bahan perancanagan data base (sri astiti )

16
1 Pengembangan Kapasitas Teknologi Informasi Bidang Data/Informasi (Infostruktur) Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah untuk Percepatan Reformasi Birokrasi A. A. Sri Astiti Pusat Inovasi Kelembagaan dan Sumber Daya Aparatur Deputi Bidang Inovasi Administrasi Negara Lembaga Administrasi Negara Jl. Veteran 10, Jakarta 10110, Indonesia E-Mail [email protected] A. Pendahuluan Berdasarkan Instruksi Presiden nomor 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan e-government menginstruksikan kepada seluruh pemimpin pemerintahan baik pusat dan daerah untuk menyusun rencana tindak pengembangan e-government dan pelaksanaannya melalui koordinasi dengan kementerian komunikasi dan informasi. Pada tahun 2002, Kementerian KOMINFO telah menyusun kerangka konseptual Sistem Informasi Nasional (SISFONAS). SISFONAS ini dapat digunakan sebagai kerangka berpijak secara konseptual dalam pengembangan sistem informasi yang terintegrasi secara nasional. Dalam kerangka SISFONAS tersebut disebutkan bahwa keberhasilan penerapan e-government diperlukan persyaratan yaitu dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut meliputi penyediaan infrastruktur e-government baik yang bersifat teknis dan non teknis, yang terdiri dari penyiapan aspek kepemimpinan, SDM, regulasi, infrastruktur jaringan, infostruktur dan infrastruktur aplikasi. Disisi lain, berbagai permasalahan yang ada sehingga menghambat dalam penyiapan sarana dan prasarana pelaksanaan e-government pada instansi pemerintah pusat dan daerah, antara lain: Tingkat komitmen yang rendah pada level pimpinan instansi pemerintah. Hal ini disebabkan oleh presepsi yang berbeda tentang pemanfaatan e-government itu sendiri, misalnya masih memiliki anggapan bahwa sudah merasa cukup dengan kinerja yang ada sehingga timbul resistensi terhadap perubahan kultur dan tata kerja, pengimplementasian e-government memelukan biaya dan resiko yang tinggi sehingga pengimplemantasian Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK) dianggap kurang perlu, dan lain sebagainya. Tingkat pengetahuan SDM dalam pengembangan e-government yang terbatas. Hal ini juga menjadi permasalahan tersendiri sehingga menjadi organizational

Upload: researcher-syndicate68

Post on 18-Dec-2014

112 views

Category:

Government & Nonprofit


0 download

DESCRIPTION

Berdasarkan Instruksi Presiden nomor 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan e-government menginstruksikan kepada seluruh pemimpin pemerintahan baik pusat dan daerah untuk menyusun rencana tindak pengembangan e-government dan pelaksanaannya melalui koordinasi dengan kementerian komunikasi dan informasi. Pada tahun 2002, Kementerian KOMINFO telah menyusun kerangka konseptual Sistem Informasi Nasional (SISFONAS). SISFONAS ini dapat digunakan sebagai kerangka berpijak secara konseptual dalam pengembangan sistem informasi yang terintegrasi secara nasional. Dalam kerangka SISFONAS tersebut disebutkan bahwa keberhasilan penerapan e-government diperlukan persyaratan yaitu dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut meliputi penyediaan infrastruktur e-government baik yang bersifat teknis dan non teknis, yang terdiri dari penyiapan aspek kepemimpinan, SDM, regulasi, infrastruktur jaringan, infostruktur dan infrastruktur aplikasi.

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan perancanagan data base (sri astiti )

1

Pengembangan Kapasitas Teknologi Informasi

Bidang Data/Informasi (Infostruktur)

Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah untuk Percepatan Reformasi Birokrasi

A. A. Sri Astiti

Pusat Inovasi Kelembagaan dan Sumber Daya Aparatur

Deputi Bidang Inovasi Administrasi Negara

Lembaga Administrasi Negara

Jl. Veteran 10, Jakarta 10110, Indonesia E-Mail [email protected]

A. Pendahuluan

Berdasarkan Instruksi Presiden nomor 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan

strategi nasional pengembangan e-government menginstruksikan kepada seluruh

pemimpin pemerintahan baik pusat dan daerah untuk menyusun rencana tindak

pengembangan e-government dan pelaksanaannya melalui koordinasi dengan

kementerian komunikasi dan informasi. Pada tahun 2002, Kementerian KOMINFO telah

menyusun kerangka konseptual Sistem Informasi Nasional (SISFONAS). SISFONAS ini

dapat digunakan sebagai kerangka berpijak secara konseptual dalam pengembangan

sistem informasi yang terintegrasi secara nasional. Dalam kerangka SISFONAS tersebut

disebutkan bahwa keberhasilan penerapan e-government diperlukan persyaratan yaitu

dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana

tersebut meliputi penyediaan infrastruktur e-government baik yang bersifat teknis dan

non teknis, yang terdiri dari penyiapan aspek kepemimpinan, SDM, regulasi,

infrastruktur jaringan, infostruktur dan infrastruktur aplikasi.

Disisi lain, berbagai permasalahan yang ada sehingga menghambat dalam

penyiapan sarana dan prasarana pelaksanaan e-government pada instansi pemerintah

pusat dan daerah, antara lain:

Tingkat komitmen yang rendah pada level pimpinan instansi pemerintah. Hal ini

disebabkan oleh presepsi yang berbeda tentang pemanfaatan e-government itu

sendiri, misalnya masih memiliki anggapan bahwa sudah merasa cukup dengan

kinerja yang ada sehingga timbul resistensi terhadap perubahan kultur dan tata

kerja, pengimplementasian e-government memelukan biaya dan resiko yang

tinggi sehingga pengimplemantasian Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK)

dianggap kurang perlu, dan lain sebagainya.

Tingkat pengetahuan SDM dalam pengembangan e-government yang terbatas.

Hal ini juga menjadi permasalahan tersendiri sehingga menjadi organizational

Page 2: Bahan perancanagan data base (sri astiti )

2

burden dalam pengembangan e-government dan memerlukan waktu dalam

penyiapan SDM TIK yang handal.

Belum adanya regulasi yang standar dan baku pada setiap instansi pemerintah

dalam pengembangan e-government dimasing-masing instansi pemerintah. Hal

ini tentunya akan menghambat dalam pengembangan e-government dimasing-

masing instansi pemerintah.

Belum tersusunnya standar baku dalam pengembangan infrasturktur informasi

pemerintahan yang melibatkan lintas instansi, sehingga belum adanya

interoperabilitas data antar instansi terkait.

Pengembangan aplikasi masih dilakukan sendiri-sendiri tanpa koordinasi

dengan instansi lain sehingga sulit diintegrasikan dengan aplikasi lain. Hal ini

menyebabkan timbulnya pulau-pulau informasi (information island) sehingga

informasi yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan dan terkotak-kotak yang

tentunya menghambat dalam proses pengambilan keputusan.

Dari berbagai permasalahan tersebut, maka diperlukan langkah-langkah

percepatan pengembangan e-government, antara lain melalui reformasi kerangka

pengaturan, percepatan investasi, komunikasi antar pemangku kepentingan dan

peningkatan kapasitas kelembagaan (capacity building) di bidang Teknologi Informasi

dan Komunikasi (TIK). Dengan beberapa langkah percepatan atau rencana tindak

dalam pengembangan e-government tersebut diharapkan akan mempercepat proses

reformasi birokrasi yang bermuara pada perbaikan sistem tata kelola pemerintahan

yang baik (good governance). Pada bab ini memfokuskan pada pemaparan tentang apa

dan bagaimana pengembangan kapasitas Teknologi Informasi bidang Data/Informasi

pada instansi pemerintah pusat dan daerah. Beberapa pokok bahasan antara lain:

Konsep Penyiapan data/informasi bagi instansi pemerintah pusat dan daerah, model

dasar sistem data/informasi pemerintah pusat dan daerah, dan trend teknologi

database. Tujuan dari beberapa pemaparan tersebut adalah untuk meningkatan

kapasitas pengetahuan baik individu dan kelembagaan dalam menyiapkan

infrastruktur data/informasi dan pengembangan teknologi database pada instansi

pusat dan daerah.

B. Konsep Penyiapan Sistem Data/Informasi bagi Instansi Pemerintah Pusat dan

Daerah

Dalam era globalisasi dan informasi, informasi merupakan tulang punggung

organisasi. Dengan kata lain informasi memiliki peranan yang penting dan strategis

dalam pengambilan keputusan dalam organisasi. Organisasi dikatakan informatif

apabila bisa menyediakan pelayanan informasi kepada publik secara cepat, tepat, dan

akurat (up-to-date). Informasi tersebut dapat dihasilkan melalui pengelolan sistem

informasi yang baik. Sebelum lebih jauh memaparkan bagimana konsep penyiapan

sistem data/informasi bagi instansi pemerintah pusat dan daerah, maka perlu

Page 3: Bahan perancanagan data base (sri astiti )

3

memahami dahulu mengenai peran sistem data dan informasi bagi pemerintah. Data

dan informasi memiliki hubungan keterkaitan yang erat, karena data merupakan

bentuk dasar dari sebuah informasi. Sedangkan informasi merupakan elemen yang

dihasilkan dari suatu bentuk pengolahan data. Gordon B. Davis (1985) mendefiniskan

data adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktivitas dan transaksi yang tidak

mempunyai makna atau tidak berpengaruh secara langsung kepada pemakai. Data

dapat berupa: teks, simbol, gambar, audio dan video. Sedangkan informasi adalah data

yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya, dan

bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Dengan

adanya perkembangan teknologi komputer, pengelolaan informasi saat ini sudah

banyak yang menggunakan komputer. Beberapa manfaat penggunaan sistem informasi

berbasis komputer, antara lain: menghasilkan informasi yang lebih cepat, mengurangi

birokrasi dan memiliki kemampuan proses yang sangat cepat serta menghasilkan

informasi dengan tingkat keakuratan yang tinggi. Berikut adalah gambar model dasar

sistem informasi berbasis komputer dimana data diolah dengan menggunakan database

komputer untuk menghasilkan informasi yang diinginkan.

Gambar 1. Model Dasar Sistem Informasi berbasis Komputer

Menurut Turban, McLean (2004) sistem informasi merupakan suatu proses

mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menganalisis dan menyebarkan informasi

untuk tujuan spesifik. Secara umum sistem pengolahan informasi berbasis komputer

dirancang untuk mendukung fungsi operasi, manajemen dan keputusan sebuah

organisasi.

Lalu, bagaimana peran sistem data/informasi pada instansi pemerintah? Pada

instansi pemerintah baik pusat dan daerah, sistem informasi memiliki peran yang

penting dan strategis antara lain:

Menyediakan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pemerintah,

masyarakat dan investor secara cepat, tepat dan up to date.

Mempercepat dalam proses pengambilan keputusan atau kebijakan.

Sistem pengorganisasian, Integrasi data dan informasi dapat mengurangi dan

menghindari redudansi/duplikasi data.

Meningkatkan kecepatan dan keakuratan penyusunan laporan manajerial.

Meningkatkan kualitas dan kecepatan layanan (service excellence).

Page 4: Bahan perancanagan data base (sri astiti )

4

Disisi lain terdapat beberapa permasalahan Pemerintah dalam penyediaan

sistem informasi bagi stake holder-nya, antara lain:

Pengembangan sistem data/informasi masih dilakukan sendiri-sendiri sehingga

memunculkan pulau-pulau informasi yang sulit diintegrasikan karena masing-

masing pulau informasi mememiliki struktur data, bisnis proses dan teknologi

penerapan yang berbeda-beda.

Belum adanya standarisasi dalam interoperabilitas basis data sehingga

menyebabkan data tidak terigrasi, redudansi/duplikasi data, dan Informasi yang

dibutuhkan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Belum adanya standarisasi berbagi data (data sharing) antar pemerintah dan

stakeholder lainnya sehingga menyebabkan ketidak-efisienan dalam proses

pengambilan keputusan.

Belum adanya pusat pengelola data di tingkat nasional dan daerah

(national/local data warehouse center).

Belum adanya standarisasi dalam pengamanan data (database security).

Dari berbagai permasalahan yang ada pada sistem data/informasi Pemerintah,

maka perlu disusun beberapa strategi untuk penyiapan dan pengembangan

infrastruktur informasi tersebut antara lain:

Pengaturan Koordinasi antar sektor dan antar tingkatan pemerintah dalam

menetapkan standarisasi infrastruktur data/informasi.

Pengaturan Domain Data yaitu pengaturan hak dan kewenangan instansi untuk

menangani suatu data dan bagaimana instansi lain dapat memanfaatkan data

tersebut.

Penyusunan standarisasi interoperabilitas data antar instansi pemerintah pusat

dan daerah.

Penyusunan standarisasi data sharing antar instansi pemerintah pusat dan

daerah.

Pembentukan Pusat Pengelola Data dan Informasi di tingkat nasional dan daerah

(national/local data warehouse center) sebagai pusat gudang data bersama yang

menganalisa dan mengolah data serta mendiseminasikan informasi, beserta

penyusunan mekanisme dan prosedur kerja untuk menjamin ketersediaan data

(data availability).

Penyusunan prosedur dan standarisasi pengamanan data (database security)

untuk menjamin kemanan data agar tidak mudah disalahgunakan dan

dimanipulasi oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan, serangan virus dan

trojan.

Page 5: Bahan perancanagan data base (sri astiti )

5

C. Model Dasar Sistem Data/Informasi Pemerintah Pusat dan Daerah

Dalam rangka menyusun model dasar sistem data/informasi pemerintah pusat

dan daerah maka perlu diidentifikasi siapa pengguna sistem data/informasi tersebut,

dan penetapan jenis-jenis data dan informasi (common database) yang dibutuhkan oleh

user. User atau pengguna data/informasi sistem data/informasi pemerintah antara lain:

pemerintah pusat & daerah, masyarakat/publik dan sektor dunia usaha/bisnis.

Sedangkan jenis-jenis data dan informasi dari sistem informasi pemerintahan yang

dibutuhkan oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha meliputi, antara lain:

Statistik produksi dalam negeri, konsumsi dalam negeri, ekspor dan impor.

Data sumber daya cadangan.

Informasi kebijakan, meliputi:

o Peraturan dan Kebijakan.

o Dasar Hukum & Sanksi Hukum.

o Rencana Strategis.

Informasi Kerjasama International di berbagai sektor.

Informasi Pelayanan Publik, meliputi:

o Kependudukan.

o Perpajakan dan retribusi.

o Pendaftaran dan Ijin.

o Bisnis dan Investasi.

Informasi Keuangan, meliputi:

o Anggaran (APBN & APBD)

o Kas dan Perbendaharaan.

o Akuntasi instansi/daerah.

o Penerimaan Negara (PNBP, Pinjaman LN dan Hibah).

Informasi Perencanaan & Pembangunan Nasional, meliputi:

o Perencanaan Pembangunan Daerah.

o Perencanaan Proyek.

o Pengelolaan dan Pemantauan Proyek.

o Evaluasi dan Informasi pembangunan.

Informasi Kepegawaian/Aparatur Negara, meliputi:

o Rekrutmen PNS.

o Absensi dan Penggajian.

o Penilaian Kinerja PNS.

o Pendidikan dan Pelatihan.

Informasi Aset Pemerintah, meliputi:

o Pengelolaan Barang Pemerintah Pusat dan Daerah.

o Katalog Barang Pemerintah Pusat Daerah.

o Pengelolaan Pendapatan Pemerintah Pusat Daerah.

Page 6: Bahan perancanagan data base (sri astiti )

6

o Pengelolaan Perusahaan Negara dan Daerah.

Informasi Sosial Kemasyarakatan, meliputi:

o Kesehatan Masyarakat.

o Pendidikan.

o Ketenagakerjaan dan Transmigrasi.

o Penanganan Bencana.

o Kesejahteraan Sosial.

o Pemberdayaan Masyarakat & Penanggulangan Kemiskinan.

o Pengelolaan Zakat.

o Koperasi, peridustrian dan Perdagangan.

Informasi Kewilayahan, meliputi:

o Tata Ruang dan Lingkungan Hidup.

o Potensi Daerah.

o Kehutanan.

o Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan.

o Perikanan dan Kelautan.

o Pertambangan dan Energi.

o Pariwisata.

Informasi Sarana dan Prasarana, meliputi:

o Transportasi.

o Jalan dan Jembatan.

o Pelabuhan dan Terminal.

o Sarana Umum.

Secara umum gambaran mengenai konsep dasar sistem data/informasi

pemerintah pusat dan daerah dapat digambarkan pada gambar 2 berikut:

Gambar 2. Konsep Model Dasar Sistem Data/Informasi Pemerintah Pusat dan

Daerah

Page 7: Bahan perancanagan data base (sri astiti )

7

D. Trend Teknologi Database

Sistem informasi pemerintahan adalah sistem yang menghasilkan informasi

keseluruhan tugas dan fungsi operasi dan administrasi penyelenggaraan pemerintah.

Sistem ini tidak terlepas dari desain yang baik antara sistem aplikasi (front end) dan

sistem pengelolaan database (back end). Pada sub bab ini dipaparkan mengenai trend

perkembangan teknologi database. Tujuannya adalah memberikan wawasan mengenai

informasi terkini terutama dalam perkembangan teknologi database sehingga dapat

meningkatkan kapasitas pengetahuan (knowledge capacity) dalam pengembangan

teknologi database bagi instansi pemerintah pusat dan daerah. Tidak dipungkiri,

database merupakan komponen terpenting dalam pembangunan sistem informasi

pemerintahan karena database menjadi tempat untuk menyimpan dan

mengorganisasikan seluruh data yang ada dalam sistem sehingga dapat menghasilkan

informasi-informasi yang bermanfaat bagi penerimanya. Database merupakan

himpunan kelompok data yang saling berkaitan. Data tersebut diorganisasikan

sedemikian rupa untuk menghindari duplikasi data dan menghasilkan informasi yang

cepat, tepat dan akurat. Sistem database terus dikembangkan oleh para ahli agar dapat

diperoleh cara pengorganisasian data yang efisien dan efektif. Teknologi database

mengalami perkembangan sejalan dengan penelitian-penelitian para ahli. Ada beberapa

teknologi database seperti: Flat File database, Hierarchical database, Network database,

Relational database, Object Oriented database dan Multimedia database, Web

datatabase dan Data warehouse. Berikut ini paparan mengenai trend teknologi

database tersebut.

1. Flat File Database

Database flat file sama seperti file data pada spreadsheet (misal MS Excel),

berupa satu file berisi baris-baris dengan jumlah kolom tetap yang disimpan

berurutan dalam file. Jenis database ini populer penggunaannya pada tahun

1960 - 1980an. Sekarang ini sudah jarang digunakan karena dengan

berkembangnya teknologi database lain yang lebih efisien dan efektif.

Kelemahan dari database flat file antara lain:

Timbulnya data rangkap (redundancy data) dan Ketidakkonsistensi data

(Inconsistency data).

Hal ini disebabkan karena file-file tersebut disusun oleh orang yang berbeda,

sehingga sejumlah informasi dimungkinkan memiliki duplikasi data.

Kerangkapan data seperti ini dapat menyebabkan pemborosan tempat

penyimpanan dan bertambahnya biaya akses. Disamping itu dapat terjadi

inkonsistensi data. Misalnya, apabila terjadi perubahan sedangkan

perubahan hanya diperbaiki pada file master dan tidak diperbaiki pada file

transaksi lainnya.

Kesukaran dalam Mengakses Data.

Page 8: Bahan perancanagan data base (sri astiti )

8

Hal ini disebabkan karena sejumlah file disimpan pada media dan komputer

yang berbeda sehingga bila membutuhkan data dengan segera diperlukan

waktu untuk pencarian.

Data terisolir (Isolation Data).

Hal ini disebabkan karena data tersebar dalam berbagai file, dan file-file

tersebut disimpan dalam format yang berbeda, sehingga akan menyebabkan

data terisolasi.

Masalah Pengamanan (Security Problem).

Masalah pengamanan file menjadi masalah tersendiri karena file disimpan

ditempat berbeda dan memiliki hak askes yang berbeda.

2. Hierarchical Database

Hierarchical database populer penggunaannya mulai tahun 1970 - 1990an.

Dalam model ini, data direpresentasikan sebagai record dan link, dan record di

oranisasikan sebagai struktur Tree (pohon). Model ini memiliki kelemahan yaitu

:

Model ini memungkinkan terjadinya redudansi data yang banyak pada

record derajat berikutnya. Contoh: data pegawai yang mengambil diklat,

record diklat harus ditulis ulang ketika diambil oleh pegawai yang berbeda.

Fleksibilitas model ini dalam menambah dan menyisipkan record baru

sangat rendah dan kompleks sehingga pemograman menjadi sangat

kompleks, meskipun sebenarnya proses pengorganisasian data pada model

ini efisien.

3. Network Database

Network database mulai populer penggunaannya pada tahun 1970 - 1990an.

Data dalam model ini direpresentasikan dengan sekumpulan record, dan relasi

antara data direpresentasikan oleh record dan link. Link dipandang sebagai

pointer. Record-record diorganisasikan sebagai graf/ring. Contoh : model

relational direpresentasikan dalam model network. Model ini memiliki

kekurangan-kekurangan, antara lain:

Model ini tidak memungkinkan terjadinya relasi banyak-ke-banyak (many-

to-many).

Seperti model hierarchical, fleksibilitas dalam menambah dan menyisipkan

record baru sangat rendah dan kompleks sehingga pemograman menjadi

sangat kompleks, meskipun model ini menjanjikan efisiensi dalam proses

pengorganisasian data dan menjamin tidak terjadinya redudansi.

4. Relational Database

Page 9: Bahan perancanagan data base (sri astiti )

9

Relational database berisi kumpulan tabel, dimana setiap tabel mempunyai

nama dan struktur yang unik. Dalam setiap tabel, masing-masing record data

diorganisasikan dalam struktur yang sama dan memiliki field kunci yang akan

menjadi penghubung antar tabel yang ada dan berkait satu sama lain. Pada

model ini, data terorganisir dengan baik dan rapi sehingga dapat dengan mudah

dimanipulasi untuk menghasilkan suatu informasi. Relational database mulai

populer penggunaannya pada tahun 1980 sampai dengan sekarang. Model ini

masih dipakai sampai dengan sekarang karena model ini memberikan kelebihan

tersendiri dibandingkan dengan model-model sebelumnya, antara lain:

Kemudahan dalam pembentukan struktur data masing-masing file.

Kompleksitas untuk mengaitkan antar tabel tidak terjadi karena hubungan

antar tabel ditentukan oleh field kunci (primary key) yang telah ditetapkan

sebagai penghubung file.

Pemograman menjadi sederhana, sedangkan tingkat fleksibilitas dalam

mengorganisasikan data sangat tinggi.

Kelebihan lainnya adalah independensi data dimana jika ada perubahan atau

manipulasi data pada tabel master tidak berpengaruh pada tabel transaksi.

Akses data lebih efisien sehingga performa akses data menjadi lebih cepat.

Jaminan terhadap integritas dan keamanan data.

Administrasi data menjadi lebih mudah.

Berkurangnya waktu yang diperlukan dalam pengembangan aplikasi.

5. Object Oriented dan Multimedia Database

Teknologi pengelolaan database terus berkembang seiring dengan

perkembangan pemodelan data dan teknik pemograman. Object Oriented

Database (OOD) mulai dikembangkan pada tahun 1990 dan digunakan sampai

dengan sekarang. OOD merupakan tanggapan terhadap perkembangan teknik

pemograman berorientasi objek yang menekankan pada objek, atribut dan

metode. OOD dikembangkan untuk menjawab permasalahan pada model

relational database, antara lain: relational database tidak mampu menangani

kebutuhan data yang kompleks dan aplikasi relational database lebih banyak

membutuhkan kinerja yang tinggi. Dalam beberapa hal, teknik OOD ini sangat

berbeda dengan sistem database yang dikenal sebelumnya. Namun kini juga

mulai dikembangkan perpaduan antara OOD ini dengan model Relational

Database. Sementara itu, perkembangan teknologi multimedia telah

memungkinkan pemasukan data berupa gambar, grafik, audio, animasi dan

video. Tampaknya kebutuhan untuk pengolahan database berbasis multimedia

ini dapat teratasi dengan adanya OOD.

Page 10: Bahan perancanagan data base (sri astiti )

10

6. Web Database

Pada sistem Web yang statis, halaman Web hanya berfungsi untuk menyajikan

informasi-informasi kepada user/pengguna. Sementara itu, penambahan

fasilitas seperti video atau audio dapat membuat halaman Web tampak seperti

dinamis. Sedangkan, untuk membuat Web yang bersifat interaktif, diperlukan

fasilitas yang dapat menerima respon dari pengguna. Pembangunan Web yang

interaktif dapat diupayakan dengan mengintegrasikan halaman web dan

Database Management Systems (DBMS). Untuk melakukannya, ada beberapa

persyaratan dasar (Oetomo,2002) yang harus dipenuhi, antara lain:

1) Database tidak terikat oleh Web browser dan Web server tertentu dalam

penyajiannya.

2) Adanya jaminan keamanan dalam melakukan akses data.

3) Pendekatan terhadap arsitektur sistem terbuka, artinya harus dapat

mendukung interoperabilitas, seperti Web server yang berbeda, Distributed

Common Object Model/Common Objec Model (DCOM/COM), Corba/Inter-

ORB Protocol (IIOP) dan Java.

4) Overhead aplikasi yang minimal.

Disamping persyaratan dasar tersebut, ada dua macam pilihan arsitektur

Web-DBMS, yaitu:

1) Arsitektur tradisional “Two Tiers”

Pada Arsitektur tradisional “Two Tiers”, Client berlaku sebagai tier-1 yang

bertanggung jawab terhadap presentasi data kepada para pengguna,

sedangkan server berlaku sebagai tier-2 yang bertanggung jawab untuk

menyuplai layanan data kepada Client. Arsitektur “Two Tier” dikenal juga

sebagai arsitektur Client-Server. Berikut gambaran model arsitektur “Two

Tier”.

Gambar 3. Arsitektur Two Tiers

2) Arsitektur “Three Tiers”

Arsitektur “Three Tiers” merupakan perbaikan dari Arsitektur “Two Tiers”.

Pada Arsitektur “Three Tiers”, client berlaku sebagai tier-1 yang bertanggung

jawab terhadap presentasi data kepada para pengguna. Application server

Page 11: Bahan perancanagan data base (sri astiti )

11

berlaku sebagai tier-2 yang mengerjakan pemrosesan data dengan logika

atau prosedur yang telah ditentukan, sedangkan Database Server berlaku

sebagai tier-3 yang bertanggung jawab untuk menyuplai layanan data

kepada Application Server. Proses kerja model arsitektur ini dimulai ketika

Client meminta (request) informasi ke Application Server, lalu Aplication

Server mengolah permintaan Client dengan mengambil atau menyimpan

data dari/ke Database Server; Database Server mengembalikan informasi ke

Application Server; Application Server mengembalikan informasi ke Client.

Arsitektur “Three Tiers” ini dikembangkan karena keterbatasan pada

arsitektur “Two Tiers”, yaitu jika ada perubahan fungsi suatu komponen

pada satu sisi akan mempengaruhi kedua sisi yaitu Client dan Server. Hal ini

tidak terjadi pada sistem “Three Tiers”. Arsitektur “Three Tiers” digunakan

ketika diperlukan suatu rancangan Client-Server yang efektif, dimana dapat

meningkatkan kinerja, fleksibilitas, kemudahan perawatan, kemampuan

untuk digunakan ulang, dan skalabilitas. Berikut gambaran model arsitektur

“Three Tiers”.

Gambar 4. Arsitektur Three Tiers

Model Web-DBMS ini masih dalam pengembangan, yang tentu saja masih

mengandung beberapa kelemahan, seperti sistem keamanan database yang

efektif, biaya overhead, keterbatasan fungsi dari bahasa pemograman yang

digunakan dan unjuk kerja dari aplikasi yang telah dihasilkan. Namun demikian,

model ini telah memberikan harapan untuk menciptakan halaman Web yang

interaktif.

7. Data Warehouse

Data warehouse adalah suatu konsep dan kombinasi teknologi yang

memfasilitasi organisasi untuk mengelola dan memelihara data historis yang

diperoleh dari sistem atau aplikasi operasional. Data warehouse mengumpulkan

data historis yang kemudian dapat disajikan sebagai bahan komprehensif bagi

manajemen untuk dapat mengambil keputusan, analisis kebutuhan organiasi,

Page 12: Bahan perancanagan data base (sri astiti )

12

hingga peramalan kondisi organisasi berdasar data. Dengan data warehouse,

seorang manajer dapat melihat trend yang terjadi untuk untuk meningkatkan

kualitas dalam pengambilan keputusan dan terhindar dari resiko yang tidak

diinginkan.

Konsep dan teknologi Data warehouse tidak dapat diterapkan dalam satu

langkah, berikut beberapa tahapan penerapan data warehouse tanpa

mengganggu sistem atau aplikasi yang sudah ada (Ferdiana, 2008).

1) Melakukan penyalinan dan konversi data dari aplikasi atau sistem yang

sudah ada menjadi satu jenis basis data. Langkah ini dikenal dengan Offline

Operasional Database.

2) Melakukan penyalinan dan konversi data secara regular dalam jangka waktu

yang telah

ditentukan dari aplikasi atau sistem yang sudah ada menjadi satu jenis basis

data. Mekanisme ini dilakukan dalam interval waktu tertentu dengan

dukungan otomatisasi yang dimiliki oleh aplikasi teknologi data warehouse.

Langkah ini dikenal dengan Offline Data warehouse.

3) Melakukan penyalinan dan konversi data secara “real time” atau dengan kata

lain otomatisasi dilakukan setiap kali terjadi perubahan pada data dari

aplikasi atau sistem yang sudah ada. Langkah ini dikenal dengan Real Time

Data Warehouse.

4) Melakukan penyalinan dan konversi data secara “real time” atau dengan kata

lain otomatisasi dilakukan setiap kali terjadi perubahan pada data dari

aplikasi atau sistem yang sudah ada. Setiap terjadi perubahan data baik pada

data warehouse maupun pada data operasional aplikasi keduanya saling

mensinkronisasi. Langkah ini dikenal dengan Integrated Data Warehouse.

Beberapa kelebihan dengan penggunaan teknologi data warehouse ini, antara

lain:

a) Data warehouse menghadirkan solusi satu pintu pengaksesan data.

Pengguna tidak harus mengakses data dari sistem yang terpisah, data dapat

diakses melalui satu akses sistem yang sama.

b) Data warehouse menghadirkan manajemen data yang lebih terintegrasi dan

memiliki skalabilitas tinggi dari sisi ketersediaan data suatu organisasi.

c) Data warehouse memberikan solusi analisis historis suatu data, analisis

histori suatu data dapat membantu organisasi untuk melihat trend data yang

membantu organisasi dalam memberi keputusan organiasional yang

bergantung pada data.

d) Data warehouse memberikan solusi pengambilan keputusan yang

melibatkan banyak sistem dan aplikasi tanpa mengganggu proses yang

terjadi pada operasional sistem yang bersangkutan.

Page 13: Bahan perancanagan data base (sri astiti )

13

e) Data warehouse menghadirkan konsistensi data yang membantu bagi

manajemen untuk melakukan peramalan “forecasting” kondisi organisasional

berdasar pada data historis yang konsisten.

Data warehouse dapat menjadi salah satu solusi organisasional dengan

skala menengah untuk mengatur dan mengelola data historis perusahaan

menjadi asset yang berperan dalam pengambilan keputusan, pembuatan

pelaporan, hingga analisis ke depan.

Dalam pembangunan sistem database, seorang analis sistem juga harus

dapat menentukan model arsitektur sistem database mana yang akan digunakan.

Arsitektur sistem database dapat dikategorikan menjadi tiga menurut

penempatannya, yaitu:

1. Sistem Database Tunggal

Pada arsitektur ini, database dan aplikasi diletakkan pada komputer yang sama

dan tidak berada dalam lingkungan jaringan, sehingga database hanya dapat

diakses oleh aplikasi tunggal (stand alone). Sistem ini biasanya digunakan pada

organisasi berskala kecil. Gambar berikut mengilustrasikan sistem database

tunggal.

Gambar 5. Sistem Database Tunggal

2. Sistem Database Terpusat

Pada arsitektur ini, lokasi database secara fisik berada pada komputer pusat

dalam suatu lingkungan jaringan. Meskipun input dan akses data dilakukan dari

terminal yang terhubung ke komputer tersebut dan pemrosesan pengolahan

data hanya berlangsung di komputer pusat. Dengan sistem ini, komputer pusat

menjadi titik kritis dari proses pengolahan database. Bila komputer pusat

terganggu, maka secara keseluruhan sistem informasi tersebut akan terganggu.

Gambar berikut mengilustrasikan sistem database terpusat.

Page 14: Bahan perancanagan data base (sri astiti )

14

Gambar 6. Sistem Database Terpusat

3. Sistem Database Terdistribusi

Pada arsitektur ini, salinan database, baik sebagian maupun secara keseluruhan,

terdistribusi di beberapa lokasi. Pada model ini, titik kritis pada sistem terpusat

dapat dihindari. Namun pada sistem ini, tantangan terbesar yang dihadapi

adalah proses pengintegrasian untuk menjaga konsistensi data yang tersebar di

beberapa lokasi. Berikut gambaran mengenail sistem database terdistribusi.

Gambar 7. Sistem Database Terdistribusi

Lebih lanjut, beberapa komponen sistem database yang diperlukan dalam

pengembangan sistem database, yaitu:

Repositori - pusat penyimpanan data.

Database Management System (DBMS) - perangkat lunak untuk mengelola database.

Database - pusat penyimpanan data.

Program Aplikasi - perangkat lunak pengguna data.

Page 15: Bahan perancanagan data base (sri astiti )

15

User Interface - fasilitas interaksi antara pengguna dan data secara tekstual atau

grafis.

CASE Tools - Computer - Aided Software Engineering.

Administrator Data - personil yang bertanggung-jawab memelihara database.

Developer Sistem - personil yang bertanggung-jawab merancang program aplikasi

beserta struktur datanya dalam database.

End User - orang yang menggunakan aplikasi dan database.

E. Penutup

Dalam rangka penyiapan infrastruktur informasi diperlukan strategi percepatan

pengembangan infrastruktur informasi instansi pemerintah pusat dan daerah, antara

lain: pengaturan koordinasi antar sektor dan antar tingkatan pemerintah dalam

penetapan standarisasi infrastruktur data/informasi, pengaturan domain data,

penyusunan standarisasi interoperabilitas data, Penyusunan standarisasi data sharing,

pembentukan Pusat Pengelola Data dan Informasi di tingkat nasional dan daerah

(national/local data warehouse center), penyusunan mekanisme dan prosedur kerja

Pusat Pengelola Data dan Informasi Nasional dan Lokal, serta penyusunan prosedur

dan standarisasi pengamanan data (database security). Penerapan strategi tersebut

tidak akan berhasil jika tidak disertai kesungguhan niat, komitmen dan koordinasi

dengan instansi pemerintah terkait.

Disisi lain, beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penyiapan

infrastruktur informasi antara lain pemilihan teknologi database yang tepat, dan

penentuan model arsitektur sistem database mana yang akan digunakan. Pada bab ini

juga dipaparkan mengenai model dasar sistem data/informasi pemerintah pusat dan

daerah, trend teknologi database dan model arsitektur sistem database. Akhir kata,

semoga tulisan ini memberikan sedikit kontributif “wawasan” dalam pengembangan

kapasitas teknologi informasi bidang infrastuktur data/informasi bagi instansi

pemerintah pusat dan daerah serta masukan kontributif atas kekurangan pada artikel

ini akan menjadi nilai tambah bagi pengembangan infrastruktur informasi pemerintah

lebih lanjut.

F. Dartar Referensi

[1] Kementerian Komunikasi dan Informatika, Instruksi Presiden no.3 tahun 2003 tentang

kebijakan dan strategi nasional pengembangan E-Government, 2003.

[2] Kementerian Komunikasi dan Informatika, Buku Putih Sistem Informasi Nasional

(SISFONAS), 2002.

[3] Davis Gordon B., Olson Margrethe H., Management Information Systems: Conceptual

Foundations, Structures and Development, McGraw-Hill Inc., 1985.

Page 16: Bahan perancanagan data base (sri astiti )

16

[4] Long, Larry & Nancy, Computers: Information Technology in Perspective, Pearson

Prentice Hall, 2005.

[5] Oetomo, Budi S. D., Perencanaan & Pembangunan Sistem Informasi, Penerbit Andi,

Yogyakarta, 2002.

[6] Turban, McLean, Wetherbe: Information Technology for Management: Transforming

Organization in the Digital Economy, John Wiley & Sons Inc., 2004.

[7] Ferdiana, Ridi, Strategi Pengolahan Aset Data menggunakan Konsep Data Warehouse

dalam Cara Pandang Organisasional, http://micresearch.net/, tanggal akses 1

Desember 2008.