bahan th 2009.draft3_revisi

46
Panduan Pengembangan Trading House KUMKM Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Kementerian Negara Koperasi dan UKM Draft 3

Upload: iswaraniagni

Post on 12-Jun-2015

450 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Trading House

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

Panduan Pengembangan Trading House KUMKM

Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan UsahaKementerian Negara Koperasi dan UKM

Draft 3

Page 2: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

2

PENGANTAR

Panduan Pengembangan Trading House KUMKM ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pihak terkait dalam pengembangan Trading House KUMKM. Panduan ini secara garis besar memuat latar belakang, kerangka pengembangan, potensi peran Pihak terkait dan program pengembangan jangka menengah dan program pengembangan Tahun Anggaran 2009. Guna lebih memperjelas isi Panduan maka pada Lampiran panduan dimuat Tanya-jawab yang berkaitan dengan pengembangan trading house KUMKM.

Panduan ini dalam proses untuk dilengkapi dan disempurnakan sesuai dengan permasalahan dan perkembangan yang dihadapi.

Saran konstruktif para pihak dihargai dan diucapkan terima kasih.

Jakarta, Maret 2009

Page 3: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

3

Daftar IsiPENGANTARI. PENDAHULUAN……………………………………………………………………………. 4

1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………………. 41.2. Sistematika…………………………………………………………………………….. 7

II. KONDISI YANG DIHARAPKAN………………………………………………………….. 92.1. Pengertian, Fungsi dan Peran Trading House KUMKM………………………….. 92.2. Komponen Trading House KUMKM………………………………………………… 112.3. Bentuk dan Kelembagaan Trading House KUMKM………………………………. 122.4. Peran Pihak Terkait…………………………………………………………………... 15

III. POTENSI, PERMASALAHAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN………………… 183.1.Potensi Pengembangan………………………………………………………………. 183.2.Permasalahan………………………………………………………………………….. 183.3.Strategi Pengembangan………………………………………………………………. 19

IV. PROGRAM PENGEMBANGAN TRADING HOUSE KUMKM…………………………. 204.1. Program Jangka Menengah………………………………………………………….. 204.2. Program Tahun 2009………………………………………………………………….. 24

V. PENUTUP…………………………………………………………………………………… 28

LAMPIRAN- TOR Pengembangan Trading House KUMKM TA 2009- Tanya Jawab Tentang Pengembangan Trading House KUMKM

Page 4: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

4

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakanga. UMKM merupakan andalan atau harapan kemajuan ekonomi Indonesia karena merupakan

mayoritas (lebih 99.5%) pelaku usaha dan menyerap lebih dari 90% penyerapan tenaga kerja nasional. Namun demikian UMKM hanya mampu menghasilkan atau menikmati sekitar 54.6% nilai tambah bruto atau Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan laju pertumbuhannya juga tidak lebih besar dari pada non-UMKM (usaha besar). Rendahnya nilai tambah bruto UMKM dan rendahnya laju pertumbuhan UMKM adalah karena sebagian besar (lebih 96 %) merupakan usaha mikro dengan volume usaha dibawah Rp 200 juta/tahun dan bentuk usahanya perorangan atau informal.

a. Salah satu kelemahan utama yang dihadapi UMKM adalah keterbatasan kemampuan akses dan pangsa pasar, yang mengakibatkan rendahnya kemampuan peningkatan volume dan nilai tambah usahanya.

b. Jenis usaha dan produk UMKM beragam, hampir meliputi seluruh jenis produk, lokasinya menyebar di seluruh pelosok Indonesia dengan volume dan kualitas produk yang sangat beragam. Potensi pasar produk UMKM juga beragam. Sebagian potensi pasarnya bersifat lokal desa atau kecamatan, sebagian yang lain bersifat antar kabupaten, antar propinsi atau antar pulau dan sebagian bersifat internasional (ekspor impor).

c. Pemasaran produk UMKM sebagian dilakukan oleh UMKM produsen sendiri dan sebagian dilakukan oleh UMKM lain dan sebagian lain oleh usaha besar.

Page 5: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

5

Pemasaran produk UMKM yang dilakukan oleh bukan UMKM produsennya dapat terjadi karena bagi UMKM produsennya lebih menguntungkan konsentrasi pada produksi, atau karena volume, kualitas, jalur pemasaran dan tuntutan ketentuan serta persaingan pasar maka lebih efisien kalau pemasaran produk dilakukan oleh non-UMKM produsen. Secara alami, pemasaran produk UMKM merupakan kesempatan usaha baik bagi UMKM sendiri maupun usaha skala besar. Adanya usaha pemasaran produk UMKM sangat mendukung pengembangan usaha UMKM produsen dan dengan demikian memungkinkan berputarnya usaha UMKM atau memungkinkan UMKM merealisasikan potensi nilai tambah usaha dan menerima pembayaran untuk upah tenaga kerja yang terlibat.

e. Sejalan dengan makin meningkatnya kemampuan produksi KUKM, baik dalam hal variasi produk, jumlah maupun kualitas serta makin ketatnya persaingan pasar dalam era globalisasi, dirasakan makin meningkat keperluan adanya layanan yang mampu memasarkan produk yang dihasilkan oleh UMKM atau layanan yang mampu memenuhi kebutuhan bahan baku bagi usaha produksi UMKM. Makin banyak dijumpai diberbagai daerah masyarakat atau UMKM berhasil memproduksi berbagai produk sesuai potensi dan unggulan daerahnya namun menghadapi kendala dalam memasarkannya sehingga prestasinya tidak memiliki dampak terhadap peningkatan pendapatan bagi tenaga kerja dan UMKM yang terlibat.

f. Menurut Asosiasi Trading House Ontario (Ontario Assosiation of Trading Houses-OATH), usaha yang beroperasi secara komersil dengan mengkhususkan diri dalam pengembangan jangka panjang pemasaran barang dan jasa yang diproduksi atau disediakan pihak lain disebut sebagai trading house. Trading house beroperasi secara bisnis (komersial), sebagai perantara antara produsen atau penyedia barang dengan pembeli (buyer) yang lokasinya berbeda, dapat berbeda kota dan bahkan berbeda negara.

Page 6: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

6

Suatu trading house dapat bersifat internasional, dan dapat pula bersifat nasional. International trading house menfokuskan diri pada kegiatan ekspor, impor dan perdagangan dengan negara ketiga dengan memanfaatkan jaringan dan infrastruktur yang dimilikinya. Trading house international dapat melakukan pengadaan nasional dan penjualan internasional, pengadaan internasional dan penjualan nasional, atau pengadaan dan penjualan bersifat internasional.

Trading house nasional melakukan kegiatan pemasaran bersifat nasional, baik antar kota, maupun antar pulau dalam satu negara.

Trading house dapat berperan sebagai pedagang (merchants), manajer konsorsia, agen, dan fasilitator perdagangan. Sebagai pedagang (merchants), trading house melakukan pembelian dan penjualan atas nama dirinya dan memperoleh marjin. Sebagai agen, trading house bertindak atas nama produsen, atau atas nama pembeli (buyer) dan menerima komisi, namun tidak memiliki hak atas barang yang diperdagangkan.

Suatu trading house beroperasi dengan marjin relatif kecil, tetapi dengan volume yang besar atau perputaran yang cepat. Karena posisinya yang strategis dan keberhasilan usaha ini tergantung pada kredibilitasnya dalam membawa amanah, di beberapa negara suatu trading house harus terdaftar atau disertifikasi oleh pemerintah atau asosiasinya.

Di beberapa negara, trading house memiliki kontribusi yang besar dalam perkembangan perdagangan dan pembangunan ekonomi negaranya. Tentang istilah, di Kanada dan Hongkong dosebut trading house, di Jepang disebut Sogo Shosha (trading house dengan multi produk) atau Semen Shosha (khusus produk tertentu), di India disebut export house, di Amerika disebut trading company atau export management company.

Page 7: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

7

g. Dengan praktek yang berkembang (best practice) seperti tersebut diatas serta sejalan dengan globalisasi yang memiliki kecenderungan munculnya pola usaha yang dapat direplikasi secara global maka dapat diprediksikan bahwa pola trading house seperti diatas akan berkembang pula di Indonesia. Karena itu berkaitan dengan keperluan akan adanya layanan pemasaran barang dan jasa yang diproduksi UMKM maka diperlukan upaya untuk menumbuh kembangkan trading house UMKM yang mampu melayani pemasaran produk UMKM yang pada gilirannya akan menjadi jembatan besar menuju peningkatan volume pemasaran dan nilai tambah usaha UMKM.

1.2. Sistematika

Sistematika Panduan Pengembangan Trading House KUMKM ini terdiri atas 5 bab, yaitu I Pendahuluan, II Kondisi yang diharapkan, III Potensi dan Permasalahan, IV Program Pengembangan Trading House KUMKM dan V Penutup.

Bab I, Pendahuluan menyajikan latar belakang perlunya pengembangan trading house KUMKM.

Bab II, Kondisi yang diharapkan, menyajikan kondisi trading house KUMKM yang diharapkan diwujudkan.

Page 8: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

8

Bab III, Potensi dan Permasalahan, menyajikan potensi dan permasalahan dalam pengembangan trading house KUMKM.

Bab IV, Program Pengembangan trading house KUMKM menyajikan program pengembangan trading house KUMKM, baik jangka menengah maupun TA 2009.

Bab V, Penutup, menyajikan harapan dalam pengembangan trading house KUMKM.

Page 9: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

9

II. KONDISI YANG DIHARAPKAN

a. Pengertian Trading house (TH) KUMKM diartikan sebagai usaha atau fasilitas yang mengkhususkan diri untuk melayani pemasaran barang dan jasa yang diproduksi atau disediakan oleh KUMKM. Layanan utama TH KUMKM adalah memasarkan produk yang diproduksi atau disediakan oleh KUMKM. Layanan pendukungnya adalah segala hal yang mendukung terselenggaranya layanan utama tersebut, yaitu dapat berupa informasi pasar, konsultasi pemasaran, logistik, pengembangan merk, pengembangan kemasan dan label, pengembangan jaringan, pengembangan konsorsium.

b. Fungsi dan peranPeran trading house KUMKM adalah sebagai lokomotif pemasaran produk KUMKM dengan melakukan fungsi-fungsi antara lain sebagai berikut:– Membantu memperoleh pasar (buyer dan order) dengan

-- Promosi melalui show room, pameran, kontak buyer, katalog-- Berperan sebagai konsorsia produk KUMKM untuk mengikuti lelang pengadaan barang-barang pemerintah maupun perusahaan swasta dan BUMN, baik dalam maupun luar negeri.

– Pengembangan produk, baik dengan sumberdaya sendiri maupun dengan sumberdaya mitra trading house -- Pengembangan desain dan produk-- Pengembangan kemasan dan label-- Pengembangan dan pendaftaran merk-- Fasilitasi penyediaan bahan baku

2.1. Pengertian, Fungsi dan Peran Trading House KUMKM

Page 10: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

10

Produsen Bahan baku

Pengumpul Bahan baku

KUKMProdusen

Trading House

KUMKM

WholeSeller

B. Baku/penolong

ProdusenB. Baku/

penolong

WholeSellerB.Jadi

RetailerB. Jadi

Konsumen: Bahan Baku

: Barang ½ jadi

: Barang jadi

Gambar 1. Trading House KUKMdan perannya antara KUKM Produsen dan Whole seller dan retailer

Kel. Pengrajin

Page 11: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

11

– Membantu dan menjembatani terjadinya pengembangan dan realisasi transaksi jual beli produk KUMKM -- Konsolidasi produk untuk memenuhi spesialisasi permintaan buyer (kualitas, kuantitas & waktu).-- Membantu dan mencari, negosiasi dan kontrak jual beli dengan buyer.

2.2. Komponen Trading House KUKM

a. Barang/jasa potensial yang dipasarkan/dipromosikan

b. Kelembagaan dan manajemen trading House

c. Jaringan Mitra kerja dengan KUKM produsen/penyedia barang dan jasa yang dipasarkan/dipromosikan

d. Jaringan mitra kerja dengan pembeli (buyer) produk KUKM

e. Jaringan mitra kerja penyedia layanan trading house, antara lain jasa konsultan, logistik dan lain-lain.

f. Sarana pendukung layanan dan fungsi trading house, antara lain sarana promosi,toko dan pergudangan

Page 12: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

12

2.3. Bentuk dan Kelembagaan Trading House KUMKM

a. BentukBentuk atau wujud trading house KUMKM adalah berupa suatu usaha yang

mengkhususkan diri dalam pelayanan pemasaran barang dan jasa yang diproduksi atau disediakan KUMKM. Usaha tersebut dapat ditangani lembaga yang khusus didirikan untuk melakukan fungsi trading house, dapat pula ditangani oleh unit dari suatu lembaga yang secara hukum dapat melakukan usaha perdagangan atau trading house.

Indikator utamanya adalah mampu melayani pemasaran barang dan jasa yang diproduksi atau disediakan KUMKM secara berkelanjutan.

Sebagai suatu usaha, trading house KUMKM harus beroperasi dalam skala yang efisien. Karena itu suatu trading house dapat berada di kota kabupaten, propinsi atau nasional sesuai dengan lokasi yang optimal bagi KUMKM produsen mitranya

dan menjangkau lokasi atau wilayah pasar yang dituju. Bagi suatu kebupaten atau kota atau wilayah tertentu yang memiliki agregat volume produk KUMKM dalam jumlah yang besar tentu diharapkan terdapat trading house yang siap melayani KUMKM sehingga usaha KUMKM di wilayah atau sentra tersebut dapat terdukung perputaran usahanya.

Trading house KUMKM yang dipromosikan Kementerian Negara KUKM diharapkan antar trading house terjadi pertukaran informasi, sinkronisasi dan kemitraan yang saling mendukung, baik dalam peningkatan kemampuan manajemen, penanganan buyer maupun dalam penanganan KUMKM mitranya.

b. KelembagaanKelembagaan suatu trading house dapat berupa Koperasi, Perseroan Terbatas, Badan Umum Milik Negara atau daerah atau badan usaha lainnya seperti badan layanan umum.

Page 13: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

13

Produsen Bahan baku

Pengumpul Bahan baku

KUKMProdusen

Trading House

KUMKM

WholeSeller

B. Baku/penolong

ProdusenB. Baku/

Penolong

Produsen Bahan baku

Pengumpul Bahan baku

KUKMProdusen

Trading House

KUMKM

WholeSeller

B. Baku/penolong

ProdusenB. Baku/

penolong

T. House KUMKM diWilayah produsen

WholeSellerB.Jadi

RetailerB. Jadi

Konsumen

WholeSellerB.Jadi

RetailerB. Jadi

Konsumen

Trading House

KUMKM

Trading House

KUMKM

Gambar 2. Trading House KUMKM dan Jaringannya

Kel. Pengrajin

Kel. Pengrajin

T.House KUMKM diWilayah pemasaran

Page 14: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

14

Untuk mendekatkan layanan kepada KUMKM mitranya yang tersebar di daerah maka dapat dikembangkan:

– Perwakilan trading house di daerah, dan atau – Trading house mitra yang dikembangkan oleh pihak lain baik swasta,

pemerintah daerah maupun sponsor lainnya

Untuk memperkuat upaya penetrasi dan jaringan pasar ke luar negeri maka dapat dikembangkan outlet trading house KUMKM di luar negeri dengan :- membuka perwakilan trading house- mendirikan perusahaan patungan dengan perusahaan lokal- Kerjasama kemitraan dengan perusahaan lokal, dengan pola kerjasama

penyediaan dan pemasaran/distribusi produk KUKM, waralaba pemasaran produk KUKM ataupun dengan pola lainnya.

Seperti dikemukakan pada sub-bab 1.1.f., dengan memperhatikan wilayah pasarnya, suatu trading house dapat dibedakan atas trading house internasional dan trading house nasional. Namun secara teknis suatu trading house KUMKM dapat beroperasi dengan sasaran pasar domestik atau nasional sekaligus internasional. Bagi KUMKM, yang penting bukanlah pasar nasional atau internasional, namun yang penting adalah adanya pasar dengan volume dan nilai tambah yang sebesar-besarnya secara berkelanjutan. Bagi Indonesia, dengan wilayah yang luas, dan bersifat kepulauan maka potensi keperluan atau kehadiran trading house KUMKM yang bersifat nasional jumlahnya sangat besar.

Page 15: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

15

2.4. Peran Pihak TerkaitPihak yang terkait dalam pengembangan trading house KUMKM dapat dibedakan atas para KUMKM sebagai pelaku usaha yang memerlukan jasa trading house, pelaku trading house KUMKM, dan promotor trading house KUMKM.

a. Peran KUMKM

KUMKM sebagai produsen atau penyedia barang sebagai ultimate user. Dalam hal ini peran KUMKM adalah mengembangkan dan memproduksi produk sesuai permintaan pasar sebagaimana diprogramkan bersama dengan trading house.

b. Peran Pelaku Trading House

Pelaku trading house, yang dapat berupa suatu koperasi, CV, PT, BUMN, BUMD, BLU atau badan usaha lainnya berperan sebagaimana layaknya suatu lembaga usaha, dimana dalam hal ini produk atau jasanya adalah pemasaran produk KUMKM, harus berupaya secara profesional untuk keberhasilan pemasaran produk dengan efektif dan efisien.

c. Peran Promotor

Promotor pengembangan trading house KUMKM dapat berupa lembaga pemeruntah, lembaga non-pemerintah, maupun swasta. Lembaga pemerintah dapat berupa pemerintah pusat seperti Kementerian Negara KUKM maupun pemerintah daerah, baik propinsi maupun kabupaten.

Page 16: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

16

Sebagai promotor, pada dasarnya mengambil inisiatip dan berbagai upaya yang diperlukan dan dimungkinkan dalam rangka menumbuh kembangkan trading house KUMKM.

Peran Kementerian Negara Koperasi dan UKM adalah sebagai penyusun arah kebijakan, inisiator, stimulator, fasilitator dan sinkronisasi pengembangan trading house KUMKM, terutama trading house yang dikembangkan dengan kerjasama Kementerian Negara Koperasi dan UKM.

Page 17: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

17

Produsen Bahan baku

Pengumpul Bahan baku

KUKMProdusen

Trading House KUMKM

WholeSeller

B. Baku

WholeSellerB.Jadi

RetailerB. Jadi

ProdusenB. Baku

Promotor dan pendukung:Pemerintah, Perguruan Tinggi, CSR, Donor,

Asosiasi dll

KonsumenKel. Pengrajin

: Bahan baku

: Barang ½ jadi

: Barang jadi

Gambar 3. Trading House KUMKM dan Pendukungnya

Page 18: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

18

III. POTENSI, PERMASALAHAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TRADING HOUSE KUMKM

3.1. Potensi Pengembangan

a. Terdapat beberapa komoditi KUMKM yang volumenya cukup besar dan terdapat permintaannya serta tidak bisa sepenuhnya dipasarkan oleh KUKM produsen seperti produk kerajinan dan makanan.

b. Beberapa komponen terwujudnya trading house KUMKM sebagaimana dimaksud sub 2.2 sudah tersedia seperti adanya sarana pusat promosi di beberapa daerah dan kelembagaan koperasi yang salah satu hakekat dan tujuannya adalah pemasaran.

c. Berbagai program pengembangan KUMKM akan diperoleh sinergi untuk mencapai tujuan secara optimal apabila secara sistematis dikaitkan dengan pengembangan trading house KUMKM, seperti program pengembangan desain dan industri kreatif dan fasilitasi pameran

3.2. Permasalahan Pengembangan Trading House KUMKM

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan trading house KUMKM pada dasarnya antara lain sebagai berikut:

a. Potensi yang ada sebagaimana disajikan pada sub-bab 3.1.a. bersifat terpisah, belum menjadi suatu manajemen yang terintegrasi menuju berfungsinya suatu sosok trading house KUMKM yang efektif untuk mewujudkan fungsinya.

b. Berbagai program pengembangan KUMKM belum dengan baik terjalin sinergi yang berorientasi pada pencapaian secara efektif keberhasilan pemasaran KUMKM.

Page 19: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

19

3.3.Strategi Pengembangan Trading House KUMKM

Strategi pengembangan trading house KUMKM secara umum adalah mengembangkan kondisi lingkungannya yang kondusif serta mengembangkan arahan dan alternatif dan menggerakkan peran pihak terkait secara sinergis dengan memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut.

a. Mendorong tumbuh dan berkembangnya trading house KUMKM secara meluas sebagai suatu usaha yang mandiri dengan kepemilikan terbuka bagi masyarakat.

b. Fokus utamanya adalah kemampuannya untuk melaksanakan fungsi trading house KUMKM, yaitu memasarkan produk KUMKM.

c. Pemerintah mengambil peran sebagai inisiator, stimulator dan pengarah pengembangan.

d. Mendorong adanya rintisan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun potensial sponsor lainnya

e. Trading house KUMKM oleh LLP-KUKM sebagai salah satu rintisan.

Page 20: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

20

IV. PROGRAM PENGEMBANGAN TRADING HOUSE KUMKM

4.1. Program Jangka Menengah

Program jangka menengah adalah program yang menyangkut periode waktu 3 (tiga) sampai dengan 5 (lima) tahun ke depan. Sebagai bagian dari upaya pengembangan KUMKM, maka pengembangan trading house KUMKM juga perlu menyesuaikan dengan tantangan yang dihadapi dalam periode itu. Tantangan yang dihadapi pengembangan KUMKM ke depan antara lain berkaitan dengan:

- Krisis keuangan global yang berdampak terhadap penurunan permintaan di pasar global dan meningkatnya proteksi pasar masing-masing negara.

- Ketatnya pembiayaan dari lembaga keuangan - Fluktuasi harga bahan bakar

a. Tujuan dan Manfaat

Tujuan program/kegiatan pengembangan trading house KUMKM adalah menumbuh kembangkan lembaga trading house KUMKM yang mampu melaksanakan fungsi trading house produk KUMKM, yaitu memberikan layanan pemasaran produk KUMKM.

Sedangkan manfaat tercapainya tujuan kegiatan ini adalah :- Berkembangnya jalur pemasaran produk KUMKM, baik pemasaran dalam negeri maupun ekspor- Meningkatnya volume dan nilai tambah usaha produk KUKM- Meningkatnya kemudahan KUKM dalam pemasaran

Page 21: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

21

b. Sasaran

- Substansi

Terwujudnya suatu sistem pengembangan trading house KUKM dengan komponen antara lain sebagai berikut :

-- Tersedianya best practise trading house KUMKM di daerah-- Tersedianya pola manajemen trading house daerah-- Terbentuknya kemitraan trading house KUKM nasional dan simpul

trading house KUKM di daerah-- Terjalinnya jaringan mitra kerja trading house dengan KUKM produsen-- Terwujudnya outlet trading house KUKM di Eropa Timur dan Timur

Tengah.

- Pelaku : KUKM produsen, organisasi pengusaha/asosiasi, koperasi, pemerintah daerah dan lembaga-lembaga penyedia jasa pengembangan bisnis.

Page 22: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

22

Produsen Bahan baku

Pengumpul Bahan baku

KUKMProdusen

Trading House KUMKM

WholeSeller

B. Baku/penolong

WholeSellerB.Jadi

RetailerB. Jadi

ProdusenB. Baku/

penolong

Promotor dan pendukung:Pemerintah, Perguruan Tinggi, CSR, Donor,

Assosiasi,dll

2a, b,4 1a, b,4Konsumen

Fasilitasi pameran,Festival, pertemuan

bisnis, dll

1. Pengembangan TH dan KIa. Workshop manajemen THb. Pendampingan manajemen TH

2. Pengembangan Industri Kreatifa. Pendampingan inovasi desain/produkb. Workshop ahli desain/pemasaran

3. Fasilitasi pameran 4. Fasilitasi kemasan, label, merk

Gambar 4. Pengembangan Trading House KUMKM

Kel. Pengrajin

Output,dampak

Tumbuh 2 kembang

TH

MeningkatPerputaran

Usaha UMKM

MeningkatnyaVol usaha

Pendapatan& nilai

tambah

Page 23: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

23

c. Ruang Lingkup Kegiatan

- Penyusunan dan validasi pola pengembangan Trading House KUKM.- Pengembangan kelembegaan dan manajemen trading house- Pengembangan jaringan mitra kerja trading house dengan KUKM

produsen/penyedia barang dan jasa yang dipasarkan/dipromosikan- Pengembangan jaringan mitra kerja dengan pembeli (buyer) produk KUKM di dalam

dan luar negeri- Pengembangan jaringan mitra kerja penyedia layanan trading house

Page 24: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

24

4.2. Program Pengembangan Trading House KUMKM TA 2009

a. Latar Belakang

- Sebagaimana dikemukakan pada bab-bab sebelumnya bahwa:

-- Trading house KUMKM merupakan suatu usaha jasa yang pada satu sisi dibutuhkan untuk mendukung pengembangan usaha KUMKM, terutama

KUMKM sektor usaha produksi, pada sisi yang lain trading house memang merupakan suatu kecenderungan bentuk praktek bisnis yang berkembang di era perdagangan yang makin terbuka secara global dan ketat persaingannya.

-- Trading house KUMKM diharapkan berkembang sebagai usaha yang menekuni pemasaran produk KUMKM secara mandiri dan dimiliki dan diusahakan oleh KUMKM, tidak harus dimiliki pemerintah.

-- Beberapa komponen trading house sebagian telah tersedia namun belum berfungsi atau diarahkan berfungsi sebagai trading house KUMKM secara terintegrasi.

-- Peran pemerintah dalam pengembangan trading house adalah sebagai penyusun arah pengembangan inisiator, stimulator dan fasilitator.

Page 25: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

25

- Sejalan dengan situasi usaha TA 2009 yang terimbas oleh kondisi krisis keuangan global maka kegiatan pengembangan trading house terkait dengan beberapa upaya untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu:

-- Peningkatan dan promosi penggunaan produksi dalam negeri

-- Pengembangan dan perluasan pasar ekspor ke wilayah pasar non-tradisional negara tujuan utama ekspor industri.

- Kegiatan yang dapat disinergikan dengan pengembangan trading house KUMKM antara lain:

-- Pameran dalam dan luar negeri

-- Pengembangan industri kreatif

-- Pengembangan kerjasama internasional

-- Pengembangan SDM

- Sebagai promotor, kegiatan Kementerian Negara KUKM cq Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha adalah dalam bentuk fasilitasi promosi, pendampingan dan pertemuan, tidak dalam bentuk perkuatan yang bersifat modal.

Page 26: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

26

b. Tujuan dan Output

- Tujuan pengembangan trading house KUMKM adalah menumbuh kembangkan trading house KUMKM.

- Output pengembangan trading house KUMKM adalah terfasilitasinya pengembangan trading house KUMKM di 6 propinsi

c. Sasaran

- Sasaran pelaku pengembangan trading house KUMKM adalah para KUMKM produsen produk unggulan di daerah, pejabat pemerintah daerah yang terkait, asosiasi, dan lembaga penyedia layanan pengembangan bisnis (BDS-P).

- Sasaran substansi pengembangan trading house KUMKM adalah tumbuhnya trading house KUMKM di beberapa daerah untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai rintisan best practise trading house pada tahun berikutnya.

Sesuai dengan tantangan yang dihadapi berkaitan dengan krisis keuangan global maka pengembangan trading house KUMKM akan diisi dengan pengembangan kemampuan trading house KUMKM sebagai rekanan pengadaan barang dan jasa pemerintah maupun swasta serta pengembangan kemampuan untuk menyediakan barang melalui koperasi, khususnya koperasi karyawan.

Page 27: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

27

d. Ruang lingkup kegiatan

- Kegiatan-kegiatan yang secara khusus berada pada anggaran pengembangan trading house

-- Perumusan kebijakan dan panduan pengembangan trading house KUMKM

-- Pertemuan teknis manajemen trading house KUMKM

-- Pendampingan trading house KUMKM oleh praktisi/ahli

-- Promosi/produk mitra trading house, pameran

- Kegiatan yang dikaitkan dengan kegiatan pengembangan KUMKM lainnya

-- Pengembangan jaringan pemasaran ke luar negeri, khususnya ke UEA dan Eropa Timur melalui kegiatan pameran luar negeri.

-- Pengembangan inovasi produk KUMKM mitra trading house melalui kegiatan pengembangan industri kreatif dan kegiatan peningkatan daya saing produk kerajinan

-- Pengembangan jaringan kemitraan dengan KUMKM produsen melalui kegiatan pameran luar negeri

Page 28: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

28

V. PENUTUP

5.1. Pengembangan trading house KUMKM dengan pengertian seperti dimaksud dalam panduan ini memiliki posisi sangat strategis. Strategis karena pemasaran merupakan kunci berputarnya perkembangan suatu usaha KUMKM yang jumlahnya sangat besar dan menyebar di seluruh pelosok tanah air. Karena itu keberhasilan pengembangan trading house KUMKM sangat diharapkan. Disisi lain, upaya ini harus bisa mengatasi atau menyesuaikan dengan persaingan pasar yang makin ketat dan terbuka.

5.2. Guna mendukung keberhasilan maksud dan tujuan pengembangan trading house KUMKM maka panduan ini perlu terus disempurnakan, dipertajam dan lebih detailkan sehingga memudahkan teknis pelaksanaan tindak lanjutnya.

Page 29: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

LAMPIRAN

Page 30: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

Tanya – Jawab Tentang Pengembangan Trading House KUMKM

1. Pertanyaan:LLP-KUKM juga melaksanakan pengembangan trading house KUKM, apakah tidak sebaiknya program pengembangan trading house KUKM di lingkungan Kementerian Negara KUKM diserahkan kepada LLP-KUKM saja?

Jawaban:• LLP-KUKM pada dasarnya sebagai unit pelaksana teknis kebijakan yang

dikembangkan Kementerian Negara KUKM. Dalam hal ini LLP-KUKM adalah sebagai salah satu pelaku dari banyak trading house yang diharapkan tumbuh dan berkembang untuk melayani pemasaran KUKM yang banyak jumlahnya dan menyebar di seluruh Indonesia. Sebagai ilustrasi, di antara salah satu negara bagian di Kanada jumlah trading house-nya lebih dari 400 unit. Indonesia dengan jumlah UMKM yang lebih besar serta menyebar di 7000 pulau perlu jauh lebih banyak trading house agar KUMKM dapat berkembang.

• LLP-KUKM diharapkan sebagai salah satu rintisan atau best practice dan diharapkan membangun kemitraan dengan berbagai trading house di daerah.

• Peran Kementerian Negara KUKM adalah sebagai penyusun arah kebijakan, promotor, inisiator, fasilitator, serta mendorong peran aktif pihak terkait bagi tumbuh dan berkembangnya trading house KUKM.

Page 31: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

2. Pertanyaan:Apakah bedanya trading house KUMKM dengan perusahaan trading atau perusahaan dagang?

Jawaban:

Secara bisnis, dalam pengertian bahwa kegiatan usahanya adalah berupaya memperoleh marjin melalui penjualan suatu barang dan jasa, keduanya sama. Perbedaannya antara lain adalah: 1) Suatu trading house memasarkan produk yang diproduksi atau disediakan oleh pihak lain, 2) Pada trading house, hubungannya dengan pihak supplier adalah hubungan kerja sama pengembangan pasar dalam jangka panjang, sementara dalam perusahaan trading tidak harus dalam perspektif jangka panjang, 3) Trading house KUKM layak mendapatkan dukungan lebih banyak dari pemerintah karena mengatasi masalah pemasaran produk KUMKM dalam jumlah besar.

3.Pertanyaan: Sebaiknya dari mana memulai membangun trading house, membangun outlet di wilayah sasaran pasar (baik dalam maupun luar negeripun luar negeri) atau membangun trading house lokal yang menangani hal-hal yang berkaitan dengan KUKM produsen.l-hal yang berkaitan dengan KUKM produsen.

Jawaban:Pada dasarnya pengembangan trading house dapat digerakkan oleh adanya supply atau supply-driven, dapat pula digerakkan oleh adanya permintaan (demand-driven).

Page 32: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

Pengembangan trading house sebaiknya dimulai dari aspek yang paling siap atau sudah tersedia. Dalam hal terdapat permintaan suatu produk dan produk tersebut memiliki potensi disediakan KUMKM, maka sebaiknya pengembangan trading house dimulai dari pematangan permintaan dan spesifikasi permintaan kemudian dilanjutkan dengan penyiapan dari sisi supply dan supplier-nya.Dalam hal posisi keduanya, permintaan (demand) dan penyediaan (supply) barang belum siap, maka sebaiknya dimulai dari konsolidasi KUMKM supplier dan produksinya untuk selanjutnya dipromosikan dan diupayakan mitra atau buyernya.

4. Pertanyaan: Siapakah yang potensial mengembangkan trading house KUMKM?

Jawaban:

Siapapun yang memiliki kepentingan, minat, dan komitmen yang tinggi dalam pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi sebenarnya potensial sebagai pengembang trading house KUMKM. Hal tersebut dikarenakan pemasaran merupakan hulu masalah yang dihadapi dalam pengembangan KUMKM. Apabila pemasaran barang dan jasa KUMKM terdapat solusinya, dalam arti tersedia pasar dengan marjin yang bisa menutupi biayanya maka dapat dikatakan bahwa masalah KUMKM tersebut dapat diatasi, walaupun tingkat kesulitan mengatasinya berbeda-beda.

Sebaliknya apabila masalah pemasaran KUMKM tidak teratasi maka walaupun tersedia modal, produksi atau teknologinya maka proses perputaran usaha KUMKM tidak dapat dilakukan.

Page 33: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

Dengan pemahaman seperti tersebut diatas maka pihak-pihak yang potensial mengembangkan trading house KUMKM adalah sebagai berikut:

a. KUMKM dan calon UMKM. Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (propinsi, kabupaten, kota) potensial sebagai inisiator, stimulator, atau promotor pendirian dan pengembangan trading house KUMKM dengan membentuk BUMD, Badan Layanan Umum atau mendorong pembentukan suatu PT yang dimiliki KUMKM atau sponsor.

b. Pemerintah.KUMKM dan calon UMKM dapat berperan sebagai pelaku trading house atau sebagai mitra trading house.Sebagai pelaku trading house, yaitu sebagai suatu usaha yang menekuni pemasaran produk KUMKM, yang potensial sebagai pengembangannya adalah para KUMKM yang selama ini telah menekuni atau mereka yang berminat menekuni usaha pemasaran.Calon pengusaha, atau calon UMKM, yang berarti belum sebagai pengusaha, seperti seorang karyawan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan atau seorang alumni suatu sekolah dengan jurusan niaga yang memiliki minat dan pengalaman dalam bidang pemasaran dapat berpotensi sebagai pelaku trading house dengan cara membentuk koperasi apabila mereka terdiri dari beberapa orang atau membentuk CV atau perseroan terbatas (PT).KUMKM dan calon UMKM dapat pula berperan sebagai mitra trading house, yaitu sebagai penyedia barang dan jasa yang dipasarkan atau berperan sebagai penyedia jasa pendukung trading house seperti sebagai konsultan atau penyedia jasa lainnya.

Page 34: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

c. Perguruan Tinggi dan Lembaga Donor.Perguruan Tinggi potensial sebagai promotor pengembangan trading house KUMKM sekaligus sebagai laboratorium bagi mahasiswanya, baik mahasiswa pada jurusan studi yang berkaitan dengan produksi seperti jurusan pertanian, peternakan maupun perkebunan maupun mahasiswa dalam bidang studi yang berkaitan dengan pemasaran seperti jurusan ekonomi dan manajemen pemasaran.

5. Pertanyaan:

Diantara beberapa alternatif bentuk badan usaha, bentuk badan usaha apa yang paling tepat untuk usaha trading house KUMKM?

Jawaban: Bentuk badan usaha yang tepat adalah bentuk yang memberikan peluang paling besar terwujudnya trading house KUMKM yang mampu berfungsi sebagaimana diharapkan, yaitu melayani pemasaran barang dan jasa yang diproduksi atau disediakan pihak lain, yaitu KUMKM.Dengan kata lain, kriteria pertama adalah bentuk badan usaha yang memberikan peluang paling besar untuk berdirinya suatu usaha pemasaran atau trading yang dapat beroperasi secara berkelanjutan. Kriteria kedua adalah mampu memasarkan barang yang diproduksi oleh KUMKM lainnya secara efektif.Kriteria pertama, yaitu kemampuan untuk eksis secara berkelanjutan dalam pemasaran produk menjadi kriteria yang paling penting, karena pertama-tama suatu trading house harus dapat hidup dan berjalan sebagai suatu entitas pemasaran secara berkelanjutan, tersedia dana untuk membiayai kegiatannya secara berkelanjutan dan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Page 35: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

Dengan kriteria pertama tersebut maka bentuk badan usaha yang tepat adalah tergantung siapa yang mendirikan trading house dan sumber daya apa yang dimiliki atau dikuasai oleh pendiri tersebut.

Dalam hal pendirinya adalah lembaga pemerintah maka bentuk badan usahanya dapat berupa suatu CV, PT atau koperasi, tergantung apakah memiliki jaringan yang kuat dengan KUMKM produsen, kemampuan manajemen pemasaran, permodalan, teman-teman perorangan yang berminat dan berkemampuan dalam pengembangan trading house.

Dalam hal pendirinya adalah lembaga pemerintah maka bentuk badan usahanya dapat berupa badan layanan umum, badan usaha milik daerah atau mendorong pihak lain untuk membentuk suatu perseroan terbatas (PT) oleh pihak terkait dimana peran lembaga pemerintah tersebut adalah memberikan arahan, akses dan dukungan lain yang dimungkinkan.

Kriteria kedua, yaitu secara efektif memasarkan produk KUMKM adalah bahwa barang yang dipasarkan trading house dihasilkan oleh KUMKM lain, tidak diproduksi oleh KUMKM trading house sendiri, agar keberhasilan trading house tersebut merupakan keberhasilan KUKM lainnya. Dengan kriteria seperti tersebut, maka bentuk yang ideal sebenarnya adalah koperasi pemasaran yang memasarkan produk yang dihasilkan oleh anggotanya yang berperan sebagai produsen. Namun demikian, hal tersebut menuntut adanya sejumlah orang yang memiliki kesamaan kepentingan dalam usaha pemasaran agar memenuhi syarat untuk membentuk suatu koperasi.

Page 36: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

Dalam praktek di lapangan, jumlah orang yang memiliki kesamaan kepentingan dan kompetensi tidak mencukupi jumlah minimal membentuk suatu koperasi. Dalam keadaan demikian pada tahap pertama tidak harus dalam bentuk koperasi.Pada tahap awal dapat dilakukan dengan badan usaha CV atau PT tetapi dengan semangat koperasi, dalam arti tujuan, arah perusahaan dan pengurus usaha trading house disepakati bersama, tidak sepenuhnya ditentukan oleh pemilik modal terbesar. Di kemudian hari, jika dipandang perlu dapat dirubah menjadi badan usaha koperasi. Apabila dalam bentuk koperasi, agar dapat berkembang sebagai perusahaan yang kuat maka sebaiknya pembagian sisa hasil usaha disesuaikan dengan kontribusinya, termasuk kontribusi permodalan. Anggota dengan kontribusi modal dan atau keahlian atau jaringan yang besar harus dipertimbangkan untuk mendapatkan imbalan yang besar, proporsional dengan kontribusinya.

6. Pertanyaan:Produk atau KUMKM mana yang potensial atau seharusnya dikembangkan trading house-nya?

Jawaban:Produk atau KUKM mana yang perlu dikembangkan trading house-nya tentu KUKM atau produk yang memang memerlukan jasa trading house. Sementara itu, seperti dijelaskan pada jawaban pertanyaan no. 3, trading house dapat dikembangkan dengan dorongan ketersediaan produk (supply-driven) dapat pula atas dorongan permintaan (demand-driven).

Page 37: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

Dari sisi ketersediaan produk (supply-driven), prioritas pengembangan trading house adalah produk KUKM yang sejauh ini telah dihasilkan KUMKM dalam jumlah yang besar dan memerlukan jasar pemasaran.

Dari data KUMKM yang mengikuti pameran, produk KUKM yang tersedia dalam jumlah besar adalah produk kerajinan, aksesoris rumah tangga, termasuk furniture, garmen, dan makanan. Produk-produk tersebut secara umum memerlukan jasa trading house. Walaupun suatu produk bagi KUKM tertentu sudah memiliki jaringan pasar, seperti produk furniture atau garmen atau pakaian, tetap dapat dikembangkan trading house dengan mengembangkan pasar baru atau market creation. Pengembangan pasar tersebut misalnya dengan mengembangkan pasar untuk pengadaan barang pemerintah melalui lelang atau kerja sama dengan koperasi karyawan yang secara teoritis terdapat potensi untuk dikembangkan pemasarannya.

Suatu trading house dapat dikembangkan atas dorongan adanya permintaan produk (demand-driven). Adanya permintaan produk dalam jumlah besar dan KUKM memiliki potensi untuk memproduksinya maka potensial untuk dikembangkan trading house-nya. Produk dimaksud dapat merupakan suatu produk yang KUKM sudah memproduksinya, misalnya produk furniture atau sepatu, sehingga masalahnya tinggal memilih dari KUKM yang mana. Dapat pula KUKM di daerah tersebut belum memproduksi jenis produk yang diperlukan tetapi diinginkan (untuk mempromosikan UKM di daerah tersebut) untuk membeli produk dari daerah tersebut sepanjang memang KUKM di daerah tersebut memiliki potensi untuk memproduksinya.

Page 38: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

Dengan demikian pada akhirnya produknya bisa apa saja, yang penting volumenya ekonomis ditangani pemasarannya oleh pihak lain. Dalam hal ini tergantung besarnya biaya operasional yang diperlukan. Sementara itu, besarnya biaya operasional tergantung desain besarnya manajemen trading house yang akan dikembangkan.

Pertanyaan berikutnya, di samping produk apa, adalah untuk UMKM skala yang mana, usaha mikro, usaha kecil atau usaha menengah yang perlu dikembangkan trading house-nya.

Secara riil sebetulnya UMKM skala manapun, termasuk usaha mikro memerlukan dan berpotensi untuk dikembangkan trading house-nya. Sebagai contoh, terdapat usaha mikro yang bisa didorong memproduksi sayur atau ikan lele, karena yang bersangkutan pernah bekerja dan gemar menanam sayur atau memelihara lele. Namun karena tidak biasa jualan maka apabila memproduksi sayur atau lele dalam jumlah yang lebih dari kebutuhannya maka hasil sayur dan lele tersebut hanya diberikan kepada tetangganya secara gratis. Karena secara gratis maka tidak ada insentif untuk memproduksi secara berkelanjutan. Dalam hal ini bisa dikembangkan suatu trading house dengan cara mengundang usaha kecil yang memiliki kemauan dan bakat berjualan ke pasar. Dengan memitrakan antara produsen dan pedagang kecil tersebut maka keduanya memiliki insentif untuk melanjutkan proses usaha yang memberikan nilai tambah bagi keduanya, yang berarti merupakan kesempatan usaha dan kesempatan kerja baru bagi keduanya.

Page 39: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

7. Pertanyaan:Apakah suatu trading house KUMKM harus menggunakan nama dengan kata trading house?

Jawaban:Ada hal positif dan negatif apabila suatu trading house menggunakan nama trading house. Aspek negatifnya apabila menggunakan nama trading house adalah bahwa bagi pembeli kelas menengah bawah yang menginginkan harga yang paling murah bisa jadi tidak menarik bagi mereka untuk berhubungan dengan trading house, karena khawatir suatu trading house akan mengambil marjin yang besar sehingga mengurangi potensi marjin yang mungkin diperoleh. Namun biasanya, bagi pembeli kelas menengah, di mana sudah memiliki standar kualitas, tren desain dan standar harga, yang dipentingkan adalah kemampuannya untuk memenuhi barang dengan standar tersebut.

Aspek positifnya apabila menggunakan nama trading house adalah bahwa akan mudah dikenali sebagai trading house.

Memperhatikan beberapa aspek di atas maka tidak perlu terdapat keharusan harus menggunakan atau dilarang menggunakan nama dengan kata trading house. Yang dipentingkan adalah kemampuannya secara riil dan berkelanjutan sebagai trading house produk KUMKM.

Page 40: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

Jawaban: Apa dan bagaimana kunci keberhasilan pengembangan trading house KUMKM di Indonesia sejauh ini belum teridentifikasi contoh atau praktek terbaiknya. Selama ini di Indonesia terdapat pemahaman yang kurang tepat mengenai pedagang atau pelaku pemasaran barang-barang produksi UMKM. Seolah-olah semua pedagang produk UMKM, termasuk tengkulak dan pengijon adalah pihak yang tidak dikehendaki, bahkan kadang-kadang dimusuhi. Padahal sebenarnya mereka (pedagang) adalah penyedia solusi bagi UMKM yang seringkali tidak bisa disediakan pemerintah. Mereka mampu memasarkan produk UMKM dengan cara yang mampu dijangkau oleh kemampuan KUMKM produsen. Disamping itu, mereka (para tengkulak) pada dasarnya adalah juga UMKM. Karena itu pada masa yang akan datang barangkali perlu adanya reposisi peran mereka. Ke depan mereka justru perlu diposisikan secara lebih terhormat, antara lain justru diberikan kepercayaan untuk pemasaran produk UMKM namun harus dengan kerangka kemitraan dalam jangka panjang, yang berarti hubungan kerjanya secara berkelanjutan, marjin usahanya proporsional agar tetap bisa bersaing di pasar dan memberikan insentif bagi produsen maupun pedagangnya.

Dengan pengertian dan harapan posisi pelaku pemasaran seperti tersebut diharapkan di kemudian hari ditemu kenali contoh (best practice) trading house KUMKM di Indonesia. Dengan mengembangkan dan menemu kenali contoh atau best practices trading house KUMKM diharapkan dapat dikenali pula kunci keberhasilan pengembangan trading house KUMKM.

8. Pertanyaan: Apa dan bagaimana kunci keberhasilan pengembangan trading house KUMKM?

Page 41: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

9. Pertanyaan:Apakah suatu trading house KUMKM harus memiliki modal?

Jawaban:Sebagai suatu usaha tentu harus memiliki modal agar mampu mengadakan barang dan jasa yang dipasarkan. Namun besarnya modal dan bentuk modal dapat bervariasi atau relatif. Modal yang paling utama adalah harus memiliki kredibilitas sehingga dipercaya oleh mitranya.

Bagi suatu trading house yang kredibel, modal dapat berupa barang yang diperdagangkan yang berasal dari KUMKM produsen. Modal dapat pula modal kepercayaan berupa adanya akses dan permintaan dari pembeli (buyer) yang dengan permintaan tersebut suatu trading house dapat melakukan transaksi dengan KUMKM, yang berarti fungsinya sebagai trading house sudah diwujudkan.

10. Pertanyaan:Bagaimana peran pemerintah dalam hal ini Kementerian KUKM dalam mengembangkan trading house KUMKM?

Jawaban:Dalam Teks Panduan Pengembangan Trading House KUMKM telah dinyatakan bahwa peran Kementerian KUMKM secara garis besar mencakup sebagai penyusun kebijakan dan arah pengembangan, inisiator, stimulator, fasilitator, dan sinkronisasi, regulasi atau koordinasi pengembangan, terutama trading house KUMKM yang dikembangkan dengan bekerja sama dengan Kementerian KUMKM.

Page 42: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

Kegiatan trading house pada dasarnya adalah kegiatan pelaku usaha, bukan kegiatan pihak lembaga pemerintah. Sebagaimana kegiatan usaha pada aspek yang lainnya, maka sebaiknya pemerintah hanya ambil peran apabila tanpa peran pemerintah tersebut maka kegiatan usaha tersebut tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya atau tidak bisa berjalan dan atau berkembang dengan sendirinya.

Peran-peran sebagaimana disebutkan di atas memang tidak bisa terwujud dengan sendirinya terutama bagi KUMKM dan masing-masing peran tersebut perlu dirumuskan secara lebih teknis agar memudahkan pelaksanaan dan pencapaian sasaran yang diharapkan.

Peran pemerintah yang utama atau pertama-tama perlu diwujudkan adalah penyusunan kebijakan dan atau arah pengembangan trading house KUMKM. Karena hal tersebut menjadi titik tolak dan arah para pihak untuk bertindak dan mengalokasikan sumberdayanya.

11. Pertanyaan:Apakah sektor jasa juga tercakup oleh suatu trading house KUMKM?

Jawaban:Hasil kerja KUMKM apapun yang potensial memiliki nilai manfaat bagi orang lain atau bagi pasar, apakah berupa barang atau jasa, dapat dicakup sebagai layanan trading house KUMKM.Hasil kerja KUMKM dalam bentuk jasa dapat berupa jasa cuci pakaian (laundry), jasa pembersihan rumah, jasa perawatan mobil, jasa perawatan anak, jasa rekondisi perabot rumah tangga, jasa penyediaan air minum, dan berbagai jasa lainnya yang dapat disediakan oleh KUMKM.

Page 43: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

12.Pertanyaan:Peran perguruan tinggi sebagaimana diskemakan pada Gambar 3 pada panduan, apakah tidak sebaiknya dikategorikan sebagai peran akademisi? Jangan sampai kerangka ini hanya bersifat text book atau diatas kertas, dan tidak terimplikasi dengan baik seperti harapan peran perguruan tinggi dalam pengembangan BDS-P (Business Development Services - Provider)

Jawaban:

- Peran perguruan tinggi tidak sekedar sebagai akademisi, apalagi dalam arti pemikir, peneliti, dan penelaah. Perguruan tinggi juga sebagai sumber kader dan tenaga terampil bagi dunia usaha.

- Justru agar perguruan tinggi dapat berperan lebih baik sebagai sumber tenaga terampil bagi dunia usaha maka perlu melengkapi ‘diri’nya dengan wahana yang menghubungkan segala hal yang berkaitan dengan bidang ilmu dan keterampilannya dengan pasar sebagai orientasi pada dunia nyata setelah kelulusan anak didiknya.

- Perguruan tinggi pada bidang studi yang berkaitan dengan produksi seperti pertanian, perkebunan, perikanan atau berkaitan dengan pemasaran seperti studi manajemen atau pemasaran sebaiknya memiliki suatu trading house untuk produk yang sesuai dengan potensi sekitar perguruan tinggi tersebut sehingga memiliki kompetensi yang tinggi berkaitan dengan potensi sumber daya yang ada disekitarnya.

Page 44: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

- Dengan demikian bagi perguruan tinggi tersebut adanya suatu trading house untuk produk unggulan tertentu merupakan perlengkapan yang diperlukan untuk mendukung keberhasilan pencapaian misi perguruan tinggi yang bersangkutan.

- Dengan uraian seperti tersebut di atas, maka agak berbeda dengan posisi perguruan tinggi ketika diharapkan mengembangkan BDS-P pada tahun 2000-an, dimana ketika itu posisi perguruan tinggi seperti menerima penugasan untuk mengembangkan BDS-P, tidak sebagai suatu kebutuhan untuk mendukung keberhasilan misi lembaganya

13.Pertanyaan:Keinginan atau kegiatan untuk mengembangkan trading house KUMKM sebetulnya sudah lama digaungkan, sejak tahun 1980-an, kenapa sampai saat ini belum terwujud dengan baik?

Jawaban:

Page 45: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

14.Pertanyaan:Apakah UMKM perlu trading house, apalagi kalau hanya untuk usaha di dalam negeri saja?

Jawaban:

Page 46: Bahan TH 2009.Draft3_revisi

15.Pertanyaan:Apa saja tantangan mewujudkan trading house KUMKM?

Jawaban: a. Istilah trading house sendiri terlalu asing, elitis bagi KUMKM pada umumnya

sehingga bisa jadi hanya menjadi wacana pada kelompok KUMKM atau peminat tertentu saja.

b. Tantangan yang diprioritaskan adalah mencari atau mewujudkan best practice atau contoh dari pada trading house KUMKM yang ingin diwujudkan. Untuk istilah, barangkali sementara dipakai istilah trading house dulu sebelum diketemukan istilah Indonesia yang tepat.