bagi kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangan...

8
Bagi Kedaulatan, Kemandirian, dan Ketahanan Pangan Masyarakat Latar Belakang Jumlah penduduk dunia saat ini diperkirakan lebih dari 7,5 milyar orang dimana 260 juta orang diantaranya adalah penduduk Indonesia. Pada tahun 2050, jumlah penduduk dunia diprediksi sebanyak 9,7 milyar orang dan jumlah penduduk Indonesia 321 juta orang. Penduduk sebanyak itu membutuhkan sumber pangan yang sebagian besar berasal dari sektor pertanian. Di sisi lain, perubahan iklim menjadi ancaman tersendiri bagi produksi pertanian dimana dampak terbesar dialami oleh masyarakat miskin. Di Indonesia, politik perberasan zaman orde baru telah menciptakan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras dan mengabaikan sumber pangan lokal lainnya seperti sorgum, sagu, umbi-umbian, dan sebagainya. Kebijakan penyeragaman pangan mestinya berakhir dengan keluarnya Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan yang memberi mandat untuk mengembangkan pangan lokal dan menyediakan pangan yang beragam. KEHATI telah mempelopori program koridor pangan lokal dengan mengarusutamakan komoditas sorgum di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Masyarakat Flores dikenal memiliki tingkat kemiskinan tinggi yang salah satunya disebabkan oleh kondisi lahan yang tandus dan berbatu. Sorgum dipilih karena tanaman ini bisa hidup subur di lahan marginal, bergizi tinggi, dan memiliki akar budaya yang kuat dengan masyarakat lokal. Program koridor pangan lokal di Flores juga merupakan bentuk adaptasi terhadap perubahan iklim dimana banyak tanaman, termasuk padi, sangat rentan dengan semakin tingginya suhu global. Sorgum sendiri dikenal sebagai tanaman yang tahan terhadap perubahan iklim. KEHATI bersama kelompok ibu-ibu petani sorgum telah mengembangkan program koridor pangan lokal ke berbagai kabupaten di Pulau Flores dengan 3 titik simpul, yaitu Likotuden di wilayah timur, Ende di wilayah tengah, dan Lembor di wilayah barat. Program koridor pangan lokal sorgum di Flores terkait erat dengan Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu tujuan 1 (No poverty), tujuan 2 (Zero hunger), tujuan 3 (Good health and Well-being), tujuan 12 (Responsible consumption & production), dan tujuan 13 (Climate action). Omesuri - Lembata District 1. Ds. Wowon/Walangsawa Kec. Demon Pagong - East Flores 1. Ds. Kawalelo Tanjung Bunga - East Flores 1. Ds. Riang Puho 2. Ds. Wai Kelibang Solor 1. Ds. Dani Wato Kec. Titihena - East Flores 1. Ds.Serenuho Nagawutun - Lembata District 1. Ds. Wuakerong 2. Ds. Baobolak Lembor - West Manggarai District 1. Ds.Raminara - Shorgum 2.Ds. Sambirlalong - Shorgum 3. Ds. Leweng - Shorgum 4.Ds.Pocokoe - Shorgum 5.Ds.Tebang - Shorgum 6.Ds.Ngancar - Shorgum 7.Ds.Sarong - Shorgum 8.Persawahan Munting - Shorgum Detusoko - Ende District 1. Ds. Detusoko Kota Baru ENDE District 1. Ds. Kota Baru Golewa District 1. Ds. Were Adonara Island - East Flores District 1. Ds. WaiOtan (West Adonara) 2. Witihama (east Adonara) www.kehati.or.id Source: KEHATI, YASPENSEL - 2017 Year Area Ditstrict Regency 2012-2013 2 Ha Adonara East Flores 2013-2014 11 Ha Adonara-Lembor East Flores, West Manggarai 2014-2015 60 Ha Adonara-Lembor East Flores, Demon Pagong West Manggarai Titihena Tanjung Bunga 2015-2016 102 Ha 9 kecamatan East Flores, West Manggarai, Ende, Lembata, 2016-2017 120 Ha 10 kecamatan East Flores, West Manggarai, Ende, Lembata 2017-2018 150,5 Ha 11 kecamatan East Flores, West Manggarai, Ngada Ende, Lembata, (Dukungan KEHATI, YASPENSEL dan Swadaya) Sorghum [Sorghum bicolor (I.)Moenchi] * Average harvest /Ha = 2-4 tons/Ha * Water-efficient * Low-maintenance * Adaptive to dryland * Can be harvested multiple times a year * Program empowers over 150 women

Upload: phungtram

Post on 27-May-2019

238 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bagi Kedaulatan, Kemandirian, dan Ketahanan Pangan Masyarakatkehati.or.id/wp-content/uploads/2019/04/new-factsheet-sorgum.pdf · pengembangan sorgum di pulau Flores yang telah memiliki

Bagi Kedaulatan, Kemandirian, dan Ketahanan Pangan Masyarakat

Latar Belakang

Jumlah penduduk dunia saat ini diperkirakan lebih dari 7,5 milyar orang dimana 260 juta orang diantaranya adalah penduduk Indonesia. Pada tahun 2050, jumlah penduduk dunia diprediksi sebanyak 9,7 milyar orang dan jumlah penduduk Indonesia 321 juta orang. Penduduk sebanyak itu membutuhkan sumber pangan yang sebagian besar berasal dari sektor pertanian. Di sisi lain, perubahan iklim menjadi ancaman tersendiri bagi produksi pertanian dimana dampak terbesar dialami oleh masyarakat miskin.

Di Indonesia, politik perberasan zaman orde baru telah menciptakan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras dan mengabaikan sumber pangan lokal lainnya seperti sorgum, sagu, umbi-umbian, dan sebagainya. Kebijakan penyeragaman pangan mestinya berakhir dengan keluarnya Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan yang memberi mandat untuk mengembangkan pangan lokal dan menyediakan pangan yang beragam.

KEHATI telah mempelopori program koridor pangan lokal dengan mengarusutamakan komoditas sorgum di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Masyarakat Flores dikenal memiliki tingkat kemiskinan tinggi yang salah satunya disebabkan oleh kondisi lahan yang tandus dan berbatu. Sorgum dipilih karena tanaman ini bisa hidup subur di lahan marginal, bergizi tinggi, dan memiliki akar budaya yang kuat dengan masyarakat lokal.

Program koridor pangan lokal di Flores juga merupakan bentuk adaptasi terhadap perubahan iklim dimana banyak tanaman, termasuk padi, sangat rentan dengan semakin tingginya suhu global. Sorgum sendiri dikenal sebagai tanaman yang tahan terhadap perubahan iklim. KEHATI bersama kelompok ibu-ibu petani sorgum telah mengembangkan program koridor pangan lokal ke berbagai kabupaten di Pulau Flores dengan 3 titik simpul, yaitu Likotuden di wilayah timur, Ende di wilayah tengah, dan Lembor di wilayah barat.

Program koridor pangan lokal sorgum di Flores terkait erat dengan Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu tujuan 1 (No poverty), tujuan 2 (Zero hunger), tujuan 3 (Good health and Well-being), tujuan 12 (Responsible consumption & production), dan tujuan 13 (Climate action).

Omesuri - Lembata District1. Ds. Wowon/Walangsawa

Kec. Demon Pagong - East Flores 1. Ds. Kawalelo

Tanjung Bunga - East Flores 1. Ds. Riang Puho 2. Ds. Wai Kelibang

Solor1. Ds. Dani Wato

Kec. Titihena - East Flores 1. Ds.Serenuho

Nagawutun - Lembata District1. Ds. Wuakerong 2. Ds. Baobolak

Lembor - West Manggarai District1. Ds.Raminara - Shorgum 2.Ds. Sambirlalong - Shorgum3. Ds. Leweng - Shorgum4.Ds.Pocokoe - Shorgum5.Ds.Tebang - Shorgum6.Ds.Ngancar - Shorgum7.Ds.Sarong - Shorgum8.Persawahan Munting - Shorgum

Detusoko - Ende District1. Ds. Detusoko

Kota Baru ENDE District1. Ds. Kota Baru

Golewa District1. Ds. Were

Adonara Island - East Flores District1. Ds. WaiOtan (West Adonara) 2. Witihama (east Adonara)

www.kehati.or.id Source: KEHATI, YASPENSEL - 2017

Year Area Ditstrict Regency2012-2013 2 Ha Adonara East Flores2013-2014 11 Ha Adonara-Lembor East Flores, West Manggarai2014-2015 60 Ha Adonara-Lembor East Flores, Demon Pagong West Manggarai Titihena Tanjung Bunga 2015-2016 102 Ha 9 kecamatan East Flores, West Manggarai, Ende, Lembata, 2016-2017 120 Ha 10 kecamatan East Flores, West Manggarai, Ende, Lembata 2017-2018 150,5 Ha 11 kecamatan East Flores, West Manggarai, Ngada Ende, Lembata,

(Dukungan KEHATI, YASPENSEL dan Swadaya)

Sorghum [Sorghum bicolor (I.)Moenchi]* Average harvest /Ha = 2-4 tons/Ha* Water-efficient* Low-maintenance* Adaptive to dryland* Can be harvested multiple times a year* Program empowers over 150 women

Page 2: Bagi Kedaulatan, Kemandirian, dan Ketahanan Pangan Masyarakatkehati.or.id/wp-content/uploads/2019/04/new-factsheet-sorgum.pdf · pengembangan sorgum di pulau Flores yang telah memiliki

Sorgum di Likotuden – Flores Timur

“Dari hati ke hati meramu tali silaturahmi

antara petani sorgum, Yaspensel dan Yayasan KEHATI. Setelah sekian

tahun kami berjalan, tak terasa hampir 5 tahun

kami bersama. Bekerja dengan hati maka akan menuai buah suka cita”

Mama Loretha

Dusun Likotuden, Desa Kawalelo, Kabupaten Flores Timur, pada awalnya adalah dusun yang terabaikan karena kondisinya yang panas dan gersang. Sebelum diperkenalkan sorgum, masyarakat menanam padi dan jagung untuk memenuhi kebutuhan pangan. Namun kekeringan yang melanda dalam beberapa tahun terakhir menyebabkan padi dan jagung lebih sering mengalami gagal panen. Akibatnya, sebagian besar warga mengandalkan sumber pangannya dari beras subsidi dari pemerintah.

Ketika sorgum kembali diperkenalkan tahun 2014, hanya sedikit warga yang mau mencoba tanaman ini sementara sebagian besar warga dusun justeru menolak. Masyarakat dusun kemudian menyaksikan hasil panen sorgum yang baik, sementara tanaman lainnya gagal panen. Hal ini memicu hampir semua warga dusun untuk bergabung menanam sorgum.

Saat ini dusun Likotuden dikenal sebagai kampung sorgum dan menjadi pusat pengembangan sorgum di pulau Flores yang telah memiliki fasilitas rumah produksi dengan berbagai mesin pengolah sorgum, seperti mesin perontok, mesin sosoh, mesin peras batang sorgum, mesin pencacah, dan mesin kemas. Masyarakat juga kembali mengkonsumsi sorgum sebagai makanan pokok, termasuk anak-anak balita yang mulai diperkenalkan dengan makanan sorgum sebagai gizi tambahan melalui program Puskesmas. Petani sorgum di Likotuden bersepakat untuk mengkonsumsi sendiri 40% dari hasil panennya dan 60% sisanya untuk dijual.

Keberhasilan program sorgum di Likotuden tidak terlepas dari kerja-kerja YASPENSEL sebagai mitra lokal KEHATI. Salah satu champion YASPENSEL adalah Maria Loretha yang lebih dikenal sebagai Mama Sorgum. Atas kerja kerasnya mempromosikan sorgum sebagai pangan lokal Flores, Maria Loretha mendapat berbagai penghargaan, seperti KEHATI Award, Kartini Award, Ashoka Award, She Can! Award, dan lain-lain.

Page 3: Bagi Kedaulatan, Kemandirian, dan Ketahanan Pangan Masyarakatkehati.or.id/wp-content/uploads/2019/04/new-factsheet-sorgum.pdf · pengembangan sorgum di pulau Flores yang telah memiliki

Sorgum di Ende – Flores TengahBagi warga desa Kotabaru, Kabupaten Ende, sorgum memiliki akar budaya yang kuat karena digunakan untuk upacara ritual pelepasan arwah. Sorgum juga awalnya menjadi makanan tradisional warga desa hingga akhirnya secara perlahan mulai ditinggalkan dan beralih ke beras sejak bergulirnya kebijakan penyeragaman pangan.

KEHATI kembali memperkenalkan sorgum sebagai pangan lokal yang bernilai gizi tinggi sejak tahun 2014. Menariknya, pangan lokal sorgum di Kotabaru dimotori oleh anak-anak muda yang penuh semangat. Anak-anak muda ini menanam sorgum di lahan kering yang bibitnya didatangkan dari Likotuden. Maria Loretha dengan tekun mendampingi petani muda Kotabaru cara bertani sorgum yang baik. Saat ini Kotabaru menjadi pusat pengembangan sorgum di wilayah tengah pulau Flores.

Sorgum di Lembor – Flores BaratKawasan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, merupakan daerah persawahan yang subur dengan aliran irigasi terluas di Pulau Flores sehingga menjadi lumbung padi terbesar di Nusa Tenggara Timur. Namun demikian, beberapa petani yang posisi sawahnya berada di hilir sering tidak kebagian air sehingga mengalami gagal panen. Selain itu, biaya tanam dan perawatan padi cukup tinggi akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida.

Ketika sorgum kembali diperkenalkan sebagai pangan lokal, petani Lembor menyambut antusias. Mereka menggunakan lahan kering yang selama ini terbengkalai untuk ditanami sorgum. Setelah insiden penggusuran lahan sorgum di Lembor, Menteri Pertanian kemudian mencanangkan penanaman sorgum seluas 1.000 ha di di Pulau Flores.

Lembor, ujung barat pulau Flores, adalah titik awal program koridor pangan lokal sorgum KEHATI, lalu secara perlahan bergerak ke Ende di bagian tengah, Larantuka di bagian timur, bahkan juga di Pulau Adonara, Pulau Solor, dan Pulau Lembata. Saat ini program pangan lokal sorgum menjadi sebuah gerakan di Flores.

Page 4: Bagi Kedaulatan, Kemandirian, dan Ketahanan Pangan Masyarakatkehati.or.id/wp-content/uploads/2019/04/new-factsheet-sorgum.pdf · pengembangan sorgum di pulau Flores yang telah memiliki

Te n t a n g S o r g u mSorgum (Sorghum bicolor sp) diketahui berasal dari Ethiopia, wilayah yang dikenal dengan tanduk Afrika. Dari Ethiopia sorgum menyebar ke Afrika Timur, Afrika Barat, dan Afrika Utara. Dari benua Afrika, sorgum kemudian menyebar ke benua Asia, termasuk Indonesia. Tidak diketahui pasti kapan sorgum masuk ke Indonesia, namun sorgum merupakan salah satu jenis makanan yang tertera pada relief Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-8. Beberapa daerah di Indonesia memiliki beragam nama lokal untuk sorgum, seperti cantel di Jawa Tengah & Jogyakarta, gandrung di Jawa Barat, dan batari di kalangan Melayu. Sementara di Flores, nama lokal untuk sorgum antara lain adalah watar belolong (jagung tinggi) dan watar solor (jagung solor).

Sebagai sumber pangan, sorgum memiliki kandungan nutrisi yang cukup lengkap, yaitu kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, zat besi, fosfor, dan vitamin B1. Sorgum dikenal kaya serat, antioksidan, gluten free, dan indeks glikemiknya lebih rendah daripada beras sehingga cocok dikonsumsi penderita diabetes. FAO (2016) melaporkan bahwa sorgum menempati peringkat kelima sumber pangan yang paling banyak diproduksi, setelah gandum, beras, jagung, jelay (barley) dimana Amerika Serikat merupakan negara paling banyak memproduksi sorgum sebesar 12,1 juta ton per tahun, disusul Nigeria 6,9 juta ton, Sudan 6,4 juta ton, dan Meksiko 5 juta ton. Sementara produksi sorgum Indonesia hampir tidak diperhitungkan.

Sorgum merupakan tanaman adaptif yang bisa tumbuh dengan baik bahkan di lahan kering dan gersang seperti Flores. Budidaya sorgum minim biaya perawatan dan tidak membutuhkan pupuk dan pestisida, sehingga produk sorgum bisa dikategorikan sebagai produk organik. Selain itu, dibandingkan dengan padi, sorgum jauh lebih tahan terhadap perubahan iklim yang saat ini sedang melanda dunia.

Page 5: Bagi Kedaulatan, Kemandirian, dan Ketahanan Pangan Masyarakatkehati.or.id/wp-content/uploads/2019/04/new-factsheet-sorgum.pdf · pengembangan sorgum di pulau Flores yang telah memiliki

Kebijakan Pangan Lokal Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan terbit dengan kesadaran bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan hak asasi manusia. Undang-Undang ini juga mengakui bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam dan sumber pangan yang beragam. Karena itu pemerintah bertanggung jawab atas pengembangan produksi pangan lokal dan penganekaragaman pangan.

UU Pangan mengamanatkan perlunya pengaturan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah untuk beberapa hal penting, diantaranya penganekaragaman pangan dan perbaikan gizi masyarakat. Berdasarkan amanat ini, pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi. Peraturan Pemerintah ini menjelaskan bahwa penganekaragaman pangan merupakan upaya meningkatkan ketersediaan pangan yang beragam dan berbasis pada potensi sumber daya lokal.

Dengan demikian program koridor pangan lokal yang dikembangkan KEHATI sejalan dengan mandat regulasi dan berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan petani di Indonesia. Petani sorgum Flores bahkan berencana mengajukan proposal ke pemerintah untuk tidak lagi mengirimkan bantuan beras subsidi ke mereka.

Page 6: Bagi Kedaulatan, Kemandirian, dan Ketahanan Pangan Masyarakatkehati.or.id/wp-content/uploads/2019/04/new-factsheet-sorgum.pdf · pengembangan sorgum di pulau Flores yang telah memiliki

Tantangan Pengembangan pangan lokal

Tantangan utama pengembangan program koridor pangan lokal adalah perubahan pola konsumsi masyarakat yang sudah sangat tergantung pada beras sebagai sumber pangan. Hal ini merupakan akibat dari kebijakan bias beras yang telah berlangsung sejak jaman orde baru. Kebijakan penyeragaman pangan telah masuk ke berbagai pelosok tanah air, sehingga masyarakat merasa malu jika tidak makan nasi atau merasa belum makan jika belum mengkonsumsi nasi.

Dengan kebijakan perberasan ini berbagai daerah di Indonesia berlomba-lomba mencetak sawah baru meskipun lahan yang digarap belum tentu cocok dengan tanaman padi. Selain itu, para petani telah terbiasa menggunakan pupuk kimia dan pestisida yang sebenarnya membebani biaya produksi. Pertanian konvensional seperti ini dalam jangka panjang dapat merusak lahan pertanian yang berujung pada penurunan produktifitas. Dari sisi konsumen, produk pertanian konvensional berpotensi mengganggu kesehatan masyarakat, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Dengan gambaran tersebut, terdapat dua tantangan dalam pengembangan program koridor pangan lokal, yaitu dari sisi penawaran dan permintaan. Dari sisi penawaran, para petani ditantang untuk kembali menanam dan memelihara komoditas lokal seperti sorgum, sagu, umbi-umbian, dan sebagainya. Sementara dari sisi permintaan, masyarakat sebagai konsumen ditantang untuk kembali mengkonsumsi aneka pangan lokal.

Page 7: Bagi Kedaulatan, Kemandirian, dan Ketahanan Pangan Masyarakatkehati.or.id/wp-content/uploads/2019/04/new-factsheet-sorgum.pdf · pengembangan sorgum di pulau Flores yang telah memiliki

Prospekpangan lokal

Solusi yang ditawarkan adalah mengembangkan program koridor pangan lokal yang bisa menangani kedua tantangan tersebut. Dari sisi penawaran, KEHATI akan terus mendorong petani untuk menanam dan memelihara tanaman lokal sebagai sumber pangan. Di kawasan lahan kering Flores, penguatan pertanian sorgum akan dilakukan melalui 3 titik simpul yang sudah dikembangkan, yaitu Likotuden di timur, Ende di tengah, dan Lembor di barat. Dalam waktu dekat, KEHATI akan melakukan scaling-up program sorgum ke Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, yang memiliki kemiripan kondisi lahan dan iklim dengan pulau Flores.

Dari sisi permintaan, KEHATI akan melanjutkan kampanye konsumsi pangan lokal seperti yang telah dilakukan di Likotuden melalui pemberian asupan sorgum sebagai gizi tambahan bagi anak-anak balita. Kampanye konsumsi pangan lokal juga akan menyasar anak sekolah dan orang dewasa, termasuk dengan mengembangkan produk olahan pangan lokal. Produk olahan pangan lokal diharapkan menjadi oleh-oleh khas yang menjadi andalan Flores.

Dengan kombinasi pendekatan penawaran dan permintaan, KEHATI akan mewujudkan mimpi program koridor pangan lokal: Masyarakat lokal mampu memenuhi kebutuhan pangannya dengan mengoptimalkn sumber daya alam yang ada disekitarnya sehingga memiliki kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangan.

Page 8: Bagi Kedaulatan, Kemandirian, dan Ketahanan Pangan Masyarakatkehati.or.id/wp-content/uploads/2019/04/new-factsheet-sorgum.pdf · pengembangan sorgum di pulau Flores yang telah memiliki

Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) adalah lembaga nirlaba nasional yang mengemban amanat untuk menghimpun, mengelola, dan menyalurkan dana hibah bagi pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan di Indonesia. Sejak awal berdirinya tanggal12 Januari 1994, KEHATI telah mengelola endowment fund sebesar USD 16,5 juta yang bersumber dari USAID. Dana tersebut hingga saat ini masih tersedia, bahkan total hasil investasinya telah melampaui dana awal.

Saat ini KEHATI dipercaya menjadi administrator beberapa Trust Fund, seperti TFCA-Sumatra, TFCA-Kalimantan, dan BAF. TFCA (Tropical Forest Conservation Act) adalah skema pengalihan hutang antara pemerintah Amerika dan Indonesia, sementara BAF (Blue Abadi Fund) adalah skema pendanaan multi donor yang diinisiasi oleh Conservation International (CI), The Nature Conservancy (TNC), dan WWF.

KEHATI juga mendapat mandat untuk mengelola beberapa program khusus dengan sumber pendanaan dari dana bilateral, seperti MCA-I (Millenium Challenge Account-Indonesia), Revamping ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil), dan MFP-4 (Multistakeholders Forestry Programme). Dana konservasi lainnya yang dikelola KEHATI bersumber dari donor multilateral, CSR perusahaan, crowd-funding, hasil penjualan obligasi, dan sebagainya.

Upaya konservasi yang dilakukan KEHATI dibagi kedalam 3 ekosistem utama, yaitu Ekosistem Pertanian, Ekosistem Pesisir & Pulau Kecil, dan Ekosistem Hutan.

Tentang KEHATI

TFCA Kalimantan adalah program pengalihan utang antara Pemerintah Amerika dan Pemerintah Indonesia

dengan dua swap partners, The Nature Conservancy (TNC) dan

WWF Indonesia. Melalui dana USD 28,5 juta, program ini mendanai

berbagai aktivitas konservasi keanekaragaman hayati dan spesies penting dunia, seperti: pencapaian

target nasional konservasi keanekaragam hayati, menjaga

hutan karbon, dan meningkatkan kehidupan masyarakat di sekitar

hutan yang berdampak pada pelestarian hutan.

Blue Abadi Fund (BAF) adalah dana perwalian yang dikhususkan untuk program konservasi laut berbasis

masyarakat di Bentang Laut Kepala Burung (Bird’s Head Seascape -

BHS), Papua Barat. BAF memiliki 2 (dua) jalur pemberian dana hibah,

yaitu fasilitas Hibah Utama (Primary Grants) dan INOVASI (Small Grants). Pada tahap awal, pemberian dana hibah BAF didukung oleh USAID

dalam bentukSinking Fund (dana serapan).

TFCA Sumatera adalah program pengalihan utang antara Pemerintah Amerika dan Pemerintah Indonesia

dengan dua swap partners, Conservation International (CI) dan KEHATI. Program ini memberikan

hibah pada NGO lokal dan universitas di Indonesia yang fokus

kegiatannya berupa konservasi hutan Sumatera yang dibagi dalam beberapa lanskap. Selama delapan

tahun (2009–2018), program ini telah menyalurkan hibah sebesar USD 30

juta.

Program Penguatan ISPO – KEHATI adalah usaha untuk memperbaiki

skema sertifikasi ISPO demi terwujudnya tata kelola komoditas

kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia. KEHATI ditunjuk oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebagai salah satu anggota Tim Penguatan Skema

Sertifikasi ISPO untuk memfasilitasi kegiatan. KEHATI percaya bahwa

skema sertifikasi sebagai penjamin keberlanjutan dari suatu komoditas

merupakan inovasi untuk melestarikan lingkungan dan

keanekaragaman hayati.

R e v a m p i n g

Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI)Jl. Bangka VIII No. 3BPela Mampang, Jakarta 12720, IndonesiaTelp: 021-718 3185, 718 3187Fax: 021 719 6131Website: www.kehati.or.id

Yayasan KEHATI

@KEHATI

@yayasanKEHATI

�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������������������������������������������� ��������������������������

���������������� ��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

���������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������(���)