bagian ii durkheim

25
EMILE DURKHEIM RIWAYAT SINGKAT DAN LATAR BELAKANG HIDUPNYA Salah satu cara untuk mengungkap pemikiran seseorang secara tuntas adalah dengan mencari tahu latar belakang sosio kultural intelektualnya. Emile Durkheim adalah anak laki- laki seorang rabbi (pendeta Yahudi) yang dilahirkan di Epinal provinsi Loraine di kawasan Perancis bagian timur. Karena mempunyai keluarga dari keturunan rabbi yang panjang pada awalnya Durkheim memutuskan tradisi keluarganya untuk menjadi seorang rabbi. Tetapi uniknya pada umur 13 tahun yaitu saat beliau memulai aktif mempelajari bahasa Hebrew/Ibrani, Old Testament dan Talmud sebagai persiapan untuk menjadi seorang rabbi. Beliau juga mendapatkan pendidikan reguler pada sebuah sekolah sekuler. Durkheim pernah menaruh minat pada kepercayaan Katolik karena kekagumannya terhadap seorang guru wanita yang beragama Katolik yang memberikan beliau pengalaman religius kepadanya.Tetapi hal tersebut hanya dalam masa yang singkat, karena seiring dengan perkembangan sejarah di Perancis, seperti di bagian Eropah lainnya pada masa enlightment gereja-gereja mulai dibatasi dominasinya di dalam hampir semua bagian kehidupan termasuk pembatasan dan larangan diajarkannya pelajaran agama di sekolah. Durkheim berbalik dari agama (Katolik dan Yahudi) dan menjadi seorang agnostic atau sekuler. Pemikiran Durkheim juga sangat dipengaruhi oleh kondisi Eropa khas Perancis yang sedang mengalami transformasi sosial. Kekalahan Perancis dari Bismarck “Kanselir Besi” dari Prussia menimbulkan kegoncangan politik yang juga menjadi salah satu sebab terjadinya commune di Paris. Kondisi kekalahan dan trauma commune itu menyebabkan kondisi politik di Perancis semakin tidak stabil dan menghasilkan pertentangan idologi yang meruncing antara kaum royalis dan kaum republican. Dalam 1

Upload: youzr76

Post on 31-Jul-2015

62 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

materi ringkasan atas pemikiran emile durkheim

TRANSCRIPT

Page 1: Bagian II Durkheim

EMILE DURKHEIM

RIWAYAT SINGKAT DAN LATAR BELAKANG HIDUPNYA

Salah satu cara untuk mengungkap pemikiran seseorang secara tuntas adalah dengan mencari tahu latar belakang sosio kultural intelektualnya. Emile Durkheim adalah anak laki-laki seorang rabbi (pendeta Yahudi) yang dilahirkan di Epinal provinsi Loraine di kawasan Perancis bagian timur. Karena mempunyai keluarga dari keturunan rabbi yang panjang pada awalnya Durkheim memutuskan tradisi keluarganya untuk menjadi seorang rabbi. Tetapi uniknya pada umur 13 tahun yaitu saat beliau memulai aktif mempelajari bahasa Hebrew/Ibrani, Old Testament dan Talmud sebagai persiapan untuk menjadi seorang rabbi. Beliau juga mendapatkan pendidikan reguler pada sebuah sekolah sekuler.

Durkheim pernah menaruh minat pada kepercayaan Katolik karena kekagumannya terhadap seorang guru wanita yang beragama Katolik yang memberikan beliau pengalaman religius kepadanya.Tetapi hal tersebut hanya dalam masa yang singkat, karena seiring dengan perkembangan sejarah di Perancis, seperti di bagian Eropah lainnya pada masa enlightment gereja-gereja mulai dibatasi dominasinya di dalam hampir semua bagian kehidupan termasuk pembatasan dan larangan diajarkannya pelajaran agama di sekolah.

Durkheim berbalik dari agama (Katolik dan Yahudi) dan menjadi seorang agnostic atau sekuler. Pemikiran Durkheim juga sangat dipengaruhi oleh kondisi Eropa khas Perancis yang sedang mengalami transformasi sosial. Kekalahan Perancis dari Bismarck “Kanselir Besi” dari Prussia menimbulkan kegoncangan politik yang juga menjadi salah satu sebab terjadinya commune di Paris. Kondisi kekalahan dan trauma commune itu menyebabkan kondisi politik di Perancis semakin tidak stabil dan menghasilkan pertentangan idologi yang meruncing antara kaum royalis dan kaum republican. Dalam kaum republican inilah perkembangan sosiologi yang diperkenalkan oleh August Comte mulai popular dan dan puncaknya pada kasus Dreyfus pada tahun 1896 dimana Durkheim terlibat langsung dalam membela Kapten Alfred Dreyfus yang akhirnya berjaya dimenangkan, sekaligus memperlihatkan berjayanya pihak liberal anticlerical Republik atas gereja dan tentara.

Situasi dan struktur social politik Perancis yang tidak stabil diikuti oleh perubahan besar dalam bidang ekonominya yang juga gagal dalam berkompetisi dengan negara-negara industri baru masa itu karena

1

Page 2: Bagian II Durkheim

kurangnya motivasi untuk melakukan ekspansi yang agresif.Hal ini disebabkan karena industri-industri Perancis masih didominasi oleh firma-firma keluarga ynang lebih tertarik pada penyerahan tongkat estafet keluarga kepada generasi pelanjutnya dari pada resiko. Namun sebaliknya di dunia intelektual yang justru sangat pesat berkembang terutama pada dekade pertama Republik Ketiga dengan tokohnya Hyppolyte Taine dan Ernest Renan yang pada akhirnya melahirkan pertentangan baru yaitu antara kelompok baru yaitu antara kelompok pendukung sains dan liberalisme dengan kelompok anti sains.

Jadi keterlibatan Durkheim yang mendalam dengan masyarakat Perancis yang sekuler ternyata mampu memutuskan ikatan tradisionalnya terhadap komunitas agama dimana ia juga telah terlibat mendalam pada tahun-tahun awal pertumbuhannya.

Dari sudut atau konteks intelektual Durkheim sangat banyak dipengaruhi oleh para pemikir besar Perancis, Inggris dan Jerman.Hal ini antara lain disebabkan oleh kegemaran beliau membaca. Walaupun dikatakan beliau dipengaruhi oleh pemikir yang berasal dari ketiga negara tersebut, sebagian besar ide-idenya dianggap berakar dalam sejarah intelektual Perancis terutama pada masa pencerahan antara lain karya – karya J.J. Rousseau dan Montesquie.

J.J. Rousseau.Konsep J.J Rousseau yang paling berpengaruh bagi Durkheim adalah : a) tentang volente generale yang memahami masyarakat sebagai eksperimen solidaritas sosial bukan didasarkan atas kepentingan diri yang bersifat ekonomi seperti paham utilitarian atau pada kepatuhan total warganegara terhadap kedaualtan politik menurut Hobbes ; b) perbedaan dasar antara fenomena sosial dan psikologi dimana Rousseau secara tegas menyadari kenyataan bahwa kondisi umum atau fenomena sosial berbeda dengan keadaan individu semata. Kondisi tersebut adalah sebuah dunia baru yang dilapiskan diatas dunia psikologi.

MontesquieuKonsep Montesquieu tentang masyarakat bahwa dalam membentuk satu keseluruhan harus terdapat fenomena sosial yang saling berhubungan antara satu dengan lainnya.

Pemikiran kedua tokoh ini dapat dilihat pengaruhnya terhadap pemikiran Durkheim seperti dalam bukunya “ The Rules of Social Methods”, dimana ia menerangkan gejala sosial berdasarkan kaitannya dengan keseluruhan organisme sosial atau tidak terpencar-

2

Page 3: Bagian II Durkheim

pencar. Jadi berdasarkan pendekatan fungsional dan berfikir secara kontekstual dan tidak atomistik.

Durkheim juga melihat realitas sebagai hasil komunikasi antara kenyataan sosial dan kesadaran. Baginya masyarakat bukan hanya realitas tetapi sekaligus sebagai millie atau suasana yang dapat melahirkan ide tentang apa yang real itu, karena yang paling menentukan dari fakta sosial harus dicari diantara berbagai fakta sosial yang mendahuluinya bukan didalam suasana kesadaran pribadi seseorang . Dengan kata lain Durkheim melihat bahwa keterangan mengenai peristiwa sosial (fakta sosial) harus dipisahkan dari faktor sosiologis karena bila tidak terpisak berarti keterangan tersebut palsu. Jadi masyarakat dilihatnya sebagai sebuah unit yang tidak bisa dianggap asebagai perpanjangan begitu saja dari individu; individu tetap ada dalam masyarakat . dimana kesadaran kolektif atas fenomena sosial adalah titik sentral keberadaan dari individu.

Tokoh Prancis yang secara kontemporer turut mempengaruhi pemikiran Durkheim adalah gurunya di Ecole Normale, yaitu Fustel de Coulanges dan Emile Bountrox. Coulanges seorang pelopor histiografi modern Prancis telah meletakkan dasar ketertarikan Durkheim pada masalah consensus dan peranan tradisi yang sangat kental dibahasnya dalam Divison of Labor dan moral Education. Sedangkan Bountroux dengan doktrin anti reduksionisnya membantu Durkheim dalam menunjukkan bahwa masyarakat adalah realitas sui generis yang tidak dapat dijelaskan oleh argumentasi reduksionis dari psikologi atau biologi tetapi dengan fakta sosial yang mendahului.

Adapan pemikir dari Inggris yang mempengaruhi pemikiran Durkheim adalah Herbert Spencer , terutama pandangan evolusinya . Dima ia sadar bahwa Eropa yang dinilainya sedang mengalami proses transformasi yang bersifat evolusionistis dan dengan demikian lalu menganggap bahwa dasar consensus lama yang bersifat keagamaan tidak memadai lagi karena hanya dapat bertahan karena keajaiban equilibrum dan karena kekuatan biasa saja. Terlebih karena situasi perubahan sosial yang dimotori oleh kemajuan ilmu dan teknologi, maka dasar moralitas yang kuat adalah akal . Sementara Durkheim melihat moralitas bukanlah sesuatu yang deduktif melainkan sesuatu yang berangkat dari kenyataan empiris atau harus bercorak pasaca pengalaman . Selanjutnya dalam pemikiran itu Durkheim membedakan dua jenis solidaritas sosial yang juga bersifat evolusionistis, yaitu :

1. Solidaritas mekanis , yaitu solidaritas yang didukung oleh persamaan antara individu atau dapat dikatakan solidaritas terjadi karena diferensiasi antara individu sangat terbatas dan hal ini biasanya terjadi pada masyarakat primitif atau

3

Page 4: Bagian II Durkheim

segmental , dimana coraknya adalah individu saling terkait secara utuh.

2. Solidaritas Organis, yaitu solidaritas yang terwujud justru setelah adanya difenrensiasi dan karena itu diperlukan rasionalitas untuk mencapai consensus . Solidaritas jenis ini terdapat dalam masyarakat modern yang telah mengalami diferensiasi. Sejalan dengan pembagian solidaritas tadi, Durkheim juga memperkenalakan dua tipe hukum . pertama, hukum represif yang menghukum kejahatan dan lebih tepat diberlakukan dalam solidaritas mekanis. Kedua, jenis hukum akaomodatif atau restitutif yang bertujuan untuk memperbaiki sebab sifatnya menjaga perbedaan agar tidak terjadi disintegrasi.

Kedua corak solidaritas itu juga sangat bergantung pada conscience collective ,karena tanpanya masyarakat akan kehilangan pegangan. Ini pulalah yang mendasari Durkheim bahwa terdapat korelasi antara tinggi rendahnya angka bunuh diri dengan renggang atau rapatnya integrasi sosial . Dan terlepas dari kelemahan metodologi kasus Suicide ini. Durkheim yakin akan pentingnya keterikatan individu pada masyarakat /kolektivitas. Masyarakat bukanlah sekedar wadah bagi bagi terwujudnya integrasi sosial yang akan mendukung solidaritas tetapi juga merupakan pangkal dari kesadaran kolektif dan sasaran utama dari perbuatan moral.

Pemikiran Durkheim tentang moralitas yang positivist juga sangat dekat dengan pengaruh Imanuel Kant, seorang pemikir Jerman, terutama dengan filsafatnya yang keras tentang moral duty. Dari riwayat hidup Durkheim yang singkat , dapat disimpulkan bahwa ia adalah seorang akademisi murni meskipun pernah terlibat langsung dalam kasus Dreyfus ( yang menurutnya menyimpang dari ajaran moralitas yang positivist atau etika yang berdasarkan fakta sosial ) . yang telah berpindah dari solidaritas mekanis pada komunitas Yahudi di Epinal menuju solidaritas organis di dunia modern Paris dan pemikirannya diwarnai tradisi idealisme Jerman, empirisme Inggris, serta nasionalisme masa pencerahan Prancis.

SOLIDARITAS MEKANIS DAN ORGANIS

Untuk menjelaskan apa sebenarnya yang dimaksud dengan solidaritas mekanis dan organis itu, Durkheim memulainya dengan mengajukan sejumlah pertanyaan seputar bagaimana individu-individu yang beraneka ragam latar belakang itu dapat membentuk masyarakat ? serta bagaimana antar bermacam-macam individu itu dapat mencapai suatu konsensus, sesuatu yang menjadi syarat keberadaan masyarakat itu sendiri ? Durkheim menggunakan

4

Page 5: Bagian II Durkheim

jawaban atas dua pertanyaan ini sebagai titik tolak untuk menjelaskan letak perbedaan anatara solidaritas mekanis dan solidaritas organis.

Menurut Durkheim suatu masyarakat memiliki tipe solidaritas mekanis jika didalamnya melekat sifat-sifat kebersamaan antar individu, sifat-sifat itu antara lain adalah :

1. Perbedaan antar individu yang sangat minimal; 2. Individu tersebut menjadi anggota kolektivitas yang sama; 3. mereka diikat oleh nilai-nilai, emosi dan kepercayaan yang sama.

Karena antar individu-individu didalamnya nyaris tidak dibedakan ,maka dalam solidaritas mekanis masyarakatnya bersifat koheren. Contoh-contoh untuk menunjukkan masyarakat jenis ini menurut Durkheim ada pada jenis masyarakat primitif jaman dahulu atau Archaic untuk sebutan yang lebih belakangan. Berbeda dengan jenis yang diatas sebagai kebalikannya adalah apa yang disebut solidaritas organis. Dalam solidaritas jenis ini suatu konsensus dibangun bukan atas dasar kesamaan bernagai individu melainkan justru karena berbagai perbedaan yang melekat pada masing-masing individu . Mereka membangun solidaritas dan consensus atas dasar kesadaran bahwa antar individu itu melekat berbagai perbedaan-perbedaan. Konsensus atau kolektivitas dalam masyarakat industri dibangun atas dasar jenis solidaritas ini.

Dari penjelasan tentang makna solidaritas inilah kemudian Durkheim berpandangan bahwa individu lahir dan muncul berdasarkan atas perkembangan sejarahnya . Kemunculan kesadaran seseorang akan keberadaannya sebagai individu bukanlah mendahului kemunculan individu individu itu sendiri . seperti yang tercermin dalam masyarakat primitif yang ditandai oleh dominannya rasa kebersamaan dalam masyarakat.

Dengan pemahaman semacam itulah Durkheim kemudian berpandangan bahwa seorang individu dilahirkan dari masyarakat , bukan sebaliknya masyarakat lahir dari individu-individu . Masyarakat kolektivis adalah masyarakat dimana setiap orang masih memiliki persamaan dengan orang lain. Kelompok-kelompok masyarakat inilah yang muncul pertama. Dngan mengatakan bahwa manusia membagi tugas diantara mereka sendiri dan menugaskan setiap orang dengan tugasnya sendiri agar mencapai hasil kolektivitas out put yang diinginkan merupakan suatu asumsi

5

Page 6: Bagian II Durkheim

bahwa semua individu berbeda satu sama lainnya dan menyadari perbedaan mereka ‘ sebelum ‘ adanya perbedaan sosial.

Bila visi histories dari Durkheim itu betul maka kesadaran akan individualistis tidak mungkin ada sebelum solidaritas organis sebelum pemisahan perburuhan. Dari sebab itu pemikiran rasional menyangkut peningkatan out put tidak mampu menerangkan pembedaan sosial. Karena pemikiran tersebut membenarkan pembedaan sosial dimaksud yang harus ia terangkan. Durkheim berpandangan bahwa hukum merupakan karakteristik dari salah satu jenis solidaritas. Ada dua jenis hukum yakni : hukum represif untuk menghukum orang-orang yang melakukan kejahatan atau kesalahan dan hukum restitutif atau hukum koopretaif yang intinya tidak memberikan hukuman atau sanksi terhadap pelanggaran aturan-aturan hukum sosial, melainkan menata segala sesuatu agar teratur jika seorang pelanggar melakukan kesalahan atau melakukan kerjasama diantara individu-individu tersebut.

Hukum Represif sebenarnya merupakan kesadaran kolektif didalam masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis. Hukum semacam ini melipatgandakan hukuman juga membuka tabir kekuatan perasaan sentimental dan kekhususannya . Semakin tersebar kuat, dikhususkan untuk kesadaran kolektif semakin bnayak kesadaran yang dilakukan , secara sederhana merupakan pelanggaran terhadap kewajiabn-kewajiban dan larangan-larangan.

Definisi kriminal menurut pemahaman Durkheim memiliki pengertian sosiologis . Suatu kejahatan menurut pengrtian sosiologis adalah sustu perbuatan yang dilarang oleh kesadaran kolektif. Dalam studi sosiologi kejahatan hanya dapat didefinisikan dari segi luarnya dan dalam hubungannya dengan kesadaran kolektif masyarakat.

Kedua adalah hukum yang oleh Durkheim disebut hukum restitutif . Hukum yang semacam ini tidak menghukum individu yang bersalah tetapi dengan membuktikan kembali barang-barang dengan sebagaimana yang telah ditentukan oleh hukum. Seseorang belum melunasi hutanganya harus membayar hutang. Hukum restitutif bukan hanya menjadi milik masyarakat yang telah memiliki solidaritas organis . apapun yang terjadi kitan hatus mengerti hukum restitutif dalam pengertian luas, dimana hukum itu meliputi semua aspek legislasi yang bertujuan untuk menciptakan kerjasama di antara individu-individu . Hukum administrasi dan hukum konstitusi dengan kata laian merupakan bagian dari jenis legislasi kooperasi . Keduanya lebih sedikit memiliki ekspresi sentimental yang lazim terhadap suatu kolektivitas daripada organisasi teratur

6

Page 7: Bagian II Durkheim

yang hidup secara bersama diantara individu-individu yang telah dibedakan.

Dalam hal ini Spencer memiliki pandangan bahwa masyarakat modern memiliki dua factor. Pertama, berdasarkan kontrak dan kedua kesepakatan atau kontrak itu dibuat atas dasar kebebasan secara merdeka . Namun ini jelas berbeda denganpemikiran Durkheim yang tegas –tegas menyatakan bahwa masyarakat modern bukan atas dasar kontrak tetapi lebih sebagai pemisahan-pemisahan kerja sebagaimana yang dijelaskan dalam keputusan-keputusan rasional . Dengan demikian jelas Durkheim menentang pendapat Spencer diatas. Memang sangat mungkin terjadi bahwa peningkatan peranan dapat dilakukan dengan kontrak-kontrak atau perjanjian bebas antar individu. Tetapi elemen kontrak itu merupkan bagian dari kesadaran kolektif dalam masyarakat modern.

Le SuicideBuku Durkheim yang berbicara tentang masalah bunuh diri, berhubungan erat dalam berbagai hal dengan studinya pemisahan tenaga kerja . Secara keseluruhan durkheim mengakui fenomena dari pemisahan tenaga kerja . Ia mengakui hal itu sebagai perkembangan normal dalam masyarakat. Ia mengakui pembedaan tugas/jabatan, keaneka ragaman dan pembedaan individu-individu , menurunya kekuasaan tradisional, meluasnya domain pemahaman dan kesempatan untuk individu berinisiatif . Akan tetapi ia juga menulis bahwa individual jangan lagi puas dengan kelimpahannya dalam masyarakat modern.

Bagian terakhir dari bukunya yang membahas pemisahan tenaga kerja, terdapat analisa tentang sifat –sifat patologis ini. Durkheim memakai istilah ANOMIE-ketiadaan norma-norma dan disintegrasi norma-norma menjadi suatu konsep yang memainkan peranan dominan dalam studinya tentang kasus bunuh diri.

Ia mereview fenomena patologi : krisis ekonomi, tidak adanya pengaturan para pekerja terhadap tugas-tugas mereka, adanya kekerasan agar tuntutannya dipenuhi yang mana individu-individu menentang kolektivitas. Sejauh masyarakat-masyarakat modern didasarkan pada pembedaan, maka pembedaan ini semakin penting bahwa kedudukan/jabatan setiap orang dijamin sesuai dengan keinginan atau kemampuannya. Selanjutnya suatu masyarakat yang memberikan semakin banyak kesempatan bagi paham individualistime entah bagaimana caranya agar individualisme menemukan dirinya agar dapat menghormati hal

7

Page 8: Bagian II Durkheim

positif dari keadilan yang dapat memebrikan kepuasan bagi individualis.

Pemikirannya secara kasar sebagai berikut . Masyarakat-masyarakat yang diatur oleh tradisi memebrikan setiap orang tempat berdasarkan kelahiran atau kewajiabn kolktif. Dalam masyarakat tradisional ini , dikatakan abnormal jika anda menghendaki agar individu menuntut sebuah posisi yang cocok dengan keinginannya atau yang proporsional dengan bakatnya. Prinsip dasar dari masyarakat modern dilain pihak adalah individualisme.Setiap orang ingin memperoleh apa yang mereka rasa menjadi haknya. Ia menuntut agar tuntutannya harus dipenuhi. Begitu juga prinsip dari seorang individualist menyangkut keadilan menjadi prinsip kolektif yang penting dari aturan kontemporer.

Masyarakat-masyarakat modern hanya bisa stabil bila mereka menghormati keadilan. Tetapi bahkan dimasyarakat-masayarakat yang berdasarkan pembedaan individu , dimana mempertahankan betapa pentingnya kesadaran kolektif dari masyarakat-masyarakat yang dikuasai oleh solidaritas mekanik. Pasti ada perasan sentimental keyakinan-keyakinan , nilai-nilai lazim bagi semua. Bila nilai-nilai yang lazim tersebut mulai melemah, maka masyarakat terancam pecah (disintegrasi terjadi) .

Masalah utama dari masyarakat modern , seperti halnya semua masyarakat, adalah hubungan antar individu dalam kelompok. Hubungan ingin diubah oleh fakta bahwa individu menjadi terlalu sadar akan dirinya menerima secara buta seluruh kewajiban apa saja. Akan tetapi , dilihat dari sudut pandang yang lain individualisme ini, terancam oleh bahaya karena kehendak paham itu sendiri. Individu boleh menuntut lebih dari masyarakat daripada yang masyarkat mampu-mampu membrikan kepadanya. Hanya disiplin yang dapat dipenuhi.

Dalam De La division du travail social, Durkheim secara khusus pada prakata buku keduanya langsung menyebut apa yang ia lihat sebagai solusi sebagai masalah tersebut, menjadi obat bagi karakteristik jelek dari masyarakat-masyarakat modern : Organisasi kelompok-kelompok professional yang mempromosikan integrasi individu dalam kelompok .

Studi mengenai bunuh diri menyangkut aspek patologis dari masyarakat modern dan manyangkut sebuah fenomena yang menerangkan dengan cara yang paling mengesankan tentang

8

Page 9: Bagian II Durkheim

hubungan individu dengan kasus bunuh diri , boleh saya katakana merupakan suatu kekuatan yang luar biasa, karena pada saat menghadapinya, tidak ada urusan pribadi yang melebihi dari pada fakta / kenyataan bunuh diri. Bila ditemukan bahwa fenomena ini didorong oleh masyarakat. Durkheim pasti sudah membuktikan kebenaran thesisnya dengan bukti nayata yang paling tidak menghendaki hal tersebut.

Jika seorang individu sendirian dan memiliki dorongan cukup kuat untuk bunuh diri, berbicara tentang ini, kita masih berbicara tentang pendapat Durkheim- Ia menyatakan : masayarakat yang ikut serta dalam perasaan orang yang tidak bahagia, itu bukti bahwa masyarakat mempengaruhi tindakan hidup menyendiri seseorang , sehingga hal itu bukan lagi hanya pengetahuan pribadi tetapi lebih dari itu.

Studi Durkheim tentang bunuh diri dilanjutkan dengan presisi sebuah disertasi mengagumkan seorang normalien, studi tersebut diawali dengan definisi tentang sebuah fenomena, dilanjutkan dengan suatu pembuktian adanya kesalahan pada interprestasi terdahulu, lalu datang kepada definisi jenis-jenis usaha bunuh diri, dikembangkan suatu teori umum menyangkaut fenomena.

Kita akan mendefinisinya sebagai berikut : setiap persoalan kematian yang disebabkan, baik secara langsung maupun tidak langsung oleh suatu tindakan positif atau negatif yang dia tunjukkan sendiri. Suatu “ tindakan positif “ (positive act) misalnya menembak diri sendiri pada pelipis atau menggantung diri. Suatu “ tindakan negatif “ (negative act) misalnya tetap berada dalam gedung yang sedang terbakar atau menolak semua bentuk makanan agar mati kelaparan (mogok makan) .

Menurut penjelasan Durkheim, seorang yang mogok makan hingga mati disebut bunuh diri. “ Langsung atau tidak langsung “ maksudnya untuk suatu pembedaan antara posif dan negatif. Sebuah tembakan pada pelipis langsung menyebabkan kematian : Tetapi jika anda tidak meninggalakan sebuah gedung yang terbakar atau jika anda menolak segala jenis makanan , anada akan memperoleh akibat yang dikehendaki – misalnya kematian secara tidak langsung- , akhirnya mati juga. Menurut definisi / keterangan ini konsep tersebut bukan hanya kasus bunuh diri yang biasa dikenal seperti itu, tetapi juga seorang komandan membiarkan dirinya mati dari pada menyerahkan benteng atau kapalnya ; seperti orang Jepang yang memilih kematian karena ia sudah tidak memiliki kehormatan lagi atau

9

Page 10: Bagian II Durkheim

berfikir sudah tidah dihormati lagi ; atau wanita-wanita India yang menurut tradisi India harus ikut mati bersama suami mereka . Dengan kata lain kita harus menganggap suatu bunuh diri secara sukarela dalam contoh-contoh tersebut yang dipengaruhi oleh pemikiran bunuh diri sebagai tindakan heroik dan kemenangan, serta menurut pandangan pertama, kita cenderung menamakannya sebagai bunuh diri biasa – seperti putusa asa karena cinta , perampok bank, penjahat yang terjebak.

Karena sudah menjelaskan fenomenanya, maka kita dapat lanjutkan ke tahap kedua : Kita bisa lihat statistiknya . Statistik akan menjelaskan fakta sebagai berikut yang Durkheim anggap penting : jumlah kasus bunuh diri , frekuensi bunuh diri yang terjadi dalam populasi tertentu yang bersifat relatif konstan. Statistik merupakan karakteristik suatu masayarakat secara keseluruhan, atau karakteristik dari suatu propinsi, data wilayah. Statistik tidak berbeda secara tidak masuk akal : statistik berbeda sebagai akaibat berbagai faktor yang mempengaruhi faktor lain.

Sosiolog harus membuat korelasi antara circumstances dan perbedaan-perbedaan (variations) dalam jumlah kasus bunuh diri . Sekali lagi nyatakan secara jelas dan sederhana , seseorang harus membedakan bunuh diri , yang merupakan fenomena pribadi ( individual) (seorang tertentu dalam circumstances ia membunuh diri)- dari fenomena lain yaitu fenomena sosial : jumlah kasus bunuh diri . Yang paling penting dari segi pandangan teoritisnya adalah hubungan antara fenomena individu (bunuh diri) den fenomena sosial (jumlah kasus bunuh diri) .

Karena fenomenanya telah dijelaskan, Durkheim mengabaikan penjelasan dari segi psikologi. Banyak dokter dan psikolog yang telah meneliti kasus bunuh diri cenderung menawarkan penjelasan tentang sifat psikologis dan psikopatologis. Mereka mengatakan bahwa kebanyakan orang yang bunuh diri , dalam keadaan menderita kelainan patologisketika mereka melakukan hal tersebut dan mereka dipengaruhi oleh kelainan sensitivitas dalam psikis mereka . Untuk menjelaskan semacam ini, Durkheim langsung menentang argumen berikut. Ia mengakui adanya pengaruh psikologis untuk membunuh diri , suatu pengaruh yang dapat dijelaskan dalam istilah psikologi dan psikopatologi.

Situasi dan kondisi tertentu, neuropath merupakan factor-faktor yang memungkinkan mereka bunuh diri . Tetapi Durkheim mengatakan bahwa kekuatan yang menentukan bunuh diri bukan psikologis tapi sosial. Seseorang harus mempertimbangkan perbedaannya secara teliti. Pengaruh (predisposisi) psikologis ,

10

Page 11: Bagian II Durkheim

determinasi (dorongan) sosial. Apa yang terjadi, saya yakin Durkheim benar. Tetapi diskusi ilmiah akan membicarakan kedua hal tersebut.

Untuk membuktikan rumusan tersebut : yaitu predisposisi psikologis, dorongan sosiologis : Durkheim menggunakan metode klasik menyangkut variabel-variabel yang terjadi bersamaan. Ia menguji variable dalam jumlah kasus bunuh diri, dalam populasi yang berbeda dan mencoba membuktikan bahwa tidak ada korelasi antara frekuensi kondisi psikopatologis dengan bunuh diri. Misalnya ia pertimbangkan agama dan perhatian-perhatian (remarks) bahwa proporsi neorosis (depresi berat) atau orang gila dalam masyarakat Yahudi cukup tinggi, sedangkan frekuensi bunuh diri dalam populasi ini cukup rendah. Sama juga ia juga mencoba membuktikan bahwa tidak ada korelasi antara hereditas (keturunan) dengan jumlah tingkatan bunuh diri.

Prosentasi bunuh diri bertambah seiring dengan bertambahnya usia , yang hampir tidak bisa dipergunakan secara bersama-sama dengan hipotesis bahwa penyebab bunuh diri dirunkan secara hereditas. Dengan cara ini ia mencoba membuktikan adanya kesalahan pada suatu interprestasi yang mungkin dapat dihubungkan suatu kasus bunuh diri berulang-ulang yang terjadi dalam keluarga yang sama.

Prevost –Paradol , seorang penulis dan duta besar Prancis untuk Amerika serikat yang cukup terkenal di abad lalu, bunuh diri setelah deklarasi perang prusia-Franco . Tiga puluh tahun kemudian anak laki-lakinya membunuh diri karena berbagai factor (circumstances) . Begitu pula masih banyak lagi kasus-kasus bunuh diri dalam satu keluarga yang menjadi bukti bahwa bunuh diri mungkin diwariskan secara turun menurun. Tetapi berbicara secara umum, Durkheim menolak hipotesis semacam itu.

Dalam analisa awal ini Durkheim juga menolak interpestasi bunuh diri sebagai suatu fenomena meniru (imitasi) . Ia memanfaatkan kesempatan untuk mematahkan argumen dengan seseorang yang selama ini merasa ia yang benar, ia seorang kontemporer yang selalu saling bertentangan dalam segala hal, beliau adalah Gabriel Tarde , yang berpendapat bahwa imitasi (meniru) menjadi pusat aturan sosial (sosial order).

Analisa Durkheim kira-kira sebagai berikut. Ada tiga fenomena yang membingungkan istilah imitasi. Yang pertama apa yang dinamakan fusi kesadaran ( the fussion of conciousness) , perasaan sentimental

11

Page 12: Bagian II Durkheim

yang dialami satu sama lain oleh bayak orang. Contoh dari hal ini adalah revolusi pada kelompok orang-orang tertentu (mob). Dalam revolusi orang-orang kelompok ini cenderung untuk menghilangkan identitas kesadaran mereka; setiap orang merasakan emosi yang sama; perasaan sentimen yang saling menggerakkan setiap individu adalah perasaan sentimen yang salaing menggerkkan mereka semua (mutual sentimen).

Tindakan-tindakan, keyakinan-keyakinan dan nafsu menjadi milik setiap orang karena semua nya itu menjadi milik mereka semua. Dasar fenomena adalah kolektivitas itu sendiri , bukan satu individu atau lebih. Tetapi biasanya , seorang individu menyesuaikan diri dengan kolektivitas . Ia berperilaku seperti orang lain namun tidak terdapat fusi kesadaran secara murni. Ia menyerah kepada kewajiban sosial yang kurang lebih telah berfusi. Ia harapkan agar hal tersebut tidak nampak jelas.

Fashion (mode) merupakan subuah bentuk kewajiban sosial yang melemah . seorang wanita asal dari lingkungan sosial tertentu akan merasa tidak bernilai, atau direndahkan, jika ia memakai pakaian dengan mode yang berlainan dengan yang dituntut dalam musim tertentu. Dalam hal ini kita tidak akan meniru melainkan merupakan suatu netuk ketaatan sesorang terhadap aturan kolektif (collective rules).

Akhirnya, pengistilahan IMITASI hanyalah nilai yang ada dalam pemahaman istilah yang sempit : ‘ suatu tindakan yang memiliki antesiden langsung ( antecedent – suatu peristiwa yang mendahulukan peristiwa lain) dan merupakan representasi suatu tindakan yang mirip , biasanya tindakan tersebut didahului oleh tindakan lain tanpa ada intervensi yang terjadi anatara representasi dengan eksekusi dari operasi intelektual yang bersifat implicit atau eksplisit , yang berhubungan dengan karakter dari tindakan yang dibuat.”

Kalimat ini merupakan kutipan dari teks untuk memahami fenomena yang dimaksudkannya cukup anda menyimak batuk atau bersin sahut menyahut yang dibuat dengan sengaja akaibat perkuliahan yang membosankan –tindakan ini merupkan kurang lebih reaksi mekanis yang kadang-kadang terjadi dalam kelompok-kelompok besar.

Sekali lagi kita harus membedakan dua fenomena, contagian dan epidemic. Perbedaan ini penting karena menurut durkheim sama. Contagian (peneyebaran suatu penyakit karena sentuhan) – seperti dalam bnetuk sahut menyahut diatas – merupakan suatu fenomena

12

Page 13: Bagian II Durkheim

yang terjadi anatra individu (inter individual) atau bukan hanya pada satu individu.

Seorang yang batuk sesudah seorang sebelumnya merupakan reaksi terhadap batuk tetangganya. Jumlah yang batuk banyak tetapi serangan setiap batuk tersebut bersifat individu. Sedangkan epidemik adalah suatu proses contagion/penyebaran penyakit yang mungkin terjadi menjadi kenyataan tetapi ada sesuatu disamping itu. Epidemik ditransmisikan lewat penyebaran tetapi dalam kenyataannya , epidemik merupkan suatu fenomena kolektif dasarnya adalah keseluruhan masyarakat.

Perbedaan antara rentetan tindakan individu (individual act0 dan fenomena kolektif sama dengan pemikiran Durkheim. Hal ini dapat membantu kita memusatkan perhatian pada apa yang menjadi pusat pemikiran determinasi sosial.

Setelah membuat analosa formal ini, secara statistik Durkheim menepis atau menolak konsep tentang bunuh diri yang pada pokoknya ditentukan oleh fenomena imitasi. Penolokan tersebut sebagai berikut. Jika bunuh diri dikarenakan oleh contagition (jangkit) , lalu suatu peta yang menunjukkan adanya distribusi geografis bunuh diri, kita dapat melihat kasus bunuh diri tersebut., menyebar dari suatu tempat, dimana kasus bunuh diri tersebut tergolong tinggi menyebar kedaerah lain. Tetapi analisa kasus bunuh diri tidak punya arti apa-apa terhadap fenomena dimaksud. Disamping daerah yang memiliki kasus bunuh diri tinggi, muncul daerah-daerah yang mempunyai kasus rendah. Distribusinya tidak merata/teratur , yang mana tidak sesuai dengan teori hipotesa contagion (penyebaran). Penyebaran bisa jadi kenyataan dalam kasus-kasus tertentu . Misal pada saat menjelang kekalahan, atau pada saat sebuah kota akan jatuh, orang-orang yang putus harapan membunuh diri satu persatu, tetapi fenomena semacam itu tidak bisa mengukur jumlah kasus bunuh diri dan variasi-variasinya.

Kita sudah menyelesaikan dua tahap yang pertama, kita juga telah menjelaskan fenomena dan menolak penjelasan menyangkut sifat sifat psikologi yang tidak memperhitungkan fenomena sosial; kita juga menolak baik imitasi maupun psikopatologi. Sekarang kita datang pada tahap ketiga dan merupakan bagian yang paling penting dari studi ini, yaitu analisa jenis-jenisnya.

Durkheim menggunakan data statistik kasus bunuh diri, sebagaimana ia menemukannya dalam keadaan tidak lengkap dan bersifat parsial, bahkan jumlah hanya sedikit. Jumlah kasus bunuh diri berbeda dari seratus hingga tiga ratus per satu juta per tahun

13

Page 14: Bagian II Durkheim

Penting sekali untuk mengetahui angka besar tersebut; bagi dokter yang skeptis berargumentasi bahwa penelitian menyangkut perbedaan dalam jumlah kasus bunuh diri yang dalm jumlah kecil, dan juga terhadap kemungkinan adanya data statistik yang tidak akurat.

Durkheim mengobervasi bahwa , jumlah kasus bunuh diri berbeda dengan jumlah fakta, kondisi atau kejadian yang memepnagaruhi kejadian lain ) , tetapi hal ini tidak mendapat legitimasi untuk menentukan jenis-jenis kasus bunuh diri .

Ada tiga jenis kasus bunuh diri menurut Durkheim : egoist suicide, altruist suicide, anamic suicide. Jenis pertama muncul akibat dari korelasi antara jumlah kasus bunuh diri dan konteks sosial seperti agama, keluarga, pernikahan ganda dan anak-anak.

Jumlah kasus bunuh diri bervariasi sesuai dengan usia, bila bicara secara umum, kasus tersebut meningkat bersamaan dengan usia . Dari segi jenis kelamin bunuh diri di kalangan laki-laki lebih banyak dari wanita. Dari segi agama, dengan menggunakan data statistik , khusus pada orang Jerman, Durkheim mengatakan bahwa kasus bunuh diri lebih banyak terjadi pada populasi yang beragama Protestan dari Katolik. Selanjutnya ia membuat perbandingan antara situasi wanita dan laki-laki yang telah menikah dengan yang masih lajang serta janda dan duda. Ia membuat perbandingan tersebut dengan mempergunakan metode statistik yang sederhana. Ia membandingkan frekuensi bunuh diri pada pasangan menikah dengan bujangan yang berusia sama , menghasilkan apa yang ia namakan coefisien preservasi (coefficient of preservation) , dan ditemukan terjadinya penurunan frekuensi bunuh diri pada usia tertentu sebagi akibat dari perkawinan. Ia juga menemukan koefisien preservasi atau coefficient aggravation bagi wanita lajang maupun menikah. Untuk janda atau duda . secara kasar kesimpulannya sebagai berikut .

Pernikahan mengawetkan (preserve) individu-individu baik laki maupun perempuan ; namun pada usia tertentu kelanggengan (preservation) itu menurun bukan karena anak melainkan karena pernikahan itu sendiri . Setelah usia tertentu , menurut statistik wanita menikah bukan tanpa anak tidak menikmati koefisien preservasi yang menjamin kelanggengan. Tetapi sebaliknya mulai merasakan penderitaan, dari koefisien agravasi (yang memperburuk situasi) . Begitu pula hanya sedikit pernikahan yang melindungi keluarga dan anak. Keluarga yang tidak memiliki anak merupakan lingkungan keluraga yang tidak kuat. Mungkin wanita tanpa anak akan menderita apa yang psikolog namakan frustasi.

14

Page 15: Bagian II Durkheim

Tidak adanya proporsi antara harapan dan pemeuhan yang terlalu besar, Individu-individu yang membiarkan diri mereka menjadi diri sendiri – mengalami dorongan yang kuat , karena tidak bisa dipuaskan, individu-individu meraih keseimbangan lewat kekuatan dari luar yaitu suatu aturan moral yang mengajarkan mereka kekuatan menahan diri dan membantu mereka menemukan kedamaian . setiap situasi yang cenderung untuk memperburuk perbedaan antara keinginan/dorongan dan kepuasan harus diekspresikan lewat koefisien aggravation.

Tipe/ jenis bunuh diri bersifat sosial yang pertama adalah egoist. Tipe ini ditemukan dalam studi korelasi statistik . wanita dan laki-laki yang egois lebih sering membunuh dari pada yang lain , bila mereka cuma memikirkan diri mereka sendiri (egoist) , bila mereka terpisah dari kelompok sosial , jika dorongan (desires) yang memotivasi mereka tiada batasnya dengan nasib manusia karena otoritas sosial kelompok, karena otoritas obligasi dari lingkungan yang kuat dan sempit.

Jenis bunuh diri yang kedua adalah altruist suicide. Dalam bukunya Durkheim , jenis terdiri dari 2 contoh utama . Yang pertama adalah yang bisa diobservasi dalam sejumlah masyarakat kuno yaitu bunuh diri yang dikehendaki oleh kolektovitas di India, janda yang setuju untuk tempat pada pengapian dimana suaminya akan dibakar. Dalam contoh ini tidak ada pernyataan menyangkut bunuh diri akibat individualisme yang berlebihan, tetapi sebaliknya bunuh diri dengan cara menghilangkan diri dari kelompok sama sekali .

Individu memiliki kematian sesuai dengan amanat kewajiban sosial bahkan tanpa berfikir apa yang sekarang dinamakan hak untuk hidup. Sama seperti seorang kapten sebuah kapal yang tidak memilih untuk hidup dengan kekalahan, membunuh diri lewat altruisme (paham rela berkorban). Individu tersebut mengorbankan dirinya demi kewajiabn-kewajiban sosial dalam kelompoknya: Ia mentaati apa yang dianut oleh kelompok.

Sebagai tambahan untuk contoh bunuh diri heroik atau bunuh diri atas dasar keyakinan/agama , Durkheim menemukan sebuah contoh bunuh dri altruist ; dalam ststistik kasus bunuh diri dalam profesi tertentu –yaitu militer atau tentara . Statistik tersebut dipelajari oleh Durkheim –Ia menyatakan dan saya percaya bahwa statistik sekarang menunjukkan hal yang sama –statistik tersebut mengungkapkan bahwa antara usia tertentu ; yang bukan komandan/perwira, dan merupakan koefisien aggravation : tentara

15

Page 16: Bagian II Durkheim

pada usia yang sama melakukan bunuh diri dalam jumlah yang sedikit lebih besar dari orang sipil.

Bunuh diri dikalangan prajurit tidak digolongkan sebagai egois karena secara definisi , prajurit khususnya bukan golongan perwira tidak berjabtan , termasuk akan sustu kelompok kesatuan yang kuat. Saya mengatakan khusunya perwira tidak berjabatan karena orang0orang terdaftar tersebut menganggap status militer mereka bersifat sementara serta mereka mimiliki kebebasan menilai terhadap system dalam tubuh militer . Kaum professional diintegrasikan dalam system dan dalam penampilan apapun. Mereka yakin akan system tersebut karena , kecuali dalam kasus-kasus tertentu , mereka telah memilih dan mereka bersumpah untuk memberikan loyalitas penuh . Mereka adalah anggota dari suatu organisasi yang prinsip formatifnya adalah disiplin. Begitu pula mereka ditempatkan pada posisi yang sungguh-sungguh berlawanan dengan posisi seorang wanita dan laki-laki lajang yang menolak disiplin kehidupan keluarga, yang tidak mampu menempatkan dorongan mereka yang sangat besar pada batasan-batasn yang penting.

Dari sebab itu harus diakui bahwa impuls suicidogenic mempengaruhi dua tipe manusia ; mereka yang terlalu terpisah dari kelompok sosial dan mereka cukup dekat dengan kelompok sosial . Jika golongan egoist lebih sering melakukan bunuh diri daripada yang lain, maka dapat dikatakan sama saja seperti altruistic, mereka yang dianggap hubungan dengan kelompok mereka menjadi anggotanya, bahwa mereka tidak mampu menahan sustu nasib tertentu.

Yang terakhir adalah bunuh diri tipe sosial yang ketiga, yang mungkin paling menarik bagi Durkheim, karena jenis ini merupakan karakteristik dari masyarakat modern , yaitu Anomic Suicide. Bunuh diri anomic adalah jenis yang diterangkan dengan menggunakan korelasi statistik antara frekusensi bunuh diri dan krisis ekonomi. Data ststistik sungguh menunjukkan adanya tendensi periode krisis ekonomi . tetapi yang lebih menarik adalah saat –saat yang sungguh makmur, bunuh diri justru lebih meningkat:akan tetapi ada sebuah fenomena ganjil untuk menurunnya frekuensi bunuh diri dalam event-event politik . Contohnya dalam waktu perang jumlah kasus bunuh diri lebih kecil.

Fenomena ini - meningkat frekuensinya pada saat terjadi konflik sosial, menurun frekuensinya pada saat terjadinya event-event besar; karena fenomena-fenomena ii, maka Durkheim menemukan jenis bunuh diri yang ketiga : bunuh diri anomic (anomic suicide).

16

Page 17: Bagian II Durkheim

Ini merupakan konsep kunci dari filsafat sosial dari Durkheim. Apa yang terutama menarik baginya, apa yang menjadi obsesi baginya tidak lain adalah krisis dalam masyarakat modern yang ditandai dengan disintegrasi sosial, kelemahan dari aturan yang mengikat individu terhadap kelompoknya.

Bunuh diri Anomic adalah jenis bunuh diri yang meningkat dalam krisis ekonomi. Jenis ini juga frekuensinya meningkat karena perceraian. Dan, Durkheim membuat sebuah studi panjang dan perspektif menyangkut pengaruh perceraian pada laki-laki maupun wanita terhadap meningkatnya kasus bunuh diri.

Sesungguhnya, statistik memberikan hasil yang relatif sulit untuk diinterpretasikan. Menurut Durkheim, laki-laki cerai lebih terancam untuk melakukan bunuh diri daripada wanita cerai. Perceraian lebih berbahaya bagi laki-laki daripada bagi wanita, yang mendorong Durkheim menganalisa apa yang laki-laki dan wanita cari dalam perkawinan, dalam hal keseimbangan (equilibrium), kepuasan, dan disiplin. Laki-laki menemukan keseimbangan dab disiplin dalam perkawinan. Tetapi, berterima kasih terhadap toleransi adat istiadat, dan mereka juga mempertahankan kebebasan tertentu.

Durkheim menulis tentang peristiwa masa lalu bahwa wanita lebih mudah menemukan disiplin daripada kebebasan perkawinan. Laki-laki cerai kembali tidak disiplin, dan kembali pada perbedaan antara keinginan dan kepuasan.Wanita cerai menikmati kebebasan yang lebih besar, yang sebenarnya sebagai kompensasi terhadap hilangnya perlindungan.

Anomic Suicide mempengaruhi individu-individu sebagai akibat dari eksistensi sosial yang tidak lagi diatur oleh adat istiadat. Setiap jenis individu berkompetisi tiada hentinya dengan yang lain. Mereka menginginkan kehidupan lebih, mereka menuntut banyak dari kompetisi tersebut. Mereka dalam bahaya penderitaaan akibat ketidakseimbangan antara aspirasi mereka dan kepuasan mereka berkesinambungan. Keadaan atau atmosfer ketidakpuasan dan kompetisi terus menerus, sangat menunjang bagi perkembangan impuls atau dorongan untuk bunuh diri (suicidogenic).

Sekarang Durkheim beralih dari tipe sosial ke tipe bunuh diri psikologis dan upayanya untuk membuktikan bahwa tipe sosial ia kemukakan, yang berhubungan dengan tipe-tipe psikologis.

Bunuh diri egois cenderung bercirikan sikap apatis, dan tidak ada keinginan untuk hidup. Bunuh diri altruis didorong oleh energi dan napsu. Bunuh diri anomic dicirikan oleh timbulnya iritasi atau rasa

17

Page 18: Bagian II Durkheim

jijik, iritasi, merupakan akibat dari kekecewaan yang ditimbulkan oleh eksistensi modern. Rasa jijik adalah bentuk persepsi ekstrem dari ketidakseimbangan antara aspirasi-aspirasi dan ketidakpuasan-ketidakpuasan.

Setelah jenis-jenis kasus bunuh diri sosial diterjemahkan ke dalam istilah-istilah psikologis, masih ada, apa yang kita namakan tujuan akhir dari analisa, dan hal yang utama dari sebuah pandangan teoritis : yaitu menerangkan atau memformulasikannya ke dalam istilah-istilah eksplikatif (bersifat menerangkan) dan hasil studinya.

Durkheim berteori, bunuh diri merupakan suatu fenomena individu, yang penyebab-penyebabnya pada pokoknya bersifat sosial. Kekuatan-kekuatan sosial tersebut menyebar dalam masyarakat, yang aslinya bukan bersifat individu melainkan bersifat kolektif, kekuatan yang nyata, menjadi penentu dari kasus bunuh diri. Impuls-impuls suicide-genik tidak dapat dilihat secara nyata pada orang tertentu yang diambil secara acak.

Jika individu-individu tertentu melakukan bunuh diri, mungkin karena dipengaruhi oleh perubahan psikologis, oleh kelemahan syaraf atau akibat gangguan-gangguan neurotik. Namun situasi dan kondisi yang sama menimbulkan predisposisi psikologis, karena individu yang hidup dalam masyarakat modern telah murni dan akibatnya mudah terluka perasaannya.

Penyebab sesungguhnya adalah kekuatan-kekuatan sosial. Kekuatan-kekuatan tersebut berbeda pada satu masyarakat dengan masyarakat lainnya, dari satu kelompok ke kelompok lainnya, berbeda dalam agama satu sama lain. Kekuatan-kekuatan tersebut berasal dari kelompok bukan dari individu-individu.

18

Page 19: Bagian II Durkheim

19