bab x - berbagi itu indah | berbagi untuk … · web viewpermasalahan remaja dan isu-isu kesehatan...

46
BAB X PERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan, mahasiswa mampu: 1. mendeskripsikan beberapa kategori utama perilaku- perilaku beresiko bagi remaja dan peringatan yang harus diberikan terhadapnya; 2. mendefinisikan dua dimensi umum dan perilaku bermasalah: internalizing dan externalizing; 3. memahami atribut remaja dan konteks yang berkaitan dengan remaja, misalnya budaya; 4. memahami hakekat kemiskinan bagi remaja dan hubungannya dengan resiko perilaku remaja; 5. mendiskusikan dasar-dasar individual dan sosial bagi terjadinya kenakalan remaja dan hubungannya antara kejahatan terhadap diri sendiri dengan orang lain; 6. memahami substansi masalah remaja atas dasar karakteristik remaja dan hubungannya dengan orang tua dan teman sebaya; 229

Upload: ngokhue

Post on 12-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

BAB X

PERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan, mahasiswa

mampu:

1. mendeskripsikan beberapa kategori utama perilaku-perilaku beresiko bagi

remaja dan peringatan yang harus diberikan terhadapnya;

2. mendefinisikan dua dimensi umum dan perilaku bermasalah: internalizing

dan externalizing;

3. memahami atribut remaja dan konteks yang berkaitan dengan remaja,

misalnya budaya;

4. memahami hakekat kemiskinan bagi remaja dan hubungannya dengan

resiko perilaku remaja;

5. mendiskusikan dasar-dasar individual dan sosial bagi terjadinya kenakalan

remaja dan hubungannya antara kejahatan terhadap diri sendiri dengan

orang lain;

6. memahami substansi masalah remaja atas dasar karakteristik remaja dan

hubungannya dengan orang tua dan teman sebaya;

7. mendeskripsikan perbedaan jender dalam menginternalisasikan perilaku

bermasalah;

8. memahami perkembangan perilaku yang diinternlisasi remaja berdasar pada

karakteristik remaja yang bersifat majemuk;

9. mengakui bahwa memahami hubungan antara remaja yang sedang

berkembang dan konteks sosialnya dapat membantu merancang kebijakan

serta program-program yang ditujukan bagi penyelesaian masalah perilaku

remaja.

229

Page 2: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

PEMBAHASAN

Remaja merupakan masa dimana banyak menyusahkan telah menjadi topik

perhatian masyarakat selama berabad-abad. Plato menandai remaja pada jamannya

sebagai generasi yang mudah dibangkitkan dan membantah, sedangkan Aristoteles

menemukan mereka sebagai masa yang mudah menuruti kata hati, cenderung

berlebih-lebihan, dan kurang mampu mengendalikan diri. Selama berabad-abad,

dekade remaja dihidung sejak pubertas sampai awal dewasa dipandang sebagai

masa yang penuh problema dan penuh resiko.

Perilaku remaja saat ini mengalami masalah-masalah di sejumlah hal. Profil

masalah remaja saat ini menyangkut berbagai bidang antara lain kenakalan,

penyalahgunaan obat, kegagalan akademik, dan perilaku seksual yang beresiko. Di

samping itu, juga ditengarai banyaknya persoalan-persoalan emosional termasuk

depresi, bunuh diri, cemas, dan gangguan pola makan.

A. Gejala-gejala Perilaku Bermasalah

Berikut ini dikemukakan sejumlah perilaku bermasalah remaja yang perlu

mendapatkan pelayanan khusus oleh orangtua, guru, dan masyarakat pada

umumnya.

1. Kenakalan, kejahatan, dan perkelahian

Banyak remaja yang melakukan pelanggaran lalu lintas. Pelanggaran

tersebut terdiri atas tidak lengkapnya surat-surat (SIM dan STNK),

melanggar rambu-rambu lalu lintas, kurangnya perlengkapan sepeda motor,

tidak memakai helm pengaman, berboncengan sepeda motor lebih dari dua

orang.

230

Page 3: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

Banyaknya kaum muda berusia antara 10 dan 17 tahun ditangkap sebagai

akibat perbuatan perkosaan, perampokan, pembunuhan, atau penodongan.

Untuk mengenali bagaimana perilaku di atas terjadi, dalam bahasan ini akan

diuraikan mengenai perilaku agresif remaja. Agresi dan kekerasan biasanya

dikaitkan dengan kejahatan, pembunuhan, pemerkosaan, penyerangan, dan perang.

Perilaku-perilaku tersebut bisa jadi berskala besar (antar negara, misalnya) dan bisa

terjadi pula pada skala kecil (dalam keluarga, antara suami dan isteri, antara ayah

dan anak, antara ibu dan anak, dan antara anak dengan anak lainnya, antar siswa

dan guru, antar individu). Oleh karena luasnya cakupan hakekat perilaku agresif,

maka dalam kajian ini akan dibahas dan ditentukan hakekat perilaku agresif yang

dijadikan sasaran penelitian.

Perilaku agresif telah lama menjadi salah satu kajian psikologi. Hampir

semua aliran psikologi membahas hakekat perilaku agresif sesuai dengan orientasi

masing-masing. Fromm (2001), misalnya, sebagai pengikut psikoanalisis

membahas perilaku agresif dari sudut pandang instinctive drive. Perilaku agresif

merupakan sesuatu yang bersumber dari dunia dalam atau dari alam ketidaksadaran

manusia.

Apakah yang dimaksud dengan perilaku agresif? Salah satu pengertian

perilaku agresif dikemukakan oleh Buss (1961:1) yaitu … a response that delivers

noxious stimuli to another organism. Agresi merupakan perilaku yang

menyebabkan kerugian bagi orang lain. Tekanan dari pengertian tersebut terletak

pada tindakan dan bukan pada akibat yang ditimbulkan dari tindakan tersebut.

Pengertian lain mengenai perilaku agresif tidak saja menyatakan tindakan,

tetapi juga memperhatikan aspek akibat. Dalam hal ini dikemukakan oleh Geen

(1990: 2-3) sebagai berikut:

231

Page 4: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

Agression involves the delivery of noxious stimuli by one party to other organisms or objects, under conditions in which the actor intends to harm the target and the actor expects the noxious stimuly to have their intended effects.

Dibandingkan dengan pengertian dari Buss, pengertian yang kedua dari

Geen lebih jelas menyatakan bahwa perilaku itu untuk melukai target dan

berharap ada pengaruh dari perbuatan itu terhadap target. Oleh karena itu

perilaku agresif tidak saja dilihat dari bentuk perilakunya, melainkan juga

dilihat dari aspek tujuan atau maksud dilakukannya suatu perbuatan agresif.

Ada beberapa teori yang mengupas bagaimana perilaku agresif terjadi, antara

lain teori biologis, teori frustrasi, teori belajar sosial, dan teori kognitif.

Teori biologis. Ada beberapa perspektif yang berbeda mengenai perilaku agresif

ditinjau dari faktor biologis. Beberapa perspektif tersebut meliputi teori instinct

(McDougall, 1908), psikoanalitik Freudian, pendekatan ethologi (Lorenz, 1963 dan

Ardrey, 1970), teori sosiobiologis (Wilson, 1978).

Pendekatan ethologi (Lorenz, 1963) memandang agresi sebagai hasil innate

forces yang merupakan hasil adaptasi secara evolusioner. Ardrey (1970)

memperhatikan agresi sebagai penyumbang perkembangan optimal dari individu

yang memungkinkan terjadinya kompetisi. Pendekatan ethologi memandang

perilaku agresif sebagai a primary drive manifest in specific patterns of behavior.

Berkaitan erat dengan pandangan ethologi, para ahli sosiobiologi melihat

agresi sebagai mekanisme kompetisi sosial. Perilaku ini timbul di bawah kondisi

dimana ada kebutuhan yang bersamaan di antara orang-orang untuk mengakses

suatu yang sama. Dengan kata lain, ada dua atau lebih orang/kelompok yang

menginginkan hal yang sama, namun tidak mencukupi untuk memuaskan setiap

orang yang menginginkan hal tersebut. Dengan kata lain, tindakan agresif

merupakan cara yang diambil orang untuk mempertahankan hidup (survive).

232

Page 5: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

Secara biologis, faktor yang mendorong timbulnya perilaku agresif berupa

hormon dan temperamen. Hormon dalam tubuh, khususnya hormon testosteron

(hormon kelelakian), berkaitan dengan perilaku agresif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pada anak laki-laki yang berperilaku agresif dan antisosial

ditemukan hormon testosteron lebih tinggi pada darah mereka (Olweus, dalam

Durkin, 1995:400). Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa temperamen

berhubungan erat dengan perilaku agresif. Anak yang diidentifikasi sebagai bayi

yang “sulit” cenderung menjadi anak yang berperilaku agresif di Taman Kanak-

Kanak dan Sekolah Dasar (Prior, 1992; Bates, Marvinney, Kelly, Dodge, Bennett,

& Pettit, 1994). Penelitian lain menunjukkan bahwa perilaku hiperaktif merupakan

prediktor yang reliabel bagi agresifitas pada anak-anak usia 8 sampai 11 tahun

(Farrington, 1994).

Teori Frustrasi. Berbeda dari pandangan biologis di atas, Dollard, Miller, Mowrer,

& Sears, dalam Durkin (1995:402) mengemukakan bahwa perilaku agresif tidak

disebabkan oleh faktor instinct, tetapi oleh keadaan frustrasi. Frustrasi merupakan

kejadian ketika beberapa aktivitas untuk mencapai tujuan terhalang. Beberapa

penghalang pencapaian tujuan ada dalam diri individu dan sebagian lainnya ada di

luar diri individu.

Apabila pencapain tujuan terhalang akan timbul frustrasi dan selanjutnya

dapat menimbulkan perasaan cemas. Apabila keadaan ini terus-menerus terjadi

dalam diri individu dapat menimbulkan perasaan harga diri rendah karena terjadi

self-devaluation. Reaksi atas keadaan tersebut bias dalam bentuk perilaku agresif,

perilaku kompromi, dan perilaku melarikan diri.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ternyata anak-anak frustrasi lebih

cenderung berperilaku regresif dan kurang konstruktif, termasuk perilaku menyerah

(giving up). Hanya kadang-kadang saja keadaan frustrasi memunculkan respon

perilaku agresif (Berkowitz, 1993). Namun demikian, dalam rumusan yang relatif

233

Page 6: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

lemah, beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara frustrasi dan

agresi. Studi eksperimental terhadap sejumlah anak-anak (Davitz; Mallick &

McCandless; Otis & McCandless; dalam Durkin, 1995) dan terhadap orang dewasa

(Geen, dalam Durkin, 1995) menunjukkan bahwa respon-respon agresif kadang-

kadang meningkat mengikuti frustrasi.

Teori Belajar Sosial. Alih-alih memperhatikan sumber perilaku agresif berupa

faktor biologis (instinct atau drive), para ahli teori belajar sosial memberikan

sumbangan yang lebih optimis mengenai kejadian perilaku agresif (Bandura, 1973;

Eron, 1994). Dalam pandangan Bandura (1973), misalnya, perilaku agresif

merupakan perilaku yang dipelajari, bukan sesuatu yang dengan sendirinya ada di

dalam diri manusia (not innately given). Oleh karena itu, untuk memahami sumber-

sumber perilaku agresif dapat dimulai dengan mempelajari kondisi-kondisi di luar

diri individu ketimbang memperhatikan faktor individu itu sendiri. Dalam

pandangan teori belajar sosial, perilaku agresif diperoleh manusia melalui belajar

perilaku yang sama yang dilakukan oleh orang lain, yakni melalui observasi dan

pengalaman langsung.

Teori belajar sosial diakui sebagai perspektif psikologis yang produktif

dalam membahas perilaku agresif. Perilaku agresif merupakan hasil proses

observasional dan reinforcement yang dijembatani oleh pemrosesan informasi dan

self-regulation. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak, di bawah

iklim tertentu, meniru perilaku agresif dari model, terutama model yang kuat dan

atraktif. Salah satu aplikasi dari teori belajar sosial ditunjukkan dalam penelitian

terhadap pengaruh penayangan kekerasan di televisi (Faiver, O’Brien dan

Ingersoll, 2000).

Teori Kognitif dan Pemrosesan Informasi sosial. Sejalan dengan perkembangan

psikologi kognitif, pandangan tentang perilaku agresifpun mengalami pemaknaan

baru ketika teori ini dikembangkan. Hartup (1974) mengemukakan bahwa

234

Page 7: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

karakteristik perilaku agresif merefleksikan perkembangan kognitif manusia. Dalam

pandangan teori kognitif, agresi merupakan bentuk perilaku yang muncul dalam

berbagai aktivitas di dunia sosial sejak awal hidup. Menurut para ahli biososial, ada

nilai-nilai adaptif dalam mengenali perilaku agresif. Sejak masa kanak-kanak, anak

sudah mulai mengenali adanya aturan-aturan sosial dan mulai mereaksi aturan

tersebut dengan perilaku agresif. Dunn & Brown (1994) melaporkan bahwa sejak

anak-anak berusia 18-20 bulan, ada kecenderungan orang tua memperlakukannya

dalam bentuk menolak terhadap perilaku anak-anak. Misalnya ketika anak mau

membantu, orangtuanya menolak atas bantuan anaknya. Terhadap tindakan orang

tua ini, anak cenderung melawannya dengan tindakan agresif.

Dalam pandangan Piagetian, anak-anak sebelum usia tujuh tahun tak akan

menggunakan pertimbangan atas perilaku agresifnya. Pandangan Piagetian tersebut

terbantah, sebab beberapa bukti hasil penelitian pada anak TK menunjukkan bahwa

ternyata anak-anak telah termotivasi untuk membuat pertimbangan atas perilakunya

(Dunn & Brown, 1994). Perubahan akan terus terjadi sejalan dengan

perkembangan kognitif anak. Walaupun sudah dengan pertimbangan, anak

cenderung mereaksi dengan perilaku agresif secara stereotip. Sedangkan pada usia-

usia selanjutnya mereka cenderung mereaksi secara bervariasi.

Dalam situasi di mana perilaku agresif merupakan bentuk perilaku sehari-

hari, di lingkungan masyarakat tertentu, maka perilaku tersebut akan dipandang

rasional dan adaptif. Penelitian Ward, dalam Dunn & Brawn (1994) menghasilkan

simpulan: anak-anak remaja yang hidup di lingkungan yang banyak terjadi

perkelahian akan berkembang menjadi anak agresif dan memandang perilaku itu hal

biasa-biasa saja. Berkaca pada hasil penelitian Ward tersebut, anak-anak yang

setiap hari dihadapkan pada situasi yang cenderung semakin agresif dikhawatirkan

akan mengalami hal yang sama. Artinya, anak-anak juga akan mengembangkan

persepsi bahwa perbuatan agresif merupakan perbuatan biasa-biasa saja. Keadaan

235

Page 8: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

ini diperkuat dengan perilaku sejumlah perilaku guru yang cenderung agresif pula

ketika menghadapi murid-muridnya.

Dalam perspektif pemrosesan informasi, Dodge, dalam Dunn & Brawn

(1994) menyimpulkan dari penelitiannya bahwa anak laki-laki cenderung lebih

agresif bila dihadapkan pada situasi yang mengancam. Di samping itu, ia juga

ditemukan bahwa ada proses kognitif, afektif, dan fisiologis secara simultan yang

menyertai setiap reaksi agresif anak laki-laki tersebut.

Akhir-akhir ini, pendekatan kognitif semakin banyak diaplikasikan dalam

mengenali perilaku agresif. Di bandingkan dengan teori-teori yang telah dibahas

sebelumnya, pendekatan kognitif-sosial jauh lebih tegas dalam mengupas isu-isu

perkembangan manusia. Dalam melakukan penyelidikan terhadap perubahan-

perubahan perilaku sejalan dengan perkembangan manusia. Namun, apabila dilihat

hanya dari perspektif pemrosesan informasi, tampaknya pendekatan ini kurang

memperhatikan konteks di mana perilaku terjadi.

Atas dasar pemikiran di atas, maka apabila pendekatan kognitif digunakan

oleh konselor, perlu memperhatikan konteks perilaku agresif konseli, misalnya

dalam lingkungan keluarga, teman sebaya, jender, dan budaya. Perilaku agresif

konseli terjadi dalam konteks tertentu, oleh karena itu perlu dipadukan antara

pandangan yang menekankan aspek individu (faktor internal) dan yang menekankan

pada konteks perilaku agresif (faktor eksternal).

Reaksi-Reaksi Perilaku Agresif

Bagaimana orang mereaksi saat dirinya dikuasai kondisi agresif? Sejumlah

penelitian menunjukkan reaksi agresif dapat dikelompokkan menjadi empat bentuk,

yaitu perilaku agresif langsung, agresif tidak langsung, agresif yang dialihkan, dan

236

Page 9: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

berbagai reaksi yang tidak tampak agresif. Hasil penelitian Averill, dalam Sears,

Freedman, Peplau (1985) menunjukkan bahwa serangan dan frustrasi cenderung

membuat orang menjadi marah dan bertindak agresif. Namun demikian, secara rinci

ternyata reaksi atas kemarahan itu dapat pula berbentuk perilaku tenang. Hanya

sekitar 10 persen orang berperilaku agresif fisik, 49 persen bereaksi secara verbal,

dan bahkan kebanyakan dari mereka (60 persen) tidak menunjukkan perilaku

agresif langsung.

Perilaku agresif langsung. Reaksi agresif dapat diekspresikan dalam

tindakan langsung. Ada tiga bentuk reaksi agresif langsung, yaitu (1) reaksi agresif

verbal atau simbolik, (2) penolakan atau pengabaian kebaikan, (3) agresif fisik.

Perilaku agresif tidak langsung. Perilaku agresif tidak langsung dilakukan

dalam bentuk tertuju pada sasaran tetapi melalui fihak lain. Dua bentuk perilaku

agresif tidak langsung yang biasanya dilakukan orang yaitu (1) memberitahu pihak

ketiga untuk membalas, (2) merusak sesuatu yang memiliki nilai penting bagi

sasaran perilaku agresif.

Perilaku agresif yang dialihkan. Bentuk ketiga dari perilaku agresif

ditujukan pada sasaran lain dari sasaran yang sebenarnya. Ada dua macam perilaku

agresif yang dialihkan yaitu (1) perilaku agresif yang dialihkan terha-dap obyek

bukan manusia, dan (2) perilaku agresif dialihkan kepada orang lain.

Atas dasar bentuk-bentuk perilaku agresif di atas, perilaku agresif langsung

secara verbal, agresif tak langsung dengan cara memberitahu pihak ketiga, agresif

yang dialihkan terhadap obyek bukan manusia lebih banyak dilakukan ketimbang

perilaku agresif langsung dalam bentuk perbuatan fisik maupun ucapan verbal. Jadi

melihat kenakalan remaja tidak saja dari perilaku fisik semata. Orangtua dan guru

serta orang lain yang terlibat dalam pendidikan remaja harus faham benar bahwa

ada sejumlah perilaku agresif yang tidak selalu berupa tindakan fisik.

237

Page 10: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

2. Penyalahgunaan obat

Semakin banyak anak muda menggunakan obat-obat terlarang.

Semakin banyak anak muda yang minum minuman beralkohol. Semakin

tinggi usia remaja semakin banyak yang terlibat. Bahkan semakin tinggi usia

disinyalir minum minuman beralkohol sehari-hari.

Semakin banyak anak-anak muda yang menghisap rokok sejak anak-anak

usia SMP bahkan disinyalir banyak yang sudah mengkonsumsi rokok.

Mengapa banyak orang, termasuk remaja menggunakan obat-obat terlarang?

Sejak awal manusia selalu berusaha untuk menopang dan melindungi diri sendiri

melalui menggunakan obat-obatan yang mampu mempengaruhi sistem syaraf

sehingga menimbulkan kesenangan. Dalam banyak hal dengan menggunakan obat-

obat terlarang memudahkan orang untuk mengadakan penyesuaian diri dengan

lingkungan. Mengapa orang merokok, minum minuman keras, dan mengkonsumsi

obat terlarang? Mereka, pemakai, menyatakan bahwa dengan itu membuat mereka

mampu menyesuaikan diri, mampu mengusir kebosanan, mampu mengatasi rasa

lelah. Demikianpun remaja, mereka menggunakan itu semua untuk menghindar lari

dari kehidupan yang semakin keras.

Apa yang dilakukan orang, termasuk remaja, dengan mengkonsumsi rokok,

alkohol, dan obat terlarang harus dibayar mahal. Mereka mengalami kecanduan

(addiction) terhadap barang-barang tersebut. Secara ekonomis mereka harus

mengeluarkan biaya yang tidak sedikit jumlahnya dan ditinjau dari kesehatan fisik

mereka akan menjadi rapuh. Kecanduan terjadi ketika tubuh mengalami

ketergantungan kepada obat-obatan tersebut. Apabila mereka diputus dari konsumsi

obat tersebut maka ia akan mengalami rasa sakit yang hebat.

238

Page 11: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

3. Kegagalan Akademik

Banyak anak muda yang drop out dari sekolah setiap tahunnya.

Dari antara 100% anak sekolah dasar hanya sekitar 60% melanjutkan ke

SMP, dari lulusan SMP hanya 40% yang masuk SMA atau SMK, sedangkan

lulusan SMA dan SMK yang masuk ke perguruan tinggi hanya 11%.

Banyak anak remaja yang mengulang kelas.

Atas dasar permasalahan di atas, dalam pembahasan ini akan dikemukakan

upaya pendidikan yang seharusnya dilakukan pada saat ini. Dalam persaingan

global saat ini tidak dapat tidak pendidikan harus mempersiapkan anak-anak muda

untuk menjangkau standar tinggi. Untuk maksud itu, dalam pendidikan sekolah

diperkenalkan asesmen otentik.

Tujuan utama pendidikan adalah menyiapkan anak-anak muda untuk hidup

independen, produktif, dan bertanggung jawab pada abad 21. Untuk mencapai

maksud tersebut, syaratnya setiap anak muda perlu memiliki penguasaan tuntas

akan pengetahuan dan keterampilan. Academic excellence merupakan paspor

menjadi warga negara yang bertanggung jawab, mengambil keputusan secara arif,

dan puas di pekerjaaannya.

Jantung hati pendidikan bagi orangtua adalah ketika anak mereka berhasil

secara akademik. Sementara itu dalam pendidikan berbasis kontekstual yang

menjadi jantung hati adalah membantu semua siswa menjangkau standar akademik

yang tinggi. Sementara, sejauh ini, pendidikan tradisional mementingkan perolehan

kuantitas material untuk diingat melalui kuliah, dan gagal, dan gagal, dan

selanjutnya gagal.

239

Page 12: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

Guru dididik untuk memperoleh pemahaman yang sempurna tentang

bidang garapannya. Tugas guru mengembangkan tujuan, tugas, aktivitas, dan

pengujiannya. Oleh karena itu ia harus menguasai keterampilan dan kompetensi

yang harus dikuasai siswa. Secara umum setiap siswa harus menguasai

keterampilan dan kompetensi yang rinciannya dijelaskan sebagai berikut.

Keterampilan:

- Basic skills: membaca, menulis, aritmatika dan matematika, mendengarkan,

berbicara.

- Thinking skills: belajar, berpikir, berpikir kreatif, membuat keputusan,

memecahkan masalah. Mencakup pula: mensintesis, menganalisis,

menggunakan logika, dan memisahkan bukti-bukti yang kuat dari yang

lemah.

- Personal qualities: (1) individual responsibility, (2) self-esteem, (3) self-

management, (4) sociability, (5) integrity (p 152).

Kompetensi:

Semua siswa harus mengembangkan dan mampu menggunakan kompetensi:

- Resources: mengalokasi waktu, uang, ruang, dan orang. (Ini merupakan

keterampilan manajemen dasar yang digunakan untuk merencanakan,

mengorganisasi, mengatur, dan mengambil keputusan.

- Interpersonal: bekerja sama dengan tim, mengajar orang lain, melayani

kostumer, mengarahkan, menegosiasi, dan bekerja dengan orang lain dari

beragam budaya. (Gardner = interpersonal intelligence)

- Information: mengumpulkan, mengevaluasi, dan menginterpretasi

informasi, mengorganisasi dan menyimpan file, mengkomunikasikan

240

Page 13: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

informasi, dan menggunakan komputer untuk memproses informasi. (ingat:

mengembangkan pertanyaan riset, strategi riset, dst)

- Systems: memahami bagaimana kerja sistem sosial, organisasional,

teknologikal. Memonitor dan mengkoreksi sistem, mengembangkan dan

merancang sistem baru.

- Technology: memilih alat yang tepat, menggunakan teknologi untuk tugas

khusus, dan memelihara peralatan. (pp 152-153)

Tujuan pendidikan harus bernuansakan makna. Dalam pendidikan

kontekstual, tujuan tidak sekedar dirumuskan tetapi harus mengkombinasi antara

pengetahuan dan cara melakukannya berkaitan dengan maknanya bagi siswa.

Untuk bisa mencapai kombinasi pengetahuan dan penerapannya, perlu dilakukan

(1) nyatakan pengetahuannya, (2) gunakan kata-kata aktif, (3) jelaskan bahwa

siswa akan memperoleh keuntungan, (4) dorong siswa untuk mendemonstrasikan,

(5) ceriterakan kepada siswa secara pasti apa yang harus dilakukan untuk

memperoleh prestasi sempurna, (6) bandingkan tujuan dengan standar eksternal,

antara lain dengan standar nasional atau proses berpikir tingkat tinggi (Rothstein,

dalam Johnson, 2002).

Dalam sistem pendidikan, untuk melihat keberhasilan pendidikan biasanya

dilakukan tes. Yang seringkali dilakukan adalah melakukan tes buatan guru atau

tes terstandar nasional. Tes standar nasional dirancang untuk membimbing guru.

Standardisasi tes seolah-olah membuat keseragaman pendidikan secara nasional.

Hal ini bertentangan dengan pandangan Gardner. There is in the country today an

enormous desire to make education uniform … to apply the same kinds of one-

dimensional metrics to all (Gardner, 1993).

Ada beberapa asumsi yang salah mengenai penggunaan tes terstadar,

antara lain:

241

Page 14: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

- Pendidikan berisi pengetahun dan keterampilan yang dapat diukur. Setiap

hal yang tak dapat diukur tidaklah penting. (Tes terstandar dapat mengukur

apapun yang diingat siswa, tetapi tidak dapat mengukur respon

imaginatifnya, getar emosionalnya, dsb)

- Bantuan tes terstandar berupa skor tes yang disasumsikan mengukur secara

akurat dan reliabel atas apa yang siswa tahu dan siswa dapat lakukan. Tapi

sebenarnya ia tak dapat mengukur keberhasilan siswa yang sebenar-

benarnya.

- Bantuan tes terstandar mengasumsikan bahwa ada kemungkinan untuk

mendidik setiap orang secara mudah melalui membuat pendidikan seragam,

mengajar semua siswa dengan cara yang sama, serta memberi tes yang

sama pula (Gardner, 1993).

Dalam kaitan mengukur hasil belajar siswa, dalam pendidikan kontekstual

diperkenalkan asesmen otentik. Dalam keseluruhan sistem belajar dan mengajar

kontekstual (CTL), asesmen otentik memusatkan pada tujuan, meliputi hands-on

learning, menghendaki pembuatan hubungan dan kolaborasi, dan penggunaan

higher order thinking. Oleh karena itu, maka CTL meminta siswa untuk

menampilkan penguasaan tuntasnya akan tujuan dan depth of understanding-nya,

dan pada waktu yang sama akan meningkatkan pengetahuan mereka dan

menemukan cara-cara untuk mengembangkannya. Asesmen otentik mendorong

siswa untuk menggunakan kemampuan akademik dalam konteks real-world untuk

tujuan yang signifikan.

Asesmen otentik akan menguntungkan siswa, sebab:

- siswa menampilkan secara penuh bagaimana pemahaman material

akademik mereka,

242

Page 15: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

- siswa akan menampilkan dan memperkuat kompetensi mereka, misalnya

dalam hal mengumpulkan informasi, menggunakan berbagai sumber,

menangani teknologi, dan berpikir secara sistematis,

- siswa berkesempatan menghubungkan belajarnya dengan pengalaman nyata

mereka, dunianya sendiri, dan masyarakat luas.

- Siswa berkesempatan mengasah higher order thinking-nya,

- Siswa menerima tanggung jawab dan membuat pilihan-pilihan,

- Dalam mengerjakan tugas, berkolaborasi dengan orang lain, dan

- Belajar mengevaluasi tingkat performansinya sendiri.

Jadi dalam menghadapi persoalan-persoalan akademik, perlu dilakukan

upaya-upaya agar setiap individu remaja mampu menguasai kompetensi yang

dipersyaratkan kepada dirinya. Upaya pendidikan kontekstual diharapkan

menjamin dicapainya standar tinggi perolehan pendidikan remaja.

4. Perilaku seksual beresiko

Hasil penelitian di berbagai daerah di Indonesi menunjukkan peningkatan

perilaku seksual para remaja. Sebagian dari remaja Indonesia (persentasi

bervariasi) mulai melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis sebelum

menikah. Walaupun belum separah di Amerika yang menunjukkan angka

80% laki-laki dan 70% perempuan telah melakukan hubungan seksual

sebelum nikah.

Mulai muncul kasus-kasus remaja melahirkan anak di luar nikah.

Ditemukan sejumlah penyakit seksual yang sebagian diidap oleh kaum

remaja.

243

Page 16: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

Persoalan hubungan seksual beresiko yang dialami oleh para remaja masa kini

dapat diuraikan sebagai berikut. Akhir-akhir ini muncul sejumlah peristiwa

kehidupan remaja yang mengarah ke keadaan yang memprihatinkan. Sejumlah

peristiwa itu meliputi antara lain: perbuatan agresif, penyimpangan seksual, dan

pergeseran nilai-nilai pergaulan. Berkaitan dengan penyimpangan perilaku seksual,

kondisi-kondisi penyimpangan perilaku ini semakin memprihatinkan, sebab

bersamaan dengan isu tersebut muncul isu penyebaran HIV/AIDS di berbagai

kalangan. Sementara ini, data menunjukkan bahwa penyebaran HIV/AIDS lebih

banyak terjadi akibat hubungan seksual (Adler dan Hendrick, 1991). Perilaku

seksual dan penyebaran HIV/AIDS memiliki hubungan yang erat. Hasil-hasil

penelitian, menunjukkan bahwa perilaku seksual merupakan sumber pokok dari

penyebaran HIV/AIDS (Melchert dan Burnett, 1990; Nevid, 1993).

Di kalangan remaja, ada sejumlah bentuk hubungan seks sebelum menikah,

antara lain hubungan seks dengan pacar, berganti-ganti pasangan karena suka sama

suka, hubungan seks untuk memperoleh imbalan uang atau materi. Alasan-alasan

yang dikemukakan oleh remaja bahwa mereka melakukan hubungan seksual

sebelum menikah antara lain: ingin menunjukkan bukti kesetiaan kepada pacar,

kecewa karena dikhianati pacar, ingin mendapatkan pengakuan sebagai remaja

modern, mencari uang dalam rangka mendapatkan simbul-simbul modernitas, dan

sebagainya (Jawa Pos, 1-12-1998; Hadisaputro, 1994; Yuwono, 1992; Pali, 1997;

Wirawan, dkk 1993).

Dalam wawancara televisi (RCTI) pada acara Buah Bibir tanggal 13 April

1998 jam 22.00, seorang mahasiswi mengungkapkan hal-hal sebagai berikut: (1)

hubungan seks pertama kali dilakukan pada saat sekolah SLTP, kemudian hamil

dan digugurkan dengan pertolongan lewat dukun, (2) pada saat itu (SLTP) tidak

tahu bahwa melakukan berhubungan seks dapat berakibat hamil, (3) hubungan seks

dilakukan berulang kali sampai akhirnya hamil yang kedua, kemudian digugurkan,

(4) berhubungan seks dengan pacar dilakukan demi cinta, di samping itu, hubungan

244

Page 17: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

seks dilakukan karena orang tua tidak setuju ia berpacaran, mengingat adanya

perbedaan agama di antara mereka, dan (5) hamil yang ketiga dilakukan untuk

memaksa orang tua menyetujui pernikahan yang didahului dengan kawin lari

(Radjah, 1999).

Penelitian di Amerika tentang perilaku seksual remaja menyatakan bahwa

50% remaja perempuan dan 60% remaja laki-laki usia 15-16 tahun pernah

melakukan hubungan seks (Tenzer, 1994). Demikian pula penelitian yang dilakukan

Kinsey, Pomey dan Martin (1965) menyatakan bahwa remaja usia 16 sampai 20

tahun pernah melakukan hubungan seks sebelum menikah, untuk pria sebanyak

75% dan wanita sebanyak 29%.

Di Indonesia, penelitian yang dilakukan Universitas Gajah Mada di kota

Manado mengenai determinan pengetahuan, sikap, dan praktik perilaku seksual

menghasilkan temuan bahwa 26,6% pernah mengadakan hubungan seks, 5,3%

remaja pria pernah menghamili, dan 2,1% remaja wanita pernah hamil (Radjah,

1999). Berbagai perilaku seksual yang dilakukan para remaja usia sekolah

menengah tersebut sangat membahayakan karena dapat menimbulkan penyakit.

Data penderita PMS (penyakit menular seksual) di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

sebanyak 25,6% adalah pelajar/mahasiswa, terdiri dari 122 orang pria dan 18 orang

wanita (Cholis, 1990). Dapat diprediksi bahwa saat ini keadaan tersebut menjadi

meningkat.

Berkaitan dengan HIV/AIDS, Working Group on AIDS Control-Nasional

AIDS Commission 1994 memproyeksikan jumlah kasus AIDS di Indonesia pada

tahun 2000 sebanyak 476.000 - 689.000, dan 934.000 - 1.644.000 kasus pada tahun

2005 apabila tidak dilakukan upaya pencegahan secara intensif, terpadu dan

konsisten mulai tahun 1995. Hasil penelitian epidemiologis PMS di Surabaya tahun

1994 menunjukkan bahwa dari 382 pelaut yang diperiksa, ternyata 6% menderita

sifilis, 12% trichomoniasis, 13% chlamidia dan terinfeksi GO 12%. Dari 511 sopir

245

Page 18: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

truk yang diperiksa diperoleh hasil 0% sifilis, 4% trichomoniasis, 1% chlamidia dan

1% GO. Sedangkan dari 30 orang kuli pelabuhan (buruh) yang diperiksa, diperoleh

hasil 0% sifilis, 20% trichomoniasis, 3% chlamidia, dan 13% GO. Bila dilihat

dikalangan PSK (N=2078), prevalensi PMS: 10% sifilis, 6% trichomoniasis, 11%

chlamidia, dan 12% GO. Dari penelitian ini juga terungkap bahwa informasi

HIV/AIDS dan PMS yang diterima kebanyakan belum dipahami secara benar, dan

umumnya mereka tidak merasa beresiko tertular (Kambodji, 1996).

Di samping itu, ditemukan bukti lain bahwa penderita HIV/AIDS di

Indonesia kebanyakan usia produktif, antara 19 sampai 49 tahun dan kebanyakan

dialami oleh kaum wanita (Pali, dkk, 1997). Hal ini berarti bahwa (1) HIV telah

terjangkit lebih awal dari usia di atas, (2) kemungkinan besar hubungan seksual

telah diawali pada usia remaja, dan (3) wanita merupakan kelompok yang rentan

akan penularan HIV/AIDS.

Kelompok wanita sebagai kelompok yang rentan atas kemungkinan

penularan penyakit seksual dan HIV/AIDS perlu diidentifikasi tersendiri. Di

Amerika, menurut Campbell dan Baldwin (1991) wanita-wanita telah mengalami

perubahan perilaku seksual melalui mau menggunakan kondom, melakukan

hubungan seks dengan orang terbatas, mengurangi frekuensi hubungan seks,

menghindari hubungan seks dengan orang asing.

Bagaimanakah sebenarnya pengetahuan remaja tentang perilaku seksual

dan HIV/AIDS dan sikap mereka terhadap perilaku seksual dan HIV/AIDS

tersebut? Yuwono, dkk (1992) mengemukakan bahwa pengetahuan remaja tentang

masalah seksual dan berbagai penyakit kelamin (termasuk AIDS) cukup dan

sebagian cenderung salah. Sejumlah penelitian lain menunjukkan bahwa

pengetahuan yang benar, tidak menjamin sikap dan perilaku yang positif (Ross dan

Rosser, 1989; Segest, dkk, 1991; Campbell dan Baldwin, 1991; Ajdukovic dan

Ajdukovic, 1991; DuRant, dkk, 1992; Pali, 1997). Remaja yang melakukan

246

Page 19: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

hubungan seks di luar nikah, menurut Ajdukovic dan Ajdukovic (1991), cenderung

benar dan tinggi tingkat pengetahuannya tentang kehidupan seksual, namun

demikian, tidak diimbangi dengan sikap dan perilaku yang tepat dalam aktivitas

seksualnya. Artinya, walaupun pengetahuan mereka tinggi mengenai kehidupan

seksual dengan berbagai resikonya, tetap saja melakukan hubungan seks di luar

nikah dan berganti-ganti pasangan (Suara Indonesia, 2, 4, 5 Desember 1998;

Hofferth dan Hayes, dalam Melchert dan Burnett, 1990).

5. Masalah Emosional

Lebih dari 15% anak muda mengalami masalah-masalah emosional serius

yang memerlukan treatment khusus.

Sekitar 20% remaja mengalami gangguan depresi.

Lebih dari 20% remaja putri mengalami gangguan perilaku makan, dan

sebagian daripadanya mengalami anorexic.

Dalam pembicaraan sehari-hari persoalan emosional dikenal dengan sebutan stress.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan stres dan bagaimana mengelolanya? Pada

bagian ini akan dikemukakan secara khusus mengenai hakekat stres tersebut.

Stres itu merupakan “baju dan air matanya” pengalaman fisik kita ketika

menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang terus-menerus berubah. Stres

memiliki pengaruh fisik dan emosi, dan dapat menciptakan perasaan positif dan

negatif. Pengaruh positif, misalnya: stres membantu mendorong kita untuk berbuat,

menghasilkan kesadaran baru dan perspektif baru. Pengaruh negatif dapat berupa

perasaan curiga, menolak, marah, dan depresi yang selanjutnya dapat mengarah ke

masalah kesehatan seperti sakit kepala, sakit perut, sakit kulit, insomnia, borok,

tekanan darah tinggi, sakit hati, dan stroke.

247

Page 20: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

Peristiwa seperti ditinggal mati orang yang dicintai, kelahiran bayi, promosi

pekerjaan, hubungan dengan teman baru, semuanya dapat membuat kita mengalami

stres, karena kita harus mengadakan penyesuaian diri kembali dalam kehidupan

kita. Dalam proses penyesuaian diri terhadap berbagai keadaan tersebut, stres akan

membantu atau menghambat kita bergantung pada bagaimana kita mereaksinya.

Menghadapi stres, ada dua kemungkinan reaksi. Pertama, menghadapi stres dengan

jalan mengurangi atau membatasi (reduction atau elimination). Kedua, menghadapi

stres melalui mengelolanya (management).

Bagaimanakah saya mengurangi/membatasi stres dalam kehidupan saya?

Sebagaimana telah dikemukakan di depan, bahwa stres memiliki nilai

positif dalam kehidupan kita. Batas waktu (deadlines), kompetisi, konfrontasi, dan

bahkan frustrasi semuanya akan memperkaya hidup kita. Oleh karena itu, tujuan

utama kita sebenarnya tidak untuk membatasi stres, tetapi bagaimana kita

mengelola (me-manage) stres dan bagaimana menggunakannya untuk keperluan

hidup kita. Catatan untuk itu, bahwa stres sendiri tidak serta-merta mencukupi

dalam hidup kita, kita perlu menemukan tingkat optimal dari stres yang mampu

memotivasi orang secara individual (artinya tidak untuk orang lainnya).

Bagaimanakah stres berguna secara optimal bagi saya?

Tidak ada ukuran tunggal seberapa berat tingkat stres berguna secara

optimal dan berlaku bagi semua orang. Kita semua, secara individual memiliki ciri

unik. Ada kalanya, sesuatu menjadikan seseorang stres, tetapi bagi orang lainnya

ditanggapi secara enjoy saja. Ketika kita setuju bahwa suatu kejadian tertentu

menimbulkan stres, kita seringkali berbeda dalam meresponnya, baik secara

fisiologis maupun psikologis. Orang yang gemar dengan tantangan akan bergerak

dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya, sehingga ia akan menjadi stres jikalau ia

248

Page 21: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

harus duduk melakukan pekerjaan itu-itu saja dan bersifat rutin. Sementara orang

lainnya menjadi stres berat kalau berpindah-pindah pekerjaan.

Bagaimana saya dapat me-manage stres secara lebih baik?

Mengidentifikasi stres yang ringan dan menyadari pengaruh-pengaruhnya

pada kehidupan kita, tidaklah mencukupi untuk mengurangi pengaruh stres yang

membahayakan. Senada dengan banyaknya sumber stres, maka ada banyak

kemungkinan bagaimana me-manage-nya. Namun demikian, semuanya dilakukan

menuju ke arah terjadinya perubahan, yakni mengubah sumber stres atau mengubah

reaksi kita terhadap sumber stres itu. Bagaimana melakukannya?

a. Sadari stresor-stresor1 anda, emosi-emosi anda, serta reaksi-reaksi fisik

anda2. Perhatikan penderitaan (distress) anda, jangan sampai diabaikan.

Jangan memutar-balikkan masalah anda. Tentukan kejadian-kejadian apakah

yang membuat anda menderita. Apakah anda sudah menceriterakan kepada

diri sendiri mengenai makna pribadi dari kejadian-kejadian itu? Tentukan

bagaimanakah respon tubuh anda terhadap stres. Apakah anda menjadi

nervous atau mengalami gangguan secara fisik? Jika “YA”, dalam cara yang

bagaimana?

b. Mengenali apakah yang hendak anda ubah. Dapatkah anda mengubah

stresor-stresor melalui menghindari atau membatasinya secara lengkap?

Mampukan anda mengurangi intensitasnya (me-manage-nya dalam hitungan

hari atau minggu)? Mungkinkah anda memperpendek waktu untuk

membuka stres anda? Dapatkah anda memanfaatkan waktu dan energi yang

dibutuhkan untuk keperluan membuat suatu perubahan (menentukan tujuan,

1 Stresor = masalah khusus, isu, tantangan, konflik pribadi (eksternal/internal).2 Reaksi stres = reaksi-reaksi individual terhadap stresor (berupa tanda-tanda atau gejala-gejala

fisiologis, behavioral, emosional, kognitif). Apabila akibat stres berlanjut, maka akan berkembang menjadi strain yaitu suatu keadaan sakit sebagai akibat stres (baca Stres? butir 4).

249

Page 22: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

teknik manajemen waktu, dan menggunakan strategi yang paling

membantu)?

c. Kurangi reaksi emosional anda terhadap stres. Reaksi stres dipicu oleh

persepsi anda terhadap bahaya–bahaya fisik maupun bahaya emosional.

Apakah anda memandang stresor-stresor anda dalam istilah-istilah yang

berlebihan dan/atau meletakkannya dalam situasi yang sulit dan

membuatnya seperti bencana? Apakah anda mereaksi secara berlebihan dan

memandangnya sebagai suatu keharusan? Apakah anda merasakan bahwa

harus selalu mampu mengatasi dalam setiap situasi? Saran: bekerjalah pada

cara-cara yang lebih moderat; coba lihat stres sebagai hal yang dapat anda

atasi. Cobalah untuk menenangkan emosi anda. Jangan terlalu larut dalam

aspek-aspek negatif dan "what if's" (pokoke).

d. Belajarlah mereaksi secara fisik terhadap stres secara moderat. Bernafaslah

pelan-pelan dan dalam-dalam, cara ini akan membuat hati anda tenang dan

kembali normal. Teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan otot.

Biofeedback elektronik dapat membantu anda mengontrol hal-hal seperti

ketegangan otot, rasa gundah hati, dan tekanan darah. Pengobatan,

sebagaimana dilakukan dokter, dapat membantu memperpendek waktu

dalam memoderatkan reaksi fisik anda. Belajar untuk memoderatkan reaksi

anda merupakan solusi yang panjang.

e. Bangunlah cadangan kekuatan fisik anda. Lakukan fitness kardiovaskular

tiga sampai empat kali seminggu (jalan-jalan, renang, bersepeda, lari-lari

kecil). Makan secara seimbang dengan nutrisi tepat. Hindari nikotin, kofein

berlebih, dan stimulan lainnya. Padukan antara kerja dan santai. Cukup

tidur, konsisten dengan jadwal tidur anda sebisa mungkin.

f. Pertahankan persediaan emosional anda. Kembangkan beberapa hubungan

berkawan/hubungan saling menunjang. Kejarlah tujuan yang realistik yang

paling berarti bagi hidup anda, ketimbang tujuan-tujuan lain yang bagi anda

250

Page 23: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

tidak terlalu penting. Bayangkan beberapa kemungkinan frustrasi,

kegagalan, dan kesengsaraan yang menghadang, namun anda harus selalu

senang dengan diri sendiri (be friend to yourself).

Bagaimana belajar dan/atau mengajar managemen stres?

a. Identifikasi kebutuhan audien (individu atau kelompok).

b. Tetapkan tujuan yang sesuai dan sasaran belajar yang spesifik untuk sesi

pelatihan spesifik.

c. Pilih isi yang sesuai dengan tujuan, sasaran belajar, dan waktu yang tersedia

d. Pilih strategi teaching/learning yang sesuai berdasarkan pada umur,

tingkatan bidang pendidikan, jabatan, minat, fasilitas dan lingkungan.

e. Urutkan strategi intervensi secara tepat.

f. Jelaskan pentingnya mengatur pendirian, transisi internal.

g. Sediakan peluang untuk praktek yang sesuai dengan audien.

h. Jelaskan pentingnya modeling.

i. Pertunjukkan ketrampilan bertingkahlaku baik.

j. Analisis dinamika kelompok di (dalam) situasi yang disimulasikan dan

mengidentifikasi strategi untuk menangani situasi spesifik, seperti anak-anak

lambat belajar, anggota kelompok yang bersifat menentang.

k. Evaluasi perolehan pemahaman dan ketrampilan.

l. Berikan umpan balik dan penguatan yang sesuai.

m. Tetapkan tingkat pencapaian yang sesuai.

n. Pilih peralatan, audio visual, material dan fasilitas pembelajaran yang sesuai.

o. Evaluasi pelatihan dan memodifikasinya berdasar pada hasil evaluasi.

p. Tetapkan suatu metoda untuk tindak lanjut untuk mengevaluasi efektivitas

program untuk pengembangan masa depan.

q. Jelaskan peran strategi modifikasi perilaku di (dalam) meningkatkan gaya

hidup.

251

Page 24: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

r. Menerapkan teori motivasional di (dalam) merancang strategi pembelajaran

dengan menggunakan tipe kelompok atau individu khusus.

s. Diskusikan pentingnya umpan balik dan penguatan di (dalam) belajar

manajemen stres dalam menghadapi ketrampilan.

t. Identifikasi bagaimana bagian atau keseluruhan belajar sebagai hal yang

penting mengajar ketrampilan relaksasi.

u. Jelaskan kebutuhan akan kemajuan dan pemilihan waktu yang sesuai di

(dalam) strategi intervensi pembelajaran.

v. Jelaskan bahwa belajar bergantung keadaan.

Atas dasar temuan-temuan di atas, menjadi kewajiban bagi pendidik untuk

memperhatikan dan berupaya menemukan program-program pecegahan dan

penyembuhan bagi anak-anak yang menghadapi problema-problema di atas. Oleh

karena itu, pada bahasan berikut akan dikemukakan bagaimana sebenarnya perilaku

bermasalah terjadi pada kaum remaja.

B. Hakekat Perilaku Beresiko bagi Kaum Remaja

Perilaku bermasalah yang terus terjadi dan sejalan beriringan dengan

permasalahan jaman ini mengandung resiko bagi kaum remaja. Banyak ahli ilmu

pengetahuan sosial yakin bahwa kekurangan kendali secara mendasar selama masa

remaja mengarah ke terbentuknya profil resiko tinggi ( Gottfredson, 1994). Berikut

ini dikemukakan beberapa pemikiran mengenai upaya pencegahan bagi terjadinya

perilaku bermasalah yang mengarah ke perilaku beresiko tinggi.

a. Pola perilaku bermasalah menunjukkan gejala yang sama baik

kelompok yang beresiko tinggi maupun yang beresiko rendah. Individu

yang memiliki banyak masalah, beberapa masalah yang dialaminya

252

Page 25: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

sejajar dengan perubahan-perubahan perkembangan selama mengarungi

hidup sebagai remaja. Walaupun frekuensi dan intensitas masalah

berbeda-beda, namun keduanya baik kelompok yang beresiko tinggi

maupun yang beresiko rendah akan membentuk perilaku yang

menyimpang pada masa remaja akhir dan awal dewasa. Oleh karena

pola resiko tersebut dapat meningkat, maka usaha-usaha pencegahan

harus menjadi pusat perhatian bagi semua anak selama masa remajanya.

b. Perilaku bermasalah secara dramatis dapat ditemukan pada saat anak

memasuki masa remaja awal. Oleh karena perilaku beresiko dan

bermasalah tersebut berakar dari masa pubertas dan berlanjut terus

sampai masa dewasa awal, maka pencegahan harus dilakukan sejak anak

menjelang memasuki masa remaja. Keadaan tidak baik yang mulai

tampak jelas di antara kelompok anak sekolah dasar sudah

mengisyaratkan perlunya mewaspdai dan mnyiapkan usaha-usaha

pencegahan mulai masa kanak-kanak.

c. Dalam wacana penyimpangan perilaku, ditunjukkan bahwa

kelompok beresiko tinggi sebenarnya bermula dari kelompok yang

beresiko rendah. Sumber-sumber untuk melakukan pencegahan terutama

harus dialokasikan bagi remaja-remaja yang diprediksi memiliki resiko

tinggi. Usaha pencegahan universal bagi semua remaja harus

dipertahankan, namun sumber-sumber pencegahan yang signifikan harus

dialokasikan untuk mengurangi kesenjangan penyimpangan antara

kelompok beresiko tinggi dan beresiko rendah.

d. Perilaku bermasalah mulai menurun kadarnya setelah orang berusia

sekitar 23 tahun. Secara dramatis beberapa perilaklu bermasalah yang

dialami kaum remaja berangsur-angsur menurun selama masa dewasa

awal. Pada saat berusia 22 sampai 27 tahun penyimpangan perilaku

mengalami penurunan hampir 50%, dan terus menurun sampai

253

Page 26: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

menginjak usia dewasa. Usaha-usaha pencegahan harus diperhatikan

benar bila pada usia remaja akhir dan dewasa awal tingkahlaku

bermasalah masih tampak tinggi. Namun tidak perlu terlalu khawatir,

sebab pada akhirnya perilaku bermasalah akan mengalami penurunan

sendiri, kecuali kasus khusus.

e. Selama 10 tahun, antara usia 13 sampai 23 tahun, prilaku bermasalah

menunjukkan angka yang tinggi baik kelompok beresiko tinggi maupun

beresiko rendah. Pada usia tersebut perilaku bermasalah semakin

menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Usaha-usaha pencegahan

dan intervensi yang efektif harus menjadi target utama ketika anak

berada pada decade tersebut.

C. Implikasi Bagi Pengembangan dan Evaluasi Program

Tantangan untuk program pencegahan yang dikembangkan saat ini adalah

intervensi dini melalui menggali sumber daya yang diperlukan bagi mereka yang

berada pada resiko terbesar. Suatu strategi ganda harus dikembangkan yang

melibatkan atau padu antara remaja-remaja yang memerlukan pencegahan primer,

sekunder, dan tertier. Keberagaman usaha pencegahan yang tepat diharapkan

mampu memenuhi segala kebutuhan semua remaja. Upaya ganda ini mencakup

program pendataan status resiko yang dialami remaja secara individual dan

membantu mereka mengakses pelayanan-pelayanan pencegahan yang tepat

dipasangkan dengan tingkat-tingkat resikonya.

Dalam pendekatan pencegahan ganda tersebut program utamanya (primer)

harus tersedia bagi semua orang tua dan anak remajanya. Intervensi sekunder harus

dikembangkan dan tersedia bagi orang tua dan remaja-remaja yang teridentifikasi

memiliki faktor resiko. Terakhir, intervensi klinis tertier sejak awal harus tersedia

bagi remaja yang jelas-jelas mengalami satu atau lebih masalah. Strategi intervensi

254

Page 27: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

ganda memberi jaminan ketersediaan program yang tepat bagi semua level masalah

mendadak. Dengan pendekatan ini, populasi yang beresiko rendah akan secara

lebih cepat terlayani sehingga mereka tidak berkembang ke arah perilaku masalah

dengan resiko tinggi.

Program pencegahan dan intervensi ganda akan melakukan pendataan awal

mengenai perilaku bermasalah. Tanpa pendataan di atas, usaha pencegahan akan

terbatas pada pendekatan primer, yang tidak cukup intensif untuk membantu

penyimpangan-penyimpangan yang beresiko lebih tinggi. Strategi asesmen, sebagai

bagian pelayanan intervensi, menjadi bagian yang penting saat tampak gejala

remaja mengarah ke perilaku beresiko tinggi. Semua remaja di masyarakat kita

perlu didata, dapat melalui sekolah, untuk menentukan gambaran umum status

resiko anak-anak remaja kita. Anak-anmak yang ditengarai masuk ke dalam profil

beresiko tinggi perlu ditelaah lebih intensif. Hasil yang berupa informasi status

resiko dapat digunakan untuk merancang program intervensi secara lebih tepat.

RANGKUMAN

Dengan jelas tampak bahwa perilaku bermasalah menyebar dan cepat

mencapai puncak selama masa remaja dan awal kedewasaan. Kebutuhan akan

program pencegahan dini terhadap perilaku bermasalah menjadi nyata. Usaha-usaha

ini harus diarahkan baik remaja yang beresiko tinggi maupun remaja yang beresiko

rendah, dengan informasi yang dimodifikasi untuk profil perilaku beresiko secara

individual. Strategi pencegahan dan intervensi ganda menjadi model yang efektif

komprehensif untuk memenuhi kebutuhan beragam populasi remaja. Program

pencegahan majemuk yang terdiri atas strategi primer, sekunder, dan trertier

dijelaskan sebagai berikut.

255

Page 28: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

Primer. Pencegahan dirancang untuk semua remaja tanpa kecuali, dengan asumsi

bahwa semua remaja membutuhkan informasi cara-cara untuk mencegah

terjadinya perilaku target (perilaku bermasalah). Strategi ini

dimaksudkan sebagai strategi universal berlaku untuk semua remaja.

Dilakukan oleh orangtua dan berkolaborasi dengan anak remajanya.

Sekunder. Pencegahan ditujukan kepada anggota populasi remaja yang oleh

lingkungannya atau karakteristik individualnya diduga beresiko. Secara

khusus tidak meliputi perilaku yang menunjukkan gejala untuk dicegah,

atau perilakunya belum teridentifikasi secara pasti sebagai perilaku

beresiko tinggi.

Tertier. Usaha intervensi terhadap perilaku yang benar-benar menunjukkan gejala

beresiko tinggi. Intervensi ini dilakukan secara intensif oleh ahli dan

dirancang untuk mengubah perilaku bermasalah dan juga untuk

mencegah perilaku bermasalah kambuh di kelak kemudian hari.

PENDALAMAN

Selesaikan tugas berikut dengan seksama!

1. Buatlah bagan permasalahan remaja sehingga menjadi

ringkas dan jelas mengenai jenis masalah, gejala masalah, dan sumber-sumber

penyebabnya!

2. Pilih salah satu permasalahan remaja: kejahatan,

penyalahgunaan obat, kegagalan akademik, perilaku seksual beresiko, atau

gangguan emosional. Kembangkan satu upaya guru untuk mencegah agar

permasalah yang Anda pilih tersebut tidak diidap oleh remaja, siswa-siswa di

sekolah!

DAFTAR RUJUKAN

256

Page 29: BAB X - Berbagi itu Indah | berbagi untuk … · Web viewPERMASALAHAN REMAJA DAN ISU-ISU KESEHATAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari permasalahan remaja dan isu-isu kesehatan,

Bandura, A. (1973). Aggression: A social learning analysis. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Berkowitz, L. (1995). Aggression: Its causes, consequences, and control (Alih Bahasa: H. W. Susiatni). Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Breakwell, G. M. (1998). Coping with aggressive behaviour (Alih bahasa: Bernadus Hidayat). Deresan, Yogyakarta: Kanisius

Daniel, J. A. (2002). Assessing threats and school violence: Implication for counselor. Journal of Counseling and Development, 80(2), 215-218.

Dishion, T. J., Andrews, D. W., Kavanagh, K., & Andrews, D.W. (In press). Preventive interventions for high-risk youth: The Adolescent Transitions Program. In B McMahon & R.D. Peters (Eds.), Childhood Disorders, substance abuse and delinquency: Prevention and Early Intervention Approaches. Thousand Oaks, CA: Sage Publications

Dryfoos, J. (1990). Adolescents at Risk: Prevalence and Prevention. New York: Oxford University Press

Feisal, J. A. (1997). Pluralisme budaya Indonesia. Mimbar Pendidikan: Jurnal Pendidikan, 1, 16-21.

Fromm, E. (2001). The anatomy of human destructiveness (Diterjemahkan oleh Imam Mutaqin). Yogyakarya: Pustaka Pelajar.

Gottfredson, M. (1994). General theory of adolescent problem behavior. Adolescent Problem Behavior, Ketterlinus, R. & Lamb, M. (Eds.), Hillsdale, N. J.: Erlbaum Press,

Lerner, R. (1995). America's Youth in Crisis. Thousand Oaks, CA: Sage, Publications,.

Rice, K. G., and Myer, A. L. (1994). Preventing depression among young adolescents: preliminary process results of a psycho-educational intervention program. Journal of Consulting and Development, 73, 147-152.

Lewinsohn, P. M., Clarke, G. N., Hops, H., & Andrews, J. (1990). Cognitive-behavioral treatment for depressed adolescents. Behavior Therapy, 21, 385-401.

257