bab5imankpdkitab

31
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH Iman Kepada Kitab-Kitab Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Allah A. PENDAHULUAN Setelah mempelajari bab ini diharapkan anda akan dapat menjelaskan beberapa hal berikut: 1. Menjelaskan pengertian kitab-kitab Allah 2. Memahami persamaan dan perbedaan al-Qur’an dan Kitab-Kitab Allah sebelumnya 3. Menjelaskan perbedaan iman kepada al-Qur’an dengan iman kepada Kitab-Kitab Allah sebelumnya 4. Memahami hakekat dan hikmah beriman kepada kitab- kitab Allah B. PEMBAHASAN 1. Pengertian Kitab-Kitab Allah Dalam pengertian bahasa (lughawy/etimologi) kata kitab berasal dari bahasa Arab adalah bentuk mashdar dari kata ب ت كyang berarti menulis. Setelah menjadi mashdar ( وب ت ك م) berarti tulisan, atau yang ditulis. Bentuk jama’ dari BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN II UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG B A B 5 88

Upload: gaymayuhyah

Post on 23-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bab5ImankpdKitab

TRANSCRIPT

Page 1: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

Iman Kepada Kitab-Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Kitab Allah A. PENDAHULUAN

Setelah mempelajari bab ini diharapkan anda akan dapat menjelaskan

beberapa hal berikut:

1. Menjelaskan pengertian kitab-kitab Allah

2. Memahami persamaan dan perbedaan al-Qur’an dan Kitab-Kitab Allah

sebelumnya

3. Menjelaskan perbedaan iman kepada al-Qur’an dengan iman kepada Kitab-

Kitab Allah sebelumnya

4. Memahami hakekat dan hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Kitab-Kitab Allah

Dalam pengertian bahasa (lughawy/etimologi) kata kitab berasal dari bahasa Arab

adalah bentuk mashdar dari kata yang كتب berarti menulis. Setelah menjadi

mashdar (مكتوب) berarti tulisan, atau yang ditulis. Bentuk jama’ dari kitab adalah

kutub. Dalam bahasa Indonesia kitab berarti buku.

Adapun pengertian ishthilahi (terminologis), yang dimaksud dengan kitab Allah

SWT adalah kitab suci yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul-Nya melalui

malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia sebagai petunjuk bagi

mereka. Kata al-kitab atau alkutub di dalam al-Qur’an dipakai untuk beberapa

pengertian:1

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

B A B

5

88

Page 2: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

1. Menunjukkan semua Kitab Suci yang pernah diturunkan kepada para Nabi

dan Rasul:

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi …(QS. al-Baqarah 2: 177)

2. Menunjukkan semua Kitab suci yang diturunkan sebelum al-Qur’an:

“Berkatalah orang-orang kafir: "Kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul". Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu dan antara orang yang mempunyai ilmu Al Kitab" (QS. ar-Ra’ad 13: 43)

3. Menunjukkan Kitab suci tertentu sebelum al-Qur’an, misalnya Taurat:

“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa” (QS. al-Baqarah 2: 87)

4. Menunjukkan Kitab suci al-Qur’an secara khusus:

“Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (QS. al-Baqarah 2: 2)

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

89

Page 3: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

Di samping al-kitab, untuk menunjukkan kitab suci yang diturunkan Allah SWT

kepada para Nabi dan Rasul-Nya, al-Qur’an memakai juga istilah lain yaitu:

1. Shuhuf, bentuk jama’ dari shahifah yang berarti lembaran. Dipakai untuk

menunjukkan Kitab-Kitab suci sebelum al-Qur’an, khususnya yang

diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa ‘alaihima as-salam.

“Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa” (QS. al-A’la: 18-19)

2. Zubur, bentuk jama’ dari zabur yang berarti buku. Dipakai untuk

menunjukkan kitab-kitab suci yang diturunkan Allah sebelum al-Qur’an.

“Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamupun telah didustakan (pula), mereka membawa mu`jizat-mu`jizat yang nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna” (QS. ali-Imran: 184)

3. Zabur bentuk mufrad dari zubur, dipakai khusus untuk menunjukkan kitab

suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Daud.

“Dan Kami berikan Zabur kepada Daud” (QS. an-Nisaa’: 163)

2. Kitab-Kitab Allah sebagai Wahyu

Kata wahyu (وحي) secara etimologis adalah bentuk mashdar dari kata auha (

,Dalam bentuk mashdar itu terdapat dua arti, pertama al-khofa (tersembunyi .(أوحى

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

90

Page 4: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

rahasia) dan kedua as-sur’ah (cepat). Dinamai demikian karena wahyu itu adalah

semacam informasi yang rahasia, cepat, khusus diketahui oleh pihak-pihak yang

dituju saja. Secara terminologis, wahyu adalah kalam Allah yang diturunkan kepada

para Nabi dan Rasul-Nya.2 Di samping itu, al-Qur’an menggunakan kata wahyu

untuk beberapa pengertian lain, di antaranya3 :

1. Ilham Fitri yang diberikan kepada manusia, seperti ilham yang diberikan Allah

kepada ibu Musa untuk menyusukan bayinya:

“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia,” (QS. al-Qoshosh 28: 7)

2. Instink yang diberikan kepa hewan-hewan, seperti instink yang diberikan Allah

kepada lebah:

“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia". (QS. an-Nahl 16: 68)

3. Isyarat yang cepat dengan cara memberi tanda dan kode-kode tertentu, seperti

isyarat yang diberikan oleh Nabi Zakaria kepada kaumnya untuk bertasbih:

“Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.” (QS. Maryam 19: 11)

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

91

Page 5: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

4. Bisikan syaitan kepada manusia untuk menggoda dan menipunya:

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)”. (QS. al-An’am 6: 112)

5. Perintah Allah kepada para malaikat-Nya:

“(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman". (QS. al-Anfaal 8: 12)

Wahyu dalam pengertian kalam Allah itu diturunkan oleh Allah kepada para Nabi

dan Rasul-Nya melalui tiga cara4:

1. Melalui mimpi yang benar (ar-Ru’ya al-Shodiqoh fi al-manam). Misalnya wahyu

yang diterima oleh Nabi Ibrahim as. Dalam mimpi untuk mengorbankan putranya

Isma’il as.

"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

92

Page 6: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (QS. Ash-Shaffat: 100-102)

2. Kalam ilahi dari balik tabir (min warai hijaab), seperti perintah shalat fardhu yang

diterima nabi Muhammad SAW waktu peristiwa Isra’ dan Mi’raj, atau wahyu

yang diterima oleh Nabi Musa as di bukit Tursina.

“Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu". Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu)” (QS. Thaha: 9-13)

3. Melalui malaikat Jibris as, seperti wahyu yang diterima oleh Rasulullah SAW,

sebagaimana yang ditegaskan oleh al-Qur’an

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

93

Page 7: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

“Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas”. (as-Syu’ara 26: 192-195)

Penurunan wahyu melalui malaikat Jibril ini berlangsung dalam dua cara,

pertama Jibril datang membawa wahyu seperti bunyi gemerincing lonceng

(shalsholah al-jaros) yang amat keras, dan kedua Jibril datang membawa wahyu

dengan memperlihatkan dirinya sebagai seorang lelaki.

3. Kitab-Kitab Allah sebelum al-Qur’an

Sebelum kitab suci al-Qur’an, Allah telah menurunkan kitab suci kepada para

Nabi dan Rasul-Nya. Yang disebutkan dalam al-Qur’an ada 5 (lima); tiga dalam

bentuk kitab yaitu Taurat, Zabur dan Injil dan dua dalam bentuk shuhuf yaitu shuhuf

Ibrahim dan Musa. Kelima kitab suci tersebut antara lain disebutkan dalam ayat-ayat

berikut ini:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)”. (al-Maidah 5: 44)

“Dan sesungguhnya Kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai dia sebagai wazir (pembantu)”. (al-Furqoan 25: 35)

“…, dan kami berikan Zabur (kepada) Daud”. (al-Isra 17: 55)

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

94

Page 8: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

“Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan (pula) Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil …” (al-Hadid 57: 27)

“Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa”. (al-A’la 87:18-19)

Itulah 5 (lima) kitab suci yang disebutkan oleh Allah SWT nama dan kepada

siapa diturunkan. Sedangkan kitab-kitab suci lainnya yang diturunkan kepada Nabi

dan Rasul lainnya tidak disebutkan oleh Allah nama-namanya secara terperinci, tetapi

secara global dijelaskan bahwa Allah SWT mengutus para Nabi dan Rasul dan

menurunkan bersama mereka Kitab suci.

“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan” (QS. Al Baqarah: 213). Untuk kitab-kitab suci yang tidak disebutkan namanya tersebut kita cukup

mengimaninya secara global (ijmal) bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

95

Page 9: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

suci kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Atau dengan kata lain kita mengimani semua

Kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada para Nabi dan rasul-Nya, baik yang

disebutkan namanya atau yang tidak disebutkan.

Kitab-kitab Allah SWT yang diturunkan sebelum Al-Qur’an tidaklah bersifat

universal seperti al-Qur’an, tapi hanya bersifat lokal untuk umat tertentu. Dan juga

tidak berlaku untuk sepanjang masa. Oleh karena itu Allah SWT tidak memberi

jaminan terpelihara keaslian atau keberadaan kitab-kitab tersebut sepanjang zaman

sebagaimana halnya Allah SWT memberi jaminan kepada al-Qur’an.

Dari segi isi, untuk hal-hal yang prinsip (masalah aqidah), sejarah dan fakta

tentang alam semesta, semua kitab suci tersebut memuat hal yang sama dengan al-

Qur’an. Tidak akan ada perbedaan apalagi pertentangan satu sama lain (kecuali

perbedaan redaksional), baik antara sesama kitab-kitab suci tersebut maupun dengan

kitab suci al-Qur’an. Misalnya tentanmg Tauhid, semua mengajarkan tentang ke-

Esaan Allah SWT, bahwa Dialah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", (QS. an-Nahl 16: 36)

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. al-Anbiya’ 21: 25)

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

96

Page 10: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

Ajaran tentang Uzair anak Allah SWT dalam Taurat, dan Isa putra Allah SWT

serta ajaran tentang trinitas dalam injil bukanlah berasal dari wahyu Allah SWT.

Semua itu adalah hasil pemalsuan dan penambahan orang-orang Yahudi dan

Nashrani. Tentang hal itu Allah menjelaskan :

“Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS. at-Taubah 9: 30)

“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih” (QS. al-Maidah 5: 73)

Adapun mengenai syariat dan hukum serta hal-hal yang praktis lainnya, akan ada

perbedaan antara satu kitan dengan kitab yang lain sesuai dengan perkembangan

zaman dan keadaan umat tertentu. Tentang hal ini Allah SWT menjelaskan :

“ Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang” (QS. al-Maidah 5: 48)

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

97

Page 11: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

Dari semua kitab-kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT sebelum al-Qur’an

sebagaimana yang sudah diterangkan di atas tidak satupun yang sampai kepada kita

secara utuh sebagaimana ketika diturunkan dahulu. Bahkan menurut DR Muhaman

Na’im Yasin sebagaimana dikutip Ilyas5, tidak ada satu Kitab Suci pun yang berhak

disebut kitab Allah SWT sekarang ini selain dari Kitab suci al-Qur’an. Yasin

mengemukakan beberapa alasan untuk mendukung pernyataannnya. Alasan Yasin

setelah penulis lengkapi dengan sumber lain adalah:

1. Tidak ada satupun naskah asli dari semua kitab suci yang turun sebelum al-

Qur’an terpelihara sampai sekarang. Semuanya telah hilang. Yang ada hanyalah

naskah terjemahan dalam berbagai bahasa. Bahkan terjemahan yang adapun

sudah merupakan terjemahan dari hasil terjemahan. Manuskrip perjanjian lama

(perjanjian lama terdiri dari Taurat Musa dan Zabur Daud serta ajaran Rasul-

Rasul lainnya yang kesemuanya itu meliputi lebih kurang tiga perempat al-Kitab

atau Bibel) yang tertua bukanlah tertulis dalam bahasa Ibriyah (bahasa nabi

Musa), akan tetapi dalam bahasa Aramiyah dan bahasa Greek serta bahasa latin

Kuno yang tidak lagi digunakan dewasa ini. Begitu juga manuskrip perjanjian

baru (perjanjian baru terdiri dari Injul Matius, Markus, Lukas, Yohanes dan kisah

Rasul-Rasul serta kumpulan surat-surat) yang lengkap hanyalah dipakai dalam

bahasa Greek, bukan dalam bahasa Aramiyah, bahasa teks asli Injil. Antara

terjemahan ke terjemahan berikutnya terjadilah perubahan dan pergeseran makna

di sana-sini. Begitulah seterusnya sampai dewasa ini.

2. Kitab-kitab suci tersebut sudah bercampur dengan ucapan manusia baik berupa

tafsir, sejarah hidup para Nabi dan murid-murid mereka, kesimpulan para ahli

hukum maupun dengan yang lainnya. Tidak lagi bisa dibedakan mana yang kalam

Allah dan mana yang karya manusia.

1 Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta : LPPI-UMY, 2000, h. 107-1082 Manna’ al-Qoththon, Mabahits fi ‘ulum al-Qur’an, Beirut : Muassasah ar-Risalah, 1976, h. 323 Op. Cit h. 110-1114 lihat al-Qur’an Surat As-Syuro : 515 Op Cit, h. 116-118

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

98

Page 12: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

3. Tidak ada satupun dari Kitab-Kitab suci tersebut yang secara sah dapat

dinisbahkan kepada Rasul yang membawa masing-masing kitab tersebut, dan

tidak juga mempunyai sanad yang dipercaya. Kitab perjanjian lama dibukukan

beberapa abad setelah nabi Musa meninggal dunia. Begitu juga kitab perjanjian

baru ditulis lebih satu abad setelah nabi Isa diangkat oleh Allah SWT.

4. Terdapat pertentangan antara satu bagian dengan bagian yang lain, antara satu

kitab dengan kitab yang lain. Oleh sebab itu, dari lebih kurang 70 naskah Injil

yang ditulis oleh 70 puluh penulis pula, Gereja memilih 4 saja, yatitu yang ditulis

oleh, Matius, markus, Lukas dan Yohanes. Bahkan antara Injil yang 4 inipun

terjadi pertentangan satu sama lain dalam beberapa bagian, misalnya tentang asal

keturunan Al-Masih: Matius 1: 6 menyebutkan bahwa Yusuf An-Najjar adalah

anak Ya’qub, sedang Lukas 3: 23 menyebut anak Hali. Matius 1: 7 menyebut

Yusuf An-Najjar adalah keturunan Sulaiman bin daud, sedang menurut Lukas 3:

31 adalah keturunan Nasan bin Daud.

5. Terdapat beberapa pelajaran yang batil tentang Allah SWT dan beberapa Rasul-

Nya. Selain keyakinan Uzair anak Allah SWT dan Trinitas, kita akan menemukan

beberapa kisah tentang Allah SWT dan Rasul-Nya yang tidak benar dan sama

sekali tidak bisa diterima oleh akal sehat. Misalnya tentang pergulatan yang

pernah terjadi antara Allah dan Nabi Ya’kub yang dimenangkan oleh Ya’kub

sehingga Allah SWT memberkatinya. (kejadian 32: 24-30) atau tentang Allah

SWT menyesal dan bertaubat setelah menetapkan suatu keputusan yang

menimbulkan akibat yang tidak diduga sebelumnya seperti halnya penyesalan

penetapan saul menjadi Raja atas Bani Israil.

4. Al-Qur’an sebagai Kitab Allah yang Terakhir

Kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT adalah Al-qur’an al-Karim

yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw dalam rentang waktu lebih kurang

23 tahun meliputi periode Makkah dan Madinah. Secara etimologis Qur’an berarti

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

99

Page 13: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

bacaan atau yang dibaca. Berasal dari kata qa-ra-a yang berarti membaca. Secara

terminologis al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad Saw. Di samping al-Qur’an Kitab Suci terakhir ini juga dinamai dengan

nama-nama lain seperti al-Kitab (al-Baqarah 2:2), al-Furqon (al-furqon 25:1), adz-

Dzikru (al-Hijr 15:9), al-Mau’izhah (Yunus 10:57), al-Huda (al-Jin 72:13), As-Syifa’

(Yunus 10:57) dan lain-lain.

Keutuhan dan keaslian al-Qur’an

Berbeda dengan Kitab-Kitab suci sebelumnya, al-Qur’an terjamin keutuhan

dan keasliannya. Hal itu bisa terjadi pertama dan utama karena adanya jaminan dari

Allah:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (QS. al-Hijr 15: 9)

Kemudian karena adanya usaha-usaha yang manusiawi dilakukan sejak zaman

Rasulullah Saw oleh para sahabat di bawah bimbingan beliau dan oleh generasi

berikutnya dan oleh setiap generasi kemudian. Usaha-usaha itu dapat kita lihat antara

lain6:

1. Rasulullah SAW sebagai orang yang ummi berusaha menghafal ayat-ayat al-

Qur’an yang diturunkan Allah SWT lewat malaikat Jibril. Bahkan belum lagi

wahyu selesai disampaikan Jibril beliau segera menggerakkan kedua bibirnya

untuk menghafal. Hal ini ditegur oleh Allah SWT seraya memberikan jaminan

bahwa tanpa usaha, Allah akan membuat nabi Muhammad SAW bisa membaca,

hafal dan mengerti maksudnya. Allah berfirman:

6 Ibid h. 119-120

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

100

Page 14: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.” (QS. al-Qiyamah 75: 16-19)

Rasulullah SAW selalu mempergunakan sebagian besar malamnya untuk

taqarrub mendekatkan diri ke hadirat Allah SWT. Melakukan shalat dan

membaca al-Qur’an dengan tartil. Kemudian seperti yang diceritakan oleh Siti

Aisyah ra. Bahwa Jibril as selalu mengunjungi Rasul pada setiap tahun untuk

menyaksikan Rasul dalam bertadarrus dan menghafal al-Qur’an. Berkat perhatian

dan upaya yang sungguh-sungguh, dan atas bimbingan Jibril serta terutama

jaminan Allah SWT, sehingga Rasulullah benar-benar menguasai al-Qur’an

dengan sempurna. Tiada seorangpun yang mengungguli Rasul dalam penguasaan

al-Qur’an, yang menjadi titik tumpuan umat Islam dalam masalah yang mereka

perlukan.

2. Setiap Rasulullah selesai menerima ayat-ayat yang diwahyukan, beliau

membacakan kepada para sahabat dan memerintahkan kepada mereka untuk

menghafal dan kepada sahabat-sahabat tertentu diperintahkan oleh Rasul untuk

menuliskannya di sarana-sarana yang memungkinkan waktu itu seperti pelepah

kurma, tulang-tulang binatang, batu, kulit binatang dan sarana lainnya. Begitulah

dengan sungguh-sungguh dan penuh kecintaan para sahabat berusaha menghafal

dan mencatat al-Qur’an. Tidak terhitung jumlahnya apara sahabat yang hafal dan

benar-benar menguasai al-Qur’an. Untuk menyebut beberapa orang saja misalnya:

Khalifah yang empat, Ibnu Mas’ud, Abu Musa al-‘As’ary, Zaid bin Tsabit, Ibnu

Umar, Amru bin ‘Ash, Mu’awiyah dan lain-lain.

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

101

Page 15: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

3. Pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq, atas anjuran Umar bin Khattab, al-Qur’an

dikumpulkan dalam satu mushhaf oleh panitia tunggal yaitu Zaid bin Tsabit

dengan berpedoman pada hafalan dan tulisan para sahabat. Ayat demi ayat

disusun sesuai dengan petunjuk Rasulullah sebelumnya, tapi surat demi surat

belum diurutkan sesuai dengan petunjuk Rasulullah.

4. Pada masa Utsman bin ‘Affan pembukuan al-Qur;an disempurnakan dengan

menyusun surat demi surat sesuai dengan ketentuan Rasulullah dan

menuliskannya dalam satu sistem penulisan yang bisa menampung semua qiraat

yang benar. Sistem penulisan itu dikenal dengan Ar-Rasmu al-Utsmani. Mushaf

yang dikenal dengan Mushaf Utsman itu disalin ke beberapa naskah dan

dikirimkan ke pusat-pusat pemerintahan umat Islam waktu itu untuk dijadikan

pedoman dan standar penulisan. Tugas pembukuan yang disempurnakan ini

dilaksanakan oleh satu tim yang diketuai oleh Zaid bib Tsabit, dengan anggota

Abdullah bin Zubair, Sa’id bin ‘Ash dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam.

5. Pada masa-masa berikutnya para ulama selalu berusaha untuk menyempurnakan

penulisan dan pemeliharaan al-Qur’an sehingga lahirlah beberapa ilmu

pengetahuan yang mendukung pemeliharaan keaslian dan keutuhan al-Qur’an,

seperti ilmu Tajwid untuk kaidah-kaidah qiraah, ilmu Nahwu Sharaf dari segi tata

bahasa, ilmu Khat dari segi penulisan, ulumul qur’an dan ilmu Tafsir dari segi

metodologi pemahaman dan ilmu-ilmu lainnya.

Al-Qur’an dijamin oleh Allah keutuhan dan keasliannya sampai akhir zaman

karena memang al-Qur’an bersifat universal (‘am lijami’il basyar fi kulli makan

wa zaman) berbeda dengan Kitab-Kitab sebelumnya yang bersifat lokal untuk

umat-umat tertentu (al-Furqon 25: 1, al-Anbiya’ 21: 107, Saba 34: 28).

Fungsi al-Qur’an terhadap Kitab-Kitab sebelumnya

Dalam hubungan dengan Kitab-Kitab suci yang diturunkan Allah sebelumnya,

maka al-Qur’am berfungsi sebagai:

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

102

Page 16: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

1. Nasikh, baik lafazh maupun hukum. Artinya semua Kitab suci terdahulu

dinyatakan tidak lagi berlaku. Satu-satunya yang wajib diikuti dan dilaksanakan

petunjuknya hanyalah kitab suci al-Qur’an. Hal itu disebabkan dua hal: pertama,

karena kitab-kitab suci terdahulu tidak ada lagi yang utuh dan asli seperti waktu

diturunkan. Kedua, karena kitab-kitab suci tersebut berlaku khusus untuk umat

dan masa tertentu saja. Dalil yang paling kuat menunjukkan bahwa al-Qur’an

adalah Nasikh terhadap kitab-kitab suci sebelumnya adalah perintah Allah SWT

terhadap nabi Muhammad Saw untuk memberlakukan al-Qur’an terhadap seluruh

umat manusia termasuk para ahli Kitab.

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu”.(QS. al-Maidah 5: 48)

2. Muhaimin atau batu ujian terhadap kebenaran Kitab-Kitab sebelumnya. Artinya

al-qur’anlah yang menjadi korektor terhadap perubahan-perubahan yang terjadi

pada kitab-kitab sebelumnya. Dengan demikian al-Qur’anlah satu-satunya yang

dijadikan pegangan. Apa yang dibenarkan dan ditetapkan oleh al-Qur’an itulah

yang benar dan harus diikuti, karena seperti dijelaskan oleh allah sendiri Kitab-

kitab suci sebelumnya tidak bebas dari pemalsuan dan penambahan atau

pengurangan dalam perjalanan sejarahnya (QS. al-Maidah: 48).

3. Mushaddiq (menguatkan kebenaran-kebenaran) pada Kitab-Kitab Allah SWT

sebelumnya, seperti taurat dan Injil yang membawakan petunjuk allah dan cahaya

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

103

Page 17: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

kebenaran (ayat yang sama). Misalnya berita tentang kedatangan Nabi dan Rasul

yang terakhir yang terdapat dalam Kitab taurat dan Injil dibenarkan oleh al-

Qur’an dengan kedatangan nabi Muhammad SAW.

Keistimewaan al-Qur’an

Sebagai Kitab Allah yang terakhir al-Qur’an mempunyai beberapa keistimewaan,

antara lain sebagai berikut:

1. Berlaku umum untuk seluruh umat manusia di mana dan kapanpun mereka berada

sampai akhir zaman nanti. Hal itu sesuai dengan risalah Nabi Muhammad Saw

yang ditujukan untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman nanti.

“Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”. (QS. al-Furqon 25: 1)

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”. (QS. Saba’ 34: 28)

2. Ajaran al-Qur’an mencakup seluruh aspek kehidupan seperti ekonimi, politik,

hukum, budaya seni, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Serta mencakup seluruh

ruang lingkup kehidupan, seperti kehidupan pribadi, keluarga, bermasyarakat,

bernegara dan dunia internasional.

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

104

Page 18: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

“Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab, ..”(QS. al-An’am 6: 38)

3. Mendapat jaminan pemeliharaan dari Allah dari segala bentuk penambahan,

pengurangan dan pemalsuan sebagaimana firman-Nya:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. al-Hijr 15: 9)

4. Allah menjadikan al-Qur’an mudah untuk difahami, dihafal dan diamalkan.

Firman-Nya:

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. al-Qomar 54: 17)

5. Al-Qur’an berfungsi sebagai Nasikh, Muhaimin dan Mushoddiq terhadap kitab-

kitab suci sebelumnya.

6. Al-Qur’an berfungsi sebagai mukjizat bagi Nabi Muhammad. Mukjizat berarti

melemahkan, maksudnya membuktikan kebenaran nubuwah dan risalah Nabi

Muhammad dengan menjanjikan orang-orang yang menantangnya tidak

berkutik menghadapi tantangan al-Qur’an. Manna’ al-Qaththan menjelaskan

bahwa tantangan al-Qur’an terhadap para penentangnya itu terdiri dari tiga

tahap :

a. Pertama, tantangan yang bersifat umum mencakup manusia dan jin untuk

membuat seperti al-qur’an. Allah SWT berfirman :

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

105

Page 19: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS. al-Isro 17: 88)

b. Kedua, tantangan untuk membuat sepuluh surat saja seperti surat-surat al-

Qur’an. Allah SWT berfirman:

Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Qur'an itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar". (QS. Hud 11: 13)

c. Ketiga, tantangan untuk membuat satu surat saja seperti surat-surat yang ada

pada al-Qur’an. Allah SWT berfirman:

“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar” (QS. al-Baqarah 2: 23)

Mukjizat al-Quran menurut Quraish Shihab dapat ditinjau dari 3 aspek7:

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

106

Page 20: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

1. Keindahan dan ketelitian redaksinya.

2. Isyarat-isyarat ilmiah yang terdapat didalamnya.

3. Pemberitaan gaib.

5. Perbedaan Iman kepada al-Qur’an dengan Iman kepada

Kitab Suci lainnya

Seorang muslim wajib mengimani semua Kitab suci yang telah diturunkan

oleh allah kepada para nabi dan rasul-Nya, baik yang disebutkan nama dan kepada

siapa diturunkan maupun yang tidak disebutkan. Allah SWT berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”. (QS. an-Nisaa’ 4: 136)

Akan tetapi tentu ada perbedaan konsekuensi keimanan antara keimanan kepada

al-Qur’an dan iman kepada Kitab-Kitab suci sebelumnya. Kalau terhadap Kitab suci

sebelumnya, seorang muslim hanyalah menpunyai kewajiban mengimani keberadaan

dan kebenarannya tanpa kewajiban mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan

kandungannya, karena Kitab-kitab suci tersebut berlaku untuk umat dan masa tertentu

yang telah berakhir dengan kedatangan Kitab suci yang bterakhir yaitu al-Qur’an.

Jika ada hal-hal yang sama yang masih berlaku dan diamalkan, maka itu hanyalah

7 Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, Bandung : Mizan 1997 h. 29-32, atau lebih lengkap lihat Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an; ditinjau dari aspek kebahasaan, isyarat ilmiah dan pemberitaan gaib, Bandung : Mizan, 2000

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

107

Page 21: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

semata-mata karena diperintahkan oleh al-qur’an bukan karena ada pada kitab suci

sebelumnya. Sedangkan iman kepa al-Qur’an membawa konsekuensi yang lebih luas

seperti mempelajarinya, mengamalkan dan mendakwahkannya serta membelanya dari

serangan musuh-musuh Islam. Untuk lebih jelasnya kewajiaban seorang muslim

terhadap al-Qur’an adalah sebagai berikut:

1. Mengimani bahwa al-Qur’an adalah Kitab Allah SWT yang terakhir yang

berfungsi sebagai Nasikh, Muhaimin dan Mushoddiq bagi Kitab-Kitab suci

sebelumnya, mukjizat bagi kenabian dan kerasulan Muhammad, hudan bagi

kehidupan umat manusia sampai akhir zaman dan fungsi-fungsi lainnya (QS. al-

Maidah 5: 48; al-Baqarah 2: 23, dan 185)

2. Mempelajari al-Qur’an baik cara membacanya (ilmu Tajwid dan Qira’ah), makna

dan tafsirnya (tarjamah dan Tafsir al-qur’an) maupun ilmu-ilmu lain yang

berhubungan dengan al-Qur’an seperti ulumul qur’an, hadits, ushul fiqh, fiqh dan

lain-lain. (QS. Muhammad 47: 24, at-taubah 9: 122)

3. Membaca al-Quran sebanyak dan sebaik mungkin. (QS. al-Muzammil 73: 4,20)

4. Mengamalkan ajaran al-Qur’an dalam seluruh aspek kehidupan baik kehidupan

pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, bernegara maupun kehidupan internasional.

Baik aspek ekonomi, politik, hukumk, budaya, pendidikan maupun aspek hidup

lainnya. (QS. al-A’raf 7: 3, al-Jatsiyah 45: 7-8, An-Nur 24: 51, al-Baqarah 2: 208)

5. Mengajkarkan al-Qur’an kepada orang lain sehingga mereka dapat membaca,

memahami dan mengamalkannya (QS. Ali ‘Imran 3: 79, 110, 104, An-Nahl 16:

125).

C. PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksud dengan Kitab Allah?

2. Sebutkan beberapa Kitab Allah yang pernah diturunkan

kepada para Nabi dan Rasul!

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

108

Page 22: Bab5ImankpdKitab

DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH

3. Bagaimana cara Allah SWT menurunkan wahyu kepada para Nabi dan

RasulNya?

4. Apa kesamaan kandungan Kitab Suci al-Qur’an dengan Kitab-kitab suci

sebelumnya?

5. Apa pula fungsi al-Qur’an terhadap Kitab Suci sebelumnya?

6. Apa dalil Naqli tentang terjaminnya orisinalitas al-Qur’an?

7. Apa saja upaya manusiawi dalam menjaga keaslian dan keutuhan al-Qur’an

sejak masa Nabi Muhammad?

8. Bagaimana dengan orosinalitas Kitab-Kitab suci sebelum al-Qur’an yang ada

sekarang? Jelaskan!

9. Apa perbedaan iman kepada al-Qur’an dengan Iman kepada kitab suci

sebelumnya yang diturnkan oleh Allah SWT?

D. REFERENSI (END NOTE)

BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

109