bagaimana cara membuat baja menurut
TRANSCRIPT
http://alisaid.wordpress.com/category/bagaimana-cara-membuat-baja-menurut-al-
quran/
BAGAIMANA CARA MEMBUAT BAJA MENURUT AL-QUR’AN?
Posted by alisaid on 30 September 2007
Oleh: Ali Said
Metalurgi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana membuat suatu logam dari
campuran logam dengan unsur lain. Qur‟an dalam bahasa yang sederhana menceritakan
bagaimana baja dibuat, dengan memberikan cerita tentang perjalanan Zul Qarnain ke
suatu tempat di antara dua bukit (Surat Al Kahfi S 18:92-97). Di antara kedua bukit
tersebut Zul Qarnain bertemu dengan orang-orang yang hampir-hampir tidak mengerti
perkataan orang lain. Orang-orang tersebut mengadu padanya tentang Ya‟juj dan Ma‟juj
dan bagaimana mereka telah membuat kerusakan dan korup. Orang-orang tersebut
meminta Zul Qarnain sekiranya dia dapat membuat pembatas antara mereka dan Ya‟juj
dan Ma‟juj. Maka diapun membuatkan pembatas tersebut dengan meminta bantuan
orang-orang tersebut, dan apa yang dia kerjakan seperti yang dijelaskan pada ayat
berikut (QS 18:96):
“Berilah aku potongan-potongan besi (masses of iron). Hingga ketika besi itu telah sama
rata dengan kedua bukit itu, berkatalah dia (Dzulqarnain): “Tiuplah”. Hingga ketika besi
itu sudah menjadi merah seperti api, diapun berkata “Berilah aku QITHR agar
kutuangkan ke atas besi panas itu” (QS Al Kahfi ayat 96).
Perlu dijelaskan di sini bahwa ada sedikit variasi atau perbedaan dalam terjemahan
terhadap ayat tersebut khususnya berkaitan dengan kata “QITHRAAN”. Ketika penulis
bandingkan sekitar 8 terjemahan (2 versi bahasa Indonesia dan 6 versi bahasa Inggris),
secara umum dapat kita kelompokkan menjadi 4 kelompok dalam menerjemahkan kata
“Qithraan”. Keempat terjemahan tersebut memiliki perbedaan yang sangat signifikan.
Keempat jenis terjemahan tersebut adalah (molten) copper (tembaga yang
meleleh/mendidih), (molten) lead (timah yang meleleh), (molten) brass (kuningan
yang meleleh), dan tar (ter/tir). Dalam Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Jalalen, Tafsir Thabari
and Tafsir Qurtubi, kata “qithr” ditafsirkan sebagai “tembaga”. Kata “yang meleleh
(molten)” merupakan tafsiran tambahan. Jika kita lihat Kamus Inggris-Indonesia-Arab
susunan Attabik Ali, diperoleh bahwa arti dari qithr adalah tar (Inggris) dan ter/tir
(Indonesia). Untuk menentukan terjemahan yang paling tepat, hal ini dapat ditinjau
dari perspektif sains modern. Berdasarkan ilmu metalurgi, baja dibuat dari dua unsur
yaitu besi dan karbon. Selanjutnya jika kita amati, ter/tir (yang berwarna hitam yang
merupakan campuran aspal dan minyak dan bisa juga disebut sebagai minyak mentah)
jelas banyak mengandung unsur karbon. Jadi dalam cerita Zulkarnain di atas jelas apa
yang seharusnya dituangkan kedalam besi telah memerah panas seperti api adalah
tir/ter, karena dengan menuangkan ter/tir tersebut terjadilah percampuran antara besi
dan karbon sehingga terbentuklah baja, yang sifatnya lebih keras dan kuat dibandingkan
besi. Maka pada ayat berikutnya (QS Al Kahfi ayat 97) diceritakan “mereka tidak bisa
melobanginya”. Selain itu jika kata “qithran” diterjemahkan sebagai „tembaga‟, „timah‟,
atau „kuningan‟, maka diperlukan sebuah penafsiran lagi (tafsiran tambahan) yaitu „yang
meleleh‟. Kalau diterjemahkan atau ditafsirkan sebagai „ter/tir‟ tidak perlu ada
penafisran tambahan karena tir/ter memang bentuknya sudah cair sehingga tinggal
disiramkan saja ke atas besi yang sudah panas membara seperti api. Dengan demikian,
QS Al Kahfi Ayat 96 akan lebih tepat diterjemahkan sebagai berikut: Berilah aku
potongan-potongan besi. Hingga ketika besi itu telah sama rata dengan kedua bukit itu,
berkatalah dia (Dzulqarnain): “Tiuplah”. Hingga ketika besi itu sudah menjadi merah
seperti api, diapun berkata “Berilah aku ter/tir agar kutuangkan ke atas besi panas itu.
Walloohu a‟lam
Catatan:
Tulisan ini hanyalah pengembangan dari salah satu topik di tulisan “Tinjauan Tafsir
Beberapa Ayat Al Qur‟an yang Terkait Masalah Sains Modern” di web ini.
Komen:
Pendawa5 said
17 November 2007 at 5:12 am
Ayat selanjutnya: QS-18:97 menyatakan kekuatan baja ,
Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya. (QS
18- Al Kahfi ayat 97)
..Dan Kami ciptakan BESI yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai
manfaat bagi manusia.. (QS 57-Al Hadiid ayat 25)
Benar BESI memiliki kekuatan yang hebat, dan besi akan lebih kuat lagi kalau
bersenyawa dengan carbon untuk membentuk baja. QS 57:25, menurut penulis kata
“ciptakan” lebih tepat kalau diganti dengan “turunkan” sesuai asal bahasanya yaitu
“anzalnaa” (turunkan). Lihat juga bahasan hal ini di tulisan berjudul “Tafsir Beberapa
ayat Al Quran ….”
Wass.
Ali
Dacenk said
29 April 2008 at 10:44 am
Itukan dihubung-hubungkan saja tapi kejelasannya bagaimana membuat baja tidak ada
dlm al quran, Logika aja lah…..
Ass. ww
Memang Al Qur‟an bukan teks book untuk „science‟ sehingga bahasa yang dipakai juga
bukan bahasa sains. Judul yang saya ambil tersebut adalah merupakan refleksi atau
ringkasan dari ayat yang saya sebutkan pada tulisan tersebut, mengapa Zulkarnain
menyuruh menuangkan „tir/ter‟ pada besi yang membara yang menyebabkan terjadinya
percampuran antara unsur besi dan unsur karbon. Dan ternyata proses sederhana
tersebut adalah sama dengan prinsip (proses) pembuatan baja yang dikenal sekarang
ini.
Kalau ada kesalahan dalam menyimpulkan itu sepenuhnya karena keterbatasan ilmu
saya, sementara ilmu Allah sangatlah luas. Biarkan air laut dijadikan tinta untuk
menuliskan ilmu Allah, hal itu tidak akan cukup.
Wallohu a‟lam
Wass. ww
Ali
Daryono said
28 April 2009 at 5:40 am
Assalamualaikum Wr Wb
Kalau besi panas dituang dengan ter(yang mengandung karbon) akan menghasilkan
baja tentunya kalau para tukang pandai besi yang memanasi besi dengan arang
batubara(karbon) juga akan menghasilkan baja. Tapi nyatanya tidak. Saya kira anda
terlalu cepat membuat kesimpulan.
Wass Daryono
Ass. ww
Sebelum saya jawab, apakah Mas Daryono pernah belajar kimia? Kalo proses
pemanasan baja dengan arang yang Mas Daryono sampaikan itu sangat berbeda dengan
proses yang digambarkan dalam Al Qur‟an. Proses yang sampeyan jelaskan bukan
merupakan proses untuk melakukan persenyawaan kimia antara dua unsur, sementara
yang digambarkan di ALQuran adalah jelas melakukan persenyawaan antara dua unsur
yang prosesnya secara modern dapat dilihat dalam proses pembuatan baja (search di
internet banyak).
Wass. ww
Ali
Ferry said
5 May 2009 at 3:22 pm
to Mas Daryono yang budiman Memang benar ada teknik pembuatan baja dimana campurannya adalah karbon.
Pandai besi memakai arang (karbon) hanya untuk bahan bakar untuk memanaskan besi
saja, besinya pun tidak sampai meleleh, hanya cukup sampai membara lunak untuk
ditempa. Pada kondisi ini besi dan arang masih belum dapat bereaksi membentuk kristal
baja.
Sedangkan pada proses pembuatan baja, besi dibuat meleleh pada suhu yang lebih
tinggi dari suhu pandai besi, untuk kemudian di dop dengan berbagai bahan diantaranya
karbon, sehingga dihasilkan kristal baja yang lebih keras dari kristal besi murni. Kalau tidak salah konsep umum pembuatan baja ini dibahas di buku Kimia SMA kelas 3.
Semoga bermanfaat
Daryono said
7 September 2009 at 6:12 pm
Mas Ferry YTH,
Assalamualaikum Wr Wb
Benar bahwa pandai besi memanaskan besi dengan arang (karbon) tidak sampai
melelehkan besinya, akibatnya tidak terbentuk baja karena besinya tidak mencair sehingga karbon tidak dapat larut.
Terima kasih atas penjelasan anda tentang proses pembuatan baja (baja karbon)
dengan melelehkan besi dan kemudian di dop (istilah anda) dengan bahan2 antara lain karbon. Sehingga menghasilkan baja.
Jadi kata kunci dalam proses pembuatan baja (baja karbon) adalah :
a.besi yang meleleh/besi cair.
b.karbon.
Daryono said
7 September 2009 at 7:54 pm
Assalamualaikum Wr Wb
Saya ingin me reply Pak Ali :
Saya memang pernah belajar kimia waktu SMA tapi nilainya hanya pas pasan saja.
Benar proses pemanasan yang dilakukan pandai besi tidak menghasilkan persenyawaan
kimia antara dua unsur. Makanya tidak menghasilkan baja.
Kita lihat proses pembuatan baja saat ini : Besi dicairkan kemudian dicampur dengan
kokas (karbon) dan bahan lainnya di dalam tanur (Bessemer, Siemens Martin dll). Ada
dua hal penting di sini yaitu besi cair dan karbon untuk bisa menghasilkan baja.
Lalu pada proses Dzulkarnain : Besi dipanaskan tidak sampai mencair dan dituang
dengan ter. Sama ada dua yaitu besi panas dan karbon (dari ter). Apakah akan
menghasilkan baja ? Saya rasa kok tidak karena karbon tidak dapat larut dalam besi
panas yg tidak mencair sehingga tidak terjadi persenyawaan Fe-C 9 baja karbon) yang
bersifat kuat dan keras.
Proses Dzulkarnain menurut saya malahan mirip dengan quenching, yaitu menurunkan
dengan cepat temperatur baja panas dengan mencelupkannya didalam cairan pendingin.
Ini dengan tujuan agar sifat-sifat bajanya muncul.
Lalu bagaimana kalau kita meniru Dzulkarnain dengan memanasi besi dan kemudian kita
quenching kedalam cairan ter? Apakah sifat sifat bajanya akan muncul?
Daryono said
8 September 2009 at 7:18 am
Pak Alisaid YTH
Assalamualaikum Wr Wb
Tadi malam saya posting untuk mereplay, saya check harus dimoderasi terlebih dulu.
Siang ini saya lihat lagi ternyata postingan reply saya (ada 2) ternyata menghilang.
Mohon penjelasan.
Wass
Daryono
Wa‟alaikum salam
Sebelumnya saya mohon maaf. Posting anda tidak hilang…. hanya karena saya tidak
setiap saat buka blog, kadang seminggu sekali.
Saya mencoba jawab tentang baja. Kebenaran jawaban saya wallohu a‟lam. Memang
Al-Quran tidak menjelaskan secara detil prosesnya seperti apa, tapi saya kira yang
dimaksud serbuk besi. Orang awam kalau membayangkan besi, ya besi dalam wujud
berbagai macam. Coba baca surat Al HAdid “dan Kami turunkan Besi yang di dalamnya
ada kekuatan yang sangat ..dst”, lalu apakah di sini kita bayangkan besi berjatuhan
dalam wujud yang biasa kita lihat dengan mata yang sudah diolah? Bukan tetapi yang
ayat ini tentu merujuk pada UNSUR BESI.
Wass. ww
Daryono said
9 September 2009 at 12:11 pm
Assalamualaikum Wr Wb
Pak Alisaid YTH,
Terima kasih ternyata postingan tidak hilang….
Di artikel anda di atas anda menyimpulkan bahwa Al Quran menjelaskan proses
pembuatan baja, lalu sekarang bapak mengatakan tentang serbuk besi. Bagaimana ini?
Kalau menurut saya proses yang dilakukan oleh Dzulkarnain itu adalah quenching besi
ke dalam ter. Hasilnya tetap besi lunak tidak sekuat dan sekeras baja. Kenapa begitu?
karena karbon yang ada di dalam ter tidak bisa bereaksi/larut pada besi panas namun
masih padat.
Terjadinya baja adalah karena larutnya karbon ke dalam besi cair sehingga terbentuk
kristal Fe3C yang bersifat keras dan kuat.
Wassalam
Ass. Ww
Sebenarnya, saya hanya mengambil terjemahan dari Depag (kalau gak salah), tetapi
kata ZUBAR AL HADIID ada beberapa versi terjemahan. Kata ZUBAR di sini ada yang
menerjemahkan lain selain “potongan-potongan”, ini bisa dilihat pada terjemahan Qur‟an
dalam bahasa Inggris dalam beberapa versi. Kalau saya yakin bahwa ada proses yang
serupa dengan proses pembuatan baja. Kesalahan interpretasi para penafsir terhadap
kata ZUBAR kemungkinan terjadi. Tapi itu terserah anda. Anda boleh percaya atau tidak,
karena itu tidak akan mengurangi keimanan Anda kepada Keesaan Allah.
Wass. ww
Ali
Daryono said
14 September 2009 at 7:46 am
Walaikumsalam Wr Wb
Pak Alisaid YTH,
Anda kan menyimpulkan seperti ini :
“Jadi dalam cerita Zulkarnain di atas jelas apa yang seharusnya dituangkan kedalam besi
telah memerah panas seperti api adalah tir/ter, karena dengan menuangkan ter/tir
tersebut terjadilah percampuran antara besi dan karbon sehingga terbentuklah baja,
yang sifatnya lebih keras dan kuat dibandingkan besi.”
Saya membantah pernyataan anda tersebut seperti yang telah saya tulis sebelumnya
bahwa karbon (yang ada dalam ter) tidak akan larut pada besi padat (walaupun merah
panas) sehingga tidak akan terbentuk baja. Jadi Dzulkarnain sama sekali tidak sedang
membuat baja. Gampangnya begini saja, apabila proses yang dilakukan Dzulkarnain itu
benar menghasilkan baja, saya yakin industri baja akan menirunya dan proses
Bessemer, proses Siemens Martin, tanur tinggi dsb akan ditinggalkan.
Ass. ww.
Yang perlu diluruskan adlah bahwa kata “besi” jangan anda bayangkan besi yang sering
kita pegang. Besi kalau dalam kimia disimbolkan dengan Fe dalam berbagai bentuk
termasuk atom besi. Makanya sekali saya tekankan bahwa kata “zubar” dalam ayat
tersebut ada kemungkinan kesalahan dalam penafsiran yang dilakukan oleh depag atau
para mufassirin. Yang perlu direnungkan, mengapa Allah meletakkan kata “zubar”
sebelum “al hadiid”? Silahkan cari sendiri jawabnya.
Wass.
Agung said
3 October 2010 at 4:41 pm
@daryono:
silakan baca-2 mengenai proses hardening pada pisau. penjelasan lengkapnya silakan
cari trit di kaskus yang berjudul “bagaimana membuat pisau yang baik”. (guugel aja
yang ada di dalam quote). atau coba tanya ke pandai besi di dekat rumah anda
mengenai cara mengeraskan besi (cuman biasanya jarang ada yang mau cerita.. rahasia
perusahaan) .
kalau di piso/golok yang digunakan untuk hardening biasanya oli bekas (tergantung
jenis besinya juga sih).
teknisnya hardening… besi dipanaskan sampai nggak kepengaruh magnet. terus dicelup
di oli sampai dingin.
pernah baca juga ada juga proses hardening yang menggunakan arang (biasanya arang
dari tanduk/tulang binatang)