baja kita uhuy
DESCRIPTION
bajaaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Jenis Pengujian
Laporan ini akan membahas pengujian visual baja tulangan dan uji kuat
tarik baja tulangan polos dan berulir(sirip).
B. Tujuan Pengujian
Setelah diadakannya berbagai macam pengujian, dan didapatkannya data-
data, secara umum bertujuan sebagai berikut:
1. Megetahui karakteristik baja tulangan baik yang polos maupun berulir
(sirip),
2. Mengetahui kuat tarik baja tulangan baik yang polos maupun
berulir(sirip).
C. Landasan Teori
Salah satu unsur dalam beton yaitu baja, jika beton tanpa baja maka beton
tidak dapat menahan gaya tarik. Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan baik
dalam suatu system struktur, perlu dibantu dengan memberinya perkuatan
penulangan yang terutama akan menahan gaya tarik yang akan timbul. Agar dapat
berlangsung lekatan erat antara baja tulangan dengan beton, selain BJTP (batang
polos berpenampang bulat) juga digunakan BJTD (batang deformasian) yaitu
batang tulangan baja yang permukaannya dikasarkan secara khusus, diberi sirip
teratur dengan pola tertentu, atau batang tulangan yang dipilin pada proses
produksinya. Pola permukaan yang dikasarkan atau pola sirip sangat beragam
tergantung pada mesin giling atau cetak yang dimiliki oleh produsen, asal masih
dalam batas-batas spesifikasi teknik yang diperkenankan oleh standar.
Sifat fisik batang tulangan baja yang paling penting untuk digunakan
dalam perhitungan perencanaan beton bertulang ialah fy (tegangan luluh) dan Es
(modulus elastisitas). Dari suatu diagram hubungan tegangan-regangan tipikal
untuk batang baja tulangan diketahui bahwa tegangan luluh (titik luluh) baja
ditentukan melalui prosedur pengujian standar sesuai SII 0136-84 dengan
ketentuan bahwa tegangan luluh adalah tegangan baja pada saat mana
meningkatnya tegangan tidak disertai lagi dengan peningkatan regangannya. Di
dalam perencanaan atau analisis beton bertulang umumnya nilai tegangan luluh
baja tulangan diketahui atau ditentukan pada awal analisis.
Baja tulangan polos (BJTP) adalah baja tulangan beton berpenampang
bulat dengan permukaan rata tidak bersirip. Baja tulangan beton tidak boleh
mengandung serpihan, lipatan, retakan, gelombang, cerna yang dalam dan hanya
diperkenankan berkarat ringan pada permukaan.
Tabel 1. Ukuran baja tulangan beton polos (BJTP)
Sumber: SNI Baja Tulangan Beton (SNI 07-2052-2002)
Ukuran baja tulangan beton polos
No. PenamaanDiameter nominal
(d) (mm)
Luas penampang Nominal (L)
(cm2)
Berat nominal per meter (kg/m)
1 P. 6 6 0.2827 0.2222 P. 8 8 0.5027 0.3953 P. 10 10 0.7854 0.6174 P. 12 12 1.131 0.8885 P. 14 14 1.539 1.126 P. 16 16 2.011 1.587 P. 19 19 2.835 2.238 P. 22 22 3.801 2.989 P. 25 25 4.909 3.8510 P. 28 28 6.158 4.8311 P. 32 32 8.042 6.31
Baja tulangan beton sirip (BJTS) adalah baja tulangan beton dengan
bentuk khusus yang permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk
memanjang yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya lekat dan guna menahan
gerakan membujur dari batang secara relatif terhadap beton. Permukaan batang
baja tulangan beton sirip harus bersirip teratur. Setiap batang diperkenankan
mempunyai rusuk memanjang yang searah dan sejajar dengan sumbu batang, serta
sirip-sirip lain dengan arah melintang sumbu batang. Sirip-sirip melintang
sepanjang batang baja tulangan beton harus terletak pada jarak yang teratur. Serta
mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. Bila diperlukan tanda angka angka
atau huruf-huruf pada permukaan baja tulangan beton, maka sirip melintang pada
posisi di mana angka atau huruf dapat ditiadakan. Sirip melintang tidak boleh
membentuk sudut kurang dari 45" terhadap sumbu batang, apabila membentuk
sudut antara 45" sampai 70°, arah sirip melintang pada satu sisi, atau kedua sisi
dibuat berlawanan. Bila sudutnya diatas 70" arah yang berlawanan tidak
diperlukan.
Tabel 2. Ukuran baja tulangan beton sirip (BJTS)
Sumber: SNI Baja Tulangan Beton (SNI 07-2052-2002)
No.Pena-maan
Dia-meter (mm)
Luas Penamp-
ang
Dia-meter dalam (mm)
Tinggi sirpJarak sirip melintang max (mm)
Lebar sirip max (mm)
Berat nominal (kg/m)
Min (mm)
Max (mm)
1 S.6 6 0.2827 5.5 0.3 0.6 4.2 4.7 0.2222 S.8 8 0.5072 7.3 0.4 0.8 5.6 6.3 0.3953 S.10 10 0.7854 8.9 0.5 1.0 7.0 7.9 0.6174 S.13 13 1.327 12.0 0.7 1.3 9.1 10.2 1.045 S.16 16 2.011 15.0 0.8 1.6 11.2 12.6 1.586 S.19 19 2.835 17.8 1.0 1.9 13.3 14.9 2.237 S.22 22 3.801 20.7 1.1 2.2 15.4 17.3 2.988 S.25 25 4.909 23.6 1.3 2.5 17.5 19.7 3.859 S.29 29 6.625 27.2 1.5 2.9 20.3 22.8 5.1810 S.32 32 8.042 30.2 1.6 3.2 22.4 25.1 6.3111 S.36 36 10.18 34.0 1.8 3.6 25.2 28.3 7.9912 S.40 40 12.57 38.0 2.0 4.0 28.0 31.4 9.8813 S.50 50 19.64 48.0 2.5 5.0 38.0 39.3 17.4
Tabel 3. Toleransi diameter BJTP & BJTS
Sumber: SNI Baja Tulangan Beton (SNI 07-2052-2002)
No. Diameter (mm) Toleransi (mm)Penyimpangan
kebundaran (%)
1 6 ± 0.3
Max 70 dari batas
toleransi
2 8 ≤ d ≤ 14 ± 0.4
3 16 ≤ d ≤ 25 ± 0.5
4 28 ≤ d ≤ 34 ± 0.6
5 d > 34 ± 0.8
Tabel 4. Toleransi berat per batang BJTP & BJTS
Sumber: SNI Baja Tulangan Beton (SNI 07-2052-2002)
Diameter nominal (mm) Toleransi (%)
6 d 8 ± 7
10 d 11 ± 6
16 d 28 ± 5
d 28 ± 4
Tabel 5. Nilai tegangan putus dan tegangan leleh untuk baja
Sumber: SNI Baja Tulangan Beton (SNI 07-2052-2002)
Jenis BajaTegangan putus
minimum, fu
(MPa)
Tegangan leleh
minimum, f y (MPa)
Peregangan minimum
(%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
BAB II
PERSIAPAN BENDA UJI
A. Pengujian visual baja tulangan polos dan sirip.
1. Alat
a. Jangka sorong
b. Timbangan
c. Pita ukur
2. Bahan
a. Baja tulangan polos 1 buah (baja 4)
b. Baja tulangan sirip 3 buah (baja 1, 2, 3)
3. Cara pengujian
a. Siapkan ke-empat baja tulangan,
b. Amati secara visual dengan teliti, mulai dari karat, cacat,
lekuk,serpihan, dan lubang,
c. Catat hasil yang di dapat,
d. Siapkan jangka sorong,
e. Ukur masing masing bagian dari baja,diameter, tinggi ulir, lebar ulir,
f. Catat hasil yang di dapat,
g. Ukur panjang setiap baja (untuk menghitung berat satuan per-meter)
menggunakan pita ukur,
h. Timbang masing-masing baja,
i. Konversikan hasilnya menjadi berat per-meter,
j. Catat hasilnya.
4. Hasil pengamatan
Tabel 5. Hasil pengamatan visual
BAJA TULANGAN
BAJA 1 BAJA 2 BAJA 3 BAJA 4
DL 2.355 cm 2.045 cm 1.415 cm 1 cm
DD 2.12 cm 1.795 cm 1.23 cm
DE 21.83 mm 18.39 mm 12.75 mm
J 1.5 cm 1.45 cm 0.715 cm
L 0.57 cm 0.4 cm 0.295 cm
A 0.425 cm 0.22 cm 0.22 cm
T 0.1175 cm 0.125 cm 0.925 cm
P 104 cm 101 cm 101 cm 70.5 cmB 2.938 kg/m 2.086 kg/m 1.002 kg/m 0.612 kg/mKARAT Sangat sedikit Sedikit sedikit Sangat Sedikit
CACAT -Ulir tidak bertemu
- -
LEKUK - - - -SERPIHAN Sedikit Sedikit Sedikit -
LUBANG -Pada ujung saja
- -
Keterangan:
1. Diameter luar (DL)
2. Diameter dalam (DD)
3. Diameter efektif (DE)
4. Tinggi ulir (T)
5. Lebar ulir (A)
6. Lebar ruas samping besi (L)
7. Jarak antar ulir (J)
8. Panjang (P)
9. Berat satuan (B)
B. Pengujian kuat tarik baja tulangan polos.
1. Alat
a. Mesin uji tarik
b. Alat pengukur geser
c. Alat potong baja
d. Alat penggores benda uji
e. Mesin bubut
f. Mistar / pita ukur
2. Bahan
a. Baja tulangan polos d 8mm
b. Baja tulangan polos d 10mm
c. Baja tulangan polos d 12mm
3. Cara pengujian
a. Siapkan benda uji
b. Potong benda uji dengan ukuran 30 cm.
c. Bubut benda uji dengan mesin bubut ( dalam hal ini kami
menggunakan jasa pembubutan baja di Jurusan Pendidikan Teknik
Mesin Universitas Negeri Yogyakarta) dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Panjang bagian yang di bubut 5 cm,
2) Kedalaman bubut 1-1.5 mm
d. Letakkan baja pada alat tarik.
e. Kencangkan sisi atas dan bawah nya, kemudian gores sisi paling atas
dan bawah baja, catat panjang awalnya
f. Nyalakan mesin uji tarik tersebut, amati perubahan grafiknya. Buarkan
sampai baja putus.
g. Catat hasil yang tersaji,
h. Ukur panjang setelah di uji.
4. Hasil pengamatan
Tabel 6. Hasil uji kuat tarik
No.
Benda UjiPanjang Baja Titik Leleh
(KN)Kuat Tarik
(KN)Awal Akhir1. BJTP d 8mm 19.0 19.7 11.70 16.572. BJTP d 10mm 19.5 21.0 19.08 24.383. BJTP d 12mm 19.0 21.2 24.25 32.48
BAB III
PEMBAHASAN
UJI VISUAL BAJA TULANGAN
Gambar 1. Baja 1-4(kiri ke kanan)
A. BAJA 1 BJTS1. Diameter luar (DL) : 2.355 cm2. Diameter dalam (DD) : 2.12 cm
3. Toleransi SNI DD :DD−DD(S .22 SNI )
DD(S .22 SNI )x100 %
:2.12−2.07
2.07x100 %
: 2.4%4. Diameter efektif (DE) : 2.183 cm5. Tinggi ulir (T) : 0.1175 cm6. Lebar ulir (A) : 0.425 cm7. Lebar ruas samping besi (L) : 0.57 cm8. Jarak antar ulir (J) : 1.5 cm9. Panjang (P) : 104 cm
10. Berat satuan (B) : 100P
. berat
: 100104
.3 .056
: 2.938kg/m11. Toleransi berat satuan menurut SNI
:B−B (S .22 SNI )
B (S .22 SNI ).100 %
:2.938−2.98
2.98.100 %
Toleransi = 1.4% (masih bisa di toleransi menurut sni)B. BAJA 2 BJTS
1. Diameter luar (DL) : 2.045 cm2. Diameter dalam (DD) : 1.795 cm
3. Toleransi SNI DD :DD−DD(S .19 SNI )
DD(S .19 SNI ) x 100%
:1.795−1,78
1,78x 100 %
: 0.84 % 4. Diameter efektif (DE) : 1.839 cm5. Tinggi ulir (T) : 1.45 mm6. Lebar ulir (A) : 0.4 cm7. Lebar ruas samping besi (L) : 0.22 cm8. Jarak antar ulir (J) : 1.25 cm9. Panjang (P) : 101 cm
10. Berat satuan (B) : 100P
. berat
: 100101
.2 .107
: 2.086 kg/m
11. Toleransi berat satuan menurut SNI
:B−B (S .19 SNI )
B (S .19 SNI ).100 %
:2.086−2.23
2.23.100 %
Toleransi = 6.45%
C. BAJA 3 BJTS1. Diameter luar (DL) : 1.415 cm2. Diameter dalam (DD) : 1.23 cm
3. Toleransi SNI DD : DD−DD(S .13 SNI )
DD(S .13 SNI ) x 100%
:1,23−1,20
1,20x 100 %
: 1,66 % 4. Diameter efektif (DE) : 1.275 cm5. Tinggi ulir (T) : 0.715 cm6. Lebar ulir (A) : 0.295 cm7. Lebar ruas samping besi (L) : 0.22 cm8. Jarak antar ulir (J) : 0.925 cm9. Panjang (P) : 101 cm
10. Berat satuan (B) : 100P
. berat
: 100101
.1 .012
: 1.002 kg/m11. Toleransi berat satuan menurut SNI
:B−B (S .13 SNI )
B (S .13 SNI ).100 %
:1.002−1.04
1.04.100 %
Toleransi = 3.65% (masih bisa di toleransi menurut sni)
D. BAJA 4 BJTP1. Diameter (D) : 1 cm2. Panjang (P) :70.5 cm
3. Berat satuan (B) : 100P
. berat
: 10070.5
.432
: 0.612 kg/m4. Toleransi berat satuan menurut SNI
:B−B (S .10 SNI )
B (S .10 SNI ).100 %
:0.612−0.617
0.617.100%
Toleransi = 0.8% (masih bisa di toleransi menurut sni)
BAB IV
PEMBAHASAN
UJI KUAT TARIK BAJA TULANGAN
A. BJTP d 8mm
Baja Tulangan Polos d 8mmPanjang Baja (cm) Regangan
(%)Titik Leleh Kuat Tarik
Awal Akhir KN MPa KN MPa19.0 19,7 3.5 11.70 150 16.57 213
Sesuai dengan SNI 2002 baja tulangan polos d 8mm yang kami uji tidak
memenuhi standar, baik untuk regangan, titik leleh, kuat tarik.
(foto & grafik tersaji di lampiran, gambar 4 & 5)
B. BJTP d 10mm
Baja Tulangan Polos d 10mmPanjang Baja (cm) Regangan
(%)Titik Leleh Kuat Tarik
Awal Akhir KN MPa KN MPa19.5 21.0 7.5 19.08 245 24.38 310
Sesuai dengan SNI 2002 tentang kuat tarik baja, baja tulangan polos d
10mm yang telah di uji menunjukkan bahwa titik lelehnya 245 MPa, masuk dalam
jenis baja BJ 37, namun untuk kuat tarik nya tidak masuk dalam standar baja
tulangan. Untuk regangan didapatkan hasil 7.5%, namun baja ini tidak memenuhi
standar SNI 2002.
(foto & grafik tersaji di lampiran, gambar 6 & 7)
C. BJTP d 12mm
Baja Tulangan Polos d 12mmPanjang Baja (cm) Regangan
(%)Titik Leleh Kuat Tarik
Awal Akhir KN MPa KN MPa19.0 21.2 11.5 24.25 480 32.48 645
Sesuai dengan SNI 2002 tentang kuat tarik baja, baja tulangan polos d
12mm yang telah di uji menunjukkan bahwa titik lelehnya 480 MPa, masuk dalam
jenis baja BJ 55, untuk kuat tarik nya didapatkan hasil 645 MPa, masuk dalam
jenis baja BJ 55, namun untuk regangan didapatkan hasil 11.5%, namun baja ini
tidak memenuhi standar SNI 2002.
(foto & grafik tersaji di lampiran, gambar 8 & 9)
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan pada pengujian visual
baja, kami mendapat nilai angka toleransi pada diameter dalam baja 1 senilai
2.4%, pada diameter dalam baja 2 sebesar 0.84 %, pada diameter dalam baja 3
sebesar 1,66%, pada baja 4 sesuai dengan diameter yang ada pada SNI yaitu
10mm. Dapat disimpulkan, bahwa ke empat baja tersebut masuk dalam standar
SNI jika dilihat dari diameter. Namun jika di lihat dari berat satuan maka di
dapatkan hasil, baja 1 mempunyai angka toleransi 1.4%, pada baja 2 sebesar
6.45%, baja 3 sebesar 3.65, dan baja 4 hasil yang di dapat sama dengan standar
SNI, dari ke empat baja tersebut hanya ada 1 baja yang tidak memnuhi standar,
yaitu baja nomor 2.
Dari pengujian kuat tarik baja yang telah kami lakukan dapat disimpulkan
bahwa pada baja d 8mm, sesuai dengan SNI 2002 baja tulangan polos d 8mm
yang kami uji menunjukkan titik lelehnya 150 Mpa, dapat disimpulkan bahwa
baja yang kami uji tidak masuk dalam standar SNI. Pada baja d 10mm, Sesuai
dengan SNI 2002 tentang kuat tarik baja, baja tulangan polos d 10mm yang telah
di uji menunjukkan bahwa titik lelehnya 245 MPa, masuk dalam jenis baja BJ 37,
namun untuk kuat tarik nya tidak masuk dalam standar baja tulangan. Untuk
regangan didapatkan hasil 7.5%, namun baja ini tidak memenuhi standar SNI
2002. Pada baja d 12mm, Sesuai dengan SNI 2002 tentang kuat tarik baja, baja
tulangan polos d 12mm yang telah di uji menunjukkan bahwa titik lelehnya 480
MPa, masuk dalam jenis baja BJ 55, untuk kuat tarik nya didapatkan hasil 645
MPa, masuk dalam jenis baja BJ 55, namun untuk regangan didapatkan hasil
11.5%, namun baja ini tidak memenuhi standar SNI 2002.
LAMPIRAN
Gambar 1. Baja 1-4(kiri ke kanan)
Gambar 2. Baja 1-4 (uji visual)
Gambar 3. Baja 1-3 (sebelum uji kuat tarik)
Gambar 4. Baja 1d 8mm (sebelum & setelah di uji)
Gambar 5. Grafik baja 1 d 8mm
Gambar 6. Baja 2 d 10mm (sebelum dan setelah di uji)
Gambar 7. Grafik baja 2 d 10mm
Gambar 8. Baja 3 d 12mm (sebelum & setelah di uji)
Gambar 9. Grafik baja 3 d 12mm