bahan pbl 3.2 dev

4
Jenis-jenis pneumotoraks: 1. Pneumothoraks spontan: Pneumotoraks spontan primer terjadi jika pada penderita tidak ditemukan penyakit paru-paru (tidak diketahui dengan pasti penyebabnya). Pneumotoraks spontan primer diperkirakan terjadi karena ruptur dari bleb emfisematous di subpleura, yang biasanya terletak pada apeks paru-paru. Bleb dapat ditemukan pada lebih dari 75% pasien yang menjalani thorakoskopi sebagai terapi dari pneumotoraks spontan primer. Patogenensis terjadinya bleb subpelural ini masih belum jelas. Bleb-bleb seperti ini dihubungkan dengan abnormalitas congenital, inflamasi dari bronkiolus, dan gangguan pada ventilasi kolateral. Angka kejadian pneumotoraks spontan berhubungan dengan tingkat merokok seseorang. Sangat mungkin bahwa penyakit yang diinduksi oleh merokok pada saluran napas kecil berkontribusi terhadap terbentuknya bleb subpleural. Pasien dengan pneumotoraks primer spontan, angka kejadiannya banyak pada pasien tinggi dan lebih kurus dari pada orang normal. Selain itu, terdapat suatu kecenderungan berkembangnya pneumotoraks primer spontan karena diwariskan. Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan). 2. Pneumotoraks traumatik Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka tusuk, peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor). Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis

Upload: devina-ciayadi

Post on 14-Apr-2017

158 views

Category:

Health & Medicine


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan pbl 3.2 dev

Jenis-jenis pneumotoraks:

1. Pneumothoraks spontan:

Pneumotoraks spontan primer terjadi jika pada penderita tidak ditemukan penyakit paru-paru

(tidak diketahui dengan pasti penyebabnya).

Pneumotoraks spontan primer diperkirakan terjadi karena ruptur dari bleb emfisematous di

subpleura, yang biasanya terletak pada apeks paru-paru. Bleb dapat ditemukan pada lebih dari

75% pasien yang menjalani thorakoskopi sebagai terapi dari pneumotoraks spontan primer.

Patogenensis terjadinya bleb subpelural ini masih belum jelas. Bleb-bleb seperti ini dihubungkan

dengan abnormalitas congenital, inflamasi dari bronkiolus, dan gangguan pada ventilasi

kolateral. Angka kejadian pneumotoraks spontan berhubungan dengan tingkat merokok

seseorang. Sangat mungkin bahwa penyakit yang diinduksi oleh merokok pada saluran napas

kecil berkontribusi terhadap terbentuknya bleb subpleural. Pasien dengan pneumotoraks primer

spontan, angka kejadiannya banyak pada pasien  tinggi dan lebih kurus dari pada orang normal.

Selain itu, terdapat suatu kecenderungan berkembangnya pneumotoraks primer spontan karena

diwariskan.

Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru

(misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan).

2. Pneumotoraks traumatik

Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka tusuk,

peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor).

Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu

(misalnya torakosentesis).Udara lingkungan luar masuk ke dalam rongga pleura melalui luka

tusuk atau pneumothoraks disengaja (artificial) dengan terapi dalam hal pengeluaran atau

pengecilan kavitas proses spesifik yang sekarang tidak dilakukan lagi. Tujuan pneumothoraks

sengaja lainnya ialah diagnostik untuk membedakan massa apakah berasal dari pleura atau

jaringan paru. Penyebab-penyebab lain ialah akibat tindakan biopsi paru dan pengeluaran cairan

rongga pleura.

TB Paru disertai Pneumotoraks

Page 2: Bahan pbl 3.2 dev

Karena penyakit TB bersifat kronis dan resistensi kuman terhadap obat cukup tinggi,

maka tidak jarang menimbulkan komplikasi. Salah satu komplikasi yang bisa ditimbulkan adalah

pneumotoraks. Di mana pnumotoraks yang terjadi adalah pneumotoraks spontan sekunder.

Seaton dkk. Melaporkan bahwa pasien tuberkulosis aktif mengalami komplikasi

pneumotoraks sekitar 1,4% dan jika terdapat kavitas paru, komplikasi meningkat lebih dari 90%.

Pneumotoraks yang terjadi pada penderita TB adalah suatu komplikasi. Keadaan ini terdapat pada proses pneumotoraks sekunder dimana terjadi pada ruptur lesi paru yang terletak dekat permukaan pleura sehingga udara inspirasi memperoleh akses ke rongga pleura. Lesi pleura ini juga dapat terjadi pada penyakit emfisema, abses paru, karsinoma, dan banyak proses lainnya.4 Berbeda dengan pneumotoraks spontan primer, pada pneumotoraks spontan sekunder keadaan penderita tampak serius dan kadang-kadang mengancam kehidupan karena adanya penyakit paru yang mendasarinya.6Pneumotoraks spontan sekunder terjadi oleh karena pecahnya bleb yang berada di sub pleura viseralis dan sering ditemukan di daerah apeks lobus superior dan inferior. Terbentuknya bleb akibat perembesan udara melalui alveoli yang dindingnya ruptur kemudian melalui jaringan intersisial ke lapisan jaringan ikat yang berada di sub pleura viseralis. Sebab pecahnya dinding alveolus ini belum diketahui dengan pasti, diduga ada dua faktor yaitu penyakit paru dan peningkatan tekanan intraalveolar akibat batuk. 5

Alveol disangga oleh kapiler yang mempunyai dinding lemah dan mudah robek, apabila alveoli tersebut melebar dan tekanan didalam alveoli meningkat maka udara masuk dengan mudah menuju ke jaringan peribronkovaskuler. Gerakan nafas yang kuat, infeksi dan obstruksi endobronkial merupakan beberapa faktor presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat mengoyak jaringan fibrotik peribronkovaskular. Robekan pleura kearah yang berlawanan dengan tilus akan menimbulkan pneumotoraks sedangkan robekan yang mengarah ke tilus dapat menimbulkan pneumomediastinum

DIAGNOSIS BANDING TBAdapun diagnosis banding TB Paru secara radiologis sebagai berikut:

1. PneumoniAdalah infeksi pada parenkim paru yang disebabkan oleh infeksi bakteria, virus, jamur, atau parasit dimana paru-paru terisi oleh cairan dan sel radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang ke dalam dinding alveolus dan rongga interstisium.1 Gambaran  radiologinya berupa: 25

–     pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram (airspace disease)–     tampak perselubungan homogen pada lapangan atas/tengah/bawah paru2. ActinomycosisAdalah infeksi kronis, biasanya dari wajah dan leher, yang menghasilkan abses dan penirisan sinus terbuka. Actinomycosis biasanya disebabkan oleh bakteri anaerobik (bakteri yang hidup tanpa oksigen) yang disebut Actinomyces israeli. Gambaran radiologi tampak lesi massa, pneumonitis, atau cavitas dengan atau tanpa keterlibatan pleura. Biasanya jarang melibatkan adenopahty. Bakteri ini umum menginfeksi dan biasanya nonpathogenic (bukan penyebab penyakit) di hidung dan tenggorokan. 26

 3. Sarkoidosis

Page 3: Bahan pbl 3.2 dev

Sarcoidosis adalah penyakit yang dihasilkan dari peradangan jenis tertentu pada jaringan tubuh. Peradangan dapat muncul di hampir semua organ tubuh. Namun yang paling sering muncul di paru-paru atau kelenjar getah bening. Penyebab penyakit ini sampai kini belum diketahui secara pasti. 27Gambaran radiologinya diklasifikasikan dalam 5 tahapan, yaitu:27,28

–       Tahap 0           : Tidak timbul kelainan–       Tahap 1           : pembesaran hilar dan kelenjar limphoid tapi tidak terkait dengan kelainan paru–       Tahap 2           :  pembesaran hilar dan kelenjar limphoid dan terkait dengan kelainan paru–       Tahap 3           : Penyakit paru bersifat diffuse, tetapi tidak terkait dengan pembesaran nodul–       Tahap 4           : Fibrosis pulmonal4. EmfisemaEmfisema adalah penyakit paru obstruktif yang didefinisikian sebagai  pembesaran permanen abnormal ruang udara distal ke bronkiolus terminal disertai dengan kerusakan dinding alveolar. Penderita mengalami batuk kronik dan sesak napas. Penyebab paling umum adalah merokok. Pada emfisema terlihat gambaran Diafragma letak rendah dan datar, ruang retrosternal melebar, gambaran vaskuler berkurang, jantung tampak sempit memanjang, serta pembuluh darah perifer mengecil. 16