bab5imankpdkitab
DESCRIPTION
Bab5ImankpdKitabTRANSCRIPT
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
Iman Kepada Kitab-Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Kitab Allah A. PENDAHULUAN
Setelah mempelajari bab ini diharapkan anda akan dapat menjelaskan
beberapa hal berikut:
1. Menjelaskan pengertian kitab-kitab Allah
2. Memahami persamaan dan perbedaan al-Qur’an dan Kitab-Kitab Allah
sebelumnya
3. Menjelaskan perbedaan iman kepada al-Qur’an dengan iman kepada Kitab-
Kitab Allah sebelumnya
4. Memahami hakekat dan hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Kitab-Kitab Allah
Dalam pengertian bahasa (lughawy/etimologi) kata kitab berasal dari bahasa Arab
adalah bentuk mashdar dari kata yang كتب berarti menulis. Setelah menjadi
mashdar (مكتوب) berarti tulisan, atau yang ditulis. Bentuk jama’ dari kitab adalah
kutub. Dalam bahasa Indonesia kitab berarti buku.
Adapun pengertian ishthilahi (terminologis), yang dimaksud dengan kitab Allah
SWT adalah kitab suci yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul-Nya melalui
malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia sebagai petunjuk bagi
mereka. Kata al-kitab atau alkutub di dalam al-Qur’an dipakai untuk beberapa
pengertian:1
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
B A B
5
88
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
1. Menunjukkan semua Kitab Suci yang pernah diturunkan kepada para Nabi
dan Rasul:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi …(QS. al-Baqarah 2: 177)
2. Menunjukkan semua Kitab suci yang diturunkan sebelum al-Qur’an:
“Berkatalah orang-orang kafir: "Kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul". Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu dan antara orang yang mempunyai ilmu Al Kitab" (QS. ar-Ra’ad 13: 43)
3. Menunjukkan Kitab suci tertentu sebelum al-Qur’an, misalnya Taurat:
“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa” (QS. al-Baqarah 2: 87)
4. Menunjukkan Kitab suci al-Qur’an secara khusus:
“Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (QS. al-Baqarah 2: 2)
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
89
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
Di samping al-kitab, untuk menunjukkan kitab suci yang diturunkan Allah SWT
kepada para Nabi dan Rasul-Nya, al-Qur’an memakai juga istilah lain yaitu:
1. Shuhuf, bentuk jama’ dari shahifah yang berarti lembaran. Dipakai untuk
menunjukkan Kitab-Kitab suci sebelum al-Qur’an, khususnya yang
diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa ‘alaihima as-salam.
“Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa” (QS. al-A’la: 18-19)
2. Zubur, bentuk jama’ dari zabur yang berarti buku. Dipakai untuk
menunjukkan kitab-kitab suci yang diturunkan Allah sebelum al-Qur’an.
“Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamupun telah didustakan (pula), mereka membawa mu`jizat-mu`jizat yang nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna” (QS. ali-Imran: 184)
3. Zabur bentuk mufrad dari zubur, dipakai khusus untuk menunjukkan kitab
suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Daud.
“Dan Kami berikan Zabur kepada Daud” (QS. an-Nisaa’: 163)
2. Kitab-Kitab Allah sebagai Wahyu
Kata wahyu (وحي) secara etimologis adalah bentuk mashdar dari kata auha (
,Dalam bentuk mashdar itu terdapat dua arti, pertama al-khofa (tersembunyi .(أوحى
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
90
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
rahasia) dan kedua as-sur’ah (cepat). Dinamai demikian karena wahyu itu adalah
semacam informasi yang rahasia, cepat, khusus diketahui oleh pihak-pihak yang
dituju saja. Secara terminologis, wahyu adalah kalam Allah yang diturunkan kepada
para Nabi dan Rasul-Nya.2 Di samping itu, al-Qur’an menggunakan kata wahyu
untuk beberapa pengertian lain, di antaranya3 :
1. Ilham Fitri yang diberikan kepada manusia, seperti ilham yang diberikan Allah
kepada ibu Musa untuk menyusukan bayinya:
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia,” (QS. al-Qoshosh 28: 7)
2. Instink yang diberikan kepa hewan-hewan, seperti instink yang diberikan Allah
kepada lebah:
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia". (QS. an-Nahl 16: 68)
3. Isyarat yang cepat dengan cara memberi tanda dan kode-kode tertentu, seperti
isyarat yang diberikan oleh Nabi Zakaria kepada kaumnya untuk bertasbih:
“Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.” (QS. Maryam 19: 11)
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
91
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
4. Bisikan syaitan kepada manusia untuk menggoda dan menipunya:
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)”. (QS. al-An’am 6: 112)
5. Perintah Allah kepada para malaikat-Nya:
“(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman". (QS. al-Anfaal 8: 12)
Wahyu dalam pengertian kalam Allah itu diturunkan oleh Allah kepada para Nabi
dan Rasul-Nya melalui tiga cara4:
1. Melalui mimpi yang benar (ar-Ru’ya al-Shodiqoh fi al-manam). Misalnya wahyu
yang diterima oleh Nabi Ibrahim as. Dalam mimpi untuk mengorbankan putranya
Isma’il as.
"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
92
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (QS. Ash-Shaffat: 100-102)
2. Kalam ilahi dari balik tabir (min warai hijaab), seperti perintah shalat fardhu yang
diterima nabi Muhammad SAW waktu peristiwa Isra’ dan Mi’raj, atau wahyu
yang diterima oleh Nabi Musa as di bukit Tursina.
“Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu". Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu)” (QS. Thaha: 9-13)
3. Melalui malaikat Jibris as, seperti wahyu yang diterima oleh Rasulullah SAW,
sebagaimana yang ditegaskan oleh al-Qur’an
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
93
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
“Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas”. (as-Syu’ara 26: 192-195)
Penurunan wahyu melalui malaikat Jibril ini berlangsung dalam dua cara,
pertama Jibril datang membawa wahyu seperti bunyi gemerincing lonceng
(shalsholah al-jaros) yang amat keras, dan kedua Jibril datang membawa wahyu
dengan memperlihatkan dirinya sebagai seorang lelaki.
3. Kitab-Kitab Allah sebelum al-Qur’an
Sebelum kitab suci al-Qur’an, Allah telah menurunkan kitab suci kepada para
Nabi dan Rasul-Nya. Yang disebutkan dalam al-Qur’an ada 5 (lima); tiga dalam
bentuk kitab yaitu Taurat, Zabur dan Injil dan dua dalam bentuk shuhuf yaitu shuhuf
Ibrahim dan Musa. Kelima kitab suci tersebut antara lain disebutkan dalam ayat-ayat
berikut ini:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)”. (al-Maidah 5: 44)
“Dan sesungguhnya Kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai dia sebagai wazir (pembantu)”. (al-Furqoan 25: 35)
“…, dan kami berikan Zabur (kepada) Daud”. (al-Isra 17: 55)
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
94
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
“Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan (pula) Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil …” (al-Hadid 57: 27)
“Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa”. (al-A’la 87:18-19)
Itulah 5 (lima) kitab suci yang disebutkan oleh Allah SWT nama dan kepada
siapa diturunkan. Sedangkan kitab-kitab suci lainnya yang diturunkan kepada Nabi
dan Rasul lainnya tidak disebutkan oleh Allah nama-namanya secara terperinci, tetapi
secara global dijelaskan bahwa Allah SWT mengutus para Nabi dan Rasul dan
menurunkan bersama mereka Kitab suci.
“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan” (QS. Al Baqarah: 213). Untuk kitab-kitab suci yang tidak disebutkan namanya tersebut kita cukup
mengimaninya secara global (ijmal) bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
95
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
suci kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Atau dengan kata lain kita mengimani semua
Kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada para Nabi dan rasul-Nya, baik yang
disebutkan namanya atau yang tidak disebutkan.
Kitab-kitab Allah SWT yang diturunkan sebelum Al-Qur’an tidaklah bersifat
universal seperti al-Qur’an, tapi hanya bersifat lokal untuk umat tertentu. Dan juga
tidak berlaku untuk sepanjang masa. Oleh karena itu Allah SWT tidak memberi
jaminan terpelihara keaslian atau keberadaan kitab-kitab tersebut sepanjang zaman
sebagaimana halnya Allah SWT memberi jaminan kepada al-Qur’an.
Dari segi isi, untuk hal-hal yang prinsip (masalah aqidah), sejarah dan fakta
tentang alam semesta, semua kitab suci tersebut memuat hal yang sama dengan al-
Qur’an. Tidak akan ada perbedaan apalagi pertentangan satu sama lain (kecuali
perbedaan redaksional), baik antara sesama kitab-kitab suci tersebut maupun dengan
kitab suci al-Qur’an. Misalnya tentanmg Tauhid, semua mengajarkan tentang ke-
Esaan Allah SWT, bahwa Dialah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", (QS. an-Nahl 16: 36)
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. al-Anbiya’ 21: 25)
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
96
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
Ajaran tentang Uzair anak Allah SWT dalam Taurat, dan Isa putra Allah SWT
serta ajaran tentang trinitas dalam injil bukanlah berasal dari wahyu Allah SWT.
Semua itu adalah hasil pemalsuan dan penambahan orang-orang Yahudi dan
Nashrani. Tentang hal itu Allah menjelaskan :
“Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS. at-Taubah 9: 30)
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih” (QS. al-Maidah 5: 73)
Adapun mengenai syariat dan hukum serta hal-hal yang praktis lainnya, akan ada
perbedaan antara satu kitan dengan kitab yang lain sesuai dengan perkembangan
zaman dan keadaan umat tertentu. Tentang hal ini Allah SWT menjelaskan :
“ Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang” (QS. al-Maidah 5: 48)
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
97
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
Dari semua kitab-kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT sebelum al-Qur’an
sebagaimana yang sudah diterangkan di atas tidak satupun yang sampai kepada kita
secara utuh sebagaimana ketika diturunkan dahulu. Bahkan menurut DR Muhaman
Na’im Yasin sebagaimana dikutip Ilyas5, tidak ada satu Kitab Suci pun yang berhak
disebut kitab Allah SWT sekarang ini selain dari Kitab suci al-Qur’an. Yasin
mengemukakan beberapa alasan untuk mendukung pernyataannnya. Alasan Yasin
setelah penulis lengkapi dengan sumber lain adalah:
1. Tidak ada satupun naskah asli dari semua kitab suci yang turun sebelum al-
Qur’an terpelihara sampai sekarang. Semuanya telah hilang. Yang ada hanyalah
naskah terjemahan dalam berbagai bahasa. Bahkan terjemahan yang adapun
sudah merupakan terjemahan dari hasil terjemahan. Manuskrip perjanjian lama
(perjanjian lama terdiri dari Taurat Musa dan Zabur Daud serta ajaran Rasul-
Rasul lainnya yang kesemuanya itu meliputi lebih kurang tiga perempat al-Kitab
atau Bibel) yang tertua bukanlah tertulis dalam bahasa Ibriyah (bahasa nabi
Musa), akan tetapi dalam bahasa Aramiyah dan bahasa Greek serta bahasa latin
Kuno yang tidak lagi digunakan dewasa ini. Begitu juga manuskrip perjanjian
baru (perjanjian baru terdiri dari Injul Matius, Markus, Lukas, Yohanes dan kisah
Rasul-Rasul serta kumpulan surat-surat) yang lengkap hanyalah dipakai dalam
bahasa Greek, bukan dalam bahasa Aramiyah, bahasa teks asli Injil. Antara
terjemahan ke terjemahan berikutnya terjadilah perubahan dan pergeseran makna
di sana-sini. Begitulah seterusnya sampai dewasa ini.
2. Kitab-kitab suci tersebut sudah bercampur dengan ucapan manusia baik berupa
tafsir, sejarah hidup para Nabi dan murid-murid mereka, kesimpulan para ahli
hukum maupun dengan yang lainnya. Tidak lagi bisa dibedakan mana yang kalam
Allah dan mana yang karya manusia.
1 Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta : LPPI-UMY, 2000, h. 107-1082 Manna’ al-Qoththon, Mabahits fi ‘ulum al-Qur’an, Beirut : Muassasah ar-Risalah, 1976, h. 323 Op. Cit h. 110-1114 lihat al-Qur’an Surat As-Syuro : 515 Op Cit, h. 116-118
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
98
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
3. Tidak ada satupun dari Kitab-Kitab suci tersebut yang secara sah dapat
dinisbahkan kepada Rasul yang membawa masing-masing kitab tersebut, dan
tidak juga mempunyai sanad yang dipercaya. Kitab perjanjian lama dibukukan
beberapa abad setelah nabi Musa meninggal dunia. Begitu juga kitab perjanjian
baru ditulis lebih satu abad setelah nabi Isa diangkat oleh Allah SWT.
4. Terdapat pertentangan antara satu bagian dengan bagian yang lain, antara satu
kitab dengan kitab yang lain. Oleh sebab itu, dari lebih kurang 70 naskah Injil
yang ditulis oleh 70 puluh penulis pula, Gereja memilih 4 saja, yatitu yang ditulis
oleh, Matius, markus, Lukas dan Yohanes. Bahkan antara Injil yang 4 inipun
terjadi pertentangan satu sama lain dalam beberapa bagian, misalnya tentang asal
keturunan Al-Masih: Matius 1: 6 menyebutkan bahwa Yusuf An-Najjar adalah
anak Ya’qub, sedang Lukas 3: 23 menyebut anak Hali. Matius 1: 7 menyebut
Yusuf An-Najjar adalah keturunan Sulaiman bin daud, sedang menurut Lukas 3:
31 adalah keturunan Nasan bin Daud.
5. Terdapat beberapa pelajaran yang batil tentang Allah SWT dan beberapa Rasul-
Nya. Selain keyakinan Uzair anak Allah SWT dan Trinitas, kita akan menemukan
beberapa kisah tentang Allah SWT dan Rasul-Nya yang tidak benar dan sama
sekali tidak bisa diterima oleh akal sehat. Misalnya tentang pergulatan yang
pernah terjadi antara Allah dan Nabi Ya’kub yang dimenangkan oleh Ya’kub
sehingga Allah SWT memberkatinya. (kejadian 32: 24-30) atau tentang Allah
SWT menyesal dan bertaubat setelah menetapkan suatu keputusan yang
menimbulkan akibat yang tidak diduga sebelumnya seperti halnya penyesalan
penetapan saul menjadi Raja atas Bani Israil.
4. Al-Qur’an sebagai Kitab Allah yang Terakhir
Kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT adalah Al-qur’an al-Karim
yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw dalam rentang waktu lebih kurang
23 tahun meliputi periode Makkah dan Madinah. Secara etimologis Qur’an berarti
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
99
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
bacaan atau yang dibaca. Berasal dari kata qa-ra-a yang berarti membaca. Secara
terminologis al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw. Di samping al-Qur’an Kitab Suci terakhir ini juga dinamai dengan
nama-nama lain seperti al-Kitab (al-Baqarah 2:2), al-Furqon (al-furqon 25:1), adz-
Dzikru (al-Hijr 15:9), al-Mau’izhah (Yunus 10:57), al-Huda (al-Jin 72:13), As-Syifa’
(Yunus 10:57) dan lain-lain.
Keutuhan dan keaslian al-Qur’an
Berbeda dengan Kitab-Kitab suci sebelumnya, al-Qur’an terjamin keutuhan
dan keasliannya. Hal itu bisa terjadi pertama dan utama karena adanya jaminan dari
Allah:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (QS. al-Hijr 15: 9)
Kemudian karena adanya usaha-usaha yang manusiawi dilakukan sejak zaman
Rasulullah Saw oleh para sahabat di bawah bimbingan beliau dan oleh generasi
berikutnya dan oleh setiap generasi kemudian. Usaha-usaha itu dapat kita lihat antara
lain6:
1. Rasulullah SAW sebagai orang yang ummi berusaha menghafal ayat-ayat al-
Qur’an yang diturunkan Allah SWT lewat malaikat Jibril. Bahkan belum lagi
wahyu selesai disampaikan Jibril beliau segera menggerakkan kedua bibirnya
untuk menghafal. Hal ini ditegur oleh Allah SWT seraya memberikan jaminan
bahwa tanpa usaha, Allah akan membuat nabi Muhammad SAW bisa membaca,
hafal dan mengerti maksudnya. Allah berfirman:
6 Ibid h. 119-120
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
100
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.” (QS. al-Qiyamah 75: 16-19)
Rasulullah SAW selalu mempergunakan sebagian besar malamnya untuk
taqarrub mendekatkan diri ke hadirat Allah SWT. Melakukan shalat dan
membaca al-Qur’an dengan tartil. Kemudian seperti yang diceritakan oleh Siti
Aisyah ra. Bahwa Jibril as selalu mengunjungi Rasul pada setiap tahun untuk
menyaksikan Rasul dalam bertadarrus dan menghafal al-Qur’an. Berkat perhatian
dan upaya yang sungguh-sungguh, dan atas bimbingan Jibril serta terutama
jaminan Allah SWT, sehingga Rasulullah benar-benar menguasai al-Qur’an
dengan sempurna. Tiada seorangpun yang mengungguli Rasul dalam penguasaan
al-Qur’an, yang menjadi titik tumpuan umat Islam dalam masalah yang mereka
perlukan.
2. Setiap Rasulullah selesai menerima ayat-ayat yang diwahyukan, beliau
membacakan kepada para sahabat dan memerintahkan kepada mereka untuk
menghafal dan kepada sahabat-sahabat tertentu diperintahkan oleh Rasul untuk
menuliskannya di sarana-sarana yang memungkinkan waktu itu seperti pelepah
kurma, tulang-tulang binatang, batu, kulit binatang dan sarana lainnya. Begitulah
dengan sungguh-sungguh dan penuh kecintaan para sahabat berusaha menghafal
dan mencatat al-Qur’an. Tidak terhitung jumlahnya apara sahabat yang hafal dan
benar-benar menguasai al-Qur’an. Untuk menyebut beberapa orang saja misalnya:
Khalifah yang empat, Ibnu Mas’ud, Abu Musa al-‘As’ary, Zaid bin Tsabit, Ibnu
Umar, Amru bin ‘Ash, Mu’awiyah dan lain-lain.
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
101
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
3. Pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq, atas anjuran Umar bin Khattab, al-Qur’an
dikumpulkan dalam satu mushhaf oleh panitia tunggal yaitu Zaid bin Tsabit
dengan berpedoman pada hafalan dan tulisan para sahabat. Ayat demi ayat
disusun sesuai dengan petunjuk Rasulullah sebelumnya, tapi surat demi surat
belum diurutkan sesuai dengan petunjuk Rasulullah.
4. Pada masa Utsman bin ‘Affan pembukuan al-Qur;an disempurnakan dengan
menyusun surat demi surat sesuai dengan ketentuan Rasulullah dan
menuliskannya dalam satu sistem penulisan yang bisa menampung semua qiraat
yang benar. Sistem penulisan itu dikenal dengan Ar-Rasmu al-Utsmani. Mushaf
yang dikenal dengan Mushaf Utsman itu disalin ke beberapa naskah dan
dikirimkan ke pusat-pusat pemerintahan umat Islam waktu itu untuk dijadikan
pedoman dan standar penulisan. Tugas pembukuan yang disempurnakan ini
dilaksanakan oleh satu tim yang diketuai oleh Zaid bib Tsabit, dengan anggota
Abdullah bin Zubair, Sa’id bin ‘Ash dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam.
5. Pada masa-masa berikutnya para ulama selalu berusaha untuk menyempurnakan
penulisan dan pemeliharaan al-Qur’an sehingga lahirlah beberapa ilmu
pengetahuan yang mendukung pemeliharaan keaslian dan keutuhan al-Qur’an,
seperti ilmu Tajwid untuk kaidah-kaidah qiraah, ilmu Nahwu Sharaf dari segi tata
bahasa, ilmu Khat dari segi penulisan, ulumul qur’an dan ilmu Tafsir dari segi
metodologi pemahaman dan ilmu-ilmu lainnya.
Al-Qur’an dijamin oleh Allah keutuhan dan keasliannya sampai akhir zaman
karena memang al-Qur’an bersifat universal (‘am lijami’il basyar fi kulli makan
wa zaman) berbeda dengan Kitab-Kitab sebelumnya yang bersifat lokal untuk
umat-umat tertentu (al-Furqon 25: 1, al-Anbiya’ 21: 107, Saba 34: 28).
Fungsi al-Qur’an terhadap Kitab-Kitab sebelumnya
Dalam hubungan dengan Kitab-Kitab suci yang diturunkan Allah sebelumnya,
maka al-Qur’am berfungsi sebagai:
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
102
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
1. Nasikh, baik lafazh maupun hukum. Artinya semua Kitab suci terdahulu
dinyatakan tidak lagi berlaku. Satu-satunya yang wajib diikuti dan dilaksanakan
petunjuknya hanyalah kitab suci al-Qur’an. Hal itu disebabkan dua hal: pertama,
karena kitab-kitab suci terdahulu tidak ada lagi yang utuh dan asli seperti waktu
diturunkan. Kedua, karena kitab-kitab suci tersebut berlaku khusus untuk umat
dan masa tertentu saja. Dalil yang paling kuat menunjukkan bahwa al-Qur’an
adalah Nasikh terhadap kitab-kitab suci sebelumnya adalah perintah Allah SWT
terhadap nabi Muhammad Saw untuk memberlakukan al-Qur’an terhadap seluruh
umat manusia termasuk para ahli Kitab.
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu”.(QS. al-Maidah 5: 48)
2. Muhaimin atau batu ujian terhadap kebenaran Kitab-Kitab sebelumnya. Artinya
al-qur’anlah yang menjadi korektor terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada kitab-kitab sebelumnya. Dengan demikian al-Qur’anlah satu-satunya yang
dijadikan pegangan. Apa yang dibenarkan dan ditetapkan oleh al-Qur’an itulah
yang benar dan harus diikuti, karena seperti dijelaskan oleh allah sendiri Kitab-
kitab suci sebelumnya tidak bebas dari pemalsuan dan penambahan atau
pengurangan dalam perjalanan sejarahnya (QS. al-Maidah: 48).
3. Mushaddiq (menguatkan kebenaran-kebenaran) pada Kitab-Kitab Allah SWT
sebelumnya, seperti taurat dan Injil yang membawakan petunjuk allah dan cahaya
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
103
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
kebenaran (ayat yang sama). Misalnya berita tentang kedatangan Nabi dan Rasul
yang terakhir yang terdapat dalam Kitab taurat dan Injil dibenarkan oleh al-
Qur’an dengan kedatangan nabi Muhammad SAW.
Keistimewaan al-Qur’an
Sebagai Kitab Allah yang terakhir al-Qur’an mempunyai beberapa keistimewaan,
antara lain sebagai berikut:
1. Berlaku umum untuk seluruh umat manusia di mana dan kapanpun mereka berada
sampai akhir zaman nanti. Hal itu sesuai dengan risalah Nabi Muhammad Saw
yang ditujukan untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman nanti.
“Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”. (QS. al-Furqon 25: 1)
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”. (QS. Saba’ 34: 28)
2. Ajaran al-Qur’an mencakup seluruh aspek kehidupan seperti ekonimi, politik,
hukum, budaya seni, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Serta mencakup seluruh
ruang lingkup kehidupan, seperti kehidupan pribadi, keluarga, bermasyarakat,
bernegara dan dunia internasional.
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
104
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
“Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab, ..”(QS. al-An’am 6: 38)
3. Mendapat jaminan pemeliharaan dari Allah dari segala bentuk penambahan,
pengurangan dan pemalsuan sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. al-Hijr 15: 9)
4. Allah menjadikan al-Qur’an mudah untuk difahami, dihafal dan diamalkan.
Firman-Nya:
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. al-Qomar 54: 17)
5. Al-Qur’an berfungsi sebagai Nasikh, Muhaimin dan Mushoddiq terhadap kitab-
kitab suci sebelumnya.
6. Al-Qur’an berfungsi sebagai mukjizat bagi Nabi Muhammad. Mukjizat berarti
melemahkan, maksudnya membuktikan kebenaran nubuwah dan risalah Nabi
Muhammad dengan menjanjikan orang-orang yang menantangnya tidak
berkutik menghadapi tantangan al-Qur’an. Manna’ al-Qaththan menjelaskan
bahwa tantangan al-Qur’an terhadap para penentangnya itu terdiri dari tiga
tahap :
a. Pertama, tantangan yang bersifat umum mencakup manusia dan jin untuk
membuat seperti al-qur’an. Allah SWT berfirman :
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
105
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS. al-Isro 17: 88)
b. Kedua, tantangan untuk membuat sepuluh surat saja seperti surat-surat al-
Qur’an. Allah SWT berfirman:
Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Qur'an itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar". (QS. Hud 11: 13)
c. Ketiga, tantangan untuk membuat satu surat saja seperti surat-surat yang ada
pada al-Qur’an. Allah SWT berfirman:
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar” (QS. al-Baqarah 2: 23)
Mukjizat al-Quran menurut Quraish Shihab dapat ditinjau dari 3 aspek7:
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
106
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
1. Keindahan dan ketelitian redaksinya.
2. Isyarat-isyarat ilmiah yang terdapat didalamnya.
3. Pemberitaan gaib.
5. Perbedaan Iman kepada al-Qur’an dengan Iman kepada
Kitab Suci lainnya
Seorang muslim wajib mengimani semua Kitab suci yang telah diturunkan
oleh allah kepada para nabi dan rasul-Nya, baik yang disebutkan nama dan kepada
siapa diturunkan maupun yang tidak disebutkan. Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”. (QS. an-Nisaa’ 4: 136)
Akan tetapi tentu ada perbedaan konsekuensi keimanan antara keimanan kepada
al-Qur’an dan iman kepada Kitab-Kitab suci sebelumnya. Kalau terhadap Kitab suci
sebelumnya, seorang muslim hanyalah menpunyai kewajiban mengimani keberadaan
dan kebenarannya tanpa kewajiban mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan
kandungannya, karena Kitab-kitab suci tersebut berlaku untuk umat dan masa tertentu
yang telah berakhir dengan kedatangan Kitab suci yang bterakhir yaitu al-Qur’an.
Jika ada hal-hal yang sama yang masih berlaku dan diamalkan, maka itu hanyalah
7 Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, Bandung : Mizan 1997 h. 29-32, atau lebih lengkap lihat Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an; ditinjau dari aspek kebahasaan, isyarat ilmiah dan pemberitaan gaib, Bandung : Mizan, 2000
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
107
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
semata-mata karena diperintahkan oleh al-qur’an bukan karena ada pada kitab suci
sebelumnya. Sedangkan iman kepa al-Qur’an membawa konsekuensi yang lebih luas
seperti mempelajarinya, mengamalkan dan mendakwahkannya serta membelanya dari
serangan musuh-musuh Islam. Untuk lebih jelasnya kewajiaban seorang muslim
terhadap al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1. Mengimani bahwa al-Qur’an adalah Kitab Allah SWT yang terakhir yang
berfungsi sebagai Nasikh, Muhaimin dan Mushoddiq bagi Kitab-Kitab suci
sebelumnya, mukjizat bagi kenabian dan kerasulan Muhammad, hudan bagi
kehidupan umat manusia sampai akhir zaman dan fungsi-fungsi lainnya (QS. al-
Maidah 5: 48; al-Baqarah 2: 23, dan 185)
2. Mempelajari al-Qur’an baik cara membacanya (ilmu Tajwid dan Qira’ah), makna
dan tafsirnya (tarjamah dan Tafsir al-qur’an) maupun ilmu-ilmu lain yang
berhubungan dengan al-Qur’an seperti ulumul qur’an, hadits, ushul fiqh, fiqh dan
lain-lain. (QS. Muhammad 47: 24, at-taubah 9: 122)
3. Membaca al-Quran sebanyak dan sebaik mungkin. (QS. al-Muzammil 73: 4,20)
4. Mengamalkan ajaran al-Qur’an dalam seluruh aspek kehidupan baik kehidupan
pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, bernegara maupun kehidupan internasional.
Baik aspek ekonomi, politik, hukumk, budaya, pendidikan maupun aspek hidup
lainnya. (QS. al-A’raf 7: 3, al-Jatsiyah 45: 7-8, An-Nur 24: 51, al-Baqarah 2: 208)
5. Mengajkarkan al-Qur’an kepada orang lain sehingga mereka dapat membaca,
memahami dan mengamalkannya (QS. Ali ‘Imran 3: 79, 110, 104, An-Nahl 16:
125).
C. PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan Kitab Allah?
2. Sebutkan beberapa Kitab Allah yang pernah diturunkan
kepada para Nabi dan Rasul!
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
108
DASAR-DASAR ISLAM, MUTHAWASSITHAH
3. Bagaimana cara Allah SWT menurunkan wahyu kepada para Nabi dan
RasulNya?
4. Apa kesamaan kandungan Kitab Suci al-Qur’an dengan Kitab-kitab suci
sebelumnya?
5. Apa pula fungsi al-Qur’an terhadap Kitab Suci sebelumnya?
6. Apa dalil Naqli tentang terjaminnya orisinalitas al-Qur’an?
7. Apa saja upaya manusiawi dalam menjaga keaslian dan keutuhan al-Qur’an
sejak masa Nabi Muhammad?
8. Bagaimana dengan orosinalitas Kitab-Kitab suci sebelum al-Qur’an yang ada
sekarang? Jelaskan!
9. Apa perbedaan iman kepada al-Qur’an dengan Iman kepada kitab suci
sebelumnya yang diturnkan oleh Allah SWT?
D. REFERENSI (END NOTE)
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
109