bahan jurnal ikga

22
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Formokresol Formokresol merupakan golongan aldehid dan menjadi salah satu pilihan dalam perawatan pulpa. Bahan ini diperkenalkan oleh Buckley pada tahun 1904 dan sejak saat itu telah digunakan sebagai medikasi untuk perawatan pulpa dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Teknik pulpotomi dengan menggunakan formokresol digunakan oleh Sweet sebagai suatu modifikasi metode perawatan pulpa pada tahun 1930. Saat itu, Sweet melaporkan bahwa adanya keberhasilan penggunaan bahan ini sebesar 97 % pada 16.651 kasus. 4 Komposisi Bahan Larutan formokresol yang memiliki tujuan dasar untuk memfiksasi jaringan pulpa yang mengalami

Upload: nooniisr

Post on 27-Dec-2015

550 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

formokresol, calsium hidroksida, MTA

TRANSCRIPT

Page 1: BAHAN JURNAL IKGA

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Formokresol

Formokresol merupakan golongan aldehid dan menjadi salah satu pilihan dalam

perawatan pulpa. Bahan ini diperkenalkan oleh Buckley pada tahun 1904 dan sejak saat itu telah

digunakan sebagai medikasi untuk perawatan pulpa dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.

Teknik pulpotomi dengan menggunakan formokresol digunakan oleh Sweet sebagai suatu

modifikasi metode perawatan pulpa pada tahun 1930. Saat itu, Sweet melaporkan bahwa adanya

keberhasilan penggunaan bahan ini sebesar 97 % pada 16.651 kasus.4

• Komposisi Bahan

Larutan formokresol yang memiliki tujuan dasar untuk

memfiksasi jaringan pulpa yang mengalami inflamasi dan mencegah masuknya

mikroorganisme ini, terdiri atas beberapa komponen, diantaranya yaitu:2-3

• Trikresol (35 % )

• Formaldehid (19 % )

• Gliserin ( 15 % )

• Aqua

Gambar 1: Sediaan formokresol.

Page 2: BAHAN JURNAL IKGA

Komponen aktif dari formokresol adalah formaldehid dan kresol. Formaldehid

memiliki sifat yang dapat mengiritasi jaringan, sehingga penggunaannya dalam rongga

mulut harus hati-hati. Para peneliti menyimpulkan bahwa formokresol tidak menimbulkan

bahaya bagi kesehatan manusia apabila penggunaannya masih dalam jumlah yang tepat.

Bahan kresol yang ditambahkan pada formaldehid bertujuan untuk mengurangi aksi

iritan formaldehid terhadap jaringan. Selain itu, kresol sendiri dapat berperan sebagai

desinfeksi yang cukup efektif. Kedua bahan ini, formaldehid dan kresol, merupakan bahan

zat antiseptik yang efektif terhadap bakteri. Dimana zat antiseptik tersebut dapat bersifat

bakterisid atau bakteriostatik yang dapat ditentukan dari konsentrasinya. Zat antiseptik

dengan konsentrasi yang kecil dapat berperan sebagai bakteriostatik, sedangkan antiseptik

dengan konsentrasi yang besar dapat bersifat bakterisid.3

Gliserin yang juga ditambahkan dalam larutan ini, digunakan sebagai pengemulsi dan

mencegah polimerisasi formaldehid menjadi paraformaldehid. Dimana paraformaldehid

yang terbentuk jika tidak ada gliserin ini, dapat menyebabkan larutan menjadi keruh.2

2.1.2 Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan

Perawatan pulpotomi vital dengan menggunakan formokresol ini diindikasikan untuk

beberapa kasus, diantaranya yaitu:4

• Perawatan gigi sulung dengan pulpa yang masih vital;

• Perawatan gigi sulung yang pulpanya terlibat, dengan manifestasi klinis berupa

perubahan inflamatori yang terbatas pada pulpa mahkota atau pembukaan mekanis

pada waktu prosedur operatif;

• Pada gigi posterior permanen untuk perawatan pulpalgia yang bertujuan untuk

mengurangi rasa sakit pada keadaan darurat. Dalam hal ini, formokresol memfiksasi

pulpa berdekatan yang ditinggalkan dalam saluran akar dan membuatnya kehilangan

rasa sakit.

Beberapa kontraindikasi larutan formokresol ini antara lain:4

Page 3: BAHAN JURNAL IKGA

• Gigi sulung yang sangat sensitif terhadap panas dan dingin;

• Gigi sulung dengan pulpagia kronis;

• Gigi yang sensitif terhadap perkusi dan palpasi;

• Adanya perubahan radiografik yang disebabkan oleh perluasan penyakit pulpa;

• Gigi dengan kamar pulpa atau saluran akar yang menyempit.

2.1.3 Mekanisme Kerja dan Histologi

Formokresol bekerja melalui kelompok aldehid jenis formaldehid, dengan mengikat

bahan asam amino dari protein bakterinya ataupun sisa dari jaringan pulpa gigi. Kemudian

menonaktifkan enzim-enzim oksidatif di dalam pulpa yang berdekatan dengan daerah

amputasi. Hal ini memberikan efek hialuronidase sehingga jaringan pulpa menjadi fibrous

dan asidofilik dalam beberapa menit setelah aplikasi formokresol. Reaksi ini

diinterpretasikan sebagai fiksasi dari jaringan pulpa vital.3-4

Mensukhani melaporkan suatu penelitian secara histologis pada 43 gigi sulung dan gigi

tetap yang telah dilakukan perawatan pulpotomi vital dengan formokresol dan setelah 7-14

hari terlihat tiga zona yang berbeda, yaitu:4

• Zona asidofilik (fiksasi) yang luas;

• Zona pale stain yang luas;

• Zona konsentrasi sel-sel radang yang luas, yang dijumpai di bawah zona pale staining

kea rah apeks gigi.

Pruhs menyatakan bahwa formokresol adalah bahan germicidal kuat yang dapat

menyebabkan fiksasi dari jaringan vital. Ketika ditempatkan pada sisi yang diamputasi,

formokresol menyebabkan nekrose koagulasi dari jaringan yang secara langsung berkontak

dengannya. Selanjutnya formokresol merembes ke saluran akar sehingga menyebabkan

perluasan reaksi jaringan yang diikuti dengan berkurangnya jumlah sel dan perubahan bentuk

morfologi pulpayang diakibatkan proses kalsifikasi dan resorpsi. Sekitar ujung akar terjadi

penumpukan sel-sel inflamasi dan pembentukan jaringan fibrous yang diikuti dengan

Page 4: BAHAN JURNAL IKGA

penyembuhan pada ujung akar. Reaksi ini terjadi empat hari setelah dilakukan perawatan

pulpotomi vital.4

Berdasarkan evaluasi mikroskopik yang dilakukan Emmerson, dkk pada tahun 1959,

tentang perbedaan lamanya waktu pemberian formokresol ketika melakukan perawatan

pulpotomi vital, diketahui bahwa fiksasi dari jaringan pulpa vital dapat terjadi dalam waktu

lima menit.

2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Bahan

Kelebihan Formokresol

Dengan adanya kandungan kresol dalam larutan formokresol, maka larutan ini

memiliki efek antiseptic yang dapat membunuh bakteri dengan baik. disamping itu,

formokresol ini dapat mengkoagulasi protein sehingga dapat berperan sebagai bakterisid

yang kuat dan kaustik. Sifat kaustik inilah yang dapat menyebabkan fiksasi bakteri dan

jaringan pada sepertiga bagian atas pulpa yang terlibat.2

Penggunaan formokresol sebagai pengganti kalsium hidroksida untuk perawatan

pulpotomi pada gigi sulung beberapa tahun ini semakin meningkat. Formokresol tidak

membentuk jembatan dentin tetapi akan membentuk suatu zona fiksasi dengan kedalaman

yang bervariasi yang berkontak dengan jaringan vital. Zona ini bebas dari bakteri dan dapat

berfungsi sebagai pencegah terhadap infiltrasi mikroba. Keuntungan lain dari formokresol

pada perawatan pulpa gigi sulung yang terkena karies yaitu formokresol akan merembes

melalui pulpa dan bergabung dengan protein seluler untuk menguatkan jaringan.2

Kekurangan Formokresol

Beberapa penelitian klinis menyatakan bahwa medikamen yang tergolong aldehid ini

tidak terlalu efektif untuk mencegah atau mengendalikan rasa nyeri pada pemakaian

medikamen intrakanal. Larutan ini juga dikhawatirkan tingkat toksisitasnya baik secara local

maupun sistemis.3

Page 5: BAHAN JURNAL IKGA

Dikatakan pula bahwa meskipun zat ini dapat memfiksasi jaringan, tapi aldehid tidak

begitu efektif dalam memfiksasi jaringan nekrotik atau jaringan yang mengalami

dekomposisi. Bahkan pada kenyataannya, ketika jaringan nekrotik terfiksasi oleh aldehid,

jaringan tersebut akan lebih toksik dan antigenic. Disamping itu, Menurut Ansari & Ranjpour

(2010), kegagalan formokresol lebih tinggi dibandingkan mineral trioxide aggregate sebab

pada penggunaan formokresol akan terjadi resorpsi internal.2-3

Gambar 4: Kegagalan perawatan pulpotomi dengan menggunakan formokresol pada molar pertama desidui rahang bawah. Akar mengalami resorpsi dan adanya kehilangan tulang interradikular (tanda panah).

• Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2)

Kalsium hidroksida pertama kali diperkenalkan oleh Herman pada tahun 1930, sebagai

satu-satunya obat yang dapat memacu penyembuhan biologis dan pembentukan barier jaringan

keras diatas pulpa radikular yang telah diamputasi. Karena sifat basanya (PH 12), bahan ini

sangat kaustik sehingga bila berkontak dengan pulpa vital akan menyebabkan nekrosis pada

lapisan superficial pulpa.

2.2.1 Komposisi Bahan

Kalsium hidroksida merupakan salah satu bahan

yang digunakan untuk meningkatkan suatu penyembuhan. Bahan ini digunakan karena

Page 6: BAHAN JURNAL IKGA

kemampuannya membentuk jembatan dan memelihara vitalitas sisa pulpa. Kalsium

hidroksida ini tersedia sebagai puder kering, suatu pasta yang dicampur dengan air, atau

suatu pasta yang dikemas secara komersial; seperti Pulpdent, Dycal, atau Life. Puder/serbuk

kalsium hidroksida dapat digunakan sendiri atau dengan suatu bahan radiopak, seperti barium

sulfat, agar campuran lebih dapat dilihat pada gambaran radiografi.3

Dari sejumlah bahan yang dipelajari secara eksperimental oleh Hunter, kalsium

hidroksida merupakan salah satu bahan yang dapat menghasilkan jembatan dentin. Menurut

Hunter, kedua anion kalsium dan magnesium merangsang pembuatan jembatan karena pH

tinggi kedua bahan tersebut dan kation kelihatannya tidak begitu penting selama tetap

lemah.2

2.2.2 Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan

Pulpotomi diindikasikan pada gigi permanen anak – anak yang melibatkan pulpa

dengan apeks akarnya belum terbentuk sempurna. Pada kasus semacam itu, ekstirpasi pulpa

dan obturasi dikontraindikasikan karena akar belum matang/immature dan foramen masih

terbuka lebar dan ektraksi tidak dibenarkan karena mempengaruhi erupsi gigi sebelahnya dan

perkembangan lengkung gigi. Foramen yang terbuka merupakan kontraindikasi untuk terapi

saluran akar dan harus ditangguhkan sampai foramen menjadi matang/dewasa. Prosedur

pulpotomi memungkinkan penyelesaian apeksogenesis, maturasi fisiologik akar. Bahkan bila

hanya 3 atau 4 mm bagian apikal jaringan pulpa masih vital, apeks akar dapat menyelesaikan

pertumbuhannya.3

Pulpotomi harus dilakukan pada gigi yang sehat, pulpa hiperemik atau terinflamasi

ringan seperti gigi permanen anterior pada anak dengan apes terbuka lebar yang mengalami

fraktur waktu olahraga atau kecelakaan mobil, atau gigi posterior anak dengan apeks terbuka

lebar yang mempunyai pembukaan karies kecil yang asimptomatik. walaupun pulpotomi

dapat dicoba pada kasus pulpitis hiperplasitk kronis terpilih, yang hanya melibatkan pulpa

mahkota, pada gigi orang muda sehat, prosedur masih diragukan karena kemampuan gigi

untuk dapat direstorasi. Pulpotomi dikontraindikasikan pada pasien yang menderita pulpitis

Page 7: BAHAN JURNAL IKGA

irreversible. Kontraindikasi pulp capping dan pulpotomi adalah sensitivitas luar biasa

terhadap panas dingin, pulpagia kronis, sensitive terhadap perkusi dan palpasi karena

penyakit pulpa, perubahan radiografik periradikular disebabkan perluasan penyakit pulpa ked

lama jarigan periapikal, dan penyempitan kamar pulpa atau saluran akar (kalsifikasi)3

2.2.3 Mekanisme Kerja dan Histologi

Kalsium hidroksida yang pertama kali diperkenalkan oleh Herman ini, dapat memacu

penyembuhan biologis dan pembentukan barier jaringan keras diatas pulpa radikular yang

telah diamputasi. Karena sifat basanya (pH 12), bahan ini sangat kaustik sehingga bila

berkontak dengan pulpa vital akan menyebabkan nekrosis pada lapisan superficial pulpa.

Sifat iritasinya nampaknya berhubungan dengan kemampuannya dalam menstimulasi

terbentuknya barier kalsium.4

Daerah nekrosis pada lapisan superficial pulpa dibawah Ca(OH)2 ini dipisahkan dari

jaringan pulpa sehat dibawahnya oleh daerah dengan warna gelap yang terdiri atas elemen

basofil dalam Ca(OH)2. Daerah berprotein yang asli masih tetap ada. Namun berhadapan

dengan daerah ini terdapat daerah baru terdiri atas jaringan ikat kasar yang dapat disamakan

dengan tipe tulang primitif. Pada bagian perifer jaringan ikat baru ini, setelah perawatan,

secara radiografis terlihat jembatan kalsium. Jembatan ini terus meningkat ketebalannya

selama periode 12 bulan berikutnya. Jaringan pulpa dibawah jembatan kalsium tetap vital

dan pada dasarnya bebas dari sel inflamasi.2

2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Bahan

Beberapa kelebihan dari bahan kalsium hidroksida adalah: 2,3

• Mempunyai efek dapat mengubah dan melarutkan jaringan;

• Memiliki sifat antimikroba dengan menghambat pertumbuhan bakteri saluran akar dan

mengubah kandungan biologis lipopolisakarida bakteri;

Page 8: BAHAN JURNAL IKGA

• Dapat membentuk suatu ‘jembatan’ yang menutup dan melindungi pulpa sehingga

dapat memelihara vitalitas pulpa;

• Mudah dibersihkan.

Beberapa kekurangan kalsium hidroksida sebagai bahan dalam perawatan pulpotomi

vital pada gigi sulung, yaitu:3

• Tidak mempunyai kemampuan untuk membantu permbersihan bila diletakkan pada

sisa jaringan pulpa di saluran akar;

• Adanya resorpsi internal pada gigi yang dirawat yang disebabkan oleh adanya bekuan

darah ekstravaskuler;

• Adanya pembentukan celah di bawah jembatan dentin akibat degradasi yang terjadi

sejalan dengan waktu;

• Memiliki kemampuan penutupan yang buruk.

Gambar 7: Resorpsi internal (tanda panah) pada gigi molar mandibula desidui setelah perawatan pulpotomi vital dengan menggunakan kalsium hidroksida.

2.3 Mineral Trioxide Aggregate (MTA)

Mineral Trioxide Aggregate (MTA) merupakan suatu alternatif bahan baru yang dapat

digunakan untuk mempertahankan vitalitas pulpa bagian radikuler. Bahan ini dikembangkan oleh

dr. Torabinejad di Universitas Loma Linda pada tahun 1993. MTA merupakan bubuk dengan

Page 9: BAHAN JURNAL IKGA

komposisi yang mengandung trioksida dan partikel hidrofilik lain. Torabinejad menyatakan

bahwa MTA merupakan satu-satunya bahan yang tidak terpengaruh terhadap kelembaban

maupun kontaminasi darah. Pada tahun 1998, Food and Drug Administration (FDA) Amerika

Serikat menyetujui MTA sebagai bahan endodonti teraupetik untuk manusia, karena memiliki

efek antibakteri dan mempertahankan integritas pulpa setelah pulpotomi tanpa efek toksik.5

.3.1 Komposisi Bahan

Mineral Trioxide Aggregate (MTA) merupakan bubuk dengan komposisi yang

mengandung trioksida dan partikel hidrofilik. Kandungan trioksida tersebut terdiri dari

trikalsium oksida, oksida silikat, dan oksida bismuth. Sedangkan partikel hidrofilik MTA

terdiri atas trikalsium silikat dan trikalsium aluminat.6

Gambar 8: Sediaan MTA.

Proses pencampuran MTA dilakukan dengan

mencampur tiga bagian bubuk dengan satu bagian air sehingga diperoleh konsistensi

menggumpal. campuran ini kemudian menghasilkan gel koloid yang mengeras dalam waktu

3 sampai 4 jam dengan pH 12,5. pH yang tinggi tersebut dapat menyebabkan denaturasi sel-

sel inflamasi, protein jaringan serta beberapa bakteri di daerah yang terinflamasi. Selain itu,

pH basa tersebut merupakan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan

mikroorganisme sehingga MTA dikenal sebagai bahan dengan aktivitas antimikroba.5,7

Melalui hasil sebuah pemeriksaan, diketahui bahwa MTA sama dengan 80 % semen

Portland kecuali adanya tambahan 20 % oksida bismuth pada MTA yang dipercayai dapat

membantu mengubah waktu pengerasan. Adanya oksida bismuth juga dapat menghasilkan

gambaran radiografi yang lebih radiopak.7

Page 10: BAHAN JURNAL IKGA

Sifat alkali yang terdapat pada MTA juga dapat menyebabkan kalsium oksida yaitu

trikalsium silikat dan kalsium silikat dalam MTA dapat membentuk Ca(OH)2 yang beperan

dalam proses mineralisasi. Sedangkan kandungan tetrakalsium aluminoferit pada MTA

penting untuk mencegah diskolorasi. MTA dibedakan menjadi dua, yaitu GMTA (Grey

MTA) yang mengandung tetrakalsium aluminoferit dan WMTA (White MTA) yang tidak

mengandung tetrakalsium aluminoferit, sehingga WMTA tidak dapat diberikan pada gigi

yang memerlukan estetis.5

MTA telah diformulasikan komposisinya sehingga memiliki sifat-sifat fisik, waktu

pengerasan, dan karakteristik yang dibutuhkan untuk bahan pengobatan yang ideal sesuai

dengan syarat sifat bahan dressing yang dibutuhkan. Bubuk MTA harus disimpan dalam

keadaan kering, karena udara basah akan mempengaruhi waktu pengerasan yang akan

mengurangi kekuatan pencampuran.7

2.3.2 Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan

MTA merupakan semen endodonti yang biokompatibel yang dapat diindikasikan untuk

beberapa hal, seperti:5

• Sebagai bahan dressing pulpotomi pada gigi sulung yang berguna sebagai perawatan

perantara dan bersifat sementara sampai waktu erupsi gigi permanen tiba;

• Sebagai bahan pengisi saluran akar, kaping pulpa direk, apeksifikasi dan perbaikan

perforasi furkasi.

Lamanya waktu pengerasan MTA, yaitu 3 sampai 4 jam, menyebabkan kontraindikasi

untuk perawatan pulpa pada anak yang tidak kooperatif. Anak yang cenderung memiliki

psikologis yang sangat labil dan tidak sabar menunggu dalam waktu lama merupakan salah

satu pertimbangan yang harus dipikirkan oleh seorang dokter gigi dalam memilih bahan yang

tepat untuk perawatan pulpotomi vital pada gigi anak tersebut. Namun, hal tersebut

Page 11: BAHAN JURNAL IKGA

sebenarnya dapat diantisipasi dengan menambahkan akselerator seperti kalsium klorida yang

dapat mengurangi waktu pengerasan hingga lebih dari 50 %.

2.3.3 Mekanisme Kerja dan Histologi

MTA yang bersifat biokompatibel dan antibakteri, dapat menyediakan substrat

biologis aktif untuk perlekatan sel sehingga efektif untuk meminimalisasi mikroleakage dan

memperbaiki hasil perawatan. Selain itu, MTA mampu membentuk jembatan dentin yang

lebih cepat, tebal, dan merata.7

Pembentukan barrier terjadi karena MTA menghasilkan pembentukan granula kalsit

dan jembatan termineralisasi di bawahnya. Saat dicampur dengan air steril atau saline, bubuk

kalsium oksida dari MTA berubah menjadi Ca(OH)2 yang terurai menjadi ion kalsium dan

hidroksil saat berkontak dengan cairan jaringan. Ion kalsium bereaksi dengan karbonit dalam

jaringan pulpa dan membentuk granula kalsit. Fibronektin berkumpul di sekitar granula-

granula tersebut sehingga memungkinkan adhesi dan differensiasi sel yang diikuti dengan

pembentukan jaringan teremineralisasi.5-7

Air + MTA Ca(OH)2 + cairan jaringan Ca(OH)2 + hidroksil + karbonit dalam pulpa

(fibronektin)Jaringan teremineralisasi Adhesi dan differensiasi sel Granula kalsit

Skema1: Pembentukan barrier pada MTA.

Page 12: BAHAN JURNAL IKGA

Selain pembentukan jembatan dentin, MTA juga menyebabkan terjadinya kalsifikasi

intrapulpa, terbentuknya odontoblast yang normal dan iregulaer, sementum, tanpa adanya

resorpsi internal dan hanya ada inflamasi minimal dengan sedikit infiltrate. Pembentukan

osteoblast ini terjadi karena aksi dari kandungan trioksida dan oksida dari MTA pada sel.

MTA juga merangsang keluarnya osteoblast yang secara aktif mendorong terbentuknya

jaringan keras. Pada suatu penelitian, MTA menunjukkan kemampuan yang lebih besar

untuk memelihara integritas jaringan pulpa dibanding dengan Ca(OH)2.5

2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Bahan

MTA yang merupakan suatu alternatif bahan baru yang dapat digunakan untuk

mempertahankan vitalitas pulpa bagian radikuler ini, memiliki beberapa kelebihan,

diantaranya yaitu:5-7

• Biokompatibel terhadap jaringan sekitar.

• Memiliki efek antibakteri yang sama dengan kalsium hidroksida.

• Dapat meminimalisasi microleakage dan memperbaiki hasil perawatan.

• Dapat merangsang pembentukan jaringan keras pada pulpa dan membuat terjadinya

pertumbuhan sel yang sangat baik.

• Dapat merangsang

pembentukan jembatan dentin yang lebih cepat dari kalsium hidroksida, dimana

jembatan dentin yang terbentuk lebih tebal dan merata.

Page 13: BAHAN JURNAL IKGA

Selain banyaknya kelebihan yang terdapat pada MTA, berdasarkan beberapa

penelitian, ternyata MTA juga memiliki beberapa kurangan, yaitu:5-7

• Lamanya waktu pengerasan yang dibutuhkan MTA menyebabkan terjadinya

kemungkinan pelarutan, disintegrasi atau pelepasan bahan. Hal tersebut dapat

menimbulkan cacat jaringan lunak yang terlihat pada gambaran histologi.

• MTA harus tetap dibasahi dengan cotton pellet sehingga tidak dapat direstorasi pada

saat itu.

• Harga MTA juga cukup mahal sehingga dalam penyimpanan dan penggunaannya

harus berhati-hati agar bahan tetap dalam kondisi baik.

2.4 Perbandingan Ketiga Bahan pada Pulpotomi Vital

Berdasarkan penelitian, perbandingan tekhnik pulpotomi bahan formokresol dengan

bahan kalsium hidroksida pada gigi kaninus sulung ditemukan bahwa teknik dengan bahan

formokresol 95% secara klinis berhasil dalam jangka waktu 1 tahun. Walaupun hanya berupa

fiksasi dari jaringan pulpa dan adanya beberapa kehilangan batas sel terlihat secara histologis.

Teknik dengan bahan kalsium hidroksida menunjukkan keberhasilan klinis sebanyak 61% dan

adanya pembentukan dentin bridge terlihat 50% pada pembahasan kasus-kasus.4

Kalsium hidroksida merupakan agen pertama yang digunakan pada pulpotomi yang

menunjukkan kemampuan untuk menginduksi regenerasi dentin. Namun, pH bahan ini yang

sangat tinggi (pH 12.5) sering menyebabkan nekrosis jaringan, inflamasi akut maupun kronis,

dan kalsifikasi distrofi pada jaringan pulpa, sehingga kalsium hidroksida tidak diindikasikan

pada peawatan pulpotomi pada gigi sulung. 4

Koh et al. (1998)6, manunjukkan bahwa MTA memiliki kemampuan merangsang

pelepasan sitokin dari sel tulang yang menunjukkan adanya proses pembentukan yang aktif dari

Page 14: BAHAN JURNAL IKGA

jaringan keras gigi. MTA juga dapat digunakan sebagai medikamen yang potensial untuk

prosedur pulpotomi, pulp capping, apeksifikasi, dan memperbaiki perforasi akar.

Eidelman et al. (2001)6, meneliti perbandingan antara MTA dan formokresol pada

pulpotomi gigi molar desidui, dan melaporkan keberhasilan gambaran klinis dan radiografi

setelah perawatan pulpotomi dengan MTA, serta terbentuknya dentin bridge.

Salako et al. (2003)6, membandingkan gambaran histologis MTA dan formokresol

sebagai agen pulpotomi pada molar tikus, dan menyimpulkan bahwa MTA sangat ideal sebagai

medikamen pulpotomi yang dapat merangsang pembentukan dentinal bridge.

MTA menunjukkan keberhasilan gambaran klinis, radiografi, dan histologi sebagai bahan

medikasi pada pulpotomi vital pada gigi sulung. Setelah dievaluasi dalam beberapa periode

waktu, MTA merupakan medikasi yang potensial dan sangat menjanjikan dalam keberhasilan

perawatan pulpotomi vital pada gigi sulung. 7

BAB III

PENUTUP

Adanya struktur anatomi dengan ketebalan enamel dan dentin yang lebih tipis jika

dibanding dengan gigi permanen, menyebabkan gigi sulung sering disertai dengan lesi yang telah

mencapai pulpa. Dan untuk mempertahankan gigi sulung tersebut hingga gigi permanennya

erupsi pada waktunya, maka dibutuhkan suatu perawatan pulpa, salah satunya yaitu pulpotomi

vital.

Pulpotomi vital adalah suatu tindakan pengambilan jaringan pulpa bagian koronal yang

mengalami inflamasi dengan melakukan anastesi, kemudian dilakukan pemberian medikamen di

atas pulpa yang diamputasi agar pulpa di bagian radikular tetap vital. Oleh karena adanya

hubungan gigi sulung dan gigi permanen yang sedang berkembang, maka dokter gigi diharapkan

dapat memilih bahan medikamen yang tepat untuk perawatan pulpotomi vital pada gigi sulung

tersebut. Beberapa bahan yang sering digunakan adalah formokresol, kalsium hidroksida, dan

MTA.

Berdasarkan beberapa penelitian, formokresol yang sering digunakan sebagai bahan

medikamen pada pulpotomi, dilaporkan memiliki sifat toksik dan karsinogenik pada manusia.

Sedangkan kalsium hidroksida yang digunakan sebagai bahan medikamen pada gigi sulung dapat

Page 15: BAHAN JURNAL IKGA

menyebabkan resorpsi internal yang selanjutnya akan mempengaruhi perkembangan dari gigi

permanennya. Namun dalam jangka waktu satu tahun, formokresol memberikan keberhasilan

klinis sebesar 95 %, sedangkan kalsium hidroksida hanya memberikan keberhasilan 50 % pada

beberapa kasus.

Oleh karena adanya kekurangan yang terdapat pada bahan medikamen formokresol dan

kalsium hidroksida tersebut, saat ini telah dikembangkan suatu alternatif lain yaitu Mineral

Trioxide Aggregate (MTA) yang dapat merangsang pembentukan jembatan dentin yang lebih

cepat dari kalsium hidroksida, dan jembatan dentin yang terbentuk lebih tebal dan merata. Selain

itu, MTA menunjukkan keberhasilan gambaran klinis, radiografi, dan histologi sebagai bahan

medikasi pada pulpotomi vital pada gigi sulung. Setelah dievaluasi dalam beberapa periode

waktu, MTA merupakan medikasi yang potensial dan sangat menjanjikan dalam keberhasilan

perawatan pulpotomi vital pada gigi sulung.

DAFTAR PUSTAKA

• Minasari. Morfologi gigi desidui dan gigi permanen. Medan: USU Press, 2008: 16.

• Roberson, Heymann, Swift. Sturdevant’s Art and Science of Operative Dentistry. 5 th

Edition. India: Elsevier, 2009: 218-9.

• Mc Donald, Avery, Dean. Dentistry for the child and adolescent8th Edition. USA:

Mosby, 2004: 342-3.