bahan penyuluhan bi - kalimat editor hasan alwi(1)

Upload: nadya-amalia-nst

Post on 12-Jul-2015

327 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB I PENGERTIAN DASAR 1.1 Pengertian Kalimat kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran yang utuh. Pikiran yang utuh itu dapat diwujudkan dalam bentuk lisan atau tulisan. Dalam bentuk lisan kalmat ditandai dengan alunan titinasa, keras lembutnya suara, dan disela jeda, serta diakhiri nada selesai. Dalam bentuk tulisan kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru atau tanda tanya. Sementara itu, didalamnya dapat disertai dengan tanda baca lainnya seperti tanda koma, tanda titik koma, tanda hubung, ataupun tanda kurung. (1) a. Para penyuluh telah datang. b. Buku saya hilang. c. Keringat dingin telah membasahi tubunhnya. d. Rasa jenuh mulai menghinggapi dirinya. e. Mereka bekerja sejak pagi. (2) a. Kamu kemarin datang ke rumah? b. Paman pergi ke luar kota? c. Orang tuanya tinggal di Batu Jajar? (3) a. Ambilkan buku itu! b. Baca! c. Jangan duduk di situ! Pernyataan-pernyataan di atas semuanya merupakan kalimat meskipun ada yang hanya terdiri atas satu kata, yaitu Baca pada contoh (3). Contoh di atas disebut kalimat sebab pernyataan-pernyataan tersebut mengungkapkan pikiran yang lengkap. Selain itu, ciri lain kalimat adalah adanya predikat didalam suatu pernyataan. Predikat pada conto (1) adalah (a) telah datang, (b) hilang, (c) telah membasahi, (d) mulai menghinggapi, dan (e) bekerja. Predikat pada contoh (2) adalah (a) datang, (b) pergi, dan (c) tinggal, sedangkan predikat pada contoh (3) adalah (a) ambilkan, (b) baca, (c) jangan duduk. Pernyataan pada contoh (4) berikut juga termasuk kalimat. (4) a. Kapan seminat? b. HariRrabu minggu depan c. Dibuka Gubernur kan? d. Bukan, Bupati. e. Kenapa? f. Gubernut dipanggil ke Jakarta. g. O Contoh di atas disebut kalimat sebab pernyataan-pernyataan tersebut dapat mengungkapkan pikiran yang lengkap. Kelengkapan pikiran pada tuturan di atas, selain ditentukan oleh situasi pembicaraan, juga ditentukan oleh alunan nada yang menyertainya.

Bandingkanlah contoh pada (1) s.d (4) di atas dengan contoh pada (5) dan (6) berikut. (5) a. angin b. angin yang berhembus c. angin yang berhembus sepoi-sepoi d. angin yang berhembus dengan kencang (6) a. Orang itu b. Orang yang berjalan c. Orang yang berjalan itu d. Orang yang berjalan dengan santai itu Contoh pada (5) dan (6) bukan merupakan kaliamat karena ujaran tersebut tidak mengungkapkan pikiran yang utuh. Ujaran seperti pada contoh (5) dan (6) itu disebut frasa atau kelompok kata. Di dalam bahasa lisan, frasa biasanya diucapkan dengan nada datar, sedangkan di dalam bahasa tulisa frasa di luar konteks kalimat tidak diawali dengan huruf kapital dan tidak diakhiri tanda titik, tanda tanya, datau tanda seru. 1.2 Fungsi ,kategori , dan peran Seagaimana dikemukakan diawah ini, kalimat ahasa Indonesia dapat diuraikan berdasarkan fungsi, kategori, dan peran. 1.2.1 fungsi Uraian berdasarkan fungsi akan memperlihatkan bahwa kalimat terdiri atas subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan /atau keterangan (K). (1) Ceramah itu sangat bagus. S P (2) Keputusan pemimpin itu sering mengecewakan anak buahnya. S P O (3) Pak imam sudah menjadi direktur. S P Pel (4) Dia sering bertugas ke luar kota. S P K (5) Kami pernah mengundang pakar ekonomi dalam seminar sehari. S P O K 1.2.2 kategori Pembahasan kalimat berdasarkan kategori berarti pemilahan unsur-unsur kalimat dilakukan berdasarkan kelas kata. Dalam bahasa indonesia ada kelas kata kerja (KK), kata benda (KB), kata sifat (KS), kata keterangan (Kket), dan kata tugas (KT). Yang termasuk kelompok kata tugas adalah penghubung ( konjungsi), kata depan ( preposisi), kata sandang (artikula), dan partikel. Gabungan kata disebut frasa. Jika yang menjadi intinya nomina, gabungan itu disebut rasa nominal. Jika intinya verba, gaungan itu disebut rasa verbal. Jika intinya adjektiva, gabungan itu disebut rasa adjektival, dan seterusnya. (6) gedung ini akan dibongkar.

S:FN P:FN (7) Kongres bahasa indonesia berlangsung lima tahun sekali. S:FN P:FN K:FNum (8) Kami memerlukan sepidol biru dan hitam S:FN P:FN O:FN (9) Kedatangannya melegakan hati kami. S:FN P:FN O:FN (10) Bapak dan ibunya menjadi dosen di jakarta. S:FN P:FN Pel FN 1.2.3 peran Uraian berdasarkan peran akan memperlihatkan kelengkapan analisis fungsi subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan dengan peran pelaku ( agen), penderita (pasien) atau sasaran, pengalami, pemanfaat (benefaktif), waktu, tempat, dan sebagainya. (11) (12) (13) Bu yuli sedang membuat konsep surat. S: pelaku P: perbuatan O:sasaran Rambut pak yayan memutih. S:pengalami P:proses Buku ini sangat bagus. S:kualifikasi P: keadaan

Karena unsur predikat biasanya berupa verba atau adjektiva, peran semantis predikat ini tentulah menyatakan perbuatan, proses, atau keadaan. Sementara itu, peran semantis unsur keterangan antara lain sebagai alat, tempat, waktu, dan atribut. 1.3 unsur kalimat Sebagaimana dikemukakan di depan, unsur kalimat tunggal dapat berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Predikat merupakan unsur yang harus ada di dalam kalimat. Predikat yang disertai subjek itu dapat diiringi ojek, pelengkap, atau keterangan sanagat tergantung pada tipe verba. Perhatikan contoh berikut. (1) a. Presiden sudah berpidato kemarin. S P O b. presiden sudah berpidato S P c. *presiden kemarin.S K

d. *sudah kemarin. S K Kalimat (1a) memiliki informasi yang lengkap, kalimat (1b), walaupun tidak ada keterangan, tetap memiliki struktur yang lengkap karena predikat sudah berpidato tidak memerlukan objek, pelengkap, ataupun keterangan. Sebaliknya, kalimat (1c) dan (1d) struktur dan informasinya tidak lengkap karena pada (1c) tidak diketahui apa yang dilakukan presiden kemarin dan pada (1d) apa yang sudah? Demikian

juga, subjek merupakan unsur yang wajib dalam kalimat yang mandiri. Perhatikan contoh berikut. Jawaban tidak ditemukan di dalam kalimat ini. (2) a. Mereka telah bekerja kemarin. b. *telah berkeja . c. *telah bekerja kemarin. Kalimat tanpa S dan P , strukturnya dan informasinya tidak lengkap. Pada (2b) tidak diketahui siapa yang telah bekerja dan pada (2c) siapa yang telah bekerja kemarin. Jawabannya tidak ada dalam kalimat itu. Berbeda dengan S dan P , unsur keterangan dapat tidak hadir, seperti dalam kalimat (2b). Kalau S dan P merupakan unsur wajib dalam setiap kalimat, unsur O , Pel. Dan K merupakan unsur yang kehadirannya ditentukan oleh tipe verba predikat. Pada kalimat (1) dan (2) tidak terdapat objek atau pelengkap karena predikatnya tidak menuntut unsur itu. Pada contoh (3) berikut predikat menuntut objek dan pada kalimat (4) predikat mewajibkan kehadiran pelengkap. (3) Pedagang kaki lima itu menggelar dagangannya pada sore hari. S P O K (4) Negara kita berdasarkan pancasila. S P Pel Predikat (3) menggelar menuntut hadirnya dagangannya sebagai objek dan (4) predikat berdasarkan menuntut kehadiran pancasila sebagai pelengkap. Ada pula predikat yang memerlukan objek dan pelengkap sekaligus. Berikut adalah contohnya. (5) panitia memberi saya hadiah. S P O Pel (6) Seorang peserta mencarikan penatar penghapus. S p O Pel Kehadiran objek saya dan pelengkap hadiah pada (5) dituntut oleh predikat memberi. Begitu juga objek penatar dan pelengkap penghapus pada kalimat (6) diperlukan oleh predikat mencarikan. Unsur kalimat yang lain adalah keterangan. Keeradaan unsur keterangan berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Jika kehadiran keempat unsur itu bersifat wajib unsur keterangan ada yang bersifat wajib, dan ada yang tidak wajib (manasuka). Perhatikan contoh dibawah ini. (7) cincin ini terbuat dari emas putih. (8) Peserta ini berasal dari desa. Predikat (7) terbuat menurut kehadiran keterangan dari emas putih serta pada (8) predikat berasal memerlukan keterangan dari desa.hal itu berbeda dengan kalimat (8) dan (9) yang unsur keterangannya bersifat tidak wajib. (8) a. Para karyawan mengikuti upacara di lapangan. b. para karyawan mengikuti upacara. (9) a. Di mimbar upacara pemina upacara sudah siap. b. pembina upacara sudah siap.

Keterangan (8a) di lapangan dapat ditiadakan seperti ada (8b). Demikian juga keterangan di mimbar upacara pada kalimat (9a) dapat ditiadakan tanpa mengganggu struktur kalimat itu ( lihat kalimat 9b ). 1.4 struktur topik-komen 1.4.1 Topik Pada bagian depan telah dibicarakan unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan beserta contoh-contohnya dalam kalimat. Di dalam bahasa indonesia, selain ada kalimat berstruktur subjek-predikat, ada kalimat yang berstruktur topik-komen dengan contoh sebagai berikut. (1) pegawai baru itu, pakaiannya selalu rapih. (2) Penampilannya selalu menarik. Kalimat-kalimat diatas terdiri atas duab bagian, yaitu pegawai baru itu dan pakaiannya selalu rapih pada (1) serta penampilannya dan selalu menarik pada (2). Bagian pertama disebut topik dan bagian kedua disebut komen. Topik dalam kedua kalimat tersebut merupakan titik tolak pembicaraan kalimat, yaitu bagian yang mempunyai daya tarik pendengar/pembaca. Kalimat yang berstruktur topik-komen lebih dilihat sebagai sarana informasi lebih bertalian dengan nilai komunikatif dan keefektifan kalimat. Unsur pengisi topik pada kalimat diatas berupa frasa nominal yaitu pegawai baru itu pada (1) dan kehadirannya pada (2) dengan penanda takrif pada kalimat (1) itu dan pada kalimat (2) nya. Maka, topik kalimat (1) terikat pada wancana sebelumnya dan topik kalimat (2) terikat pada kalimat (1). Penanda takrif ini dan tersebut juga dapat dipergunakan sebagai penanda takrif seperti pada contoh berikut. (3) masalah disiplin ini dapat dijadikan teladan bagi pegawai lain. (4) Keteladanan tersebut perlu ditonjolkan dalam menegakkan disiplin. Topik dapat pula berupa klausa, seperti dalam contoh berikut. (5) bahwa semua karyawan harus disiplin, itu sudah menjadi kewajibannya. (6) Berbicara tentang budaya tertib, kita tidak dapat mengabaikan peranan waskat. Topik kalimat (5) bahwa semua karyawan harus disiplin merupakan klausa dengan subjek semua karyawan dan predikat harus disiplin. Begitu juga kalimat (6) mempunyai topik yang berupa klausa, dengan predikat berbicara dan keterangan tentang budaya tertib. 1.4.2 komen Kalau topik dapat berupa nomina, frasa nomina, atau klausa, komen berupa frasa verba atau klausa. Komen yang berupaya frasa verba terdapat pada struktur seperti contoh (2), yang telah dikemukakan didepan, ditulis kembali dibawah ini. (7) penampilannya selalu menarik. Komen juga dapat berupa klausa, seperti pada contoh (1), (5) dan (6) atau (8). (8) anak itu, ibunya karyawati sebuah bank.

Pada contoh (5), kata itu berfungsi sebagai subjek pengisi komen. Kata itu berfungsi menyulih unsur topik, yakni bahwa semua karyawan harus disiplin, itu sudah menjadi kewajiban. Kata ibunya pada contoh (8) berfungsi sebagai subjek pengisi komen. Kata ganti-nya pada ibunya berfungsi sebagai santiran pronominal, yang wajib hadir. 1.5 jenis kalimat Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan dua hal, yaitu menurut bentuknya dan menurut strukturnya, seperti yang dikemukakan dibawah ini. 1.5.1 kalimat menurut bentuknya Berdasarkan bentuknya, kalimat dapat dibedakan atas kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah yang penjelasannya masing-masing dikemukakan dibawah ini. 1.5.1.1 kalimat berita Kalimat berita adalah kalimat yang berisi pemberitahuan atau pernyataan. Kalimat berita disebut juga kalimat deklaratif. Dalam bahasa tulis kalimat berita diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, sedangkan dalam bahasa lisan nada kalimat berita adalah #2-33/2-31#. (1) kemarin saya tidak mengerjakan apa-apa. (2) Saya akan menyelesaikan laporan ini secepatnya. (3) Atasan saya memberikan waktu tujuh hari kepada saya. (4) Penyuluhan ini akan berlangsung selam satu minggu. (5) Rombongan kami berjumlah lima orang. Kelima contoh diatas semuanya berisi pemberitahuan atau pernyataan sehingga lawan bicara menjadi tahu tentang sesuatau yang sebelumnya mungkin tidak diketahuinya. 1.5.1.2 kalimat tanya Kalimat tanya adalah kalimat yang biasanya digunakan untuk meminta informasi tentang sesuatu dari lawan bicara. Kalimat tanya disebut juga kalimat interogatif. Dalam bahasa tulis kalimat tanya biasanya diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda tanya, sedangkan dalam bahasa lisan kalimat tanya diakhiri nada naik terutama jika tidak digunakan kata tanya. Kata tanya seperti apa, sipa, berapa, di mana, ke mana, dari mana, bagaimana, mengapa, dan kapan dipergunakan dalam kalimat tanya. (1) apa yang kamu sampaikan dalam rapat tadi ? (2) siapa yang memimpin rapat tadi ? (3) berapa orang yang hadir ? (4) kapan rapat itu dimulai ? (5) dimana rapat itu diadakan ? (6) mengapa rapat itu diadakan ? Keenam contoh kalimat diatas semuanya mempergunakan kata tanya. Selain menggunakan kata tanya, seperti contoh (1) s.d (6) diatas, ada kalimat tanya yang tidak menggunakan kata tanya. Amatilah beberapa contoh berikut.

(7) bapak peserta penyuluhan ? (8) saudara pernah mengadakan penelitian ? (9) naskah itu sudah bapak baca ? Meskipun tanpa kata tanya, kalimat pada contoh (7) s.d (9) tetap merupakan kalimat tanya. Kalimat tanya juga dapat dibentuk dengan partikel kah seperti contoh berikut. (10) bapakkah yang menelpon kami kemarin ? (11) inikah buku yang akan dibagikan kepada peserta penyuluhan ? (12) bukankah rapat kemarin telah menyetujui usulan kami ? (13) dapatkah ibu mengantar kami ke kantor pos ? (14) tidakkah klebih baik kalau kita beristirahat sejenak ? (15) belajarkah dia ? 1.5.1.3 kalimat perintah Kalimat perintah adalah kalimat yang mengandung perintah atau permintaan (permohonan) kepada lawan bicara melaksanakan atau mengerjakan apa yang diinginkan oleh pembicara. Kalimat perintah disebut juga kalimat imperatif. Amatilah beberapa contoh berikut. (1) man, ambilkan surat di meja saya ! (2) antarkan surat ini sekarang juga ! (3) jauhkan kertas itu dari api ! (4) matikan lampu itu ! (5) letakkan uku itu di meja sana ! untuk menghaluskan perintah , kata tolong, coba, silahkan, ayo, mari, dan lah sering digunakan dalam kalimat perintah ! (6) tolong ketikan surat ini. (7) Coba renungkan dahulu keterangan saya tadi ! (8) Silahkan rapat dimulai walaupun tanpa kehadiran saya ! (9) Ayo berangkat sekarang, nanti kesiangan ! (10) Kalau setuju, mari kita beristirahat sebentar ! (11) Perbaikilah surat ini ! (12) Tunjukanlah surat ini kepada atasan saudara ! Kalimat perintah dapat juga berentuk kalimat tanya, tetapi berisi perintah atau permohonan, seperti contoh berikut. (1) bagaimana jika saudara yang mendatangani surat ini ? (2) apakah kamu bisa mengantarkan surat ini, don ? (3) dapatkah bapak menjelaskan sekali lagi ? (4) apakah pengetikan ini dapat diselesaikan hari ini ? (5) bagaiman kalau saudara yang memimpin rapat ini ? Walaupun berbentuk kalimat tanya, kalimat-kalimat diatas menyatakan permintaan (1) dan (5), suruhan (2), permohonan (3), dan perintah (4).

1.5.2 kalimat menurut strukturnya Berdasarkan strukturnya, kalimat dapat dibedakan atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Penjelasan kedua jenis kalimat itu adalah sebagai berikut. 1.5.2.1 kalimat tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu struktur klausa (satu predikat). Satu struktur klausa di dalam kalimat dapat berupa subjek dan predikat (SP); subjek, predikat, dan objek (SPO); atau subjek, predikat, dan keterangan (SPK); bahkan dapat juga hanya berupa predikat (P). Contohnya adalah sebagai berikut. (1) orang itu dosen kami. (2) Sekretaris saya sedang mengonsep surat jawaban. (3) Keputusan ini berdasarkan musyawarah keluarga. (4) Kami berangkat pukul 7.30 (5) Minggir ! Kalimat (1) terdiri atas satu unsur subjek (orang itu) dan satu unsur predikat (dosen kami). Kalimat (2) terdiri atas satu unsur subjek (sekretaris saya), satu unsur predikat (sedang mengonsep), dan satu unsur objek (surat jawaban). Kalimat (3) terdiri atas satu unsur subjek (keputusan ini ), satu unsur predikat(berdasarkan) dan satu unsur pelengkap (musyawarah keluarga). Kalimat (4) terdiri atas satu unsur subjek (kami), satu unsur predikat (berangkat), dan satu unsur keterangan (pukul 7.30). sementara itu, kalimat (5) hanya terdiri atas satu unsur predikat (minggir). 1.5.2.2 kalimat majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua struktur klausa. Oleh karena itu, kalimat majemuk sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur predikat. Berikut disajikan beberapa contoh. (1) kantornya megah, tetapi karyawannya miskin-miskin. (2) Dia bekerja di ruang sekretaris dan saya bekerja di ruang rapat. (3) Dia datang meskipun tidak diundang. (4) Ketika seminar sedang berlangsung, di luar ada demonstrasi mahasiswa. (5) Karena tidak diberi kesempatan, peserta itu kecewa. Kalimat (1) terdiri atas dua klausa, yaitu kantornya megah dan karyawannya miskin-miskin. Kalimat (2) terdiri atas dua klausa, yaitu dia bekerja di ruang sekretaris dan saya bekerja di ruang rapat. Kalimat (3) terdiri dua klausa, yaitu dia datang dan tidak diundang. Kalimat (4) terdiri atas dua klausa, yaitu seminar sedang berlangsung dan di luar ada demonstrasi mahasiswa. Kalimat (5) terdiri atas dua klausa, yaitu tidak diberi kesempatan dan peserta itu kecewa. Kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri atas dua klausa seperti pad contoh (1) s.d (5) diatas disebut kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran. Berikut dijelaskan ketiga jenis kalimat majemuk itu.

a. Kalimat Majemuk Setara kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang unsur-unsurnya berkedudukan sederajat. Kedua unsur itu tidak saling bergantung. Meskipun begitu, kedua unsur tersebut dapat dihubungkan dengan penghubung intrakalimat (konjungtor koordinatif) seperti dan, atau, tetapi, sedangkan, lalu, dan kemudian. Dibawah ini disajikan beberapa contoh. (1) Guru berbicara di depan kelas dan seorang murid bertanya dengan lantang. (2) Saya bersedia memaafkannya, tetapi dia tidak mengakui kesalahannya. (3) Ceramah yang kedua tadi menarik, sedangkan ceramah yang pertama dan ketiga tidak begitu menarik. Kalimat guru berbicara di depan kelas dan seorang murid bertanya dengan lantang pada contoh (1) di atas masing-masing dapat berdiri sendiri kalimat yang lepas. Demikian pula dengan kalimat saya bersedia memanfaatkannya dan tidak mengakui kesalahannya pada (2) serta ceramah yang kedua tadi menarik dan ceramah yang pertama dan ketiga tidak begitu menarik pada (3) yang masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat yang lepas. b. Kalimat Majemuk Bertingkat kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang unsur-unsurnya tidak sederajat, yang satu menjadi bagian dari yang lain atau bergantung pada yang lain. Kalimat yang bergantung pada kalimat yang lain itu disebut anak kalimat, sedangkan unsur yang tidak bergantung pada yang lainnya disebut induk kalimat. Hubungan antarunsur itu ditandai dengan penghubung taksetara, seperti meskipun, walaupaun, supaya, agar, karena, sebab, sehingga, maka, ketika, setelah, jika, apabila, dan bahwa. Penghubung jenis ini sering disebut dengan penghubung intrakalimat (konjungtor subordinatif). Amatilah contoh berikut. (1) Meskipun agak sulit, masalah itu tetap dapat diatasi. (2) Dia sering marah karena bawahannya selalu mengecewakan hatinya. (3) Ibu tutinya berkata kepada saya bahwa pak ahmad tidak dapat menghadiri rapat koperasi. Anak kalimat pada contoh (1) meskipun agak sulit tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat lepas, tetapi induk kalimat masalah itu tetap dapat diatasi dapat berdiri sendiri sebagai kalimat yang lepas. Demikian pula pada contoh (2) anak kalimat karena bawahannya selalu mengecewakan hatinya dan pada contoh (3) bahwa pak ahmad tidak dapat menghadiri rapat koperasi juga tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat yang lepas. Akan tetapi, induk kalimat (2) dia sering marah dan pada contoh (3) ibu tuti berkata kepada saya dapat berdiri sendiri sebagai kalimat yang lepas. c. Kalimat Majemuk Campuran kalimat majemuk campuran merupakan gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Di dalam kalimat majemuk campuran

terdapat hubungan setara dan hubungan bertingkat. Oleh karena itu, kalimat majemuk campuran sekurang-kurangnya terdiri atas tiga struktur klausa yang memiliki hubungan setara dan hubungan bertingkat. Amatilah contoh berikut. (1) Keinginan itu selalu tertunda karena anwar lebih berkonsentrasi ke lembaga pendidikan di luar negeri, sedangkan orang tuanya memilih pendidikan di dalam negeri. (2) Ketika malam mulai mencekam, kutarik selimut itu dan kupejamkan mata ini, tetapi rasa takut itu tidak juga pergi dari hati dan pikiranku. Kalimat (1) terdiri atas tiga struktur klausa yang memiliki hubungan bertingkat dan hubungan setara, yaitu (a) keinginan itu selalu tertunda, (b) karena anwar lebih berkonsentrasi ke lembaga pendidikan di luar negeri, dan (c) sedangkan orang tuanya lebih memilih pendidikan di dalam negeri. Hubungan bertingkat pada (b) ditandai dengan penggunaan penghubung taksetara karena, sedangkan hubungan setara pada (c) ditandai dengan penggunaan penghubung setara sedangkan. Kalimat (2) uga memiliki hubungan bertingkat dan setara diantara unsur-unsurnya. Hubungan bertingkat terdapat pada unsur pertama dan kedua, yaitu (a) ketika malam mulai mencekam dan kutarik selimut itu dan kupejamkan mata ini. Adapun hubungan setara terdapat pada kutarik selimut itu dan kupejamkan mata ini yang menggunakan penghubung setara dan bagian kalimat tetapi rasa takut itu tidak juga pergi dari hati dan pikiranku. Memperlihatkan hubungan setara dengan bagian kalimat sebelumnya melalui pemakaian tetapi. Dalam bagian kalimat itu sendiri terdapat hubungan setara melalui pemakaian dan. Contoh (4) Berikut juga termasuk kalimat majemuk campuran. (3) Pak Ismail berpesan kepada sekretarisnya bahwa ia tidak dapat hadir dan mengikuti seminar hari ini sebab harus mengantarkan istrinya berobat ke rumah sakit. Contoh pada kalimat (3) terdiri atas hubungan bertingkat, yaitu (a) pak ismail berpesan kepada sekretarisnya bahwa ia tidak dapat hadir dan mengikuti seminar hari ini dan (b) sebab harus mengantarkan istrinya berobat ke rumah sakit. Selain itu, bagian kalimat ia tidak dapat hadir dan mengikuti seminar hari ini memperlihatkan hubungan setara melalui penggunaan dan.

BAB II KALIMAT TUNGGAL 2.1 Kalimat Dasar Seperti telah dinyatakan pada Bab I, kalimat dasar adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa. Di dalam kalimat dasar hanya ada satu predikat dan satu subjek. Di samping subjek dan predikat , didalam kalimat dasar juga terdapat objek dan/atau pelengkap serta keterangan. Subjek, Predikat, Objek, Pelengkap, dan keterangan itu disebut juga unsure kalimat Berikut dikemukakan pola kalimat dasar. 2.1.1 Pola Kalimat Dasar Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa kalimat dasar memiliki satu struktur klausa dengan pola SP, SPK, SPO, SP Pel, SPOPel, dan SPOK. Berikut ini dibicarakan masing masing pola tersebut. 2.1.1.1 Pola SP Di atas telah dinyatakan bahwa keberadaan objek dan pelengkap sangat bergantung pada predikatnya. Kalimat tungal yang predikatnya tidak menuntut objek dan/atau pelengkap serta keterangan mempunyai pola SP seperti berikut.(1) Anak itu belajar

S S

P P

(2) Ruang pertemuan ini luas

(3) Anaknya

S

tiga orang P

Kata belajar, luas dan tiga orang pada contoh di atas merupakan predikat yang masing masing memerlukan sebuah subjek, yaitu anak itu, ruang pertemuan ini, dan anaknya. 2.1.1.2 Pola SPK Berbeda dengan struktur diatas, kalimat berpola SPK menuntut adanya keterangan. Keterangan itu bersifat wajib hadir, seperti pada contoh berikut. (4) Sebagian peserta berasal dari kota kabupaten (5) Cincin ini terbuat dari emas putih (6) Dia masuk ke ruang tamu

Kata berasal, terbuat, dan masuk pada contoh diatas merupakan predikat yang berturut turut diikuti oleh keterangan dari kota kabupaten, dari mas putih, dan ke ruang tamu.

2.1.1.3 Pola SPO Predikat kalimat berpola SPO ini menuntut kehadiran objek. Contohnya adalah sebagai berikut. (7) Kami menghargai pendapat tadi S P O(8) Aparat pemerintah

I

S

harus menegakkan P

hukum O

(9) Gubernur

sedang membuka P

penataran pegawai O

S

Keberadaan objek pada kalimat (7), (8), dan (9) di atas adalah wajib. Oleh karena itu, kalimat itu tidak dapat menjadi seperti di bawah ini. (7a) *Kami menghargai (8a) *Aparat pemerintah harus menegakkan (9a) * Gubernur sedang membuka 2.1.1.4 Pola SPPel Predikat kalimat berpola SPPel tidak memerlukan objek. Yang diperlukan ialah pelengkap. Perhatikan contoh di bawah ini. (13) Pak Bondan S (14) Surat kabar S (15) Negara kita S menjadi P ketua panitia O kebutuhan O

sudah merupakan O berdasarkan P

Pancasila O

Keberadaan unsure setelah predikat pada kalimat (13), (!4), dan (15) bersifat wajib. Oleh karena itu, kalimat itu tidak dapat diubah menjadi seperti dibawah ini. (13a) *Pak Bondan menjadi (14a) *Surat kabar sudah merupakan (15a) * Negara kita berdasarkan Kalau objek di dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek di dalam kalimat positif, pelengkap tidak dapat menjadi subjek kalimat pasif. Maka, kalimat tersebut tidak dapat diubah menjadi seperti dibawah ini.

(12b) *Ketua panitia dijadi Pak Bondan (13b) *Kebutuhan sudah dirupakan surat kabar (14b) *Pancasila didasarkan Negara kita 2.1.1.5 Pola SPOPel Predikat kalimat berpola SPOPel menuntut kehadiran objek dan pelengkap sekaligus. Contohnya adalah sebagai berikut.(10) Dia

membawakan P

saya O

oleh oleh Pel

S

(11) Bagian perlengkapan

membelikan P

staf O

perencanaan Pel

computer S

(12) Teman temannya

menamai P

dia O

Abu Nawas Pel

S

Kalimat kalimat itu tidak dapat diubah menjadi seperti di bawah ini. (10a) *Dia membawakan saya (11a) * Bagian perlengkapan membelikan staf perencanaan (12a) * Teman temannya menamai dia 2.1.1.6 Pola SPOK Predikat kalimat berpola SPOK ini, selain memerlukan subjek, juga menuntut kehadiran objek dan keterangan. Perhatikan contoh berikut. (16) Dia S mengirimkan P surat kabar O tasnya O ke Kantor Pusat K di meja K

(17) Pak Guru meletakkan S P

Unsur keterangan pola (16) ke Kantor Pusat dan pada (17) di meja tidak dapat dihilangkan karena unsure itu dituntut kehadirannya oleh predikat (16) mengirimkan dan (17) meletakkan. Begitu juga objek wajib hadir. Kedua kalimat itu tidak diubah menjadi seperti berikut karena informasinya menjadi tidak lengkap. (16) * Dia mengirimkan kepada Kantor Pusat (17) * Pak Guru meletakkan di meja

2.2 Kalimat Tunggal Seperti telah dinyatakan pada Bab I, kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu subjek. Di dalam kalimat tunggal hanya ada satu predikat dan satu subjek. Di samping subjek dan predikat, di dalam kalimat tunggal juga terdapat objek dan/atau pelengkap serta keterangan. Subjek, Predikat, Objek, pelengkap, dan keterangan disebut juga unsure kalimat. 2.2.1 Unsur Kalimat Sebagaimana dikemukakakan di depan, unsure kalimat tunggal dapat berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Subjek dan predikat merupakan unsure yang harus ada di dalam kalimat. Perhatikan contoh berikut. (1a) Presiden sudah berpidato kemarin S P K (1a) Presiden S sudah berpidato O

(1c) *Presiden kemarin S K (1d) *Sudah berpidato kemarin P K Kalimat (1a) memiliki informasi yang lengkap, kalimat (1b), walaupun tidak ada keterangan, tetap memiliki informasi yang lengkap.Sebaliknya, kalimat tanpa predikat (1c) dan tanpa subjek (1d) informasi tidak lengkap. Pertanyaan tentang apa yang dilakukan Presiden kemaren (1c) dan tentang siapa yang sudah berpidato kemarin (1d), jawabannya tidak ditemukan di dalam kalimat itu. Hal itu terlihat juga pada contoh berikut. (2a) Mereka telah bekerja kamarin S P K (2b) Mereka S telah bekerja P

(2c) *Mereka kemarin (2d) *Telah bekerja kemarin P K Kalau S dan P merupakan unsure wajib dalam setiap kalimat, O, Pel dan K merupakan unsure yang kehadirannya ditentukan oleh tipe kata kerja predikat. Pada kalimat (1) dan (2) tidak terdapat objek atau pelengkap karena predikatnya tidak menuntut unsure itu. Pada contoh (3) berikut predikat menuntut objek dan pada kalimat (4) predikat mewajibkan kehadiran pelengkap. (3)Pedagang kaki lima itu menggelar dagangannya pada sore hari S P O K (4)Negara kita berdasarkan Pancasila S P Pel

Predikat (3) menggelar menuntut hadirnya dagangannya sebagai objek. Predikat (4) berdasarkan menuntut kehadiran Pancasila sebagai pelengkap. Adapun predikat yang memerlukan objek dan pelengkap sekaligus terdapat pada contoh berikut. (5) Pak Guru memberi saya hadiah S P O Pel Dia mencarikan Bu Guru buku baru S P O Pel Objek saya dan pelengkap hadiah pada (5) dituntut oleh predikat memberi . Begitu juga objek Bu Guru dan pelengkap buku baru pada kalimat (6) diperlukan oleh predikat mencarikan. 2.2.2 Urutan Unsur Kalimat Urutan unsure kalimat yang mendahulukan subjek, (lihat 2.1.1) adalah urutan dasar. Urutan itu dapat berubah, terutama unsure keterangan dapat menempati posisi awal, tengah, atau akhir kalimat. 2.2.2.1 Pola PS Di atas telah dinyatakan bahwa keberdaan objek dan pelengkap sangat bergantung pada predikatnya. Kalimat tunggal yang predikatya tidak menuntut objek dan/atau pelengkap mempunyai pola SP seperti berikut.(1) Adik itu

(6)

S itu S

belajar P luas P

Belajar P Luas P

adik itu S ruang pertemuan S

(2) Ruang pertemuan itu

(3) Anaknya

S

tiga orang P

Tiga orang P

anaknya S

2.2.2.2 Pola KPS Sebagaimana dikemukakan pada bagian sebelumnya, keterangan, terutama yang bersifat manasuka, dapat digunakan baik pada awal, tengah, maupun akhir kalimat. Perhatikan contoh berikut. (4a) Peserta S (4b) Peserta S dating P pukul 7.00 K datang P

pukul 7.00 K

(4c) Pukul 7.00 K (5)

peserta S

datang P

Sang juara menerima hadiah dari panitia S P O K (5a) Dari panitia sang juara menerima hadiah K S P O (5b) Sang juara dari panitia menerima hadiah S K P O (5c) Sang juara menerima dari panitia hadiah S P K O (6) Masalah itu sudah dibicarakan kemarin S P K (6a) Kemarin masalah itu sudah dibicarakan K S P (6b) Masalah itu kemarin sudah dibicarakan S K P

BAB III KALIMAT MAJEMUK Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab I, kalimat majemuk terdiri atas paling sedikit dua kalimat dasar. Dengan kata lain, jika dua buah kalimat dasar digabungkan itu disebut kalimat majemuk. Untuk lebih jelasnya, berikut diperlihatkan contoh kalimat majemuk. (1) Saya membaca buku pelajran dan dia menulis laporan tuhunan. (2) Kami relajar keras; mereka bersantai-santai. Kalimat (1) dan (2) di atas masing-masing terdiri atas dua kalimat dasar. Kalimat (1) terdiri atas dua kalimat dasar, yakni saya membaca buku pelajaran dan dia menulis laboran tahunan, sedangkan kalimat (2) terdiri atas dua kalimat dasar, yakni Kami belajar keras dan mereka bersantai-santai. Dua kalimat dasar yang bergabung pada kalimat (1) itu kebetulan sihubungkan oleh kata penghubung dan, sedangkan dua kalimat dasar yang tergabung pada kalimat (2) tidak digabungkan oleh kata penghubung, tetapi digabungkan oleh tanda baca titik koma (;). Di dalam bahasa Indonesia kalimat majemuk dikelompokkan menjadi tiga jenis, yakni kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat/tidak setara, dan kalimat majemuk gabungan. Uraian selanjutnya adalah pembicaraan mengenai ketiga jenis kalimat majemuk yang disebutkan di atas. 3.1 Kalimat Majemuk Setara Kalimat majemuk setara, seperti yang dikemukakan pada pengertian kalimat, ialah kalimat majemuk yang unsur-unsurnya sederajat atau setara. Artinya, unsur yang satu tidak lebih tinggi atau lebih rendah daripada unsur yang lainnya. Masing-masing unsur yang membentuk kalimat majemuk itu dapat berdiri sendiri. Berikut ini contoh kalimat majemuk setara. (3) Semua peserta penyuluhan telah tiba dan panitia pun telah mempersiapkan acara pembukaan. (4) Peserta dan panitia telah Sian, tetapi pejabat yang kan membuka penyuluhan Belem tiba. (5) Para mahasiswa menerima hasil dialog itu atau kembali melakukan demonstrasi.

Jika diperhatikan dengan seksama, hubungan antara kalimat tunggal yang membentuk kalimat setara tersebut menyatakan penjumlahan atau penggabungan (3) perlawanan atau pertentangan (4), dan pemilihan (5). Jadi, jelas bahwa konjungsi menjadi batas antara kalimat-kalimat dasar yang membentuk kalimat majemuk setara tersebut. Selain itu, tanda baca (,) dan (;) juga dapat menjadi batas antara kalimat-kalimat dasar yang membentuk kalimat majemuk setara. Berdasarkan konjungsi yang digunakan, kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yakni (1) kalimat majemuk setara gabungan, (2) kalimat majemuk setara perlawan, (3) kalimat majemuk setara pemilihan, dan (4) kalimat majemuk setara urutan. Berikut dijelaskan keempat jenis kalimat majemuk setara tersebut. 3.1.1 Kalimat Majemuk Setara Gabungan Kalimat majemuk setara jenis ini menggunkan konjungsi yang menyatakan hubungan penggabungan dari beberapa kalimat dasar, seperti dan, serta, lagi pula, dan baik ... maupun. Perhatikan contoh berikut. (6) para tokoh oposisi mendesak para pejabat untuk mengakhiri pertikaian pendapat dan mengajaknya menyelesaikan kasusu tersebut. (7) Para pendukung grup musik tersebut marah serta mengobrak-abrik panggung pementasan. (8) Petugas menggeledah kamar penginapan para peserta wisata lagi pula menginterogasi tanpa kanal ampun. (9) Baik membaca maupun menulis harus di ruang belajar. 3.1.2 Kalimat Majemuk Setara Perlawanan Yang dimaksud kalimat majemuk setara perlawan hdala kalimat majemuk yang hubungan di antara kalimat yang membentuknya menyatakan hubungan perlawanan: apa yang dinyatakan dalam kalimat dasar pertama berlawanan dengan kalimat dasar berikutnya. Konjungsi yang digunakan untuk menandai kalimat majemuk jenis itu adalah tetapi, tidak tetapi, bukan melainkan, sedangkan, dan padahal. Perhatikan contoh berikut. (10) Pestisida telah disemprotkan, tetapi tanaman maz tetap diserang hama wereng. (11) Tempat itu bukan saja digunakan untuk pertemuan para atlet, melainkan digunakan untuk gontok-gontokan para atlet. (12) Tagihan pulsa teleponnya melonjak, sedangkan gajinya baru saja terkena potongan 20% (13) Presiden tidak hadir dalam acara itu, tetapi mewakilkan tugas itu kepada menteri Pendidikan Nasional. 3.1.3 Kalimat Majemuk Setara Pemilihan Kalimat majemuk setara pemilihan adalah kalimat majemuk yang hubungan di antara kalimat dasar yang membentuknya menyatakan hubungan pemilihan. Konjungsi yang digunakan untuk menyatakan hubungan pemilihan tersebut adalah atau. Perhatikan contoh berikut.

(14) Saya tidak tahu apakah akan melaporkan kasusu ini atau tetap mendiamkannya sampai waktu tak tertentu. 3.1.4 Kalimat Majemuk Setara Urutan Kalimat majemuk setara urutan adalah kalimat majemuk yang hubungan di antara kalimat dasar yang membentuknya menyatakan hubungan urutan peristiwa. Konjungsi yang digunakan untuk menyatakan hubungan urutan tersebut adalah lali, lantas, terus dan kemudian. Perhatikanlah contoh berikut. (15) Dia merasa dicermarkan nama baiknya lalu mengajukan gugatan. (16) Kami sudah tiga kali melaporkan kasus ini lantas polisi mulai melakukan penyidikan-penyidikan. (17) Peserta telekuis boleh meneruskan permainannya kemudian para pemandu melanjutkan pertanyannya. 3.2 Kesalahan Penggunakan Kata Penghubung Di depan telah dijelaskan bahwa hubungan anatarkalimat yang membentuk kalimat majemuk selain ditandai oleh kata penghubung juga ditandai oleh tanda koma (,) atau titik koma (;). Jika hubungan itu menunjukkan ketidaklogisan, salah satu penyebabnya adalah penggunaan kata penghubung yang tidak tepat. Oleh karena itu, pemilihan kata penghubung dalam kalimat majemuk haruslah tepat. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut. (18) Tanah tinggalan orang tuanya telah dijualnya, tetapi uangnya digunakan untuk foya-foya. (19) Kita dapat tidur nyaman di perumuhan ini, tetapi investasi pun aman. Jika dicermati dengan saksama, penggunaan kata penghubung tetapi pada kalimat (18) dan (19) tidaklah tepat. Hal itu disebabkan oleh hubungan antarkalimat pada dua contoh tersebut bukanlah hubungan pertentangan, melainkan hubungan penjelasan atau keterangan lanjutan dari kalimat sebelumnya. Oleh karena itu, kata penghubung yang paling tepat digunakan pada dua kalimat contoh tersebut adalah dan sehingga kalimat itu menjadi seperti berikut. (18a) Tanah tinggalan orang tuanya telah dijualnya dan uangnya digunakan untuk foya-foya. (19a) Kita dapat tidur nyaman di perumahan ini dan investasi pun aman. 3.3 Kesejajaran Unsur-Unsur Kalimat Kesejajaran unsur kalimat pada kalimat majemuk setara itu diperlukan. Kesejajaran itu meliputi jenis kalimat ataupun urutan unsur kalimatnya. Sebagai contoh, jika kalimat pertama yang menjadi unsur kalimat majemuk setara itu berupa kalimat nominal, pengisi P-nya berupa kata nominal, kalimat kedua dan kalimat selanjutnya juga harus berupa kalimat nominal. Selanjutnya, jiak kalimat pertama dalam kalimat majemuk setara itu berupa kalimat transitif, kalimat kedua dan kalimat selanjutnya juga harus berupa kalimat transitif. Berikut ini disajikan contoh kalimat majemuk yang tidak sejajar. (20) Para pegawai negeri menerima gaji setiap awal bukan dan dibelanjakan sebagian untuk keperluannya sehari-hari. (21) Penulisan laporan itu dilakukan oleh skelompok V, tetapi kelompok I menyempurnakan.

Kedua contoh kalimat majemuk setara di atas, tampak tidak memperlihatkan kesejajaran. Ketidaksejajaran itu dapat dilihat dari kalimat-kalimat sebagai unsur pengisi kalimat majemuk setara. Pada kalimat (20) ketidaksejajaran itu tampak dari urutannya, yakni kalimat dasar pertama urutannya SPO dan urutan kalimat tunggal keduanya adalah PSK. Pada kalimat (21) ketidaksejajaran itu tampak dari jenis kalimat-kalimat dasar yang membentuk kalimat majemuk tersebut, yakni kalimat tunggal (kalimat dasar) pertama berupa kalimat pasif ssedangkan kalimat dasar kedua berupa kalimat aktif transitif. Kedua contoh di atas dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan unsur-unsur pengisi kalimat dasar tersebut sehingga menjadi seperti contoh berikut. (20a) Para pegawai negeri menerima gaji setiap awal bulan dan membelanjakannya sebagian untuk keperluannya sehari-hari. (20b) Gaji diterima setiap awal bulan oleh para pegawai negeri dan dibelanjakan sebagaian untuk keperluannya sehari-hari. (21a) Penullisan laporan itu dilakukan oleh kelompok V tetapi disempurnakan oleh kelompok I. (21b) Kelompok V melakukan penulisan laporan itu, tetapi kelompok I menyempurnakannya. 3.4 Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat majemuk bertingkat, seperti yang telah dijelaskan pada 1.1, adalah kalimat majemuk yang unsur-unsurnya tidak sederajat. Artinya, unsur yang satu menjadi bagian dari unsur yang lain. Unsur yang menjadi bagian unsur lain itu disebut anak kalimay (AK), sedangkan unsur yang tidak menjadi bagian unsur lainnya disebut induk kalimat (IK). 3.4.1 Anak Kalimat dan Induk Kalimat Ciri yang membedakan induk kalimat dari anak kalimat dapat dilihat berdasarkan (1) kemandirian dan (2) kata penghubung. 3.4.1.1 Kemandirian Kemandirian dapat digunakan untuk membedakan induk kalimat dari anak kalimat. Induk kalimat mempunyai kemandirian jika dibandingkan dengan anak kalimat. Amatilah beberapa contoh berikut. (1) Ketika atasannya datang, dia sedang menerima telepon. (2) Atasannya marah karena proposal penelitiannya tidak sesgera diperbaiki. (3) Cerita pendek ini sangat bagus meskipun hanya dikerjakan dua bulan. (4) Supaya tulisannya dimuat di majalah itu, dia minta surat pengantar atasannya. (5) Karena ingin mendengarkan ceramah, dia berangkat pagi-pagi. Unsur kalimat (1) dia sedang menerima telepon, (2) Atasannya marah, (3) Cerita pendek ini sangat bagus,(4) dia minta surat pengantar atasannya dan (5) dia berangkat pagi-pagi merupakan induk kalimat karena dapat berdiri sendiri sebgai kalimat tunggal yakni mandiri, tidak bergantung pada unsur lain.

Induk kalimat pada kelima contoh di atas dapat menjadi kalimat ayng mandiri walaupun tanpa kehadiran anak kalimat. Amatilah contoh (1a5a) berikut. (1a) Ia sedang menerima telepon. (2a) Atasannya marah. (3a) Cerita pendek ini sangat bagus (4a) Dia minta surat pengantar atasannya (5a) Dia berangkat pagi-pagi. Induk kalimat itu dapat berdiri sendiri tanpa anak kalimat jika anak kalimat bukan merupakan unsur inti, yaitu sebagai keterangan. Jika anak kalimat berfungsi sebagai objek, pelengkapm atau subjek, induk kalimat pun tidak dapat berdiri sebagai kalimat yang mandiri. Sementara itu, unsur kalimat (1) Ketika atasannya datang, (2) karena proposal penelitiannya tidak segera diperbaiki, (3) meskipun hanya dikerjaka dua bulan, (4) supaya tulisannya dimuat di majalah itu, (5) karena ingin mendengarkan ceramah semuanya merupakan anak kalimat karena tidak dapat menjadi kalimat tunggal yang mandiri. Anak kalimat pada kelima contoh di atas tidak dapat menjadi kalimat yang mandiri tanpa kehadiran induk kalimat. Amatilah contoh (1b-5b) berikut. (1b) *Ketika atasannya datang. (2b) *Karena proposal penelitiannya tidak ssegera diperbaiki. (3b) *Meskipun hanya dikerjakan dua bulan. (4b) *Supaya tulisannya dimuat di majalah itu (5b) *Karena ingin mendengarkan ceramah. Perhatikan contoh berikut. (6) Dia mengatak bahwa penelitian semacam ini tidak ada manfaatnya bagi rakyat kecil. (7) Kami beri tahukan bahwa kiriman Saudara telah kami terima dengan baik (8) Orang itu berjanji bahwa sebagian hartanya akan diserahkan kepada fakir miskin. Unsur kalimat (6) Dia mengatakan, (7) Kami beri tahukan,dan (8) Orang itu berjanji tidaj dapat menjadi kalimat yang mandiri sebab satu bagian inti kalimat, yaitu anak kalimat, berfungsi sebgai (6) objek, (7) pelemgkap dan (8) subjek. Dengan demikian, anak kalimat yang berfungsi sebagai objek, pelengkap, dan subjek tidak dapat dihilangkan karena ketiga unsur itu merupakan bagian inti kalimat. Jadim unsur (6), bahwa penelitian semacam ini tidak aka manfaatnya bagi rakyat kecil, (7) bahwa kiriman Saudara telah kami terima dengan baik, dan (8) bahwa sebagian hartanya akan diserahkan kepada fakir miskin tidak dapat dihilangkan. 3.4.1.2 Kata Penghubung Ciri pembeda induk kalimat dan anak kalimat yang lain adalah kata penghubung. Jika diamati contoh-contoh di atas, di antara anak kalimat dan induk kalimat terdapat kata penghubung. Kata penghubung selalu menyertai anak kalimat. Amati contoh berikut.

(1) Ketika menyajikan makalah, wanita itu agak gemetar. (2) Karena selalu berburuk sangka terhadap semua orang, dia tidak bisa berpikir dengan jernih. (3) Jika tidak diselesaikan sekarang, tugas itu pasti akan terbengkalai. (4) Orang itu tetap melakukan penelitian walaupun harus mengeluarkan biaya sendiri. (5) Penelitian itu menggunakan metode komparatif agar hasilnya lebih menarik. Anak kalimat pada kelima contoh di atas adalah (1) ketika menyajikan makah, (2) karena selalu berburuk sangka terhadap semua orang, (3) jika sendiri, dan (5) agar hasilnya lebih menarik. Kata penghubung pada kalimat (1) ketika, (2) karena, (3) jika, (4) walaupun, dan (5) agar selalu menyertai anak kalimat. Amati perubahan susunan kalimat di bawah ini. (1a) Wanita itu agak gemetar ketika menyajikan makalah (2a) Dia tidak bisa berpikir dengan jernih karena sselalu berburuk sangka terhadap semua orang. (3a) Tugas itu pasti akan terbengkalai jika tidak diselesaikan sekarang. (4a) Walaupun harus mengeluarkan biaya sendiri, orang itu tetap melakukan penelitian. (5a) Agar hasilnya lebih menarik, penelitian itu menggunakan metode komparatif. Unsur kalimat yang diawali kata penghubung sebab, karena, walaupun, meskipun, kendatipun, sekalipun, jika, kalau, agar, supaya, ketika, bahwa, dsb. disebut anak kalimat, sedangkan unsur kalimat yang tidak didahului kata penghubung disebut induk kalimat. 3.4.2 Anak Kalimat Keterangan Berdasarkan hubungannya dengan induk kalimat, anak kalimat dapat dibedakan menjadi anak kalimat keterangan dan anak kalimat objek. Anak kalimat keterangan dapat dibedakan menjadi delapan macam, yaitu yang menyatakan waktu, syarat, tujuan, konsesif, penyebaban, akibat, cara, pewatas. 3.4.2.1 Anak Kalimat Katerangan Waktu Anak kalimat keterangan ini menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau keadaan yang dinyatakan dalam induk kalimat. Kata penghubung yang digunakan pada anak kalimat ini ialah ketika, setelah, sejak, sewaktu, sesudah, selagi, selama, sehabis, dan tatkala. Perhatiakan contoh berikut. (1) Hal itu dicanangkan ketika Kongres Bahasa Indonesia dibuka oleh Kepala Negara. (2) Sejak ia bekerja, kebutuhan hidupnya dapat tercukupi. (3) Sesudah lulus ujian sarjana, ia langsung bekerja. (4) Sehabis dipanggil atasannya, Pak Budi tampak murung. (5) Dia datang setelah rapat itu berakhir. Anak kalimat pada contoh (1) ketika Kongres Bahasa Indonesia dibuka oleh Kepala Negara, (2) sejak ia bekerja, (3) sesudah lulus ujian sarjana, (4) sehabis

dipanggil atasannya, (5) setelah rapat itu berakhir menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau keadaan yang dinyatakan dalam induk kalimat, sedangkan (1) hal itu dicanangkan, (2) kebutuhan hidupnya dapat tercukupi, (3) ia langsung bekerja, (4) Pak Budi tampak murung, dan (5) Dia datang merupakan induk kalimat. 3.4.2.2 Anak Kalimat Keterangan Syarat Anak kalimat keterangan ini menyatakan syarat terlaksananya apa yang disebutkan pada induk kalimat. Kata penghubng yang digunakan ialah jika, jikalau, kalau,seandainya, andaikata, andaikan, asalkan, bila, bilamana, dan umpamanya. Amatilah contoh berikut. (1) Kalau kamu kerjakan dengan kompuetr, pekerjaan itu akan cepat selesai. (2) Jika pendapat Pak Parjo itu diikuti, karya tulis ini harus diubah total. (3) Seandainya diizinkan, saya akan kuliah di UGM. (4) Kami bisa datang pukul 8.00 asalkan kantor menyediakan bus karyawan. (5) Dia pasti tidak datang bila pukul 9.00 belum terlihat di ruang kerjanya. (6) Kamu dapat menjawab semua pertanyaan tadi andaikan konsep dasar buku ini telah kamu kuasai. Pernyataan (1) pekerjaan itu akan cepat selesai,(2) karya tulis ini harus diubah total, (3) saya akan kuliah di UGM, (4) kami bisa datang pukul 8.00, (5) Dia pasti tidak datang, dan (6) Kamu dapat menjawab semua pertanyaan tadi akan terjadi apabila syarat yang dinyatakan pada anak kalimat terpenuhi. Anak kalimat keterangan syarat pada keenam contoh di atas adalah (1) Kalau kamu kerjakan dengan komputer, (2) Jika pendapat Pak Parjo itu diikuti, (5) bila pukul 9.00 belum terlihat di ruang kerjanya, dan (6) andaikan konsep dasar buku ini telah kamu kuasai. 3.4.2.3 Anak Kalimat Keterangan Tujuan Anak kalimat keterangan tujuan menyatakan suatu tujuan atau harapan dari apa yang disebut dalam induk kalimat. Kata penghubung yang digunakan dalam anak kalimat jenis ini adalah agar, supaya, biar, dan untuk. Perhatikan contoh berikut. (1) Silahkan baca buku ini agar wawasan Saudara bertambah. (2) Saya akan datang biar mereka senang. (3) Dia mengatakan hal itu untuk meredam emosi massa. (4) Supaya bisa diterima di pascasarjana, kamu harus mampu berbahasa Inggris. (5) Agar tidak semakin menumpuk, pekerjaan itu harus diselesaikan hari ini juga. Anak kalimat pada contoh (1) agar wawasan Saudara bertambah, (2) biar mereka senang, (3) untuk meredam emosi massa, (4) Supaya bisa diterima di pascasarjana, dan (5) Agar tidak semakin menumpuk merupakan yang disebutkan dalam induk kalimat, yaitu (1) silahkan baca buku ini, (2) saya akan datang, (3) Dia mengatakan hal itu, (4) kamu harus mampu berbahasa Inggris dan (5) pekerjaan itu harus selesai hari ini juga. 3.4.2.4 Anak Kalimat Katerangan Konsesif

Anak kalimat keterangan konsensif memuat pernyataan yang tidak akan mengubah apa yang dinyatakan dalam induk kalimat. Kata penghubung yang digunakan dalam anak kalimat jenis ini adalah walaupun, meski, dan kendati. Berikut disajikan beberapa contoh. (1) Walaupun telah ditegur atasannya, karyawan itu tetap datang terlambat. (2) Sekalipun rapat telah memutuskan masalh itu, dia tetap tidak mau menerima keputusan itu. (3) Dia akan memberantas korupsidi kantor ini meskipun tidak didukung oleh semua pihak. (4) Dia tetap akan datang biarpun harus naik bus tiga kali. (5) Kita harus tetap belajar betapapun usia telah setengah abad. 3.4.2.5 Anak Kalimat Keterangan Penyebaban Anak kalimat keterangan ini menyatakan sebab atau alasan terjadinya sesuatu yang dinyatakan dalam induk kalimat. Kata penghubung yang digunakan adalah karena, sebab, dan lantaran. Amatilah bebrapa contoh berikut. (1) Karena laporan ini akan diserahkan besok, kita akan bekerja melebihi jam kerja. (2) Orang itu tidak dilibatkan dalam kegiatan karena sering tidak masuk kantor. (3) Makalah ini tidak dapat digandakan sebab tidak ada biaya untuk ini. (4) Dia tidak dapat menjawab semua pertanyaan peserta sebab baru pertama kali berbicara di depan orang banyak. Anak kalimat pada contoh (1) karena laporan ini akan diserahkan besok, (2) karena sering tidak masuk kantor, (3) sebab tidak ada biaya untuk itu, dan (4) sebab baru pertama kali berbicara di depan orang banyak merupakan anak kalimat keterangan penyebaban. Anak kalimat itu menyatakan sebab atau alasan terjadinya sesuatu yang dikemukakan dalam induk kalimat, yaitu (1) kita akan bekerja melebihi jam kerja, (2) orang itu tidak dilibatkan dalam kegiatan, (3) Makalah ini tidak dapat digandakan, dan (4) dia tidak dapat menjawab semua pertanyaan peserta. 3.4.2.6 Anak Kalimat Keterangan Akibat Anak kalimat ini menyatakan akibat dari apa yang dinyatakan dalam induk kalimat. Kata penghubung yang digunakan adalah sehingga, hingga, sampai, akibatnya dan maka. Perhatikan contoh di bawah ini. (1) Anggaran tahunan kantor kita menurun sehingga kegiatan penataran ini dipersingkat. (2) Suara mereka sangat keras sampai terdengar ke ruangan rapat. (3) Tanggul sungai yang membela kota itu runtuh akibatnya rumah-rumah di sekitarnya terkena banjir. Anak kalimat contoh (1) sehingga kegiatan penataran ini dipersingkat, (2) sampai terdengar ke ruang rapat, dan (3) akibatnya rumah-rumah di sekitarnya terkena banjir merupakan anak kalimat keterangan akibat yang selalu terletak di sebelah kanan (didahului) induk kalimat. Oleh karena itu, anak kalimat keterangan

akibat tidak dapat dipindahkan letaknya ke sebelah kiri (mendahului) induk kalimat. Perhatikan kalimat berikut. (1a) *Sehingga kegiatan penataran ini dipersingkat, anggaran tahunan kantor kita menurun. (2a) *Sampai terdengar ke ruang rapat, suara mereka sangat keras. (3a) *Akibatnya rumah-rumah di sekitarnya terkena banjir, tanggul sungai yang membelah kota itu runtuh. 3.4.2.7 Anak Kalimat Keterangan Cara Anak kalimat keterangan ini menyatakan cara pelaksanaan dari apa yang dinyatakan dalam induk kalimat. Kata penghubung yang digunakan adalah dengan, dalam, secara, dan tanpa. Amatilah beberapa contoh berikut. (1) Tanpa diketahui aparat kepolisian, isteri Udin telah memberikan keterangan kedapa pers. (2) Dalam menilai seseorang, kita sebaiknya berhati-hati. (3) Dengan menggunakan pendekatan kekeluargaan, akhirnya masalah itu dapat diselesaikan. (4) Dia dapat menghidupkan suasana diskusi siang itu dengan sedikit mengubah teknik presentasi. (5) Menteri itu mengadakan kunjungan secara mendadak ke beberapa daerah. Anak kalimat katerangan cara di sebelah kiri induk kalimat seperti contoh (1) s.d (3) dan terletak di sebelah kanan induk kalimat seperti contoh (4) dan (5). Jika diletakkan di antara subjek dan predikat, anak kalimat keterangan cara itu diapit tanda koma seperti pada contoh berikut. (6) Isteri Udin, tanpa diketahuo aparat kepolisian, telah memberikan keterangan kepada pers. (7) Kita, dalam menilai seseorang, sebaiknya berhati-hati. (8) Akhirnya masala itu, dengan menggunakan pendekatan kekeluargaan, dapat diselesaikan. (9) Dia, dengan sedikit mengubah teknik presentasi, dapat menghidupkan suasana diskusi siang itu. (10) Menteri itu, secara mendadak, mengadakan kunjungan ke beberapa daerah. 3.4.2.8 Anak Kalimat Keterangan Pewatas Anak kalimat keterangan pewatas selalu menjelaskan kata benda yang mendahuluinya. Kata penghubung yang digunakannya adalah yang. Berikut disajikan beberapa contoh. (1) Karyawan yang ingin pindah harus memperoleh persetujuan dari tempat kerjanya. (2) Laporan yang diserahkannya minggu lalu telah dikembalikan kepada tim penyusun. (3) Dia adalah seorang karyawan yang berprestasi.

(4) Saya akan menjelaskan masalah yang dipersoalkan dalam pertemuan kemarin. (5) Orang yang duduk di belakang itu adalah Sekertaris Menteri Kehakiman. Anak kalimat keterangan pewatas tidak dapat dipindahkan letaknya seperti anak kalimat keterangan yang lain karena anak kalimat keterangan pewatas hanya membatasi kata benda yang berada di sebelah kiranya (yang mendahuluinya). 3.4.3 Anak Kalimat Objek Anak kalimat objek ini menyatakan sasaran dari apa yang dinyatakan dalam induk kalimat. Anak kalimat objek itu selalu terletak di sebelah kanan predikat transitif aktif. Kata panghubung yang digunakan adalah bahwa . Amatilah beberapa contoh di bawah ini. (1) Pak Yusuf berjanji bahwa dia akan membantu pengetikan naskah itu. (2) Polisi mengatakan bahwa pelaku kejaghatan itu akan diburu sampai tertangkap. (3) Pihak Pemerintah menyatakan bahawa harga BBM belum dinaikkan tahun ini. Anak kalimat objek hanya terletak di sebelah kanan induk kalimat. Oleh karena itu, anak kalimat objek tidak dapat dipindahkan letaknya ke sebelah kiri induk kalimat seperti yang tampak pada contoh berikut. (1a) *Bahwa dia akan membantu pengetikan naskah itu, Pak Yusuf berjanji. (2a) *Bahwa pelaku kejahatan itu akan diburu sampai tertangkap, polisi mengatakan. (3a) *Bahwa harga BBM belum dinaikkan tahun ini, pihak Pemerintah menyatakan.