bahan rujukan bagi lptk - prioritaspendidikan.org · v praktik yang baik dalam pembelajaran di...
TRANSCRIPT
BAHAN RUJUKAN BAGI LPTK
PRAKTIK YANG BAIK
DALAM PEMBELAJARAN
DI SEKOLAH DASAR/
MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI)
Mei 2013
Modul pelatihan ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United
States Agency for International Development (USAID). Isi dari materi pembelajaran ini
merupakan tanggung jawab konsorsium Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and
Opprtunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS) dan
tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat.
v
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Pengantar Modul
Pengantar
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar vi
Jadwal Pelatihan (contoh) viii
Unit 1 Apa dan Mengapa PAKEM
3
Unit 2 Keterampilan Berpikir 39
Unit 3 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif 115
Unit 4 Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar 147
Unit 5 Persiapan dan Praktik Mengajar 167
Unit 6 Menulis Jurnal Reflektif 191
Unit 7 Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) 211
vi Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Pengantar Modul
Pengantar
Kata Pengantar
Program Prioritizing Reform, Innovation and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers,
Administrators and Students (PRIORITAS) yang didanai oleh USAID bekerja sama dengan
Pemerintah Indonesia untuk mendukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta
Kementerian Agama dalam meningkatkan akses pendidikan dasar yang bermutu. Untuk
mencapai tujuan tersebut, PRIORITAS mengembangkan dan melaksanakan program
pengembangan kapasitas yang terdiri dari pelatihan, pendampingan, kegiatan kelompok kerja
di tingkat sekolah maupun gugus. Sasaran program pengembangan kapasitas ini adalah guru
dan dosen Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), kepala sekolah, komite
sekolah, serta pengawas dan staf Dinas Pendidikan terkait di kabupaten terpilih di tujuh
propinsi mitra USAID PRIORITAS, yaitu: Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan. Pelatihan bagi dosen dilaksanakan melalui kerja sama dengan sejumlah LPTK terpilih untuk pengembangan peran LPTK sebagai penyedia layanan
baik untuk pendidikan guru pra-maupun pendidikan dalam-jabatan.
Modul yang digunakan merupakan adaptasi dari modul pelatihan tingkat sekolah. Sedangkan
modul tingkat sekolah merupakan pemaketan ulang dari modul-modul yang telah
dikembangkan oleh program bantuan seperti USAID Decentralized Basic Education (DBE) dan
Managing Basic Education (MBE) serta UNICEF’s Creating Learning Communities for Children
(CLCC) dan Mainstreaming Good Practices in Basic Education (MGP-BE). Modul Pelatihan
Praktik yang Baik untuk Sekolah Dasar – Bahan Rujukan bagi LPTK ini memuat materi
pembelajaran yang dikenal dengan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Modul dikemas dalam bentuk unit-unit yang berisi topik-topik, satu unit memuat satu topik.
Berikut adalah gambaran singkat tentang masing-masing unit.
Unit 1: Apa dan Mengapa Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan? Unit ini membahas prinsip-prinsip dalam PAKEM dan bagaimana
mengembangkan pembelajaran yang mengandung prinsip tersebut. Pengetahuan dan
pengalaman peserta juga diperkaya dengan diskusi serta tayangan video tentang pelaksanaan
pembelajaran aktif dalam berbagai mata pelajaran di beberapa sekolah.
Unit 2: Keterampilan Berpikir. Kemampuan siswa kita dalam berpikir tingkat tinggi:
menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi/mencipta masih perlu ditingkatkan. Unit ini
memberi kesempatan kepada peserta untuk berlatih Keterampilan Berpikir tersebut. Unit ini
juga memberikan contoh-contoh pertanyaan tersebut.
Unit 3: Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif. Unit ini secara praktis
membahas bagaimana penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar, pengelolaan siswa, dan
pengelolaan perabot. Banyak dampak positif yang dapat diperoleh dengan menciptakan
lingkungan belajar ini, misalnya, pencapaian tujuan pembelajaran menjadi lebih mudah, iklim
belajar lebih kondusif.
Unit 4: Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar. Unit ini
membahas bagaimana lingkungan sebagai media pembelajaran yang digunakan yang
dimanfaatkan oleh siswa untuk melakukan pengamatan, percobaan, melakukan manipulasi
vii
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Pengantar Modul
Pengantar
(‘mengotak-ngatik’) dalam rangka menemukan konsep, bukan oleh guru dalam rangka
menjelaskan konsep.
Unit 5: Persiapan dan Praktik Mengajar. Unit ini akan memfasilitasi guru/dosen agar
bisa membuat persiapan mengajar dengan menggunakan pembelajaran kontekstual yang
mengembangkan, antara lain, kemampuan berpikir tingkat tinggi, kemampuan bekerjasama,
sekaligus mempraktikannya di sekolah latihan. Unit ini juga memberikan kesempatan kepada
peserta untuk mencobakan berbagai gagasan di pelatihan diterapkan dalam situasi nyata, yaitu
mengajar para siswa di kelas. Dengan demikian, peserta dapat memperkirakan berbagai
kemudahan atau kendala ketika gagasan tersebut diterapkan di sekolah.
Unit 6: Menulis Jurnal Reflektif. Salah satu ’alat’ untuk memperbaiki kinerja kita adalah
refleksi: kita merefleksi diri tentang apa yang kita kerjakan; apa yang sudah baik dan belum
baik. Unit ini melatih peserta/guru bagaimana membuat catatan reflektif tentang mengajar mereka. Dengan demikian, peserta/guru diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran
mereka secara terus menerus, tanpa terlalu tergantung pada orang lain.
Unit 7: Penyusunan Rencana Tindak Lanjut. Suatu pelatihan yang berkaitan dengan
peningkatan mutu pembelajaran akan sangat kurang bermanfaat bahkan sia-sia apabila tidak
ditindaklanjuti dengan langkah nyata penerapan gagasan di lapangan. Unit ini akan memberi
kesempatan kepada peserta pelatihan untuk membuat Rencana Tindak Lanjut: Apa saja yang
akan dilakukan di kampus/perkuliahan segera setelah pelatihan berakhir. Rencana tindak
lanjut merupakan awal ‘komitmen’ peserta dalam menerapkan apa yang diperoleh dalam
pelatihan. Rencana tindak lanjut bagi dosen meliputi 1) Rencana penerapan gagasan dalam
perkuliahan sehari-hari, 2) Rencana penerapan gagasan dalam bimbingan kepada mahasiswa
dalam praktik pengalaman lapangan terpadu (PPLT), dan 3) Rencana penerapan gagasan
dalam layanan kepada guru dalam jabatan.
Pendekatan pembelajaran aktif dan interaktif yang diterapkan dalam pelatihan ini tidak
hanya untuk memotivasi peserta untuk terlibat secara fisik dan mental dalam pelatihan, tetapi
juga untuk menyediakan contoh pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru di dalam kelas.
Fasilitator memberikan model tentang pelaksanaan pembelajaran kontekstual/pembelajaran
aktif, pengelolaan peserta, dan menciptakan suasana dalam pelatihan yang diharapkan dapat
dicontoh oleh peserta ketika mereka melatih dan mengajar di kelas di sekolah/kampus
mereka.
Modul ini diharapkan dapat dijadikan salah satu bahan rujukan oleh para dosen di Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) terutama dalam 1) Pelaksanaan perkuliahan sehari-
hari, 2) Pelaksanaan bimbingan kepada mahasiswa calon guru dalam praktik pengalaman
lapangan terpadu (PPLT), dan 3) Pelaksanaan layanan kepada guru dalam jabatan.
viii Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Pengantar Modul
Pengantar
JADWAL PELATIHAN (contoh)
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI
Waktu Menit Unit/Topik Ket
Hari I
08.00 – 08.15 15’ REGRISTRASI
08.15 – 08.45 30’ Pembukaan & Penjelasan Umum Program Prioritas
08.45 – 09.00 15’ Istirahat
09.00 – 12.00 180’ Unit 1: Apa dan Mengapa Pakem
12.00 – 13.00 60’ Ishoma
13.00 – 15.00 120’ Unit 2: Keterampilan Berpikir
15.00 – 16.00 60’ Unit 3: Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
16.00 – 16.30 30’ Istirahat
16.30 – 17.30 60’ Unit 3: Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
(lanjutan)
Hari II
08.00 – 10.00 120’ Unit 4: Pemanfaatan Lingkungan sebagai Media dan
Sumber Belajar
10.00 – 10.15 15’ Istirahat
10.15 – 12.15 120’ Unit 5: Mempraktikkan PAKEM (persiapan)
12.15 – 13.15 60’ Ishoma
13.15 – 16.15 180’ Unit 5: Mempraktikkan PAKEM (persiapan)
16.15 – 16.45 30’ Istirahat
16.45 – 17.45 60’ Unit 5: Mempraktikkan PAKEM (persiapan)
Hari III
07.30 – 08.00 30’ Perjalan dari tempat pelatihan ke sekolah Waktu dapat
disesuaikan
08.00 – 10.30 150’ Unit 5: Mempraktikkan PAKEM (praktik PAKEM di
sekolah)
10.30 – 11.00 30’ Perjalan dari sekolah ke tempat pelatihan
11.00 – 11.30 30’ Unit 5: Mempraktikkan PAKEM (memajang hasil
karya siswa)
11.30 – 13.00 90’ Ishoma
13.00 – 14.00 60’ Unit 5: Mempraktikkan PAKEM (diskusi pasca
praktik, refleksi, dan kunjung karya)
14.00 – 15.10 70’ Unit 6: Penulisan Jurnal Refleksi
15.10 – 16.10 60’ Unit 7: RTL PAKEM
16.10 – 16.30 30’ Penutupan
UNIT 1
APA DAN MENGAPA PAKEM?
3 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
UNIT 1
APA DAN MENGAPA PAKEM
Waktu: 3 Jam
A. PENGANTAR
Pembelajaran merupakan salah satu unsur
penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan
oleh suatu sistem pendidikan. Pembelajaran
ibarat jantung dari proses pendidikan.
Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan
lulusan dengan hasil belajar yang baik pula.
Demikian pula sebaliknya.
Hasil belajar pendidikan di Indonesia masih
dipandang kurang baik. Sebagian besar siswa
belum mampu menggapai potensi ideal/optimal
yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu ada
perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini.
Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok tanah
air adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat dengan
PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak,
mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Hal ini
sejalan dengan amanat Permendiknas No 41 Tahun 2007 “Proses pembelajaran pada setiap
satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. Oleh karena itu, LPTK (Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan) sebagai lembaga penyedia guru sekolah dasar dan
menengah perlu mengenalkan PAKEM sehingga mahasiswa terbiasa dengan kegiatan
pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
dosen harus memiliki pengalaman langsung dalam menerapkan proses pembelajaran
berbasis PAKEM di jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Unit ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang apa, mengapa, dan
bagaimana pelaksanaan PAKEM, serta prosedur atau langkah-langkah pelatihan yang bisa
dilakukan. Dengan membaca dan mengikuti proses-proses pelatihan yang telah dirancang
dalam Unit ini, para peserta pelatihan diharapkan dapat mengenal apa, mengapa, dan
bagaimana PAKEM tersebut, dan pada akhirnya diharapkan dapat menerapkan di
kelasnya masing-masing.
Contoh ruang kelas yang menunjukkan
ciri-ciri Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan.
4
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu:
1. mengenali karakteristik utama PAKEM
2. memberi contoh kegiatan PAKEM
3. memahami pentingnya PAKEM bagi peningkatan kualitas siswa
4. mengintegrasikan materi PAKEM dalam perkuliahan, PPLT dan pelayanan guru dalam
jabatan
C. BAHAN DAN ALAT
1. Tayangan Powerpoint Unit 1
2. Video 1: Pembelajaran Konvensional
3. Video 2: PAKEM
4. Lembar Kerja (LK) 1.1a
5. Lembar Kerja (LK) 1.1b
6. Lembar Kerja (LK) 1.2
7. Lembar Kerja (LK) 1.3
8. Bahan Bacaan PAKEM
9. ATK: spidol (besar dan kecil), kertas plano
D. LANGKAH KEGIATAN
10’ 30’ 40’
Pengantar
Penayangan Video
I & 2 dan
pengisian LK 1.1a
dan LK 1.1b
Diskusi kelompok
tentang “tayangan
video
sebelumnya” &
mengisi LK 1.2
1 2 3
20’ 40’ 40’ Penguatan tentang
PAKEM
Integrasi Materi
PAKEM di LPTK
Berbagi hasil
diskusi kelompok
Diskusi kelompok
tentang unsur-
unsur PAKEM
(LK 1.3)
6 5 4
Calon Siswa Proses
Pembelajaran Lulusan
PAKEM
5 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
1. Pengantar (10 menit) (catatan: menggunakan powerpoint)
Fasilitator memberikan pengantar singkat tentang latar belakang, tujuan, dan rencana kegiatan sesi ini.
Fasilitator memberikan kesempatan kepada 2 atau 3 orang peserta untuk
mengungkapkan apa saja yang mereka ketahui tentang PAKEM.
2. Penayangan Video Pembelajaran (30 menit)
a. Fasilitator mengelompokkan peserta ke dalam 5 kelompok kelas: Kelas 1,2,3,4
dan 5. Jumlah anggota tiap kelompok diupayakan berimbang dari sisi jumlah dan
sisi gender.
b. Fasilitator membagikan LK 1.1a kepada setiap peserta, dan menginformasikan
kepada mereka bahwa mereka dipersilakan mengisi LK 1.1a tersebut sambil
menyimak tayangan dua buah video pembelajaran (video 1 dan video 2).
c. Fasilitator memberi informasi kepada peserta bahwa mereka akan menyimak
pemutaran video 1 terkait dengan kegiatan pembelajaran di kelas sembari
mengisi LK 1.1a pada kolom kiri.
d. Fasilitator memberi informasi kepada peserta bahwa mereka akan menyimak
penayangan video 2 yang terkait dengan kegiatan pembelajaran di kelas sembari mengisi LK 1.1a pada kolom kanan.
Menonton tayangan selain dimaksudkan agar peserta dapat melihat dengan jelas
bagaimana PAKEM dilaksanakan, mereka juga diharapkan dapat membedakan
antara pengalaman pembelajaran yang mengandung unsur-unsur PAKEM dengan
yang tanpa PAKEM (konvensional). Peserta diharapkan mengamati dengan kritis
proses pembelajaran yang berlangsung dalam tayangan/pemodelan.
e. Fasilitator memastikan setiap peserta telah mengisi LK 1.1a secara individu.
LK 1.1a Komponen Pembelajaran dari Video 1 dan Video 2 (Individu)
Video 1 Komponen
Pembelajaran Video 2
Kegiatan Siswa
Kegiatan Guru
Interaksi antar siswa
Interaksi siswa dengan
guru
6
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Video 1 Komponen
Pembelajaran Video 2
Bentuk tugas yang
dikerjakan siswa
Sumber belajar yang
digunakan
Pemberian kesempatan
yang sama antara siswa
laki-laki dan perempuan
Bentuk motivasi yang
diberikan guru kepada
siswa
Aspek karakter yang
dikembangkan
(kemandirian, disiplin,
tanggung jawab, kerja
sama, kepercayaan diri)
• Fasilitator memberi penugasan kepada tiap kelompok untuk merangkumkan hasil
pengamatan pada LK 1.1b menjadi hasil pengamatan kelompok dengan mengisi LK 1.1b.
LK 1.1b Hasil Rangkuman Menyimak Video secara Kelompok
Video 1 Komponen
Pembelajaran Video 2
Kegiatan Siswa
Kegiatan Guru
Interaksi antar siswa
7 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Video 1 Komponen
Pembelajaran Video 2
Interaksi siswa dengan
guru
Bentuk tugas yang
dikerjakan siswa
Sumber belajar yang
digunakan
Pemberian kesempatan
yang sama antara siswa
laki-laki dan perempuan
Bentuk motivasi yang
diberikan guru kepada
siswa
Aspek karakter yang
dikembangkan
(kemandirian, disiplin,
tanggung jawab, kerja
sama, kepercayaan diri)
8
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
3. Diskusi Kelompok tentang Tayangan/Model Pembelajaran (40 menit)
a. Fasilitator meminta setiap peserta mendiskusikan pengisian LK 1.2 berdasarkan
hasil kerja kelompok (LK 1.1b).
Catatan:
Kelompok mendiskusikan ‘”Komponen Pembelajaran yang Baik” ditinjau dari beberapa hal,
antara lain: kegiatan anak dan bentuk layanan yang diberikan guru (kegiatan guru), jenis
atau bentuk penugasan yang dikerjakan siswa, interaksi antar siswa dan interaksi antara
siswa dengan guru, sumber belajar yang digunakan, dan lain sebagainya.
b. Fasilitator meminta kelompok untuk: (1) mengidentifikasi komponen pembelajaran
yang baik berdasarkan dua tayangan video (video 1 dan video 2) yang telah mereka
simak; (2) memberi argumentasi atas pendapat yang diberikan; dan (3) memberi
klasifikasi apakah kegiatan tersebut A (aktif), K (kreatif), E (efektif), atau M
(menyenangkan).
Catatan:
Fasilitator, ketika membantu diskusi dalam kelompok-kelompok, dapat memberikan
pertanyaan-pertanyaan berikut untuk mengarahkan diskusi yang kurang lancar.
Pertanyaan tidak perlu diberikan semua. Contoh–contoh pertanyaan pengarah tersebut
adalah sebagai berikut:
Apa sajakah kegiatan yang dilakukan siswa? Apakah siswa hanya mendengarkan guru?
Apakah siswa hanya mencatat tulisan di papan tulis pada buku catatan mereka? Apakah
siswa hanya membaca dan menjawab pertanyaan di buku paket? Kegiatan apa sajakah
yang mereka lakukan? dll.
Apa yang dilakukan guru? Apakah guru hanya berceramah? Apakah guru duduk di
kursinya menunggu siswa selesai mengerjakan tugas? Apakah guru menulis di papan
tulis? Apakah guru masuk ke dalam kelompok-kelompok dan memberikan umpan balik?
dll.
Bagaimanakah interaksi/hubungan yang terjadi antar siswa? Apakah ada kerja sama
antar siswa? Apakah mereka saling bertanya jawab? Apakah mereka saling bertukar
pendapat? Apakah mereka hanya berhubungan dengan satu orang? dll.
Bagaimanakah interaksi antara siswa dengan guru? Apakah siswa mendapat kesempatan
memberikan pendapat dan guru mendengarkannya? Apakah guru selalu berbicara pada
seluruh kelas? Apakah guru berkomunikasi dengan siswa secara individual? Apakah guru
berkomunikasi dengan kelompok? dll.
Bagaimana bentuk tugas yang dikerjakan siswa? Apakah guru meminta siswa menjawab
pertanyaan yang hanya memiliki 1 jawaban benar? Apakah siswa melakukan percobaan?
Apakah siswa diberi kesempatan untuk menemukan jawaban sendiri? Apakah
pertanyaan/tugas guru membuat siswa berpikir aktif? dll.
Sumber belajar apa yang digunakan? Apakah guru menggunakan sumber-sumber belajar
selain buku paket, seperti buku bacaan, koran, nara sumber (misalnya, petani, bekas
pejuang revolusi, siswa, dll), sawah, kebun, dll? Apakah sumber belajar mudah diperoleh?
Adakah hal lain lagi yang berbeda dengan kebiasaan pembelajaran yang sehari -hari kita
lakukan?
9 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
c. Fasilitator meminta peserta untuk menuangkan hasil diskusi kelompok tersebut ke dalam LK 1.2.
LK 1.2 Identifikasi Komponen Pembelajaran yang Baik
Komponen
Pembelajaran
Kegiatan PBM yang
baik
Alasan/argumentasi Pembelajaran
A* K* E* M*
Kegiatan Siswa
Kegiatan Guru
Interaksi antar siswa
Interaksi siswa
dengan guru
Bentuk tugas yang
dikerjakan siswa
Sumber belajar yang
digunakan
Pemberian
kesempatan yang
sama antara siswa
laki-laki dan
perempuan
Bentuk motivasi yang
diberikan guru
kepada siswa
Aspek karakter yang
dikembangkan
(kemandirian,
disiplin, tanggung
jawab, kerja sama,
kepercayaan diri)
* Keterangan:
A = Aktif
K = Kreatif
E = Efektif
M = Menyenangkan
10
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
d. Setelah peserta mengisi LK 1.2, Fasilitator memandu diskusi untuk
menyamakan persepsi terkait indikator kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan. Diskusi dapat dilakukan dengan cara sbb.:
1) Fasilitator terlebih dahulu menempelkan lembar display untuk tiap
komponen berikut pada dinding kerja dengan posisi yang tidak terlalu dekat
satu dengan lainnya.
LEMBAR DISPLAY
Komponen 1: Kegiatan Siswa
Kegiatan PBM yang Baik Pembelajaran
A K E M
Komponen 2: Kegiatan Guru
Kegiatan PBM yang Baik Pembelajaran
A K E M
Demikian seterusnya untuk Komponen 3 s.d. 8
2) Setiap kelompok menuliskan hasil kerjanya pada lembar display sesuai dengan
komponen masing-masing.
3) Jika jawaban sama dan telah dituliskan oleh satu kelompok, maka kelompok
lain cukup memberi tanda tally (seperti perhitungan suara pemilu) pada
kolom A, K, E, dan M.
4. Berbagi Pendapat dan Diskusi Kelompok tentang Unsur-unsur PAKEM
(40 menit)
Fasilitator menetapkan mata pelajaran (kelompok Matematika, kelompok Bahasa
Indonesia, dan kelompok Sains). Jumlah kelompok mata pelajaran diupayakan berimbang
Fasilitator menginformasikan topik diskusi selanjutnya tentang proses
pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Fokus diskusi tersebut
berdasarkan masing-masing mata pelajaran yang menjadi nama kelompok mereka.
Misalnya, kelompok Matematika mendiskusikan contoh proses pembelajaran aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam pembelajaran Matematika.
11 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Fasilitator menanggapi pertanyaan klarifikasi jika ada.
Fasilitator meminta setiap kelompok untuk mencari contoh proses
pembelajaran dengan mengisi LK 1.3 (yang berbeda dengan hasil kerja pada LK
1.2) berdasarkan pengalaman, pengamatan, dan atau hasil-hasil kegiatan ilmiah
sebagai dosen.
LK 1.3 Identifikasi Contoh Proses/Kegiatan PAKEM
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
MAPEL :
TOPIK :
Aspek PAKEM Contoh Proses/Kegiatan Pembelajaran
Aktif •
Kreatif •
Efektif •
Menyenangkan •
5. Berbagi Pengetahuan (40 menit)
Hasil kerja satu kelompok (LK 1.3) diberikan kepada kelompok lain (sebaiknya untuk kelompok dengan mata pelajaran yang sama), kemudian didiskusikan oleh kelompok
itu. Anggota kelompok tersebut memberi saran dengan mengisi lembar saran yang
telah disediakan. Misalnya, hasil kelompok A diberikan kepada kelompok B, dan
kelompok B mendiskusikan dan memberi saran. Hasil kelompok B diberikan kepada
kelompok C, dst.
12
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Selanjutnya, saran-saran dari kelompok lain dikembalikan dan didiskusikan kembali oleh kelompok pemilik hasil karya tersebut.
Fasilitator memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk merevisi hasil
kerja kelompok mereka berdasarkan saran-saran tersebut.
Fasilitator mengamati dengan saksama proses diskusi kelompok supaya bisa memberikan masukan.
Setelah mengerjakan tugas tersebut, kelompok diminta menjawab pertanyaan:
Bila kegiatan-kegiatan tersebut terjadi dalam pembelajaran, kemampuan
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap) apa sajakah yang berkembang pada diri
siswa? (Tayangkan tayangan Kurikulum 2013, Ringkasan Standar Kompetensi
Lulusan).
6. Penguatan tentang PAKEM (10 menit) (menggunakan powerpoint)
Fasilitator menayangkan pernyataan-pernyataan “Apa yang saya dengar ….” dan
diagram “Tingkat Keterlibatan Siswa …” (Lihat slide – Diagram Segitiga) dan
memberikan penjelasan, misal untuk tayangan pernyataan dan diagram dijelaskan
bahwa “Semakin siswa terlibat dalam belajar, semakin mereka menguasai materi
pelajaran”.
13 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Untuk diagram dapat diberikan penjelasan tambahan (jika perlu), misal, “Bila kita membuat rencana pembelajaran, kita berpikir dari arah bawah diagram tersebut,
yaitu dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri – Kegiatan nyata apa sajakah
yang harus dialami siswa untuk menguasai kemampuan dalam materi yang akan
dipelajari siswa?” dan BUKAN berpikir dari arah atas diagram, yaitu “Apa yang
harus didengarkan siswa?”
7. Integrasi Materi PAKEM di LPTK (10 menit)
Mintalah peserta untuk mendiskusikan integrasi materi PAKEM dalam perkuliahan,
PPLT dan pelayanan guru dalam jabatan.
14
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA
APA ITU PAKEM?
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga siswa aktif berpikir, bertanya, mempertanyakan,
mengemukakan gagasan, bereksperimen, mempraktikkan konsep yang dipelajari, dan
berkreasi. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam
membangun pengetahuannya; bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran
ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan
hakikat belajar.
Suatu konsep (misalnya demokrasi, kerjasama, fotosintesa, penjumlahan, dan
kebersihan) yang dijelaskan melalui ceramah sebenarnya sangat sulit dipahami siswa
karena konsep tersebut disampaikan secara abstrak. Hal yang abstrak sulit dipahami
karena tingkat berfikir anak-anak yang cenderung kongkrit atau mencari bentuk nyata.
Jika dalam mengajar guru menggunakan media seperti gambar, film, peragaan, dan
sebagainya maka konsep yang dipelajari menjadi lebih kongkrit (nyata) dan lebih mudah
dipahami anak.
Namun, yang paling bisa membuat konsep menjadi kongkrit adalah ketika anak terlibat
dalam pengalaman langsung dan aktif menemukan sendiri dari pengalaman tersebut
suatu konsep yang menjadi tujuan pembelajaran. Misalnya, anak-anak menemukan
sendiri makna dari penjumlahan setelah mereka terlibat dalam kegiatan jumlah
menjumlah menggunakan benda nyata (kacang merah, batu-batuan, penjepit kertas
misalnya). Contoh lain, siswa memahami konsep demokrasi setelah mereka terlibat aktif
dalam penerapan prinsip-prinsip demokrasi dan musyawarah dalam kegiatan pemilihan
ketua kelas yang dirancang serius oleh guru. Pengalaman nyata dan proses penerapan
tersebut memberikan cara bagi mereka untuk membangun pemahaman sendiri secara
aktif tentang konsep penjumlahan dan demokrasi.
Di bawah ini adalah bagan dari Edgar Dale (1946) yang menunjukkan macam media atau
kegiatan yang bisa dipakai untuk mengajarkan suatu konsep dan hubungannya dengan
tingkat kekongkritan konsep yang bisa tersampaikan. Pembelajaran yang bergantung hanya
pada verbal saja (ceramah, membaca) mengandung tingkat keabstrakan paling tinggi,
sedangkan pengalaman langsung yang membuat siswa aktif menemukan dan menerapkan
suatu konsep memiliki tingkat kekongkritan yang paling tinggi.
15 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Pesan dari bagan Edgar Dale tersebut diperkuat oleh kata-kata Confucius, orang
bijak dari Timur, sebagai berikut:
a. Yang saya dengar, saya lupa
b. Yang saya lihat, saya ingat
c. Yang saya kerjakan, saya pahami
Melv in L. Silberman penulis “101 Cara Belajar Aktif” mendukung juga keaktifan siswa
untuk memberikan hasil belajar yang maksimal dengan mengatakan:
d. Yang saya dengar, saya lupa
e. Yang saya dengar dan lihat, saya ingat
f. Yang saya dengar, lihat, tanyakan, atau diskusikan, saya mulai pahami
g. Yang saya dengar, lihat, dan diskusikan, serta lakukan, saya memperoleh pengetahuan
dan keterampilan
h. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif,
yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif
16
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa yang bisa mengoptimalkan potensi diri
siswa. Karena dalam PAKEM siswa banyak bekerja dan berbuat maka terdapat banyak
kesempatan bagi siswa untuk menghasilkan produk belajar. Produk itu bisa berupa
karya seni, jalan keluar terhadap suatu permasalahan, grafik, diagram, tabel, puisi,
karangan, pantun, lagu, tarian, model tiga dimensi, dan lain - lain. Dengan demikian,
daya imajinasi dan daya cipta/kreasi siswa bisa berkembang dengan optimal.
Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang jauh dari rasa bosan dan takut
sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada pembelajaran
sehingga waktu curah perhatiannya pada pembelajaran tinggi. Menurut hasil penelitian,
tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan
menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif. Proses
pembelajaran yang efektif menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses
pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran
yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif,
maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Secara garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
i. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
j. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan
semangat belajar siswa dan membantu siswa membangun pengetahuan dan pemahaman.
Cara-cara tersebut di antaranya adalah menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
k. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik
dan menyediakan ‘pojok baca’.
l. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara
belajar kelompok.
m. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan
lingkungan sekolahnya.
n. Peran guru lebih sebagai fasilitator daripada penceramah, artinya guru mendesain
kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Selama kegiatan
pembelajaran, guru tidak lagi hanya berdiri di depan kelas tetapi berkeliling memantau
kegiatan siswa dan membantu siswa dalam proses belajar.
17 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
APA YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN PAKEM?
1. Memahami sifat dasar anak
Pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu dan suka berimajinasi. Anak desa,
anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan
Indonesia — selama mereka normal — terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat
tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan
kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah
sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut. Suasana
pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil karyanya,
guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk
melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur bagi rasa ingin
tahu dan imajinasi tersebut.
2. Mengenal perbedaan setiap anak
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki
kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Efektif dan
Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam
kegiatan pembelajaran. Karena itu semua anak dalam kelas tidak harus selalu
mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan bisa berbeda sesuai dengan kecepatan
belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk
membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak,
kita dapat membantunya ketika dia mendapat kesulitan sehingga anak tersebut bisa
belajar secara optimal
3. Memahami anak sebagai makhluk sosial
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami cenderung melibatkan anak lain
dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar.
Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan
atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas
dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan
mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga
menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.
4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi masalah sehingga pada
dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Keterampilan pemecahan masalah
memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis
18
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis
berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang
keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah
mengembangkannya, antara lain dengan sesering mungkin memberikan tugas atau
mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata
“Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa,
berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban yang betul hanya satu).
5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang
menyenangkan
Ruang kelas yang menyenangkan merupakan unsur tak terpisahkan dari PAKEM.
Dalam kelas yang menerapkan PAKEM, anak-anak banyak belajar melalui bekerja
dan berbuat sehingga banyak menghasilkan produk. Hasil pekerjaan siswa tersebut
sebaiknya dipajangkan untuk membuat kelas menjadi hidup dan menarik. Selain itu,
hasil pekerjaan yang dipajangkan bisa memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan
menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja
perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta,
diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Guru perlu memastikan
bahwa setiap siswa mempunyai karyanya yang dipajangkan. Ruang kelas yang penuh
dengan pajangan hasil pekerjaan siswa dan ditata dengan baik, dapat membantu guru
dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya
untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi
juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber
belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan
menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat
dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan
dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh
indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis (membuat dugaan),
mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.
7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan
belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian
umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara
guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada
kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara
santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-
19 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa
dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru yang berkaitan dengan
pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya
sekedar angka (nilai).
8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk
bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta
siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya
dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya,
mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan
tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya
perasaan tidak takut. Banyak siswa merasa takut ditertawakan, takut disepelekan,
atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menciptakan
suasana kelas di mana guru tidak marah kepada siswa dan siswa tidak
menertawakan siswa lain jika mereka memberi jawaban yang tidak benar. Siswa
harus didorong untuk mencoba, dan berbuat kesalahan adalah bagian penting dari
belajar. Guru juga tidak menyepelekan siswa. Pada dasarnya guru harus berusaha
menghilangkan penyebab rasa takut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun
dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan PAKEM.
Bagaimana Pelaksanaan PAKEM?
Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Pada saat yang sama, gambaran tersebut
menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan
tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh KBM dan kegiatan guru.
Kegiatan Guru Kegiatan Belajar Mengajar
1. Guru merancang dan mengelola KBM
yang mendorong siswa untuk
berperan dan berpikir aktif dalam
pembelajaran.
Guru melaksanakan berbagai KBM seperti:
• Percobaan
• Diskusi kelompok
• Memecahkan masalah
• Mencari informasi
• Menulis laporan/cerita/puisi
• Berkunjung keluar kelas
• Bermain peran
20
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
2. Guru menggunakan alat bantu dan
sumber belajar yang beragam.
Sesuai mata pelajaran, guru dapat menggunakan:
• Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
• Gambar
• Studi kasus
• Narasumber
• Lingkungan
3. Guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan
keterampilan.
Siswa:
• Melakukan percobaan, pengamatan, atau
wawancara
• Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya
sendiri
• Menarik kesimpulan
• Memecahkan masalah atau mencari rumus sendiri
• Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata
sendiri
4. Guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan
gagasannya sendiri secara lisan atau
tulisan.
Melalui:
• Diskusi
• Lebih banyak pertanyaan terbuka
• Hasil karya yang merupakan pemikiran anak
sendiri
5. Guru menyesuaikan bahan dan
kegiatan belajar dengan kemampuan
siswa.
• Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan
(untuk kegiatan tertentu)
• Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan
kelompok tersebut
• Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
6. Guru mengaitkan KBM dengan
pengalaman siswa sehari-hari.
• Siswa menceritakan atau memanfaatkan
pengalamannya sendiri
• Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam
kegiatan sehari-hari
7. Guru menilai KBM dan kemajuan
belajar siswa secara terus menerus.
• Guru memantau kerja siswa
• Guru memberikan umpan balik
21 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
PERAN KOMITE SEKOLAH, ORANGTUA, DAN MASYARAKAT
Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 044/ U/2002
Komite Sekolah berperan sebagai:
1. Pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan
pendidikan.
2. Pendukung (baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga) dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
3. Pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran
pendidikan di satuan pendidikan.
4. Mediator antara sekolah dengan pemerintah dan masyarakat di satuan pendidikan.
Peran tersebut selanjutnya diwujudkan dalam bentuk fungsi nyata dalam penyelenggaraan
persekolahan terutama dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Fungsi nyata Komite
Sekolah dalam pengembangan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Membantu sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (sesuai
dengan UU Sisdiknas No. 20/2003 Pasal 36 Ayat 2).
2. Mendorong tumbuhnya perhatian dan dukungan masyarakat terhadap penyeleng-garaan
pembelajaran yang bermutu.
3. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia usaha/ dunia
industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pembelajaran yang
bermutu.
4. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna
mendukung peningkatan mutu pembelajaran.
5. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pembelajaran
yang bermutu.
6. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan
keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Dukungan bagi pelaksanaan PAKEM tidak hanya datang dari Komite Sekolah saja tetapi juga
dari masyarakat dan orangtua siswa. Pasal 9 UU Sisdiknas No. 20/2003 menyatakan bahwa
masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan
pendidikan. Masyarakat dapat terlibat dalam memberikan bantuan dana, pembuatan gedung,
ruang kelas, pagar, dan sebagainya. Masyarakat juga sebetulnya dapat terlibat dalam bidang
Teknis Edukatif, seperti dalam proses belajar mengajar, menyediakan diri menjadi tenaga
pengajar, membicarakan pelaksanaan kurikulum, memantau kemajuan belajar, dan
sebagainya.
22
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Orangtua juga harus berperan serta dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaan
PAKEM orangtua dapat berperan:
1. Menjadi mitra anak dalam belajar di rumah.
2. Menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan PAKEM.
3. Menciptakan situasi belajar yang kondusif bagi pengembangan kreativitas anak, misalnya
dengan banyak memberikan pertanyaan, mengecek hasil karya anak, dan mendorong
kreativitas anak.
23 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
F. LEMBAR KERJA
Format LK 1.1a: Pengamatan Komponen Pembelajaran melalui Video
(Individu)
Video 1 Komponen
Pembelajaran Video 2
Kegiatan Siswa
Kegiatan Guru
Interaksi antar siswa
Interaksi siswa dengan
guru
Bentuk tugas yang
dikerjakan siswa
Sumber belajar yang
digunakan
Pemberian
kesempatan yang
sama antara siswa
laki-laki dan
perempuan
Bentuk motivasi yang
diberikan guru kepada
siswa
Aspek karakter yang
dikembangkan
(kemandirian, disiplin,
tanggung jawab, kerja
sama, kepercayaan
diri)
24
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Format LK 1.1b: Pengamatan Komponen Pembelajaran melalui Video
(Kelompok)
Video 1 Komponen
Pembelajaran Video 2
Kegiatan Siswa
Kegiatan Guru
Interaksi antar siswa
Interaksi siswa dengan
guru
Bentuk tugas yang
dikerjakan siswa
Sumber belajar yang
digunakan
Pemberian
kesempatan yang
sama antara siswa
laki-laki dan
perempuan
Bentuk motivasi yang
diberikan guru kepada
siswa
Aspek karakter yang
dikembangkan
(kemandirian, disiplin,
tanggung jawab, kerja
sama, kepercayaan
diri)
25 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
LK 1.2 Identifikasi Komponen Pembelajaran yang Baik
Komponen
Pembelajaran
Kegiatan PBM
yang baik Alasan/
Argumentasi
Pembelajaran
A* K* E* M*
Kegiatan Siswa
Kegiatan Guru
Interaksi antar siswa
Interaksi siswa
dengan guru
Bentuk tugas yang
dikerjakan siswa
Sumber belajar yang
digunakan
Pemberian
kesempatan yang
sama antara siswa
laki-laki dan
perempuan
Bentuk motivasi yang
diberikan guru
kepada siswa
Aspek karakter yang
dikembangkan
(kemandirian,
disiplin, tanggung jawab, kerja sama,
kepercayaan diri)
* Keterangan:
A = Aktif
K = Kreatif
E = Efektif
M = Menyenangkan
26
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
LK 1.3 Identifikasi Contoh-Contoh Proses/Kegiatan PAKEM
MAPEL :
TOPIK :
Aspek PAKEM Contoh Proses/Kegiatan Pembelajaran
Aktif
•
Kreatif
•
Efektif
•
Menyenangkan
•
27 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Contoh Proses Pembelajaran PAKEM
Aspek PAKEM Contoh Proses Pembelajaran
Aktif • melakukan diskusi
• membuat pernyataan
• melakukan simulasi (bermain peran)
• mengukur
• melakukan pengamatan
Kreatif • mendesain model sendiri
• menghasilkan karya yang berbeda
• menyelasaikan masalah
• membuat pertanyaan
Efektif • kegiatan pembelajaran ditujukan untuk mencapai tujuan pembelajaran
• pemilihan media, strategi, pengelolaan kelas dan sumber
sesuai dengan kebutuhan siswa dan atau tujuan
pembelajaran
• siswa mempunyai kesempatan untuk menunjukkan
pemahaman
Menyenangkan • menyelesaikan tugas dalam kelompok
• mengunakan permainan untuk pemahman dan penguatan
konsep
• melakukan kegiatan bermakna bagi siswa
• menggunakna lingkungan sebagai sumber belajar
28
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
29 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
30
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
31 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
32
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
33 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
34
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
35 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
36
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
70 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
UNIT 2
KETERAMPILAN BERPIKIR
70 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
39
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Potensi siswa akan lebih tergali dengan
pertanyaan-pertanyaan bervariasi dalam
pembelajaran.
UNIT 2
KETERAMPILAN BERPIKIR
Waktu: 2 Jam
A. PENGANTAR
Sering kita mengamati guru yang mengajukan banyak pertanyaan dalam proses
pembelajaran di dalam kelas. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terkadang sangat
banyak sehingga terkesan bahwa guru itu sedang menguji siswanya. Selain itu, apabila
dicermati, jenis-jenis pertanyaan yang dilontarkan baru sebatas pertanyaan yang
membutuhkan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’, atau pertanyaan yang membutuhkan hanya
satu jawaban tertentu. Pertanyaan tersebut belum memberi kesempatan kepada siswa
untuk berpikir kreatif, kurang menuntut siswa untuk mengemukakan gagasannya
sendiri.
Jenis pertanyaan yang diajukan atau tugas yang diberikan oleh guru sangat
berpengaruh terhadap perkembangan keterampilan berpikir siswa. Pertanyaan/tugas
tersebut bukan hanya untuk memfokuskan siswa pada kegiatan, tetapi juga untuk
menggali potensi belajar siswa. Pertanyaan atau
tugas yang memicu siswa untuk berpikir analitis,
evaluatif, dan kreatif dapat melatih siswa untuk
menjadi pemikir yang kritis dan kreatif.
Kemampuan siswa bertanya menunjukkan
kemampuan siswa berpikir. Untuk menciptakan
proses pembelajaran yang baik diperlukan
pembelajaran yang banyak merangsang siswa
bertanya secara bervariasi agar siswa terlatih
untuk berpikir sejak siswa berada di Pendidikan
Dasar.
B. TUJUAN
Setelah mengikuti sesi ini, para peserta mampu
1. Mengidentifikasi pertanyaan berdasarkan Taksonomi Bloom
2. Merumuskan pertanyaan bervariasi sesuai dengan taksonomi Bloom
3. Menganalisis implikasi-implikasi pedagogis dalam penerapan Taksonomi Bloom
secara tepat
40
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
4. Mengintegrasikan materi Merumuskan Pertanyaan yang Mendorong Siswa
Berpikir Tingkat Tinggi di LPTK
C. BAHAN DAN ALAT
1. Presentasi Unit 2, Unit 2A, dan Unit 2A Tambahan
2. Handout Peserta 2.1: Tugas Mengidentifikasi Pertanyaan
3. Handout Peserta 2.2: Tingkatan Berpikir Taksonomi Bloom
4. Handout Peserta 2.3: Contoh Jenis Pertanyaan/Tugas berdasarkan Taksonomi
Bloom
5. Handout Peserta 2.4: Daftar Kata Kerja untuk Membuat Pertanyaan/Tugas
6. Pita kertas (Kertas HVS dibagi sama besar menjadi 12 bagian – arah panjang)
7. ATK: spidol, kertas flipchart (kertas plano), kertas HVS: hijau, kuning, merah;
gunting, lem, selotip
D. LANGKAH KEGIATAN
10’ 20’ 35’
Pengantar
Identifikasi Pertanyaan
Membuat Pertanyaan
1 2 3
15’ 10’ 30’
Pemantapan
Integrasi di LPTK
Presentasi Hasil
Diskusi
6 5 4
1. Pengantar (10 menit)
(1) Fasilitator menjelaskan latar belakang dan tujuan sesi dengan menggunakan
informasi dari bagian pendahuluan dan tujuan. (2) Fasilitator menyiapkan peserta untuk mengikuti kegiatan berikutnya.
41
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Ungkap Pengalaman
(1) Fasilitator menampilkan tayangan pertanyaan berikut satu per satu, dan
mintalah peserta untuk menyampaikan gagasan mereka secara lisan.
Apa yang ingin Saudara ketahui dengan bertanya kepada siswa?
Proses berpikir apakah yang terpicu oleh pertanyaan Saudara?
Apa tujuan Saudara mengajukan pertanyaan kepada siswa?
Jika Saudara mengharapkan jawaban benar, bagaimana kemungkinan siswa berani menjawab bila mereka tidak yakin jawabannya benar?
(Beri peserta waktu beberapa menit untuk menjawab tiap pertanyaan)
1
Catatan untuk Fasilitator
Yang ingin diketahui dengan bertanya kepada siswa:
pengetahuan siswa?
proses berpikir siswa?
Proses berpikir yang terpicu oleh pertanyaan yang Saudara ajukan:
siswa mengulang gagasan yang Saudara telah kemukakan?
siswa membangun gagasan sendiri?
Tujuan mengajukan pertanyaan
mengharapkan jawaban benar?
merangsang siswa berpikir?
2. Mengidentifikasi Pertanyaan (20 menit)
Kegiatan I: Mengkaji bacaan tentang SAMPAH (20 menit)
(1) Fasilitator memberi bacaan yang dilengkapi dengan pertanyaan (Handout
Peserta 2.1). Dalam kelompok mata pelajaran, peserta membaca teks
kemudian mengidentifikasi pertanyaan yang ada dalam bacaan, manakah yang
termasuk:
Pertanyaan yang menuntut siswa mengingat
Pertanyaan yang menuntut siswa memahami
Pertanyaan yang menuntut siswa menerapkan
Pertanyaan yang menuntut siswa menganalisis
Pertanyaan yang menuntut siswa mengevaluasi
Pertanyaan yang menuntut siswa mengkreasi
42
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
LK 2.1 Kategori Pertanyaan untuk Bacaan tentang Sampah
PERTANYAAN/TUGAS KATEGORI
Apakah yang dimaksud dengan sampah organik dan
anorganik?
Amati keadaan di dalam dan di sekitar rumah,
kelas, dan sekolahmu. Tuliskan sampah-sampah
yang kamu jumpai.
Kemudian golongkanlah sampah-sampah tersebut
menjadi dua golongan sampah yang telah kamu
ketahui. Sebutkan alasanmu dalam menggolongkan
sampah-sampah tadi.
Perhatikan sampah-sampah yang telah kamu
golongkan tadi. Dari golongan sampah anorganik,
ambil salah satu jenis sampah. Pikirkanlah bersama
kelompokmu bagaimana cara memanfaatkan
kembali barang yang telah dianggap sampah
tersebut.
Perhatikan cara hidupmu dan anggota
kelompokmu. Apakah kelompokmu termasuk
banyak menghasilkan sampah atau tidak?
Diskusikan/Sebutkan apa sajakah yang biasanya
kalian lakukan terhadap sampah.
Apa yang dapat dilakukan setiap penduduk agar
jumlah sampah dapat mengurang?
Apa yang akan terjadi di kotamu yang
penduduknya 5 juta orang jika setiap orang
menghasilkan sampah rata-rata lima kilogram per
hari?
Apa saja sebab-sebab yang mungkin dari kejadian
sebuah kota menjadi lautan sampah?
Pikiran-pikiran pokok apa yang terdapat dalam
wacana di atas)?
43
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Catatan untuk Fasilitator pada Handout 2.1
1. Apakah yang dimaksud dengan sampah organik dan anorganik? Tuliskanlah dalam
kata-katamu sendiri, apa yang dimaksud dengan sampah organik dan anorganik?
(C2 memahami)
2. Amati keadaan di dalam dan di sekitar rumah, kelas, dan sekolahmu. Tuliskan
sampah-sampah yang kamu jumpai. (C1 mengingat)
3. Kemudian golongkanlah sampah-sampah tersebut menjadi dua golongan sampah
yang telah kamu ketahui. Sebutkan alasanmu dalam menggolongkan sampah-
sampah tadi. (C2 memahami)
4. Perhatikan sampah-sampah yang telah kamu golongkan tadi. Dari golongan sampah
anorganik, ambil salah satu jenis sampah. Pikirkanlah bersama kelompokmu
bagaimana cara memanfaatkan kembali barang yang telah dianggap sampah
tersebut. (C6 mencipta)
5. Perhatikan cara hidupmu dan anggota kelompokmu. Apakah kelompokmu
termasuk banyak menghasilkan sampah atau tidak? (C5 evaluasi)
6. Diskusikan/Sebutkan apa sajakah yang biasanya kalian lakukan terhadap sampah.
(C1 mengingat)
7. Apa yang dapat dilakukan setiap penduduk agar jumlah sampah dapat mengurang?
(C3 menerapkan)
8. Apa yang akan terjadi di kotamu yang penduduknya 5 juta orang jika setiap orang
menghasilkan sampah rata-rata lima kilogram per hari? (C2, pemahaman) 9. Apa saja sebab-sebab yang mungkin dari kejadian sebuah kota menjadi lautan
sampah? (C4, menganalisis)
10. Pikiran-pikiran pokok apa yang terdapat dalam wacana di atas)? (C4, menganalisis)
(2) Fasilitator memberikan Handout Peserta 2.2: Tingkatan Berpikir Taksonomi Bloom
dan Handout Peserta 2.3: Contoh Jenis Pertanyaan/Tugas Berdasarkan Taksonomi
Bloom. Kelompok (pasangan) memeriksa kembali apakah hasil identifikasi mereka
sudah tepat.
3
Catatan untuk Fasilitator
1. Langkah Tambahan sebelum peserta dibagi Handout Pesertab3A.3 (Jika
diperlukan)1. Beri tiap peserta 3 kartu: warna merah (berarti
mengkreasi), kuning (berarti mengevaluasi), dan hijau (berarti
menganalisis);
2. Tayangkanlah beberapa pertanyaan satu per satu dan mintalah peserta
menentukan jenis pertanyaan tersebut dengan cara mengangkat kartu
yang sesuai. (Usahakan pertanyaan mewakili semua jenis dan semua mata
pelajaran. Pertanyaan dapat diambil dari Handout Peserta 3A.3).
(Tegaskan oleh fasilitator bahwa yang dipelajari pada sesi ini adalah
pertanyaan bervariasi yang menuntut siswa untuk mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi)
44
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
(3) Fasilitator memberi penegasan tentang ciri singkat keenam jenis pertanyaan:
(Langkah 3 ini dilaksanakan setelah permainan menebak jenis pertanyaan,
jika permainan itu diberikan)
4
Catatan untuk Fasilitator
Perbedaan antara ‘analisis’ dan ‘evaluasi’ adalah bahwa pada ‘evaluasi’
terdapat proses ‘menetapkan’ (judgement) sesuatu secara kualitatif
(misal baik-tidak baik, efektif-tidak efektif, dan tepat-tidak tepat)
sedangkan pada ‘analisis’ tidak ada.
Kegiatan 2 : Merumuskan Pertanyaan (35 menit)
(1) Setiap peserta, masih dalam kelompok mata pelajaran, membuat masing-masing 1
pertanyaan/tugas yang termasuk kedalam kategori mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi yang berkaitan dengan
konsep ENERGI sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. Setiap pertanyaan
ditulis pada kertas kecil. Setelah itu, semua pertanyaan dikumpulkan di bagian tengah meja.
(2) Ketua kelompok memimpin diskusi untuk menggolongkan semua pertanyaan ke
dalam 6 tingkatan: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
dan mengkreasi. Setelah selesai peserta meninjau kembali hasilnya kemudian
menetapkannya.
(3) Pertanyaan/tugas hasil setiap kelompok ditempel pada kertas flip-chart.
5
Catatan untuk Fasilitator
1. Diskusi difokuskan pada: “Apakah pengelompokan pertanyaan sudah
tepat, yang mana pertanyaan ‘menganalisis’, ‘mengevaluasi’, dan
‘mengkreasi’?”
2. Pertanyaan yang dibahas di sini dimaksudkan terutama untuk digunakan
guru sebagai alat dalam membelajarkan bukan mengetes siswa.
45
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
3. Presentasi (30 menit)
(1) Perwakilan setiap kelompok membawa kertas flip-chart untuk dipresentasikan
kepada dua kelompok yang lain dalam dua putaran.
Putaran Pertama: Kelompok 1 mempresentasikan ke kelompok 2,
kelompok 2 mempresentasikan ke kelompok 3, dst.
Putaran Kedua: Kelompok 1 mempresentasikan ke kelompok 3, Kelompok
2 mempresentasikan ke kelompok 4, dst. Setiap kali berkunjung kepada kelompok lain waktunya masing-masing 10 menit.
Selama presentasi berkeliling, setiap kelompok yang dikunjungi berperan sebagai
reviewer dan diminta mencermati hasil kerja kelompok yang berkunjung. Mereka
diberi kesempatan untuk saling berdiskusi dan memberi masukan dan
menuangkannya pada lembar rekomendasi.
(2) Fasilitator memberikan Handout Peserta 2.4: Daftar Kata Kerja untuk Membuat
Pertanyaan/Tugas dan peserta membacanya secara perorangan (5 menit).
(3) Fasilitator menanyakan kepada peserta (10’):
Pertanyaan atau tugas tingkat manakah (mengingat, memehami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, atau mengkreasi) yang sukar dirumuskan? Mengapa?
Apakah ada cara lain yang lebih mudah untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan
tersebut?
4. Integrasi di LPTK (10 menit)
Mintalah peserta untuk mendiskusikan integrasi materi Merumuskan Pertanyaan yang
Mendorong Siswa Berpikir Tingkat Tinggi dalam perkuliahan, PPLT dan pelayanan guru
dalam jabatan.
5. Pemantapan (15 menit)
Fasilitator mengajak peserta untuk menyimpulkan kegiatan unit ini dengan pertanyaan
pengarah sebagai berikut:
1. Apa yang akan terjadi dalam jangka panjang apabila siswa selama bersekolah hanya
menghadapi pertanyaan-pertanyaan untuk mengingat belaka (C1)
2. Apa yang akan terjadi dalam jangka panjang apabila siswa selama bersekolah
menghadapi pertanyaan-pertanyaan bervariasi mulai dari mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mengkreasi (C1-C6)
3. Apa kontribusi keterampilan berpikir (Taksonomi Bloom) terhadap pengembangan
ilmu, pengembangan karakter?
46
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Lembar Kerja Peserta 2.1
Tugas Mengidentifikasi Pertanyaan
Sampah
Apa yang dimaksud dengan sampah? Semua barang yang tidak kita inginkan lagi dan
akan dibuang kita sebut sebagai sampah. Coba perhatikan barang-barang di sekitarmu.
Adakah barang-barang yang ingin kamu buang? Barang itu kamu sebut sebagai sampah.
Demikian pula barang yang sudah kita buang tentu saja bisa kita sebut sebagai sampah.
Benda yang kita sebut sebagai sampah belum tentu dianggap sampah oleh orang lain.
Misalnya, kalau kamu tidak memakai lagi suatu buku dan ingin membuangnya, maka buku itu
adalah sampah bagimu. Tapi bisa jadi adik kelasmu atau orang lain memerlukannya sehingga
bagi mereka buku itu bukan sampah.
Sampah dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu sampah organik dan
sampah anorganik.
1. Sampah organik
Sampah organik adalah sampah yang bisa membusuk secara alami. Sampah ini biasanya
berasal dari tumbuhan dan hewan. Kalau kamu mengubur tikus mati atau sayuran yang tidak
terpakai di dalam tanah, maka sampah itu akan terurai dan membusuk. Sampah yang sudah
terurai atau membusuk itu bisa dimanfaatkan untuk pupuk kompos. Selain sampah dapur,
yang termasuk sampah basah adalah sisa-sisa masakan, nasi, buah, dan lain-lain.
2. Sampah anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat membusuk secara alami. Kalau
kamu mengubur plastik selama bertahun-tahun dan kemudian menggalinya, plastik itu akan
tetap sebagai plastik tidak bisa menjadi tanah. Selain plastik, benda-benda yang termasuk
sampah kering adalah logam, besi, kaca, dll.
Setiap hari kita bisa menghasilkan sampah dalam jumlah yang besar. Di Jakarta saja,
dalam setahun jumlah sampahnya bisa mencapai 170 kali besar candi Borobudur. Banyak
sekali, bukan? Sampah-sampah yang kita hasilkan akan diangkut dan dibuang ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA). Apa yang akan terjadi di sini? Sampah-sampah ini akan ditumpuk.
Semakin lama tumpukannya akan semakin tinggi. Bila sudah terlalu tinggi, sampah-sampah itu
akan dibakar. Tentu saja hal itu tidak baik bagi lingkungan. Asap yang dihasilkan akan
mengotori udara.
Untuk mengatasi masalah sampah, pemerintah menyediakan tempat sampah di pinggir-
pinggir jalan. Untuk sampah organik, disediakan tempat sampah berwarna biriu. Untuk
sampah anorganik, disediakan tempat sampah berwarna jingga.
Cara lain untuk mengatasi sampah adalah kegiatan daur ulang. Daur ulang adalah
pemanfaatan kembali sampah menjadi barang yang berguna. Sampah organik yang terkumpul
47
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
bisa diolah kembali atau didaur ulang menjadi pupuk. Pupuk hasil daur ulang ini bisa
membuat tanaman tumbuh subur. Sampah anorganik yang terkumpul bisa didaur ulang
menjadi barang-barang yang bermanfaat. Ban bekas, misalnya, bisa dijadikan pot bunga atau
tempat sampah yang indah. Kaleng-kaleng bekas bisa diolah lagi di pabrik menjadi kaleng
baru.
Kalau kita ingin sehat, maka kita harus memiliki cara hidup yang baik. Beberapa cara
hidup yang baik adalah tidak boleh membuang sampah sembarangan supaya sampah tidak
tersebar dan lingkungan menjadi bersih. Lingkungan yang kotor penuh dengan kuman yang
bisa membuat kita sakit. Selain itu kita juga harus berhemat dengan barang sehingga tidak
mudah menghasilkan sampah. Sampah yang dibuang harus ditempatkan di tempat yang
benar. Yang tidak kalah penting adalah kita juga perlu belajar cara memanfaatkan kembali
sampah-sampah kita supaya kita bisa membantu mengurangi jumlah sampah.
Tugas:
1. Tuliskanlah dalam kata-katamu sendiri, apa yang dimaksud dengan sampah organik
dan anorganik?
2. Amati keadaan di dalam dan di sekitar rumah, kelas, dan sekolahmu. Tuliskan
sampah-sampah yang kamu jumpai.
3. Kemudian golongkanlah sampah-sampah tersebut menjadi dua golongan sampah
yang telah kamu ketahui. Sebutkan alasanmu dalam menggolongkan sampah-sampah
tadi.
4. Perhatikan sampah-sampah yang telah kamu golongkan tadi. Dari golongan sampah
anorganik, ambil salah satu jenis sampah. Pikirkanlah bersama kelompokmu
bagaimana cara memanfaatkan kembali barang yang telah dianggap sampah tersebut.
5. Perhatikan cara hidupmu dan anggota kelompokmu. Apakah kelompokmu termasuk
banyak menghasilkan sampah atau tidak?
6. Sebutkan apa sajakah yang biasanya kalian lakukan terhadap sampah.
7. Apa yang dapat dilakukan setiap penduduk agar jumlah sampah dapat mengurang?
8. Apa yang akan terjadi di kotamu yang penduduknya 5 juta orang jika setiap orang
menghasilkan sampah rata-rata lima kilogram per hari?
9. Apa saja sebab-sebab yang mungkin dari kejadian sebuah kota menjadi lautan
sampah?
10. Pikiran-pikiran pokok apa yang terdapat dalam wacana di atas?
48
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Lembar Kerja Peserta 3A.2
Tingkatan Berpikir Taksonomi Bloom
Sering kita mengamati guru yang mengajukan banyak pertanyaan dalam proses
pembelajarannya di dalam kelas. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terkadang sangat banyak
sehingga terkesan bahwa guru itu sedang menguji siswanya. Namun, apabila dicermati,
jenis-jenis pertanyaan yang dilontarkan hanya sebatas pertanyaan yang membutuhkan
jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’, atau pertanyaan yang membutuhkan hanya satu jawaban tertentu.
Pertanyaan tersebut sama sekali tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir
kreatif, yaitu kurang menuntut siswa untuk mengemukakan gagasannya sendiri.
Jenis pertanyaan yang diajukan atau tugas yang diberikan oleh guru sangat berpengaruh
terhadap perkembangan keterampilan berpikir siswa. Pertanyaan/tugas tersebut bukan
hanya untuk memfokuskan siswa pada kegiatan, tetapi juga untuk menggali potensi belajar
mereka. Pertanyaan atau tugas yang memicu siswa untuk berpikir pemahaman, analitis,
evaluatif, dan kreatif dapat melatih siswa untuk menjadi pemikir yang kritis dan kreatif.
Kondisi di atas akan terjadi apabila guru cukup selektif dalam menggunakan jenis
pertanyaan yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Pada tahun 1950,
Benjamin S. Bloom memperkenalkan konsep tingkatan dalam berpikir. Tingkatan berpikir
tersebut dapat dipakai guru dalam menyusun pertanyaan atau tugas yang akan diberikan
kepada siswa. Berikut adalah tingkatan berpikir Bloom versi perbaikan.
Mengkreasi
Menghasilkan ide-ide baru, produk, atau cara memandang terhadap sesuatu.
Kegiatan: mendisain, membangun, merencanakan, menemukan.
Mengevaluasi
Menilai suatu keputusan atau tindakan.
Kegiatan: memeriksa, membuat hipotesa, mengkritik, bereksperimen, memberi penilaian.
Menganalisis
Mengolah informasi untuk memahami sesuatu dan mencari hubungan.
Kegiatan: membandingkan, mengorganisasi, menata ulang, mengajukan pertanyaan, menemukan.
Menerapkan
Menggunakan informasi dalam situasi lain.
Kegiatan: menerapkan, melaksanakan, menggunakan, melakukan.
Memahami
Menerangkan ide atau konsep.
Kegiatan: menginterpretasi, merangkum, mengelompokkan, menerangkan.
Mengingat
Kegiatan: mengenali, membuat daftar, menggambarkan, menyebutkan.
49
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Tabel 2.1 Taksonomi Bloom
KATEGORI, PROSES
KOGNITIF, NAMA
ALTERNATIF
DEFINISI-DEFINISI DAN CONTOH-CONTOH
1. MENGINGAT—Mencari dan menemukan pengetahuan dari memori jangka-panjang
1.1 Mengenali ulang
(Mengidentifikasi)
Menentukan pengetahuan dalam memori jangka-panjang yang konsisten dengan
material yang tersaji (yakni, Mengenali tahun-tahun dari kejadian-kejadian
penting dalam sejarah Indonesia)
1.2 Mengingat ulang (Mencari-temu)
Mencari-temu pengetahuan relevan dari memori jangka-panjang (yakni, Mengingat ulang tahun-tahun kejadian penting dalam sejarah Indonesia)
2. Memahami—Mengkonstruksi makna dari pesan-pesan instruksional, mencakup
komunikasi lisan, tertulis, dan grafis
2.1 Menginterpretasi/
Menafsir
(Klarifikasi,
paraphrasing,
menyajikan-ulang,
translasi)
Mengubah sebuah bentuk sajian (yakni, sajian numerik) ke bentuk lainnya
(yakni, sajian verbal) (yakni, Mem-paraphrase-kan pembicaraan-pembicaraan
dan dokumen-dokumen penting)
2.2 Mengeksemplifikasi/
Menyontohkan
(Mengilustrasikan,
mencontohkan)
Menemukan sebuah contoh spesifik atau ilustrasi dari sebuah konsep atau
prinsip (yakni, Memberi contoh-contoh berbagai gaya lukisan artistik yang
penting)
2.3 Mengklasifikasi
(Kategorisasi,
subsuming)
Menentukan bahwa sesuatu termasuk kedalam sebuah kategori (yakni, konsep
atau prinsip) (yakni, Mengklasifikasi kasus-kasus nirtatanan mental yang
terobservasi atau terdeskripsikan)
2.4 Summarizing/
Mengikhtisarkan
(Mengabstraksi,
generalisasi)
Mengabstraksi sebuah tema umum atau poin-poin pokok (yakni, Menulis
sebuah summary ringkas tentang kejadian-kejadian yang tersaji pada sebuah
videotape)
2.5 Menyimpulkan
(Menyimpulkan,
mengekstrapolasi,
menginterpolasi,
memprediksi)
Menggambarkan sebuah simpulan logis dari informasi yang tersaji (yakni,
Dalam pembelajaran bahasa asing, menyimpulkan prinsip-prinsip gramatis dari
contoh-contoh)
2.6 Membandingkan
(Mengkontraskan,
memetakan,
memadankan)
Mendeteksi korespondensi antara dua ide, objek, dan lain-lain (yakni,
Membandingkan kejadian-kejadian historis dengan situasi-situasi kontemporer)
2.7 Menjelaskan/
Mengeksplanasi
(Mengkonstruksi model)
Mengkonstruksi sebuah model sebab-akibat dari sebuah sistem (yakni,
Menjelaskan sebab-sebab dari pentingnya kejadian-kejadian abad ke-18 di
Perancis)
3. Mengaplikasi/Menerapkan—Melaksanakan atau menggunakan sebuah prosedur dalam sebuah
situasi yang ada
3.1 Mengeksekusi
(Melaksanakan)
Mengaplikasikan sebuah prosedur ke sebuah tugas akrab (yakni, Membagi
sebuah bilangan bulat dengan bilangan bulat lainnya, keduanya melibatkan
bilangan bulat lebih dari satu digits)
3.2 Mengimplementasikan
(Menggunakan)
Mengaplikasikan sebuah prosedur ke sebuah tugas tak-akrab (yakni,
Menggunakan Hukum Kedua Newton dalam situasi-situasi yang sesuai
dengannya)
50
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
4. Menganalisis—Menguraikan material menjadi bagian-bagian pembentuknya dan
menentukan bagaimana bagian-bagian ini saling berkaitan dan dengan struktur
totalnya atau tujuannya
4.1 Membeda-bedakan
(Diskriminasi,
membedakan,
memfokuskan,
memilih)
Membedakan bagian yang relevan dan yang tak-relevan atau yang penting dan
yang tak-penting dari material yang tersaji (yakni, Membedakan antara bilangan-
bilangan yang relevan dan yang tak-relevan dalam dalam sebuah masalah kata-
kata matematis (a mathematical word problem)
4.2 Mengorganisasi
(Menemukan
koherensi,
mengintegrasikan,
menyusun kerangka,
parsing,
menstrukturkan)
Menentukan bagaimana unsur-unsur sesuai atau berfungsi dalam sebuah struktur
(yakni, Menstrukturkan evidensi dalam sebuah deskripsi historis menjadi evidensi
untuk dan menentang sebuah eksplanasi historis)
4.3 Mengatribusi
(Mendekonstruksi)
Menentukan sebuah titik pandang, bias, nilai-nilai, atau maksud yang mendasari
material yang tersaji (yakni, Menentukan titik pandang pengarang sebuah esai
dalam kaitannya dengan perspektif politisnya)
5. Mengevaluasi—Membuat judgement didasarkan atas kriteria dan standar
5.1 Mengecek
(Mengkoordinasi,
mendeteksi,
memantau,
mentes)
Mendeteksi inkonsistensi atau kekeliruan dalam sebuah proses atau produk;
menentukan apakah sebuah proses atau produk memiliki konsistensi internal;
mendeteksi efektivitas sebuah prosedur ketika ia diimplementasikan (yakni,
Menentukan apakah simpulan-simpulan seorang ilmuwan berdasarkan data yang
terobservasi)
5.2 Mengkritik
(Men-judge)
Mendeteksi inkonsistensi antara sebuah produk dengan kriteria eksternal,
menentukan apakah sebuah produk memiliki konsistensi eksternal; mendeteksi
kesesuaian sebuah prosedur untuk sebuah masalah yang ada (yakni, Men-judge
metode yang mana dari dua metode yang ada yang bersifat terbaik untuk
memecahkan sebuah masalah yang ada)
6. Mengkreasi—Menyusun unsur-unsur secara bersamaan untuk membentuk sebuah
keseluruhan yang koheren atau fungsional; mereorganisasi unsur-unsur menjadi
sebuah pola atau struktur baru
6.1 Generate
(Memunculkan)
Memunculkan hipotesis-hipotesis alternatif didasarkan atas kriteria (yakni, Men-
generate hipotesis-hipotesis untuk menjelaskan sebuah fenomena yang
terobservasi)
6.2 Merencanakan
Menggawaikan sebuah prosedur untuk menyelesaikan suatu tugas (yakni,
Merencanakan sebuah research paper tentang sebuah topik historis yang ada)
6.3 Memproduksi Menciptakan sebuah produk (yakni, Membangun lingkungan buatan untuk sebuah
kepentingan spesifik)
51
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
E.
CATATAN UNTUK FASILITATOR
MENGINGAT (C1)
Ketika tujuan pengajaran adalah mempromosikan penyimpanan material
yang tersaji dalam bentuk yang sangat sama dengan ketika ia diajarkan,
kategori proses yang relevannya adalah Mengingat.
Dua proses kognitifnya yang terkait adalah pengenalan-ulang dan
pengingatan-ulang.
1.1 MENGENALI-ULANG (C1.1)
Pengenalan-ulang melibatkan pencaritemuan pengetahuan relevan dari
memori jangka panjang dalam rangka membandingkannya dengan
informasi yang tersaji.
Ketika disuguhi informasi baru, siswa menentukan apakah informasi ini
berhubungan dengan pengetahuan yang sudah dipelajari sebelumnya,
pencarian padanan. Istilah alternatifnya adalah pengidentifikasian.
1.2 MENGINGAT-ULANG (C1.2)
Pengingatan-ulang melibatkan pencaritemuan pengetahuan relevan dari
memori jangka panjang ketika diberi petunjuk untuk melakukannya.
Petunjuknya sering berupa sebuah sebuah pertanyaan. Istilah alternatif
untuk pengingatan-ulang adalah pencaritemuan.
2. MEMAHAMI (C2)
Sebagaimana sudah ditunjukkan, ketika tujuan utama pengajaran adalah
mempromosikan penyimpanan, fokusnya adalah pada tujuan yang
menekankan Mengingat. Ketika tujuan pengajaran mempromosikan
transfer, bagaimanapun, fokusnya beralih ke lima proses kognitif lainnya,
Memahami hingga Kreasi.
2.1 MENGINTERPRETASI (C2.1)
Penginterpretasian terjadi ketika seorang siswa dapat mengubah informasi
dari sebuah bentuk representasi (gambaran, wakilan) ke bentuk lainnya.
Interpretasi dapat melibatkan pengubahan kata-kata ke kata-kata lainnya
(yakni, paraphrasing), gambar-gambar ke kata-kata, kata-kata ke gambar-
gambar, angka-angka ke kata-kata, kata-kata ke angka-angka, notasi-notasi
52
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
musik ke nada-nada, dan yang sejenis.
Istilah-istilah alternatifnya adalah translasi (menerjemahkan,
mengalihbentukkan), paraphrasing (menyatakan dengan kata-kata lain,
khususnya secara singkat), representasi (menggambarkan), dan klarifikasi
(menerangkan, membuat menjadi terang).
2.2 MENCONTOHKAN (C2.2)
Pencontohan atau pemberian contoh terjadi ketika seorang siswa
memberikan sebuah contoh khusus dari sebuah konsep atau prinsip
umum.
Pencontohan melibatkan pengidentifikasian ciri-ciri penentu dari konsep
atau prinsip umum (yakni, segi tiga sama kaki harus memiliki dua sisi yang
sama) dan menggunakan ciri-ciri ini untuk memilih atau mengkonstruksi
sebuah contoh spesifik (yakni, menjadi mampu memilih segi-tiga sama sisi
dari tiga segi-tiga yang disajikan). Istilah alternatifnya adalah
mengilustrasikan.
2.3 MENGKLASIFIKASI (C2.3)
Pengklasifikasian terjadi ketika seorang siswa mengenali-ulang bahwa
sesuatu (yakni sebuah contoh tertentu) termasuk atau menjadi milik
sebuah kategori tertentu (yakni, konsep atau prinsip).
Pengklasifikasian melibatkan pendeteksian ciri-ciri atau pola-pola relevan
yang “sesuai” dengan contoh spesifik dan konsep atau prinsip. Istilah-
istilah alternatifnya adalah pengkategorian, ketermasukan (subsuming),
pengelompokkan, penghimpunan, dan penggolongan.
2.4 MENGIKHTISARKAN (C2.4)
Pengikhtisaran terjadi ketika seorang siswa memberikan sebuah
pernyataan yang menggambarkan informasi yang tersaji atau abstraksi dari
sebuah tema umum.
Pengikhtisaran melibatkan pengkonstruksian sebuah gambaran mengenai
sebuah informasi, seperti arti dari sebuah adegan dalam sebuah drama,
dan mengabstraksi sebuah ikhtisar dari adegan tersebut, seperti
penentuan sebuah tema atau butir-butir utama. Istilah-istilah
alternatifnya adalah pengeneralisasian, pengabstraksian.
53
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
2.5 MENYIMPULKAN (C2.5)
Penyimpulan melibatkan penemuan suatu pola dalam suatu rangkaian
contoh atau kejadian.
Penyimpulan terjadi ketika seorang siswa mampu mengabstraksi sebuah
konsep atau prinsip yang menjelaskan sehimpunan contoh atau kejadian
dengan mendeskripsikan ciri-ciri relevan dari masing-masing kejadian dan,
sangat penting adanya, mendeskripsikan perhubungan di antara mereka.
Misalnya, ketika diberi serangkaian bilangan seperti 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21,
seorang siswa mampu fokus pada nilai numerik dari masing-masing digit
ketimbang pada ciri-ciri tak-relevan seperti bentuk dari masing-masing
digit atau apakah masing-masing digit adalah bilangan genap atau ganjil. Ia
kemudian mampu membedakan pola dalam rangkaian bilangan-biliangan
tersebut (yakni, setelah dua bilangan pertama, masing-masingnya adalah
jumlah dari dua bilangan yang mendahuluinya).
Penyimpulan adalah berbeda dari pengatribusian. Pengatribusian fokus
semata-mata pada isu pragmatik mengenai penentuan sudut pandang atau
maksud penulis, sedangkan penyimpulan fokus pada isu penginduksian
sebuah pola yang didasarkan atas informasi yang tersedia.
Cara lainnya untuk membedakan kedua proses ini adalah bahwa
pengatribusian adalah dapat diterapkan secara luas pada situasi-situasi
seseorang harus “mendeduksi sesuatu yang implisit”, khususnya ketika
seseorang sedang berupaya menentukan suatu sudut pandang si penulis.
Penyimpulan pada sisi lainnya, terjadi dalam sebuah konteks yang
menyediakan suatu harapan tentang apa yang akan disimpukan. Istilah-
istilah alternatif untuk penyimpulan adalah ekstrapolasi, interpolasi,
prediksi, dan pengkonklusian.
2.6 MEMBANDINGKAN (C2.6)
Pembandingan melibatkan pendeteksian kesamaan dan perbedaan antara
dua atau lebih benda, kejadian, ide, masalah, atau situasi, seperti
penentuan bagaimana sebuah kejadian yang terkenal (yakni, skandal
politik yang baru terjadi) adalah mirip sebuah kejadian yang kurang
terkenal (yakni, skandal politik dalam sejarah).
Pembandingan mencakup penemuan unsur-unsur dan pola-pola dalam
sebuah objek, kejadian, atau ide yang memiliki kesesuaian dengan unsur-
unsur dan pola-pola dalam objek, kejadian, atau ide lainnya. Istilah-istilah
54
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
alternatifnya adalah peng-kontras-an, pemadanan, dan pemetaan.
2.7 MENGEKSPLANASI/MENJELASKAN (C2.7)
Pengeksplanasian terjadi ketika seorang siswa mampu mengkonstruksi dan
menggunakan sebuah model sebab-akibat dari sebuah sistem.
Modelnya dapat diturunkan dari sebuah teori formal (sebagaimana sering
dilakukan dalam IPA) atau dapat dibangun dari bawah (grounded)
berdasarkan riset atau pengalaman (sebagaimana sering dilakukan dalam
sains sosial dan humaniora). Sebuah eksplanasi yang lengkap melibatkan
pengkonstruksian sebuah model sebab-akibat, mengikutsertakan masing-
masing bagian utama dalam sebuah sistem atau masing-masing kejadian
utama dalam suatu rangkaian mata-rantai, dan menggunakan model ini ini
untuk menentukan bagaimana sebuah perubahan atau sebuah “link” dalam
rantai itu mempengaruhi sebuah perubahan pada bagian lainnya. Sebuah
istilah alternatifnya adalah pengkonstruksian sebuah model.
3. MENGAPLIKASIKAN/MENERAPKAN (C3)
Menerapkan melibatkan penggunaan prosedur untuk melaksanakan
kegiatan (praktik, latihan) atau memecahkan masalah. Dengan demikian,
Menerapkan terkait erat dengan Pengetahuan Prosedural.
3.1 MENGEKSEKUSI (C3.1)
Dalam pengeksekusian, seorang siswa melaksanakan secara rutin suatu
prosedur ketika dihadapkan dengan sebuah tugas akrab (yakni, kegiatan,
praktik, latihan). Keakaraban akan situasinya sering menyediakan isyarat
yang cukup untuk memandu pilihan tentang prosedur tepat yang akan
digunakan.
Pengeksekusian lebih sering terkait dengan penggunaan keterampilan-
keterampilan dan algoritme-algoritme (prosedur pemecahan masalah)
ketimbang dengan teknik-teknik dan metode-metode. Keterampilan dan
algoritme memiliki dua kualitas yang membuat mereka secara khusus
memudahkan untuk melakukan eksekusi. Pertama, mereka terdiri atas
seruntunan langkah yang umumnya diikuti dalam sebuah tatanan yang
tetap. Kedua, ketika langkah-langkahnya dilaksanakan secara tepat, hasil
akhirnya adalah sebuah jawaban yang pratentu (predetermined). Sebuah
istilah alternatif untuk pengeksekusian adalah pelaksanaan (carrying out).
55
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
3.2 MENGIMPLEMENTASI
Pengimplementasian terjadi ketika seorang siswa memilih dan
menggunakan sebuah prosedur untuk melaksanakan sebuah tugas tak-
akrab.
Karena pemilihan dipersyaratkan, para siswa harus memiliki suatu
pemahaman tentang tipe masalah yang dijumpai sebagaimana juga
sejumlah prosedur yang tersedia. Dengan demikian, pengimplementasian
digunakan bersamaan dengan kategori-kategori proses kognitif lainnya,
seperti Memahami dan Mengkreasi.
4. MENGANALISIS (C4)
Analisis melibatkan penguraian material menjadi bagian-bagian yang
membentuknya dan menetukan bagaimana bagian-bagian berhubungan
antara yang satu dengan yang lainnya dan dengan suatu struktur
keseluruhannya.
Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan sebagai Menganalisis mencakup belajar
untuk menentukan keping-keping dari sebuah pesan yang penting atau
relevan (membeda-bedakan), cara-cara bagaimana keping-keping sebuah
pesan itu di organisasi (mengorganisasikan), dan tujuan yang mendasari
dari suatu pesan (mengatribusi). Tujuan-tujuan ini, misalnya, ingin
mengembangkan kemampuan siswa untuk:
membedakan fakta dari pendapat (atau realitas dari fantasi);
menghubungkan simpulan-simpulan dengan pernyataan-pernyataan
pendukung;
membedakan material relevan dengan material yang hubungannya
tak-langsung;
menentukan bagaimana ide-ide berkaitan antara yang satu dengan
yang lainnya;
menegaskan asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan yang terlibat
dalam apa yang dikatakan;
membedakan ide-ide atau tema-tema dominan dari ide-ide
bawahan dalam puisi atau musik; dan
menemukan evidensi yang mendukung tujuan-tujuan si penulis.
56
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
4.1 MEMBEDA-BEDAKAN (C4.1)
Membeda-bedakan melibatkan pembeda-bedaan bagian-bagian dari sebuah
struktur keseluruhan dalam kaitan relevansi atau penting-tidaknya
mereka; dan kemudian memperhatikan informasi yang relevan atau
penting.
Membeda-bedakan adalah berbeda dari proses-proses kognitif yang
terkait dengan Memahami karena ia melibatkan organisasi struktural dan,
khususnya, melibatkan penentuan bagaimana bagian-bagian berkesesuaian
dengan struktur keseluruhan atau keseluruhan. Secara lebih spesifilknya,
pembeda-bedaan berbeda dari pembandingan dalam penggunaan konteks
yang lebih luas untuk menentukan apa yang relevan atau penting dan apa
yang tidak penting atau tidak relevan. Misalnya, dalam pembeda-bedaan
apel-apel dan jeruk-jeruk dalam konteks buah-buahan, biji internal adalah
relevan, tetapi warna dan bentuk adalah tak-relevan. Dalam
pembandingan, semua aspek ini (biji, warna, dan bentuk) adalah relevan.
Istilah-istilah alternatif untuk membeda-bedakan adalah mendiskriminasi,
memilih, dan memusatkan perhatian.
4.2 MENGORGANISASI (C4.2)
Mengorganisasi melibatkan pengidentifikasian unsur-unsur informasi atau
situasi dan mengenali bagaimana mereka secara bersamaan membentuk
sebuah struktur yang koheren.
Dalam pengorganisasian, seorang siswa membangun hubungan-hubungan
sistematik dan koheren di antara keping-keping informasi yang tersaji.
Pengorganisasian biasanya terjadi bersamaan dengan pembeda-bedaan.
Siswa pertama-tama mengidentifikasi unsur-unsur relevan atau penting
dan kemudian menentukan struktur keseluruhannya. Pengorganisasian
dapat juga terjadi bersamaan dengan pengatribusian, dalam mana fokusnya
adalah penentuan maksud atau sudut pandang si penulis.
Istilah-istilah alternatif untuk pengorganisasian adalah penstrukturan,
pengintegrasian, penemuan koherensi, penyusunan kerangka-pikir
(outlining), dan parsing (penguraian sebuah kalimat menjadi bagian-bagian
gramatiikalnya seperti subjek, predikat, dan seterusnya).
4.3 MENGATRIBUSI (C4.3)
Pengatribusian terjadi ketika seorang siswa mampu menentukan sudut
pandang, bias, nilai-nilai, atau maksud-maksud yang mendasari suatu
57
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
komunikasi atau informasi.
Pengatribusian melibatkan sebuah proses dekonstruksi, dalam mana
seorang siswa menentukan maksud-maksud dari si penulis dari material
yang disajikan. Berbeda halnya dengan penginterpretasian, dalam mana
siswa berupaya untuk Memahami makna dari material yang tersaji,
pengatribusian melibatkan suatu pemerluasan melampaui pemahaman
dasar untuk menyimpulkan maksud atau sudut pandang yang mendasari
material yang tersaji. Misalnya, dalam membaca sebuah bacaan tentang
perang DI/TII dalam sejarah Perang Saudara Indonesia, seorang siswa
perlu menentukan apakah si pengarang mengadopsi sudut pandang
nasionalis atau sudut pandang sebuah kelompok muslim yang berkembang
di Indonesia pada waktu itu. Istilah alternatifnya adalah dekonstruksi.
5. MENGEVALUASI (C5)
Mengevaluasi didefinisikan sebagai pembuatan judgements (putusan,
pertimbangan) didasarkan atas kriteria atau standar.
Kriteria yang sangat sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi,
dan konsistensi. Standar bisa jadi kuantitatif (yakni, Apakah ini suatu
jumlah yang cukup?) atau kualitatif (yakni, Apakah ini cukup baik?).
Standar diberlakukan untuk kriteria (yakni, Adakah proses ini cukup
efektif? Adakah produk ini memiliki kualitas cukup?).
Kategori Mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif pengecekan
(putusan/pertimbangan tentang konsistensi internal) dan pengritrikan
(putusan/pertimbangan yang didasarkan atas kriteria eksternal).
5.1 MENGECEK (C5.1)
Pengecekan melibatkan pengetesan inkonsistensi atau kesalahan internal
dalam sebuah operasi atau sebuah produk.
Misalnya, pengecekan terjadi ketika seorang siswa mengetes apakah
sebuah simpulan itu sebagai keharusan dari premis-premisnya, apakah
data mendukung atau mendiskonfirmasi sebuah hipotesis, atau apakah
material yang tersaji berisi bagian-bagian yang kontradiktif antara yang
satu dengan yang lainnya. Istilah-istilah alternatifnya adalah pengetesan,
pendeteksian, pemantauan, dan pengkoordinasian.
58
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
5.2 MENGERITIK (C5.2)
Mengeritik melibatkan pembuatan putusan/pertimbangan tentang sebuah
produk atau operasi didasarkan atas kriteria atau standar eksternal.
Dalam pengeritikan, seorang siswa mencatat ciri-ciri positif dan negatif
dari sebuah produk dan membuat sebuah putusan/pertimbangan
didasarkan atas sekurang-kurangnya sebagian dari ciri-ciri tersebut.
Pengeritikan terletak di inti dari apa yang disebut berpikir kritis. Sebuah
contoh pengeritikan adalah pembuatan putusan/pertimbangan mengenai
manfaat-manfaat dari sebuah solusi tertentu untuk masalah hujan asam
dalam kaitannya dengan kemungkinan efektivitasnya dan kaitannya dengan
biaya (yakni, mempersyaratkan semua pabrik energi di seluruh negara
untuk membatasi emisi pipa asap mereka hingga ke suatu batas). Istilah
alternatif untuk pengertikan adalah judging (pemberian
putusan/pertimbangan).
6. MENGKREASI (C6)
Mengkreasi melibatkan menyusun unsur-unsur bersamaan untuk
membentuk sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional.
Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan sebagai Mengkreasi menghendaki para
siswa membuat sebuah produk baru dengan mereorganisasi secara
mental sejumlah unsur atau bagian menjadi sebuah pola atau struktur
yang sebelumnya tersaji tidak jelas.
Dalam memenuhi tujuan ini, banyak siswa akan mengkreasi dalam arti
memproduksi sintesis-sintesis informasi atau material mereka sendiri
untuk membentuk sebuah keseluruhan yang baru, seperti dalam menulis,
melukis, mengukir, membuat gedung, dan seterusnya..
Mengkreasi terkait dengan tiga proses kognitif: memunculkan (generating),
merencanakan, dan mem-produksi.
6.1 MEMUNCULKAN (GENERATING) (C6.1)
Memunculkan melibatkan menggambarkan masalah dan berupaya memiliki
alternatif-alternatif atau hipotesis-hipotesis yang memenuhi kriteria
tertentu.
Seringkali cara sebuah masalah digambarkan pada awalnya menyarankan
solusi yang mungkin; bagaimanapun, redefinisi atau dihasilkannya lagi
59
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
sebuah gambaran baru dari masalah dapat menyarankan solusi-solusi yang
berbeda. Ketika pemunculan melampaui batas-batas atau kendala-kendala
pengetahuan sebelumnya dan teori-teori yang ada, ia melibatkan berpikir
banyak arah dan membentuk inti dari apa yang disebut berpikir kreatif.
Pemunculan di sini digunakan dalam sebuah arti terbatas. Memahami juga
mempersyaratkan proses-proses pemunculan, yang mencakup pen-
translasi-an, pencontohan, pengikhtisaran, penyimpulan, pengklasifikasian,
pembandingan, dan peng-eksplanasi-an. Bagaimanapun, tujuan Memahami
adalah lebih sering satu arah (yakni, untuk mendapatkan sebuah makna
tunggal). Berbeda halnya, tujuan pemunculan dalam Mengkreasi adalah
banyak arah (yakni, untuk mendapatkan berbagai kemungkinan). Sebuah
istilah alternatif untuk pemunculan adalah meng-hipotesis-kan.
6.2 MERENCANAKAN (C6.2)
Merencanakan melibatkan perancangan sebuah metode solusi yang
memenuhi sebuah kriteria masalah, yakni, mengembangkan sebuah
rencana untuk memecahkan masalah.
Dalam merencanakan, seorang siswa dapat membuat sub-sub-tujuan, atau
memecah sebuah tugas menjadi sub-sub-tugas yang akan dilaksanakan
ketika memecahkan masalah. Guru-guru sering tidak melakukan langkah
menyatakan tujuan perencanaan, malahan menyatakan tujuan-tujuan dalam
kaitannya dengan memproduksi, tahap akhir dari proses kreatif. Ketika hal
ini terjadi, merencanakan diasumsikan atau tersirat dalam tujuan
memproduksi. Dalam kasus ini, merencanakan kemungkinan dilaksanakan
oleh siswa secara tertutup selama kegiatan mengkonstruksi sebuah
produk (yakni, memproduksi). Sebuah istilah alternatif untuk
merencanakan adalah mendesain.
6.3 MEMPRODUKSI (C6.3)
Memproduksi melibatkan pelaksanaan sebuah rencana untuk memecahkan
sebuah masalah yang ada yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu.
Sebuah istilah alternatifnya adalah mengkonstruksi.
60
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Table 2.2 Tipe-tipe Pengetahuan dan Sub-subnya
TIPE-TIPE DAN SUB-SUB TIPE
CONTOH-CONTOH
A. PENGETAHUAN FAKTUAL—Unsur-unsur dasariah yang para siswa harus ketahui
agar memahami sebuah disiplin atau memecahkan masalah di dalamnya.
A.1 Pengetahuan tentang
Terminologi
Kosa kata teknis, simbol-simbol musik
A.2 Pengetahuan tentang rincian
dan unsur spesifik
Sumber-sumber alami yang utama, sumber-sumber
informasi yang reliabel
B. Pengetahuan Konseptual—Saling-perhubungan antarunsur dasariah dalam sebuah
struktur besar yang membuat mereka berfungsi secara bersamaan
B.1 Pengetahuan tentang
Klasifikasi dan Kategori
Periode-periode waktu geologis, bentuk-bentuk
kepemilikan bisnis
B.2 Pengetahuan tentang Prinsip
dan Generalisasi Teorema Pithagorean, hukum supply and demand
B.3 Pengetahuan tentang Teori,
Model, dan Struktur
Teori evolusi, struktur Konggres Amerika Serikat
C. Pengetahuan Prosedural—Bagaimana melakukan sesuatu, metode-metode inquiri,
dan kriteria untuk penggunaan keterampilan, algoritma, teknik-teknik, dan
metode-metode
C.1 Pengetahuan tentang Subject-
specific Skill dan algoritma
Keterampilan-keterampilan yang digunakan dalam melukis
dengan watercolors, whole number division algorithm
C.2 Pengetahuan tentang Subject
specific Techniques dan
metode- metode
Teknik-teknik interviu, metode ilmiah
61
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
C.3 Pengetahuan tentang Kriteria
untuk menentukan kapan
menggunakan prosedur-
prosedur yang sesuai
Kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan
menerapkan sebuah prosedur yang melibatkan hukum
Newton kedua, kriteria yang digunakan untuk men-judge
kelayakan penggunaan sebuah metode tertentu untuk
mengestimasi biaya-biaya bisnis
D. Pengetahuan Metakognitif—Pengetahuan kognisi pada umumnya juga kesadaran
dan pengetahuan tentang kognisi yang dimiliki diri sendiri
D.1 Pengetahuan Strategik
Pengetahuan tentang kerangka sebagai sebuah sarana
penangkapan struktur dari sebuah unit materi ajar dalam
sebuah buku ajar, pengetahuan tentang penggunaan
heuristics
D.2 Pengetahuan tentang Tugas-
tugas Kognitif, mencakup
pengetahuan kondisional dan
kontekstual yang sesuai
Pengetahuan tentang tipe-tipe tes yang digunakan para
guru, pengetahuan tentang tuntutan-tuntutan kognitif dan
tugas-tugas kognitif
D.3 Pengetahuan Diri Pengetahuan bahwa pengeritikan esai-esai adalah sebuah
kekuatan pribadi, sedangkan penulisan esai-esai adalah
sebuah kelemahan pribadi; kesadaran tentang tingkat
pengetahuan yang dimiliki diri sendiri
Gambar 2.1 Taksonomi Kognisi dan Nilai Pedagoginya
Pedagogical zone
Higher ordered
thinking
Meaningful
learning
Dangerous zone jika pembelajaran hanya
ini
Lower ordered
thinking
Rote learning
62
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Lembar Kerja Peserta 3A.3
Contoh Jenis Pertanyaan /Tugas berdasarkan Taksonomi Bloom
Matematika
Bangun 3 Dimensi
Mengkreasi
Rancanglah suatu bangun baru yang memiliki bagian-bagian yang berasal dari bangun
yang kamu pilih tadi. Beri nama untuk bangun barumu dan namailah bagian-bagiannya.
Mengevaluasi
Menurutmu, apakah bangun tersebut tepat digunakan di tempat kamu menemukannya
tadi? Mengapa?
Menganalisis
Terangkan mengapa bangun tadi digunakan di tempat dimana kamu menemukannya.
Menerapkan
Gambarlah bangun yang kamu pilih tadi.
Memahami
Carilah benda-benda yang memiliki bentuk yang sama dengan bangun yang kamu pilih
tersebut.
Mengingat
Sebutkan ciri-ciri dari bangun yang kamu pilih.
63
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Ilmu Pengetahuan Alam
Serangga
Mengkreasi
Buatlah jenis serangga baru dari bagian-bagian tubuh serangga yang ada. Gambar dan
beri nama bagian-bagian tersebut.
Mengevaluasi
Kalau kamu ingin menjadi serangga, serangga apa yang jadi pilihanmu? Sebutkan
alasannya, paling sedikit lima alasan.
Menganalisis
Pilih dua macam serangga, bandingkan. Tulislah hasil perbandinganmu.
Menerapkan
Wawancarailah 10 orang untuk mengetahui serangga yang paling tidak
disukai/membahayakan . Buatlah grafik dari hasil wawancara tersebut dan (simpulkan
hasilnya. C2.5)
Memahami
Pilihlah satu nama serangga. Buatlah 10 pernyataan tentang serangga tersebut. 5
pernyataan tentang fakta dari serangga tersebut dan 5 lainnya merupakan opini. Tulis di
atas kertas yang berbeda. Berikan kepada temanmu dan minta temanmu untuk
memeriksa pekerjaanmu.
Kelompokkan berdasarkan jenis serangga yang membahayakan dan tidak
membahayakan.
Mengingat
Buatlah daftar nama-nama serangga.
64
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Ilmu Pengetahuan Sosial
Pasar
Mengkreasi
Buatlah usulan perubahan/perbaikan yang dapat membuat pasar di sekitar rumahmu
menjadi lebih baik. Kirimkan surat itu kepada pemerintah setempat.
Mengevaluasi
Setujukah kamu apabila semua pasar tradisional diganti dengan pasar modern?
Mengapa?
Menganalisis
Bandingkan kondisi beberapa jenis pasar, carilah apa saja kekuatan dan kelemahan
masing-masing jenis pasar?
Menerapkan
Misalkan kamu adalah salah seorang anggota Panitia Peringatan Kemerdekaan RI di
sekolahmu dan merencanakan untuk membuat pesta. Buatlah daftar barang-barang
yang kamu butuhkan dan putuskan di pasar jenis apa kamu akan membelinya. Berikan
alasanmu.
Memahami
(Cari nama-nama pasar yang kamu ketahui C1) dan kelompokkan menurut jenisnya.
Mengingat
Sebutkan jenis-jenis pasar yang kamu ketahui (dan ciri-cirinya. C2)
65
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Bahasa Indonesia
Sempurna
Kau begitu sempurna
Dimataku kau begitu indah
Kau membuat diriku akan slalu memujamu
Di setiap langkahku
Kukan slalu memikirkan dirimu
Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu
* Janganlah kau tinggalkan diriku
Takkan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa
Reff:
Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku
Oh sayangku, kau begitu
Sempurna… Sempurna...
Kau genggam tanganku
Saat diriku lemah dan terjatuh
Kau bisikkan kata dan hapus semua sesalku
Kembali ke *
Dinyanyikan oleh: Gita Gutawa
Mengkreasi
Tulislah sebuah puisi tentang seseorang yang kamu kirimi surat/kagumi!
Mengevaluasi
Selama ini sikap baik apa yang sudah kamu lakukan kepada seseorang yang kamu kirimi
surat?
Apakah terdapat inkonsistensi atau kekeliruan kata/kata-kata yang digunakan dalam lagu
tersebu?
Menganalisis
Bandingkan perasaanmu antara kepada temanmu dengan kepada seseorang yang kamu
kirimi surat!
Bagaimana kerangka atau susunan isi dari lagu tersebut?
66
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Menerapkan
(Tulislah surat C3 menerapkan cara menulis surat yang sudah dipelajari sebelumnya) untuk
seseorang, mungkin ibu atau gurumu yang sesuai dengan isi lagu tersebut!
Anggaplah tokoh “Kau” dalam lagu tersebut sebagai “desa/tempat kelahiran” mu.
Kemudian buatlah puisi dengan susunan yang sama dengan susunan isi lagu tersebut untuk
“desa/tempat kelahiran” mu!
Memahami
Rangkumlah isi lagu tersebut!
Ubahlah lagu di atas menjadi sebuah surat untuk ibu atau gurumu!
Mengingat
Temukan dua kata yang bermakna kias!
67
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Bahasa Inggris
Kancil and Crocodile
Kancil was a clever mousedeer. He had many enemies. One of them
was Crocodile. Crocodile lived in a river in the forest.
Now, one day, Kancil went to the river. It was a very hot day, and he
wanted to have a bath. Kancil bathed and splashed about in the water.
Crocodile saw Kancil. "A nice meal," he thought. Then, he crawled behind
Kancil and grabbed him. He caught one of Kancil's legs.
Kancil was terrified. Then, he had an idea. He saw a twig floating near
him. He picked it up and said, "You stupid fool! So you think you've got me.
You're biting a twig - not my leg. Here, this is my leg."
And with that, he showed Crocodile the twig. Crocodile could not see well.
He was a very stupid creature, too. He believed the cunning mousedeer. He freed
the mousedeer's leg and snapped upon the twig. Kancil ran out of the water
immediately.
"Ha! Ha!" he laughed. "I tricked you!"
Mengkreasi
Compose a letter of apology from Kancil to Crocodile.
Mengevaluasi
Do you think Kancil has done the right thing? Why?
Menganalisis
In what ways are Kancil and Crocodile different?
Menerapkan
Change the sentences in one of the paragraphs into the present tense.
Memahami
What examples from the story show that Kancil was a cunning animal?
Why did Kancil go to the river?
Mengingat
Who parties were involved in the story?
70 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Lembar Kerja Peserta 3A.4
Daftar Kata Kerja untuk Membuat Pertanyaan/Soal/Tugas
(Pengalaman dari Kurikulum 1975, banyak guru hanya “menyalin” kata kerja yang tersedia, tanpa memahaminya. Akibatnya tujuan pembelajaran
yang mereka rumuskan salah, juga mereka tidak pernah mengerti dengan benar taksonomi kognitif Bloom setelah bertahun-tahun bekerja
menggunakan taksonomi tersebut)
TABEL 2.3 SITUASI EVALUASI DAN PENGALAMAN BELAJAR DARI TAKSONOMI BLOOM
KATEGORI, PROSES
KOGNITIF, NAMA
ALTERNATIF
DEFINISI-DEFINISI DAN CONTOH-CONTOH
SITUASI EVALUASI HASIL BELAJAR
PENGALAMAN BELAJAR PRAKSIS
1. MENGINGAT—Mencari dan menemukan pengetahuan dari memori jangka panjang
1.1 Mengenali ulang
(Mengidentifikasi)
Menentukan pengetahuan dalam memori jangka-panjang yang
konsisten dengan material yang tersaji (yakni, Mengenali tahun-
tahun dari kejadian-kejadian penting dalam sejarah Indonesia)
Meminta siswa mengidentifikasi yang mana sisi
dari sebuah bangun datar
Studi pengamatan ciri-ciri bangun datar
Refleksi: Mengapa, misalnya, sisi bangun
datar disebut sisi?
1.2 Mengingat ulang
(Mencari-temu)
Mencari-temu pengetahuan relevan dari memori jangka-
panjang (yakni, Mengingat ulang tahun-tahun kejadian penting
dalam sejarah Indonesia)
Meminta siswa mencari temu dari sejumlah
bilangan yang menunjukkan tahun-tahun, yang
mana yang merupakan tahun kemerdekaan
Republik Indonesia
Mengingat Hari Kemerdekaan RI, juga
hubungannya dengan hari-hari/tahun-
tahun dari kejadian sebelumnya
Refleksi: Mengapa tahun 1945? Ada apa
saja sekitar tahun 1945 itu?
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
68
69
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
KATEGORI, PROSES
KOGNITIF, NAMA
ALTERNATIF
DEFINISI-DEFINISI DAN
CONTOH-CONTOH
SITUASI EVALUASI HASIL BELAJAR PENGALAMAN BELAJAR PRAKSIS
2. Memahami—Mengkonstruksi makna dari pesan-pesan instruksional, mencakup komunikasi lisan, tertulis, dan grafis
2.1 Menginterpretasi/
Menafsir
(Klarifikasi,
paraphrasing,
menyajikan-ulang,
translasi)
Mengubah sebuah bentuk sajian
(yakni, sajian numerik) ke bentuk
lainnya (yakni, sajian verbal)
(yakni, Mem-paraphrase-kan
pembicaraan-pembicaraan dan
dokumen-dokumen penting)
Menyelesaikan perhitungan dari soal cerita.
Mendiskusikan komponen-komponen pokok soal cerita
atau bagaimana memahami soal cerita
Berlatih menyelesaikan soal cerita
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
Meminta siswa memperterang (mengklarifikasi)
maksud dari sebuah larik dari sebuah puisi.
Mendiskusikan ide/ide-ide yang terkandung dalam sebuah
larik puisi
Berlatih mengklarifikasi isi dari sebuah larik puisi
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
Meminta siswa mengulang secara singkat isi sebuah
ide/gagasan/konsep/kalimat/ paragraf sehingga
menjadi lebih jelas (mem-parafrasa)
Mendiskusikan isi sebuah paragraf
Berlatih menyajikan ulang isi paragraf secara ringkas dan
lebih jelas
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
Meminta siswa menceritakan ulang sebuah cerita
pendek secara singkat (translasi).
Mendiskusikan isi sebuah cerita pendek
Berlatih menceritakan-ulangnya secara lebih ringkas
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
Meminta siswa menyajikan ulang secara utuh sebuah
paragraf ringkas (translasi)
Mendiskusikan isi sebuah paragraf ringkas
Berlatih menyajikan-ulangnya menjadi lebih utuh
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
69
70
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
2.2
Mengeksemplifikasi/
Menyontohkan
(Mengilustrasikan,
mencontohkan)
Menemukan sebuah contoh
spesifik atau ilustrasi dari sebuah
konsep atau prinsip (yakni,
Memberi contoh-contoh berbagai
gaya lukisan artistik yang penting)
Meminta siswa memberikan sebuah contoh (harus
berbeda dari yang sudah diketahui siswa sebelumnya)
Mendiskusikan arti sebuah konsep atau prinsip,
mengikutsertakan beberapa contohnya
Praktik meencari contoh-contohnya yang relevan
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
2.3 Mengklasifikasi
(Kategorisasi,
subsuming)
Menentukan bahwa sesuatu
termasuk kedalam sebuah
kategori (yakni, konsep atau
prinsip) (yakni, Mengklasifikasi
kasus-kasus nirtatanan mental
yang terobservasi atau
terdeskripsikan)
Meminta siswa membuat klasifikasi dari benda-
benda yang tersedia di atas meja
Mendiskusikan arti klasifikasi
Praktik membuat klasifikasi
Refleksi: mendiskusikan (mengapa?) hasil kerja siswa
Meminta siswa memasukkan sebuah anggota
kedalam golongannya
Mendiskusikan arti klasifikasi
Praktik memasukkan berbagai anggota (benda, peristiwa)
kedalam golongannya yang relevan.
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
2.4 Summarizing/
Mengikhtisarkan
(Mengabstraksi,
generalisasi)
Mengabstraksi sebuah tema
umum atau poin-poin pokok
(yakni, Menulis sebuah summary
ringkas tentang kejadian-kejadian
yang tersaji pada sebuah
videotape)
Meminta siswa:
o mendapatkan hal-hal pokok dari sebuah
wacana; atau
o menulis ikhtisar dari suatu kejadian/peristiwa
Mendiskusikan hal-hal pokok dari sebuah wacana atau
peristiwa
Praktik menuliskan hal-hal pokok tersebut
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
2.5 Menyimpulkan
(Menyimpulkan,
mengekstrapolasi,
menginterpolasi,
memprediksi)
Menggambarkan sebuah simpulan
logis dari informasi yang tersaji
(yakni, Dalam pembelajaran
bahasa asing, menyimpulkan
prinsip-prinsip gramatis dari
contoh-contoh)
Meminta siswa:
o menyimpulkan apa yang akan terjadi jika akar
dari sebuah pohon dibuang (mem-prediksi)
o menyimpulkan berapa uang jajan yang akan
diterimanya bulan depan berdasarkan
penerimaannya selama dua bukan terakhir
(meng-ekstrapolasi)
o meng-estimasi nilai yang tepat dalam sebuah
deret bilangan yang jomplang (menginterpolasi)
Mendiskusikan pola-pola prediksi, ekstrapolasi, dan
interpolasi.
Berlatih melakukan prediksi, ekstrapolasi, dan interpolasi
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
UNIT 2
71
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
2.6 Membandingkan
(Mengkontraskan,
memetakan,
memadankan)
Mendeteksi kesepadanan antara
dua ide, objek, dan lain-lain
(yakni, Membandingkan kejadian-
kejadian historis dengan situasi-
situasi kontemporer)
Meminta siswa membandingkan musyawarah dengan
pemungutan suara
Studi pengamatan kegiatan musyawarah dan pemungutan
suara dalam pemilihan KM (Ketua Murid)
Menemukan hal-hal yang sama dan berbeda pada kedua
kegiatan tersebut
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
2.7 Menjelaskan/
Mengeksplanasi
(Mengkonstruksi
model)
Mengkonstruksi sebuah model
sebab-akibat dari sebuah sistem
(yakni, Menjelaskan sebab-sebab
dari pentingnya kejadian-kejadian
abad ke-18 di Perancis)
Meminta siswa menjelaskan sebab-sebab erosi Studi pengamatan terhadap eksperimen erosi
Menemukan sebab-sebab dari terjadinya erosi
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
KATEGORI, PROSES
KOGNITIF, NAMA
ALTERNATIF
DEFINISI-DEFINISI DAN
CONTOH-CONTOH
SITUASI EVALUASI HASIL BELAJAR PENGALAMAN BELAJAR PRAKSIS
3. Mengaplikasi/Menerapkan—Melaksanakan atau menggunakan sebuah prosedur dalam sebuah situasi yang ada
3.1 Mengeksekusi
(Melaksanakan)
Mengaplikasikan sebuah prosedur
ke sebuah tugas akrab (yakni,
Membagi sebuah bilangan bulat
dengan bilangan bulat lainnya,
keduanya melibatkan bilangan
bulat lebih dari satu digits)
Meminta siswa membagi sebuah bilangan bulat
dengan bilangan bulat lainnya, keduanya
melibatkan bilangan bulat lebih dari satu digits)
Studi konseptual pembagian dengan RME (Realistic
Mathematics Education) (Jika konsep pembagian belum
dikuasai siswa)
Berlatih menyelesaikan soal-soal pembagian
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
3.2 Mengimplementasikan
(Menggunakan)
Mengaplikasikan sebuah prosedur
ke sebuah tugas tak-akrab (yakni,
Menggunakan Hukum Kedua
Newton dalam situasi-situasi yang
sesuai dengannya)
Meminta siswa membuat model periskop
(diagram) untuk digunakan di sebuah ruang
perlindungan bawah tanah (bunker)
Studi observasi model periskop di sebuah kapal selam
Membuat modelnya
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
71
72
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
KATEGORI, PROSES
KOGNITIF, NAMA
ALTERNATIF
DEFINISI-DEFINISI DAN
CONTOH-CONTOH
SITUASI EVALUASI HASIL BELAJAR PENGALAMAN BELAJAR PRAKSIS
4. Menganalisis—Menguraikan material menjadi bagian-bagian pembentuknya dan menentukan bagaimana bagian-bagian ini saling
berkaitan dan
dengan struktur totalnya atau tujuannya
4.1 Membeda-bedakan
(Diskriminasi,
membedakan,
memfokuskan,
memilih)
Membedakan bagian yang relevan dan
yang tak-relevan atau yang penting dan
yang tak-penting dari material yang tersaji
(yakni, Membedakan antara bilangan-
bilangan yang relevan dan yang tak-
relevan dalam dalam sebuah masalah
kata-kata matematis (a mathematical word
problem)
Meminta siswa:
o menjelaskan hal-hal penting dari sebuah
cerita
o menjelaskan hal-hal penting dari sebuah
wacana ilmiah
o menemukan bilangan-bilangan dan operasi-
operasi hitung dalam sebuah masalah cerita
yang terkait dengan sebuah soal
(selanjutnya, menyelesaikan soal tersebut,
penerapan, C3)
Studi membaca cerita/wacana ilmiah dalam rangka
menemukan hal-hal penting
Mendiskusikannya
Menulis penjelasannya; (selanjutnya menyelesaikan
soalnya)
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
4.2 Mengorganisasi
(Menemukan
koherensi,
mengintegrasikan,
menyusun kerangka,
parsing,
menstrukturkan)
Menentukan bagaimana unsur-unsur
sesuai atau berfungsi dalam sebuah
struktur (yakni, Menstrukturkan evidensi
dalam sebuah deskripsi historis menjadi
evidensi untuk dan menentang sebuah
eksplanasi historis)
Meminta siswa:
o memadukan/mengintegrasikan berbagai
informasi tentang sebuah kejadian, dan
kemudian menjelaskannya
o menyusun sebuah kerangka pikir dari
sebuah wacana, dan kemudian
menjelaskannya
o Memilah-milah unsur-unsur tata bahasa dari
sebuah kalimat, dan kemudian
menjelaskannya
Mendiskusikan hal yang dimaksud
Berlatih menemukan/menyusun hal yang dimaksud
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
UNIT 2
73
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
4.3 Mengatribusi
(Mendekonstruksi)
Menentukan sebuah titik pandang, bias,
nilai-nilai, atau maksud yang mendasari
material yang tersaji (yakni, Menentukan
titik pandang pengarang sebuah esai
dalam kaitannya dengan perspektif
politisnya)
Meminta siswa menemukan:
bias si penulis dalam sebuah tulisan/berita
maksud dari sebuah tulisan
perspektif politis si penulis dalam sebuah
wacana
Mendiskusikan bias, maksud, perspektif
Berlatih menemukan bias, maksud, perspektif
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
KATEGORI, PROSES
KOGNITIF, NAMA
ALTERNATIF
DEFINISI-DEFINISI DAN CONTOH-
CONTOH
SITUASI EVALUASI HASIL BELAJAR PENGALAMAN BELAJAR PRAKSIS
5. Mengevaluasi—Membuat judgement didasarkan atas kriteria dan standar
5.1 Mengecek
(Mengkoordinasi,
mendeteksi,
memantau,
mentes)
Mendeteksi inkonsistensi atau kekeliruan
dalam sebuah proses atau produk;
menentukan apakah sebuah proses atau
produk memiliki konsistensi internal;
mendeteksi efektivitas sebuah prosedur
ketika ia diimplementasikan (yakni,
Menentukan apakah simpulan-simpulan
seorang ilmuwan berdasarkan data yang
terobservasi)
Meminta siswa menemukan dan menjelaskan:
o koherensi/inkoherensi gagasan kebijakan
luar negeri Indonesia dalam sebuah
wacana tertentu
o koherensi/inkoherensi negara dalam
melindungi segenap warga negara dalam
sebuah kejadian yang dilaporkan koran
Meminta siswa menguji konsistensi antara data
dengan simpulan
Mendiskusikan hal yang dimaksud
Berlatih menemukan hal yang dimaksud
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
5.2 Mengkritik
(Men-judge)
Mendeteksi inkonsistensi antara sebuah
produk dengan kriteria eksternal,
menentukan apakah sebuah produk
memiliki konsistensi eksternal; mendeteksi
kesesuaian sebuah prosedur untuk sebuah
masalah yang ada (yakni, Men-judge metode
yang mana dari dua metode yang ada yang
bersifat terbaik untuk memecahkan sebuah
masalah yang ada)
Meminta siswa:
o menilai pola makan masing-masing
dengan standar “empat sehat lima
sempurna”
o kecukupan zat asam dari pohon-pohon
yang ada di sebuah RT dibandingkan
dengan jumlah penduduk yang ada di RT
tersebut
o menilai lingkungan sekolahnya
berdasarkan standar sekolah sehat
Mendiskusikan hal yang dimaksud
Berlatih menemukan hal yang dimaksud
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
73
74
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
KATEGORI, PROSES
KOGNITIF, NAMA
ALTERNATIF
DEFINISI-DEFINISI DAN CONTOH-
CONTOH SITUASI EVALUASI HASIL
BELAJAR
PENGALAMAN BELAJAR PRAKSIS
6. Mengkreasi—Menyusun unsur-unsur secara bersamaan untuk membentuk sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional; mereorganisasi unsur-unsur menjadi
sebuah pola atau
struktur baru
6.1 Generate
(Memunculkan)
Memunculkan hipotesis-hipotesis alternatif
didasarkan atas kriteria (yakni, Men-
generate hipotesis-hipotesis untuk
menjelaskan sebuah fenomena yang
terobservasi)
Meminta siswa:
membuat dugaan/hipotesis yang menjelaskan
perang Imam Bonjol berdasarkan beberapa
fakta yang terbatas (kemudian mencari fakta-
fakta lebih jauh lagi untuk menolak atau
menerima hipotesis yang dibuatnya)
membuat hipotesis yang menjelaskan
pergerakan separatis berdasarkan beberapa
berita surat kabar (kemudian mencari fakta-
fakta lebih jauh lagi untuk menolak atau
menerima hipotesis yang dibuatnya)
mendeskripsikan jawaban atas pertanyaan
“apa/apa saja penyebab mogoknya mobil?”
berdasarkan sejumlah kejadian yang dialami
sebelum sebuah mobil mogok.
Mendiskusikan apa yang dimaksud dengan hipotesis
Berlatih membuat hipotesis
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
6.2 Merencanakan
Menggawaikan sebuah prosedur untuk
menyelesaikan suatu tugas (yakni,
Merencanakan sebuah research paper
tentang sebuah topik historis yang ada)
Meminta siswa:
membuat usulan penelitian tentang
pertumbuhan padi berdasarkan kriteria yang
sudah ditentukan sebelumnya
merancang pola kebersihan rumah
berdasarkan ciri-ciri perilaku tikus
Merancang usulan untuk menjamin kebersihan
Mendiskusikan apa yang dimaksud
Praktik membuat usulan
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
UNIT 2
75
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
sekolah setiap hari
6.3 Memproduksi Menciptakan sebuah produk (yakni,
Membangun lingkungan buatan untuk
sebuah kepentingan spesifik)
Meminta siswa:
membuat model visual yang mendeskripsikan
peristiwa fotosintesis berdasarkan sebuah
wacana tertulis yang mendeskripsikan
fotosintesis
menulis sebuah Cerpen/drama/novel
menciptakan sebuah solusi untuk sebuah
masalah
Mendiskusikan apa yang dimaksud
Praktik apa yang dimaksud
Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
75
7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
17
76
TAKSONOMI KOGNISI BLOOM (2001) (untuk appendix)
1. MENGINGAT (C1)
Ketika tujuan pengajaran adalah mempromosikan penyimpanan material yang
tersaji dalam bentuk yang sangat sama dengan ketika ia diajarkan, kategori proses
yang relevannya adalah Mengingat.
Pengingatan melibatkan pencari-temuan pengetahuan yang relevan dari memori
jangka panjang. Dua proses kognitifnya yang terkait adalah pengenalan-ulang dan
pengingatan-ulang. Pengetahuan yang relevan dengan pengingatan adalah Faktual,
Konseptual, Prosedural, atau Metakognitif, atau suatu kombinasi dari hal-hal ini.
Untuk meng-ases pembelajaran siswa dalam kategori proses yang paling sederhana
ini, siswa diberi tugas mengenali-ulang atau mengingat-ulang di bawah kondisi yang
sangat sama dengan ketika ia mempelajari material ajarnya. Perluasan yang
melampaui kondisi ini, diharapkan terbatas. Misalnya, jika seorang siswa sudah
mempelajari padanan bahasa Indonesia untuk 20 kata Inggris, maka tes
pengingatannya akan melibatkan permintaan kepada siswa untuk untuk
memadankan kata-kata Inggris dalam kolom pertama dengan kata-kata bahasa
Indonesia pada kolom ke dua (yakni, mengenali ulang) atau menuliskan kata-kata
bahasa Indonesia yang berkaitan dengan kata-kata Inggris yang tersedia (yakni,
mengingat-ulang).
Rote learning adalah ketika siswa diminta hanya mengingat pengetahuan. Tetapi
meaningful learning terjadi ketika pengingatan pengetahuan adalah bagian terpadu
dari tugas yang lebih luas untuk pengkonstruksian pengetahuan baru atau
pemecahan masalah baru.
1.1 MENGENALI-ULANG (C1.1)
Pengenalan-ulang melibatkan pencaritemuan pengetahuan relevan dari memori
jangka panjang dalam rangka membandingkannya dengan informasi yang tersaji.
Dalam pengenalan-ulang, siswa mencari dalam memori jangka panjangnya sekeping
informasi yang identik atau sangat sama dengan informasi yang tersaji
(sebagaimana tersaji dalam memori kerja). Ketika disuguhi informasi baru, siswa
menentukan apakah informasi ini berhubungan dengan pengetahuan yang sudah
dipelajari sebelumnya, pencarian padanan. Istilah alternatif untuk pengenalan-ulang
adalah pengidentifikasian.
Contoh Tujuan dan Asesmen yang sesuai Dalam IPS, sebuah tujuan
pembelajarannya bisa jadi siswa harus mengenali-ulang tanggal-tanggal kejadian
penting dalam sejarah Indonesia. Item tesnya yang sesuai adalah: “Benar atau
77
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Salah: Proklamasi Kemerdekaan RI dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1945”.
Dalam pelajaran Sastra Indonesia, salah satu tuannya dapat berupa siswa harus
mengenali-ulang penulis-penulis dari karya sastra Indonesia. Asesmennya yang
sesuai adalah tes menjodohkan yang terdiri atas sebuah daftar sepuluh pengarang
(mencakup Asrul Sani) dan sebuah daftar lebih sedikit dari sepuluh novel
(mencakup Benyamin S.). Dalam matematika, tujuannya bisa jadi agar siswa dapat
mengenali-ulang jumlah sisi bentuk-bentuk geometri. Asesmennya yang sesuai
adalah suatu tes pilihan-ganda dengan item-item sebagai berikut: “Berapa banyak
sisi yang dimiliki sebuah pentagon? (a) empat, (b) lima, (c) enam, (d) tujuh.
Format Asesmen Sebagaimana diilustrasikan di atas, tiga metode utama
penyajian suatu tugas pengenalan-ulang untuk kepentingan asesmen adalah
verifikasi, menjodohkan, dan pilihan tertentu. Dalam tugas-tugas verifikasi, siswa
diberi suatu informasi dan harus memilih apakah ia benar atau salah. Format
benar-salah adalah contoh yang paling umum. Dalam menjodohkan, dua daftar
disajikan, dan siswa harus memilih bagaimana masing-masing item dalam sebuah
daftar berkesesuaian dengan sebuah item dalam daftar lainnya. Dalam tugas-tugas
pilihan tertentu, siswa diberi sebuah petunjuk yang disertai dengan beberapa
jawaban yang mungkin dan harus memilih jawaban yang mana yang tepat atau
“jawaban terbaik”. Pilihan-ganda adalah formatnya yang paling umum.
1.2 MENGINGAT-ULANG (C1.2)
Pengingatan-ulang melibatkan pencaritemuan pengetahuan relevan dari memori
jangka panjang ketika diberi petunjuk untuk melakukannya. Petunjuknya sering
berupa sebuah sebuah pertanyaan.
Dengan pengingatan-ulang, seorang siswa mencari sekeping informasi dari memori
jangka panjang dan membawa informasi ini kedalam memori kerja untuk dapat
diproses. Sebuah istilah alternatif untuk pengingatan-ulang adalah pencaritemuan.
Contoh Tujuan dan Asesmen yang sesuai Dalam mengingat-ulang, seorang
siswa mengingat informasi yang sebelumnya sudah dipelajari ketika diberi sebuah
petunjuk. Dalam IPS, salah satu tujuannya dapat berupa siswa harus mengingat-
ulang ekspor-ekspor utama pulau Sumatera. Sebuah item tesnya yang sesuai
adalah “Apa ekspor utama Palembang?” Dalam pembelajaran sastra Indonesia,
tujuannya dapat berbentuk agar siswa mampu mengingat-ulang sejumlah penyair
yang menulis berbagai puisi. Sebuah pertanyaan tesnya yang sesuai adalah “Siapa
yang menulis Rembulan Di Atas Kuburan?” Dalam matematika, tujuannya dapat
berbentuk mengingat-ulang fakta-fakta perkalian bilangan bulat. Sebuah item
tesnya meminta siswa memperkalikan 7 X 8 (atau “7 X 8 = ?”).
78
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Format asesmen Tugas-tugas asesmen untuk pengingatan-ulang dapat
berbeda-beda dalam jumlah dan kualitas petunjuk yang disediakan untuk siswa.
Dengan petunjuk rendah, siswa tidak diberi petunjuk atau informasi relevan
apapun (seperti “Apa satu meter itu?”). Dengan petunjuk tinggi, siswa diberi
beberapa petunjuk (seperti “dalam sistem pengukuran, satu meter adalah sebuah
ukuran mengenai __________________”.).
Tugas-tugas asesmen dapat juga berbeda-beda dalam jumlah atau tingkat
ketertanaman item-item ditempatkan dalam suatu konteks makna yang lebih luas.
Dengan ketertanaman rendah, tugas pengingatan-ulang disajikan sebagai sebuah hal
tunggal, terisolasi, seperti dalam contoh-contoh di atas. Dengan ketertanaman
tinggi, tugas pengingatan-ulang tercakup dalam konteks suatu masalah yang lebih
luas, seperti meminta seorang siswa mengingat formula untuk sebuah bidang dari
sebuah lingkaran ketika memecahkan sebuah masalah kata yang mempersyaratkan
formula tersebut.
2. MEMAHAMI (C2)
Sebagaimana sudah ditunjukkan, ketika tujuan utama pengajaran adalah
mempromosikan penyimpanan, fokusnya adalah pada tujuan yang menekankan
Mengingat. Ketika tujuan pengajaran mempromosikan transfer, bagaimanapun,
fokusnya beralih ke lima proses kognitif lainnya, Memahami hingga Kreasi.
Mengenai hal-hal ini, dapat dipahami jika kategori terbesar dari tujuan-tujuan
pendidikan berbasis-transfer yang ditekankan di sekolah-sekolah dan universitas-
universitas adalah Memahami. Para siswa dikatakan Memahami ketika mereka
mampu mengkonstruksi makna dari pesan-pesan instruksional, mencakup pesan
oral, tertulis, dan grafis, bagaimanapun semua pesan ini disajikan pada siswa:
selama ceramah-ceramah, dalam buku-buku, atau pada monitor-monitor
komputer. Contoh-contoh dari pesan-pesan instruksional potensial mencakup
suatu demonstrasi fisika di kelas, formasi geologis yang tampak dalam suatu karya-
wisata, suatu simulasi komputer tentang suatu perjalanan mengelilingi sebuah
musium seni, dan suatu karya musik yang dimainkan oleh sebuah orkestra,
sebagaimana juga halnya dengan representasi-representasi verbal, gambar, dan
simbolik pada kertas.
Para siswa memahami ketika mereka membangun koneksi antara pengetahuan
“baru” yang akan diperoleh dengan pengetahuan mereka sebelumnya. Secara lebih
spesifik, pengetahuan yang masuk diintegrasikan dengan skema-skema dan
kerangka-kerangka-kerja yang ada. Karena konsep-konsep adalah semacam batu-
bata untuk skema-skema dan kerangka-kerangka-kerja ini, Pengetahuan Konseptual
menyediakan sebuah pangkalan untuk pemahaman. Proses-proses kognitif dalam
79
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
kategori Memahami mencakup interpretasi, eksemplifikasi (pencontohan), peng-
klasifikasi-an, summarizing (pengikhtisaran), penyimpulan, pembandingan, dan
eksplanasi.
2.1 MENGINTERPRETASI (C2.1)
Penginterpretasian terjadi ketika seorang siswa dapat mengubah informasi dari
sebuah bentuk representasi (gambaran, wakilan) ke bentuk lainnya.
Interpretasi dapat melibatkan pengubahan kata-kata ke kata-kata lainnya (yakni,
paraphrasing), gambar-gambar ke kata-kata, kata-kata ke gambar-gambar, angka-
angka ke kata-kata, kata-kata ke angka-angka, notasi-notasi musik ke nada-nada,
dan yang sejenis.
Istilah-istilah alternatifnya adalah translasi (menerjemahkan, mengalihbentukkan),
paraphrasing (menyatakan dengan kata-kata lain, khususnya secara singkat),
representasi (menggambarkan), dan klarifikasi (menerangkan, membuat menjadi
terang).
CONTOH TUJUAN DAN ASESMEN YANG SESUAI Dalam
penginterpretasian, ketika diberi informasi dalam sebuah bentuk representasi,
seorang siswa dapat mengubahnya ke bentuk lain. Dalam IPS, misalnya, salah satu
tujuannya agar siswa dapat menyatakan dengan kata-kata sendiri atau secara
singkat pidato-pidato dan dokumen-dokumen penting dari periode sejarah sekitar
menjelang kemerdekaan RI. Salah satu asesmen yang sesuai adalah meminta
seorang siswa membuat pernyataan secara singkat atau dengan kata-kata sendiri
sebuah pidato terkenal, seperti pidato Ir. Soekarno dalam sidang PPKI. Dalam
IPA, sebuah tujuannya dapat agar siswa mampu merepresentasikan dengan gambar
tentang berbagai fenomena alam. Sebuah item asesmennya yang sesuai meminta
seorang siswa menggambar sebuah rangkaian diagram-diagram yang
mengilustrasikan foto sintesis. Dalam matematika, contoh tujuannya agar siswa
mampu mengalihbentukkan kalimat-kalimat bilangan dalam kata-kata kedalam
persamaan aljabar yang diungkapkan dalam simbol-simbol. Sebuah item
asesmennya yang sesuai meminta seorang siswa menuliskan sebuah persamaan
(menggunakan B untuk jumlah anak laki-laki dan G untuk jumlah anak perempuan)
yang sesuai dengan pernyataan “Ada dua kali lebih banyak anak perempuan
dibandingkan dengan anak laki-laki di kelas ini”.
FORMAT ASESMEN Format-format item tes yang sesuai mencakup baik
respon yang sudah terkonstruksi (yakni, berikanlah sebuah jawaban) dan respon
terpilih (yakni, pilih sebuah jawaban). Informasi disajikan dalam sebuah bentuk,
dan para siswa diminta apakah mengkonstruksi atau memilih informasi yang sama
dalam sebuah bentuk yang berbeda. Misalnya, sebuah tugas dengan respon
80
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
terkonstruksi adalah: “Tuliskan sebuah persamaan yang sesuai dengan pernyataan
berikut, gunakanlah T untuk biaya total dan K untuk jumlah kilo-graman. Biaya
total pengiriman sebuah paket adalah Rp. 2.000,00 untuk satu kilo-gram pertama
ditambah masing-masing Rp. 1.500,00 per kilo-gram untuk tambahan berikutnya.
Sebuah versi pemilihan mengenai tugas ini adalah:
“Persamaan mana yang sesuai dengan pernyataan berikut, dimana T mewakili biaya
total dan K untuk jumlah kilo-graman? Biaya total pengiriman sebuah paket adalah
Rp. 2.000,00 untuk satu kilogram pertama ditambah Rp. 1.500,00 untuk tiap satu
kilogram tambahannya.
(a) T = Rp. 3.500 + P
(b) T = Rp. 2.000,00 + Rp. 1.500,00
(c) T = Rp. 2.000,00 + Rp. 1.500,00(P-1)
Untuk meningkatkan peluang bahwa yang diases adalah penginterpretasian
ketimbang hanya pengingatan, informasi yang disertakan dalam asesmen harus
bersifat baru. “Baru” di sini artinya bahwa para siswa tidak pernah menjumpainya
selama pengajaran. Jika aturan ini tidak dipatuhi, kita tidak dapat memastikan
bahwa yang kita ases adalah penginterpretasian, dan bukan pengingatan. Jika tugas
asesmen adalah identik dengan sebuah tugas atau contoh yang digunakan selama
pengajaran, kita barangkali meng-ases pengingatan.
Aturan tersebut berlaku untuk semua kategori proses dan proses-proses kognitif
yang bukan Mengingat. Pada bagian berikutnya hal ini tidak akan diulang lagi.
Pembaca diharapkan dapat mengingat hal ini ke depan. Jika tugas-tugas
asesmen adalah untuk membidik proses-proses kognitif tingkat tinggi,
mereka harus mempersyaratkan para siswa tidak bisa menjawab
dengan benar jika dengan bertumpu pada memori belaka.
2.2 MENCONTOHKAN (C2.2)
Pencontohan atau pemberian contoh terjadi ketika seorang siswa memberikan
sebuah contoh khusus dari sebuah konsep atau prinsip umum.
Pencontohan melibatkan pengidentifikasian ciri-ciri penentu dari konsep atau
prinsip umum (yakni, segi tiga sama kaki harus memiliki dua sisi yang sama) dan
menggunakan ciri-ciri ini untuk memilih atau mengkonstruksi sebuah contoh
spesifik (yakni, menjadi mampu memilih segi-tiga sama sisi dari tiga segi-tiga yang
disajikan). Istilah alternatifnya adalah mengilustrasikan.
CONTOH TUJUAN DAN ASESMEN YANG SESUAI Dalam pencontohan,
seorang siswa diberi sebuah konsep atau prinsip dan harus memilih atau
menghasilkan sebuah contoh khusus yang tidak dijumpai selama pengajaran.
81
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Dalam pendidikan kesenian, salah satu tujuannya adalah agar siswa dapat
memberikan contoh-contoh berbagai gaya lukisan artistik. Sebuah asesmennya
yang sesuai meminta seorang siswa memilih gaya impresionistik dari empat lukisan
yang tersedia. Dalam IPA, sebuah tujuannya dapat agar siswa mampu memberikan
contoh-contoh berbagai jenis senyawa kimia. Sebuah tugas asesmennya yang
sesuai meminta siswa menentukan sebuah senyawa inorganik dalam sebuah karya-
wisata dan mengatakan mengapa ia adalah inorganik (yakni, menspesifikasi ciri-ciri
penentunya). Dalam pendidikan sastra, sebuah tujuan dapat agar siswa mampu
mencontohkan berbagai genre drama. Asesmennya dapat dengan cara memberi
sketsa ringkas dari empat drama (hanya satu yang merupakan komedi romantik)
dan meminta siswa menyebutkan drama yang adalah sebuah komedi romantik.
FORMAT-FORMAT ASESMEN Tugas-tugas pencontohan dapat melibatkan
format respon terkonstruksi—dalam mana siswa harus menciptakan sebuah
contoh—atau format respon terpilih—dalam mana siswa harus memilih sebuah
contoh dari sehimpunan contoh yang tersedia. Contoh IPA, “Berikan sebuah
senyawa inorganik dan katakan mengapa ia inorganik”, mempersyaratkan sebuah
respon terkonstruksi. Berbeda halnya, item “Yang mana dari senyawa-senyawa ini
yang merupakan sebuah senyawa inorganik? (a) besi, (b) protein, (c) darah, (d)
kompos” mempersyaratkan sebuah respon terpilih.
2.3 MENGKLASIFIKASI (C2.3)
Pengklasifikasian terjadi ketika seorang siswa mengenali-ulang bahwa sesuatu
(yakni sebuah contoh tertentu) termasuk atau menjadi milik sebuah kategori
tertentu (yakni, konsep atau prinsip).
Pengklasifikasian melibatkan pendeteksian ciri-ciri atau pola-pola relevan yang
“sesuai” dengan contoh spesifik dan konsep atau prinsip. Pengklasifikasian adalah
sebuah proses pelengkap bagi pencontohan. Jika pencontohan dimulai dengan
sebuah konsep atau prinsip umum dan mempersyaratkan siswa untuk menemukan
sebuah contoh khusus, pengklasifikasian dimulai dengan sebuah contoh khusus dan
mempersyaratkan siswa menemukan sebuah konsep atau prinsip umum. Istilah-
istilah alternatifnya adalah pengkategorian, ketermasukan (subsuming),
pengelompokkan, penghimpunan, dan penggolongan.
CONTOH TUJUAN DAN ASESMEN YANG SESUAI Dalam IPS, salah
satu tujuannya agar siswa dapat mengklasifikasi kasus-kasus disorder mental yang
sudah diobservasi atau sudah dideskripsikan. Sebuah item asesmennya yang sesuai
meminta seorang siswa mengamati sebuah video tentang perilaku seseorang
dengan penyakit mental dan kemudian menunjukkan disorder mental yang tampak.
Dalam IPA, salah satu tujuannya agar siswa dapat mengkategorikan spesies-spesies
dari hewan-hewan prasejarah. Sebuah asesmennya menyediakan sejumlah gambar
82
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
hewan prasejarah dengan petunjuk untuk mengelompokkan mereka kedalam
spesies-spesies yang sesuai. Dalam matematika, sebuah tujuannya agar siswa dapat
menentukan kategori-kategori untuk angka-angka yang tersedia. Sebuah tugas
asesmennya menyediakan sebuah contoh dan meminta seorang siswa melingkari
semua angka dalam sebuah daftar berdasarkan kategori yang sesuai.
FORMAT ASESMEN Dalam tugas-tugas respon terkonstruksi, seorang siswa
diberi sebuah contoh dan harus memproduksi konsep atau prinsipnya yang terkait.
Dalam tugas-tugas respon terpilih, seorang siswa diberi sebuah contoh dan harus
memilih konsep atau prinsipnya dari sebuah daftar. Dalam tugas pemilahan,
seorang siswa diberi sehimpunan kejadian dan harus menentukan yang mana yang
termasuk kedalam sebuah kategori khusus, atau harus menempatkan masing-
masing kejadian kedalam salah satu dari kategori-kategori yang tersedia.
2.4 MENGIKHTISARKAN (C2.4)
Pengikhtisaran terjadi ketika seorang siswa memberikan sebuah pernyataan yang
menggambarkan informasi yang tersaji atau abstraksi dari sebuah tema umum.
Pengikhtisaran melibatkan pengkonstruksian sebuah gambaran mengenai sebuah
informasi, seperti arti dari sebuah adegan dalam sebuah drama, dan mengabstraksi
sebuah ikhtisar dari adegan tersebut, seperti penentuan sebuah tema atau butir-
butir utama. Istilah-istilah alternatifnya adalah pengeneralisasian, pengabstraksian.
CONTOH TUJUAN DAN ASESMEN YANG SESUAI Dalam
pengikhtisaran, ketika disediakan informasi, seorang siswa memberikan sebuah
ikhtisar atau abstraksi sebuah tema umum. Sebuah contoh tujuan dalam pelajaran
sejarah adalah agar siswa dapat menuliskan ikhtisar-ikhtisar singkat mengenai
kejadian-kejadian yang disajikan melalui gambar-gambar. Sebuah item asesmennya
yang sesuai meminta seorang siswa menonton sebuah videotape tentang Revolusi
Perancis dan kemudian menulis sebuah ikhtisar singkat. Sama halnya, sebuah
contoh tujuan dalam IPA dapat agar siswa mampu belajar membuat ikhtisar
tentang kontribusi-kontribusi utama para ilmuwan terkenal setelah membaca
beberapa karya tulis mereka. Sebuah item asesmennya yang sesuai meminta
seorang siswa membaca tulisan-tulisan terpilih tentang Charles Darwin dan
mengikhtisarkan butir-butir pokoknya. Dalam ilmu komputer, sebuah tujuannya
dapat agar siswa belajar membuat ikhtisar tujuan-tujuan berbagai subroutines dalam
sebuah program. Sebuah item asesmennya yang sesuai menyajikan sebuah
program dan meminta seorang siswa menulis sebuah kalimat yang
mendeskripsikan sub-tujuan yang dicapai oleh masing-masing bagian dari program
dalam keseluruhan program.
83
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
FORMAT ASESMEN Tugas-tugas asesmen dapat disajikan dalam format
respon terkonstruksi ataupun respon terpilih, melibatkan baik tema-tema ataupun
ikhtisar-ikhtisar. Tema bersifat lebih abstrak ketimbang ikhtisar. Misalnya, dalam
sebuah tugas respon terkonstruksi, siswa dapat diminta membaca sebuah bacaan
tanpa judul tentang sejarah kerajaan Sriwijaya dan kemudian menuliskan judul yang
sesuai untuk bacaan tersebut. Dalam sebuah tugas dengan respon terpilih,
seorang siswa dapat diminta membaca sebuah bacaan tentang sejarah kerajaan
Sriwijaya dan kemudian memilih judul yang palin sesuai dari empat judul yang
mungkin atau menyusun judul-judul ini secara berperingkat berdasarkan tingkat
“kecocokannya” dengan isi bacaan.
2.5 MENYIMPULKAN (C2.5)
Penyimpulan melibatkan penemuan suatu pola dalam suatu rangkaian contoh atau
kejadian.
Penyimpulan terjadi ketika seorang siswa mampu mengabstraksi sebuah konsep
atau prinsip yang menjelaskan sehimpunan contoh atau kejadian dengan
mendeskripsikan ciri-ciri relevan dari masing-masing kejadian dan, sangat penting
adanya, mendeskripsikan perhubungan di antara mereka. Misalnya, ketika diberi
serangkaian bilangan seperti 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, seorang siswa mampu fokus pada
nilai numerik dari masing-masing digit ketimbang pada ciri-ciri tak-relevan seperti
bentuk dari masing-masing digit atau apakah masing-masing digit adalah bilangan
genap atau ganjil. Ia kemudian mampu membedakan pola dalam rangkaian
bilangan-biliangan tersebut (yakni, setelah dua bilangan pertama, masing-masingnya
adalah jumlah dari dua bilangan yang mendahuluinya).
Proses penyimpulan melibatkan pembuatan perbandingan dari kejadian-kejadian
dalam konteks keseluruhannya. Misalnya, menentukan bilangan apa yang akan
muncul dalam rangkaian di atas, seorang siswa harus mengidentifikasi polanya.
Sebuah prosesnya yang terkait adalah menggunakan pola untuk menciptakan
sebuah kejadian baru (yakni, bilangan berikutnya pada rangkaian tersebut adalah
34, jumlah dari 13 dan 21). Ini adalah sebuah contoh pengeksekusian, yang adalah
sebuah proses kognitif yang terkait dengan Penerapan. Penyimpulan dan
pengeksekusian sering digunakan secara bersamaan pada tugas-tugas kognitif.
Yang terakhir, penyimpulan adalah berbeda dari pengatribusian (sebuah proses
kognitif yang terkait dengan Analisis). Sebagaimana dibahas pada bagian berikutnya,
pengatribusian fokus semata-mata pada isu pragmatik mengenai penentuan sudut
pandang atau maksud penulis, sedangkan penyimpulan fokus pada isu penginduksian
sebuah pola yang didasarkan atas informasi yang tersedia. Cara lainnya untuk
membedakan kedua proses ini adalah bahwa pengatribusian adalah dapat
diterapkan secara luas pada situasi-situasi seseorang harus “mendeduksi sesuatu
84
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
yang implisit”, khususnya ketika seseorang sedang berupaya menentukan suatu
sudut pandang si penulis. Penyimpulan pada sisi lainnya, terjadi dalam sebuah
konteks yang menyediakan suatu harapan tentang apa yang akan disimpukan.
Istilah-istilah alternatif untuk penyimpulan adalah ekstrapolasi, interpolasi, prediksi,
dan pengkonklusian.
CONTOH TUJUAN DAN ASESMEN YANG SESUAI Dalam
penyimpulan, ketika disediakan sehimpunan atau serangkaian contoh atau kejadian,
seorang siswa menemukan sebuah konsep atau prinsip yang menjelaskannya.
Misalnya, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, sebuah contoh tujuannya ialah
siswa dapat menyimpulkan konsep-konsep tata bahasa dari contoh-contoh yang
tersedia. Untuk asesmennya, seorang siswa diberi beberapa kata yang didahului
oleh di atau ke, seperti di makam, dimakamkan, ke makam, orang ke dua, kedua
orang itu, di pangkuan, dipangku; kemudian diminta merumuskan konsep-konsep
yang relevan untuk masing-masing di dan ke tersebut. Dalam matematika, salah
satu tujuannya adalah agar siswa dapat menyimpulkan perhubungan yang
diungkapkan sebagai sebuah persamaan yang mewakili beberapa observasi dari
nilai-nilai untuk dua variabel. Sebuah item asesmennya meminta seorang siswa
mendekripsikan perhubungan sebagai sebuah persamaan yang melibatkan x dan y
untuk situasi-situasi dalam mana jika x adalah 1, maka y adalah 0; jika x adalah 2,
maka y adalah 3; dan jika x adalah 3, maka y adalah 8.
FORMAT ASESMEN Tiga tugas umum yang mempersyaratkan penyimpulan
(sering disertai dengan pengimplementasian) adalah tugas-tugas melengkapi, tugas-
tugas analogi, dan tugas-tugas keanehan. Dalam tugas melengkapi, seorang siswa
diberi serangkaian item dan harus menentukan apa yang akan muncul berikutnya,
seperti dalam rangkaian bilangan-bilangan di atas. Dalam tugas analogi, seorang
siswa diberi sebuah analogi dengan bentuk A adalah analogi dengan B seperti C ke
D, seperti “bangsa” adalah dengan “presiden” seperti “provinsi” adalah dengan
_________________. Tugas siswa adalah memproduksi atau memilih sebuah
istilah yang sesuai untuk bagian yang rumpang dan menuliskan analoginya (seperti
“gubernur”). Dalam tugas keanehan, seorang siswa diberi tiga atau lebih item dan
harus menentukan yang mana yang tidak termasuk. Misalnya, seorang siswa dapat
diberi tiga masalah fisika, yang dua melibatkan sebuah prinsip dan yang lainnya
melibatkan prinsip yang berbeda. Agar semata-mata fokus pada proses
penyimpulan, pertanyaan dalam masing-masing tugas asesmen dapat agar siswa
menyatakan konsep atau prinsip yang mendasari yang siswa gunakan untuk
memperoleh jawaban yang benar.
2.6 MEMBANDINGKAN (C2.6)
85
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Pembandingan melibatkan pendeteksian kesamaan dan perbedaan antara dua atau
lebih benda, kejadian, ide, masalah, atau situasi, seperti penentuan bagaimana
sebuah kejadian yang terkenal (yakni, skandal politik yang baru terjadi) adalah
mirip sebuah kejadian yang kurang terkenal (yakni, skandal politik dalam sejarah).
Pembandingan mencakup penemuan unsur-unsur dan pola-pola dalam sebuah
objek, kejadian, atau ide yang memiliki kesesuaian dengan unsur-unsur dan pola-
pola dalam objek, kejadian, atau ide lainnya. Ketika digunakan bersamaan dengan
penyimpulan (yakni, pertama, mengabstraksi sebuah prinsip dari situasi yang lebih
dikenali) dan pengimplementasian (yakni, kedua, menerapkan prinsip tersebut pada
situasi yang kurang dikenali), pembandingan dapat kontributif pada penalaran
dengan analogi. Istilah-istilah alternatifnya adalah peng-kontras-an, pemadanan,
dan pemetaan.
CONTOH TUJUAN DAN ASESMEN YANG SESUAI Dalam
pembandingan, ketika disediakan informasi baru, seorang siswa mendeteksi
kesesuaian-kesesuaiannya dengan pengetahuan yang lebih diakrabi. Misalnya,
dalam IPS, sebuah tujuannya ialah agar siswa memahami kejadian-kejadian historis
dengan membandingkan mereka dengan situasi-situasi yang akrab. Sebuah
pertanyaan asesmennya yang sesuai adalah “Bagaimana Revolusi Amerika seperti
suatu pertengkaran keluarga atau suatu perdebatan antarteman?” Dalam IPA,
sebuah contoh tujuannya agar siswa belajar membandingkan sebuah sirkuit
elektirk dengan sebuah sistem yang lebih akrab. Dalam asesmennya, kita bertanya
“Bagaimana sebuah sirkuit elektrik seperti air yang mengalir melalui sebuah pipa?”
Pembandingan dapat juga melibatkan penentuan korespondensi antara dua atau
lebih objek, kejadian, atau ide yang tersaji. Dalam matematika, sebuah contoh
tujuannya ialah agar siswa belajar membandingkan masalah-masalah kata yang sama
secara struktural. Sebuah pertanyaan asesmennya yang sesuai meminta seorang
siswa mengatakan bagaimana sebuah masalah campuran tertentu mirip sebuah
masalah kerja tertentu.
FORMAT ASESMEN Sebuah teknik utama untuk meng-ases proses kognitif
pembandingan adalah pemetaan. Dalam pemetaan, seorang siswa harus
mempertunjukkan bagaimana masing-masing bagian dari sebuah objek, ide,
masalah, atau situasi berkesesuaian dengan masing-masing bagian dari objek
lainnya. Misalnya, seorang siswa dapat diminta merinsi bagaimana batere, kabel,
dan resistor dalam sebuah sirkuit elektrik adalah seperti pompa, pipa, dan
konstruksi pipa dalam sebuah sistem aliran air, begitu juga sebaliknya.
86
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
2.7 MENGEKSPLANASI/MENJELASKAN (C2.7)
Pengeksplanasian terjadi ketika seorang siswa mampu mengkonstruksi dan
menggunakan sebuah model sebab-akibat dari sebuah sistem.
Modelnya dapat diturunkan dari sebuah teori formal (sebagaimana sering
dilakukan dalam IPA) atau dapat dibangun dari bawah (grounded) berdasarkan riset
atau pengalaman (sebagaimana sering dilakukan dalam sains sosial dan humaniora).
Sebuah eksplanasi yang lengkap melibatkan pengkonstruksian sebuah model sebab-
akibat, mengikutsertakan masing-masing bagian utama dalam sebuah sistem atau
masing-masing kejadian utama dalam suatu rangkaian mata-rantai, dan
menggunakan model ini ini untuk menentukan bagaimana sebuah perubahan atau
sebuah “link” dalam rantai itu mempengaruhi sebuah perubahan pada bagian
lainnya. Sebuah istilah alternatifnya adalah pengkonstruksian sebuah model.
CONTOH TUJUAN DAN ASESMEN YANG SESUAI Dalam
pengeksplanasian, ketika diberi sebuah deskripsi tentang sebuah sistem, seorang
siswa mengembangkan dan menggunakan sebuah model sebab-akibat tentang
sistem tersebut. Misalnya, dalam IPS, sebuah tujuannya adalah agar siswa dapat
mengeksplanasi sebab-sebab dari kejadian-kejadian historis yang penting dalam
abad ke-18. Sebagai sebuah asesmennya, setelah membaca dan diskusi sebuah unit
tentang sejarah Indonesia, siswa diminta mengkonstruksi sebuah rantai sebab-
akibat dari kejadian-kejadian yang menjelaskan dengan sebaik-baiknya mengapa
perang terjadi. Dalam IPA, sebuah tujuannya adalah agar siswa dapat
mengeksplanasi bagaimana hukum-hukum dasar fisika bekerja. Asesmennya yang
sesuai meminta siswa yang telah mempelajari hukum Ohn untuk mengeksplanasi
apa yang terjadi pada tingkat arus ketika sebuah batere ke dua ditambahkan pada
sebuah sirkuit, atau meminta para siswa yang sudah menyaksikan sebuah video
tentang badai kilat untuk mengeksplanasi bagaimana perbedaan-perbedaan
temperatur mempengaruhi pembentukan kilat.
FORMAT ASESMEN Beberapa tugas dapat ditujukan untuk peng-ases-an
kemampuan siswa mengeksplanasi, termasuk penalaran, pemecahan masalah,
perancangan-ulang, dan pemrediksian. Dalam tugas-tugas penalaran, seorang siswa
diminta untuk memberikan sebuah penalaran tentang sebuah kejadian yang ada.
Misalnya, “Mengapa udara memasuki sebuah pompa ban sepeda ketika anda
menarik pegangannya?” Dalam kasus ini, sebuah jawaban seperti “Ia terdorong
kedalam karena tekanan udara adalah rendah di dalam pompa ketimbang di luar”
melibatkan penemuan sebuah prinsip yang menjelaskan sebuah kejadian yang ada.
Dalam pemecahan masalah, seorang siswa diminta mendiagnosis kesalahan apa
yang sudah terjadi dalam sebuah sistem yang malafungsi. Misalnya, “Andaikan anda
menarik dan menekan pegangan sebuah pompa ban sepeda beberapa kali tetapi
87
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
tidak ada udara yang keluar. Apa yang salah?” Dalam kasus ini, siswa harus
menemukan sebuah eksplanasi untuk malafungsi tersebut, seperti “Silinder
pompanya bolong” atau “Sebuah katup macet dalam posisi terbuka.”
Dalam perancangan-ulang, seorang siswa diminta mengubah suatu sistem untuk
mencapai suatu tujuan. Misalnya, “Bagaimana anda dapat meningkatkan sebuah
pompa ban sepeda agar ia menjadi lebih efisien?” Untuk menjawab pertanyaan ini,
seorang siswa harus membayangkan perubahan sebuah atau lebih komponen
dalam suatu sistem, seperti “Memberi pelumas antara piston dan silinder”.
Dalam pemrediksian, seorang siswa ditanya bagaimana sebuah perubahan dalam
sebuah bagian sistem akan mempengaruhi sebuah perubahan dalam bagian lainnya
dari sistem tersebut. Misalnya, “Apa yang akan terjadi jika anda meningkatkan
diameter silinder dari pompa ban sepeda?” Pertanyaan ini mempersyaratkan siswa
“mengoperasikan” model mental pompa untuk melihat bahwa jumlah udara yang
bergerak melalui pompa dapat ditingkatkan melalui peningkatan diameter
silindernya.
3. MENGAPLIKASIKAN/MENERAPKAN (C3)
Menerapkan melibatkan penggunaan prosedur untuk melaksanakan kegiatan
(praktik, latihan) atau memecahkan masalah. Dengan demikian, Menerapkan
terkait erat dengan Pengetahuan Prosedural. Sebuah kegiatan adalah sebuah tugas
yang prosedurnya sudah diketahui siswa penggunaannya, karena itu siswa sudah
mengembangkan suatu pendekatan yang terutinkan untuk tugas tersebut. Sebuah
masalah adalah sebuah tugas yang prosedurnya pada awalnya siswa tidak diketahui
siswa penggunaannya, maka siswa harus mengupayakan sebuah prosedur untuk
memecahkan masalah itu. Kategori Menerapkan terdiri atas dua proses kognitif:
pengeksekusian—ketika tugasnya adalah sebuah kegiatan (sudah akrab)—dan
pengimplementasian—ketika tugasnya adalah sebuah masalah (tidak akrab).
Ketika tugasnya adalah sebuah kegiatan yang sudah diakrabi, para siswa umumnya
tahu prosedur apa yang harus digunakan. Ketika diberi sebuah kegiatan (atau
sehimpunan kegiatan), para siswa khasnya melaksanakan prosedurnya dengan
kurang berpikir. Misalnya, seorang siswa yang belajar aljabar dihadapkan dengan
kegiatan ke-50 yang melibatkan persamaan-persamaan kuadrat dapat langsung
mengerti dan menyelesaikan tugasnya.
Ketika tugasnya adalah sebuah masalah yang tidak akrab atau masih asing,
bagaimanapun, para siswa harus menentukan pengetahuan apa yang akan mereka
gunakan. Jika tugasnya tampak menuntut Pengetahuan prosedural dan tidak ada
88
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
prosedur yang tersedia yang cocok dengan situasi masalah secara eksak, maka
modifikasi-modifikasi dalam Pengetahuan prosedural dapat menjadi niscaya.
Berbeda halnya dengan pengeksekusian, maka, pengimplementasian
mempersyaratkan suatu derajad pemahaman tentang masalah juga prosedur
solusinya. Dalam kasus pengimplementasian, maka, memahami pengetahuan
konseptual adalah sebuah prasyarat untuk mampu menerapkan pengetahuan
prosedural.
3.1 MENGEKSEKUSI (C3.1)
Dalam pengeksekusian, seorang siswa melaksanakan secara rutin suatu prosedur
ketika dihadapkan dengan sebuah tugas akrab (yakni, kegiatan, praktik, latihan).
Keakaraban akan situasinya sering menyediakan isyarat yang cukup untuk
memandu pilihan tentang prosedur tepat yang akan digunakan.
Pengeksekusian lebih sering terkait dengan penggunaan keterampilan-keterampilan
dan algoritme-algoritme (prosedur pemecahan masalah) ketimbang dengan teknik-
teknik dan metode-metode (lihat pembahasan tentang Pengetahuan prosedural di
atas). Keterampilan dan algoritme memiliki dua kualitas yang membuat mereka
secara khusus memudahkan untuk melakukan eksekusi. Pertama, mereka terdiri
atas seruntunan langkah yang umumnya diikuti dalam sebuah tatanan yang tetap.
Kedua, ketika langkah-langkahnya dilaksanakan secara tepat, hasil akhirnya adalah
sebuah jawaban yang pratentu (predetermined). Sebuah istilah alternatif untuk
pengeksekusian adalah pelaksanaan (carrying out).
CONTOH TUJUAN DAN ASESMEN YANG SESUAI Dalam
pengeksekusian, seorang siswa dihadapkan dengan suatu tugas akrab dan
mengetahui apa yang akan dilakukan dalam rangka menyelesaikannya. Siswa
langsung melaksanakan sebuah prosedur yang sudah diketahui untuk
menyelesaikan tugas. Misalnya, sebuah contoh tujuannya dalam matematika
tingkat dasar ialah agar siswa belajar membagi sebuah bilangan bulat dengan
bilangan lainnya, keduanya bilangan banyak digit. Petunjuk “membagi”
menunjukkan algoritme pembagian, yang niscayanya adalah Pengetahuan prosedural.
Meng-ases tujuan ini, seorang siswa diberi sebuah LKS yang memiliki latihan-
latihan pembagian 15 bilangan bulat (yakni, 784/15) dan diminta menemukan
hasilnya. Dalam IPA, sebuah contoh tujuannya dapat berupa agar siswa belajar
menghitung nilai dari variabel-variabel dengan menggunakan formula-formula
saintifik. Untuk meng-ases tujuan ini, seorang siswa diberi formula Berat Jenis =
Massa/Volum dan harus menjawab pertanyaan “Berapa berat jenis sebuah materi
dengan massa 9 kilo gram dan volum 9 inci kubik?”
FORMAT ASESMEN Dalam pengeksekusian, seorang siswa diberi sebuah
tugas akrab yang dapat dikerjakan dengan menggunakan sebuah prosedur yang
89
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
sudah dikenali dengan baik. Misalnya, sebuah tugas eksekusi adalah “Pecahkan
untuk x dimana x2 + 2x – 3 = 0 dengan menggunakan teknik penyelesaian
kuadrat”. Para siswa dapat diminta memberi jawaban, atau jika sesuai, memilih
dari sejumlah jawaban yang mungkin. Lebih jauh lagi, karena tekanannya pada
prosedur sebagaimana juga pada jawabannya, para siswa dapat dipersyaratkan
untuk tidak hanya menemukan jawabannya tetapi juga memperlihatkan jalannya.
3.2 MENGIMPLEMENTASI
Pengimplementasian terjadi ketika seorang siswa memilih dan menggunakan sebuah
prosedur untuk melaksanakan sebuah tugas tak-akrab.
Karena pemilihan dipersyaratkan, para siswa harus memiliki suatu pemahaman
tentang tipe masalah yang dijumpai sebagaimana juga sejumlah prosedur yang
tersedia. Dengan demikian, pengimplementasian digunakan bersamaan dengan
kategori-kategori proses kognitif lainnya, seperti Memahami dan Mengkreasi.
Karena siswa dihadapkan dengan sebuah masalah tak-akrab, ia tidak secara
langsung mengetahui prosedur yang mana yang akan digunakan. Lebih jauh lagi,
tidak terdapat prosedur tunggal yang dapat “cocok sempurna” untuk masalahnya;
suatu modifikasi dalam prosedur bisa jadi dibutuhkan. Pengimplementasian lebih
sering terkait dengan penggunaan teknik-teknik dan metode-metode ketimbang
dengan keterampilan- keterampilan dan algoritme-algoritme (lihatlah pembahasan
Pengetahuan prosedural di atas). Teknik-teknik dan metode-metode memiliki dua
kualitas yang membuat mereka secara khusus memudahkan pada
pengimplementasian. Pertama, prosedurnya bisa jadi mirip sebuah “bagan alur”
ketimbang sebuah runtunan yang tetap; yakni, prosedurnya bisa jadi memiliki
“titik-titik pembuatan putusan” yang terbangun di dalamnya (yakni, setelah
menyelesaikan Langkah 3, haruskah saya melakukan Langkah 4A atau Langkah
4B?). Ke dua, sering terjadi tidak adanya jawaban tetap, tunggal, yang diharapkan
ketika prosedurnya diterapkan secara tepat.
Ide bahwa tidak ada jawaban tunggal, tetap, khususnya berlaku untuk tujuan-tujuan
yang menuntut penerapan pengetahuan konseptual seperti teori, model, dan
struktur, dalam mana tidak ada prosedur yang telah dikembangkan untuk
penerapannya. Perhatikan sebuah tujuan seperti “Siswa diharapkan mampu
menerapkan sebuah teori psikologis sosial tentang perilaku kerumunan untuk
kontrol kerumunan. Teori psikologis sosial adalah pengetahuan konseptual bukan
prosedural. Ini adalah jelas sebuah tujuan Penerapan, bagaimanapun, dan tidak ada
prosedur untuk melakukan penerapan. Meskipun demikian teorinya akan
terstruktur dengan sangat jelas dan memandu siswa dalam melakukan penerapan,
tujuan ini sudah termasuk pada sisi Menerapkan dari Mengkreasi, tetapi ia adalah
Penerapan. Karena itu ia akan diklasifikasi sebagai pengimplementasian.
90
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Untuk memahami mengapa demikian halnya, pikirkanlah kategori Menerapkan
sebagai terstruktur sepanjang sebuah malar (continuum). Malar ini dimulai dengan
eksekusi, yang sempit, sangat terstruktur, dalam mana Pengetahuan prosedural yang
sudah diketahui diterapkan hampir secara rutin. Malar ini bergerak ke
pengimplementasian, yang lebar, sangat tak-terstruktur, dalam mana, pada awalnya,
prosedurnya harus dipilih agar cocok dengan sebuah situasi baru. Di tengahnya, ,
prosedurnya bisa jadi harus dimodifikasi dalam rangka pengimplementasiannya. Di
ujungnya yang jauh, pengimplementasian, dalam mana tidak terdapat Pengetahuan
prosedural untuk dimodifikasi, sebuah prosedur harus dimanufaktur dari
Pengetahuan konseptual dengan menggunakan teori, model, atau struktur sebagai
sebuah pemandu. Maka, meskipun Penerapan adalah terkait erat dengan
Pengetahuan prosedural, dan kaitan ini terdapat pada hampir semua kategori
Menerapkan, terdapat sejumlah kejadian dalam pengimplementasian orang juga
menerapkan Pengetahuan konseptual. Sebuah istilah alternatif untuk
pengimplementasian adalah penggunaan.
CONTOH TUJUAN DAN ASESMEN YANG SESUAI Dalam
matekatika, sebuah contoh tujuannya adalah agar siswa dapat belajar memecahkan
sejumlah masalah keuangan pribadi. Asesmennya yang sesuai adalah dengan
menyajikan kepada para siswa sebuah masalah dalam mana mereka harus memilih
paket pendanaan yang paling ekonomis untuk sebuah mobil baru. Dalam IPA,
sebuah contoh tujuannya adalah agar siswa belajar menggunakan metode yang
paling efektif, efisien, dan terjangkau untuk melaksanakan sebuah studi riset
mengenai sebuah pertanyaan riset spesifik. Asesmennya yang sesuai adalah
memberi para siswa sebuah pertanyaan riset dan meminta mereka mengusulkan
sebuah studi riset yang memenuhi kriteria yang sudah ditentukan mengenai
efektivitas, efisiensi, dan keterjangkauan. Perhatikanlah bahwa dalam kedua
pernyataan tugas ini, siswa harus tidak hanya menerapkan sebuah prosedur (yakni,
terlibat dalam pengimplementasian) tetapi juga menyandarkan diri pada pemahaman
konseptual tentang masalah, prosedur, atau keduanya.
FORMAT ASESMEN Dalam pengimplementasian, seorang siswa diberi sebuah
masalah tak-akrab yang harus dipecahkan. Dengan demikian, banyak format
asesmen dimulai dengan spesifikasi (perincian ketentuan) masalah. Para siswa
diminta menentukan prosedur yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah itu,
memecahkan masalah menggunakan prosedur terpilih (melakukan modifikasi jika
diperlukan), atau biasanya keduanya.
4. MENGANALISIS (C4)
Analisis melibatkan penguraian material menjadi bagian-bagian yang membentuknya
dan menetukan bagaimana bagian-bagian berhubungan antara yang satu dengan
91
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
yang lainnya dan dengan suatu struktur keseluruhannya. Kategori proses ini
mencakup proses-proses kognitif pembeda-bedaan, pengorganisasian, dan
pengatribusian. Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan sebagai Menganalisis mencakup
belajar untuk menentukan keping-keping dari sebuah pesan yang penting atau
relevan (membeda-bedakan), cara-cara bagaimana keping-keping sebuah pesan itu
di organisasi (mengorganisasikan), dan tujuan yang mendasari dari suatu pesan
(mengatribusi). Meskipun belajar Menganalisis dapat dipandang sebagai sebuah
tujuan itu sendiri, lebih mungkin adanya untuk dipertahankan secara pedagogis
untuk menganggap analisis sebagai suatu perluasan dari Memahami atau sebagai
suatu penduluan untuk Mengevaluasi atau Mengkreasi.
Peningkatan keterampilan-keterampilan siswa dalam penganalisisan informasi-
informasi kependidikan adalah sebuah tujuan dalam banyak lapangan studi. Guru-
guru IPA, IPS, humaniora, dan seni sering memberi “pembelajaran untuk
menganalisis” sebagai salah satu tujuan yang penting. Tujuan-tujuan ini, misalnya,
ingin mengembangkan kemampuan siswa untuk:
membedakan fakta dari pendapat (atau realitas dari fantasi);
menghubungkan simpulan-simpulan dengan pernyataan-pernyataan
pendukung;
membedakan material relevan dengan material yang hubungannya tak-
langsung;
menentukan bagaimana ide-ide berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya;
menegaskan asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan yang terlibat dalam apa
yang dikatakan;
membedakan ide-ide atau tema-tema dominan dari ide-ide bawahan dalam puisi atau musik; dan
menemukan evidensi yang mendukung tujuan-tujuan si penulis.
Kategori proses-proses Memahami, Menganalisis, dan Mengevaluasi adalah saling
berkaitan dan sering digunakan berulang dalam pelaksanaan tugas-tugas kognitif.
Bagaimanapun, pada saat yang sama, penting adanya untuk mempertahan mereka
sebagai kategori-kategori proses yang terpisah-pisah. Seseorang yang memahami
suatu informasi bisa jadi tidak mampu menganalisisnya dengan baik. Sama halnya,
seseorang yang terampil dalam penganalisisan suatu informasi bisa jadi menilainya
secara buruk.
4.1 MEMBEDA-BEDAKAN (C4.1)
Membeda-bedakan melibatkan pembeda-bedaan bagian-bagian dari sebuah struktur
keseluruhan dalam kaitan relevansi atau penting-tidaknya mereka.
92
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Membeda-bedakan terjadi ketika seorang siswa memisah-misahkan informasi yang
relevan dan yang tak-relevan, atau informasi penting dan yang tak-penting, dan
kemudian memperhatikan informasi yang relevan atau penting.
Membeda-bedakan adalah berbeda dari proses-proses kognitif yang terkait dengan
Memahami karena ia melibatkan organisasi struktural dan, khususnya, melibatkan
penentuan bagaimana bagian-bagian berkesesuaian dengan struktur keseluruhan
atau keseluruhan. Secara lebih spesifilknya, pembeda-bedaan berbeda dari
pembandingan dalam penggunaan konteks yang lebih luas untuk menentukan apa
yang relevan atau penting dan apa yang tidak penting atau tidak relevan. Misalnya,
dalam pembeda-bedaan apel-apel dan jeruk-jeruk dalam konteks buah-buahan, biji
internal adalah relevan, tetapi warna dan bentuk adalah tak-relevan. Dalam
pembandingan, semua aspek ini (biji, warna, dan bentuk) adalah relevan. Istilah-
istilah alternatif untuk membeda-bedakan adalah mendiskriminasi, memilih, dan
memusatkan perhatian.
CONTOH TUJUAN DAN ASESMEN YANG SESUAI Dalam IPS,
sebuah tujuannya adalah agar siswa dapat belajar menentukan butir-butir utama
dalam laporan riset. Sebuah item asesmennya yang sesuai mempersyaratkan
seorang siswa melingkari butir-butir utama dalam sebuah laporan arkeologi
tentang sebuah kota suku Maya purba (seperti kapan sebuah kota dimulai dan
kapan berakhir, penduduk kota selama perjalanan kota itu, lokasi geografis kota,
gedung-gedung dalam kota, fungsi ekonomi dan budaya, organisasi sosial kota,
mengapa kota dibangun dan mengapa ditinggalkan penduduknya).
Sama halnya, dalam IPA, sebuah tujuannya agar siswa dapat memilih langkah-
langkah utama dalam sebuah deskripsi tertulis tentang bagaimana sesuatu bekerja.
Sebuan item asesmennya meminta seorang siswa membaca sebuah bab dalam
sebuah buku yang mendeskripsikan pembentukan petir dan kemudian memilah
prosesnya menjadi langkah-langkah utama (mencakup peningkatan udara lembab
hingga membentuk awan, penciptaan updrafts dan downdrafts di dalam awan, dan
seterusnya).
Yang terakhir, dalam matematika, sebuah tujuannya agar siswa dapat membedakan
bilangan-bilangan matematika dalam sebuah masalah kata. Sebuah item
asesmennya mempersyaratkan seorang siswa melingkari bilangan-bilangan relevan
dan memberi tanda silang bilangan-bilangan tak-relevan dalam sebuah masalah
kata.
FORMAT ASESMEN Pembeda-bedaan dapat di-ases dengan tugas-tugas
terkonstruksi atau terpilih. Dalam sebuah tugas respon terkonstruksi, seorang
siswa diberi suatu material dan diminta menunjukkan bagian-bagian mana yang
sangat penting atau relevan, seperti dalam contoh ini: “Tuliskan bilangan-bilangan
93
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah ini: Sejumlah Pinsil dalam kotak yang
masing-masing berisi 12 pinsil dan harganya masing-masing kotak adalah Rp.
2.000,00. Andi punya uang Rp. 5.000,00 dan ingin membeli 24 pinsil. Berapa
kotak yang harus ia beli?” Dalah sebuah tugas pilihan, seorang siswa diberi suatu
material dan diminta memilih bagian mana yang paling penting atau relevan,
seperti dalam contoh: “Bilangan-bilangan yang mana yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah ini? Pensil-pensil dalam kotak yang berisi 12 pinsil dan
harganya per kotak Rp. 2.000,00. Andi memiliki Rp. 5.000,00 dan ingin membeli
24 pinsil. Berapa kotak yang harus ia beli? (a) 2 kotak, (b) 1 kotak, (c) 3 kotak,
(d) 2 ½ kotak.
4.2 MENGORGANISASI (C4.2)
Mengorganisasi melibatkan pengidentifikasian unsur-unsur informasi atau situasi
dan mengenali bagaimana mereka secara bersamaan membentuk sebuah struktur
yang koheren.
Dalam pengorganisasian, seorang siswa membangun hubungan-hubungan sistematik
dan koheren di antara keping-keping informasi yang tersaji. Pengorganisasian
biasanya terjadi bersamaan dengan pembeda-bedaan. Siswa pertama-tama
mengidentifikasi unsur-unsur relevan atau penting dan kemudian menentukan
struktur keseluruhannya. Pengorganisasian dapat juga terjadi bersamaan dengan
pengatribusian, dalam mana fokusnya adalah penentuan maksud atau sudut pandang
si penulis.
Istilah-istilah alternatif untuk pengorganisasian adalah penstrukturan,
pengintegrasian, penemuan koherensi, penyusunan kerangka-pikir (outlining), dan
parsing (penguraian sebuah kalimat menjadi bagian-bagian gramatiikalnya seperti
subjek, predikat, dan seterusnya).
CONTOH TUJUAN DAN ASESMENNYA YANG SESUAI Dalam
pengorganisasian, ketika diberi sebuah deskripsi tentang sebuah situasi atau
masalah, seorang siswa mampu mengidentifikasi sistematika, perhubungan-
perhubungan koheren antarunsur yang relevan. Sebuah contoh tujuannya dalam
IPS adalah agar siswa dapat belajar membuat struktur sebuah deskripsi historis
yang terbentuk oleh bukti-bukti yang mendukung sebuah eksplanasi tertentu.
Sebuah item asesmennya yang sesuai meminta seorang siswa menulis sebuah
kerangka-pikir yang memperlihatkan fakta-fakta yang mana dalam sebuah bacaan
tentang sejarah Reformasi Indonesia tahun 1998 yang mendukung dan yang mana
yang tidak mendukung simpulan bahwa Reformasi itu disebabkan oleh sentralisasi
kekuasaan pada sebuah partai berkuasa, pada eksekutif, dan pada pemerintahan
pusat. Sebuah contoh tujuannya dalam IPA ialah agar siswa dapat belajar
menganalisis laporan-laporan riset dalam kaitannya dengan empat bagian: hipotesis,
94
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
metode, data, dan simpulan. Sebagai sebuah asesmen, para siswa diminta
memproduksi sebuah kerangka-pikir dari sebuah laporan riset yang disajikan.
Dalam matematika, sebuah contoh tujuannya adalah agar siswa belajar menyusun
kerangka-pikir pelajaran-pelajaran dari buku ajar. Sebuah tugas asesmennya yang
sesuai meminta seorang siswa membaca sebuah pelajaran dari buku ajar tentang
statistika dasar dan kemudian menciptakan sebuah matriks yang mengikutsertakan
nama statistik, formula, dan persyaratan penggunaannya.
FORMAT ASESMEN Pengorganisasian melibatkan pemberlakuan sebuah
struktur pada material (seperti kerangka-pikir, tabel, matriks, atau diagram
hirarkhis). Dengan demikian asesmennya dapat didasarkan pada tugas-tugas
terkonstruksi atau pemilihan. Dalam sebuah tugas respon terkonstruksi, seorang
siswa dapat diminta memproduksi sebuah kerangka-pikir tertulis tentang sebuah
bacaan. Dalam sebuah tugas respon pemilihan, seorang siswa dapat diminta untuk
memilih empat alternatif hierarkhi-hierarkhi grafis yang sangat sesuai dengan
organisasi dari sebuah bacaan yang tersaji.
4.3 MENGATRIBUSI (C4.3)
Pengatribusian terjadi ketika seorang siswa mampu menentukan sudut pandang,
bias, nilai-nilai, atau maksud-maksud yang mendasari suatu komunikasi atau
informasi.
Pengatribusian melibatkan sebuah proses dekonstruksi, dalam mana seorang siswa
menentukan maksud-maksud dari si penulis dari material yang disajikan. Berbeda
halnya dengan penginterpretasian, dalam mana siswa berupaya untuk Memahami
makna dari material yang tersaji, pengatribusian melibatkan suatu pemerluasan
melampaui pemahaman dasar untuk menyimpulkan maksud atau sudut pandang
yang mendasari material yang tersaji. Misalnya, dalam membaca sebuah bacaan
tentang perang DI/TII dalam sejarah Perang Saudara Indonesia, seorang siswa
perlu menentukan apakah si pengarang mengadopsi sudut pandang nasionalis atau
sudut pandang sebuah kelompok muslim yang berkembang di Indonesia pada
waktu itu. Istilah alternatifnya adalah dekonstruksi.
CONTOH TUJUAN DAN ASESMENNYA YANG SESUAI Dalam
pengatribusian, ketika diberi informasi, seorang siswa mampu menentukan sudut
pandang atau maksud yang mendasari dari si penulis. Misalnya, dalam pelajaran
sastra, sebuah tujuannya adalah agar siswa dapat belajar menentukan motif-motif
dari serangkaian tindakan oleh tokoh-tokoh dalam sebuah cerita. Sebuah tugas
asesmennya yang sesuai adalah setelah membaca Macbeth dari Shakespeare siswa
ditanya apa motif (motif-motif) yang Shakespeare atribusi-kan kepada Macbeth
untuk membunuh King Duncan. Dalam IPS, sebuah contoh tujuannya agar siswa
dapat belajar menentukan sudut pandang si penulis sebuah esai tentang sebuah
95
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
topik kontroversial dalam kaitan perspektif teoritisnya. Sebuah tugas asesmennya
yang sesuai bertanya kepada siswa apakah sebuah laporan tentang hutan hujan
Amazon ditulis dari sudut pandang seorang pro-lingkungan atau seorang pro-
bisnis. Tujuan ini juga berlaku untuk IPA. Sebuah tugas asesmennya meminta
seorang siswa menentukan apakah behavioris atau psikologiwan kognitif yang
menulis sebuah esai tentang pembelajaran.
FORMAT ASESMEN Pengatribusian dapat di-ases dengan menyajikan suatu
material tertulis atau lisan dan kemudian meminta seorang siswa untuk
mengkonstruksi atau memilih sebuah deskripsi sudut pandang, maksud, dan yang
sejenis dari si penulis atau si pembicara. Misalnya, sebuah tugas respon
terkonstruksi adalah “Apa tujuan si penulis dalam menulis esai yang anda baca
tentang hutan hujan Amazon?” Sebuah seleksi pemilihan dari tugas ini adalah
“Tujuan si penulis menulis esai yang anda baca adalah: (a) menyediakan informasi
faktual tentang hutan hujan Amazon, (b) membuat pembaca waspada akan
pentingnya melindungi hutan hujan, (c) mendemonstrasikan keuntungan-
keuntungan ekonomis dari pengembangan hutan hujan, atau (d) mendeskripsikan
konsekuensi-konsekuensi bagi manusia jika hutan hujan dikembangkan”.
Alternatifnya, siswa dapat diminta untuk menunjukkan apakah si penulis esai akan
(a) sangat setuju, (b) setuju, (c) tidak setuju juga tidak tidak-setuju, (d) tidak setuju,
atau (e) sangat tidak setuju karena beberapa pernyataan. Pernyataan-
pernyataannya seperti “Hutan hujan adalah sebuah tipe unik dari sistem ekologis”.
5. MENGEVALUASI (C5)
Mengevaluasi didefinisikan sebagai pembuatan judgements (putusan, pertimbangan)
didasarkan atas kriteria atau standar.
Kriteria yang sangat sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan
konsistensi. Kriteria ini bisa jadi ditentukan oleh siswa atau oleh orang lain.
Standar bisa jadi kuantitatif (yakni, Apakah ini suatu jumlah yang cukup?) atau
kualitatif (yakni, Apakah ini cukup baik?). Standar diberlakukan untuk kriteria
(yakni, Adakah proses ini cukup efektif? Adakah produk ini memiliki kualitas
cukup?). Kategori Mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif pengecekan
(putusan/pertimbangan tentang konsistensi internal) dan pengritrikan
(putusan/pertimbangan yang didasarkan atas kriteria eksternal).
Hendaknya ditekankan bahwa tidak semua putusan/pertimbangan adalah evaluatif.
Misalnya, misalnya siswa-siswa membuat putusan/pertimbangan tentang apakah
sebuah contoh khusus sesuai dengan sebuah kategori. Mereka membuat
putusan/pertimbangan tentang ketepatan dari sebuah prosedur tertentu untuk
96
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
sebuah masalah khusus. Mereka membuat putusan/pertimbangan tentang apakah
dua benda adalah sama atau berbeda. Faktanya, banyak proses kognitif
mempersyaratkan suatu bentuk pembuatan putusan/pertimbangan. Apa yang
paling jelas membedakan Mengevaluasi sebagaimana didefinisikan di sini
putusan/pertimbangan lainnya yang dilakukan para siswa adalah penggunaan
standar kinerja dengan kriteria yang didefnisikan dengan jelas. Adakah mesin ini
bekerja seefisien yang seharusnya? Adakah metode ini adalah cara terbaik untuk
mencapai tujuan? Adakah pendekatan ini lebih efektif biaya ketimbang pendekatan
lainnya? Pertanyaan-pertanyaan yang demikian ini dihadapi oleh orang-orang yang
terlibat dalam Mengevaluasi.
5.1 MENGECEK (C5.1)
Pengecekan melibatkan pengetesan inkonsistensi atau kesalahan internal dalam
sebuah operasi atau sebuah produk.
Misalnya, pengecekan terjadi ketika seorang siswa mengetes apakah sebuah
simpulan itu sebagai keharusan dari premis-premisnya, apakah data mendukung
atau mendiskonfirmasi sebuah hipotesis, atau apakah material yang tersaji berisi
bagian-bagian yang kontradiktif antara yang satu dengan yang lainnya. Ketika
dikombinasikan dengan merencanakan (sebuah proses kognitif dalam kategori
Mengkreasi) dan mengimplementasikan (sebuah proses kognitif dalam kategori
Menerapkan), pengecekan melibatkan penentuan seberapa baik suatu rencana
berjalan. Istilah-istilah alternatifnya adalah pengetesan, pendeteksian, pemantauan,
dan pengkoordinasian.
CONTOH TUJUAN DAN ASESMENNYA YANG SESUAI Dalam
pengecekan, para siswa mencari inkonsistensi internal. Sebuah contoh tujuan
dalam IPS misalnya agar siswa dapat belajar mendeteksi inkonsistensi-inkonsistensi
dalam pesan-pesan persuasif. Sebuah tugas asesmennya yang sesuai meminta
siswa menyaksikan sebuah iklan televisi untuk seorang kandidat politik dan
menunjukkan cacat-cacat logis dalam pesan persuasifnya. Sebuah contoh tujuan
dalam IPA adalah agar siswa dapat belajar menentukan apakah simpulan seorang
ilmuwan dihasilkan dari data yang diobservasi. Sebuah tugas asesmennya meminta
seorang siswa membaca sebuah laporan tentang eksperimentasi kimia dan
menentukan apakah simpulannya berdasarkan hasil-hasil eksperimen atau tidak.
FORMAT ASESMEN Tugas-tugas pengecekan dapat melibatkan operasi-
operasi atau produk-produk yang disajikan kepada para siswa atau sesuatu yang
diciptakan oleh siswa sendiri. Pengecekan dapat juga terjadi dalam konteks
pelaksanaan sebuah solusi untuk sebuah masalah atau pelaksanaan sebuah tugas,
dimana terdapat kepentingan untuk menjaga konsistensi dari implementasi aktual.
97
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
5.2 MENGERITIK (C5.2)
Mengeritik melibatkan pembuatan putusan/pertimbangan tentang sebuah produk
atau operasi didasarkan atas kriteria atau standar eksternal.
Dalam pengeritikan, seorang siswa mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari sebuah
produk dan membuat sebuah putusan/pertimbangan didasarkan atas sekurang-
kurangnya sebagian dari ciri-ciri tersebut. Pengeritikan terletak di inti dari apa yang
disebut berpikir kritis. Sebuah contoh pengeritikan adalah pembuatan
putusan/pertimbangan mengenai manfaat-manfaat dari sebuah solusi tertentu
untuk masalah hujan asam dalam kaitannya dengan kemungkinan efektivitasnya dan
kaitannya dengan biaya (yakni, mempersyaratkan semua pabrik energi di seluruh
negara untuk membatasi emisi pipa asap mereka hingga ke suatu batas). Istilah
alternatif untuk pengertikan adalah judging (pemberian putusan/pertimbangan).
CONTOH TUJUAN DAN ASESMENNYA YANG SESUAI Dalam
mengeritik, para siswa membuat putusan/pertimbangan mengenai manfaat-manfaat
sebuah produk atau operasi didasarkan atas kriteria atau standar khusus atau yang
ditentukan siswa. Dalam IPS, tujuannya misalnya agar siswa dapat belajar
mengevaluasi sebuah solusi yang diusulkan (seperti “menghapuskan pemberian
nilai”) pada sebuah masalah sosial (seperti “bagaimana meningkatkan pendidikan
jenjang kelas 12)” dalam kaitan dengan kemungkinan efektivitasnya. Dalam IPA,
sebuah tujuannya agar siswa dapat belajar mengevaluasi kemasukakalan sebuah
hipotesis (seperti hipotesis bahwa straeberi tumbuh dengan ukuran luar biasa
karena penyatuan bintang-bintang secara luar biasa). Yang terakhir, dalam
matematika, sebuah tujuannya agar siswa dapat belajar membuat
putusan/pertimbangan tentang yang mana dari dua alternatif metode yang lebih
efektif dan lebih efisien untuk memecahkan masalah yang ada (seperti membuat
putusan/pertimbangan apakah lebih baik menemukan semua faktor prima dari 60
atau memproduksi sebuah persamaan aljabar untuk memecahkan masalah “Apa
saja cara-cara yang mungkin agar anda dapat mengalikan dua bilangan bulat untuk
mendapatkan 60?”).
FORMAT ASESMEN Seorang siswa dapat diminta untuk mengeritik hipotesis
atau keasinya atau yang dihasilkan oleh orang lain. Kritiknya dapat didasarkan
kriteria positif, negatif, atau keduanya dan menghasilkan baik konsekuensi-
konsekuensi positif maupun negatif. Misalnya, dalam mengeritik sebuah proposal
dinas pendidikan yang menuntut belajar setahun penuh, seorang siswa akan
menghasilkan konsekuensi positif seperti terhapusnya kerugian belajar akibat libur
musim panas, dan konsekuensi negatifnya, seperti terganggunya libur keluarga.
98
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
6. MENGKREASI (C6)
Mengkreasi melibatkan menyusun unsur-unsur bersamaan untuk membentuk
sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional.
Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan sebagai Mengkreasi menghendaki para siswa
membuat sebuah produk baru dengan mereorganisasi secara mental sejumlah
unsur atau bagian menjadi sebuah pola atau struktur yang sebelumnya tersaji tidak
jelas. Proses yang terlibat dalam Mengkreasi umumnya terkoordinasi dengan
pengalaman-pengalaman belajar siswa sebelumnya. Meskipun Mengkreasi
mempersyaratkan pemikiran kreatif dari siswa, hal ini bukan ekspresi kreatif yang
sepenuhnya bebas tanpa dikendalai oleh tuntutan-tuntutan tugas belajar atau
situasi.
Bagi sebagian orang, kreativitas adalah produksi produk-produk luar biasa, sering
sebagai sebuah hasil dari suatu keterampilan istimewa. Mengkreasi, sebagaimana
digunakan di sini, bagaimanapun, meskipun ia mencakup tujuan-tujuan yang
menghendaki produksi unik, juga merujuk pada tujuan-tujuan yang menghendaki
produksi yang semua siswa dapat dan akan lakukan. Dalam memenuhi tujuan ini,
banyak siswa akan mengkreasi dalam arti memproduksi sintesis-sintesis informasi
atau material mereka sendiri untuk membentuk sebuah keseluruhan yang baru,
seperti dalam menulis, melukis, mengukir, membuat gedung, dan seterusnya..
Meskipun banyak tujuan dalam kategori Mengkreasi menekankan orsinalitas (atau
keunikan), para pendidik harus mendefinisikan apa orisinal atau unik itu. Dapatkah
istilah unik digunakan untuk mendeskripsikan karya seorang individu siswa (yakni,
“Ini adalah unik untuk Andini”) atau dapatkah ia digunakan untuk sekelompok
siswa (yakni, “Ini adalah unik untuk sekelompok siswa kelas V”)? Bagaimanapun,
penting untuk dicatat bahwa banyak tujuan dalam kategori Mengkreasi tidak
menyandarkan diri pada orsinalitas atau keunikan. Maksud guru dengan tujuan-
tujuan ini adalah agar siswa mampu men-sintesis material menjadi sebuah
keseluruhan. Sintesis ini sering dipersyaratkan dalam makalah-makalah dalam
mana siswa diharapkan menyusun material yang diajarkan sebelumnya menjadi
sebuah sajian yang terorganisasi.
Meskipun kategori-kategori proses Memahami, Menerapkan, dan Menganalisis
dapat melibatkan pendeteksian perhubungan di antara unsur-unsur, Mengkreasi
adalah berbeda karena ia juga melibatkan konstruksi produk orsinil. Tidak seperti
Mengkreasi, kategori-kategori lainnya melibatkan kerja dengan sehimpunan unsur
yang sudah tersedia yang adalah bagian dari sebuah keseluruhan yang ada; yaitu,
mereka adalah bagian dari sebuah struktur yang lebih besar yang sedang dicoba
dipahami oleh siswa. Dalam Mengkreasi, pada sisi lainnya, siswa harus
menggunakan unsur-unsur dari banyak sumber dan menyusun mereka menjadi
99
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
sebuah struktur atau pola baru berkaitan dengan pengetahuan yang sudah
dimilikinya. Mengkreasi menghasilkan sebuah produk baru, yaitu, sesuatu yang
dapat diobservasi dan yang lebih dari material awal siswa. Sebuah tugas yang
mempersyaratkan Mengkreasi memuat kemungkinan mempersyaratkan dalam
batas tertentu aspek-aspek dari masing-masing kategori proses kognitif yang
berada pada tingkatan sebelumnya, tetapi tidak niscaya dalam tatanan sebagaimana
dalam Tabel Taksonomi.
Kita tahu bahwa composition (termasuk menulis) sering, tapi tidak selalu,
mempersyaratkan proses-proses kognitif yang berkaitan dengan Mengkreasi.
Misalnya, Mengkreasi tidak terlibat dalam menulis yang mewakili pengingatan ide-
ide atau interpretasi material. Kita juga tahu bahwa pemahaman mendalam yang
melampaui pemahaman dasar dapat mempersyaratkan proses-proses kognitif yang
berkaitan dengan Mengkreasi. Dalam hal pemahaman mendalam adalah sebuah
tindakan pengkonstruksian atau insight, proses kognitif Mengkreasi adalah terlibat.
Proses kreatif dapat dipecah menjadi tiga bagian: masalah penggambaran
(representation), dalam mana seorang siswa berupaya memahami tugas yang
dihadapi dan membangkitkan (generate) solusi-solusi yang mungkin; perencanaan
solusi, dalam mana seorang siswa mengkaji kemungkinan-kemungkinannya dan
menciptakan sebuah rencana yang dapat dilaksanakan; dan eksekusi solusi, dalam
mana seorang siswa melaksanakan rencana itu dengan berhasil. Dengan demikian,
proses kreatif dapat dipikirkan sebagai dimulai dengan sebuah tahapan banyak arah
dalam mana berbagai solusi yang mungkin dikaji ketika siswa berupaya memahami
tugasnya (generating, membuat solusi yang mungkin). Ini diikuti oleh sebuah tahap
satu arah, dalam mana siswa merancang sebuah metode solusi dan mengalihkannya
menjadi sebuah rencana tindakan (merencanakan). Terakhir, rencananya
dieksekusi ketika siswa mengkonstruksi solusi (mem-produksi). Tidaklah
mengherankan adanya, maka, bahwa Mengkreasi terkait dengan tiga proses
kognitif: memunculkan (generating), merencanakan, dan mem-produksi.
6.1 MEMUNCULKAN (GENERATING) (C6.1)
Memunculkan melibatkan menggambarkan masalah dan berupaya memiliki
alternatif-alternatif atau hipotesis-hipotesis yang memenuhi kriteria tertentu.
Seringkali cara sebuah masalah digambarkan pada awalnya menyarankan solusi
yang mungkin; bagaimanapun, redefinisi atau dihasilkannya lagi sebuah gambaran
baru dari masalah dapat menyarankan solusi-solusi yang berbeda. Ketika
pemunculan melampaui batas-batas atau kendala-kendala pengetahuan sebelumnya
dan teori-teori yang ada, ia melibatkan berpikir banyak arah dan membentuk inti
dari apa yang disebut berpikir kreatif.
100
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Pemunculan di sini digunakan dalam sebuah arti terbatas. Memahami juga
mempersyaratkan proses-proses pembangkitan, yang mencakup pen-translasi-an,
pencontohan, pengikhtisaran, menyimpulan, pengklasifikasian, pembandingan, dan
peng-eksplanasi-an. Bagaimanapun, tujuan Memahami adalah lebih sering satu arah
(yakni, untuk mendapatkan sebuah makna tunggal). Berbeda halnya, tujuan
pemunculan dalam Mengkreasi adalah banyak arah (yakni, untuk mendapatkan
berbagai kemungkinan). Sebuah istilah alternatif untuk pemunculan adalah meng-
hipotesis-kan.
CONTOH TUJUAN DAN ASESMENNYA YANG SESUAI Dalam
pemunculan, seorang siswa diberi sebuah deskripsi sebuah masalah dan harus
memproduksi solusi-solusi alternatif. Misalnya, dalam IPS, sebuah tujuannya adalah
agar siswa dapat belajar membangkitkan berbagai solusi bermanfaat yang mungkin
untuk masalah-masalah sosial. Sebuah item asesmennya yang sesuai adalah:
“Sarankan sebanyak yang dapat anda berikan untuk menjamin setiap orang memilki
asuransi kesehatan yang memadai”. Untuk meng-ases respon siswa, guru harus
mengkonstruksi sehimpunan kriteria bersama dengan siswa. Hal ini dapat
mencakup jumlah alternatif, kemasukakalan berbagai alternatif, praktikalitas
berbagai alternatif, dan seterusnya. Dalam IPA, sebuah tujuannya agar siswa dapat
belajar memunculkan hipotesis-hipotesis untuk mengeksplanasi fenomena yang
diobservasi. Sebuah tugas asesmenya yang sesuai meminta para siswa menulis
sebanyak mungkin hipotesis untuk mengeksplanasi pertumbuhan strawberi hingga
memiliki ukuran yang luar biasa. Lagi, guru harus membangun kriteria yang
didefinisikan dengan terang untuk memutuskan/mempertimbangkan kualitas
respon-respon dan menyampaikannya kepada para siswa. Terakhir, sebuah tujuan
dari matematika ialah agar siswa dapat memunculkan metode-metode alternatif
untuk mendapatkan sebuah hasil tertentu. Sebuah item asesmennya yang sesuai
adalah: “Apa metode-metode alternatif yang dapat anda gunakan untuk
menemukan berapa bilangan-bilangan bulat yang menghasilkan 60 ketika dikalikan
bersamaan?” Untuk masing-masing asesmen dibutuhkan kriteria pen-skoran yang
tersurat, dipahami bersama.
FORMAT ASESMEN Meng-ases pemunculan khasnya melibatkan format-
format respon terkonstruksi dalam mana seorang siswa diminta memproduksi
alternatif-alternatif atau hiposis-hipotesis. Dua subtipe tradisional adalah tugas-
tugas konsekuensi dan tugas-tugas penggunaan. Dalam sebuah tugas konsekuensi,
seorang siswa harus membuat daftar semua konsekuensi yang mungkin dari
sebuah kejadian tertentu, seperti “Apa yang akan terjadi jika terdapat pajak
penghasilan yang datar ketimbang pajak penghasilan berperingkat?” Dalam sebuah
tugas penggunaan, seorang siswa harus mendaftar semua penggunaan yang
mungkin dari sebuah objek, seperti “Apa saja penggunaan yang mungkin dari World
101
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Wide Web?” Hampir tidak mungkin adanya menggunakan format pilihan jamak
untuk meng-ases proses-proses pemunculan.
6.2 MERENCANAKAN (C6.2)
Merencanakan melibatkan perancangan sebuah metode solusi yang memenuhi
sebuah kriteria masalah, yakni, mengembangkan sebuah rencana untuk
memecahkan masalah.
Dalam merencanakan, seorang siswa dapat membuat sub-sub-tujuan, atau
memecah sebuah tugas menjadi sub-sub-tugas yang akan dilaksanakan ketika
memecahkan masalah. Guru-guru sering tidak melakukan langkah menyatakan
tujuan perencanaan, malahan menyatakan tujuan-tujuan dalam kaitannya dengan
memproduksi, tahap akhir dari proses kreatif. Ketika hal ini terjadi, merencanakan
diasumsikan atau tersirat dalam tujuan memproduksi. Dalam kasus ini,
merencanakan kemungkinan dilaksanakan oleh siswa secara tertutup selama
kegiatan mengkonstruksi sebuah produk (yakni, memproduksi). Sebuah istilah
alternatif untuk merencanakan adalah mendesain.
CONTOH TUJUAN DAN ASESMENNYA YANG SESUAI Dalam
merencanakan, ketika diberi sebuah pernyataan masalah, seorang siswa
mengembangkan sebuah metode solusi. Dalam sejarah, sebuah contoh tujuannya
adalah agar siswa mampu merencanakan sebuah makalah riset tentang topik-topik
sejarah yang tersedia. Sebuah tugas asesmennya meminta siswa, sebelum menulis
sebuah makalah riset tentang sebab-sebab munculnya gerakan Kebangkitan
Nasional pada era kolonialisme Belanda di Indonesia, menyampaikan sebuah
kerangka-pikir dari makalahnya, mencakup langkah-langkah yang akan diikutinya
untuk melaksanakan risetnya. Dalam IPA, sebuah contoh tujuannya ialah agar
siswa dapat belajar mendesain studi-studi untuk mengetes berbagai hipotesis.
Sebuah tugas asesmennya meminta siswa merencanakan sebuah cara untuk
menentukan yang mana dari tiga faktor yang menentukan tingkat osilasi sebuah
pendulum. Dalam matematika, sebuah tujuannya ialah agar siswa mampu
menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah
geometri. Sebuah tugas asesmennya meminta para siswa merancang sebuah
rencana untuk menentukan volum dari bagian dasar sebuah piramida (sebuah
tugas yang sebelumnya tidak dipelajari di kelas). Rencana ini dapat melibatkan
penghitungan volume piramida besar, kemudian menghitung volum piramid kecil,
dan terakhir mengurangkan volume yang lebih besar dengan volum yang lebih
kecil.
FORMAT ASESMEN Merencanakan dapat di-ases dengan meminta para
siswa mengembangkan solusi-solusi yang terkaji, mendeskripsikan rencana solusi,
atau memilih rencana solusi untuk suatu masalah yang tersedia.
102
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
6.3 MEMPRODUKSI (C6.3)
Memproduksi melibatkan pelaksanaan sebuah rencana untuk memecahkan sebuah
masalah yang ada yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu.
Sebagaimana sudah kita ketahui, tujuan-tujuan dalam kategori Mengkreasi dapat
atau tidak dapat mengikutsertakan orsinalitas atau keunikan sebagai salah satu
spesifikasi. Demikian juga halnya dengan tujuan-tujuan memproduksi. Memproduksi
dapat mempersyaratkan koordinasi empat tipe pengetahuan yang dideskripsikan
dalam Tipe-tipe Pengetahuan di atas. Sebuah istilah alternatifnya adalah
mengkonstruksi.
CONTOH TUJUAN DAN ASESMENNYA YANG SESUAI Dalam
memproduksi, seorang siswa diberi sebuah deskripsi fungsional tentang sebuah
tujuan dan harus mengkreasi sebuah produk yang memenuhi deskripsi tersebut.
Ia melibatkan pelaksanaan sebuah rencana solusi untuk sebuah masalah yang ada.
Contoh tujuan-tujuannya melibatkan pem-produksian produk-produk baru dan
bermanfaat yang memenuhi persyaratan tertentu. Dalam sejarah, sebuah
tujuannya adalah agar siswa dapat belajar menulis makalah mengenai periode
historis tertentu yang memenuhi standar yang dispesifikasi oleh para ahli. Sebuah
tugas asesmennya meminta siswa menulis sebuah kisah singkat yang terjadi selama
masa jaya Gajah Mada. Dalam IPA, sebuah tujuannya ialah agar siswa dapat belajar
mendesain habitat untuk spesies tertentu dan kepentingan tertentu. Sebuah tugas
asesmennya yang sesuai meminta siswa mendesain wilayah-wilayah penghidupan
dari sebuah stasiun angkasa luar. Dalam sastra Indonesia, sebuah tujuannya ialah
agar siswa dapat belajar mendesain latar (set) untuk suatu drama. Sebuah tugas
untuk asesmennya yang sesuai meminta siswa mendesain latar untuk sebuah
produksi siswa dengan judul Kecap Buatan Indonesia. Dalam semua contoh ini,
spesifikasi-spesifikasi menjadi kriteria untuk pengevaluasian kinerja siswa berkaitan
dengan tujuannya. Spesifikasi-spesifikasi ini, maka, hendaknya diikutsertakan dalam
rubrik penskoran yang diberikan kepada siswa sebelum asesmen dilakukan.
FORMAT ASESMEN Sebuah tugas umum untuk peng-ases-an pemroduksian
adalah sebuah tugas desain, dalam mana siswa diminta mengkreasi sebuah produk
yang sesuai dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu. Misalnya, para siswa dapat
diminta memproduksi rencana skematik untuk sebuah SMA baru yang
mengikutsertakan cara-cara baru bagi para siswa untuk menyimpan secara nyaman
barang-barang pribadi mereka.
103
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Sumber:
Anderson, Lorin W.; Krathwohl, David R.; Airasian, Peter W.; Cruikshank, Kathleen A.;
Mayer, Richard E.; Pintrich, Paul R.; Raths, James; dan Wittrock, Merlin C. (ed.)
(2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. A Revision of Bloom’s
Taxonomy of Educational Objectives. Abridged Edition. New York: Longman Inc.
Freire, Paulo. (2007, new edition). Pedagogy of the Oppressed. New York: Continuum.
Jarvis, Peter (1992). Paradoxes Of Learning, On Becoming An Individual In Society. San
Fransisco: Jossey-Bass Publishers
104
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
F. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
105
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
106
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
107
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
108
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
109
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
110
Keterampilan Berpikir
UNIT 2
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 3
MENCIPTAKAN LINGKUNGAN
BELAJAR YANG EFEKTIF
113 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 3
UNIT 3
MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR
YANG EFEKTIF
Waktu: 2 Jam
A. PENGANTAR
Lingkungan belajar sangat berperan dalam
menciptakan suasana belajar yang menyenang-
kan. Lingkungan tersebut dapat meningkatkan
keaktifan dan efektivitas belajar anak. Itulah
sebabnya, lingkungan belajar perlu ditata.
Menata lingkungan belajar di kelas erat
kaitannya dengan keadaan fisik kelas (suhu,
cahaya, kebersihan, sirkulasi udara, pengaturan
ruangan, dsb), pengelolaan dan pemanfaatan
sumber belajar, sudut baca/perpustakaan kelas. Pada kegiatan ini, pembahasan akan
dipusatkan pada masalah pemanfaatan berbagai sumber belajar termasuk sudut baca,
pengelolaan siswa, pengelolaan perabot kelas dan pemajangan hasil karya anak.
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu:
1. memanfaatkan beragam sumber belajar yang tersedia di dalam dan sekitar sekolah
serta sudut baca 2. menyusun alternatif pengaturan tempat duduk siswa disertai dengan alasannya
(pertimbangan kekuatan dan kelemahannya)
3. mengidentifikasi berbagai jenis kegiatan yang dapat dilakukan pada setiap jenis
pengelolaan siswa beserta kelebihan dan kelemahannya
4. membuat pajangan karya siswa yang baik dan mengidentifikasi pemanfaatannya
sebagai sumber belajar
5. mengintegrasikan materi Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif f di LPTK
C. BAHAN DAN ALAT
1. Tayangan unit (powerpoint)
2. Fotokopi tayangan 6-9
3. Lembar Kerja 3.1 - 3.5
4. ATK : Kertas HVS warna, kertas plano, spidol, post it, lem, benang, dan gunting.
5. Hasil karya siswa
Lingkungan belajar yang menarik akan
membuat pembelajaran menarik.
114
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 3
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
D. LANGKAH KEGIATAN
1. Pengantar (10 menit)
Fasilitator mengajukan pertanyaan kepada peserta: Apa yang membuat
lingkungan belajar efektif? Fasilitator mengarahkan peserta akan pentingnya
lingkungan belajar yang dapat menarik minat dan menunjang siswa dalam
pembelajaran. Aspek lingkungan tersebut sangat beragam, tetapi dalam unit ini
dibatasi pada empat hal, yaitu:
• Keragaman sumber belajar dan sudut baca serta pemanfaatannya
• Pengaturan tempat duduk siswa
• Pengelolaan siswa
• Pajangan karya siswa
Penguatan
8
3
25’
Pengantar
1
10’
Kelompok 1
Pembahasan berbagai
pemanfaatan sumber belajar
yang tersedia di dalam dan
sekitar sekolah serta sudut
baca
Kelompok 2
Pembahasan Penyusunan
Alternatif Pengaturan
Tempat Duduk Siswa dan
Alasannya
Diskusi Kelompok
sesuai Komponen
Lingkungan Belajar
2 Kelompok 3
Pembahasan Pengelolaan
Siswa dan Jenis Kegiatannya
Presentasi Kelompok
3
3
Kelompok 4
Pembahasan Tentang
Pajangan
25’
20’
Diskusi Pembentukan Lingkungan
Belajar
5
5’
Pembentukan kelompok baru
(tiap kelomppk adalah
gabungan dari semua
komponen)
4
3
15’ Kunjung karya
6
3
10’
Integrasi di LPTK
7
3
10’
115 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 3
2. Diskusi Kelompok (30 menit)
Peserta dibagi menjadi empat kelompok (setiap kelompok terdiri dari 7-8 orang).
Fasilitator menyiapkan 4 topik yang akan dibahas. Setiap topik dimasukkan ke
dalam amplop dengan diberi tanda warna berbeda, misalnya:
Topik 1 Sumber Belajar - merah
Topik 2 Pengaturan Tempat Duduk – putih
Topik 3 Pengelolaan Siswa – hijau
Topik 4 Pajangan – kuning
Setiap kelompok diberi satu topik untuk dibahas.
a. Topik 1: Sumber Belajar dan Sudut Baca 1) Apa saja yang bisa dipakai sebagai sumber belajar di kelas sekolah dasar?
2) Apa pendapat Anda tentang sumber belajar yang dipakai pada kegiatan
pemodelan PAKEM?
3) Apa sajakah yang harus diperhatikan dalam pemilihan, penggunaan sumber
belajar dan sudut baca? (misal: jika menggunakan benda-benda tajam,
hewan atau tumbuhan yang membahayakan, kebersihan alat dan bahan,
menghindari bahan-bahan yang membahayakan) Mengapa hal tersebut
penting untuk dilakukan?
4) Apakah perlu ada sudut baca di kelas? Bagaimana pemanfaatannya?
5) Berikanlah contoh sumber belajar dan sudut baca yang bisa digunakan dan
dikembangkan di kelas sekolah dasar pada tabel di bawah ini!
LK 3.1 Identifikasi Sumber Belajar dan Sudut Baca
Petunjuk: Identifikasilah lima sumber belajar yang mewakili setiap mata
pelajaran, kemudian diskusikanlah kegiatan belajar aktif yang dapat
dilakukan dengan menggunakan sumber belajar tersebut
Sumber Belajar Mata Pelajaran Kegiatan
1.
2.
3.
4.
5.
116
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 3
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Petunjuk: rancanglah sebuah sudut baca di kelas Anda yang dapat
membangkitkan minat siswa untuk belajar aktif
Sudut Baca Penjelasan Rencana
1. Lokasi
2. Alat & Bahan yang Diperlukan
3. Buku-buku yang akan Disediakan
4. Pihak Pengadaan
5. Pemanfaatan dalam Pembelajaran
6. Pengembangan& Pemanfaatan
Berkelanjutan
7. Dll
b. Topik 2: Pengaturan Tempat Duduk Siswa (LK 3.1.2)
1) Bagaimana model pengaturan tempat duduk siswa yang selama ini Anda
temui di sekolah dasar? Apakah hal itu efektif?
2) Hal-hal apa yang perlu dipertimbangkan dalam merancang model
pengaturan tempat duduk?
3) Bagaimana model pengaturan tempat duduk yang dapat membuat interaksi
antar siswa dan guru berlangsung secara efektif?
4) Diskusikan desain susunan tempat duduk yang ideal dengan memikirkan
alasan-alasannya terlebih dahulu.
Selanjutnya, guntinglah kertas berwarna untuk digunakan sebagai perabot
yang menggambarkan kondisi kelas.
Setelah yakin dengan desain idealnya, maka tempelkan kertas berwarna
tersebut di atas kertas patron kelas yang diberikan. Jumlah desain yang dibuat
minimal 4 model.
Keempat model itu ditempel di kertas plano. Tuliskan keterangan untuk
setiap bentuk yang digunakan, misalnya: persegi merah mewakili meja siswa,
dst. Kelompok juga harus menyebutkan alasan (kelebihan dan kelemahan)
untuk setiap desain susunan tempat duduk.
c. Topik 3: Pengelolaan Siswa (LK 3.1.3)
1) Apa saja bentuk pengelolaan siswa yang Anda lihat selama kegiatan
pemodelan PAKEM di sekolah dasar?
2) Mengapa guru menggunakan beragam pengelolaan siswa?
3) Saat Anda mengamati proses pembelajaran di SD, menurut Anda apakah guru
sudah memperhatikan kesetaraan gender? Dalam bentuk apa? Apakah guru
sudah memberikan kesempatan yang sama kepada anak laki-laki dan
perempuan?
117 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 3
4) Apakah guru sudah memperhatikan proses pembelajaran yang ramah
anak? Apa buktinya? Misal: tidak meremehkan, tidak terjadi saling
mengejek antarteman.
5) Identifikasikan jenis-jenis kegiatan yang sesuai dikerjakan dalam setiap jenis
pengelolaan berikut disertai analisis kekuatan dan kelemahannya!
Jenis Pengelolaan Jenis
Kegiatan
Kekuatan Kelemahan
Klasikal
Guru memandang siswa dalam
satu kelas sebagai satu kesatuan
kelompok besar. Seluruh siswa
mengerjakan hal yang sama
bersama-sama dan perhatian
guru tertuju pada kinerja
kelompok besar tersebut.
Kelompok
Guru membagi ke dalam
kelompok-kelompok yang lebih
kecil. Siswa bekerja sama dalam
kelompok. Perhatian guru pada
kinerja kelompok dan bagaimana
siswa berinteraksi dalam
kelompok.
Berpasangan
Siswa bekerja berpasangan,
memberikan kesempatan
meningkatkan keaktifan setiap
siswa.
Perorangan
Siswa mengerjakan tugas sendiri.
Perhatian guru tertuju pada
kinerja individu.
d. Topik 4: Pajangan Karya Siswa (LK 3.1.4)
1 ) Menurut Anda apa yang sebaiknya guru lakukan dengan karya siswa?
2 ) Apa tujuan memajangkan hasil karya siswa?
3 ) Karya siswa apa saja yang bisa dipajangkan?
4 ) Apa yang harus diperhatikan dalam memajangkan karya siswa?
5 ) Berdasarkan karya siswa yang telah disiapkan, identifikasilah karya yang
118
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 3
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
dapat dan yang tidak dapat dipajang disertai alasan, apa yang harus
diperhatikan dalam memajangkan karya siswa, serta tatalah pajangan dinding
maupun pajangan meja.
Fasilitator harus memastikan bahwa semua peserta terlibat secara aktif
dalam diskusi kelompok. Hasil diskusi kelompok ditulis pada kertas plano.
3. Presentasi Kelompok (20 menit)
Fasilitator meminta semua berdiri berjejer menurut kelompok masing-masing. Dua
perwakilan dari tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya kepada
kelompok lain selama 6 menit. Kelompok yang dikunjungi dapat menanggapi dengan
menuliskannya pada kertas post-it. Misalnya kelompok A mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya di kelompok B. Kelompok B di kelompok C dst. Kegiatan
presentasi ini dilakukan sebanyak tiga putaran.
4. Pembentukan Kelompok Baru (5 menit)
Dibentuk 5 kelompok yang masing-masing terdiri atas unsur campuran. Setiap
kelompok terdiri dari para peserta yang telah membahas topik 1,2,3 dan 4).
5. Diskusi Komponen Lingkungan Belajar (30 menit)
Setiap kelompok mendiskusikan tema: Tubuh Manusia dan Kesehatan di
kelas IV dengan mengisi LK 3.2.
Hal yang didiskusikan adalah sumber belajar, pengaturan tempat duduk, pengelolaan siswa, dan pajangan siswa yang sesuai dengan KD berikut.
KD Matematika:
3.2 Menentukan hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang, dan antar satuan
berat.
KD Bahasa Indonesia:
8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan
penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll.)
KD IPA:
1.1. Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan
fungsinya
1.2 Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh
1.3 Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya
1.4 Menerapkan cara memelihara kesehatan panca indera
119 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 3
LK 3.2 – KOMPONEN LINGKUNGAN BELAJAR
Petunjuk:
Identifikasilah sumber belajar pada setiap mata pelajaran di bawah ini, disertai
pengaturan tempat duduk yang sesuai, pengelolaan siswa yang tepat, serta pajangan
yang menarik, yang secara keseluruhan dapat menciptakan suasana belajar aktif dan
efektif
Mapel/ KD Sumber
Belajar
Pengaturan
Tempat
Duduk
Pengelolaan
Siswa
Pajangan
Kelas Awal
Matematika
IPA
IPS
Bahasa
Indonesia
6. Kunjung Karya (15 menit)
Fasilitator meminta peserta meletakkan karya kelompoknya di atas meja
kelompok mereka masing-masing (kecuali kelompok pajangan karya siswa
yang melekatkan karya siswa di dinding atau meja pajangan)
Fasilitator meminta dua peserta dalam setiap kelompok berdiri,
sedangkan yang lainnya tetap duduk.
Peserta yang duduk diminta tetap tinggal di kelompoknya untuk
memberi/menerima komentar/tanggapan terkait dengan karya kelompok
mereka, sedangkan peserta yang berdiri diminta berkunjung atau
berkeliling searah jarum jam ke kelompok topik lain dalam kelompok
besar yang sama untuk melihat, bertanya serta memberikan komentar tentang hasil kerja rekannya.
Baik peserta yang tinggal maupun yang berkeliling harus menyiapkan
kertas catatan (post it). Peserta yang menjaga karya mencatat
saran/masukan yang bermakna dari kelompok pengunjung, sedangkan
peserta pengunjung mencatat hal yang menarik dan bermakna dari
kelompok yang dikunjungi.
Fasilitator memberi aba-aba kapan para anggota kelompok mulai berkeliling dan kapan selesai melihat hasil karya dari kelompok satu ke
kelompok lainnya (misalnya dengan meniup peluit) (usahakan setiap
kunjungan 5 menit)
Setiap peserta kembali ke kelompoknya masing-masing.
120
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 3
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
7. Integrasi ke LPTK
Mintalah peserta untuk mendiskusikan integrasi materi ini dalam perkuliahan,
PPLT dan pelayanan guru dalam jabatan.
8. Kegiatan Akhir: Penguatan (10 menit)
Di akhir sesi, fasilitator bersama peserta menyimpulkan dan memastikan
bahwa lingkungan belajar yang efektif bukan hanya terletak pada fisik kelas
saja, namun juga terletak pada pengelolaan kegiatan pembelajaran.
121 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 3
E. BAHAN BACAAN 1: UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Lingkungan belajar di sekolah dan kelas terdiri atas lingkungan fisik dan non fisik yang
dapat mempengaruhi pembelajaran. Pembelajaran dapat ditingkatkan dan didukung jika
lingkungannya dikelola secara efektif. Pertimbangan penting dalam mengelola lingkungan
fisik pembelajaran dan menciptakan lingkungan belajar yang efektif adalah fleksibilitas
dan kemudahan akses.
Dari segi fleksibilitas, meja, kursi, dan perabot lain hendaknya diatur secara luwes
sesuai dengan kegiatan belajar yang dipilih. Misalnya, ketika kegiatan belajar memakai
kerja kelompok maka meja dan kursi perlu diatur sedemikian rupa sehingga guru
maupun siswa dapat bergerak dalam ruangan dengan aman dan efisien, tanpa terhalang
oleh kursi dan meja. Tikar dapat digunakan untuk kegiatan permainan.
Dari segi kemudahan akses, berbagai sumber daya pembelajaran yang praktis (misalnya
buku-buku, peta, bola dunia, alat peraga IPA dan matematika, dan lain-lain) hendaknya
disimpan dengan baik dan tersedia serta mudah diakses oleh guru dan siswa.
Sumber daya pembelajaran lain yang berupa tulisan/gambar atau pajangan hasil kerja anak
yang merupakan lingkungan belajar visual juga perlu diatur. Pajangan hasil karya anak
dapat menjadi contoh yang baik bagi anak lainnya dan dapat mendorong anak untuk
belajar. Perlu diingat bahwa pemajangan terutama ditujukan pada anak supaya anak bisa
mendapatkan manfaat. Karena itu tingkat keterbacaan pajangan harus dilihat dari sudut
pandang anak (misalnya apakah posisi pajangan tidak terlalu tinggi untuk anak-anak).
Label-label di jendela, kursi dan benda lainnya di ruang kelas membantu menambah kosa
kata dari benda yang dapat dilihat anak. Label dapat ditulis dalam bahasa Indonesia,
bahasa daerah, atau bahasa asing yang dipelajari untuk membantu anak beradaptasi
dengan lingkungan belajarnya yang baru.
Gambar dan poster dapat menuntun dan mendukung berbagai kegiatan pembelajaran.
Gambar atau poster dapat berisi petunjuk melaksanakan tugas, demonstrasi tentang
prosedur, contoh-contoh yang ditawarkan atau pesan yang mengingatkan anak untuk
menjadi pelajar yang efektif.
Selain lingkungan fisik seperti di atas, lingkungan belajar juga berupa lingkungan non fisik,
yang terwujud dalam interaksi dan hubungan dikelas dan sekolah.
122
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 3
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Interaksi dan Hubungan
Mutu interaksi dan hubungan antara guru dan siswa ikut berperan dalam menciptakan
kondisi belajar yang efektif. Guna mendukung kondisi belajar yang efektif, interaksi dan
hubungan yang ada haruslah bersifat:
• Jelas dan singkat
• Positif dan suportif
• Adil dan tidak bias/ timpang
Instruksi atau peragaan yang diberikan oleh guru harus jelas dan ringkas. Ini berarti
berbicara dengan suara yang jelas, menggunakan bahasa yang dapat dipahami anak, dan
menyesuaikan dengan lamanya daya konsentrasi anak.
Interaksi dan hubungan yang bersifat positif dan suportif akan mengarahkan anak pada
perilaku yang lebih baik, meningkatkan rasa percaya dirinya, serta menunjang
peningkatan prestasinya. Penggunaan ancaman, kata-kata yang merendahkan, atau tindak
kekerasan terhadap anak adalah pelanggaran terhadap hak anak dan merupakan tindak
kriminal menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
Guru juga harus bertindak adil dan tidak bias, memperlakukan semua anak dengan sama,
tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, kemampuan, latar belakang keluarga maupun
agama.
Selain berinteraksi dengan cara yang baik dengan siswa, guru perlu menciptakan interaksi
dan hubungan antar anak yang sehat karena interaksi dan hubungan antar anak juga
membantu menciptakan kondisi belajar yang efektif.
Anak-anak akan meniru perilaku gurunya. Jika guru memperlakukan anak dengan hormat
dan tanpa kekerasan, anak-anak juga akan memperlakukan satu sama lainnya dengan cara
yang sama.
Melalui kegiatan kelompok, anak belajar untuk menghormati pendapat setiap orang,
menunggu giliran dan menolong satu sama lain.
Cara Mengelola Siswa Klasikal
Strategi ini biasanya dipakai pada saat guru ingin semua siswa mendapatkan informasi
yang sama, misalnya: pada saat awal pelajaran ketika siswa dan guru bersama– sama
berdiskusi atau guru menjelaskan apa yang akan dilakukan sebelum kegiatan inti dimulai
123 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 3
atau waktu menutup pelajaran dengan membimbing siswa mengingat apa saja yang telah
mereka pelajari.
Kegiatan Kelompok
Kegiatan ini sangat baik dipakai pada saat guru ingin:
• siswa saling belajar dari temannya
• membangun kemampuan berkomunikasi
• membangun keterampilan bersosialisasi
• membangun sikap inklusif (menghargai perbedaan di antara sesama teman)
• membangun keterampilan bekerja dalam tim
• membangun keterampilan kepemimpinan
Kegiatan Individu
Strategi ini dapat digunakan pada saat guru ingin melihat potensi atau masalah belajar
setiap siswa dalam belajar. Kegiatan ini dapat pula dipakai untuk menghasilkan tugas–
tugas yang diperlukan untuk pelajaran tertentu, misalnya mengarang, membuat refleksi,
menceritakan kembali, membuat soal cerita (matematika), melakukan penelitian, dan
lain-lain.
124
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 3
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
BAHAN BACAAN 2 UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA
Contoh Jawaban Lembar Kerja 3.1.1 tentang Sumber Belajar
Sumber Belajar Mata Pelajaran Kegiatan
Pohon Mangga IPA Mengamati, menggambar,
mendeskripsikan fungsi bagian-bagian
pohon
Matematika Menggunakan batang pohon mangga
untuk mengidentifikasi jenis-jenis
sudut
Bahasa Indonesia Mengamati dan mendeskripsikan
pohon mangga, dsb.
Pedagang
(Narasumber)
Bahasa Indonesia
IPS
Menyusun daftar pertanyaan,
melakukan dan melaporkan hasil
wawancara
Wawancara tentang profesi pedagang
Batu-batuan IPA
Bahasa Indonesia
IPS
Meneliti bentuk batuan untuk
mengetahui dampak erosi
Mengamati bentuk batuan untuk
mendapatkan ide dalam menulis teks
deskripsi
Mengamati jenis-jenis batuan untuk
menentukan asal batu
Sepeda Matematika
IPS
Bahasa Indonesia
Mengidentifikasi bangun datar dan
bangun ruang
Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan
yang berhubungan dengan sepeda
Mengamati sepeda dan belajar
menggunakan bahasa persuasif dengan
bermain peran mengiklankan sepeda
secara lisan
Dll. ...... ......
125 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 3
Contoh Jawaban Lembar Kerja 3.1.1 tentang Sudut Baca/Perpustakaan Kelas
Sudut Baca Penjelasan Rencana
1. Lokasi
Sudut baca diletakkan di pojok sebelah
kanan kelas, mudah dijangkau siswa.
9. Alat dan bahan yang diperlukan
Buku bacaan sesuai usia dan minat siswa,
karya tulis siswa, rak atau meja dengan
ukuran disesuaikan dengan jangkauan anak.
10. Buku-buku yang akan disediakan
Buku cerita sebanyak jumlah siswa, buku
sumber belajar, majalah yang disesuaikan
dengan usia dan minat siswa.
11. Pihak yang mengadakan perabot
serta mekanisme pengadaan
Wali murid, Komite Sekolah, guru kelas,
Kepala Sekolah.
12. Pemanfaatan dalam pembelajaran
Siswa mencari informasi dari buku sumber
yang ada di sudt baca, guru mengajak siswa
untuk memilih buku cerita yang akan
dibacakan oleh guru.
13. Pengembangan dan pemanfaatan
yang berkelanjutan
Pemanfaatan buku cerita dalam kegiatan
membaca rutin (setiap pagi atau setelah
istirahat)
126
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 3
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Contoh Jawaban Lembar Kerja 3.1.3 tentang Pengelolaan Siswa
Jenis Pengelolaan Jenis Kegiatan
Klasikal
Apersepsi (awal) pembelajaran, mendengarkan instruksi guru
Diskusi kelas secara pleno
Pelaporan hasil kerja anak, siswa seluruh kelas mendengarkan
Manarik simpulan pada akhir pembelajaran
Mendengarkan penjelasan guru
Menonton tayangan video
Kelompok
Diskusi dan pemecahan masalah
Melakukan percobaan
Mengamati sesuatu, mendiskusikan, dan mencatat hasil
pengamatan
Mengumpulkan, mendiskusikan, dan mengelola data/benda
Membuat model
Perorangan
Menulis laporan
Mengerjakan soal latihan
Baca dalam hati
Mengarang
Contoh Jawaban Lembar Kerja 3.1.4 tentang Pajangan Karya Siswa
1. Mengapa di kelas yang menerapkan PAKEM biasanya dijumpai pajangan?
Dengan desain PAKEM, siswa menghasilkan karya individu yang berbeda dari tugas yang
diberikan oleh guru. Hasil siswa yang bervariasi dan kreatif inilah yang kiranya pantas
dipajang. Sering juga kita jumpai hasil karya yang ditulis dengan kata-kata sendiri,
Dengan demikian, pajangan hasil pembelajaran siswa yang seperti ini merupakan salah
satu indikator penerapan PAKEM yang benar.
2. Apa manfaat pajangan?
• Membuat kelas lebih menarik
• Anak mudah mendapat gagasan dari apa yang dipajangkan
127 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 3
• Yang dipajangkan adalah contoh yang baik untuk diikuti atau ditiru oleh anak
lainnya
• Pajangan memotivasi anak yang pekerjaannya dipajangkan dan juga memotivasi
anak yang lain untuk mengerjakan hal yang sama.
3. Apa saja yang harus dipajang?
• Tulisan anak seperti cerita, karangan, puisi, laporan, buku yang dibuat oleh anak,
model, grafik, gambar, dan hasil kerajinan atau kesenian
• Hasil pembelajaran anak yang menunjukkan ada unsur kreativitas dan menarik
untuk dilihat dan dibaca sebaiknya dipajangkan
• Contoh-contoh hasil kerja anak yang baik untuk dipajangkan
• Hasil kerja anak yang lambat perlu dipajangkan untuk memotivasi mereka
Selain itu, apa saja yang bisa dipajang?
• Gambar, diagram, dan benda-benda yang relevan dengan kegiatan yang sedang dibahas di kelas
• Buku untuk anak yang harus dibaca dan dilihat
• Bahan, sumber belajar, dan peralatan yang sedang digunakan untuk kegiatan belajar
4. Apa yang seharusnya tidak dipajang?
• Latihan rutin
• Hasil kerja yang kurang benar atau tidak bagus untuk contoh, misalnya tidak rapih
atau tidak dikerjakan dengan hati-hati
• Hasil kerja yang ada nilainya.
5. Bagaimana cara memajangkan hasil kerja anak?
• Mudah dibaca oleh anak (tidak terlalu tinggi)
• Pekerjaan setiap anak hendaknya dipajangkan satu persatu dengan demikian dapat
dibaca dengan mudah. Pajangan sebaiknya tidak bercampur dengan yang lain atau
dalam satu bendel.
• Yang dipajangkan hendaknya dalam keadaan bersih, rapih, dan menarik
• Benda yang dipajangkan dapat ditempel di dinding, digantung di langit-langit ruangan,
atau diatur di atas meja pamer
6. Kriteria apa yang digunakan untuk memajangkan hasil kerja anak?
• Apakah menarik bagi yang lain untuk dibaca?
• Apakah contoh yang baik?
128
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 3
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
• Apakah mengundang/menggoda orang untuk memperhatikannya?
• Apakah hasilkarya dapat memotivasi si anak?
• Apakah setiap anak punya kesempatan hasil karyanya dipajangkan?
7. Berapa lama/kali pajangan harus diganti?
• Kalau pajangan telah menjadi kotor
• Tidak sesuai dengan tema/topik pembelajaran
Catatan: Tempat pajangan tidak perlu dikhususkan (diberi label) untuk mata pelajaran
tertentu. Di bawah ini ada beberapa contoh pajangan , mungkin bisa sebagai inspirasi bagi
fasilitator atau guru yang akan menata pajangan peserta didik.
Hal – hal yang perlu diperhatikan yang berhubungan dengan pajangan
• Pajangan yang baik memiliki judul yang singkat, jelas dan menarik pembaca untuk melihat
lebih lanjut.
• Pajangan perlu secara rutin diperhatikan, misalnya guru segera membenahi pajangan
apabila ada salah satu karya siswa yang jatuh atau miring karena penguatnya (steples atau
paku payung) terlepas.
• Apabila papan pajangan sudah longgar, guru dan pihak sekolah segera memperbaikinya
karena akan sangat berbahaya apabila lepas.
• Pajangan perlu diganti sesuai dengan topik materi atau tema yang sedang dibahas.
• Kerapian pajangan sangat penting karena siswa akan melihat dan mencontohnya.
• Tinggi pajangan disesuaikan dengan siswa.
• Guru selalu menghormati karya siswa sehingga tidak sembarangan menggunting torehan
mereka.
• Membaca buku, melakukan kunjungan ke sekolah lain akan membantu guru dalam
memperoleh ide dalam melakukan pemajangan.
• Pajangan yang digantung di atap harus disesuaikan dengan tinggi siswa. Terlalu pendek
pajangan akan memancing siswa untuk iseng menariknya atau mengganggu ruang gerak
mereka.
• Apabila harus menggantung karya siswa, maka penggantungan setiap karya siswa
dilakukan dengan rapi dan tidak menumpuk.
129 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 3
BEBERAPA CONTOH PAJANGAN
Siswa kelas 3 membuat kartu ucapan kasih sayang kepadaibu mereka. Hasil pekerjaan mereka dipajang dengan meletakkannya di atas meja. Karya sejenis ini memang lebih baik tidak ditempel. Buku cerita yang berkaitan dengan Ibu diletakkan diantara kartu-kartu.
Pertanyaan yang ditulis guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk berfikir lebih
lanjut dengan mencari jawaban sendiri.
Penempelan cukup rapi, karya siswa yang beragam bentuknya membuat pajangan terlihat menark. Judul
yang cukup besar di tengah memberi kesan ‘memadukan’ karya siswa di kiri kanan serta di atas dan
bawahnya.
130
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 3
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Siswa kelas 1 mendeskripsikan binatang pilihannya di atas gambar. Guru mengelompokkan hasil karya siswa dengan melingkarinya. Lingkaran dibuat dari Koran bekas yang diberi warna (pewarna makanan). Di setiap lingkaran ditulisi judul yang sesuai. ‘Dunia Binatang’ yang seharusnya merupakan judul besar sebaiknya diletakkan di atas lingkaran-lingkaran yang ada. Tulisan judul menggunakan huruf yang sesuai di kelas awal.
Guru menempelkan karya siswa berupa surat (kelas 6). Pertanyaan yang ditulis diharapkan dapat
menambah rasa ingin tahu siswa tentang jenis-jenis surat. Contoh surat resmi akan membantu
pemahaman anak setelah membaca pajangan ini.
131 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 3
F. LK 3.1.1: Pemanfaatan Sumber Belajar dan Sudut Baca
Pada umumnya sumber belajar saat ini terbatas pada guru dan buku paket. Padahal
banyak sumber belajar lain, baik di dalam maupun di luar kelas, misalnya: benda nyata,
poster, serta lingkungan alam dan sosial. Sebutkanlah berbagai sumber belajar dan
bagaimana memanfaatkannya untuk berbagai mata pelajaran pada lembar kerja yang
disediakan. Salah satu contoh telah diisi.
Sumber belajar
Mata
Pelajaran
Kegiatan
Sumber
Belajar
Mata
Pelajaran
Kegiatan
Pohon
Mangga
IPA
Mengamati,
menggambar,
mendeskripsikan
fungsi bagian-
bagian pohon
mangga
Matematika
Mencari jenis-
jenis sudut pada batang-batang
pohon mangga
Bahasa
Indonesia
Mengamati dan
mendeskripsikan
pohon mangga
dsb.
Dst dst
132
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 3
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Lembar kerja 3.1.1: Pembuatan atau Optimalisasi Sudut Baca/
Perpustakaan kelas
Sudut Baca Penjelasan Rencana
1. Lokasi
2. Alat dan bahan yang diperlukan
3. Buku-buku yang akan disediakan
4. Pihak yang mengadakan perabot sert
mekanisme pengadaan
5. Pemanfaatan dalam pembelajaran
6. Pengembangan dan pemanfaatan yang
berkelanjutan
Lain
133 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 3
Lembar Kerja 3.1.2: Pengaturan Tempat Duduk Siswa
Pengaturan tempat duduk: Saat ini sebagian besar ruang kelas teratur secara klasikal.
Anak duduk berbaris dan lebih banyak mendengarkan guru. Dalam pelaksanaan PAKEM,
pengaturan tempat duduk siswa lebih bervariasi sehingga mereka lebih mudah berinteraksi
dengan guru maupun sesama siswa.
Susunlah desain alternatif pengaturan tempat duduk siswa yang menunjang pengelolaan
kegiatan siswa yang bervariasi (minimal 4 desain) disertai kekuatan dan kelemahannya.
Petunjuk: kelas diasumsikan 8x7 m, siswa 32 orang, meja 16, setiap meja untuk 2 anak
134
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 3
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Lembar Kerja 3.4 Pengelolaan Siswa
Pengelolaan Siswa: Pengelolaan atau pengaturan siswa yang sering dilakukan adalah
bentuk klasikal di mana semua siswa dalam satu kelas diperlakukan sebagai satu kelompok
besar dan diberi tugas yang sama semua dan komunikasi sering satu arah, yaitu dari guru
ke semua siswa (misalnya: ceramah). Dalam pembelajaran PAKEM, pegelolaan kegiatan
siswa lebih bervariasi, yaitu bisa menggunakan kerja kelompok, kerja perorangan,
berpasangan dan klasikal.
Identifikasi jenis-jenis kegiatan yang cocok dikerjakan dalam setiap jenis pengelolaan
tersebut (klasikal, kelompok, berpasangan, dan individual) disertai dengan analisis
kekuatan dan kelemahan.
Jenis Pengelolaan
Jenis kegiatan
Kekuatan
Kelemahan
Klasikal
Guru memandang siswa dalam satu
kelas sebagai satu kesatuan kelompok
besar. Karena itu, seluruh siswa
mengerjakan hal yang sama bersama-
sama dan perhatian guru adalah pada
kinerja kelompok besar tersebut.
Kelompok
Guru membagi kelompok besar kelas
ke dalam kelompok-kelompok yang
lebih kecil. Siswa bekerja sama dalam
kelompok. Perhatian guru pada kinerja
kelompok dan bagaimana siswa
berinteraksi dalam kelompok.
Berpasangan
Siswa bekerja berpasangan. Ini
memberikan kesempatan untuk
meningkatkan keaktifan tiap siswa.
135 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 3
Perorangan
Anak mengerjakan tugas sendiri.
Perhatian guru pada kinerja individual
tiap anak.
Lembar Kerja 3.1.4: Pajangan Karya Siswa
• Apa yang sebaiknya guru lakukan dengan hasil kerja siswa?
• Apa tujuan memajangkan hasil karya siswa?
• Karya siswa apa saja yang bisa dipajangkan?
• Apa yang harus diperhatikan dalam memajang karya siswa?
136
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 3
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
137 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 3
138
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 3
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
139 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 3
140
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 3
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
141 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 3
142
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 3
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 4
PEMANFAATAN LINGKUNGAN
SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER
BELAJAR
147 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar UNIT 4
UNIT 4
PEMANFAATAN MEDIA SEBAGAI MEDIA DAN
SUMBER BELAJAR
Waktu: 2 Jam
A. PENGANTAR
Salah satu cara untuk mengaktifkan peserta didik
dalam suatu pembelajaran adalah memberi peluang
untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran (pembelajaran aktif). Peserta didik
menjadi mudah berpartisipasi atau terlibat jika mereka
mengenal dengan baik objek materi pembelajaran.
Salah satu cara untuk mempermudah mengenali objek
materi pelajaran adalah memanfaatkan benda-benda
sebagai media dan sumber belajar yang yang sesuai
dengan pengalaman hidup peserta didik. Oleh karena
itu, setiap dosen diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan mereka di dalam
memilih, mengelompokkan, dan memanfaatkan
berbagai objek yang terdapat di lingkungan kampus,
atau di luar kampus sebagai sumber belajar peserta didik sesuai dengan mata pelajaran
yang diampunya. Lebih lanjut, dosen diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk
memanfaatkan lingkungan hidup mereka dalam mendesain pembelajaran yang Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
B. TUJUAN
Setelah mengikuti sesi ini peserta pelatihan diharapkan dapat:
Mengidentifikasi berbagai objek dan atau fenomena di lingkungan yang dapat
dimanfaatkan sebagai media dan sumber belajar
Menggunakan lingkungan sebagai media dan sumber belajar
Mendemonstrasikan cara penggunaan objek dan atau fenomena yang telah
diidentifikasi dalam pembelajaran
Mengintegrasikan materi ini di LPTK
Lingkungan dapat dijadikan
media dan sumber belajar.
148
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
UNIT 4
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
C. ALAT DAN BAHAN
1. LK 4.1: Hasil Pengumpulan Obyek/Peristiwa
2. LK 4.2 Lembar Hasil Pengamatan Kunjung Karya
3. ATK: kertas plano, spidol, pulpen, kertas catatan, penempel kertas, lem, dan gunting
D. LANGKAH KEGIATAN
1. Pengantar (5 menit)
a. Peserta diminta untuk duduk berkelompok sebanyak 5 kelompok yang
beranggotakan 6-8 orang.
b. Fasilitator menayangkan tujuan umum, prosedur pelatihan, dan menjelaskan
pengertian dan peranan media dalam pembelajaran.
c. Fasilitator menjelaskan bahwa lingkungan sekitar sekolah dapat berfungsi sebagai media dan sumber-sumber belajar dan memungkinkan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
Pengantar
Curah
Pendapat
Pengamatan
Obyek dan
Peristiwa:
Diskusi
Kelompok dan
Presentasi
5’ 5’ 15’ 40’
1 2 3 4
Pembuatan Media
belajar dan
Demonstrasi
Penggunaannya
40’
5
Penguatan
5’
7
Integrasi Materi ini
Di LPTK
6
149 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar UNIT 4
d. Fasilitator menjelaskan pengertian lingkungan, yang meliputi lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya dengan penekanan pada kemungkinan
dapat dimanfaatkan oleh dosen dan mahasiswa sebagai sumber belajar
2. Curah Pendapat (5 menit)
Fasilitator menampilkan beberapa slide gambar secara singkat. Pada tiap tampilan,
fasilitator meminta peserta memberikan pendapat pemanfaatan slide/gambar tersebut
untuk mata pelajaran apa dan bagaimana pengunaannya.
3. Pengamatan Obyek dan Peristiwa (15 menit)
a. Fasilitator mempersilahkan setiap kelompok untuk mengumpulkan atau
memfoto berbagai objek atau benda-benda (minimal 5 macam) yang tersedia di
lingkungan kelas maupun di luar kelas.
b. Fasilitator meminta peserta kembali ke ruangan. Pada tiap kelompok fasilitator
meminta peserta untuk menyatukan obyek yang diperoleh.
4. Diskusi Kelompok dan Presentasi (35 menit)
a. Fasilitator meminta peserta untuk melengkapi LK 4.1 berdasarkan obyek yang
diperoleh. Peserta mengisikan nama obyek yang diperoleh pada kolom “nama
obyek/peristiwa”. Selanjutnya menuliskan mata pelajaran dan tema dimana obyek
tersebut dapat digunakan. Berikutnya peserta menuliskan bagaimana cara
membuat atau menggunakan obyek tersebut. Pada kolom “kegunaan”, peserta
diminta menuliskan kegunaan dari obyek tersebut dalam pembelajaran dan pada
kolom terakhir peserta diminta menuliskan bagaimana obyek tersebut
didemonstrasikan dalam pembelajaran.
b. Fasilitator meminta tiap peserta melakukan kunjung karya dengan cara sebagai
berikut:
a. Tiap kelompok diminta memajang hasil karyanya pada dinding kerja masing-
masing. Disarankan jarak antar dinding kerja kelompok tidak terlalu dekat.
b. Dua orang dari tiap kelompok menunggui dinding kerja masing-masing.
Mereka ini akan memberikan penjelasan atas pertanyaan dari peserta lain yang
melakukan kunjungan ke dinding kerjanya.
c. Setiap peserta diberi LK 4.2 untuk diisi pada saat melakukan kunjung karya.
d. Proses kunjungan dilakukan kelompok per kelompok dengan beberapa
putaran dengan arah jarum jam. Contoh:
putaran pertama: Kelompok 1 mengunjungi dinding kerja kelompok 2,
150
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
UNIT 4
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Kelompok 2 mengunjungi dinding kerja kelompok 3 dst.
putaran kedua : Kelompok 1 mengunjungi dinding kerja kelompok 3,
Kelompok 2 mengunjungi dinding kerja kelompok 4
dst.
Catatan:
Pada saat melakukan kunjungan, peserta tidak hanya membaca hasil
karya yang dipajang tapi juga dapat bertanya kepada penjaga dinding
kerja untuk pengisian LK 4.2.
Banyaknya putaran kunjungan tergantung waktu yang ada.
c. Fasilitator menghimbau agar peserta kembali ke kelompok semula dan
melakukan penyempurnaan LK 4.1 berdasarkan hasil kunjung karya yang telah
dilakukan dan menempelkannya pada dinding kerja masing-masing.
5. Pembuatan Media belajar dan Demonstrasi Penggunaannya (35 menit)
a. Melanjutkan LK 4.1, Fasilitator meminta tiap kelompok membuat suatu media
pembelajaran untuk satu mata pelajaran dengan tema yang dipilih.
b. Fasilitator meminta tiap kelompok untuk mendemonstrasikan media yang telah
dibuat ke kelompok lain dengan aturan sebagai berikut:
1) Tiap kelompok menetapkan dua orang (sebagai duta) yang akan melakukan
demonstrasi ke kelompok lain.
2) Siklus putaran berlawan dengan arah jarum jam.
i. Putaran pertama: Kelompok 1 demonstrasi di Kelompok 5, Kelompok 5 ke kelompok 4, Kelompok 4 ke Kelompok 3, dst.
ii. Putaran kedua: Kelompok 1 ke Kelompok 4, Kelompok 5 Ke
kelompok 3, dst.
Catatan:
Banyaknya putaran tergantung pada waktu yang ada.
Pada saat demonstrasi, peserta penerima kunjungan dapat memberikan masukan kepada demonstran dan demonstran mencatatnya untuk
melakukan perbaikan selanjutnya.
c. Fasilitator meminta agar tiap demonstran kembali ke kelompok masing-masing.
Kelompok diminta melakukan perbaikan berdasarkan masukan setelah melakukan
demontrasi di beberapa kelompok. Hasil penyempurnaan ini selanjutnya ditempel
di dinding kerja masing-masing.
6. Integrasi Materi Di LPTK (10 menit)
Mintalah peserta mendiskusikan integrasi materi ini di perkuliahan, PPLT dan
pelayanan guru dalam jabatan
7. Penguatan (5 menit)
Fasilitator memberi penguatan hal-hal berikut:
151 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar UNIT 4
Lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai media dan sumber belajar.
Media tidak harus mahal, pemanfaatan Alat Peraga Murah (APM) akan
sangat membantu dalam pemahaman materi yang diajarkan.
Pemilihan media harus tepat sesuai dengan tujuan dari pembelajaran.
E. LEMBAR KERJA
LK 4.1 Hasil Pengumpulan Obyek/Peristiwa
Nama
Obyek/
Peristiwa
Mata
Pelajaran/
tema
Cara
membuat/
menggunakan
Kegunaan Cara Mendemons-
trasikan
Contoh Pengisian LK 4.1
Nama
Objek/
Peristiwa
Mata
Pelajara/
tema
Cara
membuat/
menggunakan
kegunaan Cara
Mendemonstrasikan
Gambar/
artikel dari
koran
bekas
Bahasa
Indonesia 1. Potong
gambar/
artikel
2. Tempel di
kertas warna
warni dan di
laminating
1. Sebagai
stimulus
bagi
peserta
didik
untuk
membuat
cerita baik
lisan
maupun
tulisan
1. Guru membagi siswa
ke dalam kelompok-
kelmpok kecil (3 -4
anak)
2. Guru memberikan
media ke masing-
masing kelompok dan
siswa diminta untuk
mendiskusian
gambar/artikel
3. Anak diminta untuk
menyampaikan hasil diskusi
152
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
UNIT 4
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
LK 4.2 Lembar Hasil Pengamatan Kunjung Karya
Kelompok Yang Dikunjungi Informasi yang diperoleh dan bermanfaat dalam
penyempurnaan LK 4.1
F. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA:
PEMANFAATAN LINGKUNGAN
SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
1. Lingkungan
Dalam pembicaraan ini dikemukakan tiga jenis lingkungan yaitu; lingkungan fisik, sosial dan
budaya. Lingkungan fisik berkaitan dengan alam atau banda-benda seperti batu, rumah
dan sebagainya. Lingkungan sosial berkaitan dengan kegiatan sosial atau hubungan antar
manusia seperti komunikasi, transaksi, dan sebagainya. Kegiatan sosial berkaitan dengan
hubungan antar manusia. Lingkungan budaya berkaitan dengan hasi-hasil karya manusia
atau hubungan antara manusia dengan alam.
2. Media dan Sumber Belajar
Media dan sumber belajar adalah dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya
menunjuk ke satu obyek yang sama. Bila obyek tersebut terfungsikan maka disebut
sebagai media. Sedangkan bendanya sendiri disebut sebagai sumber belajar.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga
terjadi proses belajar.
153 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar UNIT 4
Pendapat berkaitan dengan Media
a. Confusius : ”saya dengar dan saya lupa” – ”saya lihat maka saya ingat” – ”saya
kerjakan ternyata saya memahami”
b. Pestalozzi ; ”jika anda mengajarkan sapi maka bawalah sapi ke dalam kelas”
c. Pendapat lain : ”sebuah gambar mempunyai arti seribu kata” – Asal semua
pengetahuan adalah pengamatan yang ditunjang oleh keaktifan seluruh jiwa dan
pribadi.
Sebuah rangkuman hasil penelitian tentang perolehan pengalaman berdasarkan alat
indra yang digunakan sebagai berikut!
INDERA A. BAUGH E. DALE G. WILSON
Pelihat 90 % 75 % 82 %
Pendengar 5 % 13 % 12 %
Lain . .. 5 % 12 % 6 %
3. Ragam Media
Media terbagi ke dalam berbagai klasifikasi bedasarkan ciri tertentu. Salah satu
pengklasifikasian dikemukakan oleh Heinich dkk (1996) sebagai berikut:
a. Media tidak diproyekasikan (non projected media)
b. Media diproyeksikan (projected media)
c. Media Audio
d. Media Video
e. Media Berbasis komputer
f. Multi media kit
Ragam media yang berkaitan dengan lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) masuk dalam
klasifikasi media tidak diproyeksikan. Media yang tidak diproyeksikan dibagi dalam 4
golongan yaitu:
1. Realita
2. Model
3. Bahan grafis
4. Display
154
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
UNIT 4
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Realita adalah benda nyata yang digunakan sebagai media atau bahan belajar.
Penggunaannya dapat dilakukan dengan menghadirkan secara nyata di kelas, atau
observasi di lokasinya. Pada kondisi tertentu media ini dapat dimodifikasi dengan cara
mengambil sebagian (membelah) misal mesin, contoh (spacimen) dan pameran (exhibit)
misalnya benda bersejarah.
Model, adalah benda tiga dimensi yang merupakan representasi dari benda sesungguhnya.
Biasanya dalam bentuk miniatur.
Bahan Grafis adalah gambar-gambar atau visual-visual yang penampilannya tidak
diproyeksikan, misalnya gambar, grafik, poster dan kartun.
Display atau bahan pameran, misalnya papan bulletin, papan tulis, dsb.
4. Pemanfaatan benda-benda atau pristiwa yang ada di lingkungan.
Untuk dapat memanfaatkan benda-benda yang ada di lingkungan, guru harus
mengidentifikasi karakteristik dari objek atau peristiwa yang dimiliki. Selanjutnya,
dicocokkan karakteristik keberadannya pada objek atau peristiwa yang sudah dipilih atau
dimiliki. Misalnya kita memiliki batu maka kita dapat mengidentifikasi karakter yang ada
pada batu, misalnya: berat, volume, warna, bentuk, dan sebagainya. Karakter ini
dicocokkan dengan ciri dari konsep yang akan dipelajari. Demikian pula sebaliknya dengan
menentukan ciri dari konsep yang akan diajarkan, kita mencocokkan dengan karakteristik
benda-benda yang ada di lingkungan untuk kita pilih sebagai media atau sumber belajar.
Dari uraian tadi, bila kita bertolak dari batu, maka kita dapat mengajarkan konsep berat,
volume, warna. Demikian pula dari konsep berat kita dapat memilih batu sebagai
medianya.
Di samping itu cara-cara pemilihan atau pemanfaatan benda-benda atau peristiwa yang
ada di lingkungan dapat dilakukan dengan bertolak dari cara-cara pemilihan media
menurut beberapa ahli media. Di sini akan dikemukakan hanya satu cara yaitu berdasar
atribut atau kemampuan media untuk memenuhi indikator stimulus yang diberikan.
155 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar UNIT 4
Pemilihan Media menurut Atribut.*)
Atribut
Media
Cetak Model Obyek Gambar
Grafis
Video Audio
1. Warna Ya Ya Ya Ya Ya -
2. 3-D - Ya Ya - - -
3. Gerak - Ya Ya - Ya -
4. Kontrol Siswa Siswa Siswa Dosen Alat Alat
(Siswa)
5. Pilihan Bebas Tinggi - - Sedang Rendah Sedang
6. Sensoris Visual Visual Visual Visual Audio
Visual
Audio
7. Simbol Ikonik
Digital
Ikonik Ikonik Ikonik
Digital
Ikonik
Digital
Digital
*) Dikutip dari Miarso, Y dkk. Hal. 69.
Daftar Rujukan
Untuk lebih memperdalam pengertian tentang media dapat dibaca buku berikut:
Arsyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Degeng, I Nyoman S. 1999. Media Pembelajaran. Pelatihan Tenaga Pengajar. Malang:
Universitas Negeri Malang
H. Ronald, Anderson. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran. Seri
Pustaka Teknologi Pendidikan. CV. Rajawali. Jakarta
Heinich, Robert dkk. 1982. Instructional Media and The Technologies of Instruction. New York:
John Wiley & Sons
Latuheru, John. 1988. Media Pembelajaran: Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta:
P2LPTK.
Lavie & Lentz.1982. Teaching and Media. Englwood Cliffs: Prentice hall, Inc
Miarso, Yusufhadi, dkk. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali
156
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
UNIT 4
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Sadiman, Arif. 1986. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Setyosari, Punaji dan Sihkabuden. 2005. Media Pembelajaran. Malang: Elang Mas
Sudjana & Rivai. 1991. Media Pembelajaran (Pembuatannya dan Penggunaannya). Bandung:
Rusdakarya.
Suyanto, M. 2003. Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing. Yogyakarta:
Andi.
157 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar UNIT 4
G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
158
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
UNIT 4
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
159 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar UNIT 4
160
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
UNIT 4
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
161 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar UNIT 4
162
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
UNIT 4
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
163 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar UNIT 4
164
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
UNIT 4
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 5
MEMPRAKTIKKAN PAKEM
167 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
UNIT 5
MEMPRAKTIKKAN PAKEM Waktu: 12 Jam
A. PENGANTAR
Setelah peserta memahami dan memperoleh
gambaran tentang PAKEM di Unit 1, peserta
diminta menunjukkan pemahaman itu
melalui pembuatan persiapan PAKEM dan
melaksanakannya baik dalam bentuk
mengajar teman (simulasi) maupun siswa
(praktik mengajar). Ini perlu dilakukan agar
penghayatan tentang PAKEM menjadi lebih
baik. Peserta juga perlu memperoleh
pengalaman menangani hambatan yang
dihadapi dalam melaksanakan PAKEM. Dengan demikian, sebagai dosen, mereka lebih
siap untuk melaksanakan PAKEM dalam pembelajaran di SD dan di kampus.
Dalam Unit 5 ini peserta dikelompokkan menjadi lima, yaitu untuk kelas 1, 2, 3, 4, dan 5.
Contoh penerapan PAKEM terdapat pada lampiran tersendiri (bisa dipakai contoh-
contoh pembelajaran dalam buku seri Asyik Belajar dengan PAKEM atau sumber lain.
Contoh tersebut dapat digunakan dalam perencanaan PAKEM.
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu:
1. membuat persiapan pembelajaran yang menerapkan PAKEM
2. melakukan simulasi PAKEM
3. melakukan praktik mengajar dalam situasi kelas sesungguhnya di SD dengan
menerapkan unsur-unsur PAKEM.
C. BAHAN DAN ALAT
1. Tayangan unit (powerpoint)
2. Buku Asyik Belajar dengan PAKEM atau buku referensi lain yang relevan
3. Bahan-bahan untuk pembelajaran berbasis Alat Peraga Murah (APM)
4. ATK: kertas plano, spidol warna, lem, gunting, kertas HVS
5. Printer warna
Siswa dan guru menunjukkan keaktifan
belajar memfasilitasinya.
168
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
D. LANGKAH KEGIATAN
30’ 30’+60’ 120’ 60’
Membaca dan
memilih topik
pembelajaran
Menyusun
Skenario
Pembelajaran
+
penjelasan
skenario
Pengembangan
RPP
Simulasi
Persiapan
Mengajar di
Kelompok
MAPEL
1 2 3 4
60’ 180’ 90’ 30’
Diskusi dan
Refleksi
kelompok
Praktik
mengajar di
Sekolah
Penyempurnaan
persiapan
mengajar
Diskusi
kelompok
MAPEL
8 7 6 5
40’ 10’
Kunjung Karya
Hasil Praktik
Penguatan
9 10
1. Pembentukan Kelompok dan Memilih Materi Pokok (20 menit)
Fasilitator membagi peserta menjadi lima kelompok mata pelajaran yaitu:
a. Kelompok kelas awal
b. Kelompok kelas Matematika
c. Kelompok kelas IPA
d. Kelompok kelas IPS
e. Kelompok kelas Bahasa Indonesia
Berikut ini adalah langkah-langkah pemilihan materi pokok pembelajaran:
1. Fasilitator dapat menentukan apakah semua kelompok menggunakan tema yang
sama atau masing-masing kelompok menentukan tema yang disepakati. Tema
169 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
Identitas Mata Pelajaran:
KD :
Tujuan/Indikator :
MateriPokok :
Langkah-langkah pembelajaran:
(disusun berdasarkan sintaks yang dipilih, yang menerapkan beragam metode, media, media dan sumber belajar yang bervariasi yang semuanya mendukung
tercapainya PAKEM
dipilih dari kurikulum yang berlaku. Khusus untuk pelatihan ini tema yang dipilih
adalah tubuh manusia dan kesehatan
2. Masing-masing anggota kelompok menentukan pasangan mengajar (team teaching)
Setiap team teaching terdiri dari 2 orang.
3. Masing-masing pasangan dalam kelompok mengidentifikasi satu sampai dua
kompetensi dasar (KD) yang sesuai dengan tema yang dipilih.
4. Masing-masing kelompok mengadakan curah pendapat tentang kemungkinan
kegiatan-kegiatan terkait KD yang dipilih.
5. Masing-masing pasangan memilih satu KD yang disepakati serta kegiatan-kegiatan
berdasarkan daftar ide hasil curah pendapat di nomor 4 untuk dikembangkan
dalam perangkat pembelajaran. Fasilitator dapat memastikan bahwa peserta
memilih kegiatan yang bervariasi.
Catatan: Buku ASYIK BELAJAR DENGAN PAKEM dapat digunakan sebagai sumber
dalam pemilihan kegiatan pembelajaran.
2. Menyusun dan Menjelaskan Kerangka Pembelajaran (90 menit)
Peserta menyusun kerangka pembelajaran berupa urutan langkah-langkah PAKEM
(dalam bentuk bagan alur) untuk pencapaian KD. Peserta menjelaskan kerangka
pembelajaran yang telah disusun dalam kelompok masing-masing. Peserta
mendiskusikan hasil penjelasan tersebut dengan berfokus pada ciri-ciri PAKEM.
LK 5.1 Kerangka Pembelajaran (team teaching)
170
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
3. Kerja Kelompok: Membuat Persiapan Praktik PAKEM (120 menit)
Dalam kelompok, peserta secara berpasangan mengembangkan kerangka
pembelajaran menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Fasilitator
mendampingi dan memberikan umpan balik. Fasilitator mengarahkan peserta untuk
melengkapi RPP dengan perangkat pembelajaran pendukung lainnya sepert alat
bantu belajar/ mengajar, media, lembar kerja, dan bahan ajar, seperti bahan bacaan
jika diperlukan
LK 5.2 Format RPP (team teaching)
Catatan: format RPP ini hanya contoh. Peserta dipersilakan menyesuaikan dengan format
masing-masing sekolah.
4. Simulasi Persiapan Mengajar di dalam Kelompok (60 menit)
Peserta melaksanakan simulasi di kelompok masing-masing. Salah satu peserta
menjadi guru di depan peserta lain. Beberapa anggota kelompok mendapat giliran
untuk mensimulasikan RPP. Peserta yang tidak menjadi guru pada simulasi akan
berperan sebagai siswa. Fasilitator ikut mengamati simulasi dan memberi umpan
balik.
5. Diskusi Kelompok: memberikan masukan berdasarkan hasil simulasi
(30 menit)
Fasilitator memimpin diskusi di masing-masing kelompok untuk membahas apakah
171 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
pembelajaran dalam simulasi memenuhi karakteristik PAKEM atau tidak dan
membahas cara-cara meningkatkan pembelajaran yang mencerminkan prinsip-
prinsip PAKEM.
Peserta yang melakukan simulasi mengungkapkan keberhasilan dan hambatan yang
dirasakannya selama simulasi. Peserta lain memberikan komentar terutama tentang
karakteristik PAKEM yang pakem pembelajaran dalam simulasi memenuhi
karakteristik PAKEM, dan alternatif mengatasi hambatan yang dirasakan oleh
simulator serta cara-cara memperbaiki RPP.
(Setiap peserta hendaknya mencatat komentar untuk bahan pertimbangan dalam
menyempurnakan persiapan, lembar kerja, dan sebagainya).
6. Penyempurnaan Persiapan PAKEM (90 menit)
Peserta kembali ke kelompok kecil
semula untuk bekerja dalam kelompok
masing-masing memperbaiki persiapan,
lembar kerja, dan bahan belajar lain yang
dirancangnya dengan mempertim-
bangkan komentar dan masukan pada
diskusi sebelumnya. Hasil perbaikan ini
akan digunakan dalam praktik mengajar
dengan siswa sesungguhnya. Semua
peserta harus ikut membuat persiapan
dan siap pula untuk mempraktikkannya.
Fasilitator hendaknya mengingatkan agar tiap kelompok benar-benar siap dengan
persiapan, lembar kerja dan sebagainya yang telah diperbaiki sehingga setelah
kegiatan ini peserta berkonsentrasi pada pelaksanaan praktik mengajar, tidak lagi
pada masalah persiapan.
Fasilitator juga menjelaskan logistik terkait praktik sekolah kepada semua
peserta.
7. Praktik Mengajar di Sekolah (180 menit)
a. Mengajar di kelas (70 – 140 menit)
Sebelum pelaksanaan, fasilitator memastikan bahwa guru kelas yang
sesungguhnya mengikuti proses kegiatan dengan tetap berada di dalam kelasnya
untuk mengamati.
Memaksimalkan diskusi dan
kerjasama dalam meperbaiki
persiapan praktek mengajar.
172
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Setiap praktikan memiliki kesempatan untuk mengajar dan mengamati.
Untuk pengamatan di kelas, Fasilitator dapat meminta pengamat untuk
berfokus pada 1) kegiatan siswa, 2) kegiatan guru dan 3) interaksi antara siswa dan
guru. Format/lembar observasi yang digunakan adalah sebagai berikut.
LK 5.3 Lembar Observasi Praktik PAKEM (team teaching)
No Komponen Pembelajaran Uraian
1 Kegiatan siswa
2 Kegiatan guru
3 Interaksi antar siswa
4 Interaksi siswa dengan guru
5 Bentuk tugas yang dikerjakan siswa
6 Sumber belajar yang digunakan
7 Pemberian kesempatan yang sama
antara siswa laki-laki dan perempuan
8 Bentuk motivasi yang diberikan guru
kepada siswa
9 Aspek karakter yang dikembangkan
(kemandirian, disiplin, tanggung jawab,
kerjasama, kepercayaan diri dan lain-
lain)
Fasilitator mengingatkan peserta agar setelah praktik mengajar, semua hasil
kerja siswa dibawa ke tempat pelatihan untuk bahan kajian diskusi dan refleksi
kelompok.
b. Diskusi di Sekolah setelah Praktik
Diskusi di sekolah bertujuan melibatkan guru-guru di sekolah yang ikut mengamati
supaya terjadi efek pembelajaran dan sosialisasi pada guru-guru SD. Hal ini
dilakukan segera setelah selesai mengajar di kelas, yang melibatkan tim mengajar dan
guru kelas.
173 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
8. Diskusi dan Refleksi Kelompok (60 menit)
a. Diskusi dan Refleksi Kelompok: Proses Mengajar (30 menit)
Peserta dalam kelompok mengkaji a p a k a h pembelajaran terlaksana
dengan baik atau tidak. Kajian berdasarkan lembar observasi yang telah diisi
oleh pengamat. Berikutnya peserta yang lain memberikan masukan untuk
perbaikan, menggunakan panduan LK 5.4 berikut ini.
LK 5.4 Analisis Praktek PAKEM di Sekolah Dasar
Komponen
Pembelajaran
Kekuatan Kelemahan Hambatan Rekomendasi
Kegiatan siswa
Kegiatan guru
Interaksi antar siswa
Interaksi siswa dengan
guru
Bentuk tugas yang
dikerjakan siswa
Sumber belajar yang
digunakan
Pemberian kesempatan
yang sama antara siswa
laki-laki dan perempuan
Bentuk motivasi yang
diberikan guru kepada
siswa
Aspek karakter yang
dikembangkan
(kemandirian, disiplin,
tanggung jawab,
kerjasama, kepercayaan
diri dan lain-lain)
Kegiatan siswa
Kegiatan guru
Interaksi antar siswa
174
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
b. Diskusi kelompok: Umpan Balik Hasil Kerja Siswa (30 menit)
Fasilitator meminta kelompok untuk beralih topik diskusi ke pekerjaan anak.
Fasilitator meminta peserta memperhatikan kualitas hasil kerja anak. Peserta
mendiskusikan poin-poin berikut:
Apakah hasil kerja siswa mencerminkan kreativitas siswa?
Apakah setiap produk siswa menunjukkan keterampilan akademis yang
berbeda?
Apakah seluruh tugas seragam atau berbeda untuk masing-masing
kelompok?
Apakah hasil kerja siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran?
9. Kunjung Karya Hasil Praktik Mengajar (40 menit)
Fasilitator meminta peserta memajangkan (di dinding) RPP pembelajaran dan
hasil karya anak yang dihasilkan dalam praktik pembelajaran PAKEM di sekolah.
Setelah itu fasilitator meminta peserta berkeliling mengamati pekerjaan kelompok
lain.
Peserta berkeliling mengamati pekerjaan kelompok lain dengan mengisi LK 5.5
berikut:
LK 5.5 Hasil Pengamatan Kunjung Karya
Kelompok
yang
Dikunjungi
Informasi yang Diperoleh Perihal:
RPP Karya Siswa Strategi
Pembelajaran
yang diterapkan
10. Penguatan (10 menit)
Fasilitator memberi penguatan berikut:
Mencoba PAKEM terus menerus di sekolah akan membantu
meningkatkan kepercayaan diri siswa maupun guru
Perlu waktu, praktik, kesabaran serta komitmen yang tinggi untuk
menjadi guru yang lebih terampil dalam mengajar
175 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA: Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas I
Contoh Jaringan Tema,
KD Matematika:
5.1 Membandingkan berat benda (ringan,
berat).
Kegiatan: Siswa menebak berat benda
berdasarkan ringan/berat dan
membuktikannya dengan timbangan non
baku. Mengurutkan benda dari yang paling
ringan ke yang paling berat atau sebaliknya
KD Bahasa Indonesia:
5.1 Mengulang deskripsi tentang benda-benda
di sekitar
8.1 Menulis kalimat sederhana yang didiktekan
guru dengan huruf tegak bersambung
Kegiatan: Siswa memilih benda yang ada di kelas
dan mendeskripsikannya berdasarkan bentuk, bau,
warna, bunyi, halus/kasar permukaan
KD IPA:
4.1 Membedakan Gerak benda yang
mudah bergerak dan sulit bergerak
melalui percobaan.
Kegiatan: Siswa menebak benda-benda
yang mudah bergerak (dilihat dari
bentuknya) dan membuktikannya dengan
melakukan percobaan sederhana (dengan
menggelindingkannya)
KD IPS
2.2 Menjelaskan lingkungan rumah sehat dan
perilaku dalam menjaga kebersihan rumah
Kegiatan: Siswa menyebutkan bagian rumah
beserta benda yang ada di dalamnya (meja, kursi,
piring, rak buku, jendela, dll) serta menyebutkan
bagaimana menjaga kebersihan dan kerapiannya.
Tema:
Benda, Binatang dan
Tanaman sekitarku.
176
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas II
KD Matematika:
3.1 Melakukan perkalian bilangan yang
hasilnya bilangan dua angka.
Kegiatan : Siswa mencari jawaban dari
beberapa gambar situasi (mis. berapa
jumlah kaki dari 7 orang yang sedang
senam pagi?) Siswa menuliskan kalimat
matematikanya lewat penjumlahan
berulang dan perkalian. Siswa membuat 1
soal sendiri dan meminta teman di
sebelahnya untuk jawab.
KD IPA:
4.2. Mendeskripsikan kegunaan panas
dan cahaya matahari dalam
kehidupan sehari-hari.
Kegiatan: menyiram lapangan (dengan
sedikit air), menjemur tissu basah/koran
dan benda lainnya . Siswa menyimpulkan
bagaimana benda-benda tersebut bisa
kering. Kegiatan kemudian dihubungkan
dengan kesehatan dan kebersihan.
KD IPS:
2.2 Menceritakan pengalamannya dalam
melaksanakan peran dalam anggota keluarga
Kegiatan: Siswa menuliskan kegiatannya
bagaimana ia menjaga kesehatan diri dan
kebersihan kamar, rumah dan lingkungan
rumahnya (halaman rumah)
Tema:
Hidup Sehat dan Bersih
KD Bahasa Indonesia:
7.2 Menyebutkan isi teks agak panjang (20-25
kalimat) yang dibaca dalam hati.
Kegiatan: Siswa menceritakan isi teks tentang
bagaimana hidup sehat dan bersih dengan kata-
katanya sendiri kepada teman di sebelahnya dan
dilanjutkan dengan kegiatan menuliskannya di
kertas HVS/buku
177 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas III
KD Matematika:
5.2 Menghitung luas persegi dan persegi
panjang
Kegiatan : Siswa menebak benda (dalam
kelas) dengan luas paling besar/kecil,
melakukan urutan luas (besar ke kecil), lalu
membuktikannya dengan menggunakan ubin
dari kertas origami (lipat). Dengan metode
pengubinan, siswa mencari luas benda dan
mengambil kesimpulan cara mencari luas
KD Bahasa Indonesia:
5.1 Memberikan tanggapan sederhana
tentang cerita pengalaman teman yang
didengarnya
Kegiatan: Siswa menulis : seandainya aku
menjadi ….(disesuaikan dengan jenis pekerjaan
nara sumber) setelah mendengar pemaparan
nara sumber
KD IPA:
6. 4 Mengidentifikasi cara manusia dalam
memelihara dan melestarikan alam di
lingkungan sekitar.
Kegiatan: Siswa melihat contoh lingkungan
yang rusak (banjir, tumpukan sampah) dan
mengidentifikasi mengapa lingkungan bisa
rusak. Kemudian siswa diajak mencari
solusi bagaimana menjaga/melestarikan
alam di lingkungan mereka.
KD IPS:
2.1 Mengenal jenis-jenis pekerjaan.
Kegiatan: Siswa mewawancarai nara sumber
tentang pekerjaan (apa, di mana), manfaat bagi
masyarakat, , mengapa memilih jenis pekerjaan,
dsb. Siswa mencatat hal-hal penting dan
menuangkannya ke dalam catatan (tabel, peta
pikiran, dsb)
Tema:
Menjaga Kelestarian
Lingkungan
178
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas IV
KD Matematika:
3.2 Menentukan hubungan antar satuan
waktu, antar satuan panjang, dan
antar satuan berat.
Kegiatan:
Mengukur tinggi dan berat badan dikaitkan
dengan berat badan ideal. Sebelum
mengukur, siswa memperkirakan terlebih
dahulu tinggi dan berat badan mereka.
KD Bahasa Indonesia:
8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik
sederhana dengan memperhatikan penggunaan
ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll.)
Kegiatan:
• Mengamati gambar tubuh manusia dan cara
merawatnya.
• Mengidentifikasi hal-hal penting dlm gambar
• Membaca sejumlah informasi dr buku atau
internet
• Berdiskusi tentang gambar dan hasil membaca
• Menyusun karangan (perhatikan ejaan)
• Mengedit ejaan karangan teman
• Mempresentasikan karya terbaik
KD IPA:
1.1. Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka
tubuh manusia dengan fungsinya
1.2 Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka
tubuh
Kegiatan:
• Siswa mengidentifikasi rangka tubuh manusia melalui pengamatan
• Siswa menggambar berbagai tulang dan rangka penyusun tubuh manusia
• Siswa mencari dan menemukan informasi mengenai upaya menjaga
kesehatan kerangka tubuh
• Siswa menerapkan cara duduk yang benar sebagai salah satu cara
memelihara kesehatan kerangka tubuh
1.3 Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera
dengan fungsinya
1.4 Menerapkan cara memelihara kesehatan panca indera
Kegiatan:
• Siswa mengidentifikasi struktur panca indera dan menjelaskan
fungsinya (melalui pengamatan dan membaca literatur)
• Siswa mencari dan menemukan informasi mengenai upaya menjaga
kesehatan panca indera (dari nara sumber dan referensi)
• Siswa menerapkan cara membaca yang benar untuk menjaga
kesehatan mata
KD IPS:
2.1 Mengenal perkembangan
teknologi produksi,
komunikasi, dan
transportasi serta
pengalaman
menggunakannya
Kegiatan:
• Mengidentifikasi jenis-jenis
teknologi produksi yang
berkenaan dengan kesehatan
tubuh manusia
• Mengidentifikasi berbagai cara
menanggulangi dampak negative
dari perkembangan teknologi
komunikasi.
• Menjelaskan perbedaan alat
transportasi darat, laut dan
udara dari sisi tata cara
penggunaan, kelengkapan
penumpang saat menggendarai,
peraturan dan keamanan.
Tema:
Tubuh Manusia dan
Kesehatan
179 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas V
KD Matematika:
5.4 Menggunakan pecahan
dalam masalah
perbandingan dan skala
Kegiatan:
Mengukur panjang berbagai bagian
tubuh dan membandingkannya.
Misal panjang jengkal, hasta, lengan,
kaki, telapak kaki, tinggi muka, dan
lingkar perut; dan menggambar
tubuhnya sendiri berdasarkan
perbandingan ukuran bagian tubuh
tadi.
KD Bahasa Indonesia:
7.1 Membandingkan isi dua teks yang dibaca
dengan membaca sekilas
Kegiatan:
Membaca sekilas dua teks yang berbeda tentang tubuh
manusia dan kesehatan dengan membaca sekilas
(dibatasi waktunya)
Menuliskan isi bacaan dari kedua teks tersebut
Mendiskusikan dengan teman dengan cara
membandingkan isi kedua teks itu
Mempresentasikan hasil diskusi dengan kelompok lain
dan saling memberi masukan
Menulis laporan isi kedua bacaan tersebut ke dalam
beberapa bentuk (table, diagram, paparan, dan peta
konsep.
Menentukan karya terbaik dan memajangnya
KD IPA:
7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan
kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhinya
7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air
Kegiatan:
• Siswa membuat diagram daur air
• Siswa membuktikan bahwa kegiatan manusia
mempengaruhi kualitas air
• Siswa mengidentifikasi faktor penyebab kelangkaan air
tawar, misalnya karena pencemaran air, menurunnya
curah hujan, dan menurunnya penyerapan air ke dalam
tanah
• Siswa menyadari bahwa air tawar jumlahnya terbatas
• Siswa membuat poster penghematan air
KD IPS:
1.5. Mengenal jenis-jenis
usaha dan kegiatan
ekonomi di Indonesia
Kegiatan:
Mengidentifikasi dan membedakan
jenis-jenis usaha dan kegiatan
ekonomi di masyarakat Indonesia
yang berhubungan dengan
kesehatan
Tema:
Tubuh Manusia dan
Kesehatan
180
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas VI
KD Matematika:
6.3 Menentukan posisi titik
dalam sistem koordinat
Kartesius
7.1 Menyajikan data ke
bentuk tabel, diagram
gambar, batang,
lingkaran
7.4 Menafsirkan hasil
pengolahan data
Kegiatan:
Siswa mengukur berat dan tinggi
badannya dan 9 temannya,
menyajikannya dalam tabel dan
koordinat Kartesius; kemudian
menuliskan tafsirannya.
KD Bahasa Indonesia:
6.1. Berpidato atau presentasi untuk berbagai
keperluan (acara perpisahan, perayaan ulang
tahun, dll.) dengan lafal, intonasi, dan sikap yang
tepat
Kegiatan:
• Menonton video dokter sedang berpresentasi tentang
penanggulangan banjir
• Mencermati bagian penting video tersebut
• Membaca buku/informasi tentang berpresentasi yang baik
dan efektif
• Mengambil kartu tema dan merancang butir yang akan
dipresentasikan dalam program sosialisasi kesehatan tubuh
• Mendiskusikan rancangan presentasi dalam kelompok
• Praktik presentasi dalam kelompok secara bergantian dan
dinilai teman
• Memilih presenter terbaik
• Presenter terbaik melakukan secara kelas.
KD IPA:
6.1 Mengidentifikasi faktor-faktor yang
menentukan pemilihan benda/bahan untuk
tujuan tertentu (karet, logam, kayu,
plastik) dalam kehidupan sehari-hari
Kegiatan:
• Siswa mengidentifikasi pemanfaatan karet, logam,
kayu, dan plastik dalam kehidupan sehari-hari
• Siswa praktik melakukan 3 R (Reuse, Reduce,
Recycle) sebagai upaya mengurangi pencemaran
lingkungan.
• Siswa mengkreasi barang bekas menjadi barang yang
bermanfaat.
KD IPS:
2.2 Mengenal cara-cara
menghadapi bencana alam
Kegiatan:
• Mengidentifikasi berbagai macam
bencana alam di Indonesia
• Mengklasifikasi dampak positif
dan negatif bencana alam bagi
kesehatan
• Menjelaskan cara menanggulangi
berbagai macam bencana alam
Tema:
Tubuh Manusia dan
Kesehatan
181 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
F. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
182
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
183 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
184
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
185 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
186
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
187 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
188
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
MENULIS JURNAL
REFLEKTIF
191
Menulis Jurnal Reflektif
UNIT 6
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
MENULIS JURNAL REFLEKTIF
Waktu: 1 Jam, 10 Menit
A. PENGANTAR
Kemampuan merefleksikan pelaksanaan sebuah kinerja oleh dosen merupakan
keterampilan yang sangat penting untuk
dikembangkan. Dengan berefleksi,--
merenungkan, dan menganalisis apa saja yang
telah dilakukan serta pengaruhnya-- akan dapat menemukan kelebihan dan kelemahan
sebuah kinerja. Selanjutnya hal tersebut akan
berkontribusi pada pembaharuan hal-hal yang
sudah baik, tidak mengulangi kesalahan yang
sama, dan mencari jalan keluar untuk
memecahkan kelemahan yang ditemukan dan
masalah yang dihadapi.
Salah satu sarana yang dapat membantu
melakukan refleksi adalah Jurnal Reflektif.
Jurnal Reflektif merupakan kumpulan catatan perenungan dan analisis tentang proses
kinerja serta rencana tindak lanjut untuk hal-hal yang ditemukan dalam perenungan
tersebut. Pada waktu diminta berefleksi dan menuliskan hasil refleksi, seseorang
cenderung hanya mendeskripsikan apa yang terjadi dan menilai peristiwa-peristiwa
pada kulitnya saja.
Dalam unit ini terdapat latihan berefleksi dan menuliskan hasil refleksi dalam Jurnal
Reflektif. Dengan mempelajari cara berefleksi dan mempraktikkannya selama dan
sesudah beraktivitas, kemampuan berefleksi tentang proses dan hasil belajar diharapkan
dapat meningkat.
B. TUJUAN
Setelah mengikuti sesi ini, para peserta: (1) mampu membedakan jurnal reflektif dan
tidak reflektif, (2) mampu membuat Jurnal Reflektif untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran
Merefleksikan sebuah pengalaman
pembelajaran, dapat berkontribusi pada
pembaharuan hal-hal yang sudah baik, tidak
mengulangi kesalahan yang sama.
192
Menulis Jurnal Reflektif
UNIT 6
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
C. BAHAN DAN ALAT
1. Presentasi Unit 6 (powerpoint)
2. Buku tulis, satu untuk setiap peserta untuk menuliskan jurnal reflektif mereka
3. Jurnal 1dan Jurnal 2: Jurnal yang belum reflektif
4. LK 6.1: Identifikasi Jurnal yang belum Reflektif dan Jurnal Reflektif
5. Lk 6.2: Pembuatan Jurnal Reflektif
6. Bacaan Tambahan (untuk peserta)
7. ATK: kertas plano, spidol
Namun demikian, fasilitator harus tetap siap apabila peralatan yang diharapkan tidak
tersedia. Fasilitator harus menyiapkan presentasi dengan menggunakan OHP atau
dengan menggunakan kertas flipchart.
D. LANGKAH KEGIATAN
I. Pengantar (10 menit)
(1) Peserta duduk berdasarkan kelompok sebanyak 5 kelompok.
(2) Fasilitator menjelaskan latar belakang, tujuan sesi, pertanyaan kunci, dan
langkah-langkah kegiatan. Tujuan dan pertanyaan kunci membimbing peserta
mengevaluasi diri pada akhir sesi untuk mengetahui apakah mereka telah bisa
mencapai tujuan sesi,
Pengantar
Diskusi
Mengkaji contoh teks
jurnal yang belum reflektif
dan memberikan umpan
balik sesuai dengan bagan
jurnal reflektif
Pembahasan • Menulis jurnal reflektif dari
buku jurnal atau pengalaman
praktik mengajar
• Menayangkan hasil kerja
perwakilan kelompok dan
membahas jurnal refleksi yang
dibuat dan merevisinya
Integrasi
Diskusikan integrasi materi ini
dalam perkuliahan, PPLT dan
pelayanan guru dalam jabatan
10’ 15’ 30’
10’
1 2 3
4
Penutup
Periksa ketercapaian tujuan
Ungkap/ tulis hal yang
membingungkan
5’
193
Menulis Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
1
Catatan untuk Fasilitator
Jurnal Mengajar atau Agenda Pembelajaran selama ini lebih bersifat
administratif, yaitu berisi hari/tanggal mengajar, kelas, jam ke .., uraian
kegiatan, ketidakhadiran mahasiswa, dan catatan. Kolom catatan biasanya
lebih sering kosong. Jurnal Mengajar atau Agenda Pembelajaran tersebut
bisa dibuat lebih inspiratif dengan cara menuliskan refleksi dosen pada
kolom catatan. Catatan yang reflektif akan menjadi pembimbing dosen
untuk bisa mengajar lebih baik dan tidak mengulang kesalahan yang sama.
Catatan reflektif tersebut bisa juga dilampirkan pada SAP yang telah lewat
sehingga setiap SAP yang telah digunakan memiliki catatan proses
pelaksanaannya. Hal ini akan sangat berguna sebagai masukan ketika dosen
menyusun dan melaksanakan ulang SAP tersebut. SAP dapat diperbaiki dan
menjadi lebih baik sehingga pelaksanaan proses belajar mengajar lebih
efektif karena dosen telah belajar dari kelebihan dan kekurangan proses
yang telah lewat. Hal ini bisa menjadi sumber gagasan untuk Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) bersama guru .
2. Diskusi (15 menit)
(1) Mengidentifikasi Jurnal yang tidak Reflektif dan Reflektif.
a. Fasilitator membagikan Jurnal 1 dan Jurnal 2 kepada tiap peserta.
Jurnal 1:
19 Juni 2010
Aku memfasilitasi kegiatan Pembelajaran PAKEM sesi 1 dengan peserta 40 orang yang terdiri
atas 5 kelompok dari 4 sekolah mitra. Peserta sangat antusias dan aktif mengikuti sesi. Terbukti
mereka luar biasa aktif mereaksi yel-yel dan menjawab pertanyaan individual maupun keaktipan
mereka dalam kerja kelompok. Tapi aku belum merasa puas pada kegiatan yang saya lakukan
ini. Ada beberapa hal yang mestinya bisa dilaksanakan lebih maksimal, yaitu penataan ruang dan
pengelolaan waktu. Aku kurang bisa bergerak leluasa terutama ketika mendampingi peserta
dalam berdiskusi karena jarak kursi yang terlalu dekat. Akibatnya aku tidak bisa betul-betul
mengetahui mutu pekerjaan peserta. Saya akan memperbaikinya pada saat pertemuan
berikutnya.
194
Menulis Jurnal Reflektif
UNIT 6
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
Jurnal 2:
b. Setelah membaca Jurnal 1 dan Jurnal 2, tiam kelompok mengisi LK 6.1.
LK 6.1 Identifikasi Jurnal tidak Relektif (untuk kelompok)
Bahan
Bacaan
Reflektif
atau
tidak
Alasan Jika belum
reflektif,
Rekomendasi
Perbaikan
Jika Sudah Reflektif, tentukan bagian:
Deskripsi Evaluasi Rencana
ke depan
Jurnal 1
Jurnal 2
Catatan seorang dosen dalam memberikan kuliah:
Hari ini saya pada perkuliahan menerapkan Metode Jigsaw. Ternyata para mahasiswa lumayan
aktif. Tapi, beberapa mahasiswa yang lain kurang sekali partisipasinya dalam diskusi kelompok
ahli.. Kalau diam saja mereka bisa ketinggalan.
Setelah saya dekati ternyata mereka tidak paham bahwa nanti mereka harus
menerangkan/menjelaskan pada kelompok asalnya sendiri-sendiri dan kegiatan ini sudah dinilai.
Begitu mengetahui hal tersebut mereka terkejut lalu ingin mengikuti diskusi dan membaca unit
yang didiskusikan. Jadi mahasiswa yang pasif itu karena tidak menduga harus menerangkan pada
temannya nanti. Kenapa mereka tidak paham perintah saya untuk kegiatan jigsaw? Memang
agak rumit, tapi saya merasa cukup jelas menerangkan alur kerja Jigsaw. Apa karena perintah
yang saya sampaikan secara lisan saja?, Saya mencoba menjelaskan kembali langkah-langkah
pembelajaran dengan model Jigsaw. Ternyata hasilnya sebagaian besar mahasiswa aktif.
Kenapa mereka tidak paham perintah saya untuk langkah-langkah kegiatan model Jigsaw? Apa
karena perintah saya sampaikan secara lisan saja? Memang kemungkinan besar berbeda
penapsiran terhadap penjelasan prosedur pembelajaran Model Jigsaw.
Mungkin saja. Baik!, Pertemuan berikutnya saya buat dalam powerpoint tentang
alur kerja pembelajaran Jigsaw yang bisa saya pakai berulang-ulang kali kalau saya
menerapkan Jigsaw. Akan saya lihat apakah itu bisa membuat tiap mahasiswa aktif
dalam kelompok. Selain itu sepertinya kalau dalam diskusi kelompok mahasiswa
harus diberi beban pribadi. Jadi dalam diskusi kelompok tetap harus ada tugas
pribadi. Itu berarti saya harus tetap merancang tugas individu untuk setiap kegiatan
kelompok.
195
Menulis Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
c. Fasilitator menginstrusikan agar tiap kelompok memberikan hasil kerjanya
ke kelompok lain searah jarum jam.
d. Fasilitator memberikan kesempatan untuk satu kelompok yang dipilih secara
acak untuk membacakan hasil kerjanya dan kelompok lain membandingkan
dengan hasil kerja kelompoknya. Jika ada ketidaksesuaian, kelompok dapat
menyampaikan pendapat kelompoknya.
3. Pembahasan (30 menit)
(1) Praktik menulis refleksi pada Jurnal Reflektif (20 menit)
a. Fasilitator membagikan notebook/buku tulis yang berisikan catatan selama
pelatihan dan praktik mengajar dan meminta peserta menulis jurnal reflektif atas
pengalaman praktik mengajar atau sesi pelatihan yang telah mereka ikuti dengan
menggunakan LK 6.2.
LK 6.2 Jurnal Reflektif
Deskripsi
Evaluasi
Rencana Ke Depan
(2) Sharing Jurnal Reflektif (15 menit)
a. Fasilitator meminta peserta saling bertukar jurnal secara berpasangan (jika ada
peserta yang tidak memiliki pasangan maka ybs bergabung dengan kelompok
lain sehingga jumlah peserta kelompok tersebut menjadi tiga orang).
b. Tiap peserta dengan pasangannya saling tukar Jurnal Reflektif dan memberikan
koreksian atas hasil kerja pasangannya.
c. Fasilitator menayangkan salah satu contoh refleksi yang dibuat satu pasangan
secara acak dan mengkaji tingkat reflektifnya berdasarkan siklus refleksi (untuk
196
Menulis Jurnal Reflektif
UNIT 6
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
penguatan) Sedapat mungkin Jurnal hasil peserta dapat difoto untuk
ditayangkan.
d. Fasilitator meminta peserta untuk memberikan masukan atas tayangan dari
kelompok terpilih tersebut.
e. Fasilitator diminta untuk melakukan perbaikan Jurnal Reflektif masing-masing
berdasarkan hasil penyempurnaan hasil kerja pasangan yang ditayangkan.
4. Integrasi Materi Jurnal Reflektif Di LPTK (10 menit)
Mintalah peserta untuk mendiskusikan integrasi materi jurnal reflektif di perkuliahan,
PPLT dan pelayanan guru dalam jabatan
5. Penutup (5 menit)
Fasilitator menayangkan tujuan dan pertanyaan kunci sesi ini dan meminta peserta
mengevaluasi diri untuk mengukur sejauh manakah mereka telah mencapai tujuan sesi.
197
Menulis Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA
Contoh Refleksi
Berikut ini adalah contoh refleksi dari beberapa dosen/pengajar. Manakah dari beberapa
contoh berikut yang reflektif yang memberikan inspirasi bagi yang menulis untuk berkembang
menjadi dosen yang lebih baik.
Jurnal 1:
(Catatan refleksi seorang dosen PGSD yang menjadi fasilitator pelatihan)
Jurnal 2:
(Catatan refleksi seorang dosen setelah menggunakan pembelajaran kelompok model jigsaw)
19 Juni 2010
Aku memfasilitasi kegiatan Pembelajaran PAKEM sesi 1 dengan peserta 40 orang yang terdiri atas
5 kelompok dari 4 sekolah mitra. Peserta sangat antusias dan aktif mengikuti sesi. Terbukti mereka
luar biasa aktif mereaksi yel-yel dan menjawab pertanyaan individual maupun keaktipan mereka
dalam kerja kelompok. Tapi aku belum merasa puas pada kegiatan yang saya lakukan ini. Ada
beberapa hal yang mestinya bisa dilaksanakan lebih maksimal, yaitu penataan ruang dan
pengelolaan waktu. Aku kurang bisa bergerak leluasa terutama ketika mendampingi peserta dalam
berdiskusi karena jarak kursi yang terlalu dekat. Akibatnya aku tidak bisa betul-betul mengetahui
mutu pekerjaan peserta. Saya akan memperbaikinya pada saat pertemuan berikutnya.
15 Agustus 10
Catatan seorang dosen pada saat perkuliahan.
Hari ini saya pada perkuliahan menerapkan metode Jigsaw. Ternyata para mahasiswa lumayan
aktif. Tapi, beberapa yang lain kurang sekali partisipasinya dalam diskusi kelompok ahli.. Kalau
diam saja mereka bisa ketinggalan. Setelah saya dekati ternyata mereka tidak paham bahwa nanti
mereka harus menerangkan/menjelaskan pada kelompok asalnya sendiri-sendiri dan itu dinilai.
Begitu mengetahui mereka kaget lalu mau ikut berdiskusi dan membaca unit yang didiskusikan.
Jadi yang pasif itu karena tidak mengira akan harus menerangkan pada temannya nanti. Kenapa
mereka tidak paham perintah saya untuk kegiatan Jigsaw? Memang agak rumit, tapi saya merasa
cukup jelas menerangkan alur kerja Jigsaw. Apa karena perintah saya sampaikan secara lisan
saja?, Saya mencoba menjelaskan kembali langkah-langkah pembelajaran dengan model Jigsaw.
Ternyata mahasiswa sebahagian yang aktif.
198
Menulis Jurnal Reflektif
UNIT 6
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
Jurnal 3:
(Catatan refleksi guru yang juga seorang pelatih)
Catatan seorang dosen dalam memberikan kuliah:
Hari ini saya pada perkuliahan menerapkan Metode Jigsaw. Ternyata para mahasiswa lumayan
aktif. Tapi, beberapa mahasiswa yang lain kurang sekali partisipasinya dalam diskusi kelompok
ahli.. Kalau diam saja mereka bisa ketinggalan.
Setelah saya dekati ternyata mereka tidak paham bahwa nanti mereka harus
menerangkan/menjelaskan pada kelompok asalnya sendiri-sendiri dan kegiatan ini sudah dinilai.
Begitu mengetahui hal tersebut mereka terkejut lalu ingin mengikuti diskusi dan membaca unit
yang didiskusikan. Jadi mahasiswa yang pasif itu karena tidak menduga harus menerangkan pada
temannya nanti. Kenapa mereka tidak paham perintah saya untuk kegiatan jigsaw? Memang
agak rumit, tapi saya merasa cukup jelas menerangkan alur kerja Jigsaw. Apa karena perintah
yang saya sampaikan secara lisan saja?, Saya mencoba menjelaskan kembali langkah-langkah
pembelajaran dengan model Jigsaw. Ternyata hasilnya sebagaian besar mahasiswa aktif.
Kenapa mereka tidak paham perintah saya untuk langkah-langkah kegiatan model Jigsaw? Apa
karena perintah saya sampaikan secara lisan saja? Memang kemungkinan besar berbeda
penapsiran terhadap penjelasan prosedur pembelajaran Model Jigsaw.
Mungkin saja. Baik!, Pertemuan berikutnya saya buat dalam powerpoint tentang
alur kerja pembelajaran Jigsaw yang bisa saya pakai berulang-ulang kali kalau saya
menerapkan Jigsaw. Akan saya lihat apakah itu bisa membuat tiap mahasiswa aktif
dalam kelompok. Selain itu sepertinya kalau dalam diskusi kelompok mahasiswa
harus diberi beban pribadi. Jadi dalam diskusi kelompok tetap harus ada tugas
pribadi. Itu berarti saya harus tetap merancang tugas individu untuk setiap kegiatan
kelompok.
199
Menulis Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
Lembar Kerja 6.1
Siklus Refleksi
1. Deskripsi
Deskripsikan apa yang
terjadi / apa yang Anda
lihat / apa yang Anda
alami /apa yang Anda
lakukan
2. Evaluasi
Apa yang baik/tidak baik,
bermanfaat/tidak
bermanfaat dari
peristiwa/pengalaman
tersebut?
3. Rencana ke
depan
Apa yang seharusnya
dilakukan / sebaiknya
dilakukan?
200
Menulis Jurnal Reflektif
UNIT 6
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA
Jurnal Reflektif Mahasiswa
Jurnal Reflektif adalah semacam buku catatan yang digunakan oleh para mahasiswa untuk
menuangkan pendapat/perasaan mereka tentang proses belajar tentang suatu hal (misalnya:
perumpamaan, berat jenis, past tense, dll).
Contoh:
Kebiasaan menulis Jurnal Refleksi oleh mahasiswa (biasa disebut sebagai Jurnal Belajar)
memiliki beberapa manfaat. Pertama, dengan adanya tradisi menulis Jurnal Refleksi mahasiswa
akan terbiasa menuangkan pikiran dan perasaannya secara tertulis. Dengan demikian
kemampuan menulis mahasiswa mendapatkan sarana untuk berkembang secara alami.
Kedua, dengan membaca Jurnal Refleksi mahasiswa, dosen bisa lebih memahami pikiran dan
perasaan mahasiswa tentang proses belajar yang diikutinya. Sebagai pendidik yang baik dosen
perlu lebih banyak memahami mahasiswanya dengan baik dengan cara mengamati dan
mendengarkan mahasiswa, serta membaca perasaan dan proses berpikir mahasiswa seperti
yang tertuang dalam Jurnal Refleksi mahasiswa. Pengetahuan dosen tentang mahasiswa akan
membimbing dosen menghasilkan pembelajaran yang lebih tepat sasaran, cocok dengan
keadaan riil mahasiswa.
Ketiga, dengan menulis jurnal refleksi, mahasiswa belajar mengevaluasi proses belajar yang
sedang dia alami. Jurnal Refleksi membantu mahasiswa mengidentifikasi apa yang sudah dia
ketahui/pahami, apa yang belum dan seharusnya masih perlu dia ketahui serta merencanakan
langkah-langkah untuk mendapatkan apa yang seharusnya dia ketahui.
Ketika merasa bingung, misalnya, mahasiswa tidak sekedar larut dalam kebingungannya tapi
juga mencoba mencari sebab mengapa dia bingung dan jalan keluar apa yang bisa dia usahakan atau pertolongan apa yang dia butuhkan dan kemana atau kepada siapa dia bisa
meminta tolong. Ketika membaca refleksi mahasiswa ini dosen bisa memberikan bantuan
yang tepat.
Minggu ini saya belajar tentang teks deskripsi. Sulit. Saya tidak betul-betul ngerti bagaimana sih
menulis teks deskripsi. Saya tahu kata bu guru pokoknya nulis ciri-ciri binatang. Warnanya,
besarnya, berapa kakinya, dll. Tapi dapat kata-katanya dari mana. Dosen sudah menerangkan
tapi saya tetep ndak ngerti karena Bu Diah bicara terlalu banyak bhs. Inggrisnya dan cepaaaat
sekali. Yang diterangkan banyak lagi. Bingung ah. Saya akan minta Bu Diah menerangkan lagi
dalam bahasa Indonesia. Saya juga akan minta contoh. Dapat kata-katanya itu dari mana.
201
Menulis Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
Kapankah mahasiswa menulis Jurnal Refleksi? Apakah setiap saat selesai pembelajaran setiap
mata kuliah? Ataukah setiap minggu untuk setiap mata kulaih? Hal ini bisa dibicarakan dalam
rapat dosen. Sebagai langkah awal, dosen bisa mencoba untuk meminta mahasiswa menulis
Jurnal Refleksi seminggu sekali. Mahasiswa tidak perlu menulis untuk setiap mata kuliah
kecuali kalau dosen dan semua mahasiswa menyetujui. Namun, sebaiknya Jurnal Refleksi
tidak menjadi sesuatu yang membebani. Dosen dapat membaca Jurnal Refleksi dan
memberikan tanggapan terhadap isinya, dan kalau perlu menyampaikan permasalahan
pembelajaran mahasiswa pada dosen. Tanggapan dilandasi niat untuk memotivasi, membantu
mencari jalan keluar, dan memberikan layanan pendidikan terbaik.
Apakah Jurnal Reflektif diberi nilai?
Apresiasi atau penghargaan yang paling tepat atas Jurnal Refleksi mahasiswa adalah dalam
bentuk tanggapan-tanggapan tulus dosen yang ditulis di Jurnal Refleksi mahasiswa, misalnya
dalam bentuk pujian, motivasi, dorongan untuk lebih giat atau tindak lanjut nyata yang bisa
membantu mahasiswa mendapatkan jalan keluar atas masalah yang dia tuliskan, dan lain-lain.
Pertanyaan Refleksi apa yang bisa diberikan?
Para dosen bisa merancang sendiri pertanyaan-pertanyaan yang bisa mendorong siswa untuk
merenungkan proses belajar mereka. Pertanyaan bisa diubah-ubah sesuai dengan kondisi dan
situasi setempat. Berikut ini hanyalah beberapa contoh yang bisa dikembangkan lebih lanjut.
1. Bagaimana pendapatmu atau perasaanmu tentang proses belajar hari ini (atau, seminggu)
ini?
2. Apa saja yang telah kamu pahami? Apa yang telah bisa kamu lakukan dengan baik?
3. Seandainya kamu diminta melakukan lagi, kira-kira bagaimana kamu akan melakukannya?
(pertanyaan diberikan setelah mahasiswa melakukan suatu kinerja tertentu)
4. Hal apa yang masih membingungkan? Kira-kira mengapa kamu masih bingung?
5. Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi kebingungan itu? Bantuan apa yang kamu
perlukan?
202
Menulis Jurnal Reflektif
UNIT 6
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
F. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
203
Menulis Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
204
Menulis Jurnal Reflektif
UNIT 6
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
205
Menulis Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
206
Menulis Jurnal Reflektif
UNIT 6
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
207
Menulis Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
208
Menulis Jurnal Reflektif
UNIT 6
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
1
Rencana Tindak Lanjut UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 7
RENCANA TINDAK LANJUT
PAKEM
210
Rencana Tindak Lanjut UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
211
Rencana Tindak Lanjut UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 7
RENCANA TINDAK LANJUT PAKEM Waktu: 1 Jam
A. PENGANTAR
Keberhasilan suatu pelatihan dosen pada
hakikatnya ditunjukkan dengan sejauhmana dam-
pak pelatihan tersebut terhadap suasana
pembelajaran di ruang kuliah. Setinggi apa pun
hasil evaluasi peserta dalam suatu pelatihan (bila
ada) akan kurang bermakna bila tidak
menimbulkan perubahan di ruang kuliah. Oleh
karena itu, penerapan hasil pelatihan oleh dosen
dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari perlu
dijamin baik oleh dosen itu sendiri maupun oleh
Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan. Salah
satu upaya untuk menjamin penerapan tersebut
adalah RENCANA TINDAK LANJUT dari dosen yang bersangkutan dan Lembaga
Pendidik Tenaga Kependidikan secara keseluruhan.
Rencana tindak lanjut merupakan awal ‘komitmen’ dosen dan LPTK dalam menerapkan
apa yang diperoleh dalam pelatihan. Rencana tersebut perlu ditulis sehingga memudahkan
yang bersangkutan maupun pihak lain untuk melaksanakannya dan memantau
ketercapaiannya.
Rencana perlu dibuat praktis, dalam jangkauan kemampuan si pembuatnya dan daya
dukung LPTK. Jumlah kegiatan lebih baik sedikit tetapi dilaksanakan daripada banyak
tetapi tidak dilaksanakan. Rencana yang terlalu ‘muluk’ hanya akan tinggal sebagai rencana,
tidak menimbulkan perubahan di LPTK. Akibatnya, pelatihan yang telah dilaksanakan
hanya akan merupakan suatu ‘pemborosan’ dana, tenaga, dan waktu.
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu membuat Rencana Tindak Lanjut yang
dapat diterapkan dalam rangka menerapkan pembelajaran aktif ketika memberikan
perkuliahan.
Rencana tindak lanjut merupakan
salah satu upaya menjamin
diterapkannya hasil pelatihan.
212
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
C. ALAT DAN BAHAN
1. Video PAKEM di Perguruan Tinggi
2. Lembar Kerja 7.1: Indentifikasi PAKEM di Perguruan Tinggi
3. Lembar 7.2: Rencana Tindak Lanjut-Individu
4. Hand Out 7.1: Daftar Kegiatan Rencana Tindak Lanjut
5. ATK: kertas plano, spidol, pulpen, kertas catatan, penempel kertas, lem, dan gunting
D. LANGKAH KEGIATAN
1. Pengantar (5 menit)
a. Peserta diminta untuk duduk berkelompok sebanyak 5 kelompok dengan nama
kelompok PAKEM (Pembelajaran, Aktik, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
b. Fasilitator menyampaikan tujuan dari unit ini yakni tindak lanjut dari pelatihan.
Peserta diharapkan untuk menyusun kegiatan yang akan dilakukan pada 3 bulan
ke depan.
Pengantar
Berbagi
Pengalaman
(Tayangan
Video) dan
Identifikasi
PAKEM di
Perguruan
Tinggi
Menyusun RTL
Individu:
Penayangan RTL
Perwakilan
Kelompok secara
Lisan atau dengan
menggunakan
Tayangan
5’ 20’ 15’
15’
1 2 3
4
Penguatan
5’
5
213
Rencana Tindak Lanjut UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
2. Berbagi Pengalaman (20 menit)
a. Fasilitator meminta peserta untuk mengungkapkan pengetahuan atau
kemampuan apa saja yang telah diperoleh setelah mengalami pelatihan ini dan
meminta peserta untuk mengamati Video tentang PAKEM di Perguruan Tinggi
dengan mengidentifikasi PAKEM di Perguruan Tinggi (Gunakan LK 7.1: Identifikasi
PAKEM di Perguruan Tinggi (Individu)). Peserta diminta membubuhkan tanda
centang (v) pada kolom “ya” atau “tidak” berdasarkan pengamatan dari tayangan
video.
LK 7.1
Identifikasi PAKEM di Perguruan Tinggi
Kegiatan Dosen Kegiatan Belajar Mengajar
Muncul dalam
Video
Ya Tidak
1. Dosen merancang dan mengelola KBM
yang mendorong mahasiswa untuk
berperan dan berpikir aktif dalam
pembelajaran.
Dosen melaksanakan berbagai KBM seperti:
• Percobaan
• Diskusi kelompok
• Memecahkan masalah
• Mencari informasi
• Menulis laporan/cerita/puisi
• Berkunjung keluar kelas
• Bermain peran
• Lainnya: sebutkan …………………..
2. Dosen menggunakan alat bantu dan
sumber belajar yang beragam.
Dosen sesuai dengan mata pelajaran dapat
menggunakan:
• Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
• Gambar
• Studi kasus
• Narasumber
• Lingkungan
• Lainnya: sebutkan ……………………..
3. Dosen memberi kesempatan kepada
mahasiswa untuk mengembangkan
keterampilan.
Dosen dan dan mahasiswa:
• Melakukan percobaan, pengamatan, atau
wawancara
• Mengumpulkan data/jawaban dan
mengolahnya sendiri
• Menarik kesimpulan
• Memecahkan masalah atau mencari rumus
sendiri
• Menulis laporan/hasil karya lain dengan
kata-kata sendiri
• Lainnya: sebutkan …………………….
214
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Kegiatan Dosen Kegiatan Belajar Mengajar
Muncul dalam
Video
Ya Tidak
4. Dosen memberi kesempatan kepada
mahasiswa untuk mengungkapkan
gagasannya sendiri secara lisan atau
tulisan.
Melalui:
• Diskusi
• Lebih banyak pertanyaan terbuka
• Hasil karya yang merupakan pemikiran
anak sendiri
• Lainnya: sebutkan …………………
5. Dosen menyesuaikan bahan dan
kegiatan belajar dengan kemampuan
mahasiswa.
• Mahasiswa dikelompokkan sesuai dengan
kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
• Bahan pelajaran disesuaikan dengan
kemampuan kelompok tersebut
• Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
• Lainnya: sebutkan ……………………
6. Dosen mengaitkan KBM dengan
pengalaman mahasiswa sehari-
hari.
• Mahasiswa menceritakan atau
memanfaatkan pengalamannya sendiri
• Mahasiswa menerapkan hal yang dipelajari
dalam kegiatan sehari-hari
• Lainnya: sebutkan ……………………….
7. Dosen menilai KBM dan kemajuan
belajar mahasiswa secara terus menerus.
• Dosen memantau kerja mahasiswa
• Dosen memberikan umpan balik
Lainnya: sebutkan ……………………..
215
Rencana Tindak Lanjut UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
b. Fasilitator meminta peserta untuk memberikan kepada teman disebelah kiri. Tiap peserta memberikan koreksian pada hasil kerja yang diterimanya. Selanjutnya
tiap peserta mengembalikan hasil kerja teman yang telah dikoreksinya.
3. Menyusun Rencana Tindak Lanjut (Individu): 15 menit
a. Fasilitator membagikan Handout 7.1 kepada tiap peserta.
b. Fasilitator mengajak peserta untuk menyusun rencana tindak lanjut dalam
rangka mengimplementasikan pembelajaran aktif dalam perkuliahan berdasarkan
pengalaman peserta selama mengikuti pelatihan dan berpedoman pada handout
7.1 dan menuangkannya pada LK 7.2.
4. Penayangan (15 menit)
a. Fasilitator memilih satu hasil kerja individu, dan menayangkannya (jika
memungkinkan terlebih dahulu difoto lalu ditayangkan menggunakan in-focus). Jika
tidak memungkinkan, penayangan dilakukan dengan membacakan RTL nya.
b. Fasilitator meminta memberikan masukan atas RTL yang ditayangkan dan
melakukan penyempurnaan.
c. Fasilitator menghimbau agar tiap peserta melakukan penyempurnaan RTL
masing-masing.
5. Penguatan (5 menit)
Catatan: Setelah pelatihan PAKEM akan ada RTL yang menjadi rencana kegiatan
sebagai tindak lanjut dari pelatihan yang dilakukan
Fasilitator memberi penguatan hal-hal berikut:
Setiap individu bertanggung jawab terhadap keberlangsungan RTL yang telah disusun
Pelatihan tidak akan ada manfaatnya apabila tidak ditindaklanjuti dalam
pembelajaran masing-masing di kelas
Terapkanlah di dalam pembelajaran apa yang telah diperoleh dari pelatihan
Mulailah dari APA YANG SAUDARA MAMPU, bukan dari APA YANG
SAUDARA INGINKAN.
216
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA:
KOMPONEN PAKEM DI PERGURUAN TINGGI
1. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi masalah sehingga pada
dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Keterampilan pemecahan
masalah memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk
menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah.
Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan
imajinasi yang keduanya ada pada diri peserta didik sejak lahir. Oleh karena itu,
tugas dosen adalah mengembangkannya, antara lain dengan sesering mungkin
memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang
dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai
dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban yang
betul hanya satu). Dosen merancang dan mengelola perkuliahan yang mendorong
siswa untuk berperan dan berpikir aktif dalam pembelajaran. Dosen melaksanakan
berbagai kegiatan perkuliahan seperti: percobaan, diskusi kelompok, memecahkan
masalah, mencari informasi, menulis laporan/cerita/puisi, berkunjung keluar kelas,
dan bermain peran.
2. Mengembangkan ruang perkuliahan sebagai lingkungan belajar yang menyenangkan
Ruang kelas yang menyenangkan merupakan unsur tak terpisahkan dari PAKEM.
Dalam kelas yang menerapkan PAKEM, mahasiswa banyak belajar melalui bekerja
dan berbuat sehingga banyak menghasilkan produk. Hasil pekerjaan mahasiswa
tersebut sebaiknya digunakan dalam proses pembelajaran. Selain itu, hasil
pekerjaan yang dikelola ini bisa memotivasi mahasiswa untuk bekerja lebih baik
dan menimbulkan inspirasi bagi mahasiswa lain. Pengelolaan karya mahasiswa ini
dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat
berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya.
Dosen perlu memastikan bahwa setiap mahasiswa mempunyai karya yang dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dilengkapai dengan
pengelolaan karaya mahasiswa yang dilakukan dengan baik dapat membantu dosen
dan mahasiswa lainnya dalam dalam proses pembelajaran atau perkuliahan karena
dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah dalam perkuliahan.
3. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
217
Rencana Tindak Lanjut UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar mahasiswa. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar,
tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai
sumber belajar sering membuat mahasiswa merasa senang dalam belajar. Belajar
dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar ruang perkuliahan.
Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang perkuliahan untuk menghemat biaya
dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan
seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan,
berhipotesis (membuat dugaan), mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan
membuat gambar/diagram.
4. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan
belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian
umpan balik dari dosen kepada mahasiswa merupakan salah satu bentuk interaksi
antara dosen dan mahasiswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan
daripada kelemahan mahasiswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun
harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa lebih percaya diri dalam
menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Dosen harus konsisten memeriksa
hasil pekerjaan mahasiswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan dosen
yang berkaitan dengan pekerjaan mahasiswa lebih bermakna bagi pengembangan
diri mahasiswa daripada hanya sekedar angka (nilai). Dosen diharapakan dapat
mengaitkan proses atau hasil pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari dengan
cara melatih mahasiswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri
dan mahasiswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari.
5. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak dosen yang sudah merasa puas bila menyaksikan para mahasiswa
kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur
berkelompok serta mahasiswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut
bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan
daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan
mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut. Banyak
mahasiswa merasa takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi
jika salah. Oleh karena itu, dosen hendaknya menciptakan suasana ruang
perkuliahan dosen tidak marah kepada mahasiswa dan mahasiswa tidak
menertawakan mahasiswa lain jika mereka memberi jawaban yang tidak benar.
Mahasiswa harus didorong untuk mencoba, dan berbuat kesalahan adalah bagian
penting dari belajar. Dosen juga tidak menyepelekan mahasiswa. Pada dasarnya
dosen harus berusaha menghilangkan penyebab rasa takut, baik yang datang dari
dosen itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat
bertentangan dengan prinsip PAKEM.
218
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Lembar Kerja 7.1
Identifikasi PAKEM di Perguruan Tinggi
Kegiatan Dosen Kegiatan Belajar Mengajar
Muncul dalam
Pembelajaran
Ya Tidak
1. Dosen merancang dan mengelola KBM
yang mendorong mahasiswa untuk
berperan dan berpikir aktif dalam
pembelajaran.
Dosen melaksanakan berbagai KBM seperti:
• Percobaan
• Diskusi kelompok
• Memecahkan masalah
• Mencari informasi
• Menulis laporan/cerita/puisi
• Berkunjung keluar kelas
• Bermain peran
• Lainnya: sebutkan ………………..
2. Dosen menggunakan alat bantu dan
sumber belajar yang beragam.
Dosen sesuai dengan mata pelajaran dapat
menggunakan:
• Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
• Gambar
• Studi kasus
• Narasumber
• Lingkungan
• Lainnya, sebutkan: ……………………
3. Dosen memberi kesempatan kepada
mahasiswa untuk mengembangkan
keterampilan.
Dosen dan dan mahasiswa:
• Melakukan percobaan, pengamatan, atau
wawancara
• Mengumpulkan data/jawaban dan
mengolahnya sendiri
• Menarik kesimpulan
• Memecahkan masalah atau mencari rumus
sendiri
• Menulis laporan/hasil karya lain dengan
kata-kata sendiri
• Lainnya, sebutkan: …………………….
4. Dosen memberi kesempatan kepada
mahasiswa untuk mengungkapkan
gagasannya sendiri secara lisan atau
tulisan.
Melalui:
• Diskusi
• Lebih banyak pertanyaan terbuka
• Hasil karya yang merupakan pemikiran
anak sendiri
• Lainnya, sebutkan: ……………………
219
Rencana Tindak Lanjut UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
5. Dosen menyesuaikan bahan dan
kegiatan belajar dengan kemampuan
mahasiswa.
• Mahasiswa dikelompokkan sesuai dengan
kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
• Bahan pelajaran disesuaikan dengan
kemampuan kelompok tersebut
• Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
• Lainnya, sebutkan: …………………
6. Dosen mengaitkan KBM dengan
pengalaman mahasiswa sehari-
hari.
• Mahasiswa menceritakan atau
memanfaatkan pengalamannya sendiri
• Mahasiswa menerapkan hal yang dipelajari
dalam kegiatan sehari-hari
• Lainnya, sebutkan: …………………….
7. Dosen menilai KBM dan kemajuan
belajar mahasiswa secara terus menerus.
• Dosen memantau kerja mahasiswa
• Dosen memberikan umpan balik
Lainnya, sebutkan ……………………
20 220
220
Rencana Tindak Lanjut UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Lembar Kerja 7.2
Rencana Tindak Lanjut – PAKEM
Nama:………………………… Program Studi:………………………..
No Kegiatan Bulan: …………………… Bulan: …………………… Bulan: ……………………
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
UNIT 7
221
Rencana Tindak Lanjut UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Handout 7.1
Daftar Kegiatan Rencana Tindak Lanjut
1. Membuat Perencanaan Perkuliahan yang bernuansa PAKEM
2. Membuat alat bantu dan sumber belajar yang beragam dengan memanfaatkan
lingkungan
3. Menggunakan metode pembelajaran yang variatif yang memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir
4. Menciptakan lingkungan Perkuliahan yang efektif
5. Memanfaatkan ICT dalam pembelajaran
6. Mengatur tempat duduk dan pengelompokkan siswa untuk menciptakan
pembelajaran yang aktif yang berpusat pada mahasiswa (student center)
7. Menyiapkan tugas atau penilaian pembelajaran mahasiswa yang otentik (authentic
assesment) dan berbasis tugas (task based approach)
222
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
F. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
223
Rencana Tindak Lanjut UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
224
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
225
Rencana Tindak Lanjut UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
226
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
227
Rencana Tindak Lanjut UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
228
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 7
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK