bahan pertemuan 11

3
 Persistensi laba merupakan revisi laba yang diharapkan dimasa yang akan datang. Yang diimplikasikan melalui laba tahun berjalan. Laba merupakan salah satu tujuan perusahaan selain untuk dapat bertahan hidup (going concern). Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba dimasa depan (Djamaluddin, 2008: 55). Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang  berguna untuk pe ngambil an keput usan. Unt uk memfasili tasi tuj uan ter sebut, St andar Aku ntansi Keuangan (SAK) menetapkan suatu kriteria yang harus dimiliki informasi akuntansi agar dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Kriteria utama adalah relevan dan reliabel (Kusuma, 2006 : 5). Informasi akuntansi dikatakan relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan dengan menguatkan atau mengubah pengharapan para pengambil keputusan, dan informasi tersebut dikatakan reliabel apabila dapat dipercaya dan menyebabkan pemakai informasi bergantung pada informasi tersebut. Laba yang dilaporkan juga menjadi dasar dalam penetapan pajak. Sering kali terjadi perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Perbedaan ini disebabkan perbedaan tujuan masing- masing dalam pelaporan laba. Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba. Logika yang mendasarinya adalah adanya sedikit kebebasan akuntansi yang diperbolehkan dalam pengukuran laba fiskal. Menurut Djamaluddin (2008: 56) perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) dapat memberikan informasi tentang management discretion akrual. Persistensi laba akuntansi adalah revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan di masa depan (expected future earnings) yang diimplikasi oleh laba akuntansi tahun berjalan (Djamaluddin, 2008: 55). Besarnya revisi ini menunjukkan tingkat persistensi laba. Persistensi laba merupakan salah satu komponen nilai peridiktif laba, oleh karena persistensi laba merupakan unsur relevansi, maka beberapa informasi dalam book-tax differences yang dapat mempengaruhi persistensi laba, dapat membantu investor dalam menentukan kualitas laba dan nilai perusahaan. Namun masih banyak pendapat yang mendukung dan menentang pernyataan mengenai apakah book-tax differences dapat mencerminkan informasi tentang persistensi laba. Informasi yang terkandung dalam laba (earnings) memiliki peran penting dalam menilai kinerja  perusa haan. Laba y ang berk ualitas a dalah lab a yang dap at menc erminka n kelanjut an laba (sustainable earnings) di masa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual dan kas dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Melihat betapa penting peran laba bagi investor maupun pihak lain sebagai pengguna laporan keuangan, tidak mengherankan  pihak manajemen perus ahaan me lakukan manajeme n laba demi menari k invest or. Berb agai  peneli tian meng gunakan b ermacam-macam pende katan (pr oksi) u ntuk me nilai kua litas la ba atau mendeteksi manajemen laba. Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosures) Di Indonesia peraturan yang mengatur tentang pengungkapan adalah keputusan Bapepam No. Kep-38/PM/1996. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosures) dan  pengung kapan su karela ( voluntar y discl osures ). Pengertian Pengungkapan Sukarela menurut Meek dkk. (1995) adalah sebagai berikut : Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajeman perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lain yang relevan untuk pembuatan keputusan para pemakai

Upload: farid-nurhidayat-moeslim

Post on 18-Jul-2015

121 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: bahan pertemuan 11

5/15/2018 bahan pertemuan 11 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-pertemuan-11 1/3

Persistensi laba merupakan revisi laba yang diharapkan dimasa yang akan datang. Yang

diimplikasikan melalui laba tahun berjalan.

Laba merupakan salah satu tujuan perusahaan selain untuk dapat bertahan hidup (going concern).Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba dimasa depan

(Djamaluddin, 2008: 55). Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang

 berguna untuk pengambilan keputusan. Untuk memfasilitasi tujuan tersebut, Standar AkuntansiKeuangan (SAK) menetapkan suatu kriteria yang harus dimiliki informasi akuntansi agar dapat

digunakan dalam pengambilan keputusan. Kriteria utama adalah relevan dan reliabel (Kusuma,

2006 : 5). Informasi akuntansi dikatakan relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan denganmenguatkan atau mengubah pengharapan para pengambil keputusan, dan informasi tersebut

dikatakan reliabel apabila dapat dipercaya dan menyebabkan pemakai informasi bergantung pada

informasi tersebut.

Laba yang dilaporkan juga menjadi dasar dalam penetapan pajak. Sering kali terjadi perbedaanantara laba akuntansi dengan laba fiskal. Perbedaan ini disebabkan perbedaan tujuan masing-

masing dalam pelaporan laba. Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax

differences) dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba. Logika yang mendasarinya

adalah adanya sedikit kebebasan akuntansi yang diperbolehkan dalam pengukuran laba fiskal.Menurut Djamaluddin (2008: 56) perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax

differences) dapat memberikan informasi tentang management discretion akrual. Persistensi labaakuntansi adalah revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan di masa depan (expected future

earnings) yang diimplikasi oleh laba akuntansi tahun berjalan (Djamaluddin, 2008: 55). Besarnya

revisi ini menunjukkan tingkat persistensi laba. Persistensi laba merupakan salah satu komponennilai peridiktif laba, oleh karena persistensi laba merupakan unsur relevansi, maka beberapa

informasi dalam book-tax differences yang dapat mempengaruhi persistensi laba, dapat membantu

investor dalam menentukan kualitas laba dan nilai perusahaan. Namun masih banyak pendapat

yang mendukung dan menentang pernyataan mengenai apakah book-tax differences dapatmencerminkan informasi tentang persistensi laba.

Informasi yang terkandung dalam laba (earnings) memiliki peran penting dalam menilai kinerja perusahaan. Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba(sustainable earnings) di masa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual dan kas dan dapat

mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Melihat betapa penting peran

laba bagi investor maupun pihak lain sebagai pengguna laporan keuangan, tidak mengherankan pihak manajemen perusahaan melakukan manajemen laba demi menarik investor. Berbagai

 penelitian menggunakan bermacam-macam pendekatan (proksi) untuk menilai kualitas laba atau

mendeteksi

manajemen laba.

Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosures)

Di Indonesia peraturan yang mengatur tentang pengungkapan adalah keputusan Bapepam No.

Kep-38/PM/1996. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosures) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosures).

Pengertian Pengungkapan Sukarela menurut Meek dkk. (1995) adalah sebagai berikut :

Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajeman perusahaan untuk memberikaninformasi akuntansi dan informasi lain yang relevan untuk pembuatan keputusan para pemakai

Page 2: bahan pertemuan 11

5/15/2018 bahan pertemuan 11 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-pertemuan-11 2/3

laporan tahunan. Karena perusahaan memiliki keleluasan dalam melakukan pengungkapan

sukarela dalam laporan tahunan sehingga menimbulkan adanya keragaman atau variasi luas

 pengungkapan sukarela antar perusahaan.

Ketepatan Waktu (Timeliness) Laporan Keuangan

Timeliness merupakan salah satu tujuan kualitatif laporan keuangan selain relevance,

understandability, verifiability, neutrality, comparability dan completeness ( APB Statements

 No.4).Bapepam bersama Bursa Efek Jakarta (BEJ) menetapkan keputusan No.80/PM/1996 tentang

kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala (akhir tahun dan tengah tahunan) yang disusun

 berdasarkan Standar Akuntansi dari Ikatan Akuntansi Indonesia yaitu bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan disertai pendapat akuntan yang telah diaudit

selambat-lambatnya 120 hari sejak tanggal berakhirnya tahun buku dan wajib diumumkan ke

 publik paling tidak melalui dua surat kabar harian berbahasa Indonesia.

Pengertian Earnings Response Coefficient (ERC)

Umumnya dalam mengetahui kualitas laba yang baik dapat diukur dengan menggunakan EarningsResponse Coefficient, yang merupakan bentuk pengukuran kandungan informasi dalam laba.

Pengertian Koefisien Respon Laba (Earnings Response Coefficient) menurut Cho dan Jung (1991)

adalah sebagai berikut :Koefisien Respon Laba didefinisikan sebagai efek setiap dolar unexpected earnings terhadap return

saham, dan biasanya diukur dengan slopa koefisien dalam regresi abnormal returns saham dan

unexpected earning.

Cho dan Jung ( 1991) mengklasifikasi pendekatan teoritis ERC menjadi dua kelompok yaitu (1)

model penilaian yang didasarkan pada informasi ekonomi (information economics based valuationmodel) seperti dikembangkan oleh Holthausen dan Verrechia (1988) dan Lev (1989) yang

menunjukkan bahwa kekuatan respon investor terhadap sinyal informasi laba (ERC) merupakanfungsi dari ketidakpastian di masa mendatang. Semakin besar noise dalam system pelaporan

 perusahaan (semakin rendah kualitas laba), semakin kecil ERC dan (2) model penilaian yang

didasarkan pada time series laba (time series based valuation model) seperti dikembangkan oleh

Beaver, Lambert dan Morse (1980).

Variabel Kontrol

a. Hubungan Reputasi auditor terhadap Pengungkapan Sukarela Pelaporan Keuangan

Audit dilakukan sebagai wujud dari adanya hubungan kontrak antara pihak pemberi dan penerimadalam konsep agensi (Mesier, 2003). Variabel ini digunakan untuk melihat interaksi antara reputasiauditor the big four (Ernst&Young, Price Waterhouse and Coopers, KPMG, Deloitte) dan non-the

 big four dalam mempengaruhi pengungkapan laporan tahunan. Variabel ini menggunakan dummy,

 perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik the big four dicatat dengan 1 sedangkan yangtidak dicatat 0.

Berdasarkan penelitian Teoh dan Wong (1993) ditunjukkan pasar merespon secara berbeda

terhadap kualitas auditor, yang diproksikan dengan auditor big 5 dan non big 5. Artinya semakin

Page 3: bahan pertemuan 11

5/15/2018 bahan pertemuan 11 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-pertemuan-11 3/3

 berkualitas auditor maka semakin tinggi kredibilitas angka akuntansi yang dilaporkan, dengan

demikian semakin besar ERC.

 b. Hubungan opini audit dengan Ketepatan Waktu Pelaporan KeuanganPublikasi laporan keuangan melalui media massa akan mempengaruhi keputusan berinvestasi para

csalon investor. Hal ini disebabkan informasi yang terkandung di dalam laporan keuangandianggap berita terbaru memgenai keadaan perusahaan di pasar modal.

Opini audit dapat memotivasi manajemen perusahaan untuk menyampaikan laporan keuanghansecara tepat. Hipotesis ini memberikan makna bahwa manajemen memandang penting opini audit

sehingga sesegera mungkin disampaikan kepada pemakai informasi tersebut. Opini yang baik 

mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai berita baik (good news).

c. Hubungan Persistensi Laba dengan ERC

Definisi persistensi laba menurut Scott (2003) adalah revisi laba yang diharapkan di masa

mendatang (expected future earnings) yang diimplikasikan oleh inovasi laba tahun berjalan

sehingga persistensi laba dilihat dari inovasi laba tahun berjalan yang dihubungkan dengan

 perubahan harga saham. Semakin tinggi persistensi laba maka semakin tinggi ERC, hal ini berkaitan dengan kekuatan laba. Persistensi laba mencerminkan kualitas laba perusahaan dan

menunjukkan bahwa perusahaan dapat mempertahankan laba dari waktu ke waktu. Kormendi danLipe (1987) menunjukkan bahwa persistensi laba berhubungan positif dengan ERC. Collins dan

Kothari (1989) juga menemukan hubungan yang positif antara estimasi ERC dan persistensi

dengan menggunakan perubahan laba sebagai proksi untuk unexpected earnings. Berbeda denganAli dan Zarowin (1992) yang menemukan bahwa estimasi error pada ERC secara negatif 

 berhubungan dengan persistensi. Hal ini disebabkan beberapa analisa sebelumnya terhadap

hubungan antara ERC dan persistensi adalah berlebihan.

d. Hubungan Pertumbuham Laba terhadap ERC

Penelitian tentang pertumbuhan laba dan koefisien respon laba telah dikemukakan oleh Collins danKothari (1989). Pertumbuhan laba diukur dengan rasio nilai pasar terhadap nilai buku ekuitas.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan laba mempunyai hubungan yang positif dengan koefisien respon laba.

Collins dan Kothari (1989) menyatakan bahwa kesempatan tumbuh berdampak pada laba masa

depan dan begitu juga dengan ERC. Dengan kata lain, semakin tinggi kesempatan suatu

 perusahaan untuk tumbuh maka akan semakin tinggi ERC. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan mempunyai hubungan yang positif dengan ERC.