bagian i
TRANSCRIPT
BAGIAN I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etanol, yang disebut juga dengan etil alkohol dan oleh masyarakat umum sering
disebut sebagai “alkohol”, adalah senyawa organik (alkohol) yang tidak bersifat toksik,
karena tubuh manusia dapat menguraikannya dengan cepat. Etanol sangat umum
digunakan, salah satunya adalah sebagai pelarut. Banyak cara yang digunakan orang
untuk menghasilkan etanol, dengan bahan baku yang berbeda pula. Salah satunya
adalah dari C2H4 (etena), yang direaksikan dengan H2O, dengan menggunakan asam
sulfat pekat sebagai katalis. Etanol dapat juga dibuat melalui proses fermentasi. Reaksi
yang terjadi merupakan reaksi kesetimbangan, yang bersifat eksoterm ke arah
pembentukan etanol. Berdasarkan keragaman pembuatan etanol tersebut, tentunya
beragam juga persamaan reaksi yang terjadi dalam pembuatan etanol, maka dari itu
melalui makalah ini penulis ingin menjelaskan bagaimana laju reaksi kedua
persamaan tersebut.
1.2 Problem Statement
Permasalahan yang ingin dibahas pada makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud reaksi elementer?
2. Apa yang dimaksud reaksi non elementer?
3. Bagaimana menentukan orde reaksi?
4. Bagaimana persamaan reaksi yang menghasilkan etanol baik dari hidrasi etena
maupun melalui proses fermentasi?
5. Bagaimana menurunkan persamaan laju reaksi dari persamaan diatas jika diasumsikan
reaksi yang terjadi merupakan reaksi elementer?
6. Bagaimana orde reaksi dari kedua persamaan di atas?
7. Bagaimana pengaruh suhu terhadap laju kedua reaksi tersebut?
LANDASAN TEORI
Orde Reaksi
Orde reaksi adalah bilangan eksponen masing-masing konsentrasi reaktan pada
persamaan laju reaksi atau jumlah pangkat faktor konsentrasi dalam hukum bentuk
diferensial yang nilainya ditentukan melalui eksperimen. Orde reaksi dapat dibagi menjadi :
1. Reaksi orde nol, reaksi yang perubahan konsentrasinya tidak mempengaruhi laju
reaksi. Dengan satuan k = mol liter-1 det -1
2. Reaksi orde satu, reaksi yang lajunya berbanding langsung dengan konsentrasi
reaktan.
3. Reaksi orde dua, reaksi yang lajunya berbanding langsung dengan kuadrat
konsentrasi.
4. Reaksi orde semu, reaksi yang konsentrasi satu reaktan jauh melebihi konsentrasi
reaktan lainnya, atau salah satu reaktan bekerja sebagai katalis
Persamaan Laju Reaksi
Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi dalam satu satuan waktu yang ditandai
dengan berkurangnya reaktan atau bertambahnya produk.
Persamaan dari laju reaksi dapat ditulis:
pA + qB C + D
v= k [A]x[B]y
Dengan k = konstanta laju reaksi
x,y = orde reaksi
Seperti yang dapat dilihat persamaan di atas hanya memperhitungkan perubahan konsentrasi lalu bagaimana dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya? Hal tersebut dapat diperhitungkan melalui persamaan Arhenius.
Hukum Arhenius
Persamaan Arhenius digunakan untuk menghitung laju reaksi dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Seperti persamaan laju reaksi sebelumnya yang menghitung perubahan konsentrasi karena konsentrasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Lalu bagaimana dengan faktor yang lain seperti suhu dan katalis? Inilah fungsi persamaan Arhenius untuk memperhitungkan hal tersebut.
Persamaan Arhenius :
atau
Dengan :k = Konstanta laju reaksi
A = Faktor frekuensi, A merupakan istilah yang meliputi faktor seperti frekuensi tumbukan dan orentasinya. A sangat bervariasi bergantung pada suhu walau hanya sedikit. A sering dianggap sebagai konstanta pada jarak perbedaan suhu yang kecil.
T = Temperatur atau suhu
R = Konstanta gas (biasanya 8.31 J K-1 mol-1)
EA = Energi Aktivasi (Joule mol-1), energi minimum yang diperlukan bagi reaksi untuk berlangsung.
BAGIAN II
PEMBAHASAN
1. Mekanisme Reaksi dan Reaksi Elementer
Mekanisme reaksi adalah kumpulan dari beberapa langkah reaksi membentuk reaksi
keseluruhan. Kandungan setiap langkah dari mekanisme reaksi disebut reaksi elementer,
yang terdiri dari beberapa reaksi sederhana.
Suatu reaksi elementer menyajikan suatu proses pada tingkat molekul, dapat pula
dinyatakan sebagai molekularitas reaksi. Terdiri dari sejumlah spesi yang terlibat dalam
reaksi yang datang bersamaan membentuk keadaan transisi.
Umumnya, reaksi elementer adalah bermolekul satu atau bermolekul dua, tergantung
pada keterlibatannya dalam reaksi, apakah berspesi satu atau dua.
Laju reaksi elementer sebanding dengan konsentrasi spesi yang memulai reaksi itu
sendiri.contoh : persamaan sederhana gabungan antara dua radikal metil. Reaksi
elementer ini terjadi pada laju reaksi sebanding dengan konsentrasi metil.
Reaksi elementer adalah reaksi yang koefisien persamaan reaksinya merupakan bilangan
bulat sederhana. Pada reaksi ini biasanya orde reaksi merupakan jumlah dari pangkat
konsentrasinya. Yang merupakan bilangan koefisien persamaan reaksi.
2. Reaksi non Elementer
Reaksi non elementer atau disebut juga reaksi tidak sederhana adalah reaksi yang persamaan koefisiennya bukan merupakan bilangan bulat dan tidak sederhana. Dan penentuan orde reaksinya hanya bisa ditentukan dengan melakukan penelitian
Co : ½A + ¾ B 5/4 C + ¾ D
-r A = kCAa CBb
3. Penentuan Orde Reaksi
Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen dari konsentrasi dalam persamaan laju. Orde reaksi juga menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi reaktan (pereaksi) terhadap laju reaksi.
Untuk menentukan orde reaksi dilakukan sebuah eksperimen, dari data eksperimen tersebut dapat diolah untuk menentukan orde suatu reaksi. Namun, bila reaksi berjalan dengan lambat maka orde bisa dilihat dari koefisien reaksi. Orde reaksi selalu ditentukan oleh koefisien reaktan bukan oleh koefisien produk.
Menentukan orde reaksi
1. Jika tahap reaksi dapat diamati, orde adalah koefisien pada tahap reaksi yang berjalan
lambat.
Contoh : reaksi 4HBr + O2 -> 2H2O + 2Br2
Berlangsung dalam tahapan sebagai berikut :
a) HBr + O2 -> HBr2O (lambat)
b) HBr + HBr2O -> 2HBrO (cepat)
c) 2HBr + 2HBr) -> 2H2O + 2Br2 (cepat)
Maka orde reaksi ditentukan oleh reaksi (1). Persamaan laju reaksi, V = [HBr] [O2]. Orde
reaksi total (lihat koefisien reaksi) = 1 + 1 = 2.
2. Jika tahap reaksi tidak bisa diamati, orde reaksi ditentukan melalui eksperimen
Contoh:
Reaksi : P + Q + R → X + Y
diperoleh data percobaan sebagai berikut :
orde reaksi terhadap P, dicari dengan melihat konsentrasi [Q] dan [R] yang tetap. Dari data
(1) dan (3) dari konsentrasi [Q] dan [R] tetap, [P] dinaikkan dua kali.
Jadi reaksi berlangsung 2 kali lebih cepat.
2m = 2 → m = 1
- Orde reaksi terhadap Q, lihat konsentrasi [P] dan [R] yang tetap yakni sebagai berikut.
Data (4) dan (5) o 1,5 kali lebih cepat
Data (1) dan (4) o 2 kali lebih cepat
Data (1) dan (5) o 3 kali lebih cepat
Ingat : orde reaksi ditentukan oleh tahap reaksi yang paling lambat 1,5n = 1,5
n = 1
- Orde reaksi terhadap R, lihat konsentrasi [P] dan [Q] tetap yakni data (1) dan (2).
Konsentrasi R dinaikkan 1,5 kali, ternyata reaksi berlangsung sama cepat.1,5x = 1 x = 0
Maka persamaan laju reaksinya sebagai berikut:
V = k[P] [Q]
4. Persamaan reaksi yang menghasilkan etanol dari hidrasi etena maupun
proses fermentasi.
- memprosuksi alkohol dari alkena ( Pembuatan etanol dari etena dalam skala produksi ).
Etanol dibuat dalam skala produksi dengan mereaksikan etena dengan uap. Katalis yang
digunakan adalah silikon dioksida padat yang dilapisi dengan asam fosfat ( V ). Reaksi
yang terjadi adalah reversibel atau bolak balik.
Hanya 5 % dari etena yang diubah menjadi etanol pada setiap kali pemasukan ke reaktor.
Dengan mengeluarkan etanol dari campuran kesetimbangan dan mendaur ulang etana,
maka pengubahan etana menjadi etanol secara keseluruhan dapat mencapai 95%.
Diagram alir untuk reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut :
- Membuat etanol melalui proses fermentasi
Bahan baku untuk proses ini sangat bervariasi, tapi biasanya adalah beberapa bentuk
material tanaman yang mengandung pati (strach) seperti jagung, gandum, beras atau
kentang. Pati (strach) merupakan sebuah karbohidrat kompleks, dan karbohidrat yang lain
juga dapat digunakan, misalnya sukrosa (gula) biasanya digunakan dalam membuat
etanol. Dalam skala industri, sukrosa tidak mungkin bisa digunakan sebagai bahan baku.
Penghalusan glukosa memerlukan waktu yang lama jika hanya untuk digunakan dalam
fermentasi. Meskipun demikian tidak ada salahnya untuk menjadikan gula tebu asli
sebagai bahan baku dalam proses fermentasi.
Tahap pertama proses fermentasi adalah penguraian karbohidrat menjadi kompleks
karbohidrat yang lebih sederhana. Sebagai contoh : jika bahan baku yang digunakan
adalah pati dalam biji – bijian gandum atau beras, maka bahan baku ini dipanaskan
dengan air panas untuk mengekstrak pati dan selanjutnya dihasilkan malat. Malat adalah
beras berkecambah yang mengandung enzim yang dapat menguraikan pati menjadi
karbohidrat yang lebih sederhana, yang disebut sebagai maltosa, .
Maltosa memiliki rumus yang sama seperti sukrosa tetapi mengandung dua unit glukosa
yang saling mengikat, sedangkan sukrosa mengandung satu unit fruktosa.
Ragi kemudian dimasukan ke dalam campuran dan dibiarkan hangat (350C) selama
beberapa hari sampai fermentasi berlangsung sempurna. Udara tidak dibiarkan masuk
kedalam campuran untuk mencegah terjadinya oksidasi etanol yang dihasilkan menjadi
asam etanoat (asam cuka). Enzim - enzim dalam ragi pertama – tama mengubah
karbohidrat seperti maltosa dan sukrosa menjadi karbohidrat yang lebih sederhana seperti
glukosa dan fruktosa, yang keduanya , dan kemudian mengubah karbohidrat
sederhana tersebut menjadi etanol dan karbondioksida. Perubahan ini bisa ditunjukkan
sebagai persamaan – persamaan reaksi kimia sederhana berikut :
- Perbandingan Metode Fermentasi dengan Hidrasi Langsung Etena dalam
Menghasilkan Etanol.
Fermentasi Hidrasi etena
Jenis proses Proses berkelompok. Semua bahan
dimasukkan ke dalam sebuah wadah dan
kemudian dibiarkan sampai fermentasi
selesai. Kumpulan bahan ini kemudian
dikeluarkan dan sebuah reaksi baru
dilangsungkan. Proses ini tidak efisien.
Proses aliran kontinyu.
Aliran pereaksi dilewatkan
secara terus menerus diatas
sebuah katalis. Cara ini lebih
efisien.
Laju reaksi Sangat lambat. Sangat cepat.
Kualitas
produk
Menghasilkan etanol yang sangat tidak murni
dan memerlukan pengolahan lebih lanjut
Menghasilkan etanol yang
jauh lebih murni.
Kondisi-
kondisi reaksi
Menggunakan suhu dan tekanan udara yang
sedang.
Menggunakan suhu dan
tekanan tinggi, sehingga
memerlukan banyak input
energi.
Penggunaan
bahan baku
Menggunakan bahan baku yang terbaharukan
dari material tanaman.
Menggunakan bahan baku
terbatas dari minyak mentah.
Reaksi pembuatan etanol menggunakan reaksi hidrasi Etena :
5. Menurunkan Persamaan Laju Reaksi dari Kedua Persamaan Hidrasi Etena
dan Fermentasi.
OH
Karena etena adalah gas, jadi persamaan laju reaksi nya :
Reaksi pembuatan etanol menggunakan proses fermentasi :
Karena glukosa disini dalam bentuk liquid atau cairan maka persamaan laju reaksi nya :
Laju = k
6. Orde Reaksi dari Reaksi Pembuatan Etanol
(i) C2H4(g) + H2O(g) → CH3CH2OH(l).(ii) C6H12O6 → 2 CH3CH2OH + 2 CO2.
Reaksi ini adalah reaksi elementer, dimana koefisien reaksi adalah bilangan bulat dan sederhana.
Jadi orde reaksi (i) adalah 2 karena yang dilihat adalah koefisien reaksi reaktannya
Orde reaksi (ii) adalah 1 karena yang dilihat adalah koefisien reaksi reaktannya
7. Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi Persamaan Hidrasi Etena dan
Fermentasi.
- Teori tumbukan pada kinetika kimia.
Laju reaksi meningkat dengan meningkatnya suhu. Untuk menjelaskan perilaku ini, kita
terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana reaksi dimulai pada awalnya.
Teori kinetik molekul gas menyatakan bahwa molekul gas sering bertumbukan satu dengan
yang lainnya. , jadi reaksi kimia berlangsung sebagai akibat dari tumbukan antara molekul –
molekul yang bereaksi. Dari segi teori tumbukan, maka kita perkirakan laju reaksi akan
berbanding lurus dengan banyaknya tumbukan molekul perdetik.
Setiap molekul yang bergerak memiliki energi kinetik. Semakin cepat gerakannya maka
semakin besar energi kinetiknya. Ketika molekul – molekul bertunbukan, sebagian dari
energi kinetiknya, diubah menjadi energi vibrasi. Jika energi kinetik awalnya besar, molekul
yang bertumbukan akan bergetar kuat sehingga memutuskan beberapa ikatan kimia nya.
Putusnya ikatan merupakan langkah pertama ke pembentukan produk. Jika energi kinetik
awalnya kecil, molekul hanya akan terpental tetapi masih utuh. Dari segi energi, ada
semacam energi tumbukan minimum yang harus tercapai agar reaksi terjadi.
Untuk bereaksi, molekul yang bertumbukan harus memiliki energi kinetik total sama dengan
atau lebih besar daripada energi aktivasi, yaitu jumlah energi minimum yang diperlukan
untuk mengawali reaksi kimia. Energi aktivasi sebagai penghalang yang mencegah molekul
yang kurang berenergi untuk bereaksi. Karena jumlah molekul reaktan dalam reaksi bisa
sangat banyak, maka kecepatan dan dengan demikian juga energi kinetik molekul, juga
sangat beragam. Umumnya, hanya sebagian kecil molekul yang bertumbukan, yaitu molekul
dengan gerakan yang paling cepat, yang memiliki energi kinetik yang cukup untuk
melampaui energi aktivasi. Ketergantungan konstanta laju reaksi terhadap suhu dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut, dikenal sebagai persamaan Arrhenius:
Karena tanda minus untuk eksponen Ea/RT, maka konstanta laju menurun dengan
meningkatnya energi aktivasi dan meningkat dengan meningkatnya suhu. Persamaan ini
dapat dinyatakan dalam bentuk yang lebih baik dengan menghitung logaritma di kedua sisi :
Jadi dari persamaan di atas, semakin tinggi suhu nya, semakin cepat pula laju reaksi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Pengukuran laju secara percobaan menghasilkan hukum laju dan konsentrasi reaktan. Ketergantungan laju pada konsentrasi menghasilkan orde reaksi. Suatu reaksi dapat dinyatakan berorde nol jika laju tidak bergantung pada konsentrasi reaktan atau berorde pertama jika lajunya bergantung pada konsentrasi reaktan di pangkatkan satu.
- Untuk bereaksi, molekul harus memiliki energi yang sama dengan atau lebih besar dari energi aktivasi. Konstanta laju umumnya meningkat dengan meningkatnya suhu. Persamaan arhenius menghubungkan konstanta laju dengan energi aktivasi dan suhu.
- Mekanisme reaksi dapat dibagi menjadi serangkaian tahap elementer pada tingkat molekul, dan urutan tahap – tahap tersebut merupakan mekanisme reaksinya. Tahap – tahap elementer bisa berupa unimolekuluer, bimolekuler, termomolekuler.
Daftar Pustaka.
Chang, Raymond.2003.Kimia Dasar Konsep Inti Jilid 2.Jakarta:Erlangga.
www.chem-is-try.org
http://www.chemistry.org/materi_kimia/kimia_fisika1/laju_reaksi1/
tetapan_laju_dan_persamaan_arrhenius/
MAKALAH
LAJU REAKSI PERSAMAAN HIDRASI ETENA DAN FERMENTASI YANG MENGHASILKAN ETANOL
MATA KULIAH KIMIA DASAR
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
CITTA DEVI GUNTARI
TEKNOLOGI BIOPROSES
1006661222
ASTRY EKA CITRASARI
TEKNOLOGI BIOPROSES
1006775842
FACHRUR ROZI
TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL
ESAPUTRA M
TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL