnya kurang dari 15 kg, ibu hamil, menyususui atau orang dengan sakit berat. Ivermectin (mectizan) mempunyai efek yang kuat dalam membunuh microfilaria (lihat gambar 5). Efek samping (mirip dengan mazotti reaction pada pemberian DEC), jarang terjadi dan jauh lebih ringan berupa: gatal-gatal, erupsi kulit, nyeri otot tulang, edema tungkai dan wajah, demam, pembesaran kelenjar disertai nyeri.Efek samping dapat di atasi dengan anlgesik dan kortikosteroid.Pada pemberian lanjutnya efek samping semakin berkurang.Ivermectin mempunyai efek yang kuat dalam membunuh mikrofilaria tapi tidak terhadap cacing dewasa.

2. Suramin merupakan satu-satunya obat yang membutuhkan cacing dewasa O. volvulus tetapi jarang di pakai mengingat cara pemberiannya yang relative sulit dan toksitasnya tinggi.

a. Penggunaannya hanya untuk pengobatan kuratif yang selektif di daerah yang tak ada transmisi atau pada orang yang meninggalkan daerah endemic O.volvulus

b. Pada kasus kasus yang onkodermatis hiperreaktif dan berat yang gejalanya tak dapat dikendalikan dengan ivermectin dosis berulang.

c. Diethylcarbamazine (DEC), hanya membunuh mikrofilariae. Dietilkarmabasin tidak lagi dipakai mengingat efek sampingnya yang berat

G. Prognosis Prognosis baik bila tidak terjadi kerusakan mata

H. Epidemiologi

Tempat perindukan vector (simulium) terdapat di daerah pegunungan yang mempunyai air sungai yang deras (lihat gambar 6). Lalat ini suka mengigit manusia di sekitar sungai tempat perindukannya.Penyakit ditemukan baik pada orang dewasa maupun pada anak.Infeksi yang menahun seringkali di akhiri dengan kebutaan.Kebutaan terjadi pada penduduk yang berdekatan dengan sungai, makin jauh dari sungai kebutaan makin kurang oleh karena itu penyakit ini dikenal dengan river blindness.

Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan lalat simulium dan memakai pakaian tebal yang menutupi seluruh tubuh.

KESIMPULANMIKROBIOLOGI1. Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan yang sangat menular dapat menyerag burung dan mamalia.2. Influenza disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan C yang merupakan suatu orthomixovirus golongan RNA. 3. Virus influenza tipe A mempunyai banyak subtipe, diantaranya H5N1 yang menyebabkan flu burung dan termasuk HPAI.4. Penularan virus influenza melalui droplet dan lokalisasinya di traktus respiratorius.5. Gejala klinis influenza adalah demam, sefalgia, mialgia, batuk, pilek dan disfagia.6. Komplikasi influenza dapat terjadi pneumonia influenza primer dan pneumonia bakterial sekunder.7. Influenza dapat diobati secara simtomatik, dan dengan antiviral dapat memperpendek angka sakit.8. Pencegahan dengan vaksin bagi golongan yang memerlukan imunoprofilaksis.

PARASITOLOGI1. Onchocera volvulus menyebabkan penyakit onchocerciasis.

2. Vector dari onchocera volvulus adalah lalat hitam simulium.

3. Cacing dewasa onchocera volvulus hidup di jaringan ikat seperti benang kusut membentuk onkoserma.

4.Cacing betina dewasa onchocera volvulus menghasilkan ribuan mikrofilaria yang dapat bergerak dan menyerangorgan-organ tubuh manusia termasuk mata sehingga dapat menimbulkan kebutaan.

5. Onchocerciasis di sebut juga dengan river blindess karena semakin dekat dengan sungai yang merupakan habitat lalat hitam simulium, penderita kebutaan semakin besar begitu pula sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKA

http//: www.goolge.co.id.virus+influenza&meta http//:www.info.gor.hk/info/influenza. Htm dwidjoseputro. 1998. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: Djambatan J.pelczar, Michael. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press -Hart, Tony. Shears, Paul. 1997.Atlas Berwarna Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta Hipokrates. -Soejoto,dkk. 1989.Parasitologi medik Jakarta : Balai Pustaka. -Entjang, Indan. 2003.Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan. -Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. -Gandahusada, Srisasi. 1988. Parasitologi Kedokteran Jakarta : Balai Penerbit FKUI. -Jefrey, H.C. 1983. Atlas Helmintologi dan Protozoologi Kedokteran. Jakarta : C.V. EGC Penerbit Buku Kedokteran. http://www.akperketapang.ac.id/umum/helmintologi.html http://ebooks.lib.unair.ac.id/files/disk1/38/adln--abdiyakoub-1862-1-handbook-d.pdf http://www.icp.ucl.ac.be/~opperd/parasites/onch1.html http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/Frames/A F/Filariasis/body_Filariasis_o_volvulus.htm