perencanaan base plate

14
BAB 8 Perencanaan Base Plate Perencanaan dimensi baseplate melibatkan gaya vertikal, momen dan geser, oleh karena itu diperlukan perhitungan dimensi baseplate untuk menahan gaya-gayatersebut. Umumnya, ukuran baseplate dihitung berdasarkan kekuatan beton pada pondasi saat hancur karena terbebani oleh beban diatasnya. Ketebalan baseplate dihitung berdasarkan batas plastis yang disebabkan oleh bengkoknya bagian kritis pada plat tersebut. Perancangan baseplate meliputi dua langkah utama yaitu dengan menentukan ukuran panjang dan lebar baseplate dan menentukan ketebalan baseplate. Antara kolom baja dan baseplate harus terikat menjadi satu kesatuan, oleh karena itu perlu dilakukan perencanaan sambungan yang berfungsi untuk menyatukan kolom dengan baseplate tersebut. Alat sambung yang digunakan umumnya berupa las, karena las lebih mudah dikerjakan dan difabrikasi. Gambar 2. 31 Macam-macam type Base Plate Perencanaan Baseplate Dengan Metode AISC-LRFD Perencanaan baseplate terdiri dari perhitungan baseplate akibat beban vertikal saja, perhitungan baseplate akibat beban vertikal dan momen, serta perhitungan baseplate dengan beban geser. 8.1 Baseplate Dengan Beban vertikal Perencanaan Baseplate dengan beban vertikal diasumsikan bahwa beban vertikal adalah beban terpusat pada pelat yang selanjutnya menjadi beban terbagi rata untuk struktur di dibawahnya.

Upload: weda-utama

Post on 21-Oct-2015

3.801 views

Category:

Documents


830 download

DESCRIPTION

Perhitungan perencanaan Base Plate Kolom Baja

TRANSCRIPT

Page 1: Perencanaan Base Plate

BAB 8

Perencanaan Base Plate

Perencanaan dimensi baseplate melibatkan gaya vertikal, momen dan geser, oleh karena

itu diperlukan perhitungan dimensi baseplate untuk menahan gaya-gayatersebut. Umumnya,

ukuran baseplate dihitung berdasarkan kekuatan beton pada pondasi saat hancur karena

terbebani oleh beban diatasnya. Ketebalan baseplate dihitung berdasarkan batas plastis yang

disebabkan oleh bengkoknya bagian kritis pada plat tersebut. Perancangan baseplate meliputi

dua langkah utama yaitu dengan menentukan ukuran panjang dan lebar baseplate dan

menentukan ketebalan baseplate.

Antara kolom baja dan baseplate harus terikat menjadi satu kesatuan, oleh karena itu perlu

dilakukan perencanaan sambungan yang berfungsi untuk menyatukan kolom dengan baseplate

tersebut. Alat sambung yang digunakan umumnya berupa las, karena las lebih mudah dikerjakan

dan difabrikasi.

Gambar 2. 31 Macam-macam type Base Plate

Perencanaan Baseplate Dengan Metode AISC-LRFD

Perencanaan baseplate terdiri dari perhitungan baseplate akibat beban vertikal saja,

perhitungan baseplate akibat beban vertikal dan momen, serta perhitungan baseplate dengan

beban geser.

8.1 Baseplate Dengan Beban vertikal

Perencanaan Baseplate dengan beban vertikal diasumsikan bahwa beban vertikal adalah

beban terpusat pada pelat yang selanjutnya menjadi beban terbagi rata untuk struktur di

dibawahnya.

Page 2: Perencanaan Base Plate

Gambar 2.32 Ukuran Pelat

Untuk menghitung dimensi berdasarkan beban vertikal dengan metode LRFD

dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sesuai prosedur berikut :

1. Mentukan beban vertikal (Pu).

2. Menentukan luasan pelat ( A1 ), didasarkan pada sifat-sifat dari pondasi yang

menahan dasar kolom baja tersebut, yaitu :

A1 = 𝑃𝑒

πœ‘π‘βˆ—0.85 𝑓𝑐′ (mm

2) ………………….(2.17)

Dimana :

Pu = Beban vertikal (Newton)

πœ‘π‘ = Faktor resistensi beton, 0.6

fc’ = Mutu beton (MPa)

Menentukan dimensi pelat ( B dan N ), sehingga m dan n kira-kira sama.

Gambar 2.33 Ukuran pelat

Page 3: Perencanaan Base Plate

Dilihat dari batasan kritis pada pelat itu sendiri, yaitu :

N = 𝐴1 + βˆ† d + 100 (mm)

Dimana : 100 mm tambahan diperlukan untuk tempat baut angker

N = Panjang pelat (mm)

A1 = Luasan pelat (mm2)

Ξ” = 0.5 (0.95d – 0.8bf ) (mm)

B = 𝐴1

𝑁 bf + 100 (mm)

Dimana :

B = Lebar pelat (mm)

1. Menetukan nilai m dan n, sebagai berikut :

m = π‘βˆ’0.95𝑑

2 (mm)

n = π΅βˆ’0.8 𝑏𝑓

2 (mm)

Dimana :

d = kedalaman sayap dari kolom (mm)

bf = lebar sayap dari kolom (mm)

1. Menentukan ketebalan pelat ( tp ) didasarkan dari besaran nilai m atau n yangdilihat

pada gambar 2.32 di atas dan diambil nilai yang terbesar. Untukmenentukan ketebalan

pelat yaitu:

tp = (m atau n) 2.𝑃

0.9𝐹𝑦 .𝐡.𝑁 (mm) ………………….(2.21)

Dimana :

tp = Tebal pelat (mm)

Fy = Mutu baja (MPa)

Page 4: Perencanaan Base Plate

2. Menentukan luas dasar beton (bantalan), yaitu:

A2 = 4 N B ………………..(2.22)

8.2 Baseplate Dengan Beban vertikal dan Momen

Terdapat dua metode perencanaan untuk menentukan dimensi baseplate yangterbebani oleh

gaya aksial dan momen, yaitu :

1. Perhitungan untuk eksentrisitas (e) kecil dan sedang.

2. Perhitungan untuk eksentrisitas (e) besar.

8.2.1 Perhitungan Eksentrisitas (e) Kecil dan Sedang

Gambar 2.34 Base plate dengan eksenstrisitas besar

Jika nilai eksentrisitas (e) sama atau lebih kecil dari N/6, distribusi gaya tekanterjadi di

seluruh permukaan baseplate, seperti yang terlihat pada gambar 2.13. Gaya f1,2 dapat

dihitung sebagai berikut :

f1.2 = 𝑃

𝐡.𝑁 Β±

𝑀.𝑐

𝐼 < Fp (MPa) ………………..(2.23)

Dimana:

B , N = dimensi baseplate (mm)

c = N /2 (mm)

I = momen inersia. ( B x N 3 )

/ 12 (mm

4)

Berdasarkan LRFD (Load & Resistance Factor Design), gaya tekan maksimum (f1) tidak

boleh melebihi gaya tekan yang diizinkan (Fp) :

Page 5: Perencanaan Base Plate

Fp = 0.85 πœ‘c f ’c 𝐴2

𝐴1 (MPa) …………………….. (2.24)

Dimana :

f’c = Mutu beton (ksi)

A1 = Luas baseplate (in2)

A2 = Luas beton dasar (bantalan) (in2)

πœ‘c = Faktor resistensi pada beton, 0.6

Untuk menghitungnya dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan Pu dan Mu

2. Menentukan tegangan desain bantalan maksimum

𝐹𝑝 = 0.85πœ‘π‘π‘“π‘β€²

𝐴2

𝐴1 ≀ 1.7πœ‘π‘ 𝑓′𝑐 …………………….. (2.25)

3. Menentukan nilai N dan B dengan perkiraan

4. Menentukan tegangan bantalan yang terjadi dengan rumus 𝑓1.2

= 𝑃

𝐡.𝑁±

𝑀.𝐢

𝐼

5. Memeriksa apakah nilai 𝑒 = 𝑀

𝑃 ≀

𝑁

6 dan nilai f1,2 < Fp . Jika nilainya memenuhi maka

diteruskan kelangkah selanjutnya, jika tidak kembali ke langkah 3.

6. Menentukan tebal pelat 𝑑𝑝 = 4𝑀𝑝𝑙𝑒

0.90 𝐹𝑦

Gambar 2.35 Beban dengan Eksentrisitas sedang

Jika nilai eksentrisitas (e) diantara N/6 dan N/2, distribusi gaya tekan terjadi hanyapada

sebagian baseplate, seperti yang terlihat pada gambar 2.14. Agar seimbang,distribusi

Page 6: Perencanaan Base Plate

gaya tekan harus sama dengan beban vertikal dan berada pada jarak etitik tengah dari

baseplate. Gaya maksimum f1 dihitung sebagai berikut :

f1 = 2.𝑃

𝐴.𝐡 (MPa) …………………….. (2.26)

Dimana :

A = Panjang tegangan yang terjadi, 3 (N/2 – e)

8.2.2 Perhitungan Eksentrisitas (e) Besar

Gambar 2.36 Beban dengan Eksentrisitas besar

Saat terjadi eksentrisitas (e) yang besar, maka disarankan menggunakanjangkar (anchor

bolt) untuk meredam peregangan komponen pada saat beban momenbekerja. Hal ini

diperlihatkan pada gambar 2.36.

Untuk menghitungnya dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan Pu dan Mu

2. Tentukan nilai N dan B dengan coba-coba.

1. Hitung nilai eksentrisitras e = M / P

2. Menentukan tegangan bantalan maksimum

f2,1 = 𝑃

𝐡.𝑁

𝑀.𝑁

2𝐼 ≀ Fp

Fp = Tegangan beton yg diperbolehkan

𝐹𝑝 = 0.85βˆ…π‘π‘“β€²π‘

𝐴2

𝐴1 ≀ 1.7βˆ…π‘ 𝑓′𝑐 …………………….. (2.27)

3. Letak garis netral dan tegangan-tegangan

f3

f4 = f2 - f3

m

f3 f2 f3

Page 7: Perencanaan Base Plate

A = 𝑓2

𝑓2+𝑓1*N

𝑓3 =π΄βˆ’π‘š

𝐴𝑓2 f4 = f2 - f3

4. Menghitung momen Mplu = (1/2 f3 + 1/3 f4) m2*B

5. Menghitung kapasitas jangkar (T)

𝑇 =𝑓𝑝 𝐴 𝐡

2 βˆ’ 𝑃 …………………….. (2.28)

6. Menentukan tebal pelat (tp)

𝑑𝑝 = 4𝑀𝑝𝑙𝑒

0.9 𝑁 𝐹𝑦 …………………….. (2.29)

8.2.3 Desain Tambahan Untuk Perhitungan Eksentrisitas Besar

Saat pelat dasar menerima beban vertikal dan beban momen yang cenderungbesar, terjadi

eksentrisitas yang besar pula. Keadaan ini berakibat tidak seimbangnyapelat dasar yang

selanjutnya dapat menyulitkan pengerjaan terutama pada saat awalkonstruksi berlangsung.

Untuk itu, diperlukan pengikat antara pelat dasar danpondasi agar dapat menahan gaya

guling yang terjadi. Pengikat yang dimaksudadalah anchor bolt (baut angkur).

Maitra (1978) telah mengembangkan suatu solusi grafis untuk kasus pelatdasar yang

memiliki beban eksentris yang besar. Grafik yang dimaksud adalahsebagai berikut :

Gambar 2.37 Grafik Desain Tambahan Untuk Baseplate Dengan Beban vertikal dan

Momen

Page 8: Perencanaan Base Plate

Untuk menentukan resultan gaya (T) dari ankur (anchor bolt), dapat dihitungdengan prosedur

sebagai berikut:

1. Menentukan Pu dan Mu

2. Menentukan tegangan desain bantalan maksimum

3. 𝐹𝑝 = 0.85πœ‘π‘“ ′𝑐 𝐴2

𝐴1 π‘˜π‘ π‘– (2.31)

4. Menentukan nilai N dan B dengan asumsi.

5. Hitung 𝛽 = [ 𝑀+𝑃.𝐴′

𝑓𝑝 .𝐡.𝑁′ 2 ]sehingga dari grafik didapat A/N’

6. Dari nilai A/N` didapat nilai A. Jika nilai A sesuai maka lanjutkan ke

langkahselanjutnya, jika tidak ulangi langkah 3.

7. Dari grafik juga di dapat nilai Ξ±. Sehingga dapat dicari kapasitas angkur

𝑇 = 𝑀+𝑃𝐴′

𝛼 .𝑁′ βˆ’ 𝑃 (2.32)

Dimana = koefisien jarak angkur dari pusat distribusi beban

8.3 Baseplate Dengan Beban Geser

Biasanya, gaya geser kolom dasar secara keseluruhan dilawan oleh gesekankarena adanya

beban tekan aksial. Karena itu biasanya tidak diperlukan untukperencanaan geser. Namun ada

beberapa kasus dimana perencanaan geserdiperlukan.

Ada 4 cara untuk menahan gaya geser yaitu: dengan pengembangan gayagesek; dengan

baut geser / bantalan, penggunaan penahan geser (shear lug) dandengan penanaman kolom ke

pondasi.

Gambar 2.38 Baseplate dengan beban geser

Page 9: Perencanaan Base Plate

Untuk merencanakan dimensi baseplate dengan beban geser dapat mengikuti

langkah berikut:

1. Menentukan bagian geser yang dapat ditransfer oleh gesekan sebesar ΞΌ dikalikandengan

factor beban mati Vlgu, ditambah dengan bagian yang sesuai dari bebanhidup yang

menghasilkan gaya geser. Bagian ini ditahan oleh penahan geser(shear lug), adalah berbeda

antara beban geser yang diperhitungkan dankekuatan ini.

Vlgu = (faktor beban geser x gaya horizontal) - ( ΞΌ x faktor beban mati x bebanmati)

2. Menghitung daerah bantalan yang diperlukan untuk penahan geser (shear lug)

𝐴𝑙𝑔𝑒 =𝑉𝑙𝑔𝑒

0.85πœ‘π‘π‘“ ′𝑐 (2.33)

3. Menentukan dimensi penahan geser dengan asumsi bahwa bantalan terjadi pada bagian di

bawah pondasi beton.

𝐻 βˆ’ 𝐺 =𝐴𝑙𝑔𝑒

π‘Šdimana W= Asumsi lebar shear slug

4. Menghitung momen pada penahan geser

𝑀𝑙𝑔𝑒 = 𝑉𝑙𝑔𝑒

π‘Š [

(𝐻+𝐺)

2] (2.34)

5. Menghitung ketebalan shear lug

𝑑𝑙𝑔 = 4𝑀𝑙𝑔𝑒

0.9𝐹𝑦 (2.35)

Desain Baut Angkur

Baut angkur diperlukan untuk semua baseplate. Baut angkur digunakan untukmemperkuat semua

pelat dan untuk mencegah kolom terbalik. Baut angkur jugadiperlukan ketika pelat menerima

beban yang besar atau uplift.

Gambar 2.39 Type Baut Angkur

Page 10: Perencanaan Base Plate

Untuk menentukan panjang baut angkur yang dibutuhkan, didasarkan pada luas

permukaan pelat dan kapasitas baut angkur itu sendiri.

Dapat dihitung dengan prosedur sebagai berikut :

1. Menghitung luas baru Ag

𝐴𝑔 = 𝑇𝑒

0.75 πœ‘π‘‘ .𝐹𝑒 (2.36)

Dimana :

Tu = Kapasitas angkur (kip)

πœ‘π‘‘ = faktor tahanan untuk tegangan = 0.75

𝐹𝑒 = Kekuatan tarik minimum (Ksi)

2. Menghitung luasan yang diproyeksikan

Gambar 2.40Bidang runtuh

𝐴𝑝𝑠𝑓 = 𝑇𝑒

4πœ‘π‘‘ 𝑓′𝑐 (𝑖𝑛2) (2.37)

Dimana

Tu = Kapasitas angkur (kip)

πœ‘π‘‘ = faktor tahanan untuk tegangan = 0.75

𝐹𝑒 = Kekuatan tarik minimum (Ksi)

3. 𝐿 = 𝐴𝑝𝑠𝑓

3.14 (𝑖𝑛) (2.38)

dimana Apsf = Luas permukaan pelat (in2)

Panjang jangkar ini berlaku apabila luas proyeksi dianggap penuh, artinya tidakterpotong oleh

tepi pondasi beton.Pada tahun (1983) Shipp and Haninger telah menyajikan panjang minimum

Page 11: Perencanaan Base Plate

jangkaryang tertanam dan juga jarak minimumnya keujung bawah pondasi. Disajikan dalam

table berikut

Contoh Perhitungan:

1. Kasus kolom dengan beban vertikal saja Pu = 800 kN

Kolom WF 200x200 d =200 mm tw = 8 mm

A = 11080 mm2 bf = 200 mm tf = 12 mm

f’c = 20 MPa Ix = 47.2 E6 mm4 Iy = 16 E6 mm

4

fy = 240 MPa Wx = 472 E3 mm3 Wy = 160 E3 mm

3

rx = 86.2 mm ry = 50.2 mm

Luas pelat: A1 = 𝑃𝑒

0.85 πœ‘π‘ 𝑓𝑐′=

800000

0.85βˆ—0.6βˆ—20 = 78432

Ξ” = 0.5 (0.95d – 0.8bf ) = 0.5 (0.95*200 – 0.8*200) = 15 (mm)

N = 𝐴1 + βˆ† = 78432 + 15 = 295 300 (mm)

B = 𝐴1

𝑁=

78432

300 = 261 300 (mm)

Page 12: Perencanaan Base Plate

Cek tegangan beton

fc ≀ Fp

Dipakai dimensi kolom 350x350 mm A2 = 12.25 104 mm

2

Luas pelat A1 = 300x300 = 9 104 mm

2

Fp = 0.85 πœ‘c f ’c 𝐴2

𝐴1 = 0.85*0.6*20

12.25

9 = 11.9

fc = Pu / A1 = 800000 / 9 104 = 8.9 < Fp OK!

m = π‘βˆ’0.95𝑑

2=

300βˆ’0.95βˆ—200

2 = 55 (mm)

n = π΅βˆ’0.8 𝑏𝑓

2=

300βˆ’0.8βˆ—200

2 = 70 (mm)

Tebal pelat

tp = (m atau n) 2.𝑃

0.9𝐹𝑦 .𝐡.𝑁 = 70*

2βˆ—800000

0.9βˆ—240βˆ—300βˆ—300 = 20.1 mm 20 mm

Kesimpulan: Pelat ukuran 300x300x20 mm; kolom ukuran 350x350 mm

2. Kasus kolom dengan beban vertikal dan momen (eksentrisitas kecil)

Pu = 800 kN ; Mux = 40 kNm

Kolom WF 200x200 d =200 mm tw = 8 mm

A = 11080 mm2 bf = 200 mm tf = 12 mm

f’c = 20 MPa Ix = 47.2 E6 mm4 Iy = 16 E6 mm

4

fy = 240 MPa Wx = 472 E3 mm3 Wy = 160 E3 mm

3

rx = 86.2 mm ry = 50.2 mm

Coba B = 300 mm , N = 300 mm A2 = 90000 mm2

e = Mu / Pu = 20 / 800 = 0.025 mm = 25 mm < N/6 = 50 mm (eksentrisitas kecil)

f1.2 = 𝑃

𝐡.𝑁 Β±

𝑀.𝑐

𝐼=

800000

300βˆ—300 Β±

20000000 βˆ—150

3004 / 12= 8.89 4.44 < Fp (MPa)

f1 = 13.33 dan f2 = 4.44

Coba luas kolom beton 400 x 400 mm A2 = 160000 mm2

Fp = 0.85 πœ‘c f ’c 𝐴2

𝐴1 = 0.85*0.6*20

16

9 = 13.6 (MPa)

f1 = 13.33 < Fp OK!

Page 13: Perencanaan Base Plate

Menentukan tebal pelat

m = π‘βˆ’0.95𝑑

2=

300βˆ’0.95βˆ—200

2 = 55 (mm)

n = π΅βˆ’0.8 𝑏𝑓

2=

300βˆ’0.8βˆ—200

2 = 70 (mm)

Momen pada garis kritis Mplu = Β½ *f1*m2*B = Β½ *13.33*55

2*300 = 6048488

Kapasitas moment pelat Mn = Ο†y Z fy = Ο†y ( ΒΌ B tp2 )*fy = 0.9*( ΒΌ B tp

2 )*fy = Mplu

𝑑𝑝 = 4𝑀𝑝𝑙𝑒

0.9 𝐡 𝐹𝑦=

4βˆ—6048488

0.9βˆ—300βˆ—240 = 19.3 20 mm

Kesimpulan: Pelat ukuran 300x300x20 mm ; kolom ukuran 400x400 mm

3. Kasus kolom dengan beban vertikal dan momen (eksentrisitas besar)

Pu = 200 kN ; Mux = 80 kNm

Kolom WF 200x200 d =200 mm tw = 8 mm

A = 11080 mm2 bf = 200 mm tf = 12 mm

f’c = 20 MPa Ix = 47.2 E6 mm4 Iy = 16 E6 mm

4

fy = 240 MPa Wx = 472 E3 mm3 Wy = 160 E3 mm

3

rx = 86.2 mm ry = 50.2 mm

Coba B = 350 mm , N = 350 mm A1 = 122500 mm2

e = Mu / Pu = 80 / 200 = 0.4 m = 400 mm > N/2 = 175 mm (eksentrisitas besar)

f1.2 = 𝑃

𝐡.𝑁 Β±

𝑀.𝑐

𝐼=

200000

350βˆ—350 Β±

80000000 βˆ—175

3504 / 12= 1.6 11.2

f1 = -9.6 dan f2 = 12.8

Coba luas kolom beton 450 x 450 mm A2 = 202500 mm2

A2 / A1= 202500 / 122500 = 1.653

Page 14: Perencanaan Base Plate

Fp = 0.85 πœ‘c f ’c 𝐴2

𝐴1 = 0.85*0.6*20*1.653 = 13.1 (MPa)

f2 = 12.8 < Fp OK!

Menentukan tebal pelat

m = π‘βˆ’0.95𝑑

2=

350βˆ’0.95βˆ—200

2 = 80 (mm)

n = π΅βˆ’0.8 𝑏𝑓

2=

350βˆ’0.8βˆ—200

2 = 95 (mm)

Letak garis netral A = 𝑓1

𝑓2+𝑓1*N =

12.8

12.8+9.6 * 350 = 200

𝑓3 =π΄βˆ’π‘š

𝐴𝑓2 =

200βˆ’80

200βˆ— 12.8 = 7.68

f4 = f2 - f3 = 12.8 – 7.68 = 5.12

Mplu = (1/2 f3 + 1/3 f4) m2*B = (7.68/2+5.12/3)*80

2*350 = 12424533

Kapasitas moment pelat Mn = Ο†y Z fy = Ο†y ( ΒΌ B tp2 )*fy = 0.9*( ΒΌ B tp

2 )*fy = Mplu

𝑑𝑝 = 4𝑀𝑝𝑙𝑒

0.9 𝐡 𝐹𝑦=

4βˆ—12424533

0.9βˆ—350βˆ—240 = 25.6 26 mm

Kesimpulan: Pelat ukuran 350x350x26 mm ; kolom ukuran 400x400 mm

f2

f1

m

f3

f3

f4 = f2 - f3

m

f3