bahan ffloating baru
DESCRIPTION
readTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Tulang paha atau femur adalah bagian tubuh terbesar dan tulang terkuat
pada tubuh manusia. Tulang femur menghubungkan tubuh bagian pinggul dan
lutut. Kata "femur" merupakan bahasa Latin untuk paha. Tulang femur terdiri dari
bagian kaput dan collum pada bagian proksimal dan dua condylus pada bagian
distal.1
Sendi lutut adalah satu dari tiga sendi menahan beban besar di tungkai
bawah. Fraktur yang melibatkan tibia proksimal mempengaruhi fungsi lutut dan
stabilitas. Patah tulang ini dapat menjadi intra-artikular (dataran tinggi tibialis)
atau ekstra-artikular (keempat proksimal). Umumnya, cedera ini jatuh ke dalam
dua kategori besar: fraktur rendah energi dan energi tinggi. Spektrum cedera
terkait, komplikasi potensial dan hasil bervariasi dengan pola fraktur.2
Faktur adalah terputusnya continuitas tulang dan atau tulang rawan dengan
atau tanpa perubahan letak daripada fragmen-fragmen tulang. Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa.3
Floating knee adalah cedera yang kompleks pada jenis patah tulang,
jaringan lunak dan cedera terkait merupakan masalah yang harus dikelola. Fraktur
ipsilateral dari tibia dan tulang paha disebut sebagai floating knee dimana
mungkin melibatkan, poros, meniscus, metafisis atau artikular permukaan. Fraktur
sering merupakan akibat dari trauma energi tinggi dan mungkin terkait dengan
cedera yang mengancam jiwa. Pola fraktur seringkali kompleks dengan luka
serius pada jaringan lunak. Sendi, ligamen, dan cedera pembuluh darah dan
komplikasinya.4
Floating knee adalah sendi lutut yang terpukul akibat fraktur poros pada
metafisis femur dan tibia ipsilateral. Floating knee mungkin termasuk kombinasi
fraktur diaphyseal, metafisis, dan intra-artikular. Kombinasi patah tulang sedikit
1
terjadi pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Namun, cedera epifisis
dapat mempengaruhi lempeng pertumbuhan dimana sebagai faktor predisposisi
anak untuk menjadi tinggi dan kelainan bentuk.5
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi5
Floating knee adalah sendi lutut yang terpukul akibat fraktur poros pada
metafisis femur dan tibia ipsilateral. Floating knee mungkin termasuk kombinasi
fraktur diaphyseal, metafisis, dan intra-artikular. Kombinasi patah tulang sedikit
terjadi pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa.
2.2 Anatomi1,3
1. Sistem Tulang (Osteo)
a. Os Femur
Merupakan tulang panjang dalam tubuh yang dibagi atas caput, corpus, dan
collum dengan ujung distal dan proximal. Tulang ini bersendi dengan acetabullum
dalam struktur persendian panggul dan bersendi dengan tulang tibia pada sendi
lutut. Tulang paha atau tungkai atas merupakan tulang terpanjang dan terbesar
dari pada tubuh yang termasuk seperempat bagian dari panjang tubuh. Tulang
paha terdiri dari 3 bagian, yaitu epiysis proximalis, diaphysis dan epiphysis
distalis
a) Epiphysis Proximalis
Ujung membuat bulatan 2/3 bagian bola disebut caput femoris, yang
punya facies articularis untuk bersendi dengan acetabulum ditengahnya terdapat
cekungan yang disebut favea capatis. Caput melanjutkan diri sebagai collum
femoris yang kemudian disebelah lateral membulat disebut throchanter major
kearah medial juga membulat kecil disebut trachanter minor. Dilihat dari depan,
kedua bulatan mayor dan minor ini dihubungkan oleh garis yang disebut linea
intertrochanterica (linea spirialis). Dilihat dari belakang kedua bulatan ini
dihubungkan oleh rigi disebut crita intertrochterica dilihat dari belakang pula
3
maka disebelah medial trachantor major terdapat cekungan disebut fossa
trachanterica.
b) Diaphysis
Merupakan bagian yang panjang disebut corpus. Penampang melintang
merupakan sepertiga dengan basis menghadap ke depan pada diaphysis
mempunyai dataran yaitu facies medialis dan lateralis. Nampak bagian belakang
berupa garis disebut linea aspera, yang dimulai dari bagian proximal dengan
adanya suatu tonjolan kasar disebut tuberositas glutea. Linea ini terbagai menjadi
dua bibit yaitu labium mediale dan labium lateralae, labium medial sendiri
merupakan lanjutan dari linea intertrochanterica. Linea aspera bagian distal
membentuk segitiga disebut planum poplitenum. Dari trachantor minor terdapat
suatu garis disebut linea pectinea. Pada dataran belakang terdapat foramen
nutricium, labium medial, lateral disebut juga supracondylaris lateralis medialis.
c) Epiphysis Distalis
Merupakan bulatan sepasang yang disebut condylus medialis dan condylus
lateralis. Disebelah proximal tonjolan ini terdapat lagi masing-masing sebuah
bulatan kecil disebut epicondylus medialis dan epincondylus lateralis.
Epicondylus ini merupakan akhir perjalanan linea aspera bagian distal dilihat dari
depan terdapat dataran sendi yang melebar disebut facies patelaris untuk bersendi
dengan Os patella. Intercondyloidea yang dibagian proximalnya terdapat garis
disebut linea inercondyloidea.
4
b. Os Patella
Terjadi secara desmal, berbentuk segitiga dengan basis menghadap
proximal dan apex menghadap kearah distal. Dataran muka berbentuk convex.
Dataran belakang punya dataran sendi yang terbagi dua oleh crista sehingga ada 2
dataran sendi yaitu facies articularis lateralis yang lebar dan facies articularis
medialis yang sempit.
c. Os Tibia
Terdiri 3 bagian yaitu epiphysis proximalis, medialys dan epipysis distalys:
epiphysis proximalis terdiri dari 2 bulatan disebut condylus medialis dan condylus
lateralis. Di sebelah atas terdapat dataran sendi disebut facies articularis
5
superior,medial dan lateral, tepi atas epiphysis melingkar yang disebut infra
glenoidalis. Facies articularis superior terbagi dua menjadi facies articularis
medialys dan lateralis, oleh suatu peninggian disebut eminentia intercondyloidea,
yang disebelah lateral dan medial terdapat penonjolan disebut turbeculum
intercondyloideum terdapat cekungan disebut fossa intercondyloidea anterior dan
posterior. Tepi lateral margo infra glenoidalis terdapat dataran disebut facies
ariticularis fibularis untuk bersendi dengan osteum fibulae.
2. Sendi Lutut ( knee joint )
Sendi lutut dibentuk oleh tiga sendi yang berbeda dan dilindungi oleh
kapsul sendi. Sendi tersebut dibentuk oleh tulang femur dan patella yang mana
pada facet joint terdiri dari tiga permukaan pada bagian lateral, yang mana pada
satu permukaan bagian medial otot vastus lateralis menarik patella ke arah medial
sehingga patella stabil. Pada posisi 300 , 400 dari ekstensi, patella tertarik oleh
mekanisme gaya kerja otot sangat kuat.
6
3. Sistem Persyarafan (Nervus System)
a. Nervus Femoralis
Merupakan cabang terbesar dari plexus lumbalis. Nervus ini berisi dari tiga
bagian plexus yang berasal dari nervus lumbalis (L2, L3 dan L4). Nervus ini
muncul dari tepi lateral psoas di dalam abdomen dan berjalan ke bawah melewati
m. psoas dan m. illiacus ia terletak di sebelah fasia illica dan memasuki pada
lateral terhadap anterior femoralis dan selubung femoral dibelakang ligament
inguinal dan pecah menjadi devisi anterior dan posterior nervus femoralis
mensyarafi semua otot anterior hip.
b. Nervus Obturatorius
Berasal dari plexus lumbalis (L2,L3,L4) dan muncul pada bagian tepi
m.psoas di dalam abdomen, nervus ini berjalan ke bawah dan depan pada lateral
pelvis untuk mencapai bagian atas foramen abturatorium, yang mana tempat ini
pecah menjadi devisi anterior dan posterior. Devisi anterior memberi cabang-
cabang muscular pada m. gracillis, m. adductor brevis, dan longus. Sedangkan
devisi posterior mensyarafi articulates guna memberi cabang-cabang muscular
kepada m. obturatorius exsternus, dan adductor magnus.
7
c. Nervus Gluteus Superior dan Inferior
Cabang nervus sacralis meninggalkan pelvis melalui bagian atas dan
bawah foramen ischiadicus majus diatas m. piriformis dan mensyarafi gluteus
medius, minimus dan maximus.
3. Sistem Peredaran Darah
8
Pembuluh Darah Arteri
Arteri membawa darah dari jantung menuju saluran tubuh dan arteri ini
selalau membawa darah segar berisi oksigen, kecuali arteri pulmonale yang
membawa darah kotor yang memerlukan oksigenasi. Pembuluh darah arteri pada
tungkai antara lain yaitu :
a. Arteri Femoralis
Arteri femoralis memasuki paha melalui bagian belakang ligament
inguinale dan merupakan lanjutan arterial illiaca externa, yang terletak
dipertengahan antara SIAS (Spina Illiaca anterior), superior dan symphisis pubis.
Arteri Femoralis merupakan pemasok darah utama bagian tungkai berjalan
menurun hampir bertemu ke tuberculum adductor femoralis dan berakhir pada
lubang otot magnus dengan memasuki spatica poplitea sebagai arteris
poplitea.Pada bagian atas perjalannya, ia terletak superficial dan ditutupi kulit dan
fascia pada bagian bawah perjalannya ia melalui bagian belakang otot sartorius,ia
berhubungan dengan dinding selubung femoral dan silang oleh nervus qutaneus
femoris dan nervus saphenus bawah.
b. Arteria Profunda Femoralis
Merupakan arteri besar yang timbul dari sisi lateral arteri femoralis dari
trigonum femorale, ia keluar dari anterior paha melalui bagian belakang otot
adductor, berjalan turun diantara otot adductor brevis dan kemudian terletak pada
otot adductor magnus.
c. Arteria Obturatoria
Merupakan cabang arteria illiaca interna ia berjalan ke bawah dan
kedepan pada dinding lateral pelvis dan mengiringi nervus abturatoria melalui
canalis obturatorius, yaitu bagian atas foramen abturatorum.
d. Arteria Poplitea
9
Arteri poplitea berjalan melalui canalis adduktorius masuk ke fossa
bercabang menjadi arteri tibialis posterior terletak dalam fossa poplitea dari fossa
lateral ke medial adalah nervus tibialis, vena poplitera, arteri poplitea.
Pembuluh Darah Vena
Pembuluh darah vena pada tungkai antara lain:
a). Vena Femoralis
Vena femoralis memasuki paha mealalui lubang pada otot adductor
magnus sebagai lanjutan dari vena poplitea, menaiki paha mula-mula pada sisi
lateral dari arteri. Kemudian posterior darinya, dan akhirnya pada sisi medialnya
meninggalkan paha dalam ruang medial dari selubung femoral dan berjalan
dibelakang ligamentum inguinale menjadi vena illiaca externa.
b). Vena Profunda Femoralis
Vena profunda femoris menampung cabang yang dapat disamakan dengan
cabang-cabang arterinya ia mengalir ke dalam vena femoralis.
c). Vena Obturatoria
Vena obturatoria menampung cabang yang dapat disamakan dengan
cabang arterianya dimana mencurahkan isinya kedalam vena illiaca internal.
d). Vena Saphena Magna
Mengangkut perjalanan darah dari ujung medial arcus venosum dorsalis
pedis dan berjalan naik tepat di dalam malleolus medialis, venosum dorsalis vena,
ini berjalan di belakang lutut menelengkung ke depan melalui sisi medial paha.
Berjalan melalui bagian bawah N. sphenosus pada fascia profunda dan bergabung
dengan vena femoralis.
4. Otot
10
Otot Tungkai Atas Bagian Anterior
No Otot Regio Insertio Fungsi Inervasi
1 Sartorius Spina iliace
anterior superior
(SIAS)
Permukaan
medial tibia
Fleksi
abduis,
rotasi, lateral
arc coxae
N. femoralis
2 Iliacus Fossa illiaca di
dalam abdomen
Throcantor
femur
Flexi N. femoralis
3 Quadricep
Femoralis
a. Rectus
femoris
b. Vatus lateralis
c. Vatus
medialis
d. Vatus
intermedius
SIAS
Ujung atas dan
batang femur,
septum facialis lat
ke dalam
Ujung atas dan
batang femur
Permukaan anterior
dan lateral batang
femur
Tendon m.
quadriceps
pada patela,
vialigamentum
patellae ke
dalam
tuberositas
tibia
Flexi arc
coxae
Extansi lutut
Extensi lutut,
menstabilkan
patela
Extensi lutut
N. femoralis
N. femoralis
N. femoralis
N. femoralis
Otot Tungkai Atas Bagian Posterior
No Otot Regio Insertio Fungsi Inervasi
1 Biceps
femoralis
Semi
Caput longum
(tuber
isciadoleum)
caput breve
(linea aspera)
crista supra
condilair lateral
Permukaan
medial
tibia
Flexi
abduksi,
rotasi lateral
arc.Co xae
Ramus tibialis
N.
ischiadicum
11
tendonisosis batang femur)
Tuber
ischiadikum
Medial
tibia
Flexi, rotasi,
medial sendi
lutut serta
Arc. Coxae
Ramus tibialis
N.ischiadicum
2 Semi
membranosus
Tuber
ischiadikum
Condylus
medialis
tibia
Flex dan
rotasi,
medial sendi
lutut serta
extensi serta
extensi Arc.
Coxae
Ramus tibialis
N.
ischiadicum
3 Adduktor
magnus
Tuber
ischiadicum
Tiberculum
adduktor
femur
Extensi Arc
Coxae
Ramus tibialis
N.
Ischiadicum
Otot tungkai atas Regio Glutealis
No Otot Regio Insertio Fungsi Inervasi
1 Gluteus
maximus
Permukaan
luar ilium,
sacrum,
ligamen
sacrotuberale
Tractus
illiotibialis
dan
duterositas
gluteo
femoris
Extensi dan
rotasi laterale
Arc. Coxae
N. gluteus
interior
2 Gluteus
Medius
Permukana
luar ilium
Lateral
throchantor
mayor
femoris
Extensi dan
rotasi
N. gluteus
superior
3 Gluteus
minimus
Permukaan
luar ilium
Anterior
throchantor
mayor
femoris
Abduksi Arc.
Coxae
N. gluteus
superior
4 Piriformis Permukaan
anterior
sacrum
Throchantor
mayor
femoris
Rotasi lateral N. Sacralis I
dan II
5 Obturatorius Permukaan Tepian atas Rotasi lateral Plexus
12
internus dalam
membrana
abturatoria
throchantor
mayor
femoris
sacralis
Otot Tuang Medial Paha
No Otot Regio Insertio Fungsi Inervasi
1 M. Gracilis Ramus interior
ossis pubis dan
ossis ischi
Tuberositas
tibia
dibelakang
Adduktor
flexor, hip
flexor dan
internal
rotator
tungkai
bawah
Ramus
anterior N.
obturatoria
L2-4
2 M. adduktor
langus
Dataran anterior
ramus superior
ossis pubis
M. sartorius
labium
medial linea
aspera 1/3
medial
Ramus
anterior N.
Abtoratorium
L2-3
Adduktor,
flexor hip
3 M. adduktor
brevis
Lateral ramus
interior ossis
pubis
Labium
medial linea
aspera
Adduktor
flexor,
internal
rotasi hip
Ramus
anterior dan
posterior N.
abturatoria
L2-4
4 M. adduktor
magnus
Dataran anterior
ramus interfior
ossi ischii dan
tuber
ischiadicum
Labium
medial linea
aspera
Adduktor
dan extensor
hip
Ramus
posterior dan
N. tibialis
dan L2-5 dan
S1
5 M.
Obturatorius
externus
Datarna anterior
membrana
abturatoria,
foramen
Fossa
throhantorica
femoris
External
rotator hip
membantu
Ramus
muscularis
plexus
13
abturatroium extensor hip sacralis S1-3
2.3 Biomekanik3
Sendi Lutut (knee joint)
Hubungan antara tulang tibia, fibula yang merupakan syndesmosis yang
kuat dengan memperkuat beban yang diterima lutut sebesar 1/16 dari berat badan.
Meliputi osteokinematik dan arthrokinematik :
a).Gerakan Fleksi
Penggerak fleksi lutut adalah otot-otot hamstring, salain itu fleksi lutut
juga dibantu oleh grastrocnemius, popliteus, dan gracilis. Lingkup gerak sendi
pada saat flexi berkisar antara 1200 sampai 1300.
b).Gerakan Ekstensi
Penggerak gerakan ekstensi adalah otot-otot quadriceps yang terdiri dari
empat otot rectus femoris, vastus medialis, vastus lateralis dan vastus
intermedius. Lingkup gerak sendi pada saat ekstensi berkisar antara 50
hyprerxtrensi atau pada gerakan flexion dan extention adalah terletak diatas
permukaan sendi yaitu melewati condylus femoris. Dilihat dari segi
anthrokinematika, pada permukaan femur cembung (konvek) bergerak maka
gerakan sliding dan rolling berlawanan arah. Saat gerak flexi femur rolling kearah
belakang dan sleddingnya ke belakang. Dan pada permukaan tibia cekung
(konkaf) bergerak, flexi ataupun extensi menuju ke depan atau ventral
2.4 Patofisiologi1,3
Mekanisme terjadinya fraktur dapat terjadi akibat :
1) Peristiwa trauma tunggal,
2) Tekanan yang berulang ulang,
3) Kelemahan abnormal pada tulang
14
Tulang bersifat terlalu rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya
tahan pegas untuk menahan tekanan, tulang yang mengalami fraktur, biasanya
diikuti kerusakan jaringan sekitarnya. Fraktur ini suatu permasalahan yang
kompleks karena pada fraktur tersebut tidak dilukai luka terbuka, sehingga dalam
mereposisi fraktur tersebut perlu pertimbangan dengan fiksasi yang baik agar
tidak timbul komplikasi selama reposisi.
2.5 Insidensi5
Cedera ini parah tampaknya meningkat pada laki-laki, terutama pada
orang dewasa muda 20-30 tahun.
2.6 Etiologi5
Kecelakaan lalu lintas jalan adalah mekanisme yang paling umum dari
trauma,diikuti oleh luka tembak dan jatuh dari ketinggian.
2.7 Klasifikasi1,3,6.7
Klasifikasi Fraktur :
Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran. (bergeser dari posisi normal).
Fraktur tidak komplit adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang.
Fraktur tertutup tidak menyebabkan robeknya kulit.
Fraktur terbuka merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrana
mukosa sampai kepatahan tulang,
Fraktur terbuka digradasi menjadi:
Grade 1 dengan luka bersih panjangnya kurang dari 1 cm
Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif
15
Grade III luka yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan
jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat
Fraktur juga digolongkan sesuai pergeseran anatomis fragmen tulang:
Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok
Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
Oblik: fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak
stabil dibanding transversal)
Spiral: fraktur memuntir sepanjang batang tulang
Komunitif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering
terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah)
Kompresi: fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang
belakang)
Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista
tulang, penyakit paget, metastasis tulang, tumor)
Avulsi: tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada Epifiseal:
fraktur melalui epifisis
Impaksi: fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang yang
lainnya.
Fraktur femur distal berdasarkan klasifikasi Neer, Grantham, Shelton dibagi
menjadi 3 bagian,yaitu:
Tipe 1: fraktur suprakondiler dan kondiler bentuk 1
Tipe II A : fraktur suprakondiler dan kondiler dengan sebagian metafise
(bentuk Y)
Tipe II B : bagian metafise lebih kecil
fraktur suprakondiler komunitif dengan fraktur kondiler tidak total
16
Klasifikasi dari modified Fraser's untuk kasus floating knee sebagai berikut,:
Type I: fraktur pada extra artikular.
Type II
- type IIA : ditandai oleh fraktur tibia dan fraktur ipsilateral femur
- type IIB: ditandai oleh fraktur distal intra artikular femur dan fraktur
tibia
- type IIC: ditandai oleh fraktur intraartikular ipsilateral tibia dan distal
femur
2.8 Diagnosis1,5
Floating knee harus juga dinilai pada pasien dengan multiple trauma.
Kerusakan pada pembuluh (terutama arteri tibialis posterior poplitea dan) dan lesi
pada saraf (misalnya, saraf peroneal) yang umum. Cedera vaskular secara umum
dapat mengancam ekstremitas jika tidak ditangani. Seringkali, pada cedera
pembuluh darah adalah arteri tibialis anterior dan tidak mengakibatkan iskemia
dan tidak diobati dengan perbaikan vaskular atau rekonstruksi. Namun, status
vaskular perlu dinilai dan ditangani secara tepat. Traction biasanya menyebabkan
neurapraxia. Insiden floting knee biasanya pada patah tulang terbuka, yaitu
mendekati 50-70%, pada 1 atau kedua situs fraktur. Kombinasi yang paling umum
adalah fraktur femur tertutup dengan fraktur tibia terbuka.
Gejala klinisnya berupa:
Nyeri hebat di tempat fraktur
17
Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
Rotasi luar dari kaki lebih pendek
Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah,
bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan:
Inspeksi (Look) : Deformitas, angulasi, rotasi, pemendekan,
pemanjangan,dan oedem
Pengukuran Panjang Anggota Gerak:
• True leg length: dari SIAS sampai maleolus medialis. Bandingkan kiri
kanan
• Apparent leg length (palsu): diukur dari xiphosternum sampai maleolus
medialis.
Palpasi (Feel) : nyeri tekan (tenderness), krepitasi, Status neurologis dan
vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi pada daerah
ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan
dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi
Neurovaskularisasi bagian distal fraktur pulsasi aretri, warna kulit,
pengembalian cairan kapler (Capillary refill test) sensasi
Gerakan (Moving)
Pemeriksaan trauma di tempat lain antara lain : kepala, toraks, abdomen,
pelvis.
Sedangkan pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan
menurut protokol ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway, breathing, dan
circulation. Perlindungan pada vertebra dilakukan sampai cedera vertebra dapat
disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan radiologis. Saat pasien stabil, maka
dilakukan secondary survey
2.9 Pemeriksaan penunjang1
a. X- Ray foto
18
Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari :
Dua gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral
Memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur
Memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera dan
yang tidak terkena cedera (pada anak)
dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
b. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
c. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
d. CCT kalau banyak kerusakan otot.
2.10 Penatalaksanaan8
Medikamentosa
Pada pasien dewasa metode tanpa pembedahan menjadi tidak
menguntungkan dan secara bertahap digantikan dengan teknik fiksasi
interna sedangkan terapi medis untuk anak-anak
terdiri dari traksi skeletal untuk fraktur femur dengan reduksi tertutup dan
casting atau belat untuk fraktur tibialis .
Pembedahan
Pada pasien dewasa kebanyakan ahli bedah merekomendasikan
pengobatan agresif dengan stabilisasi awal kedua patah tulang, terintegrasi
dengan pendekatan multisistem yang menekankan mobilisasi dini pasien
untuk memfasilitasi perawatan yang lebih baik dan pemulihan lebih cepat.
Saat ini, penggunaan paku pada intramedulla di kedua sisi sendi lutut
adalah modalitas terbaik untuk manajemen fraktur. Sebuah teknik
antegrade biasanya dilakukan ketika pakuku ditanamkan. Prosedur ini
dilakukan setelah resusitasi yang memadai dan stabilisasi fisiologis
dicapai.
Untuk mengatasi masalah ini, memaku intramedullary femur
retrograde dengan memaku tibia antegrade melalui sayatan yang sama
telah diusulkan sebagai alternatif . Fraktur dari poros femoralis selalu
19
ditangani terlebih dahulu karna ada dua alasan . Pertama , stabilisasi femur
memungkinkan mobilisasi pasien tanpa traksi jika pasien memiliki
dekompensasi selama operasi yang membutuhkan pengabaian prosedur
kedua . Ekstremitas dengan fraktur tibia dapat ditempatkan dalam belat
atau cast , atau fixator eksternal dapat diterapkan dengan cepat . Kedua,
stabilisasi fraktur poros femoralis memungkinkan ahli bedah untuk cukup
fleksibel lutut untuk mengakses titik awal dalam tibia proksimal.
Bila pola fraktur melibatkan daerah metafisis tibia dan atau femur
dengan atau tanpa ekstensi intra - artikular , stabilisasi dapat dicapai
dengan menggunakan penguncian plat . Fiksasi sumbu memungkinkan
untuk mobilisasi ketat dan memaksimalkan hasil fungsional .Pemasangan
paku pada fraktur proksimal femur dan sistem stabilisasi kurang invasif
untuk femur distal fiksasi ( LISS - DF ).
Terapi bedah untuk anak-anak. Kebanyakan di sarankan
pengobatan operatif setidaknya fraktur femur pada pasien yang lebih tua
dari 10 tahun.
2.11 Komplikasi1
Komplikasinya sebagai berikut awal
Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan
darah eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan
eksternal kejaringan yang rusak.
Sindrom emboli lemak: Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat
masuk kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih
tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh
reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan
terjadinya globula lemak dalam aliran darah.
20
Sindrom kompartemen: merupakan masalah yang terjadi saat perfusi
jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan
jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot
karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips atau
balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompartemen otot karena
edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misal :
iskemi, cidera remuk).
Komplikasi lambat
Delayed union: proses penyembuhan tulang yang berjalan dalam waktu
yang lebih lama dari perkiraan (tidak sembuh setelah 3-5 bulan)
Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 6-9 bulan.
Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam
waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal
2.12 Prognosis8
Berdasarkan kriteria Karlstrom dan Olerud, kebanyakan menggambarkan
hasil yang sangat baik sebanyak 65% dari pasien yang diobati pembedahan.
Setelah pengobatan konservatif, tingkat keberhasilan menurun menjadi 29%.
Tingkat komplikasi yang terkait dengan jenis fraktur (patah tulang terbuka),
Pada anak-anak juga menunjukkan hasil yang baik yaitu denganmetode
kedua konservatif dan bedah. Fiksasi 1 atau 2 patah tulang pada anak usia 9 tahun
atau lebih muda menawarkan hasil yang lebih unggul dan meminimalkan kejadian
disfungsi jangka panjang ekstremitas. Faktor penting lainnya yang mempengaruhi
hasil fungsional pada floating knee adalah sebagai berikut:
Keterlibatan sendi lutut
Keparahan cedera jaringan lunak di tibia
Waktu fiksasi setelah cedera pada tibia
Derajat fraktur femur dan tibia
21
Waktu Fiksasi setelah cedera pada tulang paha dan keparahan fraktur femur
terbuka
22
BAB III
KESIMPULAN
1. Fraktur ipsilateral dari tibia dan tulang paha disebut sebagai floating knee
dimana mungkin melibatkan, poros, meniscus, metafisis atau artikular
permukaan.
2. Mekanisme terjadinya fraktur dapat terjadi akibat: peristiwa trauma
tunggal, tekanan yang berulang ulang, dan kelemahan abnormal pada
tulang
3. Klasifikasi floating knee fraktur yaitu:
Type I: fraktur pada extra artikular.
Type II
- type IIA : ditandai oleh fraktur tibia dan fraktur ipsilateral femur
- type IIB: ditandai oleh fraktur distal intra artikular femur dan fraktur
tibia
- type IIC: ditandai oleh fraktur intraartikular ipsilateral tibia dan distal
femur
4. Penatalaksanaan floating knee ini yaitu dengan medikamentosa dan
pembedahan (menekankan mobilisasi dini pasien untuk memfasilitasi
perawatan yang lebih baik dan pemulihan lebih cepat.)
23