bahan ffloating baru

32
BAB I PENDAHULUAN Tulang paha atau femur adalah bagian tubuh terbesar dan tulang terkuat pada tubuh manusia. Tulang femur menghubungkan tubuh bagian pinggul dan lutut. Kata "femur" merupakan bahasa Latin untuk paha. Tulang femur terdiri dari bagian kaput dan collum pada bagian proksimal dan dua condylus pada bagian distal. 1 Sendi lutut adalah satu dari tiga sendi menahan beban besar di tungkai bawah. Fraktur yang melibatkan tibia proksimal mempengaruhi fungsi lutut dan stabilitas. Patah tulang ini dapat menjadi intra- artikular (dataran tinggi tibialis) atau ekstra- artikular (keempat proksimal). Umumnya, cedera ini jatuh ke dalam dua kategori besar: fraktur rendah energi dan energi tinggi. Spektrum cedera terkait, komplikasi potensial dan hasil bervariasi dengan pola fraktur. 2 Faktur adalah terputusnya continuitas tulang dan atau tulang rawan dengan atau tanpa perubahan letak daripada fragmen-fragmen tulang. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. 3 1

Upload: rully-riyan-dika

Post on 08-Dec-2015

250 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

read

TRANSCRIPT

Page 1: bahan ffloating baru

BAB I

PENDAHULUAN

   Tulang paha atau femur adalah bagian tubuh terbesar dan tulang terkuat

pada tubuh manusia. Tulang femur menghubungkan tubuh bagian pinggul dan

lutut. Kata "femur" merupakan bahasa Latin untuk paha. Tulang femur terdiri dari

bagian kaput dan collum pada bagian proksimal dan dua condylus pada bagian

distal.1

Sendi lutut adalah satu dari tiga sendi menahan beban besar di tungkai

bawah. Fraktur yang melibatkan tibia proksimal mempengaruhi fungsi lutut dan

stabilitas. Patah tulang ini dapat menjadi intra-artikular (dataran tinggi tibialis)

atau ekstra-artikular (keempat proksimal). Umumnya, cedera ini jatuh ke dalam

dua kategori besar: fraktur rendah energi dan energi tinggi. Spektrum cedera

terkait, komplikasi potensial dan hasil bervariasi dengan pola fraktur.2

Faktur adalah terputusnya continuitas tulang dan atau tulang rawan dengan

atau tanpa perubahan letak daripada fragmen-fragmen tulang. Fraktur adalah

terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh

rudapaksa.3

Floating knee adalah cedera yang kompleks pada jenis patah tulang,

jaringan lunak dan cedera terkait merupakan masalah yang harus dikelola. Fraktur

ipsilateral dari tibia dan tulang paha disebut sebagai floating knee dimana

mungkin melibatkan, poros, meniscus, metafisis atau artikular permukaan. Fraktur

sering merupakan akibat dari trauma energi tinggi dan mungkin terkait dengan

cedera yang mengancam jiwa. Pola fraktur seringkali kompleks dengan luka

serius pada jaringan lunak. Sendi, ligamen, dan cedera pembuluh darah dan

komplikasinya.4

Floating knee adalah sendi lutut yang terpukul akibat fraktur poros pada

metafisis femur dan tibia ipsilateral. Floating knee mungkin termasuk kombinasi

fraktur diaphyseal, metafisis, dan intra-artikular. Kombinasi patah tulang sedikit

1

Page 2: bahan ffloating baru

terjadi pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Namun, cedera epifisis

dapat mempengaruhi lempeng pertumbuhan dimana sebagai faktor predisposisi

anak untuk menjadi tinggi dan kelainan bentuk.5

2

Page 3: bahan ffloating baru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi5

Floating knee adalah sendi lutut yang terpukul akibat fraktur poros pada

metafisis femur dan tibia ipsilateral. Floating knee mungkin termasuk kombinasi

fraktur diaphyseal, metafisis, dan intra-artikular. Kombinasi patah tulang sedikit

terjadi pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa.

2.2 Anatomi1,3

1. Sistem Tulang (Osteo)

a. Os Femur

Merupakan tulang panjang dalam tubuh yang dibagi atas caput, corpus, dan

collum dengan ujung distal dan proximal. Tulang ini bersendi dengan acetabullum

dalam struktur persendian panggul dan bersendi dengan tulang tibia pada sendi

lutut. Tulang paha atau tungkai atas merupakan tulang terpanjang dan terbesar

dari pada tubuh yang termasuk seperempat bagian dari panjang tubuh. Tulang

paha terdiri dari 3 bagian, yaitu epiysis proximalis, diaphysis dan epiphysis

distalis

a) Epiphysis Proximalis

Ujung membuat bulatan 2/3 bagian bola disebut caput femoris, yang

punya facies articularis untuk bersendi dengan acetabulum ditengahnya terdapat

cekungan yang disebut favea capatis. Caput melanjutkan diri sebagai collum

femoris yang kemudian disebelah lateral membulat disebut throchanter major

kearah medial juga membulat kecil disebut trachanter minor. Dilihat dari depan,

kedua bulatan mayor dan minor ini dihubungkan oleh garis yang disebut linea

intertrochanterica (linea spirialis). Dilihat dari belakang kedua bulatan ini

dihubungkan oleh rigi disebut crita intertrochterica dilihat dari belakang pula

3

Page 4: bahan ffloating baru

maka disebelah medial trachantor major terdapat cekungan disebut fossa

trachanterica.

b) Diaphysis

Merupakan bagian yang panjang disebut corpus. Penampang melintang

merupakan sepertiga dengan basis menghadap ke depan pada diaphysis

mempunyai dataran yaitu facies medialis dan lateralis. Nampak bagian belakang

berupa garis disebut linea aspera, yang dimulai dari bagian proximal dengan

adanya suatu tonjolan kasar disebut tuberositas glutea. Linea ini terbagai menjadi

dua bibit yaitu labium mediale dan labium lateralae, labium medial sendiri

merupakan lanjutan dari linea intertrochanterica. Linea aspera bagian distal

membentuk segitiga disebut planum poplitenum. Dari trachantor minor terdapat

suatu garis disebut linea pectinea. Pada dataran belakang terdapat foramen

nutricium, labium medial, lateral disebut juga supracondylaris lateralis medialis.

c) Epiphysis Distalis

Merupakan bulatan sepasang yang disebut condylus medialis dan condylus

lateralis. Disebelah proximal tonjolan ini terdapat lagi masing-masing sebuah

bulatan kecil disebut epicondylus medialis dan epincondylus lateralis.

Epicondylus ini merupakan akhir perjalanan linea aspera bagian distal dilihat dari

depan terdapat dataran sendi yang melebar disebut facies patelaris untuk bersendi

dengan Os patella. Intercondyloidea yang dibagian proximalnya terdapat garis

disebut linea inercondyloidea.

4

Page 5: bahan ffloating baru

b. Os Patella

Terjadi secara desmal, berbentuk segitiga dengan basis menghadap

proximal dan apex menghadap kearah distal. Dataran muka berbentuk convex.

Dataran belakang punya dataran sendi yang terbagi dua oleh crista sehingga ada 2

dataran sendi yaitu facies articularis lateralis yang lebar dan facies articularis

medialis yang sempit.

c. Os Tibia

Terdiri 3 bagian yaitu epiphysis proximalis, medialys dan epipysis distalys:

epiphysis proximalis terdiri dari 2 bulatan disebut condylus medialis dan condylus

lateralis. Di sebelah atas terdapat dataran sendi disebut facies articularis

5

Page 6: bahan ffloating baru

superior,medial dan lateral, tepi atas epiphysis melingkar yang disebut infra

glenoidalis. Facies articularis superior terbagi dua menjadi facies articularis

medialys dan lateralis, oleh suatu peninggian disebut eminentia intercondyloidea,

yang disebelah lateral dan medial terdapat penonjolan disebut turbeculum

intercondyloideum terdapat cekungan disebut fossa intercondyloidea anterior dan

posterior. Tepi lateral margo infra glenoidalis terdapat dataran disebut facies

ariticularis fibularis untuk bersendi dengan osteum fibulae.

2. Sendi Lutut ( knee joint )

Sendi lutut dibentuk oleh tiga sendi yang berbeda dan dilindungi oleh

kapsul sendi. Sendi tersebut dibentuk oleh tulang femur dan patella yang mana

pada facet joint terdiri dari tiga permukaan pada bagian lateral, yang mana pada

satu permukaan bagian medial otot vastus lateralis menarik patella ke arah medial

sehingga patella stabil. Pada posisi 300 , 400 dari ekstensi, patella tertarik oleh

mekanisme gaya kerja otot sangat kuat.

6

Page 7: bahan ffloating baru

3. Sistem Persyarafan (Nervus System)

a. Nervus Femoralis

Merupakan cabang terbesar dari plexus lumbalis. Nervus ini berisi dari tiga

bagian plexus yang berasal dari nervus lumbalis (L2, L3 dan L4). Nervus ini

muncul dari tepi lateral psoas di dalam abdomen dan berjalan ke bawah melewati

m. psoas dan m. illiacus ia terletak di sebelah fasia illica dan memasuki pada

lateral terhadap anterior femoralis dan selubung femoral dibelakang ligament

inguinal dan pecah menjadi devisi anterior dan posterior nervus femoralis

mensyarafi semua otot anterior hip.

b. Nervus Obturatorius

Berasal dari plexus lumbalis (L2,L3,L4) dan muncul pada bagian tepi

m.psoas di dalam abdomen, nervus ini berjalan ke bawah dan depan pada lateral

pelvis untuk mencapai bagian atas foramen abturatorium, yang mana tempat ini

pecah menjadi devisi anterior dan posterior. Devisi anterior memberi cabang-

cabang muscular pada m. gracillis, m. adductor brevis, dan longus. Sedangkan

devisi posterior mensyarafi articulates guna memberi cabang-cabang muscular

kepada m. obturatorius exsternus, dan adductor magnus.

7

Page 8: bahan ffloating baru

c. Nervus Gluteus Superior dan Inferior

Cabang nervus sacralis meninggalkan pelvis melalui bagian atas dan

bawah foramen ischiadicus majus diatas m. piriformis dan mensyarafi gluteus

medius, minimus dan maximus.

3. Sistem Peredaran Darah

8

Page 9: bahan ffloating baru

Pembuluh Darah Arteri

Arteri membawa darah dari jantung menuju saluran tubuh dan arteri ini

selalau membawa darah segar berisi oksigen, kecuali arteri pulmonale yang

membawa darah kotor yang memerlukan oksigenasi. Pembuluh darah arteri pada

tungkai antara lain yaitu :

a. Arteri Femoralis

Arteri femoralis memasuki paha melalui bagian belakang ligament

inguinale dan merupakan lanjutan arterial illiaca externa, yang terletak

dipertengahan antara SIAS (Spina Illiaca anterior), superior dan symphisis pubis.

Arteri Femoralis merupakan pemasok darah utama bagian tungkai berjalan

menurun hampir bertemu ke tuberculum adductor femoralis dan berakhir pada

lubang otot magnus dengan memasuki spatica poplitea sebagai arteris

poplitea.Pada bagian atas perjalannya, ia terletak superficial dan ditutupi kulit dan

fascia pada bagian bawah perjalannya ia melalui bagian belakang otot sartorius,ia

berhubungan dengan dinding selubung femoral dan silang oleh nervus qutaneus

femoris dan nervus saphenus bawah.

b. Arteria Profunda Femoralis

Merupakan arteri besar yang timbul dari sisi lateral arteri femoralis dari

trigonum femorale, ia keluar dari anterior paha melalui bagian belakang otot

adductor, berjalan turun diantara otot adductor brevis dan kemudian terletak pada

otot adductor magnus.

c. Arteria Obturatoria

Merupakan cabang arteria illiaca interna ia berjalan ke bawah dan

kedepan pada dinding lateral pelvis dan mengiringi nervus abturatoria melalui

canalis obturatorius, yaitu bagian atas foramen abturatorum.

d. Arteria Poplitea

9

Page 10: bahan ffloating baru

Arteri poplitea berjalan melalui canalis adduktorius masuk ke fossa

bercabang menjadi arteri tibialis posterior terletak dalam fossa poplitea dari fossa

lateral ke medial adalah nervus tibialis, vena poplitera, arteri poplitea.

Pembuluh Darah Vena

Pembuluh darah vena pada tungkai antara lain:

a). Vena Femoralis

Vena femoralis memasuki paha mealalui lubang pada otot adductor

magnus sebagai lanjutan dari vena poplitea, menaiki paha mula-mula pada sisi

lateral dari arteri. Kemudian posterior darinya, dan akhirnya pada sisi medialnya

meninggalkan paha dalam ruang medial dari selubung femoral dan berjalan

dibelakang ligamentum inguinale menjadi vena illiaca externa.

b). Vena Profunda Femoralis

Vena profunda femoris menampung cabang yang dapat disamakan dengan

cabang-cabang arterinya ia mengalir ke dalam vena femoralis.

c). Vena Obturatoria

Vena obturatoria menampung cabang yang dapat disamakan dengan

cabang arterianya dimana mencurahkan isinya kedalam vena illiaca internal.

d). Vena Saphena Magna

Mengangkut perjalanan darah dari ujung medial arcus venosum dorsalis

pedis dan berjalan naik tepat di dalam malleolus medialis, venosum dorsalis vena,

ini berjalan di belakang lutut menelengkung ke depan melalui sisi medial paha.

Berjalan melalui bagian bawah N. sphenosus pada fascia profunda dan bergabung

dengan vena femoralis.

4. Otot

10

Page 11: bahan ffloating baru

Otot Tungkai Atas Bagian Anterior

No Otot Regio Insertio Fungsi Inervasi

1 Sartorius Spina iliace

anterior superior

(SIAS)

Permukaan

medial tibia

Fleksi

abduis,

rotasi, lateral

arc coxae

N. femoralis

2 Iliacus Fossa illiaca di

dalam abdomen

Throcantor

femur

Flexi N. femoralis

3 Quadricep

Femoralis

a. Rectus

femoris

b. Vatus lateralis

c. Vatus

medialis

d. Vatus

intermedius

SIAS

Ujung atas dan

batang femur,

septum facialis lat

ke dalam

Ujung atas dan

batang femur

Permukaan anterior

dan lateral batang

femur

Tendon m.

quadriceps

pada patela,

vialigamentum

patellae ke

dalam

tuberositas

tibia

Flexi arc

coxae

Extansi lutut

Extensi lutut,

menstabilkan

patela

Extensi lutut

N. femoralis

N. femoralis

N. femoralis

N. femoralis

Otot Tungkai Atas Bagian Posterior

No Otot Regio Insertio Fungsi Inervasi

1 Biceps

femoralis

Semi

Caput longum

(tuber

isciadoleum)

caput breve

(linea aspera)

crista supra

condilair lateral

Permukaan

medial

tibia

Flexi

abduksi,

rotasi lateral

arc.Co xae

Ramus tibialis

N.

ischiadicum

11

Page 12: bahan ffloating baru

tendonisosis batang femur)

Tuber

ischiadikum

Medial

tibia

Flexi, rotasi,

medial sendi

lutut serta

Arc. Coxae

Ramus tibialis

N.ischiadicum

2 Semi

membranosus

Tuber

ischiadikum

Condylus

medialis

tibia

Flex dan

rotasi,

medial sendi

lutut serta

extensi serta

extensi Arc.

Coxae

Ramus tibialis

N.

ischiadicum

3 Adduktor

magnus

Tuber

ischiadicum

Tiberculum

adduktor

femur

Extensi Arc

Coxae

Ramus tibialis

N.

Ischiadicum

Otot tungkai atas Regio Glutealis

No Otot Regio Insertio Fungsi Inervasi

1 Gluteus

maximus

Permukaan

luar ilium,

sacrum,

ligamen

sacrotuberale

Tractus

illiotibialis

dan

duterositas

gluteo

femoris

Extensi dan

rotasi laterale

Arc. Coxae

N. gluteus

interior

2 Gluteus

Medius

Permukana

luar ilium

Lateral

throchantor

mayor

femoris

Extensi dan

rotasi

N. gluteus

superior

3 Gluteus

minimus

Permukaan

luar ilium

Anterior

throchantor

mayor

femoris

Abduksi Arc.

Coxae

N. gluteus

superior

4 Piriformis Permukaan

anterior

sacrum

Throchantor

mayor

femoris

Rotasi lateral N. Sacralis I

dan II

5 Obturatorius Permukaan Tepian atas Rotasi lateral Plexus

12

Page 13: bahan ffloating baru

internus dalam

membrana

abturatoria

throchantor

mayor

femoris

sacralis

Otot Tuang Medial Paha

No Otot Regio Insertio Fungsi Inervasi

1 M. Gracilis Ramus interior

ossis pubis dan

ossis ischi

Tuberositas

tibia

dibelakang

Adduktor

flexor, hip

flexor dan

internal

rotator

tungkai

bawah

Ramus

anterior N.

obturatoria

L2-4

2 M. adduktor

langus

Dataran anterior

ramus superior

ossis pubis

M. sartorius

labium

medial linea

aspera 1/3

medial

Ramus

anterior N.

Abtoratorium

L2-3

Adduktor,

flexor hip

3 M. adduktor

brevis

Lateral ramus

interior ossis

pubis

Labium

medial linea

aspera

Adduktor

flexor,

internal

rotasi hip

Ramus

anterior dan

posterior N.

abturatoria

L2-4

4 M. adduktor

magnus

Dataran anterior

ramus interfior

ossi ischii dan

tuber

ischiadicum

Labium

medial linea

aspera

Adduktor

dan extensor

hip

Ramus

posterior dan

N. tibialis

dan L2-5 dan

S1

5 M.

Obturatorius

externus

Datarna anterior

membrana

abturatoria,

foramen

Fossa

throhantorica

femoris

External

rotator hip

membantu

Ramus

muscularis

plexus

13

Page 14: bahan ffloating baru

abturatroium extensor hip sacralis S1-3

2.3 Biomekanik3

Sendi Lutut (knee joint)

Hubungan antara tulang tibia, fibula yang merupakan syndesmosis yang

kuat dengan memperkuat beban yang diterima lutut sebesar 1/16 dari berat badan.

Meliputi osteokinematik dan arthrokinematik :

a).Gerakan Fleksi

Penggerak fleksi lutut adalah otot-otot hamstring, salain itu fleksi lutut

juga dibantu oleh grastrocnemius, popliteus, dan gracilis. Lingkup gerak sendi

pada saat flexi berkisar antara 1200 sampai 1300.

b).Gerakan Ekstensi

Penggerak gerakan ekstensi adalah otot-otot quadriceps yang terdiri dari

empat otot rectus femoris, vastus medialis, vastus lateralis dan vastus

intermedius. Lingkup gerak sendi pada saat ekstensi berkisar antara 50

hyprerxtrensi atau pada gerakan flexion dan extention adalah terletak diatas

permukaan sendi yaitu melewati condylus femoris. Dilihat dari segi

anthrokinematika, pada permukaan femur cembung (konvek) bergerak maka

gerakan sliding dan rolling berlawanan arah. Saat gerak flexi femur rolling kearah

belakang dan sleddingnya ke belakang. Dan pada permukaan tibia cekung

(konkaf) bergerak, flexi ataupun extensi menuju ke depan atau ventral

2.4 Patofisiologi1,3

Mekanisme terjadinya fraktur dapat terjadi akibat :

1) Peristiwa trauma tunggal,

2) Tekanan yang berulang ulang,

3) Kelemahan abnormal pada tulang

14

Page 15: bahan ffloating baru

Tulang bersifat terlalu rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya

tahan pegas untuk menahan tekanan, tulang yang mengalami fraktur, biasanya

diikuti kerusakan jaringan sekitarnya. Fraktur ini suatu permasalahan yang

kompleks karena pada fraktur tersebut tidak dilukai luka terbuka, sehingga dalam

mereposisi fraktur tersebut perlu pertimbangan dengan fiksasi yang baik agar

tidak timbul komplikasi selama reposisi.

2.5 Insidensi5

Cedera ini parah tampaknya meningkat pada laki-laki, terutama pada

orang dewasa muda 20-30 tahun.

2.6 Etiologi5

Kecelakaan lalu lintas jalan adalah mekanisme yang paling umum dari

trauma,diikuti oleh luka tembak dan jatuh dari ketinggian.

2.7 Klasifikasi1,3,6.7

Klasifikasi Fraktur :

Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan

biasanya mengalami pergeseran. (bergeser dari posisi normal).

Fraktur tidak komplit adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis

tengah tulang.

Fraktur tertutup tidak menyebabkan robeknya kulit.

Fraktur terbuka merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrana

mukosa sampai kepatahan tulang,

Fraktur terbuka digradasi menjadi:

Grade 1 dengan luka bersih panjangnya kurang dari 1 cm

Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif

15

Page 16: bahan ffloating baru

Grade III luka yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan

jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat

Fraktur juga digolongkan sesuai pergeseran anatomis fragmen tulang:

Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya

membengkok

Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang

Oblik: fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak

stabil dibanding transversal)

Spiral: fraktur memuntir sepanjang batang tulang

Komunitif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering

terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah)

Kompresi: fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang

belakang)

Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista

tulang, penyakit paget, metastasis tulang, tumor)

Avulsi: tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada Epifiseal:

fraktur melalui epifisis

Impaksi: fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang yang

lainnya.

Fraktur femur distal berdasarkan klasifikasi Neer, Grantham, Shelton dibagi

menjadi 3 bagian,yaitu:

Tipe 1: fraktur suprakondiler dan kondiler bentuk 1

Tipe II A : fraktur suprakondiler dan kondiler dengan sebagian metafise

(bentuk Y)

Tipe II B : bagian metafise lebih kecil

fraktur suprakondiler komunitif dengan fraktur kondiler tidak total

16

Page 17: bahan ffloating baru

Klasifikasi dari modified Fraser's untuk kasus floating knee sebagai berikut,:

Type I: fraktur pada extra artikular.

Type II

- type IIA : ditandai oleh fraktur tibia dan fraktur ipsilateral femur

- type IIB: ditandai oleh fraktur distal intra artikular femur dan fraktur

tibia

- type IIC: ditandai oleh fraktur intraartikular ipsilateral tibia dan distal

femur

2.8 Diagnosis1,5

Floating knee harus juga dinilai pada pasien dengan multiple trauma.

Kerusakan pada pembuluh (terutama arteri tibialis posterior poplitea dan) dan lesi

pada saraf (misalnya, saraf peroneal) yang umum. Cedera vaskular secara umum

dapat mengancam ekstremitas jika tidak ditangani. Seringkali, pada cedera

pembuluh darah adalah arteri tibialis anterior dan tidak mengakibatkan iskemia

dan tidak diobati dengan perbaikan vaskular atau rekonstruksi. Namun, status

vaskular perlu dinilai dan ditangani secara tepat. Traction biasanya menyebabkan

neurapraxia. Insiden floting knee biasanya pada patah tulang terbuka, yaitu

mendekati 50-70%, pada 1 atau kedua situs fraktur. Kombinasi yang paling umum

adalah fraktur femur tertutup dengan fraktur tibia terbuka.

Gejala klinisnya berupa:

Nyeri hebat di tempat fraktur

17

Page 18: bahan ffloating baru

Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah

Rotasi luar dari kaki lebih pendek

Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah,

bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan:

Inspeksi (Look) : Deformitas, angulasi, rotasi, pemendekan,

pemanjangan,dan oedem

Pengukuran Panjang Anggota Gerak:

• True leg length: dari SIAS sampai maleolus medialis. Bandingkan kiri

kanan

• Apparent leg length (palsu): diukur dari xiphosternum sampai maleolus

medialis.

Palpasi (Feel) : nyeri tekan (tenderness), krepitasi, Status neurologis dan

vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi pada daerah

ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan

dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi

Neurovaskularisasi bagian distal fraktur pulsasi aretri, warna kulit,

pengembalian cairan kapler (Capillary refill test) sensasi

Gerakan (Moving)

Pemeriksaan trauma di tempat lain antara lain : kepala, toraks, abdomen,

pelvis.

Sedangkan pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan

menurut protokol ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway, breathing, dan

circulation. Perlindungan pada vertebra dilakukan sampai cedera vertebra dapat

disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan radiologis. Saat pasien stabil, maka

dilakukan secondary survey

2.9 Pemeriksaan penunjang1

a. X- Ray foto

18

Page 19: bahan ffloating baru

Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari :

Dua gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral

Memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur

Memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera dan

yang tidak terkena cedera (pada anak)

dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.

b. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans

c. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.

d. CCT kalau banyak kerusakan otot.

2.10 Penatalaksanaan8

Medikamentosa

Pada pasien dewasa metode tanpa pembedahan menjadi tidak

menguntungkan dan secara bertahap digantikan dengan teknik fiksasi

interna sedangkan terapi medis untuk anak-anak

terdiri dari traksi skeletal untuk fraktur femur dengan reduksi tertutup dan

casting atau belat untuk fraktur tibialis .

Pembedahan

Pada pasien dewasa kebanyakan ahli bedah merekomendasikan

pengobatan agresif dengan stabilisasi awal kedua patah tulang, terintegrasi

dengan pendekatan multisistem yang menekankan mobilisasi dini pasien

untuk memfasilitasi perawatan yang lebih baik dan pemulihan lebih cepat.

Saat ini, penggunaan paku pada intramedulla di kedua sisi sendi lutut

adalah modalitas terbaik untuk manajemen fraktur. Sebuah teknik

antegrade biasanya dilakukan ketika pakuku ditanamkan. Prosedur ini

dilakukan setelah resusitasi yang memadai dan stabilisasi fisiologis

dicapai.

Untuk mengatasi masalah ini, memaku intramedullary femur

retrograde dengan memaku tibia antegrade melalui sayatan yang sama

telah diusulkan sebagai alternatif . Fraktur dari poros femoralis selalu

19

Page 20: bahan ffloating baru

ditangani terlebih dahulu karna ada dua alasan . Pertama , stabilisasi femur

memungkinkan mobilisasi pasien tanpa traksi jika pasien memiliki

dekompensasi selama operasi yang membutuhkan pengabaian prosedur

kedua . Ekstremitas dengan fraktur tibia dapat ditempatkan dalam belat

atau cast , atau fixator eksternal dapat diterapkan dengan cepat . Kedua,

stabilisasi fraktur poros femoralis memungkinkan ahli bedah untuk cukup

fleksibel lutut untuk mengakses titik awal dalam tibia proksimal.

Bila pola fraktur melibatkan daerah metafisis tibia dan atau femur

dengan atau tanpa ekstensi intra - artikular , stabilisasi dapat dicapai

dengan menggunakan penguncian plat . Fiksasi sumbu memungkinkan

untuk mobilisasi ketat dan memaksimalkan hasil fungsional .Pemasangan

paku pada fraktur proksimal femur dan sistem stabilisasi kurang invasif

untuk femur distal fiksasi ( LISS - DF ).

Terapi bedah untuk anak-anak. Kebanyakan di sarankan

pengobatan operatif setidaknya fraktur femur pada pasien yang lebih tua

dari 10 tahun.

2.11 Komplikasi1

Komplikasinya sebagai berikut awal

Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan

darah eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan

eksternal kejaringan yang rusak.

Sindrom emboli lemak: Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat

masuk kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih

tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh

reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan

terjadinya globula lemak dalam aliran darah.

20

Page 21: bahan ffloating baru

Sindrom kompartemen: merupakan masalah yang terjadi saat perfusi

jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan

jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot

karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips atau

balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompartemen otot karena

edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misal :

iskemi, cidera remuk).

Komplikasi lambat

Delayed union: proses penyembuhan tulang yang berjalan dalam waktu

yang lebih lama dari perkiraan (tidak sembuh setelah 3-5 bulan)

Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 6-9 bulan.

Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam

waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal

2.12 Prognosis8

Berdasarkan kriteria Karlstrom dan Olerud, kebanyakan menggambarkan

hasil yang sangat baik sebanyak 65% dari pasien yang diobati pembedahan.

Setelah pengobatan konservatif, tingkat keberhasilan menurun menjadi 29%.

Tingkat komplikasi yang terkait dengan jenis fraktur (patah tulang terbuka),

Pada anak-anak juga menunjukkan hasil yang baik yaitu denganmetode

kedua konservatif dan bedah. Fiksasi 1 atau 2 patah tulang pada anak usia 9 tahun

atau lebih muda menawarkan hasil yang lebih unggul dan meminimalkan kejadian

disfungsi jangka panjang ekstremitas. Faktor penting lainnya yang mempengaruhi

hasil fungsional pada floating knee adalah sebagai berikut:

Keterlibatan sendi lutut

Keparahan cedera jaringan lunak di tibia

Waktu fiksasi setelah cedera pada tibia

Derajat fraktur femur dan tibia

21

Page 22: bahan ffloating baru

Waktu Fiksasi setelah cedera pada tulang paha dan keparahan fraktur femur

terbuka

22

Page 23: bahan ffloating baru

BAB III

KESIMPULAN

1. Fraktur ipsilateral dari tibia dan tulang paha disebut sebagai floating knee

dimana mungkin melibatkan, poros, meniscus, metafisis atau artikular

permukaan.

2. Mekanisme terjadinya fraktur dapat terjadi akibat: peristiwa trauma

tunggal, tekanan yang berulang ulang, dan kelemahan abnormal pada

tulang

3. Klasifikasi floating knee fraktur yaitu:

Type I: fraktur pada extra artikular.

Type II

- type IIA : ditandai oleh fraktur tibia dan fraktur ipsilateral femur

- type IIB: ditandai oleh fraktur distal intra artikular femur dan fraktur

tibia

- type IIC: ditandai oleh fraktur intraartikular ipsilateral tibia dan distal

femur

4. Penatalaksanaan floating knee ini yaitu dengan medikamentosa dan

pembedahan (menekankan mobilisasi dini pasien untuk memfasilitasi

perawatan yang lebih baik dan pemulihan lebih cepat.)

23