bab ii kajian teori - indonesia university of education...

29
16 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pola Asuh Orang Tua Tunggal 1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut kamus bahasa indonesia (2001:885) bahwa “Pola adalah sistem; cara kerja”. Asuh adalah menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil; membimbing (membantu, melatih) supaya dapat berdiri sendiri (kamus besar bahasa indonesia, 2001:73) sedangkan orang tua adalah ayah, ibu kandung; orang yang di anggap tua (cerdik, pandai, ahli). (kamus bahasa indonesia (2001:802). Secara umum pola asuh oarang tua merupakan suatu kecenderungan yang relatif menetap dari oarang tua dalam memberikan didikan, bimbingan serta perawatan terhadap anaknya. Keluarga merupakan tempat untuk pertama kalinya seorang anak memperoleh pendidikan dan mengenal nilai-nilai maupun peraturan-peraturan yang harus diikutinya yang mendasari anak untuk melakukan hubungan sosial dengan lingkungan yang lebih luas. Namun dengan adanya perbedaan latar belakang, pengalaman, pendidikan dan kepentingan dari orang tua maka terjadilah cara mendidik anak. Menurut Chabib Thoha (1996:109) yang mengemukakan bahwa “Pola asuh orang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. Peran keluarga menjadi penting untuk mendidik anak baik dalam sudut tinjauan agama,

Upload: dinhthien

Post on 02-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

16

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Pola Asuh Orang Tua Tunggal

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Menurut kamus bahasa indonesia (2001:885) bahwa “Pola adalah sistem;

cara kerja”. Asuh adalah menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil;

membimbing (membantu, melatih) supaya dapat berdiri sendiri (kamus besar

bahasa indonesia, 2001:73) sedangkan orang tua adalah ayah, ibu kandung; orang

yang di anggap tua (cerdik, pandai, ahli). (kamus bahasa indonesia (2001:802).

Secara umum pola asuh oarang tua merupakan suatu kecenderungan yang relatif

menetap dari oarang tua dalam memberikan didikan, bimbingan serta perawatan

terhadap anaknya.

Keluarga merupakan tempat untuk pertama kalinya seorang anak

memperoleh pendidikan dan mengenal nilai-nilai maupun peraturan-peraturan

yang harus diikutinya yang mendasari anak untuk melakukan hubungan sosial

dengan lingkungan yang lebih luas. Namun dengan adanya perbedaan latar

belakang, pengalaman, pendidikan dan kepentingan dari orang tua maka terjadilah

cara mendidik anak.

Menurut Chabib Thoha (1996:109) yang mengemukakan bahwa “Pola asuh

orang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam

mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak”. Peran

keluarga menjadi penting untuk mendidik anak baik dalam sudut tinjauan agama,

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

17

tinjauan sosial kemasyarakatan maupun tinjauan individu. Jika pendidikan

keluarga dapat berlangsung dengan baik maka mampu menumbuhkan

perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap

positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan

rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pola asuh orang tua

adalah cara mengasuh dan metode disiplin orang tua dalam berhubungan dengan

anaknya dengan tujuan membentuk watak, kepribadian, dan memberikan nilai-

nilai bagi anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Dalam

memberikan aturan-aturan atau nilai terhadap anak-anaknya tiap orang tua akan

memberikan bentuk pola asuh yang berbeda berdasarkan latar belakang

pengasuhan orang tua sendiri sehingga akan menghasilkan bermacam-macam pola

asuh yang berbeda dari orang tua yang berbeda pula.

2. Jenis Pola Asuh Orang tua

Pola asuh yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya di dalam

kehidupan akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan dimasa

yang akan datang. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua berbeda dengan pola

asuh yang di terapkan oleh orang tua yang lain. Pada umumnya pola asuh di

klasifikasikan dalam bentuk otoriter, demokratis, permisif. Setiap pola asuh orang

tua memiliki karakteristik tertentu yang akan menghasilkan beragam perilaku

anak yang di tampilkan.

Pola asuh demikian diantaranya di kemukakan oleh Agus Dariyo (2004:97)

membagi bentuk pola asuh orang tua menjadi empat, yaitu :

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

18

a. Pola Asuh Otoriter (parent oriented)

Ciri-cri dari pola asuh ini, menekankan segala aturan orang tua harus

ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat

dikontrol oleh anak.

b. Pola Asuh Permisif (children centered)

Sifat pola asuh ini, yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di

tangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua.

Orang tua menuruti segala kemauan anak.

c. Pola Asuh Demokratis

Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu keputusan diambil

bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi

kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh

anak tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan dapat

dipertanggung jawabkan secara moral.

d. Pola Asuh Situsional

Pada pola asuh ini orang tua tidak menerapkan salah satu tipe pola

asuh tertentu. Tetapi kemungkinan orang tua menerapkan pola asuh

secara fleksibel, luwes dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi

yang berlangsung saat itu.

Menurut Hourlock dalam Chabib Thoha (1996 : 111-112) mengemukakan

bahwa pola asuh orang tua terhadap anaknya dikelompokan menjadi tiga, yaitu

pola asuh otoriter, demokratis, permisif. Berikut ini dipaparkan bentuk-bentuk

pola asuh orang tua diatas :

a. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan

aturanaturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti

dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi.

Anak jarang diajak berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan orang tua, orang

tua menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar sehingga tidak perlu

dipertimbangkan dengan anak.

Pola asuh yang bersifat otoriter juga ditandai dengan penggunaan

hukuman yang keras, lebih banyak menggunakan hukuman badan, anak juga

diatur segala keperluan dengan aturan yang ketat dan masih tetap diberlakukan

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

19

meskipun sudah menginjak usia dewasa. Anak yang dibesarkan dalam suasana

semacam ini akan besar dengan sifat yang ragu-ragu, lemah kepribadian dan tidak

sanggup mengambil keputusan tentang apa saja.

b. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua

terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung

pada orang tua. Orang tua sedikit memberi kebebasan kepada anak untuk memilih

apa yang terbaik bagi dirinya, anak didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam

pembicaraan terutama yang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri. Anak

diberi kesempatan untuk mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit

demi sedikit berlatih untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri. Anak

dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya.

c. Pola Asuh Permisive

Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua mendidik anak secara bebas,

anak dianggap sebagai orang dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran

seluasluasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki. Kontrol orang tua

terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan bimbingan yang cukup

berarti bagi anaknya. Semua apa yang telah dilakukan oleh anak adalah benar dan

tidak perlu mendapatkan teguran, arahan atau bimbingan.

Sedangkan menurut Tembong Prasetya (2003: 27-32) membagi bentuk pola

asuh orang tua menjadi empat, yaitu 1). Pola Asuh Outoriteriatif, 2). Pola Asuh

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

20

Otoriter, 3). Pola Asuh Pemanja dan 4). Pola Asuh Penelantar . berikut ini adalah

penjabaran secara jelas mengenai bentuk-bentuk pola asuh :

a. Pola pengasuhan autoritatif

Pada umumnya pola pengasuhan ini hampir sama dengan bentuk pola asuh

demokratis oleh Agoes Dariyo (2004) dan Chabib Thoha (1996) namun hal yang

membedakan pola asuh ini yaitu adanya tambahan mengenai pemahaman bahwa

masa depan anak harus dilandasi oleh tindakan-tindakan masa kini. Orang tua

memprioritaskan kepentingan anak dibandingkan dengan kepentingan dirinya,

tidak ragu-ragu mengendalikan anak, berani menegur apabila anak berperilaku

buruk. Orang tua juga mengarahkan perilaku anak sesuai dengan kebutuhan anak

agar memiliki sikap, pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan yang akan

mendasari anak untuk mengarungi hidup dan kehidupan di masa mendatang.

b. Pola pengasuhan otoriter

Pada pola pengasuhan ini, orang tua menuntut anak untuk mematuhi

standar mutlak yang ditentukan oleh orang tua. Kebanyakan anak-anak dari pola

pengasuhan otoriter ini memiliki kompetensi dan cukup bertanggung jawab,

namun kebanyakan cenderung menarik diri secara sosial, kurang spontan dan

tampak kurang percaya diri.

c. Pola pengasuhan penyabar atau pemanja

Pola pengasuhan ini, orang tua tidak menmgadalikan perilaku anak sesuai

dengan kebutuhan perkembangan kepribadian anak, tidak pernah menegur atau

tidak berani menegur anak. Anak-anak dengan pola pengasuhan ini cenderung

lebih energik dan responsif dibandingkan anak-anak dengan pola pengasuhan

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

21

otoriter, namun mereka tampak kurang matang secara sosial (manja), impulsif,

mementingkan diri sendiri dan kurang percaya diri (cengeng).

d. Pola pengasuhan penelantar

Pada pola pengasuhan ini, orang tua kurang atau bahkan sama sekali tidak

mempedulikan perkembangan psikis anak. Anak dibiarkan berkembang sendiri,

orang tua juga lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri dari pada

kepentingan anak. Kepentingan perkembangan kepribadian anak terabaikan,

banyak orang tua yang terlalu sibuk dengan kegiatannya sendiri dengan berbagai

macam alasan . Anak-anak terlantar ini merupakan anak-anak yang paling

potensial terlibat penggunaan obat-obatan terlarang (narkoba) dan tindakan-

tindakan kriminal lainnya. Hal tersebut dikarenakan orang tua sering mengabaikan

keadaan anak dimana ia sering tidak peduli atau tidak tahu dimana anak-anaknya

berada, dengan siapa anak-anak mereka bergaul, sedang apa anak tersebut.

Dengan bentuk pola asuh penelantar tersebut anak merasa tidak diperhatikan oleh

orang tua, sehingga ia melakukan segala sesuatu atas apa yang diinginkannya.

Dari beberapa uraian pendapat para ahli di atas mengenai bentuk pola asuh

orang tua dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya terdapat empat pola asuh yang

diterapkan orang tua yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh

pemanja dan pola asuh bebas (permisif). Dari keempat bentuk pola asuh orang

tua tersebut, ada kecenderungan bahwa pola asuh demokratis dinilai paling baik

dibandingkan bentuk pola asuh yang lain. Namun demikian, dalam pola asuh

demokratis ini bukan merupakan pola asuh yang sempurna, sebab bagaimanapun

juga ada hal yang bersifat situsional seperti yang dikemukakan oleh Agus Dariyo

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

22

(2004:99)bahwa tidak ada orang tua dalam mengasuh anaknya hanya

menggunakan satu pola asuh dalam mendidik dan mengasuh anaknya. Dengan

demikian, ada kecenderungan bahwa tidak ada bentuk pola asuh yang murni

diterapkan oleh orang tua tetapi orang tua dapat menggunakan ketiga bentuk pola

asuh tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi saat itu.

Syamsu Yusuf (2007: ) mengemukakan pengaruh pola asuh orang tua

terhadap perilaku anak yang diambil dari penelitian Baumrind yang bertujuan

untuk mengetahui gaya perlakuan orang tua dan kontribusinya terhadap

kompetensi sosial, emosi dan intelektual siswa. Pengaruh pola asuh orang tua

terhadap perilaku anak diantaranya

Remaja yang mengalami pola asuh Otoriter akan memiliki profil perilaku

anak yang mudah tersinggung, penakut, pemurung, tidak bahagia mudah

terpengaruh, mudah stress, tidak mempunyai arah masa depan, yang

tampak jelas adalah cenderung tidak bersahabat ; remaja yang mengalami

pola asuh Demokratis lebih cenderung sangat bersahabat, memiliki rasa

percaya diri yang tinggi, mampu mengendalikan diri (self control), bersikap

sopan, mau bekerja sama, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai

tujuan dan arah masa depan dan berorentasi pada prestasi. Sedangkan pola

asuh permisif akan cenderung membentuk anak yang bersikap impulsive

dan agresif, suka membrontak, kurang memiliki rasa percaya diri dan

pengendalian diri, suka mengadopsi, tidak jelas arah hidupnya, berprestasi

rendah.

Senada dengan pendapat diatas, Parke (1990) mengungkapkan bahwa pola

asuh orang tua memiliki peranan penting dalam pembentukan perilaku remaja

dalam hal ini dapat dilihat dari tabel berikut :

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

23

Tabel 2.1

Karakteristik Pola Asuh Orang Tua dan Karakteristik Remaja yang

dihasilkan

No. Karakteristik Orang Tua Karakteristik Remaja

1. Pola asuh Authoritative

Perhatian, menunjukan rasa

senang apabila remaja

menunjukan perilaku yang

diharapkan terlibat dalam

kehidupan remaja

mempertimbangkan

permintaan atau pendapat

remaja, menunjukan rasa

tidak senang jika remaja

melakukan perilaku yang

buruk, menawarkan standar-

standar alternatif,

berkomunikasi dengan

remaja, tidak mengalah pada

paksaan rengekan remaja

yang membawa dampak

negative bagi remaja, tidak

memanjakan remaja yang

tidak patuh pada peraturan

yang telah disepakati.

Remaja yang bersemangat dan

bersahabat

Dapat mengontrol diri, memiliki

kepercayaan diri yang baik, memiliki

motivasi berprestasi, menunjukan

keingin tahuan terhadap situasi yang

baru, memiliki semangat yang besar,

memiliki hubungan yang baik dengan

teman sebayanya,maupun bekerja

sama dengan orang dewasa, dapat

memahami perintah yang diberikan,

dapat mengatasi stress dengan baik.

2. Pola asuh Authoritarian

Hanya sedikit menunjukan

kehangatan, tidak

mempertimbangkan pendapat

remaja, memaksakan aturan

secara keras, namun tidak

mengkomunikasikan aturan

tersebut, sering menunjukan

perasaan marah dan rasa

ketidaksukaan, dan

menghukum anak yang tidak

patuh dengan kekerasan.

Remaja yang mudah tersinggung dan

memiliki banyak konflik

mudah tersinggung dan memiliki

banyak konflik, tidak bahagia, tidak

memiliki tujuan hidup, moody,

penakut, mudah merasa jengkel, suka

bermusuhan namun tidak secara

terang-terangan, suka

berbohongmudah mengalami stress

serta terkadang memiliki sikap agresif

dan pemurung.

3. Pola Asuh permissive-

indulgent

Memprioritaskan kebebasan

ekspresi dari keinginan

remaja, tidak

Remaja yang impulsive-agresif

Agresip, mendominasi, menguasai,

gampang marah namun gampang pula

mengembalikan amarahnya,

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

24

mengkomunikasikan

peraturan dengan jelas kepada

remaja dan tidak menghukum

remaja ketika remaja

melakukan pelanggaran

peraturan, menerapkan

disiplin secara tidak

konsisten, menyembunyikan

ketidaksabaran dan

kemarahan, menyerah kepada

rengekan remaja.

menunjukan sedikit motivasi

berprestasi, hanya memiliki sedikit

tujuan hidup, impulsive, kurang dapat

mengontrol diri dan kurang memiliki

kepercayaan diri.

4. Pola asuh permissive-

indifferent

Berorientasi pada diri sendiri,

secara umum orang tua tidak

bersifat responsive terhadap

remaja, menelantarkan

remaja, mencoba untuk

meminimalisir usaha dan

waktu untuk berinteraksi

dengan remaja, hanya

berorientasi pada kebutuhan

fisik remajatanpa

memperdulikan kesejahteraan

remaja.

Anak yang diabaikan

Agresif, memiliki self-esteem yang

rendah, bersifat tidak dewasa,

cenderung mengasingkan diri dari

keluarga, kurang memiliki kemapuan

dalam penyesuaian social dan

akademik, impulsive, memiliki teman

sebaya yang bermasalah nakal, dan

terlibat dalam kegiatan-kegiatan

seksualitas yang belum pada

waktunya.

(Porke 1990)

Dalam penelitian ini penulis mengacu pada empat bentuk pola asuh orang

tua yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan permisif. Adapun pengaruh ketempat

bentuk pola asuh orang tua terhadap perilaku moral remaja adalah meliputi

aktivitas pendidikan dalam keluarga, kecenderungan cara mendidik anak, cara

mengasuh dan cara hidup orang tua yang berpengaruh secara langsung terhadap

perilaku moral remaja.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

25

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua antara lain :

a. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalaman sangat

berpengaruh dalam mengasuh anak. Pendidikan akan memberikan dampak bagi

pola pikir dan pandangan orang tua terhadap mendidik anaknya. Semakin tinggi

pendidikan yang dimiliki oleh orang tua maka akan semakin memperluas dan

melengkapi pola berpikirnya dalam mendidik anaknya.

b. Lingkungan

Pola asuh yang baik sulit berjalan efektif bila tidak didukung lingkungan.

Namun, kelekatan anak orang tua dapat meminimalkan pengaruh negatif

lingkungan. Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak

mustahil jika lingkungan ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang

diberikan orang tua terhadap anak.

c. Budaya

Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat

dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam

mendidik anak kearah kematangan. Orang tua mengaharapkan kelak anaknya

dapat diterima di masyarakat dengan baik. Oleh karena itu kebudayaan atau

kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua

dalam memberikan pola asuh pada anaknya.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

26

d. Umur

Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin bertambah

umur semakin bertambah pengetahuan yang dimiliki, serta perilaku yang sesuai

untuk mendidik anak

e. Tingkat sosial ekonomi

Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi pola asuh yang dilakukan

oleh suatu masyarakat, rata-rata keluarga dengan social ekonomi yang cukup baik

akan memilih pola asuh yang sesuai dengan perkembangan anak.

4. Pengertian Orang Tua Tunggal

Menurut Sager, dkk (dalam Perlmutter & Hall,1985), menyatakan bahwa

yang dimaksud dengan orang tua tunggal adalah orang tua yang secara sendirian

membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan atau tanggung jawab

pasangannya.

Menurut Hamner dan Turner (dalam Duval, dkk, 1985), bahwa suatu

keluarga dianggap sebagai keluarga orang tua tunggal bila hanya ada satu orang

tua yang tinggal bersama anak-anaknya dalam satu rumah.

Ada beberapa sebab mengapa individu sampai menjadi orang tua tunggal,

yaitu karena kematian suami atau istri, perceraian atau perpisahan, mempunyai

anak tanpa menikah, pengangkatan atau adopsi anak oleh wanita atau pria lajang

(Perlmutter & Hall, 1985).

Berdasarkan beberapa definisi dan penjelasan di atas, maka pengertian

orang tua tunggal adalah wanita atau pria yang sudah pernah atau belum pernah

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

27

menikah dan membesarkan anak-anaknya sendirian tanpa disertai kehadiran dan

tanggung jawab pasangannya. maka dapat disimpulkan pengertian orang tua

tunggal wanita adalah seorang wanita yang suaminya sudah meninggal atau

tinggal sendiri tanpa kehadiran pasangannya dan membesarkan anak-anaknya

dengan sendirian. Sedangkan pengertian orang tua tunggal pria adalah seorang

laki-laki yang istrinya meninggal maupun yang hidup sendiri karna perceraian dan

membesarkan anaknya sendirian.

Menjadi orang tua tunggal bukanlah hal yang mudah, ada berbagai

kesulitan dan masalah yang harus dihadapi oleh mereka yang menjadi orang tua

tunggal, baik pria maupun wanita. Namun sering kali menjadi orang tua tunggal

bagi seorang wanita adalah hal yang tersulit hal ini sejalan dengan pendapat Bell

(1971:68), secara sosial maupun psikologis, peran sebagai janda memang lebih

menyulitkan dari pada peran sebagai duda. Hal ini disebabkan:

a. Perkawinan biasanya lebih penting bagi wanita dari pada pria,

sehingga akhir dari suatu perkawinan dirasakan oleh wanita sebagai

akhir dari peran dasarnya sebagai istri.

b. Janda kurang memiliki keberanian, baik secara pribadi maupun sosial

untuk menikah lagi, sehingga mereka cenderung tidak menikah lagi.

c. Janda lebih mengalami kesulitan keuangan dari pada duda.

d. Wanita secara sosial kurang agresif, dan mereka lebih membatasi

kehidupan sosialnya dibandingkan pria.

e. Lebih banyak janda dibandingkan duda, sehingga kesempatan untuk

mengubah status melalui pernikahan kembali lebih sulit baagi janda

dari pada duda.

Menurut Mahmou’ddin (dalam Admin, 2007:79), wanita yang menjadi

orang tua tunggal harus menghadapi kenyataan:

a. Hilangnya teman hidup yang terdekat, terputusnya cinta dan

ketentraman

b. Hilangnya seseorang yang akan menjadi contoh dan ikutan bagi anak-

anak.

c. Bertambah dan meningkatnya beban hidup dalam memenuhi

kebutuhan biaya rumah tangga.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

28

d. Bertambah dan meningkatnya tugas untuk memberikan pendidikan

terhadap anak.

e. Menerima tugas dan beban dalam rumah tangga yang disertai dengan

pertanggungjawaban.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang wanita yang

menjadi orang tua tunggal akan lebih berat menjalani hidup dibanding dengan

laki-laki, secara sosial dan psikologis menjadi orang tua tunggal bagi wanita

adalah hal yang paling berat karena ia harus dapat berperan menjadi seorang ibu

dan juga seorang ayah sekaligus, dan harus menanggung predikat janda dari

masyarakat yang masih dianggap negatif.

5. Sebab-sebab Orang Tua Tunggal

Menurut Perlmutter & Hall (1999), ada beberapa sebab mengapa seseorang

sampai menjadi orang tua tunggal, yaitu karena kematian suami atau istri,

perceraian atau perpisahan, mempunyai anak tanpa menikah, penganngkatan atau

adopsi oleh wanita atau pria lajang.

Banyak wanita yang berperan sebagai orang tua tunggal ini menurut

(Bell,1980), antara lain disebabkan wanita memiliki usia rata-rata yang lebih

panjang, umumnya wanita menikah dengan pria yang lebih tua, dan lebih banyak

duda yang menikah kembali, sehingga lebih banyak janda dari pada duda.

Uraian di atas telah menunjukkan bahwa sebab-sebab orang tua tunggal

karena kematian, perceraian, pranikah, dan pengadopsian anak.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

29

B. Perilaku Moral Remaja

1. Pengertian Perilaku

Sebelum menjelaskan lebih mengenai perilaku moral, terlebih dahulu

akan dijelaskan mengenai pengertian “perilaku” dan “moral” itu sendiri.

Keduanya memiliki pengertian yang berbeda, untuk lebih memahami pengertian

tersebut penulis jelaskan sebagai berikut :

Menurut kamus besar bahasa Indonersia (2001:859) perilaku adalah

tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Secara

operasional menurut Soekidjo,N (,1993:58),memengungkapkan bahwa “perilaku

dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari

luar subjek tersebut”. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003:45),

mengemukakan bahwa “Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu

sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan,

berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan

sebagainya”. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku

manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati

langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2003:45) seperti yang dikutip

oleh (http:syakira-blog.blogspot.com,) merumuskan bahwa perilaku merupakan

hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon yang dibedakan dengan

adanya dua respon yaitu respondent respons dan operant respons. Respondent

respons merupakan respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu

dan menimbulkan rangsangan tetap, misalnya makanan yang lezat menimbulkan

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

30

air liur, sementara operant respons adalah respon yang timbul dan

perkembangannya diikuti oleh perangsang tertentu dan diperkuat oleh respon

yang telah dilakukan oleh organisme. Misalnya seorang anak belajar atau telah

melakukan perbuat dan kemudian memperoleh hadiah, maka ia akan menjadi

lebih giat belajar atau akan lebih baik melakukan perbuatan tersebut.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini

masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati

secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan

atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Teori tersebut didukung oleh pendapat dari Tika Bisono, S.Psi seseorang

ahli psikologi bahwa setiap manusia terdapat sisi positif dan negatifnya dari

berbagai macam kepribadian seseorang, diantaranya (Gadis, 24 Oktober 1996

edisi XXX) yang dikutip oleh Meta Inmasari (2004: 35)

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

31

EKSTROVERT

(Terbuka)

INTROVERT

(Tertutup)

Positifnya

1. Terbuka

2. Mudah terus terang

3. Berani mengemukakan

Pendapat

4. Mempunyai rasa percaya diri

yang tinggi

5. Asertif

6. Mudah bergaul

7. Tahu apa yang di inginkannya

8. Memiliki banyak teman

Negatifnya

1. Cenderung agresif

2. Kurang bisa mengontrol diri

3. Kurang peduli atau kurang

menjaga perasaan orang

4. Terkadang kalau kurang bias

menempatkan diri cenderung

sombong

Positifnya

1. Lebih tertutup dan

menahan diri

2. Pintar dalam menyimpan

rahasia

3. Cenderung menjadi

pendengar yang baik

4. Pemberi nasehat bagi

teman-temannya

5. Pemikirannya panjang

6. Tidak emosional

7. Sedikit bicara banyak kerja

Negatifnya

1. Tidak berani

mengutarakan pendapat

karna selalu memikirkan

perasaan orang lain

2. Tidak maju-maju karena

kurang berusaha untuk

berkembang

3. Sering memendam emosi,

sering melakukan tindakan

diluar batas.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa suatu perilaku

timbul sebagai hasil dari interaksi individu dengan lingkungan dimana dia tumbuh

dan berkembang. Dengan kata lain, perilaku baru terjadi bila ada sesuatu yang

diperlukan untuk menimbulkan reaksi. Sesuatu tersebut disebut rangsangan. Jadi

suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi berupa perilaku tertentu. Hal

ini berkaitan dengan kepribadian seseorang dilihat dari apakah ia tergolong

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

32

sebagai seseorang yang memiliki kepribadian tertutup ataukah ia memiliki

kepribadian terbuka.

a. Pengertian Moral

C, Asri Budiningsih (2004 :24) mengertikan moral yang di kutip dari

pendapat Franz adalah sebagai berikut : “Bahwa moral selalu mengacu pada baik

buruknya manusia sebagai manusia. Sehingga bidang moral adalah bidang

kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikan manusia.”

Definisi lain dikemukakan oleh piaget, L. Kohlberg, B. Graham dan

baebara Leers (ahmad kosasih Djahiri, 1989:24) yang mengatakan bahwa

“Moral adalah segala sesuatu hal yang menyangkut, membatasi, dan

menentukan secara harus dianut, dijalankan, karena hal tersebut dianut,

diyakini, dilaksanakan atau diharapkan dalam kehidupan dimana kita

berada. Moral ada didalam kehidupan serta menuntut dianut, diyakini,

akan menjadi moralitas sendiri. “

Ahmad Kosasih Djahiri (1986 :76) mengatakan lebih lanjut mengenai

moral mengikat seseorang karena:

1. Dianut orang atau kelompok atau masyarakat dimana kita berada

2. Diyakini orang atau kelompok atau dimana kita berada

3. Dilaksanakan orang atau kelompok dimana kita berada

4. Merupakan nilai yang diinginkan atau diharapkan atau dicita-citakan

kelompok atau masyarakat kehidupan kita.

Huky (Daroeso, 1986:22) mengemukakan: kita dapat memahami moral

dengan tiga cara yaitu :

1. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan diri

pada kesadaraan, bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang

baik sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam

lingkungannya.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

33

2. Moral sebagai perangkat ide – ide tentang tingkah laku hidup, dengan

warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di

dalam lingkungan tertentu.

3. Moral adalah ajaran tentang tingkah laku hidup yang baik berdasarkan

pandangan hidup atau agama tertentu.

Pengertian lain tentang moral berasal dari P. J. Bouman yang mengatakan

bahwa ”moral adalah suatu perbuatan atau tingkah laku manusia yang timbul

karena adanya interaksi antara individu – individu di dalam pergaulan”. Dari

beberapa pengertian moral, dapat dilihat bahwa moral memegang peran penting

dalam kehidupan manusia yang berhubungan dengan baik buruk terhadap

tingkah laku manusia. Tingkah laku ini mendasarkan diri pada norma – norma

yang berlaku dalam masyarakat. Seseorang dikatakan bermoral, bilamana orang

tersebut bertingkah laku sesuai dengan norma – norma yang terdapat dalam

masyarakat.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan Seorang

individu yang tingkah lakunya mentaati kaidah – kaidah atau nilai-nilai yang

berlaku dalam masyarakatnya disebut baik secara moral, dan jika sebaliknya, ia

disebut jelek secara moral (ammoral). Dengan demikian moral selalu

berhubungan dengan nilai – nilai. Ciri khas yang menandai nilai moral yaitu

tindakan manusia yang dilakukan secara sengaja, secara mau dan tahu dan

tindakan itu secara langsung berkenaan dengan nilai pribadi (person) manusia

dan masyarakat.

Dengan demikian, moral adalah keseluruhan norma yang mengatur

tingkah laku manusia di masyarakat untuk melaksanakan perbuatan yang baik

dan benar. Objek moral adalah tingkah laku manusia, perbuatan manusia,

tindakan manusia, baik secara individual maupun secara kelompok.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

34

b. Pengertian perilaku moral

Perilaku moral atau tingkah laku yang bermoral berarti tingkah laku yang

sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku dalam masyarakat. Elizabeth hurock

yang di kutip oleh istiwidayanti, (1992:74) dalam hal ini berpendapat sebagai

berikut :

Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok

sosial… perilaku moral di kendalikan konsep-konsep moral peraturan

perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan

yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota

kelompok.

Perilaku bermoral dibedakan dengan yang di artikan perilaku yang tidak

bermoral atau perilaku amoral. Elizabeth hurock menjelaskan hal tersebut sebagai

berikut :

Perilaku tidak bermoral perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial.

Perilaku demikian tidak disebabkan ketidak acuhan akan harapan sosial

melainkan ketidak setujuan dengan standar sosial atau kuarang adanya

perasaan wajib menyesuaikan diri. Perilaku amoral atau nonmoral

disebabkan ketidak acuhan terhadap harapan kelompok sosial dari pada

pelanggaran sengaja terhadap standar kelompok. Beberapa diantaranya

perilaku salah anak kecil lebih bersifat bermoral.

Maka dari penjelasan di atas dapat disimpulkan perilaku moral ialah

tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan diri pada kesadaraan, bahwa ia

terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik sesuai dengan nilai dan norma

yang berlaku dalam lingkungannya.

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

35

2. Tahap-tahap Perkembangan Moral

Tahap – tahap perkembangan moral manusia ditinjau melalui pendekatan

kognitif Piaget dalam Haricahyono (1995) adalah terkait dengan aspek mental dan

kognitif. Tentang tahap perkembangan moral sendiri, Piaget mengemukakan

adanya dua tahap yang harus dilewati setiap individu. Yang pertama disebut tahap

Heteronomous atau Realisme Moral. Dalam tahap ini anak cenderung menerima

begitu saja aturan – aturan yang diberikan oleh orang – orang yang dianggap

kompeten untuk itu; Tahap yang kedua disebut Autonomous Morality atau

Independensi Moral. Dalam tahap ini anak sudah mempunyai pemikiran akan

perlunya memodifikasi aturan – aturan untuk disesuaikan dengan situasi dan

kondisi yang ada.

Tahap perkembangan moral Bull (Daroeso, 1986:29 – 30) menyimpulkan

empat tahapan perkembangan moral yaitu:

a. Anomi (without law), adalah anak belum memiliki perasaan moral dan

belum ada perasaan untuk menaati peraturan – peraturan yang ada.

b. Heternomi (law imposed by others), adalah tahap moralitas terbentuk

karena pengaruh luar (external morality). Pada heternomi peraturan

dipaksakan oleh orang lain, dengan pengawasan, kekuatan atau

paksaan, karena itulah peraturan tersebut di atas.

c. Sosionomi (law driving from society), adalah suatu kenyataan adanya

kerjasama antar individu, menjadi individu sadar bahwa dirinya

merupakan anggota kelompok.

d. Autonomi (law driving from self), adalah tahapan perkembangan

pertimbangan moral yang paling tinggi. Pembentukan moral dari

individu bersumber pada diri individu sendiri, termasuk di dalamnya

pengawasan tingkah laku moral individu tersebut.

Tahap perkembangan lainnya dikemukakan oleh Kohlberg terdiri dari tiga

tingkatan perkembangan moral yang masing – masing tingkat memuat pula dua

tahap perkembangan yaitu:

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

36

a. Tingkat prakonvesional

Pada tingkat ini setiap individu memandang moral berdasarkan

kepentingannya sendiri. Artinya, pertimbangan moral didasarkan pada

pandangannya secara individual tanpa menghiraukan rumusan dan aturan yang

dibuat oleh masyarakat. Pada tingkat prakonvensional ini terdiri dari dua tahap.

1) Orientasi hukuman dan kepatuhan Pada tahap ini tingkah laku anak

didasarkan kepada konsekuensi fisik yang akan terjadi. Artinya, anak hanya

berpikir bahwa tingkah laku yang benar itu adalah tingkah laku yang tidak

mengakibatkan hukuman. Dengan demikian, setiap peraturan harus dipatuhi

agar tidak menimbulkan konsekuensi negatif.

2) Orientasi instrumental – relative Pada tahap ini tingkah laku anak didasarkan

kepada rasa ”adil” berdasarkan aturan permainan yang telah disepakati.

Dikatakan adil manakala orang membalas tingkah laku kita yang anggap

baik. Dengan demikian tingkah laku itu didasarkan kepada saling menolong

dan saling memberi.

b. Tingkat konvensional

Pada tahap ini anak mendekati masalah didasarkan pada hubungan individu

– masyarakat. Kesadaran dalam diri anak mulai tumbuh bahwa tingkah laku itu

harus sesuai dengan norma – norma dan aturan yang berlaku di masyarakat.

Dengan demikian, pemecahan masalah itu sesuai dengan norma masyarakat atau

tidak. Pada tingkat konvensional itu mempunyai dua tahap sebagai lanjutan dari

tahap yang ada pada tingkat prakonvensional, yaitu tahap keselarasan

interpersonal serta tahap sistem sosial dan kata hati.

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

37

1) Keselarasan interpersonal Pada tahap ini ditandai dengan setiap tingkah laku

yang ditampilkan individu didorong oleh keinginan untuk memenuhi harapan

orang lain. Kesadaran individu mulai tumbuh bahwa ada orang lain di luar

dirinya untuk bertingkah laku sesuai dengan harapannya. Artinya, anak sadar

bahwa ada hubungan antara dirinya dengan orang lain. Dan, hubungan itu

tidak boleh dirusak.

2) Sistem sosial dan kata hati Pada tahap ini tingkah laku individu bukan

didasarkan pada dorongan untuk memenuhi harapan orang lain yang

dihormatinya, akan tetapi didasarkan pada tuntutan dan harapan masyarakat.

Ini berarti telah terjadi pergeseran dari kesadaran individu kepada kesadaran

sosial. Artinya, anak sudah menerima adanya sistem social yang mengatur

tingkah laku individu.

c. Tingkat postkonvensional

Pada tingkat ini tingkah laku bukan hanya didasarkan pada kepatuhan

terhadap norma – norma masyarakat yang berlaku, akan tetapi didasari oleh

adanya kesadaran sesuai dengan nilai – nilai yang dimilikinya secara individu.

Seperti pada tingkat sebelumnya, pada tingkat ini juga terdiri dua tahap:

1) Kontrak social Pada tahap ini tingkah laku individu didasarkan pada

kebenaran – kebenaran yang diakui oleh masyarakat. kesadaran individu

untuk bertingkah laku tumbuh karena kesadaran untuk menerapkan prinsip –

prinsip sosial. Dengan demikian, kewajiban moral dipandang sebagai kontrak

sosial yang harus dipatuhi, bukan sekadar pemenuhan sistem nilai.

2) Prinsip etis yang universal aturan – aturan Pada tahap terakhir, tingkah laku

manusia didasarkan pada prinsip – prinsip universal. Segala macam tindakan

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

38

bukan hanya didasarkan sebagai kontrak social yang harus dipatuhi, akan

tetapi didasarkan pada suatu kewajiban sebagai manusia. Setiap individu

wajib menolong orang lain, apakah orang itu sebagai orang yang kita benci

atau tidak, orang yang kita suka atau tidak. Pertolongan yang diberikan bukan

didasarkan pada alas an subjektif, akan tetapi didasarkan pada kesadaran

yang bersifat universal.

3. Faktor yang berpengaruh dalam perkembangan moral

Tingkah laku moral (yang bermoral) merupakan hasil belajar atau

dipelajari, karena faktor-faktor menentukan yang mempengaruhinya pun berasal

dari luar individu. Adapun peran faktor-faktor tersebut dikemukakan oleh Singgih

Gunarsa (1988:38-43) yaitu a). Lingkungan Keluarga, b). Lingkungan Sekolah

dan c). Lingkungan Pergaulan. Berikut ini adalah perjabaran faktor yang

mempengaruhi tingkah laku moral.

a. Lingkungan Keluarga

Keluarga sebagai lingkungan pertama yang mempengaruhi perkembangan

nilai, moral dan sikap seseorang. Biasanya tingkah laku seseorang berasal dari

bawaan ajaran orang tuanya. Ketika seorang anak yang memiliki hubungan yang

kurang baik dengan orang taunya kemungkinan besar perkembangan moral anak

tersebut terganggu sehingga anak tersebut tidak mampu mengembangkan super

egonya sehingga mereka biasa melakukan hal-hal yang melanggar aturan atau

nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

b. Lingkungan Sekolah

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

39

Disekolah anak-anak mempelajari nilai-nilai norma yang berlaku di

masyarakat sehingga mereka juga dapat menentukan mana tindakan yang baik

dan boleh dilakukan. Tentunya dengan bimbingan guru. Anak-anak cenderung

menjadikan sosok guru sebagai model dalam bertingkah laku, oleh karena itu

seorang guru harus memiliki moral yang baik sehingga dapat memberikan contoh

yang baik, selain dirumah sekolah adalah tempat anak mendapatkan pendidikan

moral.

c. Lingkungan Pergaulan

Dalam pengembangan kepribadian, faktor lingkungan pergaulan juga

turun mempengaruhi nilai, moral dan sikap seseorang. Pada masa remaja,

biasanya seseorang selalu ingin mencoba suatu hal yang baru. Dan selalu ada

rasa tidak enak apabila menolak ajakan teman. Bahkan terkadang seorang teman

juga bisa dijadikan panutan baginya.

Maka dari faktor-faktor di atas yang mempengaruhi perkembangan moral

dapat disimpulkan anak mendapatkan pendidikan moral dimana saja, dan

pendidikan moral pada umumnya, baik di dalam keluarga, sekolah maupun di

lingkungan bergaul, sebagai bagian pendidikan nilai, dalam upaya untuk

membantu anak mengenal, menyadari pentingnya, dan menghayati nilai – nilai

moral yang seharusnya dijadikan panduan bagi sikap dan tingkah lakunya

sebagai manusia, baik secara perorangan maupun bersama – sama dalam suatu

masyarakat.

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

40

C. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Tunggat dengan Perilaku Moral

Remaja

Perilaku moral remaja pada anak terbentuk berawal dari keluarga serta

dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Di dalam keluarga, orang tualah yang

berperan dalam mengasuh, membimbing, dan membantu mengarahkan anak untuk

menjadi mandiri dan memiliki sikap disiplin. Meskipun dunia pendidikan juga

turut berperan dalam memberikan kesempatan kepada anak untuk mandiri dan

disiplin dalam hidup, keluarga tetap merupakan pilar dan pertama dalam

membentuk anak untuk mandiri dan disiplin. Bila pendidikan orang tua yang

pertama dan utama ini tidak berhasil maka akan dapat menimbulkan sikap dan

perilaku yang kurang mandiri dan memiliki sikap disiplin pada anak.

Maka dalam mendidik atau mengasuh anak untuk menjadikan anak yang

memiliki perilaku moral yang baik tidaklah mudah, ada banyak hal yang harus

dipersiapkan sedini mungkin oleh orang tua ketika mendidik atau mengasuh anak.

Peran orang tua sangatlah besar dalam proses pembentun perilaku moral

seseorang, orang tua diharapkan dapat memberikan kesempatan pada anak agar

dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil inisiatif,

mengambil keputusan mengenai apa yang ingin dilakukan dan belajar

mempertanggungjawabkan segala perbuatannya.

Pola asuh Demokratis

Pola asuh Memanjakan

Pola asuh Permisif

Perilaku Moral

Remaja

Pola asuh Otoriter

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

41

Pola asuh orang tua dalam mendidik dan membimbing anak sangat

berpengaruh dalam perkembangan terutama ketika anak telah menginjak masa

remaja. Ada berbagai macam cara orang tua dalam mengasuh dan membimbing

anaknya, keanekaragaman tersebut dipengaruhi oleh adanya perbedaan latar

belakang, pengalaman, dan pendidikan orang tua.

Mengingat masa remaja merupakan masa yang penting dalam proses

perkembangan kemandirian dan kedisiplinan maka pemahaman dan kesempatan

yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya dalam meningkatkan kemandirian

dan kedisiplinan krusial. Menurut Jacquelin Marie T (2002) seorang staff pengajar

Fakultas Psikologi UGM mengatakan bahwa anak tumbuh menjadi remaja,

tingkat ketergantungan berubah dari waktu ke waktu, seiring dengan

perkembangan aspek-aspek kepribadian dalam diri mereka. Perilaku moral

menjadi sangat berbeda pada rentang usia tertentu. Perilaku moral sangat

tergantung pada proses kematangan dan proses belajar ana dan kematangan anak

dalam bersikap.

Remaja tumbuh dan berkembang dalam lingkup sosial. Lingkup sosial,

dasar perkembangan pribadi anak adalah keluarga. Dengan demikian, orang tua

memiliki porsi terbesar untuk membawa anak mengenal kekuatan dan kelemahan

diri untuk berkembang termasuk perkembangan perilaku moral remaja.

Pola asuh orang tua menurut Gunarsa (2003: 82-84) terdiri dari pola asuh

otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh permisif. Orang tua yang

menerapkan pola asuh otoriter yaitu pola asuh yang menitikberatkan aturan-aturan

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

42

dan batasan-batasan yang mutlak harus ditaati oleh anak. Anak harus patuh dan

tunduk dan tidak ada pilihan lain yang sesuai dengan kemauan atau pendapatnya

sendiri. Orang tua memerintah dan memaksa tanpa kompromi, yang

mengakibatkan anak cenderung untuk memiliki sikap yang acuh, pasif, takut, dan

mudah cemas. Cara otoriter menimbulkan akibat hilangnya kebebasan pada anak,

inisiatif dan aktivitas-aktivitasnya menjadi “tumpul” secara umum kepribadianya

lemah demikian pula kepercayaan dirinya. Orang tua yang menerapkan pola asuh

demokratis yang ditandai oleh sikap orang tua yang memperhatikan dan

menghargai kebebasan anak, namun kebebasan yang tidak mutlak dan dengan

bimbingan yang penuh pengertian antara kedua belah pihak, anak dan orang tua.

Dengan cara demokratis ini pada anak tumbuh rasa tanggung jawab untuk

memperlihatkan sesuatu tingkahlaku dan selanjutnya memupuk kepercayaan

dirinya. Ia mampu bertindak sesuai dengan norma dan kebebasan yang ada pada

dirinya untuk memperoleh kepuasan dan menyesuaikan diri dan kalau tingkah

lakunya tidak berkenan bagi orang lain ia mampu menunda dan menghargai

tuntutan pada lingkungannya. Baldwin (dalam Gerungan, 1998:189) mengatakan

bahwa didikan demokratis akan membuat anak menjadi mandiri dan memiliki

sikap disiplin dalam menjalankan hidupnya, serta tidak takut dan lebih bertujuan

dalam hidupnya.

Sedangkan bila anak di didik oleh orang tua secara permisive, orang tua

membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara yang memberi

batasan-batasan dari tingkah laku. Anak terbiasa mengatur dan menentukan

sendiri apa yang dianggapnya baik. Pada umumnya keadaan seperti ini terdapat

pada keluarga yang terlalu sibuk. Orang tua hanya bertindak sebagai “polisi” yang

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

43

mengawasi, menegur, dan mungkin memarahi. Orang tua tidak terbiasa bergaul

dengan anak, hubungan tidak akrab dan merasa bahwa anak harus tahu sendiri.

Pada anak tumbuh keakuan (egocentrisme) yang terlalu kuat dan kaku dan mudah

menimbulkan kesulitan-kesulitan kalau harus mengahadapi larangan-larangan

yang ada dalam lingkungan sosialnya. Pada pola asuh ini anak dibiarkan berbuat

sesuka hati dengan sedikit kekangan dan memenuhi kehendak anak agar anak

mereka senang sehingga menjadikan anak kurang memiliki perilaku moral yang

baik.

D. PENELITIAN SEBELUMNYA YANG RELEVAN

Terdapat beberapa hasil penelitian sebelumnya mengenai hubungan pola

asuh dengan perilaku moral remaja

1. Hasil penelitian yunik imtiyas (2010) mengenai “hubungan Pola Asuh orang

tua dengan kemandirian remaja terhadap remaja madya siswa kelas X SMAN

20 bandung tahun ajaran 2009/2010, menghasilkan temuan sebagai berikut :

1). Tipe pola asuh orang tua yang paling banyak yang dirasakan siswa adalah

authoritative, 2). tingkat kemadirian siswa dalam katagori sedang, 3). Tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh authoritative dengan

kemandirian siswa.

2. Hasil penelitian Damayanti (2010) mengenai “ hubungan pola asuh orang tua

dengan kontrol diri remaja awal di sekolah. Pada siswa laboratorium UPI“

menghasilkan temuan sebagi berikut : 1). Sebagian besar siswa merasa pola

asuh authoritative dalam hubungan dengan orang tua, maka dalam hal ini

siswa mendapatkan kehangatan dan bimbingan yang di berikan orang tua

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI - Indonesia University of Education ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(23).pdf · Pola asuh otoriter ditandai dengan ... mengemukakan pengaruh pola asuh

44

menuntut remaja untuk mandiri dan disiplin. 2). kontrol diri siswa cukup

tinggi dalam hal ini mampu mengontrol prilaku. 3). Terdapat hubungan yang

signifikan antara pola asuh dengan kontrol diri remaja bahwa hal ini

menunjukan semakin baik pola asuh yang diterapkan semakin baik pula

kontrol diri remaja.

3. Hanifa Lailunnafar pangestu (2010) mengenai “ hubungan pola asuh orang tua

dengan agresivitas remaja awal di SMP Mutiara 4 Bandung” mengahasilkan

temuan sebagai berikut : 1). Pola asuh remaja awal pada siswa kelas VIII SMP

mutiara 4 Bandung sebagian besar memiliki pola asuh orang tua acuh tak

acuh, 2). Agresivitas remaja awal di SMP Mutiara 4 Bandung dikatagorikan

tinggi, 3). Tidak terdapat hubungan signifikan antara pola asuh orang tua

dengan agresivitas siswa SMP Mutiara 4 Bandung.