bahan kuliah fasya iaii 29.03.15

17
Drs.H.Fathur Rohman Ms.MH. م س ب ه ل ل ا ن م ح ر ل ا م ي ح ر ل ا

Upload: alalan-tanala

Post on 05-Aug-2015

34 views

Category:

Law


2 download

TRANSCRIPT

1. Drs.H.Fathur Rohman Ms.MH. 2. PONDOK PESANTREN SALAFIYAH SYAFIIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY Fakultas Syariah Prodi Muamalah dan Ahwal Al Syakhshiyyah SUKOREJO SITUBONDO JAWA TIMUR PO.Box 2 Telp:0338-452666 (hunting), 451307, Fax:0338-453068, email: [email protected] Aini Lestari Dina Nur Wulandari Durrotun Aliyah Erni Yulisa Hawid Firna Damayanti Imdatul Farihah Indah Billini Lusi Oktaviani Maratus Soleha Millatun Hanifah Mulyati Nur Rahema Nuril Firdausiyah Nurul Azizah Nurul Jannah Raudlatul Hasanah Saerah Shofiatul Widad Lailiyah Siti Ferawati Titin Herliyanti Yuvi Yuvlihani 1 2012.011.016 2 2012.011.018 3 2012.011.020 4 2012.011.021 5 2012.011.022 6 2012.011.023 7 2012.011.024 8 2012.011.025 9 2012.011.026 10 2012.011.027 11 2012.011.028 12 2012.011.029 13 2012.011.030 14 2012.011.031 15 2012.011.032 16 2012.011.036 17 2012.011.037 18 2012.011.038 19 2012.011.039 20 2012.011.040 21 2012.011.042 3. 1 2012.011.007 2 2012.011.008 3 2012.011.009 4 2012.011.010 5 2012.011.011 6 2012.011.014 1 2011.011.006 Budi Hartawan 2 2011.011.007 Hendi Maryanto 3 2011.011.010 Muh. Sulhan 4 2012.011.001 Abd Faqik 5 2012.011.002 Affan Abdul Goffar 6 2012.011.005 Avivi Arifullah 7 2012.011.006 Fathullah 8 2012.011.007 Indra Panca Kusuma 9 2012.011.008 Indra Yurdan 10 2012.011.009 Masburhan 11 2012.011.010 Misnari 12 2012.011.011 Mohammad Erfan 13 2012.011.014 Roqi Muamman 7 2012.011.011 8 2012.011.014 Muamalah 4. POKOK BAHASAN 1. Pengertian, sumber dan hubungannya dengan hukum acara perdata 2. Bentuk dan isi kelengkapan gugatan / permohonan 3. Persiapan sidang: PMH, PHS dan pemanggilan pihak-pihak yang berperkara 4. Adab Hakim dalam persidangan 5. Cara pemeriksaan perkara di pengadilan tingkat pertama 6. Tugas Ketua Majelis, anggota dan Panitera Pengganti 7. Usaha Perdamaian dan Mediasi 8. Hal-hal yang mempengaruhi sidang pertama 9. Eksepsi dan Rekonvensi 10. Pencabutan gugatan/permohonan dan meninggalnya pihak yang berperkara 11. Alat-alat bukti dan tahapan pembuktian 12. Musyawarah Majelis Hakim, pengambilan kongklusi, & pengambilan keputusan 13. Produk Pengadilan (Putusan dan Penetapan) 14. Upaya Hukum: Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali 15. Cara-cara pemeriksaan di tingkat banding dan kasasi 16. Verzet & peninjauan kembali putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap 17. Ekskusi putusan pengadilan 5. PERDAMAIAN / MEDIASI 1. Dalam setiap perkara perdata, jika kedua belah pihak hadir di persidangan, Hakim wajib mendamaikan kedua belah pihak (Pasal 130 HIR / Pasal 154 RBg). 2. Dalam perkara perceraian upaya perdamaian dapat dilakukan dlm setiap persidangan pd semua tk. peradilan (Ps.82 UU No.7/1989 jis UU No.3/2006 & UU No.50/2009). 3. Jika kedua pihak berada di luar negeri, maka Penggugat pada sidang perdamaian harus menghadap secara pribadi. 4. Dalam hal perkara perceraian, sebelum Majelis Hakim memerintahkan para pihak melakukan mediasi, terlebih dahulu harus mendamaikan sesuai dengan ketentuan Pasal 82 UU No.7/1989 jis UU No.3/2006 dan UU No. 50/2009. 6. 1. Dalam upaya perdamaian harus berpedoman Peraturan MA No.1/2008 Tentang Mediasi, yg mewajibkan agar semua perkara perdata yg diajukan ke Pengadilan tingkat pertama wajib dilakukan perdamaian dg bantuan mediator. 2. Perkara yg tidak wajib mediasi adalah perkara volunter, perkara yg salah satu pihaknya tdk hadir di persidangan & perkara yg menyangkut legalitas hukum, seperti itsbat nikah, pembatalan nikah, hibah dan wasiat dll. 3. Jika terjadi perdamaian dalam pemeriksaan perkara verzet atas putusan verstek dalam perkara perceraian, maka Majelis Hakim membatalkan putusan verstek dengan amar: Menyatakan Pelawan/Tergugat adalah Pelawan yg benar. Membatalkan putusan verstek Nomor ..... tanggal .... Menyatakan ggtn Penggugat/Terlawan tdk dpt diterima. Membebankan biaya perkara kepada ..... sejumlah Rp... 7. 8. Jika terjadi perdamaian dalam pemeriksaan perkara verzet atas putusan verstek dalam perkara selain perceraian, maka Majelis Hakim membatalkan putusan verstek dengan amar sebagai berikut: Menyatakan Pelawan / Tergugat adalah Pelawan yang benar. Membatalkan putusan verstek Nomor ..... tanggal ..... Menghukum kedua belah pihak untuk mentaati perdamaian. Membebankan biaya perkara kepada ...... sejumlah Rp...... 9. Pada persidangan pertama, Hakim yang memeriksa perkara wajib: a. Menjelaskan kewajiban para pihak untuk menempuh mediasi. b. Menyarankan para pihak utk memilih mediator yg tersedia dlm daftar mediator. c. Membuat penetapan mediator yang dipilih oleh para pihak. d. Jika para pihak gagal memilih mediator, Majelis menunjuk mediator dari salah satu Hakim yang bersertifikat. Jika tidak ada Hakim yang bersertifikat, Ketua Majelis menunjuk Anggota Majelis yang memeriksa perkara. e. Setelah penunjukan mediator, Majelis menunda persidangan utk memberikan kesempatan kepada para pihak menempuh mediasi. f. Terhadap perkara perceraian yg dikumulasikan dg perkara lainnya dan ternyata mediasi perceraiannya gagal: . 8. 1. mediasi dilanjutkan thd perkara asessoirnya (hadhanah, harta bersama dll) 2. Jika mediasi terhadap perkara asesoirnya ternyata berhasil, dan dalam proses litigasi ternyata Majelis Hakim berhasil pula mendamaikan perkara perceraiannya, maka kesepakatan para pihak tentang perkara asessoir tersebut tidak berlaku dan dinyatakan dalam putusan. g. Para pihak menghadap kembali kpd Hakim pada hari sidang yg telah ditentukan untuk memberitahukan laporan mediasi yg berhasil (PERMA No.1 /2008). h. Pada hari persidangan yg telah ditentukan, mediator wajib memberitahukan secara tertulis kpd Hakim bhw mediasi gagal, kmd pemeriksaan perkara dilanjutkan dg membacakan surat gugatan. 10. Akta / putusan perdamaian mempunyai kekuatan yg sama dengan putusan Hakim yg berkekuatan hukum tetap & jika tidak dilaksanakan, dapat dimintakan eksekusi kepada Ketua PA/MaSya ybs. 11. Akta / putusan perdamaian tidak dapat dilakukan upaya hukum banding, kasasi dan peninjauan kembali. 9. 12. Jika Tergugat lebih dari satu, dan yg hadir hanya sebagian, mediasi tetap dapat dijalankan dg memanggil lagi Tergugat yg tidak hadir secara patut dg bantuan Ketua Majelis, dan jika Tergugat ybs juga tetap tidak hadir, mediasi berjalan hanya antara Penggugat dg Tergugat yang hadir. Jika antara Penggugat dg Tergugat yg hadir tercapai kesepakatan perdamaian, Penggugat mengubah gugatannya dg cara mencabut gugatan thd Tergugat yg tidak hadir. 13. Jika para pihak / salah satu pihak menolak untuk mediasi setelah diperintahkan oleh Pengadilan, maka penolakan para pihak / salah satu pihak untuk mediasi dicatat dalam berita acara sidang dan putusan. 14. Jika terjadi perdamaian di tingkat banding, kasasi atau Peninjauan Kembali, maka dlm kesepakatan perdamaian dicantumkan klausula bhw kedua pihak mengesampingkan putusan yg telah ada. (Ps.21&22 PERMA No.1/2008). 10. EKSEPSI & REKONVENSI EKSEPSI / TANGKISAN 1. Tangkisan thd pokok perkara (eksepsi absolut) tdk hrs diajukan pd permulaan sidang, tapi dpt diajukan selama proses pemeriksaan perkara & diputus bersamaan dg pokok perkara. 2. Eksepsi mengenai kewenangan relatif, hakim wajib menjawab (dikabulkan atau ditolak) & menuangkannya dalam putusan sela. 3. Jika eksepsi thd kewenangan relatif dikabulkan, maka putusan sela tsb merupakan putusan akhir & dpt diajukan upaya hukum. 4. Upaya hukum atas putusan sela diajukan bersamaan dg putusan akhir. 5. Jika eksepsi tdk mengenai kewenangan, maka diputus bersamaan dg pokok perkara, dlm pertimbangan hukum & diktum putusan, disebutkan: Dalam eksepsi : ................ (Pertimbangan lengkap) Dalam pokok perkara : ..... (Pertimbangan lengkap) 11. Kewenangan Relatif 1. Sesuai ketentuan Ps. 118 HIR / 142 RBg, PA/MaSya berwenang memeriksa gugatan yg daerah hukumnya, meliputi: Tempat tinggal Tergugat /tempat Tergugat sebenarnya berdiam. Tempat tinggal salah satu Tergugat, jika terdapat lebih dari satu Tergugat, yg tempat tinggalnya tdk berada dalam satu daerah hukum PA menurut pilihan Penggugat. Tergugat utama bertempat tinggal, jika hubungan antara Tergugat-tergugat adalah sbg yg berhutang dan penjaminnya. Tempat tinggal Penggugat atau salah satu dari Penggugat, dalam hal: 1. Tergugat tdk punyai tempat tinggal & tdk diketahui dimana ia berada. 2. Tergugat tdk dikenal. (Dalam gugatan: dahulu tempat tinggalnya yg terakhir, sekarang tdk diketahui tempat tinggalnya di Indonesia). Jika Tergugat tdk diketahui tempat tinggalnya & yg menjadi objek gugatan adalah benda tidak bergerak, maka gugatan diajukan di tempat benda yg tidak bergerak terletak (Ps.118 ayat (3) HIR / Ps.142 ayat (5) RBg). Jika ada pilihan domisili yang tertulis dalam akta, maka gugatan diajukan di tempat domisili yg dipilih itu (Ps. 118 ayat (4) HIR / Ps. 142 ayat (4) RBg). 2. Jika Tergugat pada sidang pertama tidak mengajukan tangkisan (eksepsi) ttg wewenang mengadili secara relatif, PA/MaSya tidak boleh menyatakan dirinya tdk berwenang (Psl 133 HIR / Psl 159 RBg). 3. Eksepsi mengenai kewenangan relatif harus diajukan pada sidang pertama. 12. 4. Pengecualian: Jika Tergugat tdk cakap menghadap di Pengadilan, gugatan diajukan pd Ketua PA/MaSya tempat tinggal orangtuanya/walinya/pengampunya (Ps.21 BW) Bagi Pegawai Negeri, berlaku ketentuan (Pasal 118 HIR / Pasal 142 RBg). Tentang penjaminan (vrijwaring), yg berwenang untuk mengadilinya adalah PA /MaSya yg pertama dimana pemeriksaan dilakukan (Pasal 14 Rv). 5. Jika eksepsi diterima maka putusan berbunyi: Dalam eksepsi: Menerima eksepsi Tergugat. Menyatakan PA/MaSya... tidak berwenang untuk mengadili perkara tsb. Dalam pokok perkara: Menyatakan gugatan/permohonan Penggugat/Pemohon tidak dpt diterima. Menghukum Penggugat / Pemohon membayar biaya perkara sejumlah Rp... 6. Jika eksepsi ditolak maka putusan berbunyi: Dalam eksepsi: Menolak eksepsi Tergugat. Menyatakan PA/MaSya... berwenang untuk mengadili perkara tersebut. Dalam pokok perkara: Menyatakan gugatan / permohonan Penggugat / Pemohon tdk/dpt diterima. Menghukum Penggugat / Pemohon membayar biaya perkara sejumlah Rp... 13. KEWENANGAN / KOMPETENSI ABSOLUT 1. Kewenangan absolut / mutlak adalah kewenangan pengadilan dalam memeriksa jenis perkara tertentu yg secara mutlak tdk dpt diperiksa oleh Pengadilan lain. 2. Eksepsi thd kekuasaan absolut dpt diajukan setiap waktu selama proses pemeriksaan berlangsung (Ps.134 HIR / Ps. 160 RBg). 3. Hakim karena jabatannya hrs menyatakan dirinya tdk berwenang memeriksa perkara ybs walau tdk ada eksepsi dari Tergugat, hal ini dpt dilakukan pada semua taraf pemeriksaan, termasuk taraf banding & kasasi (Ps.134 HIR / Ps.160 RBg / Ps.132 Rv). 4. Jika eksepsi diterima maka putusan berbunyi: Dalam eksepsi: Menerima eksepsi Tergugat. Menyatakan PA/MaSya tdk berwenang utk mengadili perkara tsb. Dalam pokok perkara: Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima. Menghukum Penggugat membayar biaya pkr sejumlah Rp 14. Catatan: Dalam bidang perkawinan, amar biaya perkara berbunyi: Membebankan kpd Penggugat / Pemohon membayar biaya perkara sejumlah Rp. .. Putusan seperti ini adalah putusan akhir yang dapat dimohonkan banding dan kasasi. 5. Jika eksepsi ditolak, maka Hakim memutus sela, amarnya: Menolak eksepsi Tergugat / Termohon. Menyatakan PA/MaSya berwenang mengadili perkara tsb. Memerintahkan para pihak untuk melanjutkan perkara. Menangguhkan biaya perkara sampai dg putusan akhir. 6. Putusan sela tdk dituangkan dlm putusan tersendiri, tetapi dimuat dlm BAS (Ps.185 (1) HIR / 196 (1) RBg). 7. Putusan sela, hanya dapat diajukan banding bersama-sama dg putusan akhir (Ps.9 ayat (1) UU No. 20/1947). 15. REKONVENSI (Gugat Balik / Gugat Balasan) 1. Menurut Psl 132a HIR dpt diajukan dlm setiap perkara kecuali: Penggugat dlm gugatan asal menuntut mengenai sifat, sedang gugatan rekonvensi mengenai dirinya sendiri dan sebaliknya. Pengadilan Agama tdk berwenang memeriksa tuntutan balik itu berhubung dengan pokok perselisihan (kompetensi absolut). Dalam perkara tentang menjalankan putusan Hakim. 2. Harus diajukan ber-sama2 dg jawaban sblm tahapan pembuktian, baik jawaban tertulis / lisan (Ps.132b HIR / Ps. 158 RBg). 3. Jika dlm Tk.I tdk diajukan rekonvensi, maka dlm Tk. banding tdk dpt diajukan rekonvensi. (Ps.132a (2) HIR / Ps.156 (2) RBg). 4. Rekonvensi diperiksa & diputus dlm satu putusan kecuali jika menurut pdpt Hakim salah 1 dari gugatan dpt diputus lebih dulu. 5. Rekonvensi boleh diterima jika berhubungan dg gugatan konvensi. 6. Jika konvensi dicabut, maka rekonvensi tidak dapat dilanjutkan. 16. Penggugat / Tergugat Wafat 1. Jika Penggugat setelah mengajukan gugatan wafat, maka ahli warisnya dapat melanjutkan perkara. 2. Jika dalam proses pemeriksaan perkara Tergugat wafat, maka ahli warisnya dapat melanjutkan perkara. 3. Dalam perkara cerai, jika suami atau isteri wafat, maka gugatan perceraian digugurkan. (Ps.25 PP. 9 /1975). 17. Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim 1. Rapat permusyawaratan Majelis Hakim bersifat rahasia. 2. Jika dipandang perlu dan mendapat persetujuan Majelis Hakim, Panitera sidang dapat mengikuti rapat permusyaratan Majelis Hakim. 3. Dalam rapat permusyawaratan, setiap Hakim wajib menyampaikan pertimbangan/pendapatnya tertulis thd perkara yg sedang diperiksa. 4. Ketua Majelis mempersilahkan Hakim Anggota II untuk mengemukakan pendapatnya, disusul oleh Hakim Anggota I dan terakhir Ketua Majelis. 5. Semua pendapat harus dikemukakan secara jelas dg menunjuk dasar hukumnya, kemudian dicatat dalam buku agenda sidang. 6. Jika terdapat perbedaan pendapat, maka yang pendapatnya berbeda tsb (dissenting opinion) dimuat dalam akhir pertimbangan putusan. Contoh: Menimbang, bhw namun demikian seorang hakim bernama ..... berbeda pendapat dengan pertimbangan tsb, yang pendapatnya sbb: Bahwa, ....... dst. Menimbang, bhw meskipun berbeda pendapat, demi keadilan & kepastian hukum, hakim tsb sepakat bahwa perkara tsb diputus .....