bab_ii

36
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Stres Stres merupakan suatu respons tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu kejadian umum dan merupakan hal biasa yang terjadi dalam kehidupan sehari hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total pada individu antara lain pada fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres dapat mengancam keseimbangan fisiologis (Rasmun, 2004). Menurut Lazarus [1984, dikutip dalam (Nasution, 2007)], stress juga dapat diartikan sebagai: 1. Stimulus, yaitu stress merupakan suatu kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress, atau disebut juga dengan stressor. 2. Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat berupa respon fisiologis, seperti jantung berdebar, gemetar dan pusing

Upload: indrarukmanahamimpartii

Post on 18-Nov-2015

4 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

stress

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Pengertian StresStres merupakan suatu respons tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu kejadian umum dan merupakan hal biasa yang terjadi dalam kehidupan sehari hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total pada individu antara lain pada fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres dapat mengancam keseimbangan fisiologis (Rasmun, 2004).Menurut Lazarus [1984, dikutip dalam (Nasution, 2007)], stress juga dapat diartikan sebagai:1. Stimulus, yaitu stress merupakan suatu kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress, atau disebut juga dengan stressor.2. Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat berupa respon fisiologis, seperti jantung berdebar, gemetar dan pusing serta respon psikologis, seperti takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.3. Proses, yaitu stress yang digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stress, melalui strategi tingkah laku kognisi, maupun afeksi.Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stress adalah segala respon individu baik itu respon fisiologi maupun respon psikologi terhadap stimulus internal maupun eksternal yang akhirnya menimbulkan ketegangan/ tekanan yang tidak menyenangkan.B. Penggolongan StressMenurut Davidson [2004, dikutip dalam (Syarifuddin, 2009)], menggolongkan stress menjadi dua golongan. Penggolongan ini didasarkan atas persepsi individu terhadap stress yang dialaminya:1. Distress (stress negatif)Distress sebagai stress yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stress dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah. Sehingga individu menglami keadaan psikologi yang negative, menyakitkan dan timbul keinginan untuk menghindarinya.2. Eustress (stress positif)Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi dan performansi individu. Eustress juga dapat meningkatkan motovasi individu dalam menciptakan sesuatu , misalnya menciptakan karya seni.C. Stressor Stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan disebut stressor. Stressor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja kebutuhan fisiologi, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual atau kebutuhan cultural (Potter & Perry, 2005)Secara umum, stressor dapat diklasifikasikan sebagai internal atau eksternal. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang (misalnya demam, kondisi seperti kehamilan atau menopause atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah). Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang (misalnya perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau sosial atau tekanan dari pasangan) (Potter & Perry, 2005).Menurut Pettijohn [1987, dikutip dalam (Syarifuddin, 2009)] stres psikologi disebabkan oleh 3 (tiga) hal yaitu:1. Tekanan (pressure)Tekanan terjadi karena adanya tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu. Secara unmum tekanan mendorong individu untuk meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki bentuk yang berbeda-beda pada setiap individu. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang memiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptif. Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau keduanya. Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, selt esteem, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peran yang harus dijalani seseorang atau juga dapat berupa kompetisi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat antara lain pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.2. FrustasiFrustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi.3. KonflikKonflik terjadi jika individu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupu motif yang berbeda dalam waktu bersamaan. Ada 3 (tiga) jenis konflik, yaitu:a. Approach-approach conflict, terjadi apabila individu harus memilih satu diantara dua alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang yang sulit menentukan keputusan diantara dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan. Stress muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis stress ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan. b. Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu diharapkan pada dua pilihan yang sama-sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil diluar nikah, disatu sisi ia tidak ingin untuk aborsi tapi disisi lain ia belum mampu secara mental dan financial untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik jenis ini lebih sulit untuk diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memiliki konsekuensi yang tidak menyenangkan.c. Approach-avoidance conflict, adalah situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau dari suatu objek yang sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan hidupnya kelak tanpa rokok. Menurut Luthans [(1992, dikutip dalam (Widyasari, 2007)] menyebutkan bahwa penyebab stress (stressor) terdiri atas empat hal utama, yakni:1. Extra organizational stressors, yang terdiri dari perubahan sosial/ teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas dan keadaan komunitas/ tempat tinggal. 2. Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, strektur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi dan proses yang terjadi dalam organisasi.3. Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal dan intergroup.4. Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran, serta disposisi individu seperti pola kepribadian Tipe A, kontrol personal, learnead helplessness, self-efficacy dan daya tahan psikologis.Sedangkan (Siswanto, 2007), membedakan stressor dalam 4 (empat) kelompok berbeda, yaitu:1. Lingkungan fisik, misalnya suhu yang terlalu panas atau dingin, perubahan cuaca, cahaya yang terlalu terang/ gelap, suara yang terlalu bisisng, polusi dan kepadatan.2. Individual, misalnya konflik yang berhubungan dengan peran dan tuntutan tanggungjawab yang dirasakan berat bisa membuat seseorang menjadi tenang.3. Kelompok, seperti hubungan dengan teman, hubungan dengan atasan dan hubungan dengan bawahan.4. Keorganisasian, seperti kebijakan yang diambil perusahaan, struktur organisasi yang tidak sesuai dan partisipasi para anggota yang rendah.D. Respon terhadap StressStress sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan dengan suatu stressor tidak selalu mengakibatkan gannguan secara psikologi maupu fisiologi. Terganggu atau tidaknya individu, tergantung pada persepsinya terhadap peristiwa yang dialaminya [Hager 1999, dikutip dalam (Widyasari, 2007)].Respon terhadap stress terbagi atas dua macam yaitu respon fisiologis dan respon psikologis (Potter & Perry, 2005).1. Respon Fisiologis Menurut Selye [1976, dikutip dalam (Potter & Perry, 2005)], telah mengidentifikasi dua respon fisiologi terhadap stress yaitu sindrom adaptasi local (LAS) dan sindrom adaptasi umum (GAS).Local adaptation syndrome (LAS)Tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah, penyumbatan luka, akomodasi mata terhadap cahaya dan respon terhadap tekanan.General adaptation symdrome (LAS)GAS adalah respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respon ini melibatkan beberapa sistem tubuh, terutama system saraf otonomdan system endokrin. GAS terdiri atas reaksi alarm, tahap resistensi dan tahap kehabisan tenaga.a. Reaksi alarmReaksi alarm melibatkan pengarahan mekanisme pertahanan diri tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Kadar hormon meningkat untuk meningkatka volume darah dan dengan demikian menyiapkan individu untuk beraksi. Hormon lainnya dilepaskan utnuk meningkatkan kadar glukosa darah guna menyiapkan energy utnuk keperluan adaptasi, meningkatkan kadar hormon lain seperti epinefrin dan norepinefrin mengakibatkan peningkatan frekuensi jaunting, meningkatkan aliran darah ke otot, menigkatkan ambilan oksigen, memperbesar kewaspadaan mental.Aktivitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan respon melawan atau menghindar. Curah jantung, ambilan oksigen dan frekuensi pernapasan meningkat, pupil mata berdilatasi untuk menghasilkan bidang visual yang lebih besar dan frekuensi jantung meningkat untuk menghasilkan energi lebih banyak. Perubahan lainnya yang terjadi menyiapkan individu untuk bertindak. Dengan peningkatan kewaspadaan dan energy mental ini, seseorang disiapkan untuk melawan atau menghindari stressor.Selama reaksi alarm individu dihadapkan pada stressor spesifik. Respon fisiologis individu adalah mendalam, melibatkan sistim tubuh utama, dan dapat berlangsung dari hitungan waktu dari menit sampai jam, kemungkinana juga merupakan ancaman terhadap hidup. Jika stressor terus menetap setelah reaksi peringatan, individu berkembang ke fase kedua dari GAS yaitu resisten.b. Tahap resistenDalam tahap resisten, tubuh kembali menjadi stabil, kadar hormone, frekuensi jantung, tekanan darah, curah jantung kembali ketingkat normal. Individu berupaya untuk mengadaptasi terhadap stressor. Jika stress dapat diatasi, tubuh akan memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Namun demikian, jika stressor tetap terus menetap maka individu memasuki tahap ketiga dari GAS yaitu tahap kehabisan tenga.c. Tahap kehabisan tenagaTahap kehabisan tenaga terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi melawan stres dan ketika energy yang diperlukan untuk mempertahankan adaptasi sudah menipis. Respon fisiologis menghebat, tetapi tingkat energy individu terganggu dan adaptasi terhadap stressor hilang. Tubuh tidak mampu untuk mempertahankan dirinya terhadap dampak stressor, regulasi fiswiologis menghilang, dan jika stress berlanjut dapat terjadi kematian.2. Respon psikologisMenurut (Nasution, 2007), membagi reaksi psikologis menjadi 3 (tiga) yaqitu kognisi, emosi, dan perilaku sosial.a. KognisiReaksi spesifikpada fungsi kognitif terlihat pada proses berpikir, status mental, konsentrasi, dan ingatan. Dalam keadaan biasa, seseorang dapat berpikir secara rasional daqn fleksibel, seseorang mampu menggunakan pikirannya untuk memecahkan masalah dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.Sementara dalam keadaan stress, kemampuan untuk menggunakan pikiran secara rasional coherent terganggu. Pikiran terlalu didominasi oleh rasa khawatir terhadap konsekuensi dari setiap tindakan dan oleh konsep diri yang negatif. Dalam keadaan stress, kemampuan untuk berkonsentrasi melemah, pikiran menjadi kacau oleh obsesi dan stimulus ekstremal. Konsentrasi yang melemah mengganggu penampilan individu kemampuan menyelesaikan masalah. Selain itu, orang yang stress seringkali bingung dan menjadi pelupa (Crider, 1983).b. EmosiEmosi yang biasa muncul ketika stress yaitu cemas dan depresi. Seseorang yang merasa cemas selalu merasa susah, gelisah, dan takut. Sedangkan seseorang yang depresi selalu merasa sedih, tak berharga, lelah dan pesimis (Crider, 1983).c. Perilaku sosialStress dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu dapat berperilaku positif maupun negatif. Stress yang diikuti oleh rasa marah membuat perilaku sosial negatif cenderung meningkat sehingga dapat menimbulkan perilaku agresif [Sherif & Sherif, Donnerstein & Wilson, Cohen & Spacapan dikutip dalam (Nasution, 2007)]Cox [1990, dikutip dalam (Siswanto, 2007)], mengkategorikan akibat stress menjadi 5 kategori yaitu:1. Akibat subjektif, yaitu akibat yang dirasakan secara pribadi, meliputi kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri rendah, perasaan terpencil.2. Akibat perilaku, yaitu akibat yang mudah dilihat karena berbentuk perilaku-perilaku tertentu, meliputi mudah terkena kecelakaan, penyalagunaan obat, peledakan emosi, berperilaku impulsive, tertawa gelisah.3. Akbat kognitif, yaitu akibat yang mempengaruhi proses berpikir, meliputi tidak mampu mengambil keputusan yang sehat, kurang dapat berkonsentrasi, tidak mampu memusatkan perhatian dalam jangka waktu yang lama, sangat peka terhadap kecemasan dan mengalami rintangan mental.4. Akibat fisiologis, yaitu akibat-akibat yang berhubungan dengan fungsi atau kerja alat-alat tubuh, yaitu tingkat gula darah meningkat, denyut jantung/tekanan darah naik, mulut menjadi kering, berkeringat, pupil mata membesar, tubuh kadang panas dan kadang dingin.5. Akibat keorganisasian, yaitu akibat yang tampak dalam tempat kerja, meliputi absent, produktivitas rendah, mengasingkan diri dari teman sekerja, ketidakpuasan kerja, menurunnya keterikatan dan loyalitas terhadap organisasi.E. Stress pada Mahasiswa Dalam (Nasional, 2007), dijelaskan mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Merujuk pada pengertian stress yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa stress pada mahasiswa adalah segala respon mahasiswa baik itu respon fisiologis maupun respon psikologis terhadap stimulus internsl msupun eksternal yang akhirnya menimbulkan ketegangan/ tekanan yang tidak menyenangkan.Anon (2006) mengemukakan bahwa stress merupakan persoalan penting pada mahasiswa yang dapat muncul ketika berhadapan dengan beragam tekanan mengenai persoalan akademik, personal dan sosial. Ross, Neibling dan Hecker (1999) melakukan penelitian terhadap 100 mahasiswa Midwestern University menemukan bahwa penyebab stress pada mahasiswa antara lain masalah intrapersonal, lingkungan, interpersonal dan akademik, di mana masalah intrapersonal menjadi penyebab utaman.Menurut (Siswanto, 2007), membagi permasalah mahasiswa dalam 6 kategori, yaitu:1. Perbedaan cara belajar2. Perpindahan tempat3. Mencari teman baru dan pergaulan4. Perubahan relasi5. Pengaturan waktu6. Nilai-nilai hidupMenurut (Sayiner, 2006), dalam tulisannya Stress level of university student memebagi penyebab stress pada mahasiswa dalam 3 (tiga) penyebab utama yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial dan self-interprestation. Zulharman (n.d.) menyebutkan tekanan dan masalah yang dihadapi oleh mahasiswa meliputi masalah akademik dan masalah non akademik. Masalah akademik seperti tekanan menghadapi ujian, nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rendah, terancam drop out dan masalah akademik lainnya. Sedangkan, masalah non akademik seperti masalah keuangan, masalah keluarga, masalah akomodasi, masalah interpersonal maupun intrapersonal.Sedangkan (Suhoyo, Emilia, & Hadianto, 2006), dalam penelitiannya Tingkat Stress pada Mahasiswa Tingkat Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada membagi stress mahasiswa dalam 3 (tiga) kategori yaitu stress akademik, stress sosial dan stress personal. Stress akademik dipicu antara lain masalah kurikulum, materi pendidikan yang padat, jadwal rutin, ujian, sarana dan prasarana, serta indeks prestasi (IP). Sedangkan stress sosial diakibatkan oleh lingkungan sosial yaitu pergaulan dengan teman ataupun hubungan dengan dosen. Sementara pemicu stress personal yaitu masalah keuangan, masalah pribadi dan keluarga, tidak ada waktu untuk santai.Dari uraian diatas, maka stress pada mahasiswa dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu stress akademik, stress sosial dan stress personal.1. Stress akademikMenurut (Nasional, 2007), akademik adalah segala hal yang berhubungan dengan lembaga pendidikan tinggi yang mendidik tenaga professional. Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa akademik adalah segala hal yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan bersifat ilmiah khususnya menyangkut pendidikan di sekolah dan universitas.Menurut Gadzella [(1991, dikutip dalam (Damanik, 2006)], mengelompokkan stressor akademik menjadi 5 (lima) kategori, antara lain:a. Frustasi Dalam kaitannya dengan keterlambatan untuk mencapai tujuan, kurangnya sumber daya yang tersedia, kegagalan dalam mencapai tujuan, merasa terasing dalam lingkungan, masalah dengan teman dekat, menyia-nyiakan kesempatan walaupun memenuhi kualifikasi.b. KonflikAkibat dua atau lebih alternatif yang diinginkan dan yang tidak diinginkan untuk mencapai tujuan dengan mempertimbangkan konsekuensi baik positif maupun negatfe.c. TekananTekanan disebabkan oleh adanya kompetisi, deadline (tenggat waktu), beban kerja yang berlebihan, tenggungjawab dan keinginan atau harapan.d. PerubahanPerubahan terjadi akibat adanya perubahan hidup yang meliputi semua perubahan apa saja yang dapat mengganggu kehidupan individu.

e. Self-imposed Terjadi ketika seseorang berusaha untuk selalu menang atau ingin diperhatikan dan dicintai oleh semua orang, kekhawatiran berlebihan, prograstinasi (penundaan), perfeksionis dan kecemasan ketika menghadapi ujian. Menurut Hall [(2004, dikutip dalam (Damanik, 2006)] ,menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi stress akademik yaitu sebgai berikut:a. Pengalaman sebelumnyaIndividu yang pernah mengalami situasi stressful pada umumnya akan lebih mampu menghadapi dengan baik jika situasi yang menyebabkan stress muncul lagi.b. InformasiInformasi mengenai suatu peristiwa stress dapat memberikan persiapan kepada individu untuk menerima keadaan tersebut.c. Perbedaan individuSebagian individu berusaha untuk melindungi diri mereka dari dampak stress seperti penyangkalan atau melepaskan diri dari situasi tersebut.d. Dukungan sosialDampak dari peristiwa stress dipengaruhi oleh sistem sosial, dukungan dan empati dari orang lain sangat membantu mengurangi tingkat stress.e. KontrolKepercayaan individu untuk mengontrol situasi yang menyebabkan stress dapat mengendalikan situasi akibat stress.Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penyebab stress akademik pada mahasiswa , yaitu:a. Adaptasi cara belajar/ kurikulumPerguruan tinggi yang menuntut mahasiswa untuk lebih aktif dalam mempelajari dan memahami materi. Materi yang diberikan dosen biasanya bersifat sebagai pengantar, sedangkan pendalaman lebih lanjut diserahkan kepada mahasiswa yang bersangkutan. Ini menyebabkan kedalaman dalam suatu materi tergantung dari kektifan mahasiswa dengan usahanya mencari referensi yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Belum lagi perbedaan sistem paket yang diterapkan SMU dan sistem SKS yang berlaku di perguruan tinggi, yang betul-betul menuntut mahasiswa lebih aktif kalau ingin lulus dengan nilai yang memuaskan dan dalam jangka waktu yang singkat (Siswanto, 2007).b. Tugas kulaih yang banyakMenurut Atkinson [1998, dalam (Mahfar, Zaini, & Nordin, 2007)], beban kerja yang terlalu banyak dalam waktu yang singkat juga dapat mengakibatkan stress. Dari hasil penelitian (Mahfar, Zaini, & Nordin, 2007), ditemukan bahwa beban kerja berlebih merupakan faktor utama penyebab stress pada mahasiswa.c. Materi kulaih yang sangat padat dan banyakSugiyati (Harian Umum Pelita 23 Februari 2009) mengatakan salah satu masalah yang dihadapi pendidikan adalah kurikulum yang dianggap terlalu berat dan membebani siswa. Pendapat ini dapat dianalogikan dengan materi kuliah padat, dimana akibat kurikulum yang terlalu berat menjadikan kuliah sebagai stressor bagi mahasiswa. Akibatnya, mahasiswa tidak enjoy namun namun malah stress dan putus kuliah.d. Jadwal kuliah yang padat (> 7 jam)Cooper dikutip dalam (Widyasari, 2007), yang menyatakan stressor dari pekerjaan yang dapat dianalogikan dalam perkuliahan menunjukkan bahwa kerja atau kulaih yang berlebihan secara kualitatif dan kuantitatif dapat mengakibatkan kelelahan mental ataupun fisikdalam bekerja atau kuliah yang pada akhirnya meningkatkan kesensitifan dan ketegangan.e. Ujian Beberapa ahli menemukan bahwa penyebab utama stress akademik pada mahasiswa adalah tugas-tugas kulaih dan ujian. (Tim Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Semarang, 2005), dalam penelitiannya mengemukakan bahwa ujian semester merupakan salah satu contoh stressor psikis yang dalam penilaian termasuk tariff ringan. Ujian adalah keadaan yang menegangkan dan mencemaskan. Materi ujian yang belum dikuasai, perasaan belum siap untuk menghadapi ujian padahal waktu ujian didepan mata, juga berpotensi menimbulkan stress.f. Indeks prestasi (IP)Indeks Prestasi adalah nilai kredit rata-rata yang merupakan satuan nilai akhir yang menggambarkan mutu penyelesaian suatu program studi. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) merupakan angka yang menunjukkan prestasi atau kemajuan belajar mahasiswa secara kumulatif mulai dari semester pertama sampai dengan semester paling akhir yang ditempuh. IPK digunakan sebagai criteria dalam pemberian sanksi akademik dan evalusai studi pada akhir program. Peringkat sangat penting bagi mahasiswa, dikutip dalam (Anonim, 2006), yang membahas tentang peringkat, beberapa para ahli mengemukakan antara lain Greenberg (1995) melaporkan bahwa 7 darin 8 siswa berkonsentrasi pada peringkat mereka, Abouserie (1994) menunjukkan bahwa penyebab stress di Universitas adalah stress akademik, ujian dan hasil. Selain itu, Yi, Lin dan Kishimoto (2000) juga mengemukakan bahwa peringkat merupakan konsentrasi utama pada mahasiswa. Tekanan terhadap hasil ini dapat memicu distress.g. Peraturan yang ketatSugioaryo [1999, dikutip dalam (Ilyas, 2009)] mengemukakan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa di mana salah satunya disebabkan oleh peraturan-peraturan sekolah/ lembaga dan dirasa memberatkan. Displin dianggap sebagai kepatuhan siswa terhadap peraturan dan perintah guru/ senior mereka. Selain itu, kepatuhan tersebut terbina karena adanya aneka hukuman yang menyertai ketidakpatuhan.h. Lingkunagen belajar tidak sesuai (padat/ bising)Riggo [2001, dikutip dalam (Mahfar, Zaini, & Nordin, 2007)], menekankan bahwa lingkungan merupakan suatu organisasi yang dapat mendatangkan masalah stress kepada individu. Kebisingan dan kurangnya kebebasan seseorang dapat mengakibatkan kebingungan, ketegangan atau ketidaknyamanan (Potter & Perry, 2005)Manurut (Mahfar, Zaini, & Nordin, 2007), dalam penelitiannya menemukan bahwa penyebab ketiga stress pada mahasiswa adalah keadaan lingkungan yang tidak sesuai antara lain tempat belajar tidak nyaman, suasana bising pada saat kuliah dan ruang kuliah yang sempit.

i. Sarana dan prasaranaKondisi perkulaihan yang memburuk berpotensi menjadi penyebab mahasiswa mudah jatuh sakit, mudah stress, sulit berkonsentrasi dan menurunnya produktivitas. Jika ruangan kuliah tidak nyaman, panas, sirkulasi darah kurang memadai, raung kulaih terlalu padat, lingkungan kurang bersih, berisik tentu besar pengaruhnya terhadap kenyamanan belajar siswa (Rini, 2002)2. Stress sosialSosial adalah segala hal yang berhubungan dengan masyarakat (Nasional, 2007). Sedangkan (Chaplin, 2006), menjelaskan bahwa sosial menyinggung relasi di antara dua atau lebih individu.Lingkungan sosial yaitu merupakan lingkungan masyarakat. Dalam lingkungan masyarakat ini ada interaksi individu saru dengan individu lain. Keadaan masyarakat pun akan memberikan pengaruh terhadap perkembangan individu (Walgito, 2003).Merujuk pada pengertian stress yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa stress sosial adalah segala respon individu baik itu respon fisiologis maupun respon psikologis terhadap stimulus eksternal berupa lingkungan sosial yang akhirnya menimbulkan ketegangan/tekanan yang tidak menyenangkan.Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Suhoyo, Emilia, & Hadianto, 2006) Universitas Gajah Mada yang mengkaji tingkat stress, mengemukakan bahwa stress sosial pada mahasiswa dipicu oleh lingkungan sosial yaitu pergaulan dengan teman, hubungan dengan dosen, dan interaksi dengan masyarakat sekitar tempat tinggal.Sayiner (2006) dalam tulisannya stress level of university students mengemukakan bahwa perubahan kedalam kehidupan universitas dapat menjadi stress karena mahasiswa harus meninggalkan dukungan sosialnya selama ini. Stres ini dapat menimbulkan perasaan homesickness dan keinginan untuk kembali ke rumah.3. Stres personal Personal adalah segala sesuatau hal yang bersifat pribadi atau perseorangan (Nasional, 2007). Berdasarkna pengertian stress yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa sters personal adalah segala respon fisiologi maupun respon psikologi terhadap persoalan pribadi atau perseorangan yang akhirnya menimbulkan ketegangan/ tekanan yang tidak menyenangkan.Dalam penelitian yang dilakukan oelh Suhoyo, Emilia, dan Hadianto (2006) pada Mahasiswa Tingkat Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada yang menkaji tingkat stress, mengemukakan bahwa pemicu stress personal pada mahasiswa yaitu keuangan, masalah pribadi dan keluarga, tidak ada waktu untuk santai.

F. Terapi Humor a. Definisi Humor Humor berasal dari bahas inggris yangg berarti kelucuan atau kejelakaan. Humor didefinisikan oleh The Oxford English Dictionary sebagai kualitas tindakan, ucapan, atau tulisan yang menggairahkan. Humor merupakan sebuah aspek afektif, kognitif, atau estetika dari seseorang, stimulus, atau peristiwa yang membangkitkan, seperti hiburan, sukacita, kegembiraan atau sebagai tertawa, tersenyum (Wasylowich, 2011).American Association for Humor Terapy (AATH) dalam (Meyer, 2007), menyatakan bahwa terapi humor adalah intervensi terapeutik menggunakan stimulus-stimulus yang merangsang ekspresi senang. Intervensi ini dapat meningkatkan kesehatan atau digunakan sebagai pengobatan komplementer penyakit untuk memfasilitasi penyembuhan atau mengatasi, baik fisik, emosional, kognitif, sosial, atau spiritual.Dari perspektif psikologis, secara teoritis dan secara operasional, humor didefinisikan dalam beberapa cara melibatkan kognitif, emosi, perilaku, psychophysiological, dan sosial. Istilah humor dapat digunakan untuk merujuk ke stimulus (misalnya, sebuah film komedi), suatu proses 22 mental (misalnya, persepsi atau penciptaan incongruities lucu). Tertawa adalah ekspresi perilaku yang paling umum dari pengalaman lucu dan tawa juga biasanya dikaitkan dengan emosi yang menyenangkan (Martin, 2001).Humor dapat didefinisikan secara luas sebagai pendekatan untuk diri sendiri dan orang lain yang ditandai dengan pandangan yang fleksibel yang memungkinkan seseorang untuk menemukan, mengekspresikan atau menghargai segala sesuatu yang bersifat lucu (Hood, 2009). Secara emosional, humor merupakan jalan untuk menghilangkan konflik yang terpendam dan menyedihkan seperti dikutip dalam (Rosenheim & Golan, 1986).Dari beberapa definsi di atas, dapat disimpulkan bahwa humor adalah segala sesuatu (tindakan, ucapan, tulisan, peristiwa serta stimulus-stimulus lainnya) yang membangkitkan rasa senang. b. Fungsi Humor James Danandjaya (dalam artikel yang berjudul Sejarah, Teori dan Fungsi Humor, 2007), mengatakan bahwa fungsi humor yang paling menonjol, yaitu sebagai sarana penyalur perasaan yang menekan diri seseorang. Fungsi humor yang lain adalah sebagai rekreasi. Dalam hal ini, humor berfungsi untuk menghilangkan kejenuhan dalam hidup sehari-hari yang bersifat rutin. Sifatnya hanya sebagai hiburan semata. Selain itu, humor juga berfungsi untuk menghilangkan stres akibat tekanan jiwa atau batin (Rahmanadji, 2007).Emil Salim (dalam artikel 23 yang berjudul Sejarah, Teori dan Fungsi Humor, 2007) berpendapat bahwa dalam bidang sosial, humor merupakan stimulus sosial yang menyenangkan dan dapat mengembangkan hubungan dengan teman. American Association for Humor Terapy (AATH) dalam (Meyer, 2007), menyatakan bahwa humor dapat dijadikan intervensi terapeutik menggunakan stimulus-stimulus yang merangsang ekspresi senang. Intervensi ini dapat meningkatkan kesehatan atau digunakan sebagai pengobatan komplementer penyakit untuk memfasilitasi penyembuhan atau mengatasi, baik fisik, emosional, kognitif, sosial, atau spiritual. c. Tipe-Tipe Humor Jenis humor menurut Arwah Setiawan [dikutip dalam (Rahmanadji, 2007)], dapat dibedakan menurut kriterium bentuk ekspresi. Sebagai bentuk ekspresi dalam kehidupan kita, humor dibagi menjadi tiga jenis yakni: 1) Humor personal, yaitu kecenderungan tertawa pada diri kita, misalnya bila kita melihat sebatang pohon yang bentuknya mirip orang sedang buang air besar. 2) Humor dalam pergaulan, mislnya senda gurau di antara teman, kelucuan yang diselipkan dalam pidato atau ceramah di depan umum. 3) Humor dalam kesenian, atau seni humor. Humor dalam kesenian, diantaranya humor lakuan, misalnya, lawak, tari humor, dan pantomim lucu, humor grafis, misalnya, kartun, karikatur, foto jenaka, dan patung lucu, humor literatur, misalnya, cerpen lucu, esei satiris, dan semacamnya. d. Teori Humor Teori humor menurut Setiawan (1990) dalam artikel yang berjudul Sejarah, Teori dan Fungsi Humor, dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1) Teori keunggulan; seseorang akan tertawa jika ia secara tiba-tiba memperoleh perasaan unggul atau lebih sempurna dihadapkan pada pihak lain yang melakukan kesalahan, kekurangan atau mengalami keadaan yang tidak menguntungkan. Contoh, seseorang dapat tertawa terbahak-bahak pada waktu melihat pelawak terjatuh, terinjak kaki temannya serta melakukan berbagai kekeliruan dan ketololan. 2) Teori ketaksesuaian; perasaan lucu timbul karena kita dihadapkan pada situasi yang sama sekali tak terduga atau tidak pada tempatnya secara mendadak, sebagai perubahan atas situasi yang sangat diharapkan. Harapan dikacaukan, kita dibawa pada suatu sikap mental yang sama sekali berbeda. Sebagai contoh adalah rasa humor yang timbul karena kita melihat kartun yang menggambarkan seseorang yang sedang mancing. 3) Teori kelegaan atau kebebasan; inti humor adalah pelepasan atas kekangan-kekangan yang terdapat pada diri seseorang. Bila dorongan-dorongan batin alamiah mendapat kekangan, dapat dilepaskan atau dikendorkan, misalnya lewat lelucon seks, sindiran jenaka atau umpatan, meledaklah perasaan menjadi tertawa. Humor dan tertawa riang dapat mengurangi stres dan mengurangi hormon stres termasuk kortisol dan katekolamin. Kortisol, misalnya, dapat merusak sel-sel saraf dari hippocampus, yang merupakan bagian dari otak yang bertanggung jawab untuk mengubah informasi sementara menjadi informasi yang permanen. [Bains, 2012 dikutip dalam (Reifsnyder, 2012)]. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Simon (1988) menyatakan bahwa humor dapat digunakan sebagai mekanisme koping dalam menghadapi kecemasan dan ketegangan (Verger, 1992). Penelitian yang dilakukan mengenai hubungan antara stres, mood, dan pandangan akan humor, didapatkan hasil bahwa humor dapat menurunkan angka kecemasan dan meningkatkan kualitas hidup (Martin, 2001)Humor merupakan sesuatu yang lucu dan dapat membuat individu tertawa dan merasa senang. Humor memberikan perspektif yang berbeda dari suatu masalah sehingga dapat membuat situasi menjadi ringan (Lubis, 2009). Pemberian stimulasi humor dalam pelaksanaan terapi diperlukan karena beberapa orang mengalami kesulitan untuk memulai tertawa tanpa adanya alasan yang jelas. Apabila humor di berikan sebagai satu-satunya stimulus untuk menghasilkan tawa dalam bentuk terapi akan disebut sebagai terapi humor, namun jika di kombinasikan dengan hal-hal lain dalam rangka untuk menciptakan tawa alami (misalnya dengan yoga atau meditasi), akan disebut sebagai terapi tawa (Dian, 2006). Pemberian terapi sebaiknya dilakukan sesering mungkin, karena idealnya terapi humor diberikan setiap hari. Pemberian terapi humor dengan frekuensi lebih banyak akan dapat meningkatkan sense of humor pada lansia (Fahruliana, 2008).Terapi humor dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk humor audiovisual dan termasuk dalam kategori cerita ringkas. Humor yang disajikan secara audiovisual merupakan input sensori yang akan masuk ke dalam thalamus yang berfungsi mengirimkan input sensori ke serebral korteks. Serebral korteks berhubungan dengan hipothalamus, amygdala dan hippocampus. Impuls sensori akan masuk ke dalam amygdala yang berfungsi untuk membentuk pengalaman emosional. Amygdala bekerja dengan cepat mengevaluasi informasi dan kemudian dengan cepat menentukan kepentingan emosionalnya. Terapi humor akan memberikan pengalaman emosional positif. Terapi humor juga dapat merangsang peneluaran endorphin dan serotonin, yaitu sejenis morfin alami tubuh dan juga metenonin. Zat-zat tersebut merupakan zat yang baik untuk otak, karena dapat membuat seseorang menjadi lebih tenang (Wade & Tavris, 2007).