bahan ajar perpajakan - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=modul.pdf · 3 bea...

84
STIE Pasundan Bandung Bahan Ajar PERPAJAKAN PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DAN MANAJEMEN OLeh: Iwan Sidharta, SE., MM. SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PASUNDAN BANDUNG 2015

Upload: buidung

Post on 02-Feb-2018

245 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

STIE Pasundan Bandung

Bahan Ajar PERPAJAKAN

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DAN MANAJEMEN

OLeh:

Iwan Sidharta, SE., MM.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

PASUNDAN BANDUNG 2015

Page 2: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

STIE Pasundan Bandung

DAFTAR ISI

hal

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….....

1.1. Dasar-Dasar Perpajakan ……………………………………….…..

1.2. Asas-Asas Perpajakan …………………………………………...

1.3. Penggolongan, Tarif Dan Sanksi Dalam Perpajakan ……................

1

1

3

6

BAB II KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN ………….

2.1 Pendahuluan …………………………………………...................

2.2 Pembayaran Pajak …………………………………………………..

2.3. Pelaporan Pajak ……………………………………………………...

2.4 Ketetapan Pajak ……………………………………………………….

9

9

12

12

14

BAB III PAJAK DAERAH ……………………………………………………...

3.1 Pajak Daerah ………………………………………………………….

3.2 Retribusi ……………………………………………………………...

16

16

18

BAB IV PENGHASILAN NETO DAN NORMA PENGHASILAN …………… 21

BAB V PPH PASAL 24 ………………………………………………………..... 27

BAB VI PPH PASAL 25 ………………………………………………………… 30

BAB VII PPH PASAL 21 ……………………………………………………...... 33

BAB VIII PPH PASAL 26 ……………………………………………………… 51

BAB IX PAJAK ATAS IMPOR DAN KEGIATAN LAIN …………………… 55

BAB X PPH PASAL 23 ………………………………………………………….

10.1 PPh Pasal 23 …………………………………………………………

10.2 PPh Ayat 4 ………………………………………………..................

60

60

64

BAB XI PPN DAN PPnBM ………………………………………………………

11.1 Pajak Pertambahan Nilai …………………………………..................

11.2 Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ………………………..............

68

68

71

BAB XII PBB DAN BPHTB ……………………………………………………..

12.1 Pajak Bumi dan Bangunan …………………………………….........

12.2 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan ………………….

75

75

79

DAFTAR PUSATAKA ………………………………………………………….

82

Page 3: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Dasar-Dasar Perpajakan

1. Pengertian Pajak

Ada beberapa pengertian mengenai pajak yaitu sebagai berikut;

1. Leroy Beaulieu (Perancis)

Pajak merupakan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang dipaksakan

oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang atau jasa untuk menutup belanja

negara.

2. Prof. R. Sunitro

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan UU (yang dipaksakan) dengan tidak

mendapat jasa timbal (konpensasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk

membayar pengeluaran umum.

3. Prof. Adriani

Pajak adalah iuran kepada negara (dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak,

membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali secara

langsung, dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

umum yang berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

4. Undang-Undang N0. 28 Tahun 2007

Pajak adalah kontribusi kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Karakteristik Pajak

Karakteristik pajak dapat dibedakan senagai berikut;

Pajak merupakan iuran/kewajiban untuk menyerahkan kekayaan kepada negara.

Pajak merupakan sebagian harta kekayaan rakyat.

Perpindahan/penyerahan iuran bersifat wajib dan dapat dipaksakan.

Perpindahan tersebut berdasarkan UU atau peraturan yang berlaku.

Pajak dipungut oleh negara baik pemerintahan pusat maupun daerah.

Pajak digunakan untuk pengeluaran pemerintah.

Pajak dapat berfungsi sebagai anggaran (budget) dan fungsi mengatur.

3. Fungsi Pajak

Fungsi pajak mempunyai dua fungsi yaitu;

Fungsi Penerimaan (budgetair), sebagai sumber dana bagi pengeluaran pemerintah.

Fungsi Mengatur (Reguler), sebagai pengatur atau pelaksana kebijakan bidang sosial

dan ekonomi.

4. Syarat Pemungutan Pajak

Adapun syarat dalam pemungutan pajak harus memenuhi beberapa syarat antara lain;

Page 4: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

2

Syarat Keadilan

Syarat Yuridis

Syarat Ekonomis

Syarat Finansial

Syarat Simplicity

5. Definisi Hukum Pajak

Hukum Pajak adalah suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah,

sebagai pemungut pajak (fiskus) dengan rakyat, sebagai pembayar pajak.

6. Cakupan Hukum Pajak

Subjek Pajak dan Wajib Pajak.

Objek Pajak.

Kewajiban pajak terhadap pemerintah.

Timbul dan hapusnya hutang pajak.

Cara penagihan pajak.

Cara mengajukan keberatan dan banding.

7. Pembagian Hukum Pajak

Dalam hukum pajak terdapat dua dasar hukum yaitu;

1. Hukum Pajak Material, hukum yang memuat norma-norma yang menerapkan

keadaan-keadaan, perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hukum yang harus

dikenakan pajak, siapa-siapa yang harus dikenakan pajak dan berapa besarnya pajak.

2. Hukum Pajak Formal, hukum pajak formal serangkaian peraturan mengenai cara-cara

untuk menjelmakan hukum material pajak menjadi suatu kenyataan.

8. Hukum Pajak Material Mengatur Tentang;

Pendaftaran Wajib Pajak dan Objek Pajak.

Pemungutan Pajak.

Penyetoran Pajak.

Pengajuan keberatan.

Permohonan banding.

Permohonan pengurangan dan penundaan pembayaran, dan lain lain.

9. Tarif Pajak

Dalam pelaksanaanya pajak memiliki beberapa penerapan tarif yang berbeda tergantung dari

jenis pajaknya. Adapun tarif pajak yang berlaku adalah sebagai berikut;

1. Tarif Proporsional/Sebanding

Contohnya Penyerahan Barang Kena Pajak dengan dikenakan tarif Pajak

Pertambahan Nilai sebesar 10%

2. Tarif Tetap

Contohnya tarif Bea Materai untuk cek dan giro dengan nominal berapapun

sebesar Rp 3.000,-

3. Tarif Progresif

Page 5: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

3

Contonya Pajak Penghasilam untuk Wajib Pajak orang pribadi yang dikenakan

tarif meningkat sesuai dengan jumlah penghasilannya

10. Timbul dan Hapusnya Utang Pajak

Dalam pelaksanaan pajak terdapat syarat untuk menjadi utang pajak dan keungkinan

terjadinya penghapusan pajak, yaitu sebagai berikut ;

1. Timbulnya Utang Pajak

Secara Formil

Akibat dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus

Secara Materiil

Akibat berlakunya Undang-Undang mengenai Perpajakan

2. Hapusnya Utang Pajak

Pembayaran

Kompensasi

Daluarsa

Pembebasan dan penghapusan

11. Pengelompokan Pajak

1. Menurut Golongan

Pajak Langsung; contohnya Pajak Penghasilan

Pajak Tidak Langsung; contohnya Pajak Pertambahan Nilai

2. Menurut Sifat

Pajak Subjektif; contohnya Pajak Penghasilan

Pajak Objektif; contohnya Pajak Pertambahan Nilai

3. Menurut Lembaga Pemungut

Pajak Pusat; contohnya Pajak Penghasilan

Pajak Daerah

Pajak Provinsi; contohnya Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak Kabupaten/Kota; contohnya Pajak Hotel

12. Hambatan Pemungutan Pajak

Dalam pelaksanaan perpajakan terdapat beberapa hambatan dalam melakukan pemungutan

terhadap wajib pajak, yaitu antara lain;

1. Perlawanan Pasif

Perkembangan intelektual dan moral masyarakat

Sistem pajak yang sulit untuk dipahami masyarakat

Sistem kontrol yang tidak dapat dilakukan dengan baik

2. Perlawanan Aktif

Tax avoidance; merupakan usaha untuk meringankan beban pajak dengan

tidak melanggar undang-undang

Tax evasion; merupakan usaha untuk meringankan beban pajak dengan cara

melanggar undang-undang/penggelapan pajak

1.2 ASAS-ASAS, SISTEM PEMUNGUTAN DAN TERHAPUSNYA UTANG PAJAK

1. Asas-Asas Pemungutan Pajak meliputi;

Page 6: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

4

Equality (Asas Persamaan).

Pengenaan pajak bersifat adil dan merata, sesuai dengan kemampuannya.

Certainty (Asas Kepastian).

Pengenaan pajak tidak ditentukan sewenang-wenang, terdapat aturan yang jelas.

Convenience (Asas Menyenangkan).

Pengenaan pajak dilakukan pada saat yang tepat, tidak menyulitkan wajib pajak.

Economy (Asas Efisiensi)

Pengenaan pajak dilakukan secara seefisien mungkin.

2. Teori-Teori Pemungutan Pajak

Terdapat beberapa teori mengenai penerapan pajak dalam suatu Negara, teori-teori tersebut

antara lain;

1. Teori Asuransi

Teori ini mengibaratkan pajak sebagai suatu premi asuransi yang harus dibayar

oleh setiap orang karena mendapatkan perlindungan atas hak-haknya dari Negara.

2. Teori Kepentingan

Teori ini menyatakan bahwa Negara mengenakan pajak karena Negara telah

melindungi kepentingan rakyat.

3. Teori Gaya Pikul

Teori ini menyatakan bahwa biaya atas jasa yang diberikan Negara berupa

perlindungan dipikul oleh orang yang menikmati jasa tersebut.

4. Teori Kewajiban Mutlak

Teori ini menyatakan bahwa Negara sebagai suatu organ satu kesatuan yang

didalamnya warga negara terikat dengan aturan yang dibuatnya.

5. Teori Daya Beli

Teori ini menyatakan bahwa pajak ibarat pompa yang menyedot daya beli

masyarakat dan pada akhirnya dipompakan kembali kepada masyararakat.

6. Teori Pembenaran Pancasila

Teori ini menyatakan bahwa berdasarkan asas kekeluargaan dan gotong royong,

pajak merupakan pengorbanan setiap anggota keluarga untuk kepentingan

bersama tanpa imbalan.

3. Asas-Asas Pengenaan Pajak

Terdapat beberapa asas dalam pemungutan pajak yaitu;

1. Asas Negara Tempat Tinggal (Asas Domisili).

Negara dimana seseorang bertempat tinggal mempunyai hak yang tidak terbatas untuk

mengenakan pajak.

2. Asas Negara Asal (Negara Sumber).

pengenaan pajak berdasarkan pada tempat mana sumber penghasilan tersebut berada.

3. Asas Kebangsaan

pengenaan pajak berdasarkan pada kewarganegaraan wajib pajak.

4. Pemungutan Pajak Berdasarkan Stelsel

1. Stelsel Nyata (Riil Stelsel).

Penentuan pajak berdasarkan pada keadaan objek pajak yang sesungguhnya dengan

demikian pajak dapat dipungut setelah mengetahui keadaan riil.

2. Stelsel Anggapan (Fictive Stelsel).

Page 7: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

5

Pajak dipungut diawal tahun dengan menggunakan anggapan penghasilan yang akan

diterima wajib pajak.

3. Stelsel Campuran.

Penentuan pajak pada awal tahun dengan adanya anggapan kemudian dapat diangsur

selama tahun pajak dan pada akhir tahun dihitung kembali sesuai dengan kondisi

sesungguhnya.

5. Sistem Pemungutan Pajak

1. Official Assesment System

Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada petugas pajak

atau pemerintah untuk menentukan besarnya pajak terutang.

2. Self Assesment System

Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak

untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang.

3. With Holding System

Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak

ketiga (konsultan)

6. Tarif Pajak Suatu pedoman dasar penghitungan besarnya hutang pajak, yaitu;

1. Tarif Tetap.

Tarif yang berupa suatu jumlah tertentu yang sifatnya tetap dan tidak dipengaruhi oleh

besarnya dasar perhitungan pajak.

2. Tarif Sebanding.

Tarif dengan sebuah persentase tunggal yang dikenakan terhadap beberapapun

besarnya dasar perhitungan pajak.

3. Tarif Mengikat (Progresif).

Tarif yang persentasenya akan semakin besar sejalan dengan meningkatnya dasar

perhitungan pajak.

4. Tarif Menurun (Degresif).

Tarif yang dasar pengenaanya semakin menurun sejalan dengan meningkatnya dasar

perhitungan pajak.

7. Berakhirnya Utang Pajak

Dalam pelaksanaan perpajakan terdapat berakhirnya utang pajak, jika wajib pajak telah

melakukan beberapa syarat perpajakan yaitu;

Pembayaran

Kompensasi

Penghapusan

Daluarsa

Pajak Pusat : 5 Tahun

Pajak Daerah: 5 Tahun

Retribusi: 3 Tahun

Tindak pidana: Tidak ada batas waktu

Pembebasan

1.3 PENGGOLONGAN, TARIF DAN SANKSI PAJAK

Page 8: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

6

Jenis-jenis Pajak dapat dibagi berdasarkan pada penggolongan, pemungutan, dan sifta pajak.

Adapun contoh jenis pajak berdasarkan penggolongan, pemungut dan sifat pajak adalah

sebagai berikut;

No Jenis Pajak Golongan, Pemungut, Sifat

1 Pajak Penghasilan (PPh) Langsung, Pusat, Subjektif 2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak

Penjualan Barang Mewah (PPnBM) Tidak Langsung, Pusat, Objektif

3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif 5 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan

Kendaraan diatas Air Langsung, Pusat, Objektif

6 Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas Air

Langsung, Pusat, Objektif

7 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Langsung, Pusat, Objektif 8 Pajak Air Permukaan Langsung, Pusat, Objektif 9 Pajak Hotel Tidak Langsung, Pusat, Objektif 10 Pajak Restoran Tidak Langsung, Pusat, Objektif 11 Pajak Hiburan Tidak Langsung, Pusat, Objektif 12 Pajak Reklame Langsung, Pusat, Objektif 13 Pajak Penerangan Jalan Langsung, Pusat, Objektif 14 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Langsung, Pusat, Objektif 15 Pajak Parkir Langsung, Pusat, Objektif 16 Pajak Air Tanah Langsung, Pusat, Objektif 17 Pajak Sarang Burung Walet Langsung, Pusat, Objektif 18 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan Langsung, Pusat, Objektif

19 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Langsung, Pusat, Objektif

1. Metode Penghitungan

Dalam melakukan perhitungan pajak perlu memperhatikan tarif yang berlaku. Tarif PPh WP

Badan dan BUT (Ps 17 UU No. 36 Th 2008)

1. Tarif Tunggal: 28%

2. Pada Tahun 2010 menjadi turun sebesar 25%

WP Badan Usaha yang berbentuk perseroaan terbuka (Tbk) yang memiliki paling

sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek

Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5%

lebih rendah dari yang seharusnya (PMK No 238/PMK. 03/2008).

Tarif PPh WP Pribadi (Ps 17 UU No. 36 Th 2008)

Dasar Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000 5%

Diatas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000 15%

Diatas Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000 25%

Page 9: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

7

Diatas Rp 500.000.000 30%

2. Sanksi Pajak

Dalam pelaksanaan pajak terdapat sanksi pajak bagi wajib pajak yang melaukan pelanggaran

terhadap kewajiban pajaknya. Adapun sanksi pajak meliputi;

Administratif

Sanksi Denda

Sanksi Bunga

Sanksi Kenaikan

Pidana

Pidana Penjara

Pidanan Kurungan

3. Pidana Penjara karena adanya tindak pidana yang dilakukan dengan sengaja

Terhukum menjalani di gedung atau rumah penjara.

Batas maksimum hukuman penjara adalah seumur hidup.

Pekerjaan yang harus dilakukan lebih berat

Kebebasan dalam penjara sangat terbatas

Dibagi berdasarkan kelas menurut kualitas dan kuantitas kejahatan.

Tidak dapat menjadi pengganti hukuman denda.

4. Contoh Pidana Penjara Alasan disengaja (Ps 39 UU No 28/2007)

Tidak mendaftarkan diri; atau menyalahgunakan NPWP; atau

Tidak menyampaikan SPT; atau

Menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap;

atau

Menolak untuk dilakukan pemeriksaan.

Menolak memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau

dipalsukan seolah-olah benar.

Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan, atau

meminjamkan buku, catatan atau dokumen lainnya; atau

Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong sehingga dapat menimbulkan kerugian

pendapatan negara.

5. Pidana Kurungan

Selain dipenjara, dalam kasus tertentu dapat juga terhukum menjalaninya di rumah

dengan pengawasan yang berwajib.

Adapun batasnya hukuman selama 1 tahun.

Terdapat kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh kebebasan.

Tidak terdapat pembagian per kelas-kelas berat tidaknya hukuman.

Dapat dijadikan sebagai pengganti hukuman denda.

Page 10: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

8

Contoh Pidana Kurungan Alasan Kealpaan (Ps 38 UU No 28/2007)

Tidak menyampaikan SPT; atau

Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan

keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian negara.

Sanksi

Dipidana kurungan antara 3 bulan sampai 1 tahun dan atau denda antara 1-2 kali

jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar (bila dilakukan pertama kali maka tidak

ada sanksi pidana).

Page 11: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

9

BAB II

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

1.1 Pengertian-Pengertian

Pajak

Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Wajib Pajak

Orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,

yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

Pengusaha

Orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau

pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan

usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan

usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.

Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena

Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan

perubahannya.

Nomor Pokok Wajib Pajak

Nomor yang diberikan kepada WP sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang

dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak

dan kewajiban perpajakannya.

1. Yang Wajib Mendaftarkan Diri Untuk Memperoleh NPWP

1. Orang Pribadi

Menjalankan usaha dan pekerjaan bebas.

Tidak menjalankan usaha, Penghasilan melebihi PTKP

Wanita kawin pisah harta.

2. Badan Usaha

3. Orang Pribadi dan Badan Usaha

yang bertindak sebagai pemungut atau pemotong pajak

Page 12: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

10

Fungsi NPWP/NPPKP

1 Sebagai sarana tanda pengenal diri atau identitas WP dalam rangka administrasi

perpajakan.

2 Sebagai sarana pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan, juga untuk mendapatkan

pelayanan dari instansi tertentu .

2. Pendaftaran Untuk Mendapatkan NPWP

Berdasarkan sistem self assessment setiap Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan subjektif

dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib

mendaftarkan diri untuk memiliki NPWP dengan cara:

1. Datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan Penyuluhan

dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau

tempat kedudukan WP; atau

2. Secara on-line melalui internet di situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat

www.pajak.go.id.

Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula terhadap wanita kawin yang ingin

memenuhi kewajiban perpajakan secara terpisah dengan suaminya.

Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu yang mempunyai tempat usaha

berbeda dengan tempat tinggal, selain wajib mendaftarkan diri ke KPP yang

wilayah kerjanya meliputi tempat tinggalnya, juga diwajibkan mendaftarkan diri

ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.

Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas,

bila sampai dengan suatu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah

melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) setahun, wajib mendaftarkan diri

paling lambat pada akhir bulan berikutnya.

Wajib Pajak orang pribadi lainnya yang memerlukan NPWP dapat mengajukan

permohonan untuk memperoleh NPWP.

3. Pendaftaran Oleh Pengusaha Untuk Memperoleh PKP

1. Pengusaha yang dikenai PPN, wajib melaporkan usahanya pada KPP yang wilayah

kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha dan tempat

kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi PKP.

2. Pengusaha orang pribadi atau badan yang mempunyai tempat kegiatan usaha

berbeda dengan tempat tinggal, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan

sebagai PKP ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat

kedudukan, dan juga wajib mendaftarkan diri ke KPP di tempat kegiatan usaha

dilakukan.

3. Pengusaha kecil yang memlilih untuk dikukuhkan sebagai PKP wajib mengajukan

pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai PKP.

4. Pengusaha kecil yang tidak memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP tetapi sampai

dengan suatu masa pajak dalam suatu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telah

melampaui batasan yang ditentukan sebagai pengusaha kecil, wajib melaporkan

usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP paling lambat akhir masa pajak berikutnya.

4. Tempat Pendaftaran WP Tertentu & Pelaporan Bagi Pengusaha Tertentu

1. Wajib Pajak BUMN sektor industri dan perdagangan di KPP Wajib Pajak Besar

Page 13: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

11

Tiga;

2. Wajib Pajak BUMN sektor jasa dan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Wajib

Pajak Besar Empat; 3. Wajib Pajak PMA (Penanaman Modal Asing) yang tidak go public, di KPP PMA kecuali

yang telah terdaftar di KPP lama dan Wajib Pajak PMA di kawasan berikat dengan

permohonan diberikan kemudahan mendaftar di KPP setempat;

4. Wajib Pajak Badan dan Orang Asing (Badora), di KPP Badora;

5. Wajib Pajak go public, di KPP Perusahaan Masuk Bursa (Go Public), kecuali Wajib

Pajak BUMN/BUMD serta Wajib Pajak PMA yang berkedudukan di kawasan berikat;

6. Wajib Pajak BUMD diluar Jakarta, di KPP setempat;

7. Untuk Wajib Pajak BUMN/BUMD, PMA, Badora, Go Public di luar Jakarta, khusus

PPh Pemotongan/pemungutan dan PPN/PPnBM di tempat kegiatan usaha atau

cabang;

8. Wajib Pajak Minyak dan Gas di KPP Minyak dan Gas Bumi.

5. Penerbitan NPWP dan Pengukuhan PKP Secara Jabatan

KPP dapat menerbitkan NPWP dan Pengukuhan PKP secara jabatan, apabila WP tidak

mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan

sebagai PKP

6. Sanksi Yang berhubungan dengan NPWP dan Pengukuhan PKP

Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau

menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP, sehingga dapat merugikan

pada pendapatan negara dapat dipidana.

Pidana penjara paling lama 6 tahun dan denda paling tinggi 4 kali jumlah pajak

terhutang yang tidak atau kurang bayar.

Alasan Penghapusan NPWP

WP orang pribadi yang meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan

(pemberitahuan tertulis dari ahli waris yang dilengkapi dengan fotocopy kematian);

Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan (fc surat

nikah atau akte perkawinan);

Warisan yang terbagi dalam kedudukan sebagi subjek pajak sesudah selesai terbagi

(surat pernyataan ahli waris);

WP Badan yang telah bubar (akte pembubaran dan neraca likuidasi);

Bentuk usaha tetap yang kehilangan status menjadi usaha tidak tetap (dokumen yang

mendukung);

WP pribadi yang tidak memenuhi syarat sebagai WP (laporan pemeriksaan lapangan).

Alasan Pencabutan NPPKP

Pengusaha Kena Pajak pindah ke KPP lain.

Pengusaha Kena Pajak bubar.

Pengusaha Kena Pajak tidak memenuhi syarat sebagai PKP.

Pengusaha Kena Pajak yang jumlah peredaran dalam 1 tahun pajak tidak melebihi

batasan Pengusaha Kecil dengan ketentuan;

Mengajukan permohonan pencabutan PKP.

Page 14: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

12

Diajukan setelah lewat jangka waktu 3 bulan setelah akhir tahun pajak.

2.2 PEMBAYARAN PAJAK

Fungsi Surat Setoran Pajak (SSP)

1 Surat atau dokumen untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terhutang

2 Untuk beberapa jenis pajak tertentu, Surat Setoran Pajak dapat berfungsi sebagai

pengganti bukti potong, bukti pungut atau pengganti SPT Masa.

Surat Setoran Pajak yang berfungsi sebagai bukti potong/bukti pungut

Pembayaran PPN Impor

Pembayaran PPN Bendahara

Pembayaran PPh Pasal 22 Impor

Pembayaran PPh Pasal 22 Bendahara

Pembayaran PPh Final atas Transaksi Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

Pembayaran sendiri PPh Final atas Persewaan Tanah dan/atau Bangunan

Khusus untuk PPh Pasal 25 (angsuran PPh), dapat juga sebfungsi sebagai SPT Masa.

Tempat Pembayaran Pajak

Kantor Pos

Bank-bank yang ditunjuk oleh Dirjen Anggaran

Untuk pembayaran Fiskal Luar Negeri selain tempat-tempat tersebut dapat dilakukan

pada loket-loket pembayaran yang telah disediakan di Pelabuhan keberangkatan.

Batas Waktu Pembayaran Pajak

SPT Masa paling lambat 15 hari setelah Masa Pajak berakhir (tanggal 15 bulan

berikutnya).

SPT Tahunan (PPh pasal 29) paling lambat sebelum SPT disampaikan.

Sanksi keterlambatan berupa sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% tiap

sebulan.

STP, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), SKPBT, SK Pembetulan, SK

Keberatan, SK Banding, 1 bulan sejak tanggal diterbitkan.

2.3 PELAPORAN PAJAK

1. Pengertian Surat Pemberitahuan

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk

melaporkan penghitungan dan/ atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek

pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

Terdapat dua macam SPT yaitu:

SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.

SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun

Pajak.

Page 15: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

13

2. Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat yang digunakan oleh WP untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran

pajak, objek pajak, bukan objek pajak, harta dan kewajiban.

SPT Masa untuk suatu masa pajak.

SPT Tahunan untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak

3. Fungsi SPT

1. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang

terhutang.

2. Melaporkan tentang pemenuhan pembayaran pajak yang telah dilaksanakan sendiri.

3. Melaporkan pembayaran dari pemotongan pajak atau pemungut pajak tentang

pemotongan/pemungutan dan pembayaran yang telah dilakukan kepada orang atau

badan.

4. Dari SPT tersebut dapat diketahui berapa pajak terhutang, jumlah pajak yang telah

dipotong dan kekurangan/kelebihan pembayaran pajak.

Jenis SPT Tahunan

PPh pasal 21/26

PPh pasal 22

PPh pasal 23

PPh pasal 25

PPh pasal 4(2)

PPh pasal 15

PPN dan PPnBM

PPN Pemungut

Jenis SPT Tahunan

PPh Badan

PPh Orang Pribadi

Pihak Yang Wajib Mengisi SPT dan Menyampaikan SPT

1. Orang pribadi yang menerima penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas;

2. Orang pribadi yang menerima penghasilan lebih dari satu pemberi kerja;

3. Setiap Badan Usaha Tetap (BUT).

4. Apabila WP memperoleh penghasilan hanya dari satu pemberi kerja dan atau

menerima penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas, maka WP tidak wajib mengisi

dan menyampaikan SPT kecuali telah mempunyai NPWP

Batas Waktu Penyampaian SPT

SPT Masa > paling lama 20 hari setelah akhir masa pajak.

SPT Tahunan WP Pribadi > paling lama 3 bulan setelah akhir tahun pajak.

SPT Tahunan WP Badan > paling lama 4 bulan setelah akhir tahun pajak.

4. Ketentuan Tentang Penyampaian SPT

Page 16: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

14

Penyampaian SPT oleh Wajib Pajak dapat dilakukan:

Secara langsung ke KPP/KP2KP atau tempat lain yang ditentukan (Drop Box,

Pojok Pajak, Mobil Pajak Keliling);

Melalui pos dengan bukti pengiriman surat atau;

Dengan cara lain yaitu melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan

bukti pengiriman surat atau e-Filing yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak

maupun oleh penyedia jasa aplikasi (ASP).

Bukti penerimaan SPT untuk yang disampaikan :

secara langsung adalah tanda penerimaan surat;

e-Filing adalah bukti penerimaan elektronik;

Pos dengan bukti pengiriman surat adalah bukti pengiriman surat dan;

Perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan adalah tanda penerimaan surat.

Batas waktu pelaporan SPT:

N0 Jenis Pajak Batas Pelaporan

1 PPh pasal 4(2) setor sendiri tgl 20 bulan berikutnya

2 PPh pasal 4(2) pemotongan tgl 20 bulan berikutnya

3 PPh pasal 15 setor sendiri tgl 20 bulan berikutnya

4 PPh pasal 15 pemotongan tgl 20 bulan berikutnya

5 PPh pasal 21 tgl 20 bulan berikutnya

6 PPh pasal 23/26 tgl 20 bulan berikutnya

7 PPh pasal 25 tgl 20 bulan berikutnya

8 PPh pasal 22 impor yang pemungutan oleh BC hari kerja terakhir minggu berikutnya

9 PPh pasal 22 pemungut oleh Bendaharawan 14 hari setelah masa pajak

10 PPh pasal 22 migas tgl 20 bulan berikutnya

11 PPh pasal 22 tgl 20 bulan berikutnya

12 PPN & PPnBM akhir bulan berikutnya

13 PPN atas kegiatan akhir bulan berikutnya

14 PPN atas pemanfaatan akhir bulan berikutnya

15 PPN & PPnBM pemungutan oleh Bendaharawan akhir bulan berikutnya

16 PPN & PPnBM pemungutan selain Bendaharawan akhir bulan berikutnya

17 PPh 25 WP kriteria tertentu 20 hari setelah berakhirnya masa pajak

18 Pembayaran masa selain PPh 25 WP kriteria tertentu 20 hari setelah berakhirnya masa pajak

2.4 Ketetapan Pajak

Prinsip self assessment dalam pemenuhan kewajiban perpajakan adalah bahwa Wajib

Pajak (WP) diwajibkan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan

melaporkan pajak yang terutang sendiri sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan, sehingga penentuan besarnya pajak yang terutang dipercayakan pada Wajib

Pajak sendiri melalui Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikannya. Penerbitan suatu

surat ketetapan pajak hanya terbatas kepada Wajib Pajak tertentu yang disebabkan oleh

ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena ditemukannya data fiskal yang tidak

Page 17: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

15

dilaporkan oleh Wajib Pajak.

1. Surat ketetapan pajak berfungsi sebagai :

Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap Wajib Pajak tertentu yang

nyata-nyata atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban

formal dan atau kewajiban materiil dalam memenuhi ketentuan perpajakan.

Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.

Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.

Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar.

Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.

2. Jenis-Jenis Ketetapan Pajak

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah

kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi

administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak

yang telah ditetapkan sebelumnya.

c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak

karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak

seharusnya terutang.

d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

Adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya

dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

Page 18: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

16

BAB III

PAJAK DAERAH

1. Pengertian

Definis Pajak Daerah berdasarkan pada UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 adalah

sebagai berikut;

Pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada Daerah, yang terutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

2. Pajak Provinsi

Pajak Kendaraan Bermotor

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Pajak Air Muka Permukaan.

Pajak Rokok

3. Pajak Kabupaten/Kota

Pajak Hotel

Pajak Restoran

Pajak Hiburan

Pajak Reklame

Pajak Penerangan Jalan

Pajak Mineral

Pajak Parkir

Pajak Air Tanah

Pajak Sarang Burung Walet

Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

Bea Perolehaan Hak atas Tanah dan Bangunan

Catatan

Daerah dilarang memungut pajak selain yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang.

Dengan Perda, pajak daerah dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang memadai.

Tarif Pajak Provinsi

Pajak Kendaraan Bermotor

Kepemilikan pertama : 1%-2%

Kepemilikan lebih dari 2 : 2% - 10%

Angkutan Umum, Pemadam Kebakaran, Sosial Keagamaan,

Pemerintah/TNI/Polri : 0,1% - 0,2%

Alat berat dan besar : 0,1% - ),2%

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (maksimum)

Penyerahan pertama : 0,75%

Penyerahan kedua : 0,075%

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Page 19: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

17

Maksimum 10%

Untuk kendaraan umum dapat ditetapkan paling sedikir 50% lebih rendah

Pajak Air Permukaan paling tinggi 10%

Pajak Rokok : 10% dari cukai rokok

Tarif Pajak Kabupaten/Kota

Pajak Hotel paling tinggi 10%

Pajak Restoran paling tinggi 10%

Pajak Hiburan Paling tinggi 35%

Khusus untuk hiburan tertentu dapat ditetapkan paling tinggi 75%

Khusus kesenian rakyat/tradisional paling tinggi 10%

Pajak Reklame paling tinggi 25%

Pajak Parkir paling tinggi 30%

Pajak Air tanah paling tinggi 20%

Pajak Penerangan Jalan paling tinggi 10%

Untuk Industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam paling tinggi 3%

Listrik yang dihasilkan sendiri paling tinggi 1,5%

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan paing tinggi 25%

Pajak Sarang Burung Walet paling tinggi 10%

Pajak Bumi dan Bangunan paing tinggi 0,3%

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan paling tinggi 5%.

Bagi Hasil Pajak Provinsi

Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 30%

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 70%

Pajak Rokok 70%

Pajak Air permukaan 50% khusus yang berada hanya di 1 wilayah kabupaten/kota

maka bagi hasilnya 80%

4. Alokasi Pajak Daerah

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara bertahap dan terus menerus dan sekaligus

menciptakan good governance dan clean government, penerimaan beberapa jenis pajak

daerah wajib dialokasikan untuk mendanai pembangunan sarana dan prasarana yang secara

langsung dapat dinikmati oleh pembayar pajak dan seluruh masyarakat.

Pajak Kendaraan Bermotor, 10% wajib dialokasikan untuk pemeliharaan dan

pembangunan jalan, serta peningkataan sarana transfortasi umum.

Pajak Rokok, 50% dialokasikan untuk mendanai pelayanan kesehatan dan penegakan

hukum.

Sebagai penerimaan pajak penerangan jalan digunakan untuk penyediaan penerangan

jalan.

Page 20: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

18

RETRIBUSI DAERAH

1. Definisi Retribusi Daerah

Merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang

khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang pribadi atau

badan.

2. Definis Jasa

Merupakan kegiatan Pemda berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas,

atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

Objek Retribusi Daerah

Jasa Umum

Jasa Usaha

Perizinan Tertentu

3. Jasa Umum

Merupakan jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemda untuk tujuan kepentingan dan

kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

Objek Retribusi Jasa Umum

Pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemda untuk tujuan kepentingan

dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

Subjek Retribusi Jasa Umum

Orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa

umum yang bersangkutan

4. Kriteria Jasa Umum

Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Usaha

atau Retribusi Perizinan Tertentu.

Merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Memberikan manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan

membayar Retribusi disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum.

Jasa tersebut layak dikenakan retribusi.

Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional.

Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber

pendapatn daerah potensial.

Pemungutannya memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan/atau

kualitas pelayanan yang lebih baik.

5. Jenis Retribusi Jasa Umum

Pelayanan kesehatan

Pelayanan kebersihan

Biaya cetak KTP dan Akte Catatan Sipil

Pelayanan pemakaman

Pelayanan pasar

Pengujian kendaraan bermotor

Page 21: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

19

Pemeriksaan alat pemadam kebakaran

Pengganti biaya cetak peta

Penyediaan penyedotan septitank

Pengolahan limbah

Pelayanan Tera

Pelayanan pendidikan

Pengendalian menara telekomunikasi.

6. Jasa Usaha

Merupakan jasa yang disediakan oleh Pemda dengan menganut prinsip-prinsip komersial

karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

Objek Retribusi Jasa Usaha

Pelayanan yang disediakan Pemda dengan prinsip komersial.

Subjek Retribusi Jasa Usaha

Orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha

yang bersangkutan.

7. Kriteria Jasa Usaha

Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi Jasa Umum

atau Retribusi Perizinan Tertentu.

Jasa bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum

memadai/dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal.

8. Jenis Retribusi Jasa Usaha

Retribusi pemakaian kekayaan daerah

Retribusi pasar grosir/pertokoan

Retribusi tempat pelelangan

Retribusi terminal

Retribusi tempat khusus parkir

Retribusi penginapan/pesanggrahan/villa

Retribusi rumah potong hewan

Retribusi pelayanan kepelabuhan

Retribusi tempat rekreasi dan olah raga

Retribusi penyebrangan di air

Retribusi penjualan produksi usaha daerah

9. Perizinan Tertentu

Merupakan kegiatan rencana tertentu Pemda dalam rangka pemberian izin kepada orang

pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan

pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,

prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga

kelestarian lingkungan.

10. Objek dan Subjek Retribusi Perizinan Tertentu

Objek

Page 22: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

20

Kegiatan tertentu Pemda dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi

atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian,

dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan SDA, barang,

prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum

dan menjaga kelestarian lingkungan.

Subjek

Orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari Pemda.

11. Kriteria Perizinan Tertentu

Perizinan tersebut termasuk kewenangan Pemda dalam rangka asas desentralisasi.

Perizinan tersebut benar-benar diperlukan untuk kepentingan umum.

Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan biaya

untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut cukup besar

sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.

12. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Berakohol

Retribusi Izin Gangguan

Retribusi Izin Trayek

Retribusi Izin Usaha Perikanan

13. Kriteria Penetapan Tarif Retribusi

Jasa Umum

Berdasarkan pada kebijakan daerah dengan pertimbangan biaya penyediaan

jasa bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

Jasa Usaha

Berdasarkan pada tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang layak.

Perizinan Tertentu

Berdasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya

penyelenggaraan pemberian perizinan yang bersangkutan.

Lain-Lain

Dengan Peraturan Daerah dapat ditetapkan jenis Retribusi selain yang telah ditetapkan

sesuai dengan kewenangan otonominya dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

Hasil penerimaan jenis retribusi tertentu daerah kabupaten sebagian diperuntukkan

kepada desa.

Bagian desa ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Daerah kabupaten dengan aspek

keterlibatan Desa dalam menyediakan layanan tersebut.

Page 23: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

21

BAB IV

Penghasilan Neto Dan Norma Penghasilan

1. Bentuk Wajib Pajak

WP Orang Pribadi

Tarif berlapis sesuai Pasal 17 UU PPh

Ada Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

WP Badan

Tarif Tunggal sesuai dengan Pasal 17 UU PPh

Tidak ada PTKP

2. Penentuan Pajak Penghasilan

Bentuk Wajib Pajak

WP Orang Pribadi

Tarif berlapis sesuai pasal 17 UU PPh

Ada Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

WP Badan

Tarif Tunggal sesuai pasal 17 UU PPh

Tidak ada PTKP

Sifat Wajib Pajak

WP Dalam Negeri pasal 26 UU No 36 Th 2008

Tarif dikali Penghasilan bruto

WP Luar Negeri

Tarif dikali Penghasilan neto

Pembukuan > Laporan Laba Rugi

Pencatatan > Norma Penghasilan Neto

Lainnya > Penghasilan Bruto – Biaya yang diperkenankan (biaya jabatan, iuran

pensiun, dll)

3. Pihak yang wajib melakukan pembukuan (UU No. 36 Tahun 2008)

WP orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan peredaran

bruto sebesar Rp 4.800.000.000 atau lebih dalam jangka waktu satu tahun

WP Badan.

4. Pengelompokan Penghasilan

Penghasilan dari pekerjaan, jasa dan kegiatan.

Penghasilan dari usaha dan kegiatan.

Penghasilan dari modal, jasa dan sewa atau penggunaan harta.

Penghasilan lain-lain.

5. Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan

Kantor perwakilan Negara asing.

Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat dan pihak yang diperbantukan.

Organisasi internasional yang ditetapkan Menteri Keuangan.

Page 24: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

22

Pejabat perwakilan organisasi internasional non WNI yang tidak memperoleh

penghasilan lain selain di organisasi tersebut.

6. Penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan bersifat final

Penghasilan bunga deposito dan tabungan lainnya serta bunga lainnya.

Penghasilan berupa hadiah undian.

Penghasilan dari saham, derivatif serta pengalihan penyertaan modal.

Penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah/bangunan, dan usaha jasa lainnya.

Penghasilan tertentu yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah.

7. Penghasilan yang tidak termasuk Objek Pajak Penghasilan

Bantuan atau sumbangan.

Warisan .

Harta termasuk setor tunai ke badan usaha.

Pembayaran asuransi.

Deviden/pembagian keuntungan saham.

Iuran yang diterima dari pensiun.

Penghasilan dari modal dana pensiun.

Bagian laba yang diperoleh anggota dari perseroaan komanditer.

Penghasilan dari modal ventura berupa laba dari badan usaha yang dijalankan.

Beasiswa.

Sisa lebih dari perusahaan nirlaba bidang pendidikan dan penelitian serta

pengembangannya.

Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

8. Penghasilan Kena Pajak (PKP)

cara menentukan Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Cara biasa, pembukuan yaitu mengurangi penghasilan bruto dengan biaya yang

diperkenankan;

◦ Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan.

◦ Biaya penyusutan dan amortisasi.

◦ Iuran dana pensiun.

◦ Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta.

◦ Kerugian karena selisih kurs mata uang asing.

◦ Natura untuk daerah tertentu.

◦ Biaya lain seperti biaya perjalanan, administrasi, litbang, magang, pelatihan.

Dengan Norma Penghasilan Neto

◦ Besarnya persentase norma ditentukan berdasarkan keputusan Dirjen Pajak.

◦ Norma penghitungan neto boleh digunakan wajib pajak yang peredaran

brutonya kurang dari Rp 4.800.000.000 dalam setahun dengan ketentuan

memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalan jangka waktu tiga bulan pertama

dari tahun pajak yang bersangkutan.

9. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Page 25: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

23

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan pengurangan penghasilan neto

yang hanya diberikan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) sebagai WPDN.

Dasar hukum UU No 36 Tahun 2008 yang disesuaikan atas konsultasi kepada DPR

pada tanggal 30 Mei 2012 dan 15 Oktober 2012 yang menyepakati penyesuaian PTKP

yang mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2013.

No Jenis Penghasilan Tidak Kena Pajak Setahun Sebulan

A Untuk Wajib Pajak Sendiri Rp 24.300.000 Rp 2.025.000

B Tambahan Untuk WP Kawin Rp 2.025.000 Rp 168.750

C Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung dengan suami

Rp 24.300.000 Rp 2.025.000

D Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah, serta anak angkat yang jadi tanggungan sepenuhnya maksimal 3 orang

Rp 2.025.000 Rp 168.750

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebelumnya

No Jenis Penghasilan Tidak Kena Pajak Setahun Sebulan

A Untuk Wajib Pajak Sendiri Rp 15.840.000 Rp 1.320.000

B Tambahan Untuk WP Kawin Rp 1.320.000 Rp 110.000

C Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung dengan suami

Rp 15.840.000 Rp 1.320.000

D Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah, serta anak angkat yang jadi tanggungan sepenuhnya maksimal 3 orang

Rp 1.320.000 Rp 110.000

Karyawati kawin, PTKP nya dikurangkan untuk dirinya sendiri (suami tidak

mempunyai penghasilan).

WP tidak kawin, PTKP dikurangkan untuk dirinya sendiri ditambah PTKP yang

menjadi tanggungan sepenuhnya maksimal 3 orang masing-masing sebesar Rp

2.025.000 setahun atau Rp 168.750 sebulan

Karyawati kawin yang menunjukkan keterangan tertulis dari pemda setempat (min.

kecamatan) bahwa suaminya tidak memperoleh penghasilan, diberikan tambahan

PTKP Rp 2.025.000 setahun atau Rp 168.750 sebulan.

Penghitungan PTKP ditentukan berdasarkan keadaan WP pada awal tahun pajak.

10. Tarif Pemungutan Pajak Penghasilan

Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi (perorangan);

Page 26: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

24

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif

Sampai Rp 50.000.000 5%

Diatas Rp 50.000.000 s/d Rp 250.000.000 15%

Diatas Rp 250.000.000 s/d Rp 500.000.000 25%

Diatas Rp 500.000.000 30%

Untuk Wajib Pajak Badan;

Tarif umum untuk Badan adalah 25% sejak Tahun 2010

Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan

Sakha menikah dengan mempunyai 1 orang anak bekerja pada PT Becede dengan Gaji Rp 3jt

per bulan. Perusahaan tersebut mengikuti program Jamsostek. Premi asuransi kecelakaan

kerja dan asuransi kematian sudah termasuk gaji bruto. Sedangkan iuran pensiun sebesar 5%

dan iuran JHT sebesar 3% ditanggung karyawan.

Hitunglah PPh pasal 21 Sakha.

Jawaban

Gaji sebulan Rp 3.000.000

Premi ditanggung perusahaan

Penghasilan bruto Rp 3.000.000

Pengurangan diperbolehkan

Biaya jabatan = 5% x Rp 3.00.000 =Rp 150.000

Maks diperkenankan Rp 500.000

Biaya Jabatan dibolehkan =Rp 150.000

Iuran ditanggung karyawan

Iuran pensiun = 5% x Rp 3.000.000 =Rp 150.000

Iuran JHT = 2% x Rp 3.000.000 =Rp 60.000

Penghasilan neto/bulan Rp 2.490.000

Penghasilan setahun X 12bln Rp 29.880.000

PTKP

Diri WP =Rp 24.300.000

WP kawin =Rp 2.025.000

Tanggungan =Rp 2.025.000 (Rp 28.350.000)

PKP Rp 1.530.000

PPh pasal 21 =5% x Rp 1.530.000 =Rp 76.500

PPh Pasal 21/bl=Rp 76.500/12 bln =Rp 6.375

11. Norma Penghitungan Penghasilan

Bagi Orang Pribadi yang Menggunakan Pencatatan

Ketentuan Penggunaan Norma

WP orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas;

Peredaraan brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000, boleh

menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan;

Page 27: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

25

WP yang menghitung penghasilan netonya dengan menggunakan Norma, wajib

menyelenggarakan pencatatan;

Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun

pajak yang bersangkutan;

WP yang tidak memberitahukan kepada Dirjen Pajak dianggap memilih

menyelenggarakan pembukuan.

Besarnya Norma

Tergantung dari jenis/kegiatan usaha yang diatur oleh keputusan Dirjen Pajak (KEP

536/PJ/2000).

Norma Penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan menurut wilayah;

10 ibu kota provinsi; Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar,

Manado, Makasar, dan Pontianak.

ibukota provinsi lannya.

Daerah lainnya.

Contoh

dr. Imas merupakan spesialis penyakit dalam yang praktek di RS Hidup Sehat dengan

perjanjian bahwa setiap jasa dokter yang dibayarkan dipotong 15% oleh RS sebagai

penghasilan RS dan sisanya 85% dari jasa tersebut dibayarkan kepada dr. Dimas.

Berikut adalah jasa dokter yang diterima;

◦ Januari Rp 30.000.000

◦ Februari Rp 30.000.000

◦ Maret Rp 25.000.000

◦ April Rp 40.000.000

Tentukan PPh dr. Imas yang akan dipotong?

Tarif PPh Pasal 21 atas Penghasilan Tenaga Ahli [(50% x Penghasilan Bruto) x Tarif Pasal

17)]

Jawaban

Bln Penghasilan Bruto (Rp)

Dasar Pemotongan PPh Pasal 21

Dasar Pemotongan PPh kumulatif (Rp)

Tarif Pasal 17

PPh terutang (Rp)

(1) (2) (3)=50%x(2) (4) (5) (6)=(3)x(5)

Jan 30.000.000 15.000.000 15.000.000 5% 750.000

Feb 30.000.000 15.000.000 30.000.000 5% 750.000

Mar 25.000.000 12.500.000 42.500.000 5% 625.000

Apr 15.000.000 25.000.000

7.500.000 12.500.000

50.000.000 62.500.000

5% 15%

375.000 1.875.000

Jml 125.000.000 62.500.000 4.375.000

Page 28: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

26

Soal

Tn. Sakha menikah dengan mempunyai 1 orang anak bekerja pada PT Becede dengan Gaji

Rp 3jt per bulan. Perusahaan tersebut mengikuti program Jamsostek, Premi asuransi

kecelakaan kerja 0,24% dan asuransi kematian 1% dari gaji. Sedangkan iuran pensiun sebesar

5% dan iuran JHT sebesar 3% ditanggung karyawan.

Hitunglah PPh pasal 21 Sakha.

Iuran Jamsostek di tanggung perusahaan, sehingga menambah penghasilan bagi Tn. Sakha.

Page 29: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

27

BAB V

PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

1. PPh pasal 24

Merupakan Pajak Yang dipungut atau dibayar di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap

pajak penghasilan terutang atas keseluruhan penghasilan Wajib Pajak Dalam Negeri

(WPDN).

Pajak dipungut diluar negeri atas penghasilan pajak di luar negeri.

Pajak yang dibayar diluar negeri atas penghasilan luar negeri yang diperoleh Wajib

Pajak Dalam Negeri (WPDN) boleh dikreditkan dengan pajak yang terutang dalam

tahun pajak yang sama sebesar pajak yang dibayarkan diluar negeri tetapi tidak boleh

melebihi batas maksimum Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN).

2. Batas maksimum KPLN

Jumlah pajak yang dibayar dibagi pajak terutang diluar negeri.

Penghasilan luar negeri dibagi penghasilan kena pajak dikali PPh terutang.

Jumlah PPh terutang untuk seluruh penghasilan kena pajak, dalam hal penghasilan

kena pajaknya lebih kecil dari penghasilan luar negerinya.

3. Cara mencari PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan di dalam negeri

Menentukan PKP = PNDN + PNLN

Pajak penghasilan terutang dari Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Pajak yang telah dibayar diluar negeri

Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN)

Bandingkan antara pajak yang dibayar diluar negeri denang KPLN lalu pilih yang

terendah

Besaran PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan

Contoh 1

Menentukan Batas Maskimum Kredit Pajak

PT Maju di Bandung selama tahun 2013 memperoleh penghasilan dari dalam negeri

dan luar negeri.

Penghasilan neto dalam negeri Rp 3.000.000.000 sedangkan yang di Hongkong

sebesar Rp 5.000.000.000, dan Korea sebesar Rp 5.000.000.000.

Pajak yang telah dibayar diluar negeri 40%.

Berapa PPh pasal 24 yang diperkenankan untuk dikreditkan dengan pajak penghasilan

yang harus dibayar di dalam negeri.

Jawaban

PKP

Penghasilan Neto Dalam Negeri Rp 3.000.000.000

Penghasilan Neto Luar Negeri

Hongkong Rp 5.000.000.000

Korea Rp 5.000.000.000+

Jumlah Penghasilan Neto LN Rp 10.000.000.000+

Jumlah Penghasilan Neto Rp 13.000.000.000

Page 30: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

28

Batas Maksimum Kredit Pajak

1. Pajak yang dibayar atas Penghasilan LN

40% x Rp 10.000.000.000=Rp 4.000.000.000

2. (Rp 10.000.000.000/Rp 13.000.000.000) x Rp 3.250.000.000

= Rp 2.500.000.000

3. PPh terutang Pasal 17 = Rp 13.000.000.000 x 25%

= Rp 3.250.000.000

Dengan demikian Kredit Pajak yang diperkenankan adalah no 2 yaitu kredit pajak yang

terendah dari ketiga metode perhitungan pengenaan pajak penghasilan yang harus dibayar

sebesar Rp 2.500.000.000

Contoh 2

Batas Maksimum Kredit Pajak Untuk Setiap Negara

PT Maju di Bandung selama tahun 2013 memperoleh penghasilan dari dalam negeri

dan luar negeri.

Penghasilan neto dalam negeri Rp 60.000.000.000 sedangkan yang di Hongkong

sebesar Rp 10.000.000.000, dan Korea sebesar Rp 4.000.000.000.

Pajak yang telah dibayar diluar negeri 30% untuk di Hongkong, 40% untuk Korea.

Berapa PPh pasal 24 yang diperkenankan untuk dikreditkan dengan pajak penghasilan

yang harus dibayar di dalam negeri.

Jawaban

PKP

Penghasilan Neto Dalam Negeri Rp 60.000.000.000

Penghasilan Neto Luar Negeri

Hongkong Rp 10.000.000.000

Korea Rp 4.000.000.000+

Jumlah Penghasilan Neto LN Rp 14.000.000.000+

PKP Rp 74.000.000.000

Pajak Penghasilan Terutang 25% x PKP Rp 18.500.000.000

Pajak yang telah dibayar atas Penghasilan LN

Hongkong:30% x Rp 10.000.000.000 =Rp3.000.000.000

Korea :40% x Rp 4.000.000.000=Rp1.600.000.000

Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN)

Hongkong:Rp10 M/Rp 74 M x Rp 18,5 M = Rp 2,5 M

Korea :Rp 4 M/Rp74 M x Rp 18,5 M = Rp 1 M

PPh 24 yang dikreditkan di DN atas penghasilan di Hongkong Rp 2,5 M

PPh 24 yang dikreditkan di DN atas pengasilan di Korea Rp 1 M

Jumlah PPh 24 yang dikreditkan = Rp 2,5 M + Rp 1 M = Rp 3,5 M

Contoh 3

Kredit Pajak Untuk Kerugian Usaha di Luar Negeri

PT Maju di Bandung selama tahun 2013 memperoleh penghasilan dari dalam negeri

dan luar negeri.

Penghasilan neto dalam negeri Rp 4.000.000.000 sedangkan yang di Hongkong

sebesar Rp 1.000.000.000, dan Korea sebesar Rp 3.000.000.000 serta di Jepang

mengalami kerugian sebesar Rp 2.000.000.000.

Pajak yang telah dibayar diluar negeri 35% untuk di Hongkong, 20% untuk Korea.

Page 31: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

29

Berapa PPh pasal 24 yang diperkenankan untuk dikreditkan dengan pajak penghasilan

yang harus dibayar.

Jawaban

PKP

Penghasilan Neto Dalam Negeri Rp 4.000.000.000

Penghasilan Neto Luar Negeri

Hongkong Rp 1.000.000.000

Korea Rp 3.000.000.000+

Jumlah Penghasilan Neto LN Rp 4.000.000.000+

PKP Rp 8.000.000.000

Pajak Penghasilan Terutang 25% x PKP = Rp 2.000.000.000

Pajak yang telah dibayar atas Penghasilan LN

Hongkong:35% x Rp 1.000.000.000 =Rp 350.000.000

Korea :20% x Rp 3.000.000.000 =Rp 600.000.000

Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN)

Hongkong:Rp 1M/Rp 8 M x Rp 2 M = Rp 250.000.000

Korea :Rp 3M/Rp8 M x Rp 2 M = Rp 750.000.000

PPh 24 dikreditkan di DN atas penghasilan di Hongkong Rp 250.000.000

PPh 24 dikreditkan di DN atas pengasilan di Korea Rp 600.000.000

Jumlah PPh 24 yang dikreditkan Rp 250.000.000 + Rp 600.000.000 = Rp 800.000.000

Page 32: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

30

BAB VI

ANGSURAN PPH PADA TAHUN BERJALAN

PPH Pasal 25

1. Pendahuluan

Pph pasal 25 UU No. 36 Tahun 2008 membahas tentang besarnya angsuran pajak

yang dibayar sendiri oleh wajib pajak pada tahun berjalan.

Besarnya angsuran pada tahun berjalan sama dengan PPh yang terutang menurut SPT

Tahunan, PPh tahun pajak yang lalu dikurangi dengan PPh yang telah

dipotong/dipungut pihak lain (PPh 21, 22, dan 23) dan pajak terutang di luar negeri

yang boleh dikreditkan (PPh 24) kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan pada

bagian tahun pajak.

Dengan kata lain PPh pasal 25 merupakan angsuran yang harus dibayar sendiri dalam

tahun berjalan setiap masa pajak.

2. Cara mencari angsuran PPh pasal 25

PPh Terutang menurut SPT Tahunan – Kredit Pajak

12

Kredit Pajak adalah suatu jumlah yang merupakan angsuran pajak, baik yang telah

dipungut/dipotong maupun dibayar pada tahun pajak yang bersangkutan yang meliputi; PPh

pasal 21, 22, 23, dan 24 yang telah dibayar dalam tahun pajak

Cara menghitung angsuran PPh pasal 25

Penghasilan neto Rp xxx

Penghasilan tidak teratur Rp xxx -

Penghasilan teratur Rp xxx

Kompensasi kerugian Rp xxx -

Penghasilan neto usaha Rp xxx

PTKP Rp xxx -

PKP Rp xxx

Penghasilan terutang

PKP x PPh Pasal 17 Rp xxx

Kredit Pajak Penghasilan:

Pasal 21 Rp xxx

Pasal 22 Rp xxx

Pasal 23 Rp xxx

Pasal 24 Rp xxx +

Jumlah Kredit Pajak Rp xxx -

Pajak yang harus dibayar sendiri Rp xxx

Angsuran PPh pasal 25=pajak yg dibayar/12

Contoh 1

PPh terutang berdasarkan SPT th 2013 Rp 55.000.000

Page 33: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

31

Dikurangi dengan:

◦ Pph pasal 21 Rp 20.000.000

◦ Pph pasal 22 Rp 10.000.000

◦ Pph pasal 23 Rp 2.500.000

◦ Pph pasal 24 Rp 7.500.000 +

◦ Jumlah kredit pajak Rp 40.000.000

Pajak yang harus dibayar sendiri Rp 15.000.000

Pph pasal 25 setiap bulan th 2014 =

Rp 15.000.000 /12 = Rp 1.250.000

Contoh 2

Tn Dimas (K/1) mempunyai data penjualan tahun 2013 dengan penghasilan neto

sebesar Rp 250.000.000 sedangkan di tahun 2008 menderita kerugian Rp 25.000.000.

Pajak yang telah dibayar antara lain;

◦ Pajak PPh pasal 21 Rp 2.000.000

◦ Pajak PPh pasal 22 Rp 100.000

◦ Pajak PPh pasal 23 Rp 500.000

◦ Pajak PPh pasal 24 Rp 1.500.000

Berapakah angsuran PPh pasal 25 tahun 2013?

Jawaban

Penghasilan neto Rp 250.000.000

Penghasilan tidak teratur Rp 0 -

Penghasilan teratur Rp 250.000.000

Kompensasi kerugian Rp 25.000.000 -

Penghasilan neto usaha Rp 225.000.000

PTKP (K/1) (Rp 28.350.000) -

PKP Rp 196.650.000

Penghasilan terutang

PKP x PPh Pasal 17(5% x Rp50jt + 15% x Rp146,65jt) Rp 24.497.500

Kredit Pajak Penghasilan:

Pasal 21 Rp 2.000.000

Pasal 22 Rp 100.000

Pasal 23 Rp 500.000

Pasal 24 Rp 1.500.000 +

Jumlah Kredit Pajak (Rp 4.100.000) -

Pajak yang harus dibayar sendiri Rp 20.397.500

Angsuran per bulan Rp 1.699.791.667

Contoh 3

Wajib pajak baru

Wajib pajak baru adalah WP orang pribadi atau badan yang baru pertama kali

memperoleh penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas pada tahun berjalan

Bagi WP baru tentu belum melaporkan SPT Tahunan sehingga perhitungan PPh pasal

25 perlu ditentukan sendiri

Page 34: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

32

Diketahui Tn Sakha (K/1) pada bulan Februari 2013 melakukan usaha dengan laba Rp

3.500.000 (didasarkan pembukuan)

Tentukan PPh pasal 25 untuk bulan Maret 2013?

Jawaban

Penghasilan Feb 2013 Rp 3.500.000

Penghasilan setahun Rp 42.000.000

PTKP

◦ WP Rp 24.300.000

◦ Kawin Rp 2.025.000

◦ Anak Rp 2.025.000+

◦ PTKP Rp 28.350.000-

PKP Rp 13.650.000

Pajak terutang, 5% x Rp 13.650.000 Rp 682.500

PPh sebulan, Rp 682.500/12 Rp 56.875

Page 35: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

33

BAB VII

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

1. PPH Pasal 21

Ketentuan Terkait Dengan Pemotongan PPh Pasal 21

Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2009;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.03/2008;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2010;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206/PMK.11/2012;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012;

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.

2. Pengertian Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan yang dipungut sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan

yang dilakukan oleh wajib pajak atau orang pribadi atas penghasilan berupa gaji,

upah, honor, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan bentuk apapun

sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan

3. Pemotongan PPh Pasal 21

Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honor, tunjangan dan pembayaran lain

sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai/bukan

pegawai

Bendahara pemerintah yang membayar gaji upah, honor, tunjangan dan pembayaran

lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan

Badan yang membayar honor atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan

dengan jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas

Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan

pelaksanaan suatu kegiatan

4. Subjek PPh Pasal 21

Pegawai tetap termasuk dewan komisaris dan dewan pengawas yang ikut mengelola

perusahaan secara langsung

Tenaga lepas yaitu orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang hanya

menerima imbalan apabila ia bekerja

Penerima pensiun

Penerima honor

Penerima upah yaitu orang pribadi yang menerima upah harian, upah mingguan, upah

borongan, dan upah satuan

5. Objek PPh Pasal 21

Penghasilan teratur gaji, uang pensiun, upah, honor, tunjangan, dll

Page 36: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

34

Penghasilan tidak teratur, jasa produksi, bonus, dll

Uang harian, mingguan, satuan, borongan

Uang tebusan pensiunan, pesangon, THT, JHT

Honor, uang saku, hadiah, penghargaan, komisi, beasiswa

Gaji kehormatan, tunjangan lain pejabat negara, PNS dll

6. Yang Tidak Termasuk Wajib Pajak

Pejabat perwakilan diplomatik atau pejabat negara asing

Orang-orang yang diperbantukan kepada pejabat tersebut yang bekerja dan bertempat

tinggal bersama mereka

Pejabat organisasi internasional dengan keputusan Menteri Keuangan dengan syarat

◦ Bukan WNI

◦ Tidak menerima/memperoleh penghasilan lain diluar jabatannya di Indonesia

◦ Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik

7. Yang Tidak Termasuk Objek Pajak

Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,

asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa

Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan

Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan

Menteri Keuangan dan penyelenggara Taspen dan jamsostek yang dibayar oleh

pemberi kerja

8. Pengurangan Penghasilan Bruto

Biaya jabatan sebesar 5% dari penghasilan bruto dengan jumlah maksimum yang

diperkenankan Rp 6.000.000 setahun atau Rp 500.000 sebulan

Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada badan dana pensiun

yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan dan badan penyelengara

Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang dipersamankan dengan dana pensiun

9. Penghitungan PPh Pasal 21

atas gaji dan tunjangan yang terikat gaji bagi karyawan tetap

Penghasilan Bruto Rp xxx

Dikurangi

Biaya Jabatan (Rp xxx)

Iuaran pensiun/THT/JHT (Rp xxx)

Penghasilan Neto Rp xxx

Dikurangi

PTKP (Rp xxx)

Penghasilan Kena Pajak Rp xxx

Pajak Terhutang Ps 17 (1) Rp xxx

Pajak Terhutang sebulan Rp xxx

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)…penyesuaian yang diberlakukan pada 1 Jan 2013

Page 37: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

35

Keterangan Setahun Sebulan

Untuk WP Orang Pribadi 24.300.000 2.025.000

Tambahan WP Yang Kawin 2.025.000 168.750

Tambahan istri yang penghasilannya digabung suami

24.300.000 2.025.000

Tambahan anggota keluarga Sedarah dalam garis lurus, Anak angkat, maks. 3 orang

2.025.000 168.750

Karyawati kawin PTKP dikurangi untuk dirinya sendiri dan yang tidak kawin PTKP

ditambah PTKP keluarga yang ditanggung sepenuhnya

10. Biaya Jabatan

Merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang

dapat dikurangkan dari penghasilan sebagai pekerjaan tetap tanpa memandang

mempunyai jabatan maupun tidak (5% dari penghasilan bruto/tahun atau Rp

500.000/bulan)

Jika Penghasilan Bruto sebulan Rp 3jt maka biaya jabatannya = Rp 150.000

Jika Penghasilan bruto sebluan Rp 12jt maka biaya jabatan=Rp 600.000, maka yang

dikurangi adalah Rp 500.000

11. Tarif PPh Pasal 17 ayat 1 UU No 36 Tahun 2008

Penghasilan

Sampai dengan Rp 50jt = 5%

Rp 50 jt – Rp 250jt = 15%

Rp 250jt – Rp 500jt = 25%

Diatas Rp 500jt = 30%

Jika PTKP WP orang pribadi setelah dikurangi PTKP sebesar Rp 260jt maka PPh terutang

sesuai tarif pasal 17 adalah sebagai berikut

Rp 50jt x 5% = Rp 2.500.000

Rp 200jt x 15% = Rp 30.000.000

Rp 10jt x 25% = Rp 2.500.000

Pajak Terutang = Rp 35.000.000

12. Perhitungan Tarif PPh Pasal 21

untuk Penghasilan Kena Pajak dari ;

Pegawai Tetap

Pegawai tetap;

Penerima pensiun berkala yang dibayarkan bulanan;

Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang dibayarkan secara bulanan;

Bukan pegawai yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan.

Tarif bagi pegawai tetap;

(Penghasilan neto – PTKP) x tarif

Tarif bagi nenerima pensiun bulanan;

Page 38: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

36

(Penghasilan neto – biaya pensiun – PTKP) x tarif

Tarif bagi pegawai tidak tetap dibayar bulanan;

(Penghasilan bruto – PTKP) x tarif

13. Atas penghasilan yang diterima pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas berupa

upah harian, mingguan, satuan, borongan, sepanjang penghasilan tidak dibayarkan

secara bulanan;

◦ Tarif Pph 5% diterapkan atas;

Jumlah penghasilan bruto sehari melebihi Rp 150.000,- atau

Jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP telah melebihi Rp 2.025.000,- dalam

setahun

14. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

PKP sebesar jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP yang diterima bukan pegawai

dan selain tenaga ahli yang berkesinambungan dengan ketentuan;

◦ Yang bersangkutan memiliki NPWP;

◦ Hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan pemotong Pph;

◦ Tidak memperoleh penghasilan lainnya.

50% dari penghasilan bruto yang diterima oleh tenaga ahli yang melakukan pekerjaan

bebas (notaris, akuntan, dokter)

Jumlah penghasilan honor yang bersifat tidak teratur seperti dewan komisaris yang

tidak merangkap sebagai tenaga kerja tetap.

Jumlah penghasilan bruto berupa jasa produksi, bonus, gratifikasi yang tidak teratur

Jumlah penghasilan bruto atas penarikan dana pensiun oleh peserta pensiun yang

masih berstatus pegawai.

15. Atas peredaran penghasilan bruto dari;

Untuk setiap pembayaran imbalan kepada bukan pegawai yang tidak bersifat

berkesinambungan;

Untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan tidak terpecah, yang diterima

peserta kegiatan

16. Atas penghasilan yang bersumber APBN/APBD;

0% dari penghasilan PNS Golongan1 dan 2, Anggota TNI-POLRI Golongan pangkat

Tamtama dan Bintara, dan pensiunanya;

5% dari penghasilan bruto PNS Golongan 3, Anggota TNI-POLRI Golongan pangkat

Perwira Pertama, dan pensiuannya;

15% dari penghasilan bruto PNS Golongan IV, Anggota TNI-POLRI Golongan

pangkat Perwira Menengah dan Tinggi, dan pensiunanya.

Contoh soal

PPh 21 atas pegawai tetap dengan gaji bulanan (1)

Page 39: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

37

Sakha menikah dengan mempunyai 1 orang anak bekerja pada PT BCD dengan Gaji Rp

3.000.000,- per bulan. Perusahaan tersebut mengikuti program Jamsostek. Premi asuransi

kecelakaan kerja 0,24% dan asuransi kematian 1% dari gaji di tanggung pihak perusahaan.

Sedangkan yang ditanggung karyawan sebesar 5% untuk iuran pensiun dan iuran JHT 2%

dari gaji. Hitunglah PPh pasal 21 Sakha

Jawaban (1)

Gaji sebulan Rp 3.000.000

Premi ditanggung perusahaan

JKK = 0,24% x Rp 3.000.000 =Rp 7.200

JKM = 1% x Rp 3.000.000 =Rp 30.000

Penghasilan bruto Rp 3.037.200

Pengurangan diperbolehkan

Biaya jabatan = 5% x Rp 3.037.200 =Rp 151.860

Maks diperkenankan Rp 500.000

Iuran ditanggung karyawan

Iuran pensiun = 5% x Rp 3.000.000 =Rp 150.000

Iuran JHT = 2% x Rp 3.000.000 =Rp 60.000

Penghasilan neto/bulan Rp 2.675.340

Penghasilan setahun X 12bln Rp 32.104.080

PTKP

Diri WP =Rp 24.300.000

WP kawin =Rp 2.025.000

Tanggungan =Rp 2.025.000 (Rp 28.350.000)

PKP Rp 3.754.080

PPh pasal 21 =5% x Rp 3.754.080 =Rp 187.704

PPh Pasal 21/bl=Rp 187.704/12 bln =Rp 15.642

Contoh soal

PPh 21 atas pegawai tetap dengan gaji mingguan(2)

Sakha sudah menikah dan belum mempunyai anak serta tidak memiliki tanggungan, bekerja

sebagai pegawai tetap pada PT BCD dengan Gaji Rp 650.000,- per minggu.

Hitunglah PPh pasal 21 Sakha

Nb; Gaji sebulan = 4 minggu x gaji mingguan

= 4 minggu x Rp 650.000,-

= Rp 2.600.000,-

Jawaban (2)

Gaji sebulan (4 x Rp 650.000,-) Rp 2.600.000

Penghasilan bruto Rp 2.600.000

Pengurangan diperbolehkan

Biaya jabatan = 5% x Rp 2.600.000 =Rp 130.000

Maks diperkenankan Rp 500.000

Biaya Jabatan dibolehkan =Rp 130.000

Penghasilan neto/bulan Rp 2.470.000

Penghasilan setahun X 12bln Rp 29.640.000

Page 40: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

38

PTKP

Diri WP =Rp 24.300.000

WP kawin =Rp 2.025.000 (Rp 26.325.000)

PKP Rp 3.315.000

PPh pasal 21 =5% x Rp 3.315.000 =Rp 165.750

PPh Pasal 21/bulan =Rp 165.750/12 bln =Rp 13.812.5

PPh Pasal 21/minggu=Rp 13.812.5/4 minggu =Rp 3.453.125

Pembulatan =Rp 3.450

PPh Pasal 21/hari =Rp 13.812.5/26 hari =Rp 132.69

Pembulatan =Rp 133

Contoh soal

PPh 21 atas pembayaran uang rapel(3)

Sakha**(lihat contoh soal nomor 2) pada bulan Juni 2014 menerima kenaikan gaji menjadi

Rp 3.000.000,- perbulan dan berlaku surut sejak 1 jan`14. Dengan kenaikan tersebut maka

Sakha mendapat rapel Rp 2.000.000,-. Untuk menghitung PPh 21, terlebih dahulu dihitung

PPh 21 untuk bulan jan-mei`14 atas dasar adanya kenaikan gaji.

Hitunglah PPh pasal 21 Sakha?

Nb Uang rapel dari kenaikan gaji dikali dari bulan Jan s/d Juni 2014

Gaji Sakha pada soal nomor 2 adalah sebesar Rp 2.600.000,- perbulan

Jawaban (3)

Gaji sebulan Rp 3.000.000

Penghasilan bruto Rp 3.000.000

Pengurangan diperbolehkan

Biaya jabatan = 5% x Rp 3.000.000 =Rp 150.000

Maks diperkenankan Rp 500.000

Biaya Jabatan dibolehkan =Rp 150.000

Penghasilan neto/bulan Rp 2.850.000

Penghasilan setahun X 12bln Rp 34.200.000

PTKP

Diri WP =Rp 24.300.000

WP kawin =Rp 2.025.000 (Rp 26.325.000)

PKP Rp 7.875.000

PPh pasal 21 =5% x Rp 7.875.000 =Rp 393.750

PPh Pasal 21/bulan =Rp 393.750/12 bln =Rp 32.812.5

*PPh Pasal 21 Jan-Mei`14 =Rp 32.812.5 x 5bln =Rp 164.062

**PPh Pasal 21 Jan-Mei`14 =Rp 13.812.5 x 5bln =Rp 69.062.5

PPh Pasal 21 untuk uang rapel =Rp 94.999.5

Pembulatan =Rp 95.000

Nb

• *PPh seharusnya di bayar

• ** PPh 21 yang telah dibayarkan

Pajak Penghasilan Pasal 21

Page 41: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

39

Pengertian PPh pasal 21

Pemotong PPh Pasal 21

Subjek PPh Pasal 21

Objek PPh Pasal 21

Tidak termasuk WP PPh Pasal 21

Tidak termasuk Objek Pajak PPh Pasal 21

Penghitungan PPh Pasal 21

PTKP penyesuaian per 1 Januari 2013

Pengenaan Tarif PPh Pasal 21

Contoh soal

Perhitungan PPh 21 atas jasa produksi, THR, Bonus, dan penghasilan sejenis yang

sifatnya tidak tetap (1)

Sakha menikah dengan mempunyai 1 orang anak bekerja pada PT BECEDE dengan Gaji Rp

3.000.000,-per bulan. Perusahaan tersebut mengikuti program Jamsostek. Premi asuransi

kecelakaan kerja 0,24% dan asuransi kematian 1% dari gaji ditanggung perusahaan.

Sedangkan yang ditanggung karyawan sebesar 5% dan 2% dari gaji. Kemudian Sakha

mendapat bonus tahunan sebesar Rp 5.000.000,-.

Hitunglah PPh pasal 21 Sakha

Nb

Pertama dilakukan penghitungan (a) PPh 21+bonus, kemudian dikurangi dengan

perhitungan (b) PPh21 sebelum bonus. Jadi PPh 21 adalah (a)-(b)

Jawaban (1.a)

Gaji setahun (Rp 3.000.000 x 12) Rp 36.000.000

Premi ditanggung perusahaan

JKK = 0,24%`x Rp 3.000.000 =Rp 7.200

JKM = 1% x Rp 3.000.000 =Rp 30.000

Bonus Tahunan =Rp 5.000.000

Penghasilan bruto setahun Rp 41.037.200

Pengurangan diperbolehkan

Biaya jabatan = 5% x Rp 3.037.200 =Rp 401.860

Iuran ditanggung karyawan

Iuran pensiun = 5% x Rp 3.000.000 =Rp 150.000

Iuran JHT = 2% x Rp 3.000.000 =Rp 60.000+

Total Pengurangan =Rp 611.860

Penghasilan neto setahun Rp 40.425.340

PTKP

Diri WP =Rp 24.300.000

WP kawin =Rp 2.025.000

Tanggungan =Rp 2.025.000 (Rp 28.350.000)

PKP Rp 12.075.340

PPh pasal 21 =5% x Rp 12.075.340 =Rp 603.767

Pembulatan =Rp 600.000 (a)

Jawaban (1.b)

Page 42: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

40

Gaji sebulan Rp 3.000.000

Premi ditanggung perusahaan

JKK = 0,24%`x Rp 3.000.000 =Rp 7.200

JKM = 1% x Rp 3.000.000 =Rp 30.000

Penghasilan bruto Rp 3.037.200

Pengurangan diperbolehkan

Biaya jabatan = 5% x Rp 3.037.200 =Rp 151.860

Maks diperkenankan Rp 500.000

Biaya Jabatan dibolehkan =Rp 151.860

Iuran ditanggung karyawan

Iuran pensiun = 5% x Rp 3.000.000 =Rp 150.000

Iuran JHT = 2% x Rp 3.000.000 =Rp 60.000

Penghasilan neto/bulan Rp 2.675.340

Penghasilan setahun X 12bln Rp 32.104.080

PTKP

Diri WP =Rp 24.300.000

WP kawin =Rp 2.025.000

Tanggungan =Rp 2.025.000 (Rp 28.350.000)

PKP Rp 3.754.080

PPh pasal 21 =5% x Rp 3.754.080 =Rp 187.704

Pembulatan =Rp 190.000 (b)

PPh Pasal 21 =Rp 600.000 (a) – Rp 190.000 (b) = Rp 410.000

Contoh soal

Perhitungan PPh 21 atas pegawai tetap yang baru bekerja pada tahun berjalan (2)

Sakha belum menikah dan tidak mempunyai tanggungan, bekerja sebagai pegawai tetap sejak

1 April 2014 PT BECEDE dengan Gaji Rp 3.500.000,-per bulan. Perusahaan tersebut

mengikuti program Jamsostek. Premi asuransi kecelakaan kerja 0,24% dan asuransi kematian

1% dari gaji ditanggung perusahaan. Sedangkan yang ditanggung karyawan sebesar 5% dan

2% dari gaji.

Hitunglah PPh pasal 21 Sakha

Nb

PPh 21 atas pegawai tetap baru yang bekerja pada pertengahan tahun tetapi

kewajiban pajak subjektifnya sebagai Subjek Pajak sudah ada saat awal tahun.

Jawaban (2)

Gaji sebulan Rp 3.500.000

Premi ditanggung perusahaan

JKK = 0,24% x Rp 3.500.000 =Rp 8.400

JKM = 1% x Rp 3.500.000 =Rp 35.000

Penghasilan bruto Rp 3.543.400

Pengurangan diperbolehkan

Biaya jabatan = 5% x Rp 3.543.400 =Rp 177.170

Iuran ditanggung karyawan

Iuran pensiun = 5% x Rp 3.500.000 =Rp 175.000

Iuran JHT = 2% x Rp 3.500.000 =Rp 70.000+

Total Pengurangan =Rp 422.170

Page 43: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

41

Penghasilan neto sebulan Rp 3.121.230

Penghasilan neto setahun (Apr-Des’13=9 bln) Rp 28.091.070

PTKP

Diri WP =Rp 24.300.000

PTKP (Rp 24.300.000)

PKP Rp 3.791.070

PPh pasal 21 =5% x Rp 3.791.070,- =Rp 189.553.5

Pembulatan =Rp 190.000,-

PPh 21 =Rp 190.000 ,-/9 bln = 21.111.11

Pembulatan = Rp 21.000,-

Contoh soal

Perhitungan PPh 21 atas pengasilan yang diperoleh dalam mata uang asing(3)

Sakha menikah dan mempunyai anak 1 orang, bekerja sebagai pegawai tetap sejak 1 April

2014 PT Asing, Ltd dengan Gaji USD 750 sebulan. Perusahaan tersebut mengikuti program

Jamsostek. Premi asuransi kecelakaan kerja 0,24% dan asuransi kematian 1% dari gaji

ditanggung perusahaan. Sedangkan yang ditanggung karyawan sebesar 5% dan 2% dari gaji.

Hitunglah PPh pasal 21 Sakha

Nb

Kurs USD berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan adalah Rp 11.000 per

USD 1

Jawaban (3)

Gaji sebulan Rp 8.250.000

Premi ditanggung perusahaan

JKK = 0,24% x Rp 8.250.000 =Rp 19.800

JKM = 1% x Rp 8.250.000 =Rp 82.500

Penghasilan bruto Rp 8.352.300

Pengurangan diperbolehkan

Biaya jabatan = 5% x Rp 8.352.300 =Rp 417.615

Iuran ditanggung karyawan

Iuran pensiun = 5% x Rp 8.250.000 =Rp 412.500

Iuran JHT = 2% x Rp 8.250.000 =Rp 165.000+

Total Pengurangan =Rp 995.115

Penghasilan neto sebulan Rp 7.357.185

Penghasilan neto setahun (Apr-Des’13=9 bln) Rp 88.286.220

PTKP

Diri WP =Rp 24.300.000

WP kawin =Rp 2.025.000

Tanggungan =Rp 2.025.000 (Rp 28.350.000)

PKP Rp 59.936.220

PPh pasal 21 =5% x Rp 3.791.070,- =Rp 2.996.811,-

PPh pasal 21/bln= Rp 2.996.811,-/12 =Rp 249.734.25

Pembulatan = Rp 250.000,- per bulan

Page 44: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

42

Contoh soal

Perhitungan PPh 21 atas pengasilan yang diperoleh sebelum memasuki masa pensiun

dan setelah memasuki masa pensiun (4)

Sakha menikah dan mempunyai anak 2 orang, bekerja sebagai pegawai tetap Pada PT ASCO

dan pada bulan September 2014 memasuki masa pensiun, dengan penghasilan sebesar Rp

4.000.000,- sebulan. Perusahaan tersebut mengikuti program Jamsostek. Premi asuransi

kecelakaan kerja 0,24% dan asuransi kematian 1% dari gaji ditanggung perusahaan.

Sedangkan yang ditanggung karyawan sebesar 5% dan 2% dari gaji.

Hitunglah PPh pasal 21 Sakha

Jawaban (4)

Gaji sebulan Rp 4.000.000

Premi ditanggung perusahaan

JKK = 0,24% x Rp 4.000.000 =Rp 9.600

JKM = 1% x Rp 4.000.000 =Rp 40.000

Penghasilan bruto Rp 4.049.600

Pengurangan diperbolehkan

Biaya jabatan = 5% x Rp 4.049.600 =Rp 202.480

Iuran ditanggung karyawan

Iuran pensiun = 5% x Rp 4.000.000 =Rp 200.000

Iuran JHT = 2% x Rp 4.000.000 =Rp 80.000+

Total Pengurangan =Rp 482.480

Penghasilan neto sebulan Rp 3.567.120

Penghasilan neto setahun (Jan-Sep’14=9 bln) Rp 32.104.080

PTKP

Diri WP =Rp 24.300.000

WP kawin =Rp 2.025.000

Anak 2 =Rp 4.050.000 (Rp 30.375.000)

PKP Rp 1.729.080

PPh pasal 21 =5% x Rp 1.729.080,- =Rp 86.454,-

PPh pasal 21/bln= Rp 86.454,-/9 =Rp 9.606

Pembulatan = Rp 10.000,- per bulan

Contoh soal

Perhitungan PPh 21 atas Pegawai yang ditugaskan pindah ke tempat kerja baru(5)

Sakha menikah dan mempunyai anak 1 orang, bekerja di Kantor Pusat Jakarta sebagai

pegawai tetap Pada PT AXIM dan pada bulan Juni 2013 di pindah tugaskan ke Kantor

Cabang Bandung, dengan penghasilan sebesar Rp 3.000.000,- sebulan. Perusahaan tersebut

mengikuti program Jamsostek. Premi pensiun yang ditanggung karyawan 5% dari gaji.

Hitunglah PPh pasal 21 Sakha pada bulan Desember 2013?

Jawaban (5.a.perhitungan di Kantor Pusat)

Gaji sebulan Rp 3.000.000

Gaji (Jan s/d Mei 2013) Rp15.000.000

Pengurangan diperbolehkan

Page 45: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

43

Biaya jabatan = 5% x Rp 15.000.000 =Rp 750.000

Iuran pensiun = 5% x Rp15.000.000 =Rp 750.000+

Total Pengurangan =Rp 1.500.000

Penghasilan neto 5 bulan Rp 13.500.000

Penghasilan neto setahun (12/5 x Rp 13.500.000) Rp 32.400.000

PTKP

Diri WP =Rp 24.300.000

WP kawin =Rp 2.025.000

Anak 2 =Rp 2.025.000 (Rp 28.350.000)

PKP Rp 4.050.000

PPh pasal 21 =5% x Rp 4.050.000,- =Rp 202.500,-

PPh pasal 21/bln= 5/12 x Rp 202.500,- =Rp 84.375

Jawaban (5.b.perhitungan di Kantor Cabang)

Gaji sebulan Rp 3.000.000

Gaji (Juni s/d Des 2013) Rp 21.000.000

Pengurangan diperbolehkan

Biaya jabatan = 5% x Rp 21.000.000 =Rp 1.050.000

Iuran pensiun = 5% x Rp 21.000.000 =Rp 1.050.000+

Total Pengurangan =Rp 2.100.000

Penghasilan neto 7 bulan Rp 18.900.000

Penghasilan neto setahun (12/7 x Rp 18.900.000) Rp 32.400.000

PTKP

Diri WP =Rp 24.300.000

WP kawin =Rp 2.025.000

Anak 2 =Rp 2.025.000 (Rp 28.350.000)

PKP Rp 4.050.000

PPh pasal 21 =5% x Rp 4.050.000,- =Rp 202.500,-

PPh pasal 21/bln= 5/12 x Rp 202.500,- =Rp 118.125,-

PPh pasal 21 di Kantor Pusat = Rp 84.375,-

PPh Pasal 21 di Kantor Cabang = Rp 118.125,-+

Total PPh pasal 21 = Rp 202.500,-

17. Perhitungan PPh Pasal 21

untuk Tenaga Ahli

Orang pribadi yang termasuk Tenaga Ahli diantaranya adalah

◦ Pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris

Penghasilan neto dilakuakn dengan mengkalikan penghasilan bruto dengan persentase

norma yaitu 50%

Tarif yang berlaku dalam perhitungan PPh Pasal 21 untuk tenaga ahli adalah 15%

Contoh Soal

dr. Dimas merupakan spesialis penyakit dalam yang praktek di RS Hidup Sehat

dengan perjanjian bahwa setiap jasa dokter yang dibayarkan dipotong 15% oleh RS

sebagai penghasilan RS dan sisanya 85% dari jasa tersebut dibayarkan kepada dr.

Dimas.

Berikut adalah jasa dokter yang diterima;

Page 46: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

44

◦ Januari Rp 30.000.000

◦ Februari Rp 30.000.000

◦ Maret Rp 25.000.000

◦ April Rp 40.000.000

Tentukan PPh dr. Dimas yang akan dipotong?

Tarif PPh Pasal 21 atas Penghasilan Tenaga Ahli [(50% x Penghasilan Bruto) x Tarif Pasal

17)]

Jawaban

Bln Penghasilan Bruto (Rp)

Dasar Pemotongan PPh Pasal 21

Dasar Pemotongan PPh kumulatif (Rp)

Tarif Pasal 17

PPh terutang (Rp)

(1) (2) (3)=50%x(2) (4) (5) (6)=(3)x(5)

Jan 30.000.000 15.000.000 15.000.000 5% 750.000

Feb 30.000.000 15.000.000 30.000.000 5% 750.000

Mar 25.000.000 12.500.000 42.500.000 5% 625.000

Apr 15.000.000 25.000.000

7.500.000 12.500.000

50.000.000 62.500.000

5% 15%

375.000 1.875.000

Jml 125.000.000 62.500.000 4.375.000

Dengan demikian pajak penghasilan terutangnya adalah sebesar Rp 4.375.000

18. Tarif PPh bagi Pegawai Tidak Tetap

Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap atas upah harian,

mingguan, satuan, borongan, dan uang saku harian

Pajak penghasilan dilakukan dengan cara = 5% x (upah sehari – pengurang)

◦ Pengurang adalah sebesar Rp 150.000, kecuali jika penghasilan kumulatif

melebihi Rp 2.025.000 maka besarnya pengurang adalah 1/360 x PTKP

◦ Apabila jumlah penghasilan kumulatif sebulan melebihi Rp 6jt, PPh dihitung

dengan menggunakan tarif pasal 17 yang disetahunkan

Contoh soal ..upah harian(1)

Tn Sakha (TK/0) bekerja pada bulan April 2014 di PT Maju untuk mengecat ruangan

dan menerima upah sebesar Rp 175.000 per hari selama 8 hari kerja. Hitung berapa

PPh 21 Tn Sakha?

Jawaban

Keterangan Rp Jumlah

Upah harian Rp Rp 175.000

Page 47: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

45

Pengurang sehari Rp Rp 150.000

Upah kena pajak sehari: (Rp175.000-Rp150.000)

Rp Rp 25.000

PPh pasal 21 sehari: 5% x Rp 25.000

Rp Rp 1.250

Tn Sakha, diberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21. Selanjutnya dilaporkan dalam SPT

Masa PPh Pasal 21 bulan April 2013

Contoh soal …harian(2)

Tn Sakha (TK/0) bekerja pada bulan April 2014 di PT Maju untuk mengecat ruangan

dan menerima upah sebesar Rp 67.500 per hari selama 10 hari kerja. Hitung berapa

PPh 21 Tn Sakha?

Jawaban

Keterangan Rp Jumlah

Upah harian (Rp 67.500 x 10 hr) Rp Rp 675.000

PTKP harian: (Rp 24.300.000/360 hari)

Rp Rp 67.500

PTKP selama 10 hari: 10 hr x PTKP (Rp 24.300.000/360 hr)

Rp Rp 675.000

Penghasilan Kena Pajak Rp Rp 0

Karena Penghasilan Kena Pajak = Rp 0,- maka PPh 21 Tn. Sakha adalah Nihil

Contoh soal …upah harian di bayar bulanan(3)

Tn Sakha (TK/0) bekerja di perusahaan elektronik dengan dasar upah harian

dibayarkan bulanan. Bulan Juni 2014 hanya bekerja 21 hari dengan upah sebesar Rp

100.000 per hari. Berapa PPh 21 Tn Sakha?

Jawaban

Keterangan Rp Jumlah

Upah harian (Rp 100.000 x 21 hr) Rp Rp 2.100.000

Penghasilan neto setahun; 12 x Rp 1.500.000,-

Rp Rp 25.200.000

PTKP (TK/0) Rp Rp 24.300.000

Penghasilan Kena Pajak Rp Rp 900.000

PPh 21 = 5% x Rp 900.000,- = Rp 45.000,-

PPn 21 sebulan = Rp 45.000/12 = Rp 3.750,-

Page 48: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

46

Contoh soal….lanjutan

Tn Sakha (TK/0) bekerja pada bula April 2013 di PT Maju untuk mengecat ruangan

dan menerima upah sebesar Rp 175.000 per hari. Tn Sakha bekerja selama 15 hari.

Hitung berapa penghasilan Tn Sakha dan jumlah PPh yang harus dipotong?

Jawaban

Keterangan Rp Jumlah

Upah kumulatif 15 hari kerja: (15xRp175.000)

Rp Rp 2.625.000

Pengurang : PTKP 15 hari (15/360xRp24.300.000)

Rp Rp 1.012.500

PPh pasal 21 selama 15hari 5% x Rp 1.012.500

Rp Rp 50.625

PPh 21 Tn. Sakha adalah Rp 50.625,-

Tarif PPh bagi Pegawai Tidak Tetap

Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap atas upah harian,

mingguan, satuan, borongan, dan uang saku harian

Pajak penghasilan dilakukan dengan cara = 5% x (upah sehari – pengurang)

◦ Pengurang adalah sebesar Rp 150.000, kecuali jika penghasilan kumulatif

melebihi Rp 2.025.000 maka besarnya pengurang adalah 1/360 x PTKP

◦ Apabila jumlah penghasilan kumulatif sebulan melebihi Rp 6.000.000,- PPh

dihitung dengan menggunakan tarif pasal 17 yang disetahunkan

Contoh soal

Perhitungan PPh 21 atas penghasilan pegawai tidak tetap dengan penghasilan yang

bersifat berkesinambungan (1)

Ibu Anie seorang IRT, menikah dengan mempunyai 2 orang anak bekerja sebagai

distributor MLM. Suami ibu Anie bekerja pada PT Maju dan mempunyai NPWP. Ibu Anie

hanya memperoleh penghasilan sebagai distributor MLM tersebut.

Adapun penghasilan ibu Ani dari bulan Jan s.d Juni sebesar Rp 72.750.000,- dengan

rincian sebagai berikut;

Jan 2014 Rp 8.000.000,-

Feb 2014 Rp 10.500.000,-

Maret 2014 Rp 15.500.000,-

Apr 2014 Rp 16.000.000,-

Mei 2014 Rp 15.250.000,-

Jun 2014 Rp 7.500.000,+

Jumlah Rp 72.750.000,-

Hitunglah PPh pasal 21 Ibu Anie

Nb: Penghasilan Ibu Anie digabung dengan Suami, artinya pengurangan PTKP

hanya untuk diri pribadi

Page 49: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

47

Jawaban (1)

Bln Penghasilan Bruto (Rp)

PTKP sebulan PKP sebulan PKP kumulatif (Rp)

Tarif Pasal 17

PPh 21 terutang (Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(4)x(6)

Jan 8.000.000 2.025.000 5.975.000 5.975.000 5% 298.750

Feb 10.500.000 2.025.000 8.475.000 14.450.000 5% 423.750

Mar 15.500.000 2.025.000 13.475.000 27.925.000 5% 673.750

Apr 16.000.000 2.025.000 13.975.000 41.900.000 5% 698.750

Mei 15.250.000 2.025.000 13.225.000 5.125.000

50.000.000 55.125.000

5% 15%

661.250 768.000

Jun 7.500.000 2.025.000 5.475.000 60.600.000 15% 821.250

Jml 72.750.000 4.345.500

Dengan demikian pajak penghasilan terutangnya adalah sebesar Rp 4.345.500,-

Contoh soal

Perhitungan PPh 21 atas penghasilan pegawai tidak tetap dengan penghasilan yang

bersifat berkesinambungan serta tidak mempunyai NPWP (2)

Ibu Anie seorang IRT, menikah dengan mempunyai 2 orang anak bekerja sebagai distributor

MLM. Suami ibu Anie bekerja pada PT Maju dan mempunyai NPWP. Ibu Anie hanya

memperoleh penghasilan sebagai distributor MLM tersebut. Serta tidak dapat menunjukkan

bukti Copy NPWP, bukti nikah dan copy kartu keluarga.

Adapun penghasilan ibu Ani dari bulan Jan s.d Juni sebesar Rp 72.750.000,- dengan rincian

sebagai mana yang ada pada Contoh Soal 1.

Hitunglah PPh pasal 21 Ibu Anie

Nb: Karena Ibu Anie tidak dapat menunjukkan bukti copy NPWP Suami maka dasar

penerapan tarif 20% lebih tinggi dan tidak dapat pengurangan PTKP

Jawaban (2)

Bln Penghasilan Bruto (Rp)

Penghasilan Bruto Kumulatif (Rp)

Tarif Pasal 17

Tidak Memiliki NPWP

PPh 21 terutang (Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(2)x(4)x(6)

Jan 8.000.000 8.000.000 5% 120% 480.000

Feb 10.500.000 18.500.000 5% 120% 630.000

Mar 15.500.000 24.000.000 5% 120% 930.000

Page 50: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

48

Apr 16.000.000 40.000.000 5% 120% 960.000

Mei 10.000.000 5.250.000

50.000.000 5.250.000

5% 15%

120% 120%

600.000 315.000

Jun 7.500.000 2.025.000 15% 120% 1.350.000

Jml 72.750.000 5.265.000

Pajak penghasilan pasal 26 adalah Rp 5.265.000,- dan pajak yang di bayar lebih besar dari

jika memiliki NPWP yaitu sebesar Rp 919.500,-

Contoh soal

..atas penghasilan yang diterima peserta kegiatan (3)

Tn Taufik merupakan pemain bulu tangkis profesional yang bertempat tinggal di

Indonesia. Pada kejuaraan Indonesian Open Tournament menjuarai kejuaraan bulu

tangkis dengan hadiah sebesar Rp 250.000.000,-.

Hitung berapa PPh 21 Tn Taufik?

Jawaban

Keterangan Rp Jumlah

Hadiah kegiatan Rp 250.000.000

Lapisan kena pajak

5 % x Rp 50.000.000,- Rp 2.500.000

15% x Rp 200.000.000,- Rp 30.000.000

Jumlah Pemotongan Rp 32.500.000

Tn Taufik, diberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 sebesar Rp 32.500.000 dan menerima

uang hadiah sebesar Rp 217.500.000,-.

Contoh soal

…atas pengahasilan yang menjadi beban APBN/APBD (4)

Tn Adi seorang PNS golongan 3d, pada bulan Maret 2014 menjadi narasumber yang

sumber dananya berasal dari APBN dan penghasilan menjadi narasumber tersebut

sebesar Rp 5.000.000,-

Hitung berapa PPh 21 Tn Adi?

Jawaban

Keterangan Rp Jumlah

Honor narasumber Rp 5.000.000

Penghasilan Kena Pajak

Tarif pajak PNS golongan 3d 5% x Rp 5.000.000,-

Rp 250.000

Page 51: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

49

Penghasilan bersih Rp 4.750.000

Tn Adi, diberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 sebesar Rp 250.000,- dan menerima uang

honor sebesar Rp 4.750.000,-.

Contoh soal

…atas pengahasilan yang menjadi beban APBN/APBD (5)

Tn Adi seorang PNS golongan 2d, pada bulan Maret 2014 menjadi anggota dari salah

satu Tim Kerja yang sumber dananya berasal dari APBN dan penghasilan menjadi

anggota Tim tersebut tersebut sebesar Rp 1.500.000,-

Hitung berapa PPh 21 Tn Adi?

Jawaban

Keterangan Rp Jumlah

Honor narasumber Rp 1.500.000

Penghasilan Kena Pajak

Tarif pajak PNS golongan 2d 0% x Rp 1.500.000,-

Rp 0

Penghasilan bersih Rp 1.500.000

Tn Adi, diberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 sebesar Rp 0,- dan menerima uang honor

sebesar Rp 1.500.000,-.

Contoh soal

…atas pengahasilan uang pesangon (6)

Tn Adi bekerja di PT ASER selama 15 tahun dan mulai berhenti bekerja pada bulan

Junii 2014 dan mendapat penghasilan berupa uang pesangon sebesar Rp

150.000.000,-

Hitung berapa PPh 21 Tn Adi?

Jawaban

Keterangan Rp Jumlah

Uang pesangon Rp 150.000.000

Lapisan Kena Pajak

5% x Rp 50.000.000,- 15% x Rp 100.000.000,-

Rp Rp

2.500.000 15.000.000

Pph 21 Rp 17.500.000

Tn Adi, diberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 sebesar Rp 17.500.000,- dan menerima

uang pesangon sebesar Rp 132.500.000,-.

Soal latihan

Page 52: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

50

Tn Sakha menikah mempunyai dua orang anak, bekerja sebagai pegawai tetap pada

PT News dengan gaji sebulan sebesar Rp 5.000.000, perusahaan mengikuti program

Jamsostek, premi Asuransi Kecelakaan Kerja dan Asuransi Kematiaan ditanggung

perusahaan sebesar 0,24% dan 1% dari gaji. Sedangkan yang ditanggung pegawai

sebesar 5% untuk iuran pensiun dan 2% untuk iuran JHT. Pada bulan Juli 2014

memasuki masa pensiun (masa kerja dari bulan Jan-Juli 2014 selama 6 bln).

Hitunglah PPh Pasal 21 Tn Sakha?

Page 53: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

51

BAB VIII

PAJAK PENGHASILAN PPH Pasal 26

1. Dasar Peraturan Mengenai Pemungutan PPh Pasal 26

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 624/KMK.04/1994;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2009;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 258/PMK.03/2008;

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-52/PJ/ 2009.

2. Pajak Penghasilan Pasal 26

Ketentuan pajak PPh pasal 26 mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang

bersumber di Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri

(WPLN) selain bentuk usaha tetap.

WPLN yang berarti orang pribadi yang tidak bertidak bertempat tinggal di Indonesia

tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan Badan yang tidak

berkedudukan di Indonesia.

Pemotong Pajak

◦ Badan pemerintah.

◦ Subjek pajak dalam negeri.

◦ Penyelenggara kegiatan.

◦ Bentuk usaha tetap.

◦ Perwakilan perusahaan asing.

◦ Pembeli yang di tunjuk sebagai pemotong PPh pasal 26.

3. Sifat Pemotongan pajak penghasilan pasal 26

Sifat pemotongan pajak penghasilan pasal 26 bersifat final, kecuali;

◦ Pemotongan atas penghasilan kantor pusat dari usaha, penjualan barang atau

jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan badan usaha tetap di

Indonesia.

◦ Pemotongan atas penghasilan kantor pusat dari usaha, penjualan barang atau

jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan badan usaha tetap di

Indonesia, sepanjang terdapat hubungan efektif antara badan usaha tetap

dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan.

◦ Pemotongan atas penghasilan yang diterima oleh orang pribadi atau badan

usaha yang berubah status menjadi Wajib Pajak dDalam Negeri atau badan

usaha tetap di Indonesia.

4. Objek pajak penghasilan pasal 26

Berupa;

◦ Deviden;

◦ Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehungan dengan

pengembalian pinjaman;

◦ Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

Page 54: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

52

◦ Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;

◦ hadiah dan penghargaan;

◦ Pensiun dan pembayaran berkala lainnya;

◦ Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya;

◦ Keuntungan dari pembebasan hutang.

Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia

Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri.

Penjualan atau pengalihan

PKP sesudah dikurangi

Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, berupa;

◦ Perhiasan mewah;

◦ Berlian;

◦ Emas;

◦ Intan;

◦ Jam tangan mewah;

◦ Barang antik;

◦ Lukisan;

◦ Mobil;

◦ Motor;

◦ Kapal pesiar;

◦ Pesawat terbang ringan.

Dengan nilai > Rp 10.000.000,- untuk setiap jenis transaksi.

Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri.

Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit company atau special

purpose company) yang didirikan bertempat kedudukan di negara yang memberikan

perlindungan pajak (tax haven country) yang mempunyai hubungan istimewa dengan

badan yang didirikan berkedudukan di Indonesia.

PKP sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dikenai pajak

20% kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

5. Tarif pajak penghasilan pasal 26

Tarif pajak dibedakan atas kelompok sebagai berikut;

◦ Atas penghasilan berupa deviden, bunga, royalti, imbalan sehubungan dengan

jasa, pekerjaan dan kegiatan, hadiah, pensiun berkala, premi swap, dan

keuntungan pembebasan hutang.

PPh pasal 26 = Penghasilan Bruto x 20%

◦ Atas penghasilan yang berupa, penghasilan dari penjualan harta di Indonesia

dan premi asuransi yang dibayarkan pada perusahaan asuransi luar negeri.

PPh 26 =(Peng. Bruto x Perkiraan peng. neto) x 20%

Besarnya perkiraan penghasilan neto adalah 25% dari harga jual

Tarif pajak dibedakan atas kelompok sebagai berikut;

◦ Atas penghasilan penjualan atau pengalihanan saham

PPh 26 =(Peng. Bruto x Perkiraan peng. neto) x 20%

◦ Atas PKP setelah dikurangi pajak dari BUT di Indonesia, kecuali penghasilan

tersebut diinvetasiakn kembali di Indonesia.

PPh 26 = (PKP x PPh Teutang) x 20%

Page 55: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

53

Syarat penanaman kembali di Indonesia;

Atas seluruh PKP setelah dikurangi PPh dalam bentuk

penyertaan modal pada perusahaan baru yang didirikan dan

beroperasi efektif paling lama 1 tahun.

Penanaman tersebut dilakukan dalam tahun pajak berjalan dan

tidak mengalihkan usaha sebelum 2 tahun.

Contoh soal

…atas pajak penghasilan pasal 26 (1)

Mr. Sam menikah, dan mempunyai 1 orang anak bekerja pada perusahaan asing PT

First ltd dan tinggal kurang dari 183 hari. Pada bulan Mei 2014, penghasilan Mr. Sam

sebesar US$ 1.000 perbulan dan kurs yang berlaku adalah 1 US$ = Rp 12.000,-.

Hitung berapa PPh 26 Mr. Sam?

Jawaban

Keterangan Rp Jumlah

Penghasilan bruto (1.000 x 12.000,-) Rp Rp 12.000.000

Pengenaan tarif: 20% x Rp 12.000.000,-

Rp Rp 2.400.000

PPh pasal 26 pada bulan Mei 2014 Rp Rp 2.400.000

Penghasilan Kena Pajak Mr. Sam adalah sebesar = Rp 2.400.000,-

Contoh soal

…atas pajak penghasilan pasal 26 (2)

PT First Indonesia melakukan pembayaran atas royalty kepada PT First Amerika atas

licensi yang diberikan kepada PT First Indonesia. Adapun besarnya royalti atas lisensi

tersebut adalah US$ 10.000. Dan kurs yang berlaku sesuai ketetapan Menteri

Keuangan adalah 1 US$ = Rp 12.000,-

Hitung berapa PPh 26 PT First Indonesia?

Jawaban

Keterangan Rp Jumlah

Penghasilan bruto (10.000 x 12.000,-) Rp Rp 120.000.000

Pengenaan tarif: 20% x Rp 120.000.000,-

Rp Rp 24.000.000

PPh pasal 26 PT First Indonesia Rp Rp 24.000.000

Penghasilan Kena Pajak PT First Indonesia adalah sebesar = Rp 24.000.000,-

Contoh Soal Penjualan Saham yang Dimiliki Wajib Pajak Luar Negeri

Way Co. (perusahaan di Cina) adalah salah satu pemegang saham PT Indo. Way Co.

di bulan Januari 2013 menjual saham yang dimilikinya di PT Indo kepada PT Hold

Page 56: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

54

."

(perusahaan di Indonesia) senilai Rp5.000.000.000,00 dan kepada Matek Co.

(perusahaan di Malaysia) senilai Rp20.000.000.000,00.

Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi

tersebut?

Jawaban

Penghasilan dari penjualan saham Perseroan Terbatas dalam negeri yang diperoleh

Wajib Pajak luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap (BUT) dipotong pajak sebesar 20

% x 25 % atau 5 % (lima persen) dari harga jual.

Perseroan Terbatas dalam negeri tersebut adalah Perseroan Terbatas yang:

• sahamnya diperjualbelikan oleh pemegang saham yang berstatus Wajib

Pajak luar negeri; dan

• tidak berstatus sebagai Emiten atau Perusahaan Publik.

Pemotong PPh Pasal 26 ini adalah pembeli yang ditunjuk sebagai pemotong pajak.

Dalam hal pembelinya adalah WPLN, maka yang ditunjuk sebagai pemungut pajak

adalah Perseroan.

Bagi pemegang saham Wajib Pajak luar negeri yang berkedudukan di negara-

negara yang telah mempunyai P3B dengan Indonesia, maka pemotongan PPh

Pasal 26 hanya dilakukan apabila berdasarkan P3B yang berlaku, hak pajaknya ada

di Indonesia.

Kewajiban Pemotongan PPh Pasal 26 PT Hold adalah:

PT Hold memotong PPh Pasal 26 sebesar Rp250.000.000,00

(20% x 25% x Rp5.000.000.000,-) atas penghasilan dari penjualan saham

yang dibayarkan kepada Way Co;

menyetor PPh Pasal 26 yang telah dipotong atas pengalihan saham

tersebut paling lambat tanggal 11 Februari 2013;

melaporkan PPh Pasal 26 menggunakan SPT Masa PPh Pasal 23/26

masa pajak Januari 2013 paling lambat tanggal 20 Februari 2013.

Kewajiban Pemungutan PPh Pasal 26 oleh PT Indo adalah sebagai berikut:

PT Indonat memungut PPh 26 sebesar Rp 1.000.000.000,-

(20% x 25% x Rp 20.000.000.000,-) atas penghasilan dari penjualan saham yang

dibayar oleh Matek Co. kepada Way Co;

menyetor PPh Pasal 26 yang telah dipungut atas pengalihan saham

tersebut paling lambat tanggal 11 Februari 2013;

melaporkan PPh Pasal 26 menggunakan SPT Masa PPh Pasal 23/26

masa pajak Januari 2013 paling lambat tanggal 20 Februari 2013.

Page 57: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

55

BAB IX

Pajak Atas Impor Dan Kegiatan Lain

1. Dasar Peraturan Mengenai Pemungutan PPh Pasal 22

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

146/PMK.011/2013;

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2010 sebagaimana

telah beberapa kali diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

PER-06/PJ/2013;

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-02/PJ/2013.

2. PPh Pasal 22

Pajak yang dikenakan atas penyerahan barang dan kegiatan dibidang impor atau kegiatan

usaha dibidang lainnya

3. Pemungut PPh Pasal 22

Bank devisa dan Dirjen Bea Cukai

Dirjen Anggaran, Bendaharawan Pemerintah Pusat dan Daerah

BUMN dan BUMD

BI, Badan Penyehatah Perbankan Nasional, Bulog, PT Telkom, PLN, Garuda

Indonesia, Indosat, Krakatau Steel, Pertamina dan Bank-Bank BUMN

Badan usaha yang bergerak dalam industri semen, rokok, kertas, baja dan otomotif

Pertamina serta badan usaha lain yang bergerak dalam bidang bahan bakar minyak

jenis premix, supert TT dan gas

Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian

dan perikanan yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak atas pembelian bahan-bahan untuk

keperluan industri atau ekspor dari pedagang pengepul

Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan Barang Tergolong Mewah

4. Besanya pungutan pph pasal 22

Atas impor

API sebesar 2,5% dari nilai impor

Non API sebesar 7,5% dari nilai impor

Yang tidak dikuasai atau dilelang oleh Ditjen Bea Cukai sebesar 7,5% dari

harga jual lelang

Nilai impor

= CIF + Bea Masuk + Pungutan Yang Sah

CIF = Cost + Insurance + Freight

Atas pembelian barang yang dilakukan oleh pihak pemungut PPH Pasal 22 karena

menggunakan dana dari APBN/APBD

1,5% dari harga pembelian

Page 58: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

56

Atas pembelian barang yang dilakukan BI, PT Perusahaan Pengelola Aset, Bulog, Telkom,

PLN, Garuda Indonesia, Indosat, Krakatau Steel, Pertamina dan Bank-bank BUMN yang

dananya bersumber dari APBN maupun non APBN sebesar 1,5% dari harga pembelian

5. Besarnya pungutah pph pasal 22

Atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah

5% dari harga jual tidak termasuk PPN

Bagi WP yang tidak berNPWP akan dipungut PPh 22 dengan tarif 2 kali lipat

atau 100% yanitu 10%

Pemungut Dasar Hukum Pph terhutang tidak

final Pph terutang final

Pabrik semen KEP-401/PJ/01 0,25% x harga jual

Pabrik baja KEP-01/PJ/96 0,30% x harga jual

Pabrik otomotif KEP-32/PJ/01 0,45% x harga jual

Pabrik rokok KEP-529/PJ/01 0,43% x harga bandrol

Pabrik kertas KEP-69/PJ/95 0,45% x harga jual

Industri dan Eksportir KEP-25/PJ/03 0,5% x harga pembelian tidak termasuk PPN

BBM SPBU Swastanisasi SPBU Pertamina

Premium 0,3% 0,25%

Solar 0,3% 0,25%

Premix/Super TT 0,3% 0,25%

Minyak tanah 0,3%

LPG 0,3%

Pelumas 0,3%

6. Jenis barang yang tergolong sangat mewah

Pesawat udara pribadi dengan harga jual > 20 Milyar

Kapal pesiar dan sejenisnya yang harga jualnya > 10 Milyar

Rumah beserta tanah dengan harga jual > 10 Milyar dan luas bangunan > 500 m2

Apartemen, kondumium, dan sejenisnya dengan harga jual > 10 Milyar dan luasnya >

400 m2

Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang dengan

harga jual > 5 Milyar dengan kapasitas silinder > 3.000cc

Contoh Soal ..pengusaha dengan api (1)

Importir Akses yang memegang API mengimpor lampu kristal dari Amerika dengan

FOB sebesar us$ 6.000 (kurs dollar Rp 12.000) dengan bea masuk dan bea masuk

tambahan masing-masing sebesar 20% dan 10%. Asuransi dibayar di luar negeri

sebesar 1% dan ongkos angkut sebesar 5% dari biaya pembelian.

Berapa nilai impor ?

Page 59: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

57

Berapa PPh pasal 22 ?

Jawaban ..soal(1)

Cost Insurance and Freight (CIF)

Cost

Pembelian USD 6.000 x Rp 12.000,- = Rp 72.000.000,-

Freight

5% x Rp 72.000.000 = Rp 3.600.000,-+

Cost and Freight (CF) = Rp 75.600.000,-

Insurance

1% x Rp 75.600.000,- = Rp 756.000,-+

CIF = Rp 76.356.000,-

Bea Masuk

Bea masuk

20% x Rp 76.356.000,- =Rp 15.271.200,-

Bea masuk tambahan

10% x Rp 76.356.000,- =Rp 7.635.600,-+

Total Bea masuk =Rp 22.906.800,-+

Nilai Import =Rp 99.262.800,-

Pajak PPh Pasal 22

PPh pasal 22 dengan API = 2.5% x Rp 99.262.800,- =Rp 2.481.570,-

Pembulatan PPh Pasal 22 =Rp 2.480.000,-

Soal…importir non api (2)

Importir Akses yang tidak memegang API mengimpor lampu kristal dari Amerika

dengan FOB sebesar us$ 4.000 (kurs dollar Rp 12.000) dengan bea masuk dan bea

masuk tambahan masing-masing sebesar 20% dan 10%. Asuransi dibayar di luar

negeri sebesar 1% dan biaya freight sebesar 5% dari biaya pembelian.

Berapa nilai impor ?

Berapa PPh pasal 22 ?

Jawaban ….soal(2)

Cost Insurance and Freight (CIF)

Cost

Pembelian USD 4.000 x Rp 12.000,- = Rp 48.000.000,-

Freight

5% x Rp 48.000.000 = Rp 2.400.000,-+

Cost and Freight (CF) = Rp 50.400.000,-

Insurance

1% x Rp 50.400.000,- = Rp 504.000,-+

CIF = Rp 50.904.000,-

Bea Masuk

Bea masuk

20% x Rp 50.904.000,- =Rp 10.180.800,-

Bea masuk tambahan

10% x Rp 50.904.000,- =Rp 509.040,-+

Page 60: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

58

Total Bea masuk =Rp 10.689.840,-+

Nilai Import =Rp 61.593.840,-

Pajak PPh Pasal 22

PPh pasal 22 non API = 7.5% x Rp 61.593.840,- =Rp 4.619.538,-

Pembulatan PPh Pasal 22 =Rp 4.620.000,-

Soal…importir dengan api (3)

Importir DEL memiliki nomer API mengimpor komputer dari Amerika dengan biaya

sebesar us$ 140.000 dengan bea masuk dan bea masuk tambahan masing-masing

sebesar 20% dan 10%. Asuransi dibayar di luar negeri sebesar USD 1.000 dan biaya

angkut sebesar USD 4.000.

Berapa nilai impor ?

Berapa PPh pasal 22 ?

Nb

Berdasarkan dokumen import nilai kurs 1 USD = Rp 11.000,-

Jawaban ….soal(3)

Cost Insurance and Freight (CIF)

Cost

Pembelian USD 140.000 x Rp 11.000,- = Rp 1.540.000.000,-

Freight USD 4.000 x Rp 11.000,- = Rp 44.000.000,-+

Cost and Freight (CF) =Rp 1.584.000.000,-

Insurance

USD 1.000 x Rp 11.000,- =Rp 11.000.000,-+

CIF =Rp 1.595.000.000,-

Bea Masuk

Bea masuk

20% x Rp 1.595.000.000,- =Rp 319.000.000,-

Bea masuk tambahan

10% x Rp 1.595.000.000,- =Rp 159.500.000,-+

Total Bea masuk =Rp 478.500.000,-+

Nilai Import =Rp2.073.500.000,-

Pajak PPh Pasal 22

PPh pasal 22 non API = 2.5% x Rp2.073.500.000,- =Rp 51.837.500,-

Pembulatan PPh Pasal 22 =Rp 51.840.000,-

Soal…PPh 22 untuk dana dari APBN/APBD(4)

Perusahaan DEL memasok komputer sebayak 100 unit kepada instansi pemerintahan

dalam rangka pengembangan perangkat sistem informasi dengan nilai transaksi

sebesar Rp 1.000.000.000,- dengan pembayaran dilakukan melalui Kantor

Pembendaharaan Negara.

Berapa PPh pasal 22 ?

Jika;

Harga komputer yang dijual tidak termasuk PPN dan PPnBM?

Harga komputer yang dijual termasuk PPN dan bukan termasuk golongan

barang mewah?

Page 61: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

59

Harga komputer yang dijual termasuk PPN dan PPnBM?

Nb: dasar tarif dana dari APBN/APBD sebesar 1.5% x Harga Beli

Jawaban …soal (4)

1. Harga Komputer Tidak Termasuk PPn dan PPnBM

Harga Komputer Rp 1.000.000.000,-

PPh pasal 22 = 1.5% x Rp 1.000.000.000,- Rp 15.000.000,-

Penghasilan yang diterima Rp 985.000.000,-

2. Harga Komputer Termasuk PPn

Harga Komputer Rp 1.000.000.000,-

PPn 10% = 10/110 x Rp 1.000.000.000,- Rp 90.909.091,-

Harga Komputer Tidak Termasuk PPn Rp 909.090.909,-

PPh pasal 22 = 1.5% x Rp 909.090.909,- Rp 13.636.364,-

Penghasilan yang diterima Rp 895.454.545,-

Pembulatan Rp 895.455.000,-

3. Harga Komputer Termasuk PPn dan PPnBM

Harga Komputer Rp 1.000.000.000,-

PPn 10% = 10/130 x Rp 1.000.000.000,- Rp 76.923.077,-

PPn BM 20% = 20/130 x Rp 1.000.000.000,- Rp 153.846.154,-

Harga Komputer Tidak Termasuk PPn dan PPnBM Rp 769.230.767,-

PPh pasal 22 = 1.5% x Rp 769.230.767,- Rp 11.538.462,-

Penghasilan yang diterima Rp 757.692.305,-

Pembulatan Rp 757.690.000,-

Page 62: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

60

BAB X

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

1. Dasar Peraturan Mengenai Pemungutan PPh Pasal 23

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 251/PMK.03/2008;

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 33/PJ/2009;

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-53/PJ/ 2009;

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-35/PJ/ 2010;

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-30/PJ/2012.

2. PPH Pasal 23

Pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak dalam

negeri serta badan usaha tetap dengan nama dan bentuk apapun yang berasal dari modal

penyerahan jasa meliputi deviden, bunga, royalti, hadiah dan penghargaan penghasilan

sehubungan dengan penggunaan harta dan imbalan jasa tertentu

3. Pemotong PPh

Badan pemerintah

Subjek pajak dalam negeri

Penyelenggara kegiatan

Bentuk usaha tetap

Perwakilan perusahaan luar negeri

4. Objek Pajak PPh Pasal 23

Objek Pajak yang dikenakan tarif 15%

Deviden (kelebihan dana yang diterima)

Bunga

Royalti

Hadiah

Penghargaan

Bonus, dll

Objek Pajak PPh Pasal 23

Objek Pajak yang dikenakan tarif 2%

Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta

Imbalan jasa teknik

Imbalan jasa manajemen

Imbalan jasa konsultan

Imbalan jasa lainnya

Jasa lainnya

Page 63: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

61

Jasa penilai (appraisal)

Jasa aktuaris

Jasa akuntansi, pembukuan, dan laporan keuangan

Jasa pengeboran

Jasa penunjang di bidang penambangan migas

Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas

Jasa penebangan hutan

Jasa pengolahan limbah

Jasa penyedian tenaga kerja (outsourcing)

Jasa perantara/keagenan

Jasa perdagangan surat berharga

Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan surat berharga

Jasa pengisian suara (dubbing)

Jasa sofware komputer

Jasa pemasangan/instalasi mesin, peralatan, listrik, telpon, air, gas, ac. Tv kabel

Jasa maklun

Jasa keamanan dll.

Contoh PPh pasal 23

dengan tarif 15%

PT Mandiri menbagikan deviden sebesar Rp 1000 per lembar saham yang dimiliki

pemegang saham. PT Mandiri merupakan perusahaan tertutup sehingga sahamnya

hanya dimiliki oleh pendiri perusahaan yaitu PT Aksen sebanyak 5000 lembar saham,

PT Eksis sebanyak 6000 lembar saham, PT Jaya sebanyak 3000 lembar saham dan PT

Maju sebanyak 4000 lembar saham

Berapa deviden yang harus diterima masing-masing perusahaan?

Jawaban

Pemilik Saham Lembar saham

Total deviden PPh pasal 23 Yang Diterima

PT Akses 6000 Rp 6.000.000 Rp 900.000 Rp 5.100.000

PT Eksis 5000 Rp 5.000.000 Rp 750.000 Rp 4.250.000

PT Jaya 3000 Rp 3.000.000 Rp 450.000 Rp 2.350.000

PT Maju 4000 Rp 4.000.000 Rp 600.000 Rp 3.400.000

Contoh PPh pasal 23

dengan tarif 2%

PT Mandiri menyewa sebuah bus dari perusahaan penyewaan bus yaitu PT Maju yang

merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan jumlah pembayaran sebesar Rp

4.400.000 termasuk PPN

Berapa jumlah yang harus dikenakan sesuai dengan PPh pasal 23?

Page 64: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

62

, ·"

Jawaban

PPh Pasal 23

◦ Jumlah pembayaran

(termasuk PPN) = Rp 4.400.000

◦ Objek PPh Pasal 23

10/110 x Rp 4.400.000 = Rp 4.000.000

◦ PPh Pasal 23

2% x Rp 4.000.000 = Rp 80.000

Jumlah PPh Pasal 23 yang dipotong PEMOTONG dengan memberikan Bukti Pemotongan

PPH Pasal 23 (lb ke-1) kepada PT Maju saat dilakukan pemotongan selanjutnya dilaporkan

pada SPT Masa PPh Pasal 23 oleh PT Mandiri

Contoh Soal Pembayaran Dividen ke Luar Indonesia

PT Lightindo sebuah perusahaan penanaman modal asing, pada tanggal 10 Mei

2013 mengumumkan pembagian dividen dari keuntungannya di tahun 2012,

antara lain kepada:

Mr. Sneijder, Subjek Pajak Luar Negeri yang berdomisili di Belanda

(dibuktikan dengan Surat Keterangan Domisili sesuai dengan format yang telah

ditentukan yang diserahkan kepada PT Lightindo), sebesar Rp300.000.000,-

perusahaan Spurs Vehicle Co., perusahaan yang berkedudukan di Mauritius, sebesar

Rp5.000.000.000,-.

Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi

tersebut?

Jawaban

Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan

asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi

merupakan objek PPh.

Apabila penerima dividen tersebut adalah:

Wajib Pajak badan dalam negeri (kecuali Wajib Pajak badan tertentu

sebagaimana dijelaskan dalam halaman 49) dan Bentuk Usaha Tetap maka

dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto dividen;

Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri maka dipotong PPh bersifat final sebesar

10% dari jumlah bruto dividen;

Wajib Pajak luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap maka dipotong PPh Pasal 26

dengan tarif 20% atau sesuai dengan tarif dalam Persetujuan Penghindaran Pajak

Berganda (P3B) terkait.

Untuk dapat dipotong PPh Pasal 26 menggunakan tarif sesuai dengan P3B maka

Wajib Pajak luar negeri penerima penghasilan harus dapat menyerahkan Surat

Keterangan Domisili (SKD).

Kewajiban PT Flip Light Indonesia sebagai pemotong PPh Pasal 26 adalah:

PT Lightindo memotong PPh Pasal 26 sebesar:

Page 65: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

63

10% x Rp300.000.000,00 = Rp30.000.000,00 atas pembayaran dividen kepada

Mr. Sneijder. Berdasarkan P3B Indonesia-Belanda atas dividen tersebut

dapat dikenakan pajak di Indonesia dengan tarif tidak lebih dari 10%;

20% x Rp5.000.000.000,00 = Rp1.000.000.000,00 atas pembayaran

dividen kepada Spurs Vehicle Co. Tarif yang digunakan sesuai dengan

Pasal 26 yaitu 20% karena tidak ada P3B antara Indonesia-Mauritius;

menyetor PPh Pasal 26 yang telah dipotong atas pembayaran dividen

tersebut paling lambat tanggal 10 Juni 2013;

melaporkan PPh Pasal 26 menggunakan SPT Masa PPh Pasal 23/26 masa

pajak Mei 2013 paling lambat tanggal 20 Juni 2013.

Page 66: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

64

Pajak Penghasilan Ayat 4

1. Dasar Hukum

Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak

Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

2. Pajak penghasilan yang bersifat final

Pajak penghasilan ini meliputi penghasilan atas bunga, sewa imbalan, jasa konsultan

dan jasa konstruksi yang diatur dengan peraturan pemerintah

Atas penghasilan berupa bunga diskonto dan tabungan, serta diskonto Sertifikat Bank

Indonesia.

Atas penghasilan berupa bunga atau diskonto yang dijual di Bursa efek.

Atas penghasilan berupa sewa tanah dan bangunan.

Atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan

Atas usaha jasa konstuksi.

Atas penghasilan hadiah undian.

Atas penghasilan transaksi derivatif berupa kontrak berjangka di bursa efek

3. Atas penghasilan bunga diskonto dan tabungan, serta diskonto SBI

Dasar Peraturan

Peratuan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan atas

Bunga Deposito dan Tabungan Serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia;

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/KMK.04/2001 tentang Pemotongan

Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat

Bank Indonesia;

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2013 tentang Tata Cara

Penerbitan Surat Keterangan Bebas Pemotongan Pajak Penghasilan atas

Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia yang

Diterima atau Diperoleh Dana Pensiun yang Pendiriannya Telah Disahkan oleh

Menteri Keuangan.

Penghasilan bunga diskonto dan tabungan, serta diskonto SBI adalah sebagai berikut

Atas penghasilan berupa bunga diskonto dan tabungan, serta diskonto Sertifikat Bank

Indonesia yang diterima oleh Wajib Pajak dalam negeri atau Badan Usaha Tetap di

kenakan Pajak penghasilan yag bersifat final.

Adapun besarnya potongan pajak penghasilan adalah sebesar 20% dari penghasilan

bruto.

Sedangkan bagi Wajib Pajak Luar Negeri selain Badan Usaha Tetap besarnya sebesar

20% dari jumlah bruto berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda.

4. Atas penghasilan bunga diskonto dan tabungan, serta diskonto SBI….pengecualian

Bunga dan diskonto yang diterima Bank yg berkedudukan di Indonesia atau cabang

bank luar negeri.

Page 67: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

65

Bunga deposito dan tabungan serta SBI tidak melebihi Rp 7.500.000,- dan bukan

dalam bentuk yang dipecah.

Bunga deposito dan tabungan serta SBI yang diperoleh sudah disahkan oleh Menteri

Keuangan.

Bunga Bank yang ditunjuk oleh pemerintah dalam rangka kepemilikan rumah

sederhana dan sederhana, kavling siap bangun untuk RS dan RSS sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

5. Atas penghasilan berupa bunga atau diskonto yang dijual di Bursa efek

Besarnya Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut;

Atas penghasilan berupa bunga obligasi dengan kupon

o PPh Final sebesar 20% dari jumlah bruto.

Atas penghasilan berupa diskonto obligasi dengan kupon.

o PPh Final sebesar 20% dari jumlah bruto

Atas penghasilan berupa diskonto obligasi tanpa bunga.

o PPh Final sebesar 20% dari jumlah bruto

6. Atas penghasilan berupa bunga atau diskonto yang dijual di Bursa efek…terkecuali

Tidak Dikenakan PPh Final

Bank berkedudukan di Indonesia dan bank cabang luar negeri.

Dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

Reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), selama 5

tahun pertama sejak pemberian ijin usaha.

7. Atas penghasilan penghasilan berupa sewa tanah dan bangunan

Dasar Peraturan

Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996 tentang Pembayaran Pajak

Penghasilan atas Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun

2002;

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996 tentang

Pelaksanaan Pembayaran dan Pemotongan Pajak Penghasilan atas

Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan sebagaimana telah

diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

120/KMK.03/2002;

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-50/PJ./1996 tentang

Penunjukan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Tertentu Sebagai

Pemotong Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Persewaan Tanah

dan/atau Bangunan;

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-227/PJ./2002 tentang Tata Cara

Pemotongan dan Pembayaran, serta Pelaporan Pajak Penghasilan atas

Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan.

Besarnya Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut;

◦ Atas penghasilan berupa sewa tanah dan bangunan bersifat final.

Page 68: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

66

◦ Pengenaan PPh Final berlaku buat orang pribadi maupun badan usaha.

◦ Besarnya tarif sebesar 10 % dari penghasilan bruto.

◦ Final = 10 % x Bruto

8. Penghasilan atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan

Besarnya Pajak Penghasilan atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan adalah sebagai

berikut;

Wajib Pajak baik pribadi, yayasan atau organisasi dikenakan PPh Final 5% dari

Jumlah Bruto Nilai Pengalihan.

Wajib Pajak pribadi yang jumlah penghasilannya melebihi PTKP serta jumlah bruto

melebihi Rp 60.000.000,- dikenakan PPh Final 5 % dari Jumlah Bruto Nilai

Pengalihan.

Wajib Pajak Badan diluar kegiatan usahanya diwajibkan menyetor PPh 5 % melalui

bank persepsi dan tidak bersifat final dan dapat dikreditkan karena merupakan

angsuran PPh dalam tahun berjalan.

9. Atas penghasilan usaha jasa konstuksi

Dasar Peraturan

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atas

Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2009;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2008 tentang Tata Cara

Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan, dan Penatausahaan Pajak

Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.03/2009.

10. Pengertian usaha jasa konstruksi;

Merupakan layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, pelaksanaan

konstruksi dan pengawasan pekerjaan konstruksi.

Pekerjaan konstruksi merupakan keseluruhan rangkaian kegiatan perencanaan

dan/pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan arsitek, sipil, mekanik, elektrik, dan

tata lingkungan.

Pelaksanaan konstruksi merupakan pemberian jasa atas keahlian dalam jasa

konstruksi serta penerapannya.

Pengawas konstruksi merupakan pemberian jasa kepada ahli dibidang pengawasan

konstruksi dan mampu mengawasi pelaksanaan kegiatan dari awal sampai selesai.

Penyedia Jasa merupakan tenaga ahli yang menawarkan jasa pelaksanaan kegiatan di

bidang konstruksi.

PPh final yang dipotong adalah sebagai berikut;

◦ 2 % untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan Penyedia Jasa yang

mempunyai kualifikasi usaha kecil.

2 % x Jumlah Jasa

◦ 4 % untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan Penyedia Jasa yang tidak

memiliki kualifikasi usaha.

4 % x Jumlah Jasa

Page 69: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

67

◦ 4 % untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang

mempunyai memiliki kualifikasi usaha.

4 % x Jumlah Jasa

◦ 6 % untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang

mempunyai tidak memiliki kualifikasi usaha.

6 % x Jumlah Jasa

11. PPh Final Atas Hadiah dan Transaksi Derivatif

Atas penghasilan penghasilan hadiah undian.

◦ Pajak penghasilan atas hadiah undian bersifat Final.

◦ Besarnya pemotongan pajak penghasilan atas hadiah adalah sebesar 25 % dari

jumlah bruto hadiah undian.

PPh final = 25 % x Jumlah Bruto

Atas penghasilan transaksi derivatif berupa kontrak berjangka di bursa efek

◦ Merupakan penghasilan yang diterima Wajib Pajak pribadi atau Badan Usaha

dari transaksi derivatif di bursa berjangka.

◦ Besarnya pajak penghasilan sebesar 2,5 % dari Margin Awal.

PPh Final = 2,5 % x Margin Awal

Page 70: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

68

BAB XI

Pajak Pertambahan Nilai

1. Dasar Peraturan Pajak Pertambahan Nilai

Dasar Hukum pajak pertamnahan nilai (PPN) adalah Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009,

Undang-undang ini disebut dengan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984.

Peraturan mengenai PPN lebih rinci adalah sebagai berikut;

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2012;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2001 sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1995 sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2001;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010;

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 563/ KMK.03/2003;

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-08/PJ/2013;

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-44/PJ/2010 sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-11/PJ/2013;

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-147/PJ./2006;

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-382/PJ./2002.

2. Karakteristik PPN

Pajak objektif

Pajak tidak langsung

Multi-stage tax

Tidak menimbulkan pajak ganda

Menggunakan alat bukti faktur pajak

Bersifat netral

Pajak atas konsumsi

3. Wajib Pajak PPN

Pengusaha Kena Pajak (PKP)

◦ Merupakan pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)

atau Jasa kena Pajak (JKP) yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-

Undang PPN, Tidak Termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan

Menteri Keuangan kecuali Pengusa Kecil tersebut memilih untuk ditetapkan

sebagai PKP.

◦ Batasan Pengusaha Kecil yang jumlah peredaran bruto nya tidak lebih dari Rp

600.000.000

4. Kewajiban PKP

Membuat faktur pajak untuk setiap penyerahan BKP dan JKP

Page 71: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

69

Memungut, menghitung, dan menyetorkan PPN dan PPnBM yang terutang atas

penyerahan BKP atau JKP atau ekspor BKP

Mengisi dan menyampaikan SPT Masa paling lambat 20 hari setelah berakhirnya

masa pajak

5. Objek PPN

Barang

◦ Barang yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau

tidak bergerak maupun tidak berwujud.

Jasa

◦ Setiap kegiatan pelayanan berdasarkan ikatan atau perbuatan hukum yang

menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia

untuk dipakai termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang

karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk pemesan.

6. Tarif PPN

Sistem PPN menganut tarif tunggal yaitu sebesar 10%

Dengan peraturan pemerintah tarif bisa berubah serendah-rendahnya 5% dan setinggi-

tingginya 15%

Untuk kegiatan ekspor dikenakan tarif 0%

7. Jasa Bebas PPN

Jasa pelayanan kesehatan medis

Jasa pelayanan sosial

Jasa pengiriman surat dengan prangko

Jasa keuangan

Jasa asuransi

Jasa di bidang keagamaan

Jasa di bidang pendidikan

Jasa kesenian dan hiburan

Jasa penyiaran bukan iklan

Jasa tenaga kerja

Jasa angkutan umum di laut, didarat dan di udara

Jasa bidang perhotelan

Jasa yang disediakan pemerintah

Jasa penyediaan tempat parkir

Jasa telepon umum dengan menggunakan koin

Jasa pengiriman uang dengan wesel pos

Jasa boga atau katering

8. Pajak Masukan

Merupakan PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena perolehan BKP atau JKP

dan atau pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau pemanfaatan

JKP dari luar Daerah Pabean dan atau impor BKP.

Page 72: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

70

9. Pajak Masukan Yang tidak dapat dikreditkan

Perolehan BKP atau JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP

Perolehan BKP atau JKP tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha.

Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor kecuali merupakan barang dagang

atau disewakan

Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabeaan sebelum

dikukuhkan sebagai PKP

Perolehan BKP atau JKP yang bukti pungutannya Faktur Pajak Sederhana

Perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan yang

berlaku.

Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabeaan yang Faktur

Pajaknya tidak memenuhi ketentuan

Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan

ketetapan pajak.

Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam SPT Masa

PPN

10. Restitusi

Merupakan selisih kelebihan pajak yang dapat dimintakan kembali akibat terdapat selisih

dalam Masa Pajak, Pajak Masukannya dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran.

Page 73: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

71

PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH

1. Pengertian PPnBM

Bahwa barang tersebut bukan barang kebutuhan pokok

Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu

Umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi

Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status

Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat seperti minuman

beralkohol

2. Objek PPnBM

Selain dikenakan PPN, dikenakan juga Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

terhadap:

◦ Penyerahan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh

Pengusaha Yang Menghasilkan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah

di dalam Daerah Pabeaan dari kegiatan usaha atau pekerjaannya.

◦ Impor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah

3. Yang Termasuk Dihasilkan Pengusaha

Merakit

Memasak

Mencampur

Mengemas

Membotolkan

4. Tarif PPnBM

Tarif PPnBM paling rendah adalah 10% dan paling tinggi 200% tergantung dari jenis

barang.

Ekspor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah dikenakan pajak dengan tarif 0%

Tarif PPnBM menjadi dua kelompok

Kendaraan bermotor : 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60% dan 75% (PP Nomor

12 Tahun 2006)

Non Kendaraan Bermotor : 10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 75% (PP Nomor

55 Tahun 2004)

Jenis Barang yang dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atas Barang Kena

Pajak Yang Tergolong Mewah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan

5. Kendaraan Yang Bibebaskan Dari PPnBM

Kendaraan CKD

Kendaraan sasis

Kendaraan angkutan barang

Kendaraan bermotor roda dua dengan isi silinder sampai 250 cc

Ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan kebakaran, kendaraan tahanan, kendaraan

angkutan umum

Untuk protokoler kenegaraan sepanjang dananya dari APBN/APBD

Page 74: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

72

Kendaraan bermotor angkutan lebih dari 10 orang termasuk pengemudi yang

digunakan untuk kegiatan dinas TNI/POLRI sepanjang dananya dari APBN/APBD

Untuk keperluan patroli TNI/POLRI sepanjang dananya dari APBN/APBD

6. Prosedur Pembebasan PPnBM

Wajib Pajak mempunyai SKB PPnBM, yaitu Surat Keterangan Bebas PPnBM yang

dikeluarkan Dirjen Pajak

SKB PPnBM diajukan kepada Dirjen Pajak melalui KPP

Dirjen Pajak memberikan keputusan dalam jangka waktu 10 hari kerja setelah surat

permohonan diterima secara lengkap

SKB PPnBM diterbitkan sebelum impor kendaraan bermotor atau penyerahan

kendaraan bermotor

7. Cara Menentukan PPN dan PPnBM

Tarif X Dasar Pengenaan Pajak

Dasar Pengenaan Pajak:

◦ Harga jual

◦ Nilai penggantian

◦ Nilai impor

◦ Nilai ekspor

◦ Nilai lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan

8. Faktur Pajak

Merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan

BKP atau penyerahan JKP

Jenis Faktur Pajak

◦ Faktur Pajak Standar

◦ Faktur Gabungan

◦ Faktur Sederhana

9. Faktur Pajak Standar

Syarat formal, bahwa faktur pajak standar harus memuat;

◦ Nama, alamat, dan NPWP

◦ Jenis Barang atau Jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan potongang

harga

◦ PPN dipungut

◦ PPnBM yang dipungut

◦ Kode, nomer seri dan tanggal pembuatan

◦ Nama, jabatan dan tandatangan

Syarat material, bahwa barang yang diserahkan benar.

10. Fajak Gabungan

Page 75: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

73

Merupakan suatu Faktur Pajak yang dibuat oleh PKP yang meliputi semua

penyerahan BKP atau penyerahan JKP yang terjadi selama satu bulan takwim kepada

pembeli yang sama atau penerima JKP yang sama

11. Faktur Pajak Sederhana

Merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP untuk menampung kegiatan

penyerahan BKP dan atau JKP yang dilakukan secara langsung kepada konsumen

akhir dan pembeli BKP atau penerima JKP yang tidak diketahui identitasnya.

Faktur Pajak Sederhana tidak dapat digunakan pembeli BKP atau penerima JKP

sebagai dasar untuk pengkreditan Pajak Masukan

Contoh Soal PPN (1)

Diketahui Transaksi PT Maju Selama bulan Agustus 2014 adalah sebagai berikut;

Pembelian Bahan Baku termasuk PPN sebesar Rp 110.000.000,-

Pembelian Bahan Penolong termasuk PPN sebesar Rp 44.000.000,-

Transaksi Penjualan termasuk PPN sebesar Rp 220.000.000,-

Perhitungan PPN Masukan

Pembelian Bahan Baku, 10/110 x Rp 110.000.000 = Rp 10.000.000,

Pembelian Bahan Penolong, 10/110 x Rp 44.000.000 = Rp 4.000.000,+

PPN Keluaran Rp14.000.000,-

Perhitungan PPN Keluaran

Transaksi Penjualan, 10/110 x Rp 220.000.000 = Rp 20.000.000,-

Perhitungan PPN Keluaran - PPN Masukan

Rp 20.000.000 - Rp14.000.000 = Rp 6.000.000,-

PPN Kurang Bayar sebesar Rp 6.000.000,-

Nb

Jika PPN Keluaran lebih besar dari PPN Masukan, maka selisih tersebut harus disetor ke

Kas Negara, jika sebaliknya maka kelebihan tersebut dapat dikompensasi atau direstitusi

Contoh soal ..PPN dan PPnBM (2)

Transaksi pembelian yang dilakukan oleh Kantor Pemerintah atas barang kena pajak

PPN dan PPnBM 20%. Diketahui Harga Jual sebesar Rp 900.000,- . Hitung berapa

PPN dan PPnBM?

Jawaban

Keterangan Rp Jumlah

Harga Jual Rp 900.000,-

PPN 10% Rp 90.000,-

PPnBM 20% Rp 180.000,-

Harga Jual Termasuk PPN dan PPnBM Rp 1.170.000,-

Karena Harga Jual termasuk PPN dan PPnBM kurang dari Rp 1.000.000,- maka PPN dan

PPnBM tidak dipungut oleh Bendahara Pemerintah atau KPPN tetapi oleh PKP rekanan dan

faktur pajak tetap dibuat.

Page 76: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

74

Contoh soal ..PPN dan PPnBM (3)

Transaksi pembelian yang dilakukan oleh Kantor Pemerintah atas barang kena pajak

PPN dan PPnBM 10%. Diketahui Harga Jual sebesar Rp 800.000,- . Hitung berapa

PPN dan PPnBM?

Jawaban

Keterangan Rp Jumlah

Harga Jual Rp 800.000,-

PPN 10% Rp 80.000,-

PPnBM 10% Rp 80.000,-

Harga Jual Termasuk PPN dan PPnBM Rp 960.000,-

Karena Harga Jual termasuk PPN dan PPnBM kurang dari Rp 1.000.000,- maka PPN dan

PPnBM tidak dipungut oleh Bendahara Pemerintah atau KPPN tetapi oleh PKP rekanan dan

faktur pajak tetap dibuat.

Contoh Soal PPnBM(4)

Diketahui PT Maju melakukan transaksi sebesar Rp 13.000.000,- dan Barang Kena Pajak

termasuk barang mewah dengan tarif 20% kepada Kantor pemerintah.

Transaksi Rp 13.000.000,-

PPN yang dipungut

10/130 x Rp 13.000.000,- Rp 1.000.000,-

PPnBM yang dipungut

20/130 x Rp 13.000.000,- Rp 2.000.000,-+

Perhitungan PPN dan PPnBM Rp 3.000.000,-

Transaksi Penjualan yang dibayarkan

oleh Bendahara Kantor Pemerintah

Rp 13.000.000 – Rp 3.000.000 =Rp 10.000.000,-

Nb

Jika PPnBM sebesar 20% maka, PPN yang dipungut sebesar 10/130 bagian dari jumlah

pembayaran dan PPnBM yang dipungut sebesar 20/130 bagian dari jumlah pembayaran.

Page 77: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

75

BAB XII

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

1. Dasar Hukum

Dasar hukum Pajak Bumi dan Bangunan adalah Undang-Undang N0.12 Tahun 1985 yang

diubah dengan Undang-Undang N0.12 Tahun 1994 dan Undang-Undang No.28 Tahun 2009

2. Sifat PBB

Pajak Daerah

Pajak Objektif (bersifat kebendaan)

Official Assesment System (menggunakan SPPT)

3. Subjek PBB

Subjek pajak

◦ Orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi,

memperoleh manfaat atas bumi, memiliki bangunan, menguasa bangunan dan

memperoleh manfaat atas bangunan

Wajib Pajak

◦ Subjek pajak yang harus membayar pajak

Hak-hak atas bumi dan bangunan PBB

◦ Mengacu pada UU Agraria yaitu Hak Milik, Hak Guna Bangun, Hak Guna

Usaha, Hak Pakai, dan Hak Pengelolaan

Apabila subjek pajak yang ditetapkan Dirjen Pajak dirasa tidak benar, maka Subjek

pajak dapat mengajukan keberatan dengan memberikan keterangan secara tertulis.

Pembayaran PBB yang dilakukan WP tidak ada kaitannya dengan status hak

kepemilikan objek pajak, sehingga pelunasan PBB bukanlah merupakn bukti

kepemilikan hak.

4. Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Bumi

◦ Bumi merupakan permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.

Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah RI.

(sawah, ladang, kebun, tanah, tambang, dll).

Bangunan

◦ Merupakan suatu konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap

pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut (rumah tempat tinggal,

bangunan usaha, gedung dll).

Jalan lingkungan yang terletak dikomplek bangunan seperti hotel, pabrik dan lain-

lainnya yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut.

Jalan tol

Kolam renang

Tempat olahraga

Dermaga

Page 78: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

76

Taman

Tempat penampungan tambang

Fasilitas lain yang memberikan manfaat

5. Faktor Penentu Klasifikasi Bumi dan Bangunan

Bumi

◦ Letak

◦ Peruntukan

◦ Pemanfataan

◦ Kondisi lingkungan dan lain-lain

Bangunan

◦ Bahan yang digunakan

◦ Rekayasa

◦ Letak

◦ Kondisi lingkungan dan lain-lain

6. Objek Yang Tidak Dikenakan PBB

Tanah dan bangunan untuk kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan,

pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak memperoleh keuntungan.

Tanah dan bangunan yang digunakan untuk kuburan umum, peninggalan purbakala

atau sejenisnya.

Tanah dan bangunan yang digunakan oleh perwakilan diplomatik atau konsulat

berdasarkan asas perlakua timbal balik.

Tanah yang merupakan hutan lindung, suaka alam, taman nasional, tanah

pengembalaan yang dikuasai desa, dan tanah negara yang belum dibebani sesuatu

hak.

Tanah dan bangunan yang digunakan oleh perwakilan organisasi internasional yang

ditentukan oleh Menteri Keuangan.

7. Administrasi PBB

Untuk keperluan pendataan, subjek pajak wajib mendaftarkan objek pajaknya dengan

mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) ke Dirjen Pajak.

SPOP yang telah diisi dikembalikan ke Dirjen Pajak selambat-lambatnya 30 hari sejak

SPOP diterima subjek pajak.

Dirjen Pajak akan menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)

berdasarkan SPOP

Dirjen Pajak dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) apabila

SPOP tidak disampaikan dan telah ditegur secara tertulis

Berdasrkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata terdapat selisih

perhitungan jumlah pajak yang harus dibayar.

8. Tarif dan Dasar Pengenaan PBB

Tarif

◦ Untuk menentukan besarnya PBB yang terutang, maka nilai jual objek pajak

dikalikan dengan tarif paling tinggi sebesar 0,3% (UU No. 28 Tahun 2009)

Page 79: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

77

Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

◦ NJOP ditetapkan perwilayah berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan

dengan mendengar pertimbangan Gubernur.

Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang wajar

Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenisnya yang letaknya berdekatan dan

fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya.

Nilai perolehan baru

Penentuan Nilai Jual Objek Pengganti

9. Tata Cara Pembayaran PBB

Bank atau kantor pos dan giro tempat pembayaran yang tercantum pada SPPT dapat

melalui ATM

Petugas pemungut PBB kelurahan/desa yang ditunjuk resmi

10. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)

Merupakan batas NJOP atas bumi dan bangunan yang tidak kena pajak.

Besarnya NJOPTKP maksimum Rp 10.000.000

Setiap WP memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak 1 kali dalam satu Tahun

Pajak

Apabila WP mempunyai beberapa Objek Pajak maka yang diambil berdasarkan nilai

terbesar bukan gabungan dari beberapa Objek Pajak

Besarnya NJOPTKP ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Dirjen Pajak atas nama

Menteri Keuangan dengan pertimbangan pendapat Pemda.

11. Pengurangan PBB

Objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa

Kondisi tertentu sehingga objek pajak terletak di lokasi yang nilai jualnya tinggi

sedangkan penghasilannya hanya dapat disatu tempat dan tidak mampu untuk

memenuhi kewajibannya.

12. Syarat Pengajuan Pengurangan

Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasannya.

Melampirkan foto copy SPPT yang bersangkutan dan bukti-bukti lain yang

mendukung

Surat pengajuan pengurangan hanya untuk satu tahun pajak dan satu objek pajak

Dikirim selambat-lambatnya 60 hari sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak

13. Cara Menghitung

Tarif tunggal paling tinggi 0,3%

NJOPKP = NJOP - NJOPTKP

PBB = Tarif X NJOPKP

PBB = 0,3% X NJOP - NJOPTKP

Contoh Perhitungan PBB

Page 80: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

78

Diketahui Objek Pajak dengan Luas Tanah sebesar 100 m2 dengan Luas Bangunan

sebesar 80 m2. Penetapan harga tanah dan Bangunan sesuai dengan NJOP adalah

sebesar Rp 1.000.000,- per mtr untuk tanah dan sebesar Rp 800.000,- per meter untuk

bangunan.

Tentukan besarnya PBB Terutang?

Jawaban

Objek Pajak

Luas Tanah, 100m2 = 100m2 x Rp 1.000.000,- Rp 100.000.000,-

Luas Bangunan, 80m2 = 80m2 x Rp 800.000,- Rp 64.000.000,-+

NJOP Dasar Pengenaan Pajak Rp 164.000.000,-

Pengurang

NJOPTKP = Rp 25.000.000,- Rp 139.000.000,-

Dasar Tarif Pengenaan PBB

Dasar Tarif sebesar 0.1% x Rp 139.000.000,- Rp 139.000,-

Dengan demikian besarnya PPB terhutang yang harus dibayar sebesar Rp 139.000,-

Page 81: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

79

.

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

1. Dasar Peraturan

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak

Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau

Bangunan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008;

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 635/KMK.04/1994 tentang

Pelaksanaan Pembayaran dan Pemungutan Pajak Penghasilan atas

Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 243/PMK.03/2008;

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2009 tentang

Pelaksanaan Ketentuan Peralihan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun

2008;

Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-30/PJ/2009 tentang Tata Cara

Pemberian Pengecualian dari Kewajiban Pembayaran atau Pemungutan

Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau

Bangunan;

Peraturan Dirjen Pajak N0 PER-26/PJ/2010 tentang Tata Cara Penelitian

Surat Setoran Pajak atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau

Bangunan;

Surat Edaran Dirjen Pajak N0 SE-30/PJ/2013 tentang Pelaksanaan Pajak

Penghasilan yang Bersifat Final atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas

Tanah dan/atau Bangunan yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang

Usaha Pokoknya Melakukan Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

dan Penentuan Jumlah Bruto Nilai Pengalihan Hak atas Tanah dan/ atau

Bangunan Oleh Wajib Pajak yang Melakukan Pengalihan Hak atas Tanah

dan/atau Bangunan.

2. Pengertian BPHTB

Bea perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan merupakan pajak yang dikenakan atas

perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan

adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan

atau bangunan oleh orang pribadi atau badan. Serta hak atas tanah dan atau bangunan

merupakan hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan diatasnya.

3. Objek Pajak

Perolehan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan

◦ Pemindahan Hak

◦ Pemberian Hak Baru

Objek pajak yang tidak kena BPHTB

◦ Perwakilan diplomatik

◦ Negara untuk kepentingan umum

◦ Badan/Organisasi Internasional

Page 82: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

80

◦ Konversi hak tanpa perubahan nama

◦ Wakaf

◦ Kepentingan ibadah

4. Perlakuan Khusus Objek Yang Dikenankan BPHTB

Objek Pajak yang diperoleh karena waris, hibah wasiat, dan hak pengelolaan yang

diatur dengan PP

Untuk memberikan rasa keadilan

◦ Pada saat meninggal dunia pada hakikatnya terjadi pemindahan hak kepada

ahli waris

◦ Hibah waris merupakan penetapan wasiat berdasarkan surat wasiat

5. Dasar Pengenaan Pajak

Dasar pengenaan pajak dapat dilakukan dengan tiga cara, antara lain;

Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP)

Harga transaksi

◦ Jual beli

◦ Penunjukan pembeli dalam lelang

Nilai pasar

◦ Tukar-menukar

◦ Hibah

◦ Pemberian hak baru

◦ Waris

◦ Penggabungan usaha

◦ Peleburan usaha

◦ Pemekaran usaha dll.

NPOP tidak diketahui/lebih rendah dari NJOP PBB

◦ Berdasarkan NJOP PBB

6. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP)

Ditetapkan Kakanwil dengan pertimbangan Pemda dan perkonomian daerah

NPOPTKP RSH dan Rusun Sederhana

◦ Sebesar Rp 55.000.000

NPOPTKP Warisan

◦ Paling banyak Rp 300.000.000

NPOPTKP Usaha Kecil

◦ Sebesar Rp 10.000.000

NOPTKP Lainnya

◦ Paling banyak Rp 60.000.000

7. Tarif dan Penghitungan Pajak

Dalam perhitungan pajak BPHTB diterapkan tarif tunggal.

Tarif tunggal 5%

BPHTB = (NPOP – NPOPPTKP) x Tarif

Page 83: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

81

Jika NJOP digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, maka perhitungan BPHTB adalah

sebagai berikut;

BPHTB = (NJOP – NPOPTKP) x Tarif

Contoh Perhitungan BPHTB

Diketahui Objek Objek Pajak BPHYB sebagai Berikut;

Objek Pajak

Luas Tanah, 100m2 = 100m2 x Rp 1.000.000,- Rp 100.000.000,-

Luas Bangunan, 80m2 = 80m2 x Rp 800.000,- Rp 64.000.000,-+

NJOP Dasar Pengenaan Pajak Rp 164.000.000,-

Pengurang

NJOPTKP = Rp 60.000.000,- Rp 104.000.000,-

Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 104.000.000,-

Dasar Tarif Pajak BPHTB

Untuk Pembeli tarif 5% x NPOKP

Dasar Tarif sebesar 5% x Rp 104.000.000,- Rp 5.200.000,-

Untuk Penjual tarif 5% x NPOP

Dasar Tarif sebesar 5% x Rp 164.000.000,- Rp 8.200.000,-

Dengan demikian besarnya BPHTB terhutang yang harus dibayar Pembeli sebesar Rp

5.200.000,- sedangkan yang harus di bayar Penjual adalah sebesar Rp 8.200.000,-

Page 84: Bahan Ajar PERPAJAKAN - iwansidharta.comiwansidharta.com/downlot.php?file=MODUL.pdf · 3 Bea Materai Langsung, Pusat, Objektif 4 Bea Masuk dan Bea Cukai Langsung, Pusat, Objektif

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung-2015

82

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang N0 28 Tahun 2007, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan; PP; Kep. Menteri Terkait dan Perpu Dirjen Pajak.

2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2008, Tentang Pajak Penghasilan; PP; Kep. Menteri

Terkait dan Perpu Dirjen Pajak.

3. Undang-Undang No 42 Tahun 2009, tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Barang

dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Baran Mewah; PP; Kep. Menteri Keuangan dan

Keputusan Dirjen Pajak terkait.

4. Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK.03/2008, tentang Petunjuk Pelakasanaan

Pemotongan Pajak atas Penghasilan sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan

Kegiatan Orang Pribadi.

5. Peraturan Direktur Jendaral Pajak No. PER-3/PJ/2012, tentang Petunjuk Teknis Tata

Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan

6. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

7. Dirjen Pajak. 2013. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

8. Dirjen Pajak. 2013. Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya.

9. Dirjen Pajak. 2013. Oasis, Pemotongan dan Pemungutan PPh Edisi Revisi.

10. Dirjen Pajak. 2013. Bendahara Mahir Pajak Edisi Revisi.

11. Mardiasmo., 2013. Perpajakan Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogya.

12. Wirawan, 2009. Pengantar Perpajakan, Buku 1 dan 2, Penerbit Salemba Empat,

Jakarta.