bahan referat trom and hati kronik 2

Upload: al-tamira

Post on 29-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Bab 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Penelitian

    Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat,

    tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu

    yang sangat lama, dan baru terdeteksi ketika fibrosis telah sampai pada

    keadaan irreversibel.1

    Fibrosis hati adalah terbentuknya jaringan ikat yang terjadi sebagai

    respon terhadap cedera hati, diawali oleh cedera hati kronis yang dapat

    disebabkan oleh infeksi virus, ketergantungan alkohol, nonalkoholik

    steatohepatitis dan penyebab lainnya. Bila fibrosis berjalan secara

    progresif, dapat menyebabkan sirosis hati.

    2,3.4,5.

    Fibrosis disebabkan oleh penumpukan protein matriks ekstraseluler

    (MES) yang berlebihan. Penumpukan protein matriks ekstraseluler yang

    berlebihan akan menyebabkan gangguan arsitektur hati, terbentuk jaringan

    ikat yang diikuti regenerasi sel hepatosit.

    6,7.

    Penentuan derajat fibrosis mempunyai peranan penting dalam

    hepatologi karena pada umumnya penyakit hati kronis berkembang menjadi

    fibrosis dan dapat berakhir menjadi sirosis. Penentuan derajad fibrosis

    sangat diperlukan untuk memberikan pengobatan dini dan benar, penting

    untuk prognosis, juga penentuan derajat fibrosis hati dapat mengungkapkan

    riwayat alamiah penyakit dan faktor faktor resiko yang berkaitan dengan

    Universitas Sumatera Utara

  • progresifitas penyakit untuk dijadikan panduan variasi terapi antifibrotik.

    Fibrosis hepar merupakan tanda histopatologis utama pada individu

    dengan penyakit hati kronis dan sirosis hepatis. Derajad fibrosis ditentukan

    berdasarkan hasil biopsi hepar yang menjadi gold standart terhadap

    penilaian dan penegakkan diagnosis penyakit hati kronis

    8,9,10,11.

    9,12, pemeriksaan

    invasiv ini memiliki beberapa keterbatasan seperti potensi komplikasi

    sesudah dilakukan tindakan (mortalitas, komplikasi perdarahan ), ketidak

    nyamanan pasien, rasa nyeri, biaya, selain juga adanya variasi inter

    observer dan intra observer dalam melakukan interpretasi hasil biopsi dan

    kesalahan dalam pengambilan sampel biopsi. Sehingga walaupun menjadi

    baku emas, banyak pasien yang keberatan untuk dilakukan pemeriksaan

    biopsi, apalagi pemeriksaan biopsi berulang, sehingga menyulitkan monitor

    efek terapi dan monitor perkembangan penyakit.10,13.

    Berdasarkan hal diatas, beberapa tahun terakhir berkembang

    penelitian-penelitian non invasiv yang dapat menggambarkan fibrosis hati.

    FibroScan adalah metode noninvasiv dengan tehnik Transient

    Elastography (FibroScan, Echosens, Franc) menggunakan gelombang

    suara untuk mengukur kekakuan hati yang dinyatakan dalam kilopascal

    (kPa). FibroScan mudah digunakan, tidak membutuhkan anestesi dan

    rawat inap, tidak nyeri, dan hasilnya cepat diperoleh; tetapi tehnik ini masih

    relatif mahal dan tidak tersedia luas.14,15,16,17.

    Universitas Sumatera Utara

  • Alternatif noninvasiv lain yang digunakan untuk menentukan derajat

    fibrosis hati adalah pemeriksaan biomarker dengan beberapa parameter

    yang berbeda,18,19 salah satunya adalah petanda tidak langsung (indirect

    marker) yakni indeks rasio Aspartat aminotransferase dan platelet

    (Aspartat- to- Platelet Ratio Index APRI), yang selanjutnya disebut skor

    APRI.

    Skor APRI diperoleh dari penghitungan dua parameter pemeriksaan

    laboratorium yakni nilai Aspartat aminotransferase (AST) dan jumlah

    trombosit, yang pemeriksaannya rutin dilakukan pada semua pasien, dapat

    dilakukan di laboratorium di daerah , dengan biaya yang relatif murah.

    20.21.

    Pada penyakit hati kronik terjadi kerusakan sel, sel yang mengalami

    cedera, akan diikuti dengan pengeluaran enzim aminotransferase memasuki

    aliran darah yang dalam keadaan normal berada di intrasel. AST akan

    dibebaskan dalam jumlah yang lebih besar pada gangguan hati kronis yang

    disertai kerusakan progresif. Hal ini terjadi karena pada gangguan yang

    kronis, proses kerusakan dan kehancuran sel hati yang pada awalnya akan

    meningkatkan kadar Alanin aminotransferase (ALT) serum, namun

    kemudian AST akan dilepaskan ke dalam sirkulasi dengan konsentrasi

    yang lebih tinggi dari ALT oleh karena banyaknya sel hati yang hancur,

    dimana 80 % konsentrasi AST hepatosit berada di dalam

    mitokondria.

    20.

    Kerusakan hati akan mempengaruhi pembentukan trombopoeitin,

    suatu hormon glikoprotein yang dihasilkan oleh hepatosit, sedikit pada ginjal,

    22,23,24,25.

    Universitas Sumatera Utara

  • limpa, paru, sum-sum tulang dan otak, bekerja sebagai pengatur utama

    produksi trombosit dengan cara menstimulasi megakariopoesis dan

    maturasi trombosit sehingga akan menyebabkan terganggunya

    keseimbangan antara destruksi dan produksi trombosit yang

    mengakibatkan trombositopenia, 26,27,28,29 disamping juga penurunan jumlah

    trombosit akibat splenomegali dan penekanan sum-sum tulang oleh karena

    infeksi virus Hepatitis C.

    Wai CT dkk memformulasikan indeks rasio aspartat aminotransferase

    dengan platelet APRI - dengan persamaan.

    30,31,32

    20.

    Dalam penelitian yang dilakukan di Michigan Medical School , tahun 2003,

    Wai CT mendapatkan bahwa nilai skor APRI memiliki tingkat akurasi yang

    tinggi sebagai prediktor fibrosis dan sirosis pada penderita hepatitis C

    McGoogan KE dkk dalam penelitian terhadap penderita pediatrik dengan

    infeksi kronik hepatitis virus mendapatkan ROC APRI 0,71 pada fibrosis

    dan 0,52 untuk sirosis pada hepatitis C virus (HCV)

    20.

    33.

    Mahassadi AK dkk menyimpulkan bahwa skor APRI dapat dipakai untuk

    memprediksi sirosis hati pada orang Afrika berkulit hitam penderita Hepatitis

    B virus

    .

    34.

    = Aspartat aminotransferase (AST) (U/L) / batas atas normal x 100

    jumlah platelet(109/L).

    Universitas Sumatera Utara

  • Demikian juga penelitian Castera dkk sehubungan dengan elastograf

    transient, tidak menemukan perbedaan signifikan secara statistik antara

    fibroScan dan skor APRI pada METAVIR F2 F4 Fibrosis (AUC: 0,83 dan

    0,78).

    Dengan dasar teori diatas, peneliti ingin mengetahui sejauh mana

    skor APRI yang relatif murah dan pemeriksaannya dapat dilakukan hampir

    diseluruh laboratorium di daerah, bermanfaat untuk menilai derajat fibrosis

    hati pada penyakit hati kronik, dengan membandingkan dengan FibroScan

    yang masih relativ mahal dan hanya tersedia pada sentra pelayanan

    tertentu.

    35

    1.2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa

    permasalahan sebagai berikut :

    Apakah terdapat korelasi antara skor APRI dengan FibroScan

    dalam menilai derajat fibrosis hati pada penyakit hati kronik.

    1.3. Hipotesa Penelitian

    Terdapat korelasi antara skor APRI dengan FibroScan dalam

    menilai derajat fibrosis hati pada penyakit hati kronik.

    Universitas Sumatera Utara

  • 1.4. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk :

    Mengetahui korelasi antara skor APRI dengan FibroScan untuk

    penilaian derajat fibrosis hati pada penyakit hati kronik.

    1.5. Manfaat penelitian

    Dengan mengetahui skor APRI yang merupakan metode

    noninvasiv yang sederhana, murah, dan tersedia luas , dapat

    ditentukan derajat fibrosis hati sehingga diharapkan bermanfaat

    dalam menyusun strategi dan tatalaksana penyakit hati kronis,

    serta dapat mengurangi komplikasi yang mungkin terjadi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 1.6. Kerangka konsep

    Penderita Penyakit hati

    Kronik Fibrosis Hati

    Skor APRI

    FibroScan

    Korelasi

    splenomegali, penekanan sum-sum tulang

    Trombositopenia

    Kerusakan hepatosit

    Kadar AST serum

    Trombopoeitin

    Universitas Sumatera Utara