bab_ii_laporan_kp (1)
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Sejarah PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk didirikan oleh kerja sama antara PT.
Semen Padang (Persero) dengan PT. Semen Gresik (Persero) berdasarkan Akta
Notaris Jony Frederick Berthol Tumbelaka (JFBT) pada tanggal 14 November
1974 Sinyal nomor: 34 dan nomor: 49.
Pada awal mula berdirinya pabrik semen baturaja banyak sekali masalah
produksi yang terjadi di PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk, untuk mengatasi
masalah yang dihadapi dalam proyek tersebut, pemerintah Republik Indonesia
mengeluarkan Peraturan Pemerintah nomor: 10 tahun 1978 memutuskan untuk
melakukan penyertaan modal di PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk, dengan
penanaman modal tersebut maka komposisi sahamnya menjadi Pemerintah RI
90%, PT. Semen Gresik (Persero) 6% dan Semen Padang (Persero) 4%.
Pada tahun 1991 pemerintah mengambil alih saham kepemilikan PT. Semen
Baturaja (Persero) Tbk sehingga kepemilikan PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk
menjadi 100% milik Pemerintah RI dengan nilai modal saham 60,4 milyar.
Sampai dengan laporan ini diselesaikan tidak terdapat tambahan modal baru dari
Pemerintah. Sampai dengan sekarang PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk
berkembang dengan menggunakan dana hasil operasi.
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk mulai beroperasi secara komersil mulai
pada tanggal 1 Juni 1981 dengan kapasitas produksi 450.000 ton klinker per tahun
dan untuk meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan semen
maka dilaksanakan optimalisasi produksi klinker secara berkala mulai dari
optimalisasi proyek terak-I sampai optimalisasi proyek terak –II (OPT-I sampai
OPT-II).
1) Proyek Optimalisasi I
a) Jenis proyek : meningkatkan kapasitas produksi klinker menjadi 525.000
ton per tahun dan disiapkan untuk menggandakan kapasitas terpasang.
b) Masa konstruksi : Maret 1992-Maret 1994.
6
7
2) Proyek Optimalisasi II
a) Jenis Proyek : meningkatkan kapasitas produksi klinker menjadi
1.200.000 ton per tahun dan pembangunan Unit Penggilingan dan
Pengantongan Semen dengan kapasitas 500.000 ton per tahun.
b) Masa Konstruksi : Oktober 1996-September 2001.
c) Produksi komersil :
(a) Produksi klinker : Desember 2000.
(b) Produksi semen : Oktober 2001.
Pada tahun 1992 sampai dengan 1994 dilaksanakan Proyek Optimalisasi I
secara swakelola yang bertujuan untuk mencapai target produksi dengan cara
mengatasi beberapa masalah peralatan, sekaligus memulai perencanaan untuk
meningkatkan kapasitas menjadi dua kali lipat dari kapasitas sebelumnya.
Pada tahun 1996, PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk melanjutkan
pengembangan perusahaan melalui Proyek Optimalisasi II (OPT-II) untuk
meningkatkan kapasitas produksi menjadi dua kali lipat sebesar 1.250.000 ton
semen per tahun. Pada proses pengerjaannya proyek OPT-II memakan waktu
yang cukup lama disebabkan adanya krisis moneter berkepanjangan sehingga
proyek OPT-II baru dapat diselesaikan pada tahun 2001.
Setelah beberapa tahun berdiri, PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk mulai
menunjukkan perannya dalam mempercepat laju pertumbuhan dan pengembangan
di daerah Sumatera Selatan khususnya. Peran yang mampu diberikan PT. Semen
Baturaja (Persero)Tbk antara lain :
a) Mendorong tumbuhnya lapangan usaha baru dalam bidang konstruksi dan
bahan bangunan, seperti pembuatan bantalan beton kereta api, tiang listrik
beton, genteng beton, besi beton, konblok, batako dan bahan bangunana
lainnya.
b) Meningkatkan pembangunan dalam berbagai sektor antara lain : sektor
perhubungan, pertanian, pertambangan, insdustri, ekonomi, sosisal dan
berbagai sektor lainnya.
Ditinjau dari segi ekonomi pendirian pabrik PT. Semen Baturaja (Persero)
Tbk di Sumatera Selatan memberikan keuntungan antara lain sebagai berikut:
8
1) Untuk memenuhi kebutuhan semen di daerah Sumatera Selatan khususnya
dan membantu pengadaan semen di daerah Sumatera Selatan.
2) Penghematan devisa negara dan membuka lapangan kerja untuk 500 orang
dengan kata lain mengurangi pengangguran.
3) Meningkatkan kapasitas dalam sektor perhubungan terutama sektor
perkereta-apian untk eksploitasi Sumatera Selatan.
Gambar 2.1 Logo PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk memakai lambang tiga gajah dalam satu
lingkaran dengan gajah berwarna putih, dasar lambang berwarna hijau, dan tulisan
Baturaja Portland Cement berwarna merah. Adapun arti lambang tersebut adalah:
1) Tiga gajah
Menunjukan bahwa PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk mempunyai tiga
lokasi, yaitu di Baturaja, Kertapati (Palembang) dan Panjang (Lampung).
2) Gajah
Merupakan hewan yang besar dan kuat yang merupakan maskot dari daerah
Sumatera Selatan.
3) Warna dasar hijau
Menunjukkan pemertaan pembangunan untuk mencapai kemakmuran.
4) Warna tulisan merah
Menunjukkan kesiapan para karyawan untuk bekerja keras menghadapi setiap
tantangan atau hambatan.
5) Warna putih
Menunjukkan kesucian hati dari keseluruhan karyawan PT. Semen Baturaja
(Persero) Tbk.
9
2.2. Struktur Organisasi PT. Semen Baturaja (Persero)
Berdasarkan pada sertifikat ISO 9002 yang diterapkan dalam sistem
manajemen struktur organisasi PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk maka dalam
waktu singkat struktur organisasi PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk dapat
berubah setiap saat. Cara ini diterapkan untuk mencari bentuk organisasi yang
sesuai dan efisien serta mencari karyawan yang benar-benar qualified sehingga
karyawan yang tidak sesuai dengan kualifikasi departemen akan di pindahkan ke
departemen yang sesuai dengan kualifikasinya.
Dari visi dan misi yang dibentuk PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk,
diciptakanlah struktur organisasi yang berintegritas tinggi dengan tujuan untuk
mewujudkan visi dan misinya. PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk yang dipimpin
oleh seorang Direktur Utama yang dibantu oleh empat Direktur, yaitu:
1) Direktur Produksi dan Pengembangan
2) Direktur Umum dan SDM
3) Direktur Keuangan
4) Direktur Pemasaran
Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pemerintah memiliki kuasa
penuh atas kebijakan yang diambil oleh perusahaan. Dimana Direktur Utama dan
keempat jajaran Direktur merupakan utusan langsung yang ditunjuk oleh
pemerintah melalui manteri BUMN. Dalam jajaran karyawan PT. Semen Baturaja
(persero) Tbk jabatan tertinggi dalam jenjang karir yang dapat dicapai adalah
sebagai Kepala Departemen. Sedangkan untuk tingkatan jabatan karyawan PT.
Semen Baturaja (persero) Tbk dikenal ada lima tingkatan jabatan beserta
ketentuan dalam menduduki jabatan tersebut:
1) Eselon I
Merupakan tingkatan jabatan sebagai Kepala Departemen yang dapat
diduduki oleh karyawan PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Lulusan S2 dibutuhkan pengalaman kerja 10 tahun di pabrik semen.
b) Lulusan S1 dibutuhkan pengalaman kerja 15 tahun di pabrik semen.
c) Lulusan D3 dibutuhkan pengalaman kerja 20 tahun di pabrik semen.
10
2) Eselon II
Merupakan tingkatan jabatan sebagai Kepala Biro yang dapat diduduki oleh
karyawan PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Lulusan S2 dibutuhkan pengalaman kerja 5 tahun di pabrik semen.
b) Lulusan S1 dibutuhkan pengalaman kerja 10 tahun di pabrik semen.
c) Lulusan D3 dibutuhkan pengalaman kerja 15 tahun di pabrik semen.
3) Eselon III
Merupakan tingkatan jabatan sebagai Kepala Bagian yang dapat diduduki
oleh karyawan PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Lulusan S2 dapat langsung menduduki jabatan tanpa harus memiliki
pengalaman kerja di pabrik semen.
b) Lulusan S1 dibutuhkan pengalaman kerja 5 tahun di pabrik semen.
c) Lulusan D3 dibutuhkan pengalaman kerja 10 tahun di pabrik semen.
d) Lulusan SMA (Sederajat) dibutuhkan pengalaman kerja 15 tahun di
pabrik semen.
4) Eselon IV
Merupakan tingkatan jabatan sebagai Kepala Seksi yang dapat diduduki oleh
karyawan PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Lulusan S1 dapat langsung menduduki jabatan tersebut tanpa harus
memiliki pengalaman kerja di pabrik semen.
b) Lulusan D3 dibutuhkan pengalaman kerja 5 tahun di pabrik semen.
c) Lulusan SMA (Sederajat) dibutuhkan pengalaman kerja 10 tahun di
pabrik semen.
5) Eselon V
Merupakan tingkatan jabatan terendah sebagai Kepala Pelaksana di PT.
Semen Baturaja (Persero) Tbk.
Secara umum bagan struktur organisasi PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk
dapat dilihat pada lampiran gambar 2.2.
11
12
Pembagian struktur organisasi PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk antara lain:
a) Direktur Utama
a) Direktur Produksi dan Pengembangan
b) Direktur Umum dan SDM
c) Direktur Keuangan
d) Direktur Pemasaran
e) Sekretaris Perusahaan
f) Departemen SPI
b) Direktur Produksi dan Pengembangan
a) Pembangunan CMP
(a) Ka. Bidang Teknik
(b) Ka. Bidang Administrasi Keuangan
b) Departemen Litbang
(a) Biro RBP
(b) Biro LBBPP & QA
(c) Biro PUM
(d) Tim Persiapan Pabrik Baru
c) Departemen Operasi
(a) Biro BPM
(b) Biro Produksi I
(c) Biro Produksi II
(d) Biro Pemeliharaan Mesin
(e) Biro Pemeliharaan Listrik dan Instrument & Utility
(f) Biro BPT
d) Biro Pabrik Palembang
e) Biro Pabrik Panjang
c) Direktur Umum dan SDM
a) Departemen SDM & Umum
(a) Biro KBL
(b) Biro Umum
(c) Biro SDM
13
b) Departemen Logistik
(a) Biro Pengadaan
(b) Biro Perancangan Pengendalian Material
d) Direktur Keuangan
a) Biro ICT
b) Departemen Keuangan
(a) Biro Akuntansi
(b) Biro A2K
(c) Biro P2A
e) Direktur Pemasaran
a) Departemen Pemasaran
(a) Biro Pemasaran
(b) Biro Penjualan
(c) Biro Distribusi & Transport
2.3. Visi dan Misi
2.3.1.Visi
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk menjadi produsen semen yang efisien,
mempunyai daya saing dan tumbuh.
2.3.2.Misi
Memproduksi semen yang berkualitas,efisien dan memasarkannya dengan
mengutamakan kepuasan pelanggan serta berwawasan lingkungan.
2.4.Manajemen Perusahaan
Jumlah karyawan PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk berjumlah sebanyak 527
orang, yang terdiri dari 292 orang di pabrik Baturaja, 174 orang di pabrik
Palembang, 57 orang di pabrik Panjang dan 4 orang perwakilan di Jakarta.
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk memiliki peraturan yang dibuat
berdasarkan kesepakatan kerja bersama antara serikat karyawan semen Baturaja
dengan pihak manajemen PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk yang disahkan oleh
Mentri Tenaga Kerja dengan surat keputusan No.Kep.357/BW/PKPP/2002.
Keputusan tersebut berlaku bagi karyawan PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk.
14
Adapun peraturan kerja pada PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk adalah
sebagai berikut:
1) Jam Kerja
Pabrik Semen Baturaja beroperasi selama 24 jam setiap hari secara terus-
menerus. Untuk menjaga kesehatan kerja para karyawan, PT. Semen Baturaja
(Persero) Tbk membagi jam kerja bagi para karyawannya sebagai berikut:
a) Bagi pekerja non-shift
Senin – Kamis : 07.30 – 16.30 WIB
Istirahat Senin – Kamis : 12.00 – 12.45 WIB
Jumat : 07.00 – 16.30 WIB
Istirahat Jumat : 11.30 – 13.30 WIB
b) Bagi pekerja shift
Shift I : 07.30 – 15.30 WIB
Shift II : 15.30 – 23.30 WIB
Shift III : 23.30 – 07.30 WIB
c) Kerja Lembur
Setiap pekerja PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk diminta bersedia
melakukan kerja lembur apabila ada pekerjaan yang mendadak untuk
diselesaikan atau demi kelancaran pekerjaan masing-masing.
Sistem kerja yang digunakan oleh PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk adalah
sistem kerja non shift dan shift. Pekerja non shift meliputi para karyawan
administrasi perusahaan kepala bagian, kepala seksi serta para manajer,
sedangkan karyawan shift meliputi operator, satpam dan karyawan pembantu.
Setiap perusahaan, baik swata maupun BUMN pasti memiliki sistem
penggajian terhadap para karyawan-karyawannya, termasuk PT. Semen Baturaja
(Persero) Tbk yang memiliki sistem penggajian sendiri yang mencakup kedalam
beberapa faktor yaitu:
1) Gaji (Hasil Pokok dan Hasil Karya);
2) Uang Kinerja per semester;
3) Bonus;
4) Tunjangan Keagamaan.
15
Disamping itu juga, sebagai perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk juga sangat menghargai hak-hak para
karyawannya, dimana PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk memfalitasi para
karyawannya seperti:
1) Rumah Dinas
2) Kendaraan Dinas
3) Jaminan Kesehatan
4) Perlengkapan safety
5) Pakaian Dinas
6) Uang Santunan Duka.
Sedangkan untuk para karyawan yang telah memasuki usia pensiun, PT.
Semen Baturaja (Persero) Tbk tidak pernah lepas tanggung jawab dan masih tetap
memberikan fasilitas khusus seperti:
a) Pesangon;
b) Dana Pensiun;
c) Jamsostek;
d) Bumi Putera.
2.5. Lokasi dan Topografi PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk
2.5.1.Lokasi Pabrik
Pabrik PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk terdapat pada tiga daerah lokasi
pabrik, yaitu:
1) Pabrik di Baturaja
Lokasi pabrik di Baturaja terletak di daerah Sukajadi, Kecamatan Baturaja
Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Provinsi Sumatera Selatan. Pabrik
PT. Semen Baturaja (persero) Tbk di Baturaja sendiri beperan sebagai lokasi
penambangan bahan baku sampai pengantongan semen dengan luas area 534 ha.
Kapasitas produksi klinker di PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk adalah sebesar
1.200.000 ton/tahun. Untuk meningkatkan kapasitas produksi semen di PT.
Semen Baturaja (Persero) Tbk maka pada 2013 ditambah satu lagi Cement Mill
Plant yang berfungsi mengubah klinker menjadi semen mencapai kapasitas
550.000 ton/tahun.
16
2) Pabrik di Karamasan Palembang
Pabrik semen Baturaja Palembang berlokasi di Jalan Abikusno Cokrowiyoso
Kertapati yang merupakan pabrik pengolahan dari klinker menjadi semen
Portland Tipe I, pengantongan dan pemasaran, sekaligus sebagai kantor pusat dari
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk dengan luas area 4,3 hektar. Disini juga
terdapat Cement Mill Plant dengan kapasitas produksi 350.000 ton/tahun.
3) Pabrik di Panjang, Lampung
Pabrik semen Panjang berlokasi di Jalan Yos Sudarso Km.7 yang merupakan
pabrik pengolahan klinker menjadi semen Portland Tipe I, pengantongan dan
pemasaran dengan luas area 4 hektar. Kapasitas produksi semen disini sama
seperti pada pabrik di Keramasan Palembang yaitu 350.000 ton/tahun.
Disamping tiga daerah itu itu, PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk juga mulai
membuka kantor perwakilannya di Jakarta yang bertujuan untuk mempermudah
sistem komunikasi antara pemerintah pusat dengan pihak perusahaan PT. Semen
Baturaja (Persero) Tbk. Kantor perwakilan Jakarta berlokasi di Gedung Graha
Irama Lt. 11 Ruang F Jl. H. R. Rasuna Said Kav. 10 Kuningan–Jakarta.
2.5.2.Topografi
Secara umum, wilayah Kabupaten Komering Ulu memiliki daerah yang
berbukit-bukit dengan ketinggian yang berbeda, umumnya berbukit rendah
dengan ketinggian yang bervariasi antara 40 m sampai 60 m di atas permukaan air
laut. Wilayah kuasa penambangan batu kapur yang dikelola oleh PT. Semen
Baturaja (Persero) Tbk, merupakan bekas ladang pertanian yang ditumbuhi semak
belukar, terletak di Desa Pusar.
Daerah penambangan batu kapur dan tanah liat PT. Semen Baturaja (persero)
Tbk pada bagian selatan mengalir Sungai Ogan yang memiliki ketinggian 30 m
diatas permukaan air laut. Lokasi penambangan batu kapur dan tanah liat untuk
kebutuhan pabrik terletak lebih kurang 1.500 meter dari lokasi pabrik PT. Semen
Baturaja (Persero) Tbk. Sedangkan lokasi Pabrik Baturaja terletak sekitar 2,5 Km
dari pusat kota Baturaja dan berjarak 198 km dari ibukota propinsi Sumatera
Selatan (Palembang). Peta lokasi pabrik PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk dapat
di tunjukkan pada gambar 2.3. sebagai berikut ini.
17
Gambar 2.3. Peta Lokasi Pabrik PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk
Pemilihan tempat tersebut berdasarkan pertimbangan–pertimbangan sebagai
berikut :
1) Pertimbangan Ekonomi
Lokasi pembuatan klinker di pabrik Baturaja yang dekat dengan lokasi
penambangan bahan mentah, sedangkan Cement Mill Plant sekarang digunakan
untuk pemerataan produksi dan pemasaran. Lokasi Grinding Plant dipilih di
Panjang dan Palembang dengan pertimbangan sebagai berikut :
(a) Dekat dengan daerah pemasaran
(b) Memudahkan pemantauan konsumsi semen di pasaran sehingga produksi
dapat dikontrol
(c) Dekat dengan pusat sarana transportasi, baik transportasi hasil produksi
maupun untuk bahan baku
2) Pertimbangan Sosial
(a) Meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitarnya.
(b) Memperluas jumlah lapangan kerja di sekitarnya.
2.6. Pemasaran PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk
Sistem pemasaran semen tidak secara langsung dilakukan oleh PT. Semen
Baturaja (Persero) Tbk, melainkan melalui distributor – distributor atau
penyalur –penyalur yang tersebar di wilayah pemasaran PT. Semen Baturaja
(Persero) Tbk.
18
Wilayah pemasaran PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk yaitu:
1) Banten
2) Bengkulu
3) Jawa Barat/DKI Jakarta
4) Jambi
5) Lampung
6) Sumatera Selatan
Untuk meningkatkan kegiatan usaha dan niaga PT. Semen Baturaja (Persero)
Tbk membentuk distribusi dan transportasi yang bertujuan diantaranya untuk
memperluas daerah pemasaran, dalam hal ini diatur oleh Asosiasi Semen
Indonesia sesuai pembagian daerah masing-masing, yaitu :
1) Berdasarkan Distributor
a) Untuk daerah banten-Jabar/DKI Jakarta terdiri dari 6 distributor
b) Untuk wilayah Sumatera Selatan
(a) Daerah Palembang terdiri dari 8 distributor
(b) Daerah Tanjung Enim dan Lahat terdiri dari 1 distributor
(c) Daerah Baturaja terdiri dari 2 distributor
(d) Daerah Lubuk Linggau terdiri dari 2 distributor
c) Untuk daerah Jambi terdiri dari 2 distributor
d) Untuk daerah Bengkulu terdiri dari 1 distributor
e) Untuk daerah Bandar Lampung terdiri dari 5 distributor.
2) Berdasarkan Transportir
Penunjukkan distributor ditentukan oleh kebutuhan daerah dan kapasitas
pabrik. Distributor-distributor membeli semen pada PT. Semen Baturaja (Persero)
Tbk, kemudian semen dijual kepada konsumen.
2.7. Bahan Produksi
2.7.1.Bahan Baku Utama
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan semen adalah batuan alam
yang mengandung oksida-oksida kalsium, alumina, silika dan besi. Bahan baku
tersebut terdiri dari tiga kelompok yaitu bahan baku utama, bahan baku penunjang
(korektif) dan bahan baku tambahan.
19
1) Bahan Baku Utama
Bahan baku utama merupakan bahan baku yang mengandung komposisi
kimia oksida-oksida kalsium, silika, dan alumina. Bahan baku utama yang
digunakan yaitu batu kapur (lime stone) dan tanah liat (clay).
a) Batu Kapur (Lime Stone)
Calsium carbonat (CaCO3) berasal dari pembentukan geologis yang pada
umumnya dapat dipakai untuk pembuatan semen portlad sebagai sumber
senyawa kapur (CaO).
b) Tanah liat (Clay)
Tanah liat (Al2O3.K2O.6SiO2.2H2O) merupakan bahan baku semen yang
mempunyai sumber utama senyawa silika, senyawa alumina, dan
senyawa besi.
Bahan baku utama pembuatan semen memiliki sifat-sifat fisika seperti yang
ditunjukkan pada tabel 2.1. berikut ini.
Tabel 2.1. Sifat – Sifat Fisika Bahan Baku Utama
Sifat–Sifat Bahan Baku
Komponen Bahan Baku
Batu Kapur Tanah Liat
Rumus Kimia CaCO3 Al2O3.K2O.6SiO2.2H2OBerat Molekul 100,9 gr/mol 794,4 gr/molDensitas 2,71 gr/ml 2,9 gr/mlTitik Leleh 1339 oC Terurai pada 1450 oC
Warna Putih keabu-abuan Coklat kemerah-merahanKelarutan Larut dalam air, asam,
NH4ClTidak larut dalam air, asam, dan pelarut lainnya
Sumber : Perry, R.H, Tahun 1989
2.7.2.Bahan Baku Tambahan
Bahan baku tambahan adalah bahan baku yang ditambahkan pada terak atau
klinker untuk memperbaiki sifat – sifat tertentu dari semen yang dihasilkan.
Bahan baku tambahan yang biasa digunakan untuk mengatur waktu pengikatan
semen adalah Gypsum. Berikut adalah sifat fisik dan kimia dari gypsum yang
berperan sebagai bahan baku tambahan dalam proses pembuatan semen.
20
Tabel 2.2. Sifat – Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku Tambahan
Sifat – Sifat Bahan Gypsum
Rumus kimia CaSO4. 2H2OBerat molekul 172,17 g/gmolDensitas 2,32 g/mlTitik leleh 128 oC
Titik didih 163 oCWarna PutihKelarutan Larut dalam air, gliseril, Na2S2O3 dan
garam NH4
Sumber : Perry, R. H, tahun 1989
2.7.3.Bahan Baku Penunjang (Korektif)
Bahan baku korektif adalah bahan tambahan pada bahan baku utama apabila
pada pencampuran bahan baku utama komposisi oksida–oksidanya belum
memenuhi persyaratan secara kualitatif dan kuantitatif.
Pada umumnya, bahan baku korektif yang digunakan mengandung oksida
silika, oksida alumina dan oksida besi yang diperoleh dari pasir silika (silica sand)
dan pasir besi (iron sand).
1) Pasir silika (silica sand)
Pasir silika digunakan sebagai bahan pengkoreksi kadar SiO2 dalam tanah liat
yang rendah. Umumnya pasir silika yang ada di Indonesia memiliki komposisi
SiO2 minimum 90%, Fe2O3 antara 0,01 - 0,4%, Al2O3, CaO, MgO, TiO2, Na2O,
TiO2, dengan warna putih, putih kecoklatan, atau putih kemerahan.
Tabel 2.3. Sifat-Sifat Fisik dan Kimia Pasir Silica
Sifat – Sifat Bahan Baku Komponen Pasir Silika
Rumus Kimia SiO2
Berat Molekul 60,06 gr/molDensitas 1,32 gr/ml
Titik Leleh 1710 oC
Titik Didih 2230 oC
Warna Coklat keputihan Kelarutan Larut dalam air, alkali, tidak
larut dalam HF Sumber : Perry, R.H, Tahun 1989
21
2) Pasir besi (iron sand)
Pasir besi digunakan sebagai pengkoreksi kadar Fe2O3 yang biasanya dalam
bahan baku utama masih kurang. Pasir besi adalah sejenis pasir dengan
konsentrasi besi yang signifikan. Hal ini biasanya berwarna abu-abu gelap atau
berwarna kehitaman. Pasir ini terdiri dari magnetit, Fe3O4, dan juga mengandung
sejumlah kecil titanium, silika, mangan, kalsium dan vanadium.
Tabel 2.4. Sifat-Sifat Fisik dan Kimia Pasir Besi
Sifat – Sifat Bahan Baku Komponen Pasir BesiRumus Kimia Fe2O3
Berat Molekul 159,7 gr/molDensitas 5,12 gr/mlTitik Leleh Teruarai pada 1560 oCWarna HitamKelarutan Tidak larut dalam air, larut
dalam HCl Sumber : Perry, R.H, Tahun 1989
2.7.4.Bahan Baku Additive
Pada proses produksi semen baturaja selain hanya mengandung bahan baku
utama, tambahan dan korektif, juga ditambahkan bahan additive yang terdiri dari:
a) Fly Ash
Fly ash merupakan bahan baku additive dalam proses pembuatan semen,
yang diperoleh dari sisa pembakaran batubara. Manfaat dari penambahan fly ash
pada semen dikarenakan fly ash mempunyai sifat pozzolanic dimana dapat
bereaksi dengan kapur pada suhu kamar dengan bantuan media air sehingga akan
terbentuk senyawa yang bersifat sebagai pengikat. Fly ash yang digunakan di
produksi PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk berasal dari PLTU Bukit Asam,
Muara Enim.
b) Trass
Trass merupakan bahan baku additive pada pembuatan semen baturaja yang
berasal dari batuan gunung api yang telah mengalami perubahan komposisi kimia
yang disebabkan oleh pelapukan dan pengaruh dari kondisi air bawah tanah. Trass
berfungsi untuk mempercepat proses pengerasan karena mudah sekali mengeras
22
pada saat terjadi kontak langsung dengan air. Trass yang digunakan pada produksi
semen baturaja berasal dari tambang rakyat Muara Dua, OKU Selatan.
c) Lime Stone
Lime stone juga dimanfaatkan sebagai bahan additive pembuatan semen.
Tujuan dari penambahan lime stone adalah untuk mengurangi penggunaan
klinker. Dengan penggunaan klinker maka kapasitas produksi akan meningkat.
2.8. Proses Produksi
Proses pembuatan semen yang dilakukan pada PT. Semen Baturaja (Persero)
Tbk ini menggunakan proses kering (Dry process). Proses produksi ini dimulai
dari penyediaan bahan mentah, penggilingan bahan mentah, pembakaran,
pendinginan klinker, penggilingan klinker, dan pengantongan semen.
2.8.1.Penyedian Bahan Baku
Bahan baku yang dibutuhkan dalam pembuatan semen antara lain batu kapur,
tanah liat, pasir silika dan pasir besi. Untuk penyedian bahan baku utama yaitu
batu kapur dan tanah liat, PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk melakukan
penambangan sendiri. Dimana lokasi penambangan batu kapur PT. Semen
Baturaja (Persero) Tbk ± 1200 meter dari pabrik, dengan luas area 51,5 ha,
sedangkan lokasi penambangan tanah liat terletak ± 1400 meter arah barat daya
dari pabrik dengan luas area 27,4 ha. Sedangkan untuk penyediaan bahan baku
lainnya PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk dibeli langsung dari luar.
2.8.1.1.Penambangan Bahan Baku (Minning)
1. Penambangan Batu Kapur
Metode penambangan yang dilakukan di PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk
bersifat tambang terbuka. Metode ini dipakai karena deposit batu kapur di PT.
Semen Baturaja (Persero) Tbk terletak pada daerah yang mendatar, sehingga
tempat kerjanya (front) digali kearah bawah sehingga membuat cekungan (pit).
Metode penambangan seperti ini disebut “Pit Type Quarry”.
Alat-alat perlengkapan penambangan batu kapur adalah sebagai berikut :
a) Bor tipe Rotary Drill dengan diameter 4 in
b) Mobil kompresor
23
c) Hydraulic Exavator
d) Rear Dump Truck HD 200 dan HD 300
e) Alat-alat bantu antara lain :
f) Buldozer
g) Pompa listrik
h) Greader
i) Wheel loader
Kegiatan penambangan batu kapur yang dilakukan PT. Semen Baturaja
(Persero) Tbk meliputi:
1) Clearing
Clearing adalah kegiatan pembersihan semak belukar maupun
bongkahan–bongkahan batu dan tanah humus di bagian atas lokasi yang
menghalangi penambangan. Tanah humus di bagian atas harus ditimbun
pada tempat tertentu dan ditanami rumput agar tidak terjadi erosi,
sehingga kelak dapat dipakai sebagai reklamasi bekas – bekas
penambangan.
2) Stripping of Over Burden
Stripping of Over Burden merupakan salah satu tahapan dalam proses
penambangan dengan melakukan kegiatan pengupas tanah penutup yang
mempunyai ketebalan lebih kurang 4 meter dengan menggunakan alat
gali Bulldozer Backhoe UH 20. Lapisan tanah selanjutnya digali dan
dimuat ke dalam Dump Truck HD 200 kemudian dibuang ke tempat
pembuangan di sebelah tenggara front.
3) Drilling (Pengeboran)
Drilling merupakan suatu proses sebelum melakukan penambangan batu
kapur dengan melakukan pengeboran terlebih dahulu guna pembuatan
lubang ledak (Blast Hole). Jenis alat yang digunakan pada front
penambangan batu kapur ada tiga jenis yaitu :
a) Jack Hammer
Digunakan untuk bongkahan-bongkahan (Boulder) yang terdapat
pada bagian atas dari batu kapur untuk memudahkan operasi.
24
b) Wagon Drill dan Rotary Drill
Wagon Drill dan Rotary Drill digunakan bila permukaan batu kapur
sudah cukup rata dan dioperasikan untuk pembuatan lubang ledak.
Geometri lubang ledak PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk terdiri
dari burden 2,5 meter, kedalaman lubang ledak bor rata-rata 7
meter, posisi kemiringan lubang 80o dan spacing 3 meter. Jika
pengeboran telah selesai, dilanjutkan dengan pengisian lubang ledak
dengan bahan peledak.
4) Blasting (Peledakan)
Blasting merupakan proses peledakan batu kapur yang bertujuan untuk
melepaskan batuan dari induknya. Perlengkapan yang digunakan pada
umumnya adalah detonator listrik, sumbu ledak, booster dan blasting
mechine. Bahan peledak yang biasa digunakan adalah tipe ANFO yang
merupakan bahan peledak campuran Ammonium Nitrat dengan bahan
bakar solar.
5) Loading (Pemuatan)
Merupakan rangakaian kegiatan yang dilakukan untuk mengambil dan
memuat material ke dalam alat angkut. Alat muat yang dipakai antara
lain Hydraullic Shovel, Back Hoe, Whell Loader. Setelah batu kapur
digali dengan alat muat lalu dimasukkan ke Dump Truck.
6) Hauling (Pengangkutan)
Merupakan serangkaian proses penambangan yang dilakukan untuk
mengangkut batu kapur menuju proses crushing. Alat angkut yang
digunakan adalah Dump Truck dengan kapasitas 15 sampai 35 ton.
2. Penambangan Tanah Liat (Clay)
Berbeda dengan batu kapur, penambangan tanah liat tidak membutuhkan
proses drilling dan blasting karena tanah liat tidak berada jauh dari permukaan
tanah sehingga dapat langsung diambil. Proses penambangan clay terdiri dari:
1) Clearing
Sebelum penambangan tanah liat, dilakukan pembersihan atau
pembabatan semak belukar dan tumbuhan penutup yang berada di
25
permukaan lokasi yang menghalangi proses penambangan. Alat yang
digunakan adalah bulldozer tipe D7G.
2) Stripping
Pengupasan tanah penutup permukaan lokasi penambangan dengan
Bulldozer Backhoe tipe PC 400 dan D7G.
3) Loading
Loading adalah proses pemuatan tanah liat ke dalam bak dump truck.
Pemuatan ini menggunakan excavator shovel tipe E450.
4) Hauling
Hauling merupakan proses pengangkutan tanah liat dari tambang menuju
ke proses penghancuran dan penghalusan tanah liat. Alat angkut yang
digunakan adalah dump truck dengan kapasitas angkut 15 sampai dengn
35 ton.
2.8.1.2.Penghalusan Bahan Baku (Crushing)
1) Pemecahan Batu Kapur (Lime Stone Crusher)
Batu kapur yang diangkut dari tambang dengan Dump Truck dituangkan ke
dalam lime stone hopper. Selanjutnya batu kapur dimasukkan ke dalam alat
pemecah (single shaft hammer crusher) oleh appron feeder. Prinsip kerja dari alat
pemecah berdasarkan putaran (rotation) dan pukulan (impact) dari hammer yang
membentuk impact wall lining. Produk yang lolos dari saringan (grate basket)
masuk discharge steel conveyor, sedangkan material jatuhan dari appron
feeder ditampung oleh drag chain dan masuk discharge steel conveyor.
Selanjutnya batu kapur tersebut diangkut dengan melalui rangkaian seri belt
conveyor dicurahkan dengan membentuk layer – layer ke tempat penumpukan
yang dibagi dua bagian yaitu storage I dan II. Storage I berkapasitas 1700 ton dan
storage II berkapasitas 1400 ton. Storage batu kapur dan tanah liat dilengkapi
dengan stacker dan reclaimer yang berfungsi untuk menata dan mengambil bahan
baku menuju belt conveyor untuk dimasukkan ke proses selanjutnya.
2) Pemecahan Tanah Liat (Clay Crusher)
Dengan alat angkut Dump Truck, tanah liat dari tambang diangkut dan
dituangkan ke dalam clay hopper. Appron feeder yang dilengkapi dengan I speed
26
mentransfer tanah liat ke Double Roller Crusher. Prinsip kerja Double Roller
Crusher adalah dengan cara ditekan oleh dua buah roller yang putarannya
berlawanan arah. Pada roller tersebut dilengkapi dengan kuku baja (teeth) untuk
membantu memecah tanah liat yang keras. Untuk menampung jatuhan material
dari appron feeder dipasang drag chain. Material yang telah dihancurkan
selanjutnya dimasukkan ke dalam stock pile tanah liat dengan alat transport belt
conveyor. Stock pile tanah liat ada 2, stock pile I dan II sama-sama berkapasitas
7000 ton.
2.8.2.Penggilingan Bahan Baku
1) Penggilingan Raw Meal
Penggilingan bahan mentah adalah cara untuk memperkecil ukuran bahan
mentah menjadi lebih kecil atau membuat luas permukaan material menjadi lebih.
Tujuan dari penggilingan bahan mentah ini adalah untuk mendapatkan campuran
bahan mentah yang homogenik dan untuk mempermudah terjadinya reaksi kimia
pada saat klinkerisasi. Selain penggilingan, material juga harus mengalami
pengeringan dengan media pengeringannya berupa gas panas yang berasal dari
hot gas generator ataupun dari kiln exchaust gas.
Bahan mentah utama yang terdiri dari batu kapur dan tanah liar di garuk
dengan menggunakan reclaimer dari stock pile masing masing, kemudian bahan
koreksi yang berupa pasir silika dan pasir besi dicampurkan dengan bahan mentah
utama dalam sebuah belt conveyor untuk diumpankan kedalam sebuah vertical
mill. Di dalam vertical mill keempat bahan bahan mentah yang telah tercampur
dengan porsi tertentu itu mengalami proses penggilingan dan pengeringan.
Selanjutnya material yang telah halus diisap dengan sebuah fan. Untuk
mendapatkan produk vertical mill bahan mentah atau raw meal yang memiliki
kehalusan sesuai dengan standar, maka material yang terhisap harus melewati
separator terlebih dahulu dan selanjutnya dipisahkan dari gas panas dengan
menggunakan empat buah cyclone.
Raw meal yang telah terpisah dari gas panas selanjutnya dimasukkan ke CF
Silo (Continous Flow Silo) dengan menggunakan alat transport berupa fluxo slide
dan belt elevator. Didalam CF Silo, row meal akan dihomogenisasikan dan di
27
simpan serta siap di umpankan ke kiln. Produk atas dari cyclone separator adalah
uap air, gas panas dan sebagian debu yang terikat pada waktu pemisahan di
transportasikan ke Electric Precipitator. Di dalam Electric Precipitator debu
ditangkap oleh elektroda-elektroda yang bertegangan tinggi. Debu yang
terkumpul ini dikembalikan lagi ke CF Silo. Sedangkan gas panas dari kiln, uap
air dan sebagian debu tidak tertangkap oleh elektroda-elektroda Electric
Precipitator ditransportasikan ke cerobong (stack) dengan bantuan fan.
2) Penggilingan Raw Coal
Raw coal diperoleh dari PT. Bukit Asam (Persero) ditumpuk dalam dome
storage, selanjutnya reclaimer akan menggaruk batubara untuk dijatuhkan
kedalam belt conveyor. Kemudian oleh bucket elevator material dibawa ke raw
coal silo. Proses penggilingan raw coal diawali dengan sistem pemanas (heating
up), yang bertujuan untuk mempersiapkan kondisi operasi coal mill dengan cara
memasukkan gas panas dari kiln hingga tercapai temperatur tertentu dan harus
dilakukan dengan benar agar tidak membahayakan sistem operasi alat.
Setelah kondisi panas telah memenuhi persyaratan segera raw coal
dimasukkan ke dalam coal mill melalui twin paddle. Di dalam coal mill, raw
coal masuk di antara table dan roller membentuk ketebalan tertentu akibat adanya
bed contact dengan gas panas, sehingga mengalami proses pengeringan. Hasil
dari penggilingan raw coal kemudian dihisap oleh jet pulse filter untuk
dipisahkan antara coal halus dengan gas panas. Coal halus ditangkap oleh filter
kemudian disimpan dalam bin sebagai produk coal mill yang siap untuk
digunakan pada proses pembakaran, sedangkan gas panasnya dibuang melalui
stack (prinsip kerjanya sama dengan raw material semen pada vertical mill).
Keberhasilan proses penggilingan batubara selain dari segi kuantitas juga
ditinjau dari kualitasnya, yaitu kadar air dan kehalusan fine coal produk coal mill
standar air maksimal 9 %, agar tidak merugikan proses pembakaran, sedangkan
kehalusan batubara dibatasi maksimum 20 % yang lolos ayakan 90 µ.
2.8.3.Pemanasan awal Raw Meal (Preheating)
Pada produksi satu semen baturaja memiliki beberapa alat preheater yang
disebut string A dan string B. String A terdiri dari 5 buah cyclone dengan 2
28
cyclone seri pada bagian atasnya dan string B terdiri dari empat buah cyclone
yang disusun pararel. Pada string B terdapat satu buah kalsiner yang berfungsi
untuk kalsinasi lime stone untuk membentuk CaO .
Pada kalsiner, string A dan string B inilah terjadi proses preheater raw meal
sebelum masuk ke dalam proses pembakaran di kiln. Proses ini bertujuan untuk
menaikan suhu raw meal perlahan sampai dengan temperatur 900 ̊C juga untuk
mendapatkan CaO konversi hingga 80 % ini berguna untuk mengurangi beban
kiln guna menuingkatkan effisiensi pembentukan klinker pada kiln.
Preheater ini mendapatkan suply panas dari gas panas yang terjadi di kiln
serta gas panas yang berasal dari proses pembakaran di kalsiner. Pada preheater
ini juga terjadi proses drying untuk mengurangi persentase air sebelum masuk kiln
sehingga tidak menganggu stabilitas temperatur dalam shell kiln tersebut.
2.8.4.Proses Klinkerisasi
Proses klinkerisasi merupakan proses pembuatan klinker dengan
membutuhkan panas yang sangat tinggi yaitu antara 650 – 850 Kcal/kg klinker,
dan proses ini sebagian besar terjadi didalam kiln selain hanya terjadi dalam
cyclone IV dan calciner.
Proses klinkerisasi pada kiln terdiri atas empat bagian atau zone yaitu:
1) Calcining zone
Pada bagian ini raw meal yang berasal dari preheater akan terjadi proses
pemanasan hingga suhu kurang lebih 1200oC, dan sebelumnya shell kiln harus
dilapisi dengan brick jenis alumina. Tujuan dari proses dalam calcining zone
adalah untuk mengurai unsur-unsur reaktif yang terkandung dalam raw meal.
2) Transition Zone
Material yang berasal dari calcining zone akan keluar dan akan dimasukkan
ke dalam bagian transitin zone. Pada bagian ini material akan mengalami proses
proses pemanasan hingga kurang lebih 1500 oC, yang disertai dengan mulai
terjadinya proses reaksi antara CaO dengan unsur-unsur seperti SiO2, Al2O3 dan
Fe2O3 secara sedikit demi sedikit. Material pada transition zone berubah wujud
menjadi cair sebelum nantinya akan di masukkan kembali ke dalam proses
sintering zone.
29
3) Sintering Zone
Material yang telah melalui bagian transition zone akan masuk ke dalam
bagian sintering zone untuk mendekati sumber panas yang berasal langsung dari
burner, pemanasan yang terjadi dibagian ini mencapai kurang lebih 1800oC.
Menyebabkan terjadinya proses pelelehan seluruh material dan reaksi maksimum
antara CaO dengan unsur-unsur SiO2, Al2O3, dan Fe2O3 membentuk mineral
compound senyawa utama klinker yaitu C2S (belite), C3S (alite), C3A (celite) dan
C4AF (felite).
Reaksi ini yang disebut dengan reaksi klinkerisasi. Lapisan yang terpasang
pada dinding kiln adalah brick jenis basic yang mempunyai sifat dapat mengikat
coating, sehingga kiln shell lebih terlindung terhadap perlakuan panas yang sangat
tinggi.
Reaksi-reaksi yang terjadi pada proses klinkerisasi adalah sebagai berikut:
4 CaO + Al2O3 + Fe2O3 ======► 4 CaO.Al2O3.Fe2O3 : (C4AF)
3 CaO + Al2O3 ======► 3 CaO.Al2O3 ` : (C3A)
2 CaO + SiO2 ======► 2 CaO.SiO2 : (C2S)
CaO + 2 CaO.SiO2 ======► 3 CaO.SiO2 : (C3S)
Sistem perpindahan panas yang terjadi pada kiln merupakan sistem
perpindahan panas melalui sistem radiasi. Sehingga apabila temperatur yang
dihasilkan dari burner tidak memenuhi standar maka klinker yang dihasilkan tidak
sesuai dengan standar.
4) Cooling Zone
Material yang telah berbentuk di dalam bagian sintering zone kemudian akan
masuk ke dalam cooling zone untuk mengalami proses perubahan fasa. Material
akan menjahui burner gun dan temperatur diturunkan menjadi kurang lebih
1200oC. Adanya gerakan rotasi yang terjadi pada kiln menyebabkan material
dalam fasa cair akan menjadi butiran-butiran klinker. Proses ini menandakan
proses akhir yang terjadi di dalam kiln, dimana material selanjutnya akan masuk
kedalam peralatan pendingin.
Kualitas dari klinker dapat diukur dengan mengetahui kadar CaO bebas, (free
lime) yang terkandung didalam klinker, dengan batas maksimum kurang lebih
30
1,5%. Kadar CaO juga harus diperhatikan,tidak boleh terlalu rendah karena dapat
membahayakan peralatan dan boros energi.
Pembentukan klinker dilakukan pada kiln. Kiln adalah alat berbentuk tabung
silinder horizontal dengan kemiringan lima derajat, dimana posisi feed masuk
dibuat lebih tinggi dari keluarannya. Kiln feed mengalir dengan adanya bantuan
perputaran dan kemiringan kiln. Kiln juga diputar untuk mempercepat terjadinya
reaksi pembentukan klinker. Api panas yang berasal dari burner dikontakkan
secara counter current dengan kiln feed. Pembakaran pada burner menggunakan
bahan bakar batubara. Batubara yang telah dihaluskan di coal mill dialirkan
dengan menggunakan blower menuju ke burner. Sedangkan oksigen didapat dari
udara yang berasal dari grate cooler. Batubara yang dipakai berasal dari PT. Bukit
Asam (Persero) di Tanjung Enim dan dibawa dengan kereta api.
2.8.5.Proses Quenching
Quenching adalah proses pendinginan klinker secara mendadak. Klinker
didinginkan dari suhu kurang lebih 1200oC menjadi 100-200oC. Dimana klinker
panas yang keluar dari kiln akan masuk kedalam grate plate dibagian depan
(mulden plate) yang membentuk suatu tumpukan (bed), dan selanjutnya udara
bebas dihembuskan melalui sejumlah fan menembus lubang lubang yang terdapat
pada grate plate sehingga terjadilah proses pendinginan klinker. Proses
pendinginan ini disertai dengan gerakan grate plate yang maju mundur
mengakibatkan klinker terdorong kebagian belakang menuju outlet. Klinker yang
halus akan lolos melalui lubang grate plate dan akan ditampung di dalam hopper,
selanjutnya akan dikeluarkan melalui drag chain. Sedangkan dengan ukuran besar
akan dipecah oleh crusher saat melewatinya. Selanjutnya semua klinker diangkut
oleh alat transport menuju storage place (silo).
Proses quenching dapat dikatakan berhasil dengan cara melihat dari keadaan
temperatur klinker dan temperatur udara sisa, jika temperatur klinker lebih tinggi
dari pada temperatur udara sisa pendinginan yang lebih rendah maka proses
quenching tidak baik, juga sebaliknya. Udara sisa dari pendinginan klinker akan
dimanfaatkan kembali untuk udara pembakaran pada proses raw mill, cement mill,
dan coal mill.
31
2.8.6.Proses Penggilingan Cement
Pada PT. Semen Batutaja (Persero) Tbk di pabrik baturaja terdapat 2 unit
penggilingan semen (cement mill). Pada cement mill satu penggilingan
menggunakan tube mill dan cement mill dua menggunakan alat vertikal cement
mill. Penggilingan pada cement mill merupakan proses akhir dalam pembuatan
semen. Pada proses ini dihasilkan semen yang siap jual di pasaran. Pada
penggilingn semen tidak terjadi reaksi kimia, reaksi kimia terhenti sampai
pembentukan klinker. Penggilingan klinker dilakukan dengan tujuan untuk
memperluas media kontak klinker juga untuk menghomogenisasikan antara
klinker dengan bahan additifnya. Pada proses penggilingan semen ditambahkan
gypsum, lime stone dan juga fly ash.
Gypsum pada semen memiliki fungsi untuk mengontrol waktu pengerasan
semen pada saat bereaksi dengan air. Lime stone, trass atau fly ash merupakan
bahan additive yang ditambahkan untuk mengurangi pemakaian klinker namun
tidak mengurangi kualitas dari semen itu sendiri dan diharapkan menambah
kualitas dari semen.
Pada cement mill I, proses penggilingan menggunakan Hydraulic Roller
Press (HRP) sebagai semi finish grinding dan tube mill sebagai finish mill.
Klinker, gypsum dan lime stone dicampurkan sebelum menuju HRP. HRP
menggiling feed menjadi serpihan yang akan digiling dan dihaluskan lebih lanjut
di tube mill. Pada tube mill, material masuk digiling dengan grinding media (ball
mill) yang saling bertumbukan satu sama lain secara linier di dalam mill. Pada
cement mill satu tidak menggunakan gas panas dari kilen karena pada cement mill
satu panas sudah tercukupi dengan adanya tumbukan antara ball mill.
Pada cement mill II menggunakan vertical cement mill sebagai penggiling.
Vertical cement mill memiliki empat buah roller yang digunakan untuk
menggiling klinker, gypsum serta bahan additive lainnya. Pada operasional cement
mill terdapat aliran panas yang masuk ke vertikal cement mill yang berasal dari
kiln. Aliran panas dari kiln itu memiliki fungsi drying pada semen sehingga
meminimalisasi kandungan air dalam semen. Semen yang telah terbentuk dari
homogenisasi klinker, lime stone dan fly ash dan memiliki ukuran yang sesuai
32
disebut Fine product. Fine produk dihisap main filter untuk dipisahkan dari gas.
Di dalam main filter, gas panas akan keluar dari sistem. Fine product yang jatuh
dibagian bawah akan dialirkan dengan fluxos lide menuju silo.
2.9. Peralatan
2.9.1.Peralatan Utama Pembuatan Semen
1. Crusher
a) Clay Crusher
Tipe / Jenis : Double Roller Crusher
Kapasitas : 400 ton/jam
Kegunaan : Size reduction Tanah liat dari tambang tanah liat.
b) Limestone Crusher
Tipe / Jenis : Hammer Crusher
Kapasitas : 650 ton/jam
Kegunaaan : Size reduction batu kapur dari tambang batu kapur.
2. Mill
a) Coal Mill
Tipe / Jenis : Vertical Mill / ATOX 3 Roller
Kapasitas : 30 ton/jam
Kegunaan : Berfungsi untuk size reduction dan juga sebagai
pengeringan batubara.
b) Raw Milll
Tipe / Jenis : Vertical Mill / Loesche Mill 4 Roller
Kapasitas : 360 ton/jam
Kegunaaan : Berfungsi sebagai penggiling, drying dan juga
sebagai pencampuran bahan baku produksi
klinker.
c) Cement Mill I Pabrik Baturaja
Tipe / Jenis : Hydrolic Roller Press dengan tube mill
Kapasitas : 75 ton/jam
Kegunaan : Befungsi sebagai penggilingan klinker dan bahan
additive dalam pembuatan semen.
33
d) Cement Mill II Pabrik Baturaja
Tipe / Jenis : Vertical Mill (Loesche Mill 4 Roller)
Kapasitas : 125 ton/jam
Kegunaan : Berfungsi sebagai alat penggilingan klinker dan
bahan additive dalam pembuatan semen.
3. Pre Heater
a) String A
Tipe / Jenis : Cyclone Preheater
Kapasitas : 1700 ton/hari
Kegunaan : Berfungsi sebagai pemanas awal dari raw material
sebelum masuk ke kiln.
b) String B
Tipe / Jenis : Cyclone Preheater dengan Precalciner
Kapasitas : 2500 ton/hari
Kegunaaan : Berfungsi sebagai alat pemanas awal dari raw
material sebelum masuk ke kalsiner.
4. Kiln
Tipe / Jenis : Rotary Kiln
Diameter : 4,5 m
Panjang : 75 m
Kapasitas : 4300 ton/hari
Kemiringan : 5o
Kecepatan Putar : 3 rpm
Ketebalan Shell : 34,45 mm
Kegunaan : Media atau alat untuk proses pembakaran raw
material dalam pembuatan klinker.
5. Clinker Cooler
Tipe / Jenis : Grate Cooler
Kapasitas : 4300 ton/hari
Kegunaan : Alat yang digunakan proses pendinginan klinker
secara mendadak sehingga didapatkan klinker
34
yang memiliki porositas tinggi sering disebut
(quenching) dimana temperatur diturunkan dari
1200oC menjadi 200oC dengan cepat.
2.9.2.Alat Bantu Proses Produksi
1) Alat Penangkap Debu
a) Dust Collector
Dust Collector Berfungsi sebagai penyaring debu dalam proses
pembuatan semen yang masih dapat digunakan kembali ke dalam proses.
Jenis dust collector yang dipakai di PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk
pabrik baturaja adalah Filltax Jet Pulse Filter dan Bag Filter.
b) Electrostatic Precipitator (EP)
Electrostatic Precipitator berfungsi sebagai penyaring debu secara
electrostatic yang digunakan untuk menyaring debu hasil penggilingan
raw material yang akan dimasukan lagi kedalam sistem. Electrostatic
Precipitator beroperasi pada temperatur dibawah 120 oC sehingga
elektron yang terdapat dalam alat tidak terlepas.
2) Alat Transportasi
a) Truck
Truck Berfungsi sebagai alat transportasi daratan. Banyak sekali
penggunaan truk dalam operasional PT.Semen Baturaja (Persero) Tbk.
Pada biro PBM digunakan dump truck untuk mengangkut lime stone dan
clay dari tambang. Pada Biro Pemasaran digunakan truck biasa serta
truck capsule untuk distribusi semen. Pada Biro Produksi juga terdapat
truck yang digunakan dalam transportasi batu bara dan truck untuk
transportasi klinker dari pabrik baturaja ke pabrik palembang.
b) Kereta Api
Kereta api dalam PT Semen Baturaja (Persero) Tbk memiliki peran
penting dalam hal transportasi batubara dari PT.Bukit Asam (Persero.
Serta sebagai alat transportasi yang digunakan untuk pengiriman klinker
dari pabrik semen baturaja ke Pabrik penggilingan semen di pabrik
Panjang dan Palembang.
35
c) Conveyor
Conveyor merupakan alat transportasi utama dalam proses produksi
semen di pabrik baturaja hampir dalam setiap unit produksi PT. Semen
Baturaja (Persero) Tbk menggunakan conveyor sebagai alat untuk proses
transportasi.
Ada beberapa macam conveyor yang digunakan dalam proses pembuatan
semen antara lain :
Belt Conveyor : Transportasi pada limestone dan clay dari
crusher menuju storage.
Bucket Elevator Conveyor : Transportasi pada raw meal menuju CF
silo ataupun semen menuju cement silo.
Fluxslide Conveyor : Transportasi digunakan untuk membawa
klinker keluar dari kiln ke Storage clinker.
Screw Conveyor : Transportasi yang digunaakn pada material
padatan dari electrostatic precipitator
menuju CF silo.
Drag Chain Conveyor : Transportasi yang digunakan pada klinker,
berlangsung selama proses quenching di
dalam grate cooler.
Pan Conveyor : Membawa klinker dari grate cooler menuju
clinker storage.
3) Alat Penyimpanan
a) Storage
Storage merupakan tempat penyimpanan bahan baku. Dipakai untuk
penyimpanan limestone dan clay. Storage lime stone dilengkapi oleh
stacker dan reclaimer sedangkan storage clay hanya dilengkapi oleh
reclaimer,
b) Silo
Silo berfungsi sebagai media penyimpanan produk dalam kapasitas yang
besar. silo juga dilengkapi dengan sistem aerasi sehingga material yang
masuk ke dalam silo akan tercampur sempurna.
36
b) Bin
Bin berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sebelum masuk ke
proses selanjutnya. Bin biasanya memiliki kapasitas yang tidak besar
karena hanya bersifat penyimpanan sementara.
c) Hopper
Hopper bukanlah tempat penyimpanan melainkan tempat masuknya
(loading) bahan baku.
4) Alat Pendukung
a) Compressor
Compressor berfungsi untuk meningkatkan tekanan udara untuk
menurunkan debu yang tertangkap didalam jet pulse filter.
b) Fan
Fan banyak sekali digunakan dalam proses pembuatan semen
diantaranya mendinginkan klinker didalam grade cooler, menghisap
raw meal, menghisap hot gas ataupun mendinginkan sheel kiln dari luar.
Fan juga digunakan sebagai alat transportasi seperti fluxslide conveyor.
c) Power Station
Power Station berfungsi sebagai pembangkit listrik yang dimiliki PT.
Semen Baturaja (Persero) Tbk. Setelah tahun 2005 karena kurang
efektifnya penggunaan listrik power station PT. Semen Baturaja
(Persero) Tbk maka beralih menggunakan listrik dari PT PLN. Sampai
sekarang Power Station masih dipertahankan sebagai sumber listrik
cadangan apabila ada gangguan dari PLN. Power station di PT. Semen
Baturaja (Persero) Tbk adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
(PLTD).
d) Water Treatment
Water Treatment merupakan alat untuk menjernihkan air yang akan
digunakan sebagai air domestik di PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk.
e) Magnetic Separator
Magnetic Separator adalah alat yang akan memisahkan bahan yang
mengandung logam magnet.
37
f) Metal Detector
Metal Detector adalah pendeteksi metal yang terdapat pada semen mill.
Apabila metal detektor mengidentifikasi ada kandungan logam yang
diluar spesifikasi maka akan arah aliran akan berubah menuju reject .
Metal detector biasanya ditepatkan setelah magnetic separator, sehingga
apabila masih ada metal yang terlewat maka akan langsung di reject.
g) Stacker dan Reclaimer
Stacker adalah penggaruk yang berfungsi untuk homogenisasi bahan
baku. Reclaimer adalah alat yang akan mengatur bahan baku di storage
dan mengarahkan bahan baku menuju belt conveyor.
h) Calciner
Calciner merupakan alat untuk mengkalsinasi CaCO3 untuk
menghasilkan CaO kalsiner merupakan alat yang digunakan sebelum
raw meal masuk ke kiln. Calciner berfungsi untuk mengurangi beban
kerja didalam kiln dalam proses kalsinasi. Diharapkan dari kalsiner telah
tercapai 80% konversi CaCO3.
i) Conditioning Tower
Conditioning Tower berfungsi sebagai pendingin alat gas panas dari kiln
yang dialirkan ke raw mill apabila raw mill tidak beroperasi. Apabila
raw mill beroperasi maka conditioning tower akan ditutup.
j) Burner
Burner merupakan alat pembakaran untuk menghasilkan api sebagai
sumber panas dalam pembakaran di rotary kiln.
k) Weight Feeder
Weight Feeder berfungsi sebagai pengatur tonase bahan baku yang
diperlukan dalam proses.
2.10.Jaminan Mutu Produk
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk memiliki sistem manajemen yang
mengatur dan menjamin mutu dari produk yang dihasilkan PT. Semen Baturaja
(Persero) Tbk antara lain:
1) Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008
38
No. Sertifikat : 16 100 0831
2) Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001: 2004
No. Sertifikat : 08-104-0085
3) Sistem Manajemen K-3
Pabrik Palembang No. Reg 0137/SUCOFINDO/2010
Pabrik Baturaja (OKU) No. Reg 0136/SUCOFINDO/2010
Pabrik Panjang No. Reg 0105/SUCOFINDO/2010
4) Sistem Manajemen Laboratorium ISO 17025 : 2005
No. Sertifikat : LP-462-IDN
5) Sertifikat Penggunaan tanda/logo SNI
Semen Portland Type I (OPC) SNI Product = 15 - 2049 – 2004
Semen Portland Komposit (PCC) SNI Product = 15 - 7064 - 2004