bahan tutorial

Upload: victor-william-kalaena

Post on 19-Jul-2015

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1. Mengapa pasien terlihat bingung dan ketakutan? Jawab: Pasien terlihat bingung dan ketakutan merupakan gejala psikologis biasa, khususnya jika luka pada pasien terdapat di kepala. Pasien takut jika nantinya terdapat komplikasi pada otak mereka atau jika wajah mereka hancur dan tak dapat diperbaiki lagi. Selain masalah psikologis biasa, ketakutan dan bingung juga dapat dialami ketika pasien tersebut mengalami syok. Hal ini disebabkan berkurangnya jumlah darah (cairan tubuh) yang menyebabkan gangguan pada saraf dan otak. Jika jumlah darah yang hilang 15 20% (Syok derajat 2) atau 30-40% (Syok derajat 3), maka gejala mental yang timbul adalah perasaan bingung, cemas serta ketakutan. 2. Penyebab pernafasan yang berisik pada pasien Jawab: Nafas yang berisik atau stridor biasanya diakibatkan karena adanya sumbatan di saluran pernapasan. Sumbatan jalan nafas karena benda asing sangat berbahaya dan harus segera dibersihkan karena apabila tidak dapat bernafas, maka kita tak dapat memberikan pernafasan buatan. Sumbatan airway pada penderita yang sadar dapat menyebabkan henti jantung. Pada sumbatan total, pernafasan akan berhenti karena benda tersebut menyumbat airway sepenuhnya. Beberapa menit kemudian penderita yang sadar akan menjadi tidak sadar (karena otak kekurangan oksigen) dan kematian akan terjadi jika sumbatan tidak diatasi. Sumbatan jalan nafas ada yang total dan parsial. Pada sumbatan jalan nafas total tidak terdengar suara nafas atau tidak terasa adanya aliran udara lewat hidung atau mulut. Terdapat pula tanda tambahan yaitu adanya retraksi pada daerah supraklavikula dan sela iga bila penderita masih bisa bernafas spontan dan dada tidak mengembang pada waktu inspirasi. Pada sumbatan jalan nafas total bila dilakukan inflasi paru biasanya mengalami kesulitan walaupun dengan tehnik yang benar. Pada sumbatan jalan nafas partial terdengar aliran udara yang berisik dan kadang-kadang disertai retraksi. Bunyi lengking menandakan adanya laringospasme, dan bunyi seperti orang kumur menandakan adanya sumbatan oleh benda asing.

3. Kemungkinan asal perdarahan dari hidung dan mulut Jawab: Perdarahan dari hidung dapat disebabkan robeknya mukosa septum akibat benturan pada wajah akibat trauma. Perdarahan pada mukosa hidung dapat masuk ke faring dan diregugitasikan kembali melalui mulut. Selain itu, perdarahan dapat diakibatkan robeknya pembuluh darah pada jaringan yang rusak akibat fraktur.

4. Mekanisme gangguan napas pada cedera maxilofasialis Jawab: Trauma pada wajah sering mengakibatkan terjadinya gangguan saluran pernafasan, perdarahan, luka jaringan lunak, hilangnya dukungan terhadap fragmen tulang dan rasa sakit. Gangguan napas disebabkan oleh sumbatan jalan napas. Sumbatan dapat berupa benda asing atau bekuan darah yang masuk ke dalam sistem pernapasan. Adanya sumbatan mengakibatkan sulitnya oksigen yang masuk ke dalam sistem pernapasan. Jika terjadi sumbatan dapat ditandai dengan bunyi stridor yang terdengar. 5. Prognosis kasus skenario Jawab: Ketika pengobatan yang tepat diperoleh dengan cepat setelah cedera, prognosis dapat menjadi sangat baik. Namun, jika korban trauma memiliki osteoporosis atau penyakit kronis yang melemahkan, penyembuhan lebih bermasalah. Penyembuhan juga tergantung pada sejauh mana cedera. Kecelakaan mobil atau luka tembak, misalnya, dapat menyebabkan trauma wajah parah yang mungkin memerlukan prosedur bedah ganda dan cukup banyak waktu untuk menyembuhkan. 6. Rujukan diperlukan pada kasus kecelakaan seperti apa Jawab: Dokter-dokter yang menerima pasien pertama kali, tetapi belum berpengalaman dalam pengelolaannya, harus mengembangkan pengetahuan praktis dalam penanganan pertama, karena kemungkinan ahli bedah saraf tidak tersedia dalam waktu singkat. Pemberian oksigenasi yang memadai dan menjaga agar tekanan darah cukup untuk perfusi otak dan mencegah cidera otak sekunder adalah langkah penting terhadap peningkatan luaran cidera kepala. Seleksi (triage) penderita dengan cidera kepala tergantung pada beratnya cidera dan fasilitas yang tersedia. Walaupun demikian, penting untuk melakukan persiapan persetujuan pengiriman dengan rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap, dengan demikian penderita dengan cidera kepala sedang dan berat dapat segera dikirim untuk mendapatkan perawatan yang memadai. Konsultasi segera dengan ahli bedah saraf pada saat pengobatan dan perawatan penderita sangat dianjurkan, khususnya pada penderita dengan koma dan atau penderita dengan kecurigaan adanya lesi massa intrakranial. Keterlambatan dalam perujukan dapat memperburuk keadaan penderita INDIKASI UNTUK TRANSFER Kehadiran CEDERA KEPALA dari setiap gejala satu di bawah ini: 1. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran 2. Kepala-luka parah pasien (Glasgow Coma Scale score