bab - website staff ui |staff.ui.ac.id/system/files/users/ditha.wira…  · web view ·...

197
Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No.5/1999), dan dibentuknya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sebagai lembaga yang bertugas untuk mengawasi pelaksanaan Undang-Undang tersebut, 1 tidak dengan serta merta dapat menghilangkan segala bentuk praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang selama ini ada, dan bahkan oleh sebagian kalangan di masyarakat telah dianggap sebagai suatu hal yang biasa. 2 Namun setidaknya kehadiran UU No.5/1999 dan KPPU telah memberikan secercah harapan bagi masyarakat mengenai adanya upaya untuk segera mengakhiri segala bentuk praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang selama ini terjadi, sehingga kedepannya tercipta suatu efektifitas dan efesiensi dalam kegiatan usaha, dimana seperti yang sering dilontarkan oleh banyak cendekiawan, bahwa tidak 1 ? Indonesia, Undang-Undang Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat , UU No.5, LN No.33 tahun 1999, TLN. No.3817, ps.30 ayat (1). 2 Lihat Ditha Wiradiputra, “Fenomena Persekongkolan,” Mingguan Ekonomi dan Bisnis KONTAN (1April 2002). 1

Upload: dinhcong

Post on 07-Apr-2018

226 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Bab1

PENDAHULUANA. Latar Belakang

Diberlakukannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No.5/1999), dan dibentuknya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sebagai lembaga yang bertugas untuk mengawasi pelaksanaan Undang-Undang tersebut,1 tidak dengan serta merta dapat menghilangkan segala bentuk praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang selama ini ada, dan bahkan oleh sebagian kalangan di masyarakat telah dianggap sebagai suatu hal yang biasa.2

Namun setidaknya kehadiran UU No.5/1999 dan KPPU telah memberikan secercah harapan bagi masyarakat mengenai adanya upaya untuk segera mengakhiri segala bentuk praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang selama ini terjadi, sehingga kedepannya tercipta suatu efektifitas dan efesiensi dalam kegiatan usaha, dimana seperti yang sering dilontarkan oleh banyak cendekiawan, bahwa tidak adanya efektifitas dan efesiensi dalam kegiatan usaha telah mengakibatkan dunia usaha di Indonesia mengalami ekonomi biaya tinggi (high cost economy),3 hal tersebut

1

? Indonesia, Undang-Undang Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, UU No.5, LN No.33 tahun 1999, TLN. No.3817, ps.30 ayat (1).

2 Lihat Ditha Wiradiputra, “Fenomena Persekongkolan,” Mingguan Ekonomi dan Bisnis KONTAN (1April 2002).3

? Hall Hill, “Economy” dalam Indonesia’s New Order: The Dynamics of Socio-Economic Transformations, 1st ed. Edited by Hall Hill (St Leonard, NSW 2065 Australia: Allen & Unwin Pty Ltd, 1994), p.70-71. lihat juga Richard Mann, Economic Crisis in Indonesia: The Full Story, (Penang gateway Books, 1998), hal.99.

1

jugalah yang menjadi salah satu sumber penyebab terjadinya krisis ekonomi yang melanda negeri ini.

Dengan keberadaan UU No.5/1999 dan KPPU sekarang diharapkan dapat mewujudkan suatu iklim usaha yang kondusif bagi dunia usaha, dimana tersedia kesempatan yang sama bagi setiap pelaku usaha -baik kecil, menengah dan besar- untuk dapat berpartisipasi dalam setiap kegiatan ekonomi, yang nantinya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan berkerjanya ekonomi pasar secara wajar.

Semenjak UU No.5/1999 berlaku secara efektif, tidak sedikit kasus dugaan pelanggaran terhadap UU No.5/1999 yang dilaporkan masyarakat ke KPPU, dan bahkan sebagian dari laporan tersebut telah di putus oleh KPPU, baik itu terbukti melanggar atau tidak terbukti melanggar. Selain itu, KPPU juga sudah beberapa kali mengambil inisiatif untuk melakukan pemeriksanaan atas adanya indikasi pelanggaran terhadap UU No.5/1999, meskipun sebelumnya tidak ada laporan dari masyarakat terlebih dahulu mengenai adanya indikasi pelanggaran tersebut.

UU No.5/1999 merupakan salah satu hukum positif yang harus ditegakkan di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, sehingga KPPU sebagai lembaga yang yang ditugasi oleh UU No.5/1999 untuk mengawasi pelaksanaan dari UU No.5/1999 itu sendiri,4 memiliki kewajiban untuk mengawasi pelaksanaan dari UU No.5/1999 di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia juga. Bagi KPPU tugas tersebut bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, terlebih bagi suatu lembaga yang masih baru terbentuk, dimana KPPU sendiri masih harus banyak belajar (terutama kepada negara-negara yang telah lebih dahulu menerapkan UU Persaingan Usaha) agar dapat menerapkan UU No.5/1999 sebaik-baiknya, karena menegakan 4 Pasal 30 ayat (1) UU No.5/1999.

2

hukum persaingan usaha merupakan suatu pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus, dan dalam banyak hal fakta-fakta saja tidak cukup kuat untuk mengatakan bahwa telah terjadi suatu pelanggaran terhadap UU No.5/1999 atau tidak,5 terlebih masih banyaknya kekurangan yang ada di pada UU No.5/1999 itu sendiri.6

Sebagai perbandingan dengan competition authority di Jerman, dimana menurut Franz Juergen Saecker seorang ahli hukum persaingan usaha dari Jerman, Bundeskartellamt atau The German Cartel Monitoring Commission saja memerlukan waktu lebih kurang sepuluh tahun untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang memadai agar dapat menjalankan tugasnya secara baik.7

Untuk membantu tugas KPPU dalam mengawasi pelaksanaan UU No.5/1999 di seluruh wilayah Indonesia tersebut, sebenarnya menurut Pasal 3 ayat (2) Keputusan Presiden No.75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha, KPPU dapat membentuk kantor perwakilan di kota propinsi apabila diperlukan.8 Dengan kata lain, pemerintah sesungguhnya memahami betapa berat tugas yang diemban oleh KPPU, sehingga pemerintah telah menyiapkan landasan hukum bagi KPPU untuk membentuk kantor perwakilan di daerah yang nantinya diharapkan dapat membantu KPPU dalam mengawasi pelaksanaan UU No.5/1999 di seluruh wilayah Indonesia.

Tetapi apabila dibaca secara keseluruhan UU No.5/1999, sesungguhnya tugas KPPU tidak hanya mengawasi pelaksanaan UU No.5/1999 saja, tetapi KPPU juga mempunyai tugas dan wewenang 5

? Achmad Shauki, “UU No.5/1999 dan tantangan bagi KPPU,” Makalah disampaikan pada Diskusi Panel Memperingati 2 tahun diberlakukannya UU No.5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, diselenggarakan oleh Lembaga Kajian Persaingan dan Kebijakan Usaha FHUI, Jakarta, 26 Maret 2002, hal.1.

6

? Ditha Wiradiputra, “UU Persaingan Usaha mendesak direvisi,” Bisnis Indonesia (26 Agustus 2002).7

? The Jakarta Post, “Expert says KPPU should exclude business people,” (9 September 1999). 8

? Indoonesia, Keputusan Presiden Tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Keppres No.75 Tahun 1999, ps.3 ayat (2).

3

dalam menegakan UU No.5/1999 itu sendiri, seperti tercermin pada pasal 35 dan 36 UU No.5/1999, dimana pada intinya KPPU dapat mengambil tindakan sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya yaitu untuk menerima laporan dari masyarakat, melakukan penelitian, penyelidikan, menyimpulkan hasil penyelidikan, memanggil pelaku usaha, menghadirkan saksi-saksi, meminta bantuan penyidik, memutuskan dan menetapkan ada atau tidaknya kerugian di pihak pelaku usaha atau masyarakat pada perkara dugaan pelanggaran terhadap UU No.5/1999.

Keinginan atau bahkan kebutuhan untuk membentuk kantor perwakilan KPPU di daerah sebenarnya telah mulai dirasakan semenjak banyaknya laporan yang masuk dari masyarakat di daerah mengenai adanya dugaan pelanggaran terhadap UU No.5/1999 di wilayah mereka, dan ketika laporan tersebut di proses oleh KPPU dirasakan cukup banyak kesulitan yang dihadapi baik itu oleh KPPU sendiri maupun dari para pihak yang terlibat dalam perkara tersebut.

Oleh karena hal di atas, membuat KPPU semakin berketetapan hati bahwa kantor perwakilan KPPU di daerah harus segera mungkin dapat direalisasikan, agar dapat secepatnya membantu meringankan tugas KPPU dalam menangani perkara persaingan usaha yang ada di daerah dan juga mempermudah para pihak yang terlibat dalam perkara tersebut untuk dapat mengikuti proses pemeriksanaan perkara.

Lebih lanjut daerah-daerah yang berada di luar Pulau Jawa atau dengan kata lain memiliki kedudukan yang relatif cukup jauh dari kantor KPPU di Jakarta juga memiliki hak untuk mendapatkan perhatian dari KPPU atas kemungkinan munculnya tindakan-tindakan yang berindikasi melanggar UU No.5/1999 di wilayah mereka. Jadi jangan sampai terkesan karena KPPU berada di Ibu Kota Jakarta,

4

nampaknya Jakarta atau Pulau Jawa saja yang selalu mendapat perhatian utama dari KPPU, karena dari hasil penelusuran terhadap media-media massa yang ada di daerah terekam kondisi dunia usaha di daerah sebenarnya juga memiliki kesamaan dengan kondisi dunia usaha di Pulau Jawa, atau bahkan kemungkinan kondisi dunia usaha di daerah justru jauh lebih parah dibandingkan dengan kondisi di Jakarta, karena ketidak mampuan KPPU untuk memantau pelaksanaan UU No.5/1999 di daerah tersebut.

Di penghujung tahun 2002, dalam rangka pembentukan kantor perwakilan KPPU di daerah, KPPU sebelumnya sudah melakukan penjajakan mengenai kemungkinan pembentukan kantor perwakilan di beberapa ibu kota propinsi dengan cara mengadakan workshop dan penelitian melalui penyebaran kuisioner di beberapa kota utama, seperti Surabaya, Medan, dan Makasar, dengan maksud agar mendapatkan masukan yang dapat dijadikan referensi untuk mengkaji kesiapan suatu daerah untuk dibentuk dan didirikan kantor perwakilan KPPU.

Dari penelitian dan workshop tersebut, dimana pesertanya terdiri dari tiga unsur yaitu: Pemerintahan Daerah (Pemda), pelaku usaha dan kalangan akademisi, didapatkan hasil bahwa menurut mereka (responden penelitian dan peserta workshop), dengan memperhatikan kondisi dan dinamika dunia usaha yang ada di daerah, memang sudah saatnya KPPU memiliki kantor perwakilan di daerah, dimana kantor perwakilan itu nantinya dapat membantu KPPU dalam mengawasi perilaku dunia usaha di daerah agar tidak melanggar UU No.5/1999 dan segera mengambil tindakan terhadap pelanggaran yang terjadi.

Lebih lanjut dari hasil penelitian dan workshop, ada beberapa hal yang mengemuka dan perlu mendapatkan perhatian dari KPPU

5

sebelum membentuk kantor perwakilan di daerah, yaitu terutama: KPPU harus sudah memiliki konsep yang jelas mengenai kantor perwakilan yang akan dibentuk di daerah itu nantinya, sehingga jangan sampai keberadaan kantor perwakilan di daerah justru tidak memberikan manfaat yang cukup berarti bagi penegakan UU No.5/1999 di daerah. Terlebih masih cukup besarnya apriori dari sebagian responden dan peserta workshop, akan keefektifan fungsi KPPU dalam menegakan UU No.5/1999, apalagi kantor perwakilannya.

Konsep yang baik dari KPPU dalam pembentukan kantor perwakilannya di daerah sangat diperlukan agar keberadaan kantor perwakilan tersebut dapat meringankan tugas KPPU dalam menangani perkara dugaan pelanggaran terhadap UU No.5/1999 di daerah, di samping itu kantor perwakilan KPPU di daerah juga harus bisa memonitor perilaku dunia usaha di daerah agar jangan sampai dalam menjalankan usahanya melanggar ketentuan yang terdapat di dalam UU No.5/1999.

Maka oleh karena itu, KPPU berkerjasama dengan Lembaga Kajian Persaingan dan Kebijakan Usaha Fakultas Hukum Universitas Indonesia untuk secara bersama-sama menyusun suatu konsep kantor perwakilan KPPU di daerah yang diharapkan bisa berfungsi secara efektif dan memiliki daya guna yang positif bagi penegakan UU No.5/1999 di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.

B. Maksud Laporan

Laporan ini dibuat dimaksudkan untuk memaparkan sejauh mana pekerjaan kajian tentang “konsep pembentukan kantor perwakilan

6

KPPU di daerah” sudah dilakukan dan untuk memenuhi persyaratan administrasi yang telah disepakati sebelumnya.

C. Tujuan Kajian

Tujuan yang ingin dicapai dari kajian tentang “Konsep Pembentukan Kantor Perwakilan KPPU di Daerah” adalah:

1) Menindak lanjuti hasil dari penjajakan pembentukan kantor perwakilan KPPU dibeberapa kota propinsi sebelumnya;

2) Membuat suatu kajian awal mengenai kondisi secara umum persaingan usaha yang ada di daerah;

3) Membuat suatu konsep Kantor Perwakilan KPPU di daerah yang ideal sehingga dapat berfungsi secara efektif dalam membantu KPPU dan masyarakat di daerah dalam menegakan UU No.5/1999;

4) Membuat suatu pedoman yang dapat digunakan oleh KPPU dalam pembentukan kantor-kantor perwakilan KPPU di daerah.

D. Ruang Lingkup

Kajian mengenai konsep pembentukan kantor perwakilan KPPU di daerah yang dilakukan mencakup:

1) Identifikasi kondisi umum persaingan usaha di daerah-daerah;

2) Identifikasi kesiapan daerah dalam pembentukan kantor perwakilan KPPU di daerah;

7

3) Merumuskan fungsi, tugas, dan wewenang kantor perwakilan KPPU di daerah;

4) Merumuskan konsep struktur organisasi, pola rekrutmen, pola hubungan dengan kantor KPPU pusat dan pola pembiayaan operasional kantor perwakilan KPPU di daerah.

E. Metodologi

Tipe perencanaan kajian yang digunaan dalam kajian ini adalah tipe perencanaan kajian case study design, dengan melakukan pengumpulan data yang menyeluruh dan terintegrasi untuk dapat mengembangkan pengetahuan yang mendalam tentang obyek yang akan dikaji. Kemudian tipe perencanaan kajian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1. Identifikasi

Deskripsi

Pada bagian ini merupakan tahap investigasi yang dilakukan untuk mendapatkan fakta aktual mengenai kondisi persaingan usaha di daerah, yang mungkin seiring dengan perkembangan waktu data-data atau informasi-informasi terbaru yang belum ditemukan oleh penelitian-penelitian ilmiah terdahulu.

Tujuan

a. Meng-up dating informasai dan fakta yang ada, yang sebelumnya dijadikan sebagai bahan awal dalam penyusunan rencana dan desain penelitian;

8

b. Mengklasifikasikan informasi dan fakta yang ada, yang dapat dipergunakan sebagai bahan referensi dalam melakukan kajian dan penyusunan laporan kajian.

Sumber Data

a. Data Sekunder

Data sekunder ini diperoleh melalui studi kepustakaan dari tulisan-tulisan yang sudah ada sebelumnya baik itu dalam bentuk buku teks, laporan-laporan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh lembaga-lembaga lain yang memiliki keterkaitan dengan kajian yang akan dibuat baik secara langsung maupun tidak langsung, artikel-artikel ilmiah baik yang terdapat di dalam jurnal ilmiah maupun yang terdapat pada media massa seperti majalah, surat kabar atau bahkan yang dimuat media internet.

b. Data Primer

Data primer ini diperoleh melalui media wawancara yang mendalam, yang dilakukan dengan maksud mendapatkan gambaran konkrit terhadap obyek kajian yang dapat dipergunakan sebagai penentu arah dari kajian selanjutnya.

Output

Dari tahap identifikasi ini diharapkan memperoleh suatu cetak biru (blue print) penelitian, yang dapat digunakan sebagai penentu arah dari kajian ini selanjutnya, seperti:

a. Target nara sumber dalam tahap eksplorasi;

9

b. Ruang lingkup kajian yang dapat membuat kajian memiliki suatu fokus yang jelas sehingga kajian menjadi lebih efektif dan terhindar dari kesia-siaan dalam penggunaan sumber daya;

c. Memiliki pemahaman yang lebih baik terhadao obyek yang akan diteliti.

2. Eksplorasi

Deskripsi

Pada bagian ini merupakan proses lanjutan dari tahapan sebelumnya yaitu tahap identifikasi. Pada tahap eksplorasi ini akan dilakukan pematangan data yang diperoleh pada tahap identifikasi, dengan cara melakukan penyelidikan lebih jauh terhadap data yang telah diperoleh pada tahap identifikasi, selanjutnya dilakukan cross check langsung kepada sumber-sumber data primer yang telah ditentukan sebelumnya dapat dinilai validitasnya.

Tujuan

a. Up-dating terhadap data yang telah diperoleh pada tahap identifikasi;

b. Memeriksa terhadap validitas data yang telah diperoleh pada tahap identifikasi;

c. Memperoleh data baru yang sebelumnya belum di dapatkan pada tahap identifikasi.

Sumber data

10

Data yang diperoleh pada tahap ini merupakan turunan dari data yang telah diperoleh pada tahap identifikasi.

Metode

Pada tahap ini dalam mengumpulkan sebagian besar data yang diperlukan kajian adalah melalui focus group discussion dengan pihak-pihak yang mempunyai keterkaitan langsung meupun tidak langsung dengan pembentukan kantor perwakilan KPPU di daerah, seperti KPPU, pelaku usaha dan kalangan akademisi di daerah.

Output

Akan dihasilkan data dalam bentuk bulk

3. Pengolahan Data

Deskripsi

Pada tahap pengolahan data, kagiatan kajian lebih dititik beratkan kepada analisa data secara kualitatif terhadap data yang telah didapatkan sebelumnya baik melalui tahap identifikasi maupun tahap eksplorasi.

Tujuan

a. Menghasilkan suatu laporan kajian dengan ditunjang data yang diperoleh melalui suatu proses ilmiah yang tersistematis dan kansisten;

b. Membuat suatu laporan kajian yang diharapkan dapat dimengerti oleh semua pihak yang ingin memanfaatkan hasil kajian.

11

Output

suatu laporan kajian yang bersifat deskriptif analistis.

F. Sistematika Laporan

Sistematika laporan dari kajian ini akan dimulai dengan Bab I yang menjelaskan antara lain mengenai latar belakang dilakukannya kajian ini, maksud laporan ini dibuat, tujuan kajian ini, hasil yang dicapai, ruang lingkup kajian dan metodologi kajian.

Kemudian Bab II yang menjelaskan mengenai hasil sementara dari kajian literatur. Selanjutnya Bab III akan memaparkan secara lengkap mengenai konsep fungsi, tugas, dan wewenang kantor perwakilan KPPU di daerah (hasil dari focus group discussion), dan terakhir adalah Bab IV yang akan mengemukakan beberapa rekomendasi mengenai pembentukan kantor perwakilan KPPU di daerah nantinya.

12

Bab2

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHAA. Dasar Hukum Pembentukan

Dasar Hukum pembentukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah Undang-Undang No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Sesuai dengan Pasal 30 UU No. 5/1999 bahwa dalam rangka pengawasan pelaksanaan undang-undang ini dibentuklah Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang selanjutnya disebut “Komisi”.

Pembentukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha memiliki alasan filosofis dan alasan sosiologis. Alasan Sosiologis yang dapat dijadikan

13

dasar pembentukan KPPU yaitu bahwa dalam mengawasi pelaksanaan suatu aturan hukum diperlukan suatu lembaga yang mendapat kewenangan dari negara (pemerintah dan rakyat). Dengan kewenangannya yang berasal dari negara ini diharapkan lembaga pengawas ini dapat menjalankan tugas dan fungsi dengan sebaik-baiknya serta sedapat mungkin mampu untuk bertindak secara independen.9

Sedangkan alasan sosiologis yang dapat dijadikan dasar pembentukan KPPU adalah menurunnya citra pengadilan dalam memeriksa dan mengadili suatu perkara serta beban perkara pengadilan yang sudah menumpuk. Alasan lain adalah dunia usaha membutuhkan penyelesaian yang cepat dan proses pemeriksaan yang bersifat rahasia. Oleh karena itu, diperlukan suatu lembaga khusus yang terdiri dari orang-orang yang ahli dalam bidang ekonomi dan hukum sehingga penyelesaian yang cepat dapat terwujud.10

Pemberian kewenangan khusus kepada suatu Komisi untuk melaksanakan suatu peraturan di bidang persaingan adalah hal yang lazim dilakukan oleh kebanyakan negara. Misalnya, di Amerika Serikat dengan Federal Trade Commission-nya;11 Masyarakat Ekonomi Eropah dengan European Community Commission-nya;12

9

? Ayudha D. Prayoga, et al., Persaingan Usaha dan Hukum Yang Mengaturnya, cet. I, (ELIPS, 1999), hal. 128

10

? Ibid.11

? Di Amerika Serikat terdapat keunikan karena di samping memberikan wewenang pengawasan di bidang persaingan usaha kepada Federal Trade Commission, juga memberikan kewenangan pada Department of Justice khususnya pada Anti Monopoli Division-nya.

12 European Community Commission adalah salah satu dari empat organ yang paling penting dari European Community, di samping the Council of Minister, the Parliament, dan the Court of Justice. Lihat Carolyn Hotchkiss, International Law for Business, (Singapore : McGraw-fbll, 1994), hal. 104-108 dan Ralph H. Folsom dan Michael W. Gordon, International Business Transactions, (St. Paul : West Publishing Co., 1995), hal. 876-898.

14

Jepang, Korea dan Taiwan dengan Fair Trade Commission-nya; dan lain-lain. Praktek di beberapa negara ada yang mengatur keberadaan Komisi khusus ini dengan undang-undang tersendiri, ada juga yang menggabungkan pengaturannya dalam undang-undang persaingan usahanya. Amerika serikat adalah contoh negara yang mengatur keberadaan Komisi khusus dalam undang-undang tersendiri. Sedangkan contoh negara yang menyatukan pengaturan keberadaan Komisi tersebut dalam undang-undang persaingan usahanya adalah Jepang, demikian juga dengan Indonesia.

Khusus di Indonesia, Pengaturan mengenai keanggotaan KPPU, persyaratan, dan pemberhentiannya diatur dalam pasal 31 sampai dengan pasal 33. Dalam pasal 1 butir 18, ditetapkan bahwa KPPU adalah komisi yang dibentuk untuk mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya agar tidak melakukan praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat.13 Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merupakan lembaga independen yang terlepas dari pengaruh pemerintah dan pihak lain, serta berwenang melakukan pengawasan dan menjatuhkan sanksi. Sanksi tersebut berupa tindakan administratif, sedangkan sanksi pidana merupakan wewenang pengadilan. KPPU adalah lembaga independen yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta pihak lain (pasal 30 ayat 2), artinya KPPU berwenang penuh dalam pengawasan dan penerapan pelaksanaan UU No. 5/1999 yang tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan pemerintah dan pihak lain.

Undang-Undang No. 5/1999 memberikan jaminan kepastian hukum untuk lebih mendorong percepatan pembangunan ekonomi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan umum, serta sebagai 13

? Indonesia, Undang-Undang Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, op.cit., ps. 1 butir 18

15

implementasi dari semangat dan jiwa UUD 1945. Dengan perkataan lain, bahwa Undang-undang ini menjamin pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi, dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum (Pasal 2 UU No. 5/1999).

Terdapat beberapa ketentuan dalam Undang-undang ini yang menghendaki peraturan pelaksanaan lebih lanjut, antara lain: Peraturan Pemerintah (PP) mengenai penggabungan, peleburan dan pengambilalihan saham perusahaan lain (Pasal 28 ayat 3), Peraturan Pemerintah (PP) mengenai penetapan nilai aset (Pasal 29 ayat 2), Keputusan Presiden (Keppres) tentang pembentukan KPPU (Pasal 34 ayat 1), dan ketentuan mengenai prosedur beracara (Pasal 44 ayat 4). Namun demikian, dari sekian banyak kebutuhan yang diperlukan guna pelaksanaan UU tersebut, baru Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tentang KPPU yang telah disahkan.

B. Fungsi, Tugas dan Kewenangan KPPU

Tugas KPPU

KPPU adalah lembaga nonstruktural yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta pihak lain, walaupun secara struktural pertanggungjawaban atas kinerjanya KPPU memberikan laporan kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat secara berkala.

16

Tujuan dibentuknya KPPU adalah agar implementasi undang-undang serta peraturan pelaksanaannya dapat berjalan efektif sesuai asas dan tujuannya.

Dalam mengawasi dan menerapkan UU No. 5/1999, KPPU mempunyai peranan yang sangat besar dan penting, Antara lain ialah KPPU berperan untuk melakukan advokasi sehingga secara bertahap bidang bisnis yang struktur pasarnya banyak yang masih monopolis atau oligopolis berubah menjadi pasar bersaing, agar sesuai dengan UU No. 5/1999.14

Di samping itu terhadap bidang yang telah menjalankan mekanisme persaingan, peran KPPU adalah mengupayakan agar persaingan tersebut berjalan sehat. Jangan lagi yang besar menginjak kaki yang lebih kecil, sehingga tidak kuat untuk bertahan, kemudian pelaku yang besar melakukan ekspansi untuk menguasai pasar. Juga jangan lagi pelaku usaha besar menghambat calon pesaing, sehingga hanya yang besarlah yang menguasai pasar dan mampu menentukan harga produk sesuai kehendaknya.15

Agar peran KPPU tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka KPPU memiliki tugas yang berdasarkan Pasal 35 tugas KPPU adalah sebagai berikut:

Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 16;

Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya

14

? Disampaikan oleh syamsul Maarif dalam wawancara dengan Bisnis Indonesia tanggal 11 September 2003

15 Ibid.

17

praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24;

Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 25 sampai dengan Pasal 28;

Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang KPPU sebagaimana diatur dalam Pasal 36;

Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;

Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-Undang ini;

Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja KPPU kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Dengan kata lain, tugas KPPU adalah melakukan penilaian apakah telah terjadi perjanjian-perjanjian yang dilarang dan kegiatan usaha yang dilarang. Jika KPPU menilai telah terjadi perjanjian-perjanjian yang dilarang atau kegiatan usaha yang dilarang, maka KPPU dapat menggunakan wewenangnya untuk memerintahkan penghentian perjanjian-perjanjian yang dilarang dan kegiatan usaha yang dilarang.

Dari seluruh tugas yang diamanatkan oleh UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Penegakan hukum (law enforcement) adalah tugas utama atau inti dari seluruh tugas yang diberikan kepada KPPU. Tugas tersebut dilaksanakan KPPU melalui tindakan penanganan perkara, penerbitan penetapan-penetapan dan putusan-putusan atas perkara yang

18

ditangani, dan pelaksanaan upaya-upaya lanjutan yang terkait dengan eksistensi dan pelaksanaan penetapan dan putusan atas suatu perkara, yaitu tindakan monitoring putusan dan upaya litigasi. Sebagaimana prinsip penegakan hukum, maka Anggota KPPU wajib melaksanakan tugas dengan berdasar pada asas keadilan dan perlakuan yang sama16 serta wajib mematuhi tata tertib KPPU.17

Penanganan perkara dugaan pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 sebagai tugas prioritas KPPU dilaksanakan baik dalam kerangka tindakan yang bersifat responsif terhadap laporan dugaan pelanggaran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dari masyarakat (publik) atau pelaku usaha, maupun sebagai suatu tindakan yang bersifat inisiatif berdasarkan hasil temuan KPPU sendiri, di mana proses penanganan perkara di KPPU dilakukan melalui barbagai tahapan, yaitu:

1. Tahap Klarifikasi kejelasan dan atau kelengkapan laporan yang disampaikan oleh publik (Klarifikasi Laporan);

2. Tahap Pemeriksaan Pendahuluan selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari yang dilakukan oleh Tim Pemeriksaan Pendahuluan;

3. Tahap Pemeriksaan Lanjutan selama-lamanya 90 (sembilan puluh) hari yang dilakukan oleh Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha;

4. Tahap Pembuatan Putusan selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari yang dilakukan oleh Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha;

5. Pembacaan Putusan oleh Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha

16

? Indonesia, Keputusan Presiden Tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha, op.cit., pasal 11 ayat (1)

17 Ibid., ayat (2)

19

Sedangkan output dari penanganan perkara tersebut adalah penetapan-penetapan dan putusan-putusan dalam rangka memberikan kepastian hukum terhadap perkara bersangkutan. Pada akhirnya, terhadap seluruh putusan yang telah diterbitkan KPPU diperlukan upaya lanjutan berupa monitoring terhadap pelaksanaan putusan-putusan tersebut dan upaya litigasi jika atas putusan-putusan tersebut terdapat upaya keberatan (challenge) ke Pengadilan Negeri yang dilakukan pelaku usaha terkait.

Di KPPU sendiri kasus-kasus yang kini ditangani baik berdasarkan pengaduan publik maupun inisiatif penyelidikan KPPU sebagian besar (kira-kira sembilan puluh persennya) adalah menyangkut praktek tender kolusif. Ada beberapa perkiraan mengenai mengapa kasus-kasus tender kolusif ini yang kemudian dominan ditangani saat ini. Perkiraan tersebut antara lain karena praktek tender kolusif merupakan jenis praktek anti persaingan yang akibatnya langsung dirasakan oleh pelaku usaha korbannya (pesaingnya) yang biasanya pula dalam nilai yang cukup signifikan, lain dengan praktek anti persaingan usaha lainnya.18

Praktek-praktek tender kolusif ini sudah “membudaya” di Indonesia terutama dalam kasus tender pengadaan barang dan jasa bagi instansi-instansi pemerintah atau publik (termasuk di BUMN dan BUMD) yang dikenal dengan istilah “arisan”.19

18

? HMBC Rikrik Rizkiyana, “Perilaku Anti-Persaingan di Indonesia,” (Makalah di sampaikan pada Diskusi panel Memperingati Dua Tahun Diberlakukannya UU. No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dengan Tema: Evaluasi Penegakan UU No. 5 Tahun 1999 dan Visi ke Depan, Jakarta, 26 Maret 2002), hal. 13

19

? Ibid., hal 14

20

Sebagai salah satu lembaga penegak hukum kedudukan KPPU harus independen agar dalam memberi keputusan, KPPU dapat bersikap obyektif dan netral serta hanya berdasarkan Undang-Undang dan bukan karena petunjuk atau pengaruh pihak lain. Oleh karena itu pula, Komisi dalam pengawasan dan pelaksanaan UU ini secara struktural-organisatoris tidak berada di bawah lembaga pemerintahan manapun termasuk di bawah Presiden. Meskipun Komisi bertanggung jawab kepada Presiden (Pasal 30 ayat 3), namun dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya, Komisi tidak dapat dipengaruhi oleh Presiden atau setidak-tidaknya tidak dinyatakan dalam undang-undang bahwa Presiden berhak untuk itu. Usaha untuk menjaga independensi dari pihak-pihak lain, setidak-tidaknya juga dapat terlihat dari persyaratan keanggotaan yang diatur dalam pasal 32 UU No. 5/1999, yaitu bahwa anggota KPPU tidak terafiliasi dengan suatu badan usaha. KPPU bertanggungjawab kepada Presiden adalah hal yang wajar. Karena di sini KPPU melaksanakan sebagian dari tugas-tugas pemerintahan, di mana kekuasaan tertinggi pemerintahan berada di bawah Presiden. Jadi, sudah sewajarnyalah jika Komisi bertanggung jawab kepada Presiden.20

Wewenang KPPUBerdasarkan Pasal 36, wewenang KPPU adalah:

menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;

melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan

20

? Ayudha D. Prayoga et. al., hal. 130

21

terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;

melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan oleh KPPU sebagai hasil dari penelitiannya;

menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau tidak adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;

memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini ;

memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini;

meminta bantuan penyidik untuk meghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli atau setiap orang yang tidak bersedia memenuhi panggilan KPPU;

meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya dengan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini;

mendapatkan, meneliti dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan;

memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku usaha lain atau masyarakat ;

memberitahukan putusan KPPU kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;

menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini.

22

Di dalam sistem hukum Indonesia kedudukan KPPU adalah sebagai Badan Publik yang menimbulkan kewenangan bersifat judicial administrative act (kewenangan Peradilan bersifat administratif). Kedudukan itu terlihat dari ketentuan UU No. 5/1999 yang secara yuridis mencantumkan tugas KPPU di bidang penegakan hukum persaingan. Dengan tugas dan kewenangan itu, KPPU berwenang menerapkan hukum persaingan usaha melalui proses penyelidikan, penyidikan, dan menjatuhkan putusan. Berjalannya proses pemeriksaan berdasar pengaduan yang diikuti pembuatan putusan yang membebani sanksi administratif bagi pelaku usaha bukan lagi tergolong Keputusan Tata Usaha Negara. Putusan KPPU tidak didasari suatu tuntutan pembatalan Keputusan Tata Usaha Negara yang bersifat individual, tetapi merupakan putusan yang didasari kepentingan penegakan hukum untuk menumbuhkan iklim usaha yang kondusif melalui terciptanya persaingan usaha yang sehat dan mencegah praktik-praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

Apabila sanksi administratif telah dijatuhkan maka selanjutnya penerima sanksi seharusnya melaksanakan kewajibannya untuk memenuhi sanksi yang dijatuhkan KPPU kepadanya. Namun demikian, undang-undang memberikan keleluasaan kepada para pelaku usaha untuk menempuh upaya hukum guna mencari keadilan melalui lembaga pengadilan.21 Selanjutnya putusan KPPU terhadap pelaku usaha yang bersangkutan merupakan bukti permulaan yang cukup bagi penyidik untuk melakukan penyidikan.

Sebagai perbandingan antara KPPU di Indonesia dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (Business Competititon Supervisory 21

? Indonesia, Undang-Undang Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, op.cit., ps.44 ayat (2).

23

Commission) di berbagai negara lain, Sebagaimana layaknya Komisi Pengawas Persaingan Usaha di negara-negara lain, KPPU juga diberikan kewenangan dan tugas yang sangat luas yang meliputi wilayah eksekutif, yudikatif, legislatif serta konsultatif. Kewenangan-kewenangan di atas menyebabkan KPPU dapat dikatakan memiliki fungsi yang menyerupai lembaga konsultatif, yudikatif, legislatif, maupun eksekutif.

Beberapa pihak berpendapat bahwa KPPU memiliki wewenang yang tumpang tindih karena bertindak sebagai investigator (investigate function), penyidik, pemeriksa, penuntut (prosecuting function), pemutus (adjudication function), maupun fungsi konsultatif (consultative function). Namun demikian, sementara kalangan setidaknya juga berpendapat bahwa meskipun KPPU bukan lembaga judisial ataupun penyidik, tetapi KPPU adalah lembaga penegak hukum yang tepat untuk menyelesaikan masalah persaingan usaha karena peran multi fungsi serta keahlian yang dimilikinya akan mampu mempercepat proses penanganan perkara.

Anggota KPPU

Berdasarkan Pasal 31 ayat 1 anggota KPPU sendiri terdiri dari paling sedikit 7 orang anggota termasuk Ketua dan Wakil Ketua yang juga merangkap sebagai anggota. Anggota KPPU ditetapkan melalui Keputusan Presiden No. 162/2000 dimana Keputusan Presiden tersebut menetapkan 11 (sebelas) profesional yang mempunyai beragam latar belakang disiplin ilmu sebagai anggota KPPU untuk masa jabatan lima tahun untuk periode jabatan tahun 2000 sampai dengan 2005.

Dalam hal pengangkatan maupun pemberhentian, atas dasar usulan pemerintah, anggota KPPU diangkat dan diberhentikan oleh Presiden

24

dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat di mana masing-masing anggota dapat diangkat kembali 1 (satu) kali untuk masa jabatan berikutnya. Akan tetapi dalam perjalanannya terjadi sedikit perubahan, di mana saat ini anggota KPPU tinggal berjumlah 10 (sepuluh) orang yang aktif mengingat salah satu anggotanya yaitu Nabil Makarim menjadi Menteri pada Kementrian Negara Lingkungan Hidup dan sampai saat ini belum ditetapkan penggantinya.

Keanggotaan KPPU berdasarkan UU berakhir karena:

1. meninggal dunia; 2. mengundurkan diri atas permintaan sendiri;3. bertempat tinggal di luar wilayah Negara Republik Indonesia;4. sakit jasmani atau rohani terus-menerus;5. berakhir masa jabatan keanggotaan Komisi; atau6. diberhentikan.

KPPU juga mempunyai program pelatihan rutin bagi staff peyelidik di bidang ekonomi (mikroekonomi dan organisasi industri) yang berhubungan dengan hukum persaingan usaha. Sementara itu guna menjamin independensi dan menghindari benturan kepentingan, maka anggota KPPU terikat oleh kode etik internal KPPU atau disebut juga dengan Tata tertib KPPU yang melarang anggota KPPU untuk aktif pada posisi berikut ini:

1. Anggota dewan komisaris atau pengawas, atau direksi suatu perusahaan;

2. Anggota pengurus atau badan pemeriksa suatu koperasi;3. Pihak yang memberikan layanan jasa kepada suatu

perusahaan, seperti konsultan, akuntan publik, dan penilai; dan

4. Pemilik saham mayoritas suatu perusahaan.

25

Dalam menjalankan tugasnya Anggota KPPU wajib menjaga kerahasiaan mengenai perkara yang sedang diperiksa. Sejauh mana definisi kerahasiaan yang harus dipegang oleh Anggota KPPU akan didefinisikan oleh KPPU. 42 Sanksi atas pelanggaran ketentuan etik tersebut diambil berdasarkan keputusan rapat pleno KPPU.

C. Hubungan KPPU dengan Sekretariat KPPU

Dalam rangka menunjang kelancaran tugas, KPPU dibantu oleh Sekretariat KPPU, dimana fungsi utama dari Sekretariat KPPU adalah membantu kelancaran tugas administrasi dan teknis operasional dari KPPU. Sekretariat KPPU dipimpin oleh seorang Direktur Eksekutif yang diangkat dan diberhentikan oleh KPPU.

Sekretariat KPPU adalah bagian dari susunan organisasi KPPU,22 yang merupakan suatu unit organisasi yang dibentuk untuk mendukung atau membantu pelaksanaan tugas KPPU.23 Mengenai susunan organisasi, tugas dan fungsi Sekretariat diatur lebih lanjut dengan keputusan KPPU.24 Dan selanjutnya Sekretariat KPPU berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab secara langsung kepada KPPU.25

Di dalam Keputusan KPPU No. 41/KEP/KPPU/VI/2003 tentang Sekretariat Komisi Pengawas Persaingan Usaha disebutkan bahwa Sekretariat KPPU mempunyai tugas pokok memberikan dukungan

22

? Indonesia, Keputusan Presiden Tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha, op.cit., Ps.8.23

? Penjelasan Pasal 34 ayat (2) UU No.5/1999. 24

? Indonesia, Undang-Undang Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, op.cit., ps. 34 ayat (4).

25

? Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Keputusan KPPU Tentang Sekretariat KPPU, Keputusan No. 41/KEP/KPPU/VI/2003, Pasal 1 ayat 3

26

teknis operasional dan administratif kepada KPPU dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya sebagaimana diatur dalam UU No.5/1999.26

Dalam rangka menyelenggarakan tugas pokok memberikan dukungan teknis operasional dan administratif tersebut di atas, Sekretariat KPPU diberikan beberapa wewenang oleh KPPU, yaitu:27

1. menetapkan kebijakan teknis operasional yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenang KPPU;

2. menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan rencana dan program kerja Sekretariat KPPU;

3. menetapkan kebijakan mengenai pedoman dan tata kerja Sekretariat KPPU;

4. menetapkan kebijakan pembinaan dan pengelolaan sumber daya manusia di lingkungan Sekretariat KPPU;

5. menetapkan kebijakan teknis operasional pengelolaan keuangan serta sarana dan prasarana yang berlaku di lingkungan Sekretariat KPPU.

Lebih lanjut di dalam Keputusan KPPU tentang Sekretariat KPPU, disebutkan bahwa Sekretariat KPPU juga menyelenggarakan beberapa fungsi, yaitu:28

1. perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi seluruh kegiatan teknis operasional dan administratif yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan kewenangan KPPU, sebagaimana yang tertuang di dalam Pasal 35 dan Pasal 36 UU No. 5/1999.

26

? Ibid., Pasal 2.27

? Ibid., Pasal 3.28

? Ibid., Pasal 4.

27

2. pembinaan dan pengelolaan sumber daya manusia, keuangan, sarana dan prasarana.

Sedangkan berdasarkan Keputusan tersebut juga susunan organisasi Sekretariat KPPU terdiri dari:29

a. Kepala Sekretariat Komisi;b. Direktorat Administrasi;c. Direktorat Penegakan Hukum;d. Direktorat Kebijakan Persaingan;e. Direktorat Komunikasi;f. Kelompok Penyelidik;g. Kelompok Analis Kebijakan Persaingan;h. Kelompok Panitera;i. Staf Ahli Komisi Bidang Hukum dan Ekonomi;j. Asisten Direktur Eksekutif Bidang Hukum dan Ekonomi;k. Pengendalian Internal;l. Kantor Perwakilan Daerah Komisi.

Berikut adalah deskripsi mengenai susunan dari Sekretariat KPPU:a. Kepala Sekretariat Komisi

Kepala Sekretariat Komisi adalah unsur yang memimpin Sekretariat KPPU, yang dalam hal ini disebut Direktur Eksekutif, di mana kedudukannya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada KPPU, di wakili oleh Ketua dan Wakil Ketua Komisi. Adapun tugas dari Direktur Eksekutif adalah melaksanakan koordinasi, merumuskan, menetapkan serta memimpin pelaksanaan tugas Sekretariat KPPU.

b. Direktorat Administrasi 29 Ibid., Pasal 5.

28

Lingkungan Direktorat Administrasi dipimpin oleh seorang Direktur Administrasi yang kedudukannya berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Eksekutif. Sedangkan tugas dari Direktur Administrasi adalah merumuskan, melaksanakan, dan memimpin pengelolaan umum, perlengkapan dan peralatan, perencanaan dan keuangan, serta sumber daya manusia di lingkungan Sekretariat KPPU. Sehingga untuk melaksanakan tugas teknis selanjutnya, maka Direktorat Administrasi dibagi lagi menjadi Subdirektorat Umum dan Perlengkapan, Subdirektorat Perencanaan dan Keuangan, dan Subdirektorat Sumber Daya Manusia yang masing-masing subdirektorat tersebut dipimpin oleh Kepala Subdirektorat.

c. Direktorat Penegakan HukumDirektorat Penegakan Hukum dipimpin oleh seorang Direktur Penegakan Hukum, yang juga berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Eksekutif. Tugasnya adalah merumuskan, melaksanakan dan memimpin pengelolaan penegakan hukum dan penanganan perkara dugaan pelanggaran terhadap UU No. 5/1999. Lingkungan Direktorat Penegakan Hukum terdiri dari: Subdirektorat Penanganan Pelaporan, Subdirektorat Monitoring Pelaku Usaha, Subdirektorat Penanganan Perkara, Subdirektorat Monitoring Putusan dan Litigasi, Penyelidik, dan Panitera.

d. Direktorat Kebijakan PersainganDirektorat Kebijakan Persaingan dipimpin oleh Direktur Kebijakan Persaingan yang memiliki tugas merumuskan, melaksanakan dan memimpin pengelolaan kajian industri dan atau persaingan usaha, serta pemberian saran dan pertimbangan KPPU kepada

29

Pemerintah dan lembaga terkait berkaitan dengan pelaksanaan UU No. 5/1999. Direktorat ini terdiri dari: Subdirektorat Industri, Subdirektorat Regulasi, Subdirektorat Pranata Hukum, serta Analis Kebijakan Persaingan.

e. Direktorat KomunikasiDirektorat Komunikasi dipimpin oleh Direktur Komunikasi yang juga berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Eksekutif. Tugasnya adalah merumuskan, melaksanakan, dan memimpin pengembangan dan pengelolaan komunikasi dan hubungan timbal balik dengan berbagai kalangan masyarakat, pemerintah, lembaga negara, dunia usaha, asosiasi dan lembaga swadaya masyarakat yang terkait dengan dunia usaha baik nasional maupun internasional, serta media massa dalam rangka mendukung pelaksanaan UU No. 5/1999. Direktorat Komunikasi terdiri dari: Subdirektorat Advokasi, Subdirektorat Kerjasama Kelembagaan, dan Subdirektorat Publikasi yang masing-masing Subdirektorat dipimpin oleh Kepala Subdirektorat.

f. Staf Ahli Komisi Bidang Ekonomi dan Staf Ahli Komisi Bidang HukumStaf Ahli ini adalah orang-orang yang berpengalaman, ahli, dan senior di bidang ekonomi, dan atau bidang hukum yang diperlukan untuk memberikan masukan dan pertimbangan hukum dan atau ekonomi kepada KPPU yang berkaitan dengan tugas yang ditangani KPPU. Secara fungsional Staf Ahli ini berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada KPPU, dan secara administratif bertanggung jawab kepada Direktur Eksekutif.

g. Asisten Direktur Eksekutif Bidang Ekonomi dan Asisten Direktur Eksekutif Bidang Hukum.

30

Kedua Asisten Direktur Eksekutif ini merupakan orang-orang yang berpengalaman dan ahli di bidang teknis operasional ekonomi, dan atau hukum yang diperlukan untuk membantu Direktur Eksekutif dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga keduanya berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Eksekutif.

h. Pengendalian InternalPengendalian Internal dilakukan oleh seorang Pengendali Internal yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Eksekutif dalam rangka melaksanakan tugasnya melakukan pengawasan keuangan, manajerial dan pelaksanaan program serta kegiatan di lingkungan Sekretariat KPPU.

Sedangkan mengenai Kantor Perwakilan Daerah KPPU akan dijelaskan pada bab selanjutnya.

31

Bab3

KANTOR PERWAKILAN DAERAH KPPUA. Kondisi Persaingan Usaha di Daerah

1. Pendefinisian Pasar Lokal dan RegionalPendefinisian pasar lokal atau regional sangat penting dalam upaya mengidentifikasi struktur pasar di suatu daerah dan kemudian melihat korelasinya dengan perilaku pelaku usaha di daerah tersebut. Jika pendefinisian pasar lokal atau regional tersebut salah maka biasanya analisis dan kesimpulan terhadap struktur pasar dan keterkaitannya dengan perilaku usaha didalamnya menjadi misleading bagi upaya untuk melihat kondisi persaingan usaha di daerah bersangkutan.

32

Pasar dapat didefinisikan berdasarkan spatial model yang mendefinisikan pasar berdasarkan lokasi. Variabel yang menentukan dalam spatial model adalah transportation cost. Pasar di sini didefinisikan sebagai pasar geografis yaitu konsumen dalam suatu wilayah tidak memiliki akses terhadap suply dari luar daerah kecuali dari produsen yang ada diwilayahnya. Dalam suatu pasar geografis penjual yang menpunyai posisi dominan dapat menaikan harga tanpa takut kehilangan konsumen atau masuknya pesaing baru.

Dalam pasar dengan karakteristik ini produsen bisa bertindak sebagai monopolis spatial. Walaupun, sebetulnya antara produsen bersaing dalam batas-batas tertentu. Misalnya produsen B dengan produsen C bersaing diwilayah sekitar X2. Jika produsen c menurunkan harga menjadi m’ di C maka konsumen di X4 bisa direbut. Sebaliknya, jika salah satu produsen menaikan harga tanpa memperhitungkan pesaing maka pangsa pasar dapat direbut. Namun demikian sampai batas tertentu masing-masing produsen berkedudukan sebagai monopolis di suatu wilayah (spatial monopolist).

Pendefinisan pasar geografis menjadi sangat relevan mengingat luas Indonesia sangat luas dan tersebar dalam ribuan pulau. Ditambah, sarana dan prasarana transportasi yang kurang baik mengakibatkan biaya transportasi mahal. Sedangkan, dalam suatu produk dijual

33

dalam skala nasional dan biaya transportasi tidak signifikan dan dapat diabaikan.

Spatial market juga sangat relevan diterapkan untuk menganalisis komoditi pertanian karena keterbatasannya yaitu cepat rusak baik karena busuk atau karena tidak tahan lama diperjalanan. Hal ini membuat pemasaran komoditi pertanian hanya melingkupi suatu wilayah dimana komoditi tersebut dapat menjangkau.

Spatial model bisa diterapkan pada produk yang mememiliki differensiasi. Jika dalam pasar geografis dibedakan berdasarkan geographic space maka pada produk yang terdifferensiasi dibedakan berdasarkan characteristic space. Characteristic space adalah derajat dari product differentiation. Transpotation cost dapat dianalogikan ke variabel loss of utility.

Analogy between space and product differentiation

Space Product differentiation

Geographic space

Characteristic space

Consumer location

Preffered consumer variety

Producer location

Product variant

Transportation cost

Loss of utility

Pendefinisian pasar secara spesifik berdasarkan degree of differentiation product sangat penting untuk melihat bagaimana persaingan terjadi di suatu pasar. Ini dapat dilihat apakah antar

34

barang yang terdifferensiasi saling berkompetisi satu sama lain. Suatu barang yang bisa digantikan secara sempurna dengan barang lain (closed substitution) berarti kedua barang tersebut dianalisis sebagai satu pasar. Sedangkan jika suatu barang dengan degree of differentiation yang tinggi dan memiliki barang substutusi yang jauh maka barang tersebut harus dilihat sebagai satu pasar tersendiri.

2. Sumber-sumber Perilaku Anti Persaingan di DaerahSumber-sumber perilaku anti-competition di daerah dapat dikelompokan menjadi dua yaitu karena sebab-sebab alamiah dan karena sebab-sebab yang diciptakan (government intervention). Sebab alamiah ialah munculnya monopolist spatial karena telah melalui persaingan sehingga muncul produsen dominan atau karena secara alamiah pasar hanya memerlukan satu produsen untuk memasok secara efisien. Monopoli spatial ini tentunya didukung oleh transportation cost yang sangat tinggi atau karena product differentiation. Monopoli spatial karena sebab-sebab alamiah juga dapat berupa perilaku anti persaingan. Perilaku anti persaingan inilah yang sering mendominasi dunia usaha dimana tidak terdapat peraturan persaingan usaha yang memadai.

Namun, hipotesis tentang apakah terjadi perilaku anti persaingan dari para monopolist spatial sangat penting untuk dibuktikan. Komoditi pertanian seperti tembakau di Sampang dan Temanggung dan bawang merah di Brebes memiliki struktur pasar oligopsoni dan pedagang memiliki posisi tawar yang lebih besar daripada petani.30

Namun, apakah pedagang melakukan tindakan anti persaingan misalnya dengan membentuk kesepakatan harga agar bisa membeli

30

? Lihat Syaikhu Usman et.al. Deregulasi Perdagangan Regional dan Pengaruhnya terhadap Perekonomian Daerah. Makalah Lokakarya Nasional PERSEPSI DAERAH di Hotel Millenium Jakarta 6 Desember 1999.

35

hasil-hasil pertanian dengan harga murah perlu diteliti lebih lanjut. Sebab, ciri umum dari komoditi pertanian adalah harga turun pada saat panen karena memang supply berlimpah dan sebaliknya harga naik pada saat paceklik. Ini adalah indikasi bahwa sistem mekanisme pasar berjalan.

Sebab-sebab yang diciptakan akibat government intervention dalam bentuk kebijakan yang terkait dengan persaingan usaha merupakan sebab-sebab yang penting pula diamati. Banyak kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang bersifat distortif. Namun demikian, government intervention tersebut harus dibedakan antara yang menciptakan iklim tidak berjalannya mekanisme pasar atau yang menciptakan perilaku anti persaingan.31 Jika goverment intervention menciptakan iklim tidak berjalannya mekanisme pasar maka perlu dilakukan deregulasi atau liberalisasi perdagangan sehingga mekanisme pasar dapat kembali berjalan. Tindakan intervensi tersebut misalnya: pengenaan pajak atau restribusi, kuota perdagangan atau pengaturan pola tanam.

Sedangkan kebijakan pemerintah yang menimbulkan perilaku anti-persaingan misalnya pemberian hak monopoli atau monopsoni, hak eksklusif, atau penciptaan barrier to entry.

3. Perilaku Usaha di DaerahPerilaku para pelaku usaha di daerah dalam konteks issue persaingan usaha, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan perilaku para pelaku

31

? Kebijakan persaingan terdiri dari undang-undang larangan praktek monopoli yang bertujuan untuk mengatur perilaku-perilaku perusahaan yang besifat anti persaingan dan deregulasi dan liberalisasi ekonomi bertujuan agar mekanisme pasar dapat berjalan dengan meminimumkan intervensi pemerintah yang distorsif.

36

usaha di pusat (Jakarta). Sehingga dapat dikatakan bahwa, secara umum, sebenarnya perilaku pelaku usaha di daerah merupakan cerminan dari perilaku para pelaku usaha yang ada di pusat, atau sebaliknya. Kalaupun ada bedanya, perbedaan itu hanya pada tingkat kualitas yang terkait dengan teknik usaha dan nilai kapitalisasi dari usahanya. Namun demikian, memang ada beberapa perilaku anti-persaingan usaha di daerah yang dominan terjadi seperti praktek usaha yang kolusif (persekongkolan) misalnya yang terkait dengan pelaksanaan tender yang melibatkan pemerintah daerah dan praktek usaha yang bersifat eksklusif yang termasuk di dalamnya praktek monopoli dan oligopoli serta kartel dan itupun lebih sering melibatkan pemerintah daerah dalam memberikan kekuatan legalitasnya.

Ketiadaan aturan hukum yang mengatur mengenai persaingan usaha pada waktu lalu, nampaknya dimanfaatkan betul oleh sebagian pelaku usaha tidak hanya di pusat namun di daerah-daerah, untuk melakukan tindakan atau perilaku anti persaingan. Bahkan terkesan sampai saat ini bahwa beberapa praktek-praktek anti persaingan seperti kartel, exclusive dealing, price discrimination, rangkap jabatan, market allocation, dll tersebut dianggap sebagai praktek usaha atau sesuatu hal yang lumrah dilakukan. Sehingga anekdot yang muncul ketika rezim hukum persaingan usaha diterapkan adalah, “mengapa satu pelaku usaha disalahkan (dihukum), toh semua pelaku usaha melakukan praktek yang sama?”.

Perilaku menyimpang dari pelaku usaha di daerah begitu pula di pusat dalam menjalankan bisnisnya, terkadang di justru difasilitasi oleh pihak pemerintah (pusat dan atau daerah), baik secara resmi melalui kebijakan (peraturan) maupun tidak resmi melalui kongkalingkong dengan oknum aparat yang memiliki otoritas terkait.

37

Seperti praktek kartel tarif angkutan umum oleh ORGANDA (Organisasi Angkutan Darat), yang dilegalkan melalui sebuah peraturan daerah. Sementara itu, tidak sedikit pelaku usaha yang dalam persyaratan investasinya atau karena kedekatannya dengan otoritas pemerintah meminta fasilitas proteksi dan eksklusivitas misalnya dalam bentuk barrier to entry terhadap pelaku usaha lain agar tidak melakukan investasi yang sama di daerah tertentu. Belum lagi perilaku diskriminatif yang kadang dilakukan oleh oknum aparat pemerintah daerah misalkan yang memiliki otoritas perizinan baik yang didasarkan kepada adanya unsur kolusi maupun nepotisme.

Kondisi di atas terkadang lebih diperparah dengan ber-“dwifungsi”-nya para pegawai pemerintahan daerah, dimana di samping sebagai pegawai pemerintah, pegawai tersebut juga berprofesi sebagai pengusaha, sehingga jika ada proyek perkerjaan pemerintah, maka pegawai yang ber-“dwifungsi” itulah nantinya yang akan mengerjakan proyek-proyek tersebut.

Meskipun untuk mendapatkan proyek-proyek pemborongan suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang, atau untuk menyediakan jasa dari pemerintah (daerah dan pusat) harus melalui proses tender, tetapi terkadang tender yang di selenggarakan hanya sekedar formalitas belaka, yang sebenarnya, pemenang tender sudah ditentukan sebelumnya oleh pihak penyelenggara tender yang terkolusi. Dan uniknya, pelaku usaha yang telah memenangkan tender proyek pemborongan suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang, atau untuk menyediakan jasa dari pemerintah, biasanya (lebih sering) kemudian mengalihkannya (mensubkontrakkan) kepada pelaku usaha lain imbalan / kompensasi tertentu layaknya “pemburu rente”. Praktek pelaksanaan tender

38

tersebut jelas akan berpengaruh terhadap hasil akhir dari pekerjaan, yang biasanya hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, karena nilai proyek yang sudah berkurang banyak. Misalkan proyek pemborongan pembuatan jembatan yang bernilai Rp.500.000.000,00 nilai bersih dari proyek tersebut bisa berkurang sampai 40%, karena harus membayar pihak-pihak seperti pihak penyelenggara tender dan pihak yang memenangkan tender.

Di banyak kasus, baik di daerah maupun di pusat, para pelaku usaha yang tidak mempunyai akses kepada pejabat pemerintahan terkadang sulit untuk dapat mengembangkan usahanya. Biasanya para pelaku usaha yang memiliki akses kepada pemerintah (pemegang kekuasaan), menggunakan akses yang dimilikinya untuk menyingkirkan pelaku usaha pesaingnya. Misalnya, ketika seorang pelaku usaha mengajukan ijin usaha untuk memperluas usahanya (ekspansi) kepada pemerintah setempat, permohonan ijin tersebut di persulit, karena sebelumnya, pejabat pemerintahan yang mempunyai kewenangan terkait telah didekati oleh pengusaha saingannya.

Budaya persaingan bagi sebagian kalangan pelaku usaha, bukan merupakan budaya yang dapat diterima, karena di dalam benak mereka suasana persaingan usaha yang sehat memerlukan upaya yang sangat maksimal. Upaya maksimal tersebut misalnya dalam hal mengerahkan seluruh sumber daya yang ada, tuntutan kreativitas dan daya inovasi yang tinggi dan terkadang penggunaan teknologi yang tidak murah dalam rangka efisiensi produksi. Sehingga kemudian yang terjadi adalah bahwa sesama pelaku usaha terjadi koordinasi (kesepakatan-kesepakatan tertentu) mengenai beberapa hal yang terkait dengan persaingan dan pasar misalnya penetapan supply dan harga produk di pasar. Bahkan di beberapa kasus disertai

39

dengan kesepakatan mengenai wilayah pemasaran dari produk mereka, sehingga produk yang mereka hasilkan tidak harus bersaing di pasar yang sama.

Sebagian pelaku usaha di daerah terkadang juga begitu “alergi” terhadap munculnya pelaku usaha (pesaing) baru yang juga akan menggeluti usaha yang sama, sehingga sebisa mungkin pelaku usaha yang sudah ada sebelumnya itu membuat hambatan-hambatan yang bisa mencegah pelaku usaha baru tersebut masuk ke pasar yang sama, seperti melakukan praktek pemboikotan ataupun melakukan praktek predatory pricing.

Contoh kasus pemboikotan yang sering terjadi di daerah-daerah adalah pada sektor tranportasi umum. Tidak segan-segan para pemilik transportasi umum melakukan mogok massal dalam rangka menolak penambahan / pemberian izin baru bagi armada angkutan umum baru yang melayani rute yang sama.

Sejak diberlakukannya UU No.5/1999 belum ada penelitian yang dilakukan untuk melihat seberapa besar dampak atau pengaruh atas pemberlakuan UU No.5/1999 terhadap praktek bisnis yang terjadi di daerah. Apakah UU No.5/1999 memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap praktek bisnis yang terjadi di daerah ataukah hanya sekedar “angin” lalu saja. Dan memang perlu dipahami bahwa untuk mengubah suatu kebiasan akan perilaku usaha yang sudah terjadi sekian puluh tahun bukanlah perkara yang mudah, apalagi penerapan rezim hukum persaingan usaha melalui UU No. 5 / 1999 tersebut baru “seumur jagung”.

40

4. Kebijakan Persaingan Usaha di Daerah

Pada hampir setiap sistem perekonomian, baik sistem yang berbau kapitalisme maupun sosialisme, pemerintah selalu memainkan peranan yang sangat penting.32 Dalam sebuah perekonomian yang modern, peran pemerintah dapat diklasifikasikan menjadi tiga katagori, yaitu:

a. Peran alokasi, yang maksudnya adalah pemerintah memiliki peran dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang tidak dapat disediakan melalui sistem pasar yang disebut sebagai barang publik, karena tidak ada pihak (non pemerintah) yang mau menyediakannya atau dapat juga dikatakan sistem pasar gagal (market failure) mengakomondasikannya (market mechanism). Dan juga diharapkan dalam mengusahakannya oleh pemerintah agar alokasinya dilakukan secara efesien;

b. Peranan distribusi, maksudnya pemerintah sebagai alat pendistribusian pendapatan melalui instrumen yang dimilikinya;

c. Peranan stabilisator, maksudnya pemerintah mempunyai peranan sebagai stabilisator perekonomian.33

Untuk melaksanakan peranannya tersebut, pemerintah memiliki kewenangan tertentu untuk mengatur dan mengarahkan kegiatan perekonomian sehingga dapat mendukung pelaksanaannya secara efektif, yaitu melalui pembuatan suatu kebijakan ekonomi. Namun

32

? A. Tony Prasentiantono, ed., Kebijakan Ekonomi Publik di Indonesia: Substansi dan Urgensi: Kumpulan Tulisan DR. Guritno Mangkoesoebroto, cet.1. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), hal.3. lihat juga Edy Suandi Hamid dan M.B. Hendrie Anto, Ekonomi Indonesia: Memasuki Milenium III, cet.1. (Yogyakarta: UII Press, 2000), hal.91.

33 Prasetiantono, ed., op.cit., hal.5-10.

41

demikian, peran pemerintah dalam perekonomian harus pula didasarkan pada prinsis-prinsip yang jelas seperti:

a. Pemerintah harus berusaha untuk mencegah terjadinya monopoli usaha atau praktek-praktek kolusi di antara pengusaha oligopolis, yang dapat merugikan masyarakat;

b. Pemerintah harus mengatur dengan tegas masalah eksternalitas negatif yang dilakukan oleh sektor industri, yang dapat mengakibatkan alokasi yang salah (missed allocation) sumber-sumber ekonomi;

c. Pemerintah menguasai dan menjalankan cabang usaha yang menguasai hajat hidup orang banyak, dengan cara memanfaatkan BUMN sebaik-baiknya, agar dapat mengalokasikan sumber-sumber ekonomi seefesien mungkin;

d. Pemerintah harus selalu melakukan koreksi terhadap perilaku masyarakat (pengusaha dan konsumen), yang mempengaruhi pencapaian sasaran yang telah di tetapkan.34

Dalam pembuatan kebijakan ekonomi, pemerintah seyogyanya mendorong iklim berusaha yang sehat, efesien, dan kompetitif sehingga tercipta kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi di dalam proses produksi, pemasaran barang dan jasa. Namun yang terjadi terkadang justru sebaliknya, pemerintah malahan mendorong terjadinya iklim usaha yang tidak sehat, tidak efesian dan tidak kompetitif, melalui kebijakan ekonomi yang hanya menguntungkan orang dan kelompok tertentu saja.

Kebijakan pemerintah yang kurang tepat tersebut, mengakibatkan pasar menjadi terdistorsi. Terdistorsinya pasar mengakibatkan harga

34

? Ibid., hal.39.

42

yang terbentuk di pasar tidak lagi merefleksikan hukum permintaan dan hukum penawaran yang riil. Kemudian, proses pembentukan harga dilakukan secara sepihak (misalkan oleh produsen) tanpa memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan kepada konsumen. Beberapa fakta di lapangan menunjukan pemerintah memainkan peran cukup dominan dalam tindakan yang mendorong praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, seperti:

a. Penunjukan perusahaan swasta sebagai produsen dan importir tunggal untuk mengolah biji gandum menjadi tepung terigu dang mengijinkan perusahaan tersebut untuk masuk pada industri hilir, contohnya adalah penunjukan PT Bogasari oleh BULOG beberapa waktu lalu;

b. Pemerintah tampaknya tidak hanya mengijinkan tapi tampaknya juga mendorong berkembangnya asosiasi-asosiasi produsen yang berfungsi sebagai kartel diam-diam yang mampu mendikteken harga barang dan jumlah pasokan barang di pasar, contohnya adalah ORGANDA (Organisasi Angkutan Darat), Asosiasi Produsen Semen, Apkindo (Asosiasi Panel Kayu Indonesia), APKI (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia).

c. Pemerintah dengan sengaja tidak memberikan pengawasan khusus kepada satu perusahaan menguasai pangsa pasar di atas 50 % atas suatu produk tertentu, contohnya adalah PT Indofood yang menguasai pangsa pasar mie instant di Indonesia dan penyelenggaraan jasa akses internet “Telkomnet Instan” milik PT TELKOM.

d. Pemerintah telah dengan sengaja membuat entry barrier bagi pemain baru di bidang industri tertentu, contohnya adalah kebijakan Mobil Nasional dan Kebijakan Penyelenggaraan Jasa

43

Internet Teleponi untuk Keperluan Publik/ Voice over Protocol Internet (VoIP)).

e. Pemerintah memberikan perlindungan kepada industri hulu yang memproduksi barang tertentu dengan cara menaikan bea masuk barang yang sama yang di impor dari luar negeri, contohnya dalah proteksi terhadap PT Chandra Asri.

Selama pemerintahan Orde Baru, kedudukan monopoli yang banyak diperoleh oleh beberapa perusahaan swasta nasional, yang hampir mengusai sebagian besar perekonomian nasional, tidak terjadi melalui suatu proses yang alamiah yang pro persaingan, seperti malakukan inovasi dan pengembangan teknologi yang sangat berguna bagi peningkatan kinerja perusahaan, melainkan bersumber dari fasilitas-fasilitas istimewa yang diberikan pemerintah kepada mereka.

Perkembangan dunia usaha swasta dalam kenyataannya secara umum merupakan perwujudan dari kondisi dan hasil dari kebijakan persaingan usaha yang tidak sehat (anti persaingan). Kedudukan monopoli lahir karena fasilitas yang diberikan pemerintah (seperti melalui tata niaga) serta ditempuh melalui praktek bisnis yang tidak sehat (unfair business practices) seperti persekongkolan untuk menetapkan harga (price fixing) melalui kartel, menetapkan mekanisme yang menghalangi terbentuknya kompetisi, menciptakan barrier to entry, dan terbentuknya integrasi vertikal dan tindakan restriksi lainnya. Kondisi seperti ini lah yang ditengarai sebagai salah satu penyebab dan faktor yang mengakibatkan terbentuknya fundamental ekonomi Indonesia begitu rapuh, dan tidak memiliki daya saing sehingga dengan mudah masuk kepada periode krisis ekonomi yang berkepanjangan.

44

Kondisi praktek kebijakan persaingan usaha di daerah sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kondisi yang terjadi secara nasional yang mungkin berbeda, hanyalah dari aspek ruang lingkup atau skala kapitalisasinya saja. Bahkan dikhawatirkan, seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah, praktek kebijakan anti persaingan juga mengalami proses “desentralisasi”. Yang dulunya beberapa kebijakan anti persaingan (yang signifikan) hanya dapat dilakukan oleh pemerintah pusat, kini “kesempatan” atau “kewenangan” untuk itu telah diperoleh oleh pemerintah daerah. Jika ini terjadi justru akan terjadi peningkatan praktek dan kebijakan anti persaingan di daerah-daerah. Banyak dalih yang mungkin dijadikan kedok untuk kebijakan anti-persaingan tersebut misalkan demi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), demi peningkatan kapasitas kemampuan usaha pengusaha lokal (putra daerah), dan lain-lain.

Namun begitu tidak tertutup kemungkinan, bahwa ketiadaan perkembangan yang positif dari lingkungan persaingan usaha di daerah bisa pula disebabkan kurangnya sosialisasi akan adanya rezim persaingan usaha sehat termasuk UU No.5/1999 sebagai aturan hukum barunya di daerah, sehingga stakeholders persaingan usaha di daerah kurang memahami hakekat dari pemberlakuan rezim persaingan usaha sehat tersebut.

Dari informasi yang terekam di beberapa media massa daerah, memang terlihat adanya kesamaan pola praktek usaha dan kebijakan anti persaingan yang terjadi di daerah dengan yang terjadi di pusat. Pemerintah daerah ternyata juga memainkan peran cukup dominan dalam tindakan yang mendorong terjadinya praktek usaha anti persaingan pada umumnya, seperti penunjukan perusahaan tertentu

45

oleh pemerintah daerah atau dinas-dinas yang ada daerah untuk proyek pemborongan suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang, atau untuk menyediakan jasa tertentu di daerah,35 entry barrier, dan tata niaga.

Beberapa contoh kebijakan pemerintah daerah yang bersifat anti persaingan, misalkan adalah: tata niaga hasil produksi rakyat melalui Koperasi Unit Desa di Nusa Tenggara Timur yang memberikan hak monopsoni kepada KUD untuk membeli hasil produksi rakyat; tata niaga jeruk di Kalimantan Barat yang memberikan hak monopsoni kepada Puskud dan kelompok Humpus yang selanjutnya di teruskan PT Bima Citra Mandiri; kemitraan yang mewajibkan petani kapas di Bulukumba, Kabupaten Bone menjual hasil produksinya ke PT Kapas Garuda Putih; kewajiban menanam tebu di kabupaten Klaten dan Malang dan menjualnya ke Pabrik Gula.36

Adanya kebijakan-kebijakan (aturan-aturan) harus segera diakhiri secara jelas dengan pembatalan keberlakuan peraturan tersebut karena bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 dan jika mungkin menghukum pihak-pihak yang diduga terkolusif di dalam proses lahirnya kebijakan-kebiajakan tersebut..

Peran pemerintah dalam konteks kebijakan anti persaingan usaha ternyata tidak selamanya bersifat menimbulkan perilaku usaha anti persaingan seperti di atas, tetapi sering pula lebih mengarah kepada terciptanya hambatan terhadap berjalannya mekanisme pasar secara normal yang kemudian mendorong terjadinya disinsentif bagi

35

? Lihat harian Surabaya Post tanggal 30 April 2002 dengan judul berita “LPJ Bupati Probolinggo ‘Dihujani’ Catatan” yang isi beritanya mengenai disorotinya sejumlah proyek bermasalah di Kabupaten Probolinggo yang dikerjakan tanpa melalui proses tender.

36

? Ibid., hal.339-340.

46

perekonomian. Dalam konteks daerah, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah bisa jadi tidak menciptakan perilaku anti persaingan, tetapi mungkin hanya menghambat iklim persaingan.37

Terhambatnya atau tidak berjalannya iklim persaingan di daerah, dapat menghilangkan daya tarik daerah tersebut bagi insvestor baik dari dalam maupun dari luar negeri, untuk menanamkan modal di daerah tersebut.

Hambatan-hambatan seperti itu misalnya pungutan-pungutan yang banyak terjadi di daerah yang dilakukan oleh instansi pemerintah maupun diluar instansi pemerintah. Contoh pungutan misalnya: pengenaan 24 jenis pajak dan retribusi terhadap hewan ternak di Lombok, penarikan restribusi oleh asosiasi pada perdagangan ikan di Bengkalis, pungli pada pengiriman sayur mayur di sepanjang jalan Sukabumi ke Jakarta.38 Pungutan-pungutan ini membuat harga lebih mahal dan terkesan ada diskriminasi harga atau monopoli. Tapi, kemungkinan besar penyebab harga lebih mahal karena banyaknya pungutan tersebut bukan perilaku anti persaingan.

Begitu pula dengan kebijakan kuota perdagangan atau pengaturan pola tanam mengakibatkan sistem insentif berdasarkan mekanisme pasar tidak berjalan. Seharusnya jika satu komoditi mengalami kenaikan harga maka ini adalah signal insentif bagi produsen untuk memproduksi lebih banyak. Namun, karena ada keharusan memproduksi sesuai peraturan yang dikeluarkan sistem insentif mekanisme pasar tidak berjalan. Contoh kebijakan ini adalah pembatasan pengembangan sapi ternak selain sapi Bali di Pulau Sumbawa, pembatasan pengaturan pola tanam padi yang masih

37 Faisal Basri, Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Ekonomi Indonesia (Jakarta: Erlangga, 2002), hal.339.

38

? Syaikhu Usman et.al.,Loc.Cit.

47

ditetapkan bupati di banyak daerah.39 Kebijakan ini menghambat berjalannya mekanisme pasar tapi bukan perilaku anti persaingan.

Untuk mendorong agar mekanisme pasar bisa berjalan secara fair maka pembatalan kebijakan dan pencabut peraturan yang mendistorsi pasar tersebut menjadi satu-satunya jalan. Deregulasi dan liberalisasi perdagangan perlu secepatnya dilakukan dan terlebih penting lagi mengawasi peraturan daerah yang diterbitkan Pemda Dati I atau II yang kemungkinan dikeluarkan karena kepanikan untuk menambah PAD. Deregulasi dan liberalisasi perdagangan di dan antar daerah sangat penting karena secara langsung berkaitan dengan upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat daerah.

KPPU sebagai lembaga yang bertugas mengawasi jalannya persaingan usaha juga bertugas mengawasi perilaku anti persaingan di daerah-daerah. Selain itu, juga mengawasi kebijakan/peraturan pemerintah pusat atau daerah yang memberikan peluang kepada pelaku usaha untuk melakukan tindakan anti persaingan. Dan untuk menjadi perhatian kalangan khususnya di daerah adalah bahwa dengan diberlakukannya UU No.5/1999, daerah pun turut berkewajiban untuk melaksanakan UU No.5/1999 dan menciptakan iklim usaha yang sehat, efektif dan efesien, serta memberikan kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa.

39 Ibid.

48

B. Tujuan Pembentukan

Dengan pemberlakuan UU No.5/1999, sebenarnya membawa konsekwensi UU tersebut harus dapat dilaksanakan dan ditegakkan di seluruh wilayah hukum Republik Indonesia secara konsisten dan bertanggung jawab. Namun untuk mewujudkan keinginan itu bukanlah suatu perkara yang mudah, terutama bagi KPPU sebagai salah satu institusi yang ditugaskan oleh UU No.5/1999 untuk mengawasi pelaksanaan dan juga menegakan UU No.5/1999 itu sendiri, terlebih apabila memperhatikan luasnya wilayah hukum Republik Indonesia yang terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.40

Salah satu kunci eksistensi KPPU sebagai penegak UU No.5/1999 adalah aksesibilitas publik terhadap pelayanan yang diberikan oleh KPPU. Dalam tingkat praktis aksesibilitas berarti kedekatan institusi penegak hukum dengan mereka yang ingin mendapatkan pelayanan dari penegak hukumnya. Bila memperhatikan kondisi yang ada sekarang, dimana KPPU berkedudukan di Ibu Kota Jakarta, sangat sulit bagi masyarakat yang berkedudukan jauh dari Jakarta (seperti di daerah Riau misalnya) jika ingin melaporkan adanya dugaan pelanggaran UU No.5/1999 yang terjadi di wilayah mereka kepada KPPU, sehingga kadangkala mereka terpaksa harus datang sendiri ke Jakarta untuk melaporkan dugaan pelanggaran yang terjadi, yang sudah barang tentu hal itu akan memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Dan belum lagi proses pemeriksaan perkara yang tidak mudah, karena berkaitan dengan masalah pembuktian, terkadang membuat masyarakat yang melapor harus “bolak-balik” ke KPPU

40 http://www.indonesia.go.id/home_01.html

49

untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan oleh KPPU guna keperluan dalam proses pemeriksaan perkara. Namun sesungguhnya kesulitan yang dialami oleh masyarakat juga di alami oleh KPPU, terutama ketika KPPU harus menindak lanjuti laporan dari masyarakat mengenai dugaan pelanggaran UU No.5/1999 yang tempat kejadian perkaranya letaknya cukup jauh dari Jakarta. Hal tersebut yang terkadang harus memaksa KPPU untuk menugasi staff-staff sekretariatnya (investigator) untuk datang sendiri ke daerah dalam rangka mengumpulkan bukti-bukti tambahan untuk melengkapi laporan yang telah masuk sebelumnya termasuk kemudian meminta keterangan dari instansi-instansi pemerintah daerah, dan hal itu biasanya tidak cukup hanya dengan sekali kunjungan saja untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam proses pemeriksanaan perkara.

Belum lagi dengan dibatasinya jangka waktu yang diberikan UU No.5/1999 kepada KPPU untuk melakukan pemeriksaan terhadap suatu perkara dugaan pelanggaran UU No .5/1999, menuntut KPPU untuk bekerja ekstra cepat tanpa harus mengurangi kualitas pemeriksaan perkara, dan kemudian pemeriksanaan perkara dapat diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan UU, tanpa harus memandang daerah asal perkaranya.

Di samping itu, rupanya seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah, praktek kebijakan usaha yang anti persaingan juga mulai mengalami proses desentralisasi, dimana sebelumnya kebijakan yang anti persaingan biasanya lebih dominan dilakukan oleh Pemerintah Pusat, kini “kesempatan” atau bahkan “kewenangan” untuk itu telah perlahan-lahan beralih ke Pemerintah Daerah (Pemda). Dengan

50

“kedok” demi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pemda tidak segan-segan mengeluarkan peraturan yang bertentangan dengan UU No.5/1999. Sehingga terhadap fenomena ini, KPPU diminta untuk tidak tinggal diam dan segera mengambil tindakan.

Sejauh ini, terkesan KPPU masih bersikap pasif dalam menghadapi fenomena di atas, dimana KPPU masih menunggu laporan yang masuk dari masyarakat, padahal diharapkan KPPU harus lebih proaktif dalam menegakan UU No.5/1999 di seluruh wilayah hukum Republik Indonesia tanpa harus menunggu adanya laporan yang masuk dari masyarakat.

Kedudukan KPPU yang berada di Ibu Kota Jakarta dirasakan masih belum cukup efektif, apabila harus mengawasi pelaksanaan UU No.5/1999 di seluruh wilayah Hukum Republik Indonesia, dimana sampai dengan Bulan Februari 2001 menurut data dari Direktorat Pengembagan Daerah dan Perbatasan Ditjen Pumda Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah terdiri dari 32 Propinsi dan 341 Kabupaten/Kota. (lihat Bagan di bawah).

51

Sumber: Direktorat Pengembangan Daerah dan Perbatasan DITJEN PUMDA Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah

Dengan memperhatikan kondisi-kondisi yang telah disebutkan sebelumnya, dirasakan perlu adanya suatu institusi atau lembaga yang dapat mendukung KPPU dalam mengawasi dan melaksanakan penegakan UU No.5/1999 di seluruh wilayah hukum Republik Indonesia. Sejauh ini, KPPU dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dalam menegakan UU No.5/1999 dibantu oleh Sekretariat, namun dukungan yang diberikan oleh sekretariat yang ada sekarang dirasakan masih belum cukup untuk dapat membantu

52

KPPU dalam mengawasi pelaksanaan dan penegakan UU No.5/1999 di seluruh wilayah hukum Republik Indonesia yang begitu luas ini.

C. Dasar HukumBerdasarkan kajian terhadap peraturan perundangan yang berlaku, yang paling mungkin untuk dilakukan guna mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenang KPPU dalam mengawasi pelaksanaan dan penegakan UU No.5/1999 diseluruh wilayah hukum RI adalah salah satunya dengan membentuk kantor perwakilan KPPU di setiap ibu kota propinsi. Dasar hukum dari pembentukan kantor perwakilan tersebut bersumber dari Keputusan Presiden No.75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha, dimana pada Pasal 3 ayat (2)-nya disebutkan bahwa: “Apabila diperlukan, Komisi dapat membuka kantor perwakilan di kota propinsi.”41

Kata “apabila diperlukan” yang terdapat pada Pasal 3 ayat (2) Keppres No.75 Tahun 1999 dapat diartikan bahwa pembentukan Kantor Perwakilan Daerah itu sendiri bersifat fakultatif atau bukan merupakan suatu keharusan, dalam artian pembentukan dari kantor perwakilan daerah sepenuhnya diserahkan kepada KPPU, apakah KPPU dalam menjalankan tugas dan wewenangnya tersebut membutuhkan Kantor Perwakilan di Daerah ataukah tidak.

Dan apabila KPPU dalam menjalankan tugas dan wewenangnya tersebut memandang perlu adanya dukungan teknis dan administratif dari Kantor Perwakilan Daerah KPPU, maka Keppres No.75 Tahun 1999 dapat dijadikan sebagai landasan hukum bagi KPPU untuk membentuk Kantor Perwakilan KPPU di Daerah. Meskipun

41 Kepres 75 tahun 1999 pasal 3 ayat 2

53

dasar dari pembentukan Kantor Perwakilan Daerah bukanlah berasal dari Undang-undang, namun sepanjang ketentuan hukum tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi lainnya,42 maka dapat dianggap pembentukan kantor perwakilan daerah sah menurut hukum. Lebih lagi Keppres No.75 Tahun 1999 merupakan bagian dari pengaturan pelaksanaan administrasi negara dimana hal tersebut sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pasal 3 ayat (6) Tap MPR No. III Tahun 2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan.43

Dan lebih lanjut, adanya ketentuan yang menyebutkan “KPPU dapat membuka kantor perwakilan di kota propinsi” di dalam Keppres No.75 Tahun 1999, dapat diartikan juga bahwa tidak di semua kota dapat dibentuk kantor perwakilan KPPU, tetapi hanya kota-kota yang dikatagorikan sebagai kota atau ibu kota propinsi saja yang dimungkinkan untuk dibentuk kantor perwakilan daerah KPPU. Jadi seandainya KPPU ingin membentuk kantor perwakilan di Propinsi Jawa Timur, maka KPPU hanya dimungkinkan untuk membentuk Kantor Perwakilannya di Kota Surabaya, hal itu dikarenakan Kota Surabaya merupakan Ibu Kota Propinsi Jawa Timur.

Kemudian memperhatikan perkembangannya, dimana semakin banyaknya laporan yang masuk mengenai dugaan pelanggaran terhadap UU No.5/1999 dari berbagai daerah (seperti yang terlihat pada tabel di bawah), serta banyaknya kesulitan dan hambatan yang dialami oleh KPPU maupun dari para pihak yang terlibat dalam proses penanganan perkara dugaan pelanggaran terhadap UU No.5/1999 khususnya yang terjadi di daerah-daerah, maka sudah seharusnya sesegera mungkin KPPU membentuk Kantor Perwakilan

42 Pasal 4 Tap MPR No.III Tahun 2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan43 lihatPasal 3 ayat 6 Tap MPR No.III Tahun 2000

54

Daerah yang diharapkan nantinya dapat membantu meringankan tugas KPPU dalam menangani perkara persaingan usaha yang ada di daerah, dan disamping itu juga diharapkan dapat mempermudah para pihak yang terlibat dalam perkara persaingan usaha untuk mengikuti proses pemeriksaan perkara tidak jauh dari tempat mereka berada.

No. Daerah Jumlah Laporan

1. Jawa Barat, terdiri dari:

a. Sukabumi b. Indramayu c. Cirebon d. Bogor e. Cianjur f. Cisaat

9 Laporan

2. Jawa Timur, terdiri dari:

a. Gresikb. Surabayac. Tuban

6 Laporan

3. Jawa Tengah 3 Laporan

4. Batam 1 Laporan

5. Medan 3 Laporan

6. Kalimantan Barat 1 Laporan

7. Balongan 1 Laporan

8. Bangka 1 Laporan

9. Riau 8 Laporan

10. Dumai 4 Laporan

11. KalimantanSelatan (Pelaihari) 2 Laporan

12. Simalungun 1 Laporan

Sumber: Kasubdit Penanganan Pelaporan Sekretariat KPPU

55

Sedangkan pengaturan mengenai persyaratan dan tata kerja dari Kantor Perwakilan Daerah KPPU, merujuk kepada Pasal 3 ayat (3) Keppres No.75 Tahun 1999, diserahkan kepada KPPU untuk mengaturnya lebih lanjut.44 Jadi dengan kata lain KPPU-lah yang berwenang untuk menjabarkan mengenai tujuan, tugas dan fungsi, susunan organisasi, pengangkatan dan pemberhentian pegawai, serta tata kerja Kantor Perwakilan Daerah tersebut lebih lanjut nantinya, dan itupun selama tidak bertentangan dengan yang telah diatur oleh Undang-undang No.5/1999 dan peraturan perundangan lainnya .

Menindak lanjuti ketentuan tersebut di atas, kemudian KPPU mengeluarkan Keputusan KPPU No.41/Kep/KPPU/VI/2003 tentang Sekretariat KPPU yang di dalamnya telah menyinggung sedikit mengenai Kantor Perwakilan Derah, yang mana disebutkan bahwa Kantor Perwakilan Daerah nantinya merupakan Kantor Perwakilan Sekretariat KPPU yang menjalankan tugas pokok dan fungsi administrasi Sekretariat KPPU di daerah, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Eksekutif.45

Sedangkan Direktur Eksekutif yang dimaksud disini adalah Kepala Sekretariat KPPU.

Jadi KPPU melalui keputusan No.41/Kep/KPPU/VI/2003 tentang Sekretariat KPPU, telah menentukan bahwa tugas pokok dan fungsi yang menjadi landasan dan pijakan selanjutnya bagi pembentukan Kantor Perwakilan Daerah KPPU nantinya sebatas sebagai perwakilan Sekretariat KPPU yang menjalankan tugas pokok dan fungsi administrasi Sekretariat KPPU di daerah.

44 kepres 75 tahun 1999 pasal 3 ayat 3

45

? keputusan KPPU No.41 tahun 2003

56

Mengenai pembentukan Kantor Perwakilan Daerah KPPU dan kemudian Kantor Perwakilan Daerah tersebut nantinya akan berfungsi sebagai Kantor Perwakilan Sekretariat KPPU di daerah mendapatkan tanggapan yang beragam dari peserta diskusi (focus group discussion)/FGD yang diselenggarakan oleh Lembaga Kajian Persaingan dan Kebijakan Usaha Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang bekerja sama dengan KPPU di kota Surabaya, Makasar dan Medan. Sebagian besar peserta merespon secara positif dan menyambut baik keinginan KPPU untuk membentuk Kantor Perwakilan di daerah, namun kemudian mereka sangat menyayangkan bahwa Kantor Perwakilan Daerah tersebut nantinya hanya berfungsi sebagai perwakilan sekretariat KPPU di daerah. Mereka berpendapat apabila nantinya Kantor Perwakilan Daerah KPPU hanya berfungsi sebagai Kantor Perwakilan Sekretariat KPPU di daerah maka manfaatnya akan kurang begitu berarti dalam menangani perkara persaingan usaha yang terjadi di wilayah mereka. Bahkan mungkin menurut mereka justru akan memperpanjang rantai birokrasi dalam penanganan perkara persaingan usaha saja.

Mereka menginkan ketika mereka berurusan dengan kantor perwakilan daerah KPPU, Kantor Perwakilan Daerah KPPU bisa memberikan putusan secara final terhadap perkara yang mereka hadapi. Sehingga tidak perlu KPPU di Jakarta harus menangani perkaranya lagi, cukup hanya KPPU di daerah saja yang menangani perkara tersebut. dan menurut mereka justru apabila hal itu bisa terjadi maka KPPU di Jakarta tidak akan mengalami penumpukan perkara, seperti yang di alami oleh Mahkammah Agung.

57

Dan diskusipun sempat mulai mengarah kepada ide pembentukan KPPU daerah yang mempunyai otonomi untuk menangani perkara sendiri, namun setelah dijelaskan secara panjang lebar dari segi hukum bahwa kemungkinan untuk membentuk KPPU daerah yang akan menangani perkara persaingan usaha di daerah mereka sendiri sangat kecil kemungkinannya, selama UU No.5/1999 dan Keputusan Presiden No.75 Tahun 1999 tentang KPPU masih diberlakukan. Walaupun sempat terlintas dari beberapa peserta untuk membentuk KPPU daerah melalui Peraturan Daerah, tetapi ketika dijelaskan bahwa PERDA yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi dan dapat berakibat kepada pembatalan PERDA tersebut akhirnya mereka dapat menerima, dan kemudian mereka mengharapkan dari diskusi ini nantinya keinginan mereka dapat disampaikan kepada KPPU agar dimasa depan UU No.5/1999 dapat diamandemen dan selanjutnya dalam ketentuan yang baru dapat mengakomodir ide pembentukan KPPU di daerah, dan kemudian akhirnya peserta diskusi kembali kepada pembahasan pembentukan kantor perwakilan daerah KPPU.

Dan akhirnya setelah peserta diskusi dapat memaklumi kondisi yang ada, mereka dapat menerima bahwa untuk saat ini yang dapat dilakukan oleh daerah adalah untuk membantu KPPU dalam pelaksanaan teknis operasional dan administratif pelaksanaan tugas dan wewenang KPPU di daerah.

D. Tugas dan Wewenang Oleh karena tujuan dari pembentukan Kantor Perwakilan Daerah KPPU adalah sebagai Kantor Perwakilan Sekretariat KPPU di daerah, maka tugas pokok yang dimiliki oleh Kantor Perwakilan Daerahpun

58

seharusnya tidak jauh berbeda dengan tugas pokok yang dimiliki oleh Sekretariat KPPU, yaitu sebagai pendukung teknis operasional dan administratif pelaksanaan tugas dan wewenang KPPU, namun dalam hal ini Kantor Perwakilan Daerah KPPU akan lebih berkonsentrasi dalam mendukung teknis operasional dan pelaksanaan tugas dan wewenang KPPU di daerah dimana Kantor Perwakilan Daerah tersebut dibentuk atau berada.

Meskipun Kantor Perwakilan Daerah KPPU merupakan Kantor Perwakilan Sekretariat KPPU di daerah, namun tidaklah semua tugas yang dimiliki oleh Sekretariat KPPU juga dimiliki oleh Kantor Perwakilan Daerah KPPU, seperti tugas untuk menyiapkan dan melaksanakan kegiatan ketatausahaan, kerumahtanggaan, keprotokolan, urusan perjalanan dinas, keamanan, pemeliharaan dan pengelolaan perangkat keras sistem informasi internal serta perlengkapan dan peralatan kantor KPPU, dikarenakan persidangan KPPU tidak diselenggarakan di Kantor Perwakilan Daerah.

Di samping itu, dalam hal penentuan tugas-tugas yang akan didelegasikan kepada Kantor Perwakilan daerah juga harus memperhatikan kepada struktur dari Kantor Perwakilan daerah itu sendiri nantinya, sehingga jangan sampai Kantor Perwakilan Daerah diserahkan tugas yang terlalu banyak tetapi struktur dari Kantor Perwakilan daerah yang akan dibentuk tidak dapat mendukung pelaksanaan tugas dan wewenang secara baik, jadi dengan kata lain tugas yang akan diberikan harus disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh Kantor Perwakilan Daerah itu sendiri.

59

Di antara sekian banyak tugas yang dimiliki oleh Sekretariat KPPU terdapat beberapa tugas yang mungkin dapat didelegasikan kepada Kantor Perwakilan Daerah KPPU, antara lain:1) Membantu KPPU dalam menerima laporan dari masyarakat

mengenai adanya dugaan pelanggaran UU No.5/1999 di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada;

2) Menyusun rekomendasi tentang lengkap tidaknya serta jelas tidaknya suatu laporan dugaan pelanggaran terhadap UU No.5/1999 yang diadukan oleh masyarakat di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada;

3) Membantu KPPU dalam mengawasi perilaku pelaku usaha terutama yang diduga menyimpang dari UU No.5/1999 di wilayah ruang lingkup kerja kantor perwakilan KPPU berada;

4) Membantu KPPU dalam melakukan penyelidikan untuk mendapatkan bukti yang berkaitan dengan adanya dugaan pelanggaran terhadap UU No.5/1999 sesuai perintah Tim Pemeriksa dan atau Majelis KPPU di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada;

5) Membantu KPPU dalam mengawasi pelaksanaan putusan KPPU di wilayah ruang lingkup kantor perwakilan KPPU berada;

6) Melakukan upaya dan tindakan hukum terhadap pelaku usaha yang mengajukan keberatan terhadap putusan Majelis KPPU atas suatu perkara pelanggaran terhadap UU No.5/1999 di wilayah ruang lingkup kerja kantor perwakilan KPPU berada;

7) Melakukan kajian industri dan regulasi yang berkaitan dengan persaingan usaha di semua bidang di wilayah ruang lingkup kerja kantor perwakilan KPPU berada;

8) Menyiapkan dan merumuskan hasil kajian industri maupun regulasi yang berkaitan dengan persaingan usaha di semua

60

bidang, saran dan kebijakan KPPU untuk disampaikan kepada Pemerintah Daerah dan lembaga terkait lainnya;

9) Menyiapkan dan melaksanakan kajian serta perumusan rekomendasi kebijakan atas regulasi dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan persaingan usaha di semua bidang di wilayah ruang lingkup kerja kantor perwakilan KPPU berada;

10) Menyiapkan dan melaksanakan pemberian pemahaman serta pelayanan hukum kepada masyarakat, lembaga pemerintah, lembaga non pemerintahan di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada;

11) Menyiapkan dan melaksanakan kerjasama serta mengevaluasi hubungan kerjasama timbal balik antar lembaga guna meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menegakan UU No.5/1999 di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada;

12) Mengumpulkan, mengolah, mengemas, menyiapkan dan menyampaikan informasi untuk keperluan publikasi yang berkaitan dengan hasil pelaksanaan tugas dan wewenang KPPU di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada.

Seandainya ke-12 tugas yang didelegasikan di atas dapat dilaksanakan atau dikerjakan oleh Kantor Perwakilan Daerah KPPU, sudah barang tentu keberadaan dari Kantor Perwakilan Daerah sangat membantu meringankan tugas KPPU dalam mengawasi dan menegakan UU No.5/1999 diseluruh wilayah hukum RI.

Namun seandainya dalam kenyataannya ke-12 tugas di atas di anggap terlalu berat bagi sebuah Kantor Perwakilan Daerah yang baru terbentuk, mungkin untuk sementara waktu Kantor Perwakilan

61

Daerah terlebih dahulu dapat mengkonsentrasikan diri untuk mengerjakan sebagian dari ke-12 tugas di atas. Sehingga jangan sampai terjadi, karena terlalu banyak dibebani pekerjaan, justru akan membuat Kantor Perwakilan daerah tidak dapat bekerja secara baik.

Dari ke-12 tugas di atas, mungkin untuk tahap pertama yang menjadi prioritas dan dituntut untuk segera dikerjakan oleh Kantor Perwakilan Daerah KPPU, adalah:1. Membantu KPPU dalam menerima laporan dari masyarakat

mengenai adanya dugaan pelanggaran UU No.5/1999 di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada;

2. Membantu KPPU dalam mengawasi perilaku pelaku usaha terutama yang diduga menyimpang dari UU No.5/1999 di wilayah ruang lingkup kerja kantor perwakilan KPPU berada;

3. Membantu KPPU dalam melakukan penyelidikan untuk mendapatkan bukti yang berkaitan dengan adanya dugaan pelanggaran terhadap UU No.5/1999 sesuai perintah Tim Pemeriksa dan atau Majelis KPPU di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada;

4. Membantu KPPU dalam mengawasi pelaksanaan putusan KPPU di wilayah ruang lingkup kantor perwakilan KPPU berada;

5. Melakukan upaya dan tindakan hukum terhadap pelaku usaha yang mengajukan keberatan terhadap putusan Majelis KPPU atas suatu perkara pelanggaran terhadap UU No.5/1999 di wilayah ruang lingkup kerja kantor perwakilan KPPU berada;

6. Menyiapkan dan melaksanakan pemberian pemahaman serta pelayanan hukum kepada masyarakat, lembaga pemerintah, lembaga non pemerintahan di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada;

62

7. Mengumpulkan, mengolah, mengemas, menyiapkan dan menyampaikan informasi untuk keperluan publikasi yang berkaitan dengan hasil pelaksanaan tugas dan wewenang KPPU di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada

Setelah ke-tujuh tugas di atas dapat dikerjakan dengan baik, untuk tahap kedua maka tugas Kantor Perwakilan Daerah KPPU bisa ditambahkan lagi dengan sisa dari ke-12 tugas yang belum diberikan kepada Kantor Perwakilan Daerah KPPU. Seperti:1) Menyusun rekomendasi tentang lengkap tidaknya serta jelas

tidaknya suatu laporan dugaan pelanggaran terhadap UU No.5/1999 yang diadukan oleh masyarakat di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada;

2) Melakukan kajian industri dan regulasi yang berkaitan dengan persaingan usaha di wilayah ruang lingkup kerja kantor perwakilan KPPU berada;

3) Menyiapkan dan merumuskan hasil kajian industri maupun regulasi yang berkaitan dengan persaingan usaha di semua bidang, saran dan kebijakan KPPU untuk disampaikan kepada Pemerintah Daerah dan lembaga terkait lainnya;

4) Menyiapkan dan melaksanakan kajian serta perumusan rekomendasi kebijakan atas regulasi dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan persaingan usaha di semua bidang di wilayah ruang lingkup kerja kantor perwakilan KPPU berada;

5) Menyiapkan dan melaksanakan kerjasama serta mengevaluasi hubungan kerjasama timbal balik antar lembaga guna meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menegakan UU No.5/1999 di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada;

63

Untuk tahapan selanjutnya atau tahap ketiga, setelah Kantor Perwakilan Daerah dapat melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan baik maka untuk tahapan berikutnya Kantor Perwakilan Daerah bisa diberikan tugas-tugas yang sama dengan yang diberikan KPPU kepada Sekretriat KPPU seperti tugas untuk menyiapkan dan melaksanakan kegiatan ketatausahaan, kerumahtanggaan, keprotokolan, urusan perjalanan dinas, keamanan, pemeliharaan dan pengelolaan perangkat keras sistem informasi internal serta perlengkapan dan peralatan kantor KPPU, dikarenakan diharapkan pada masa depan persidangan KPPU dapat diselenggarakan di Kantor Perwakilan Daerah.

Sebagai pendukung teknis operasional dan administratif pelaksanaan tugas dan wewenang KPPU di daerah, Kantor Perwakilan Daerah juga perlu dilengkapi oleh wewenang-wewenang (atau bila dalam Hukum Administrasi Negara disebut sebagai suatu hak untuk menjalankan suatu urusan pemerintahan) tertentu yang dapat dijadikan sebagai landasan hukum bagi Kantor Perwakilan Daerah dalam bertindak.

Selain itu wewenang bisa juga dijadikan sebagai rambu-rambu yang akan mengatur mengenai hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh kantor perwakilan daerah KPPU. Dan apabila kantor perwakilan daerah mengambil suatu tindakan terhadap suatu hal, tetapi terhadap tindakan tersebut kantor perwakilan daerah tidak diberikan kewenangan untuk itu, maka dapat dikatakan tindakan yang diambil oleh kantor perwakilan daerah tersebut cacat hukum. Tetapi seandainya kantor perwakilan daerah mengambil suatu tindakan terhadap suatu hal dan kantor perwakilan

64

mempunyai wewenang atau hak untuk itu maka tindakan yang diambil oleh kantor perwakilan itu sah menurut hukum.

Selanjutnya berdasarkan teori yang terdapat dalam Hukum Administrasi Negara, sumber-sumber memperoleh wewenang terdiri dari tiga cara, yaitu:1. Atribusi yaitu pemberian wewenang yang baru oleh suatu

peraturan perundang-undangan seperti KPPU yang diberikan wewenang oleh UU NO.5/1999 untuk menerima laporan dari masyarakat dan/atau dari pelaku usaha tentang dugaan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat;

2. Delegasi yaitu suatu pelimpahan wewenang yang telah ada yang berasal dari wewenang atribusi, kepada suatu institusi tertentu, tidak secara penuh. Bila tidak ada atribusi wewenang, maka pendelegasian tidak sah (cacat hukum), hal ini dapat dijadikan alasan bagi hakim untuk pencabutan keputusan pendelegasian.

3. Mandat yaitu pemberian tugas antara mandans (pemberi mandat) kepada mandataris (penerima mandat), untuk dan atas nama pemberi mandat melakukan perbuatan keputusan administrasi negara.

Jadi memperhatikan sumber-sumber memperoleh wewenang di atas, Kantor Perwakilan Daerah KPPU dapat memperoleh wewenang jikalau KPPU mau mendelegasikan wewenangan yang dimilikinya kepada Kantor Perwakilan Daerah, karena dalam peraturan perundang yang berlaku yang diberi wewenang oleh peraturan perundangan hanyalah KPPU, sedangkan Kantor Perwakilan Daerah wewenangannya tidak di atur di dalam peraturan perundangan yang berlaku.

65

Wewenang yang dimiliki oleh KPPU berdasarkan Pasal 36 UU No.5/1999 adalah:

1. menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;

2. melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;

3. melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan huruf f, yang tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi;

4. meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini;

5. mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan;

6. memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku usaha lain atau masyarakat;

7. memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;

66

8. menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini.46

Dan seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kantor perwakilan daerah KPPU merupakan Kantor Perwakilan Sekretriat KPPU, maka seharusnya wewenang yang diberikan KPPU kepada Kantor Perwakilan Daerah KPPU tidak jauh berbeda dengan yang diberikan KPPU kepada Sekretariat KPPU. Meskipun wewenang yang dimiliki oleh Kantor Perwakilan Daerah tidak harus sama dengan Sekretariat, tetapi harus diperhatikan bahwa Kantor Perwakilan Daerah memiliki fungsi yang sangat strategis yaitu sebagai akses publik daerah kepada KPPU dan hal itu merupakan salah satu kunci eksistensi dari KPPU di daerah.

Di dalam keputusan KPPU No.41/Kep/KPPU/VI/2003 disebutkan beberapa wewenang yang didelegasikan KPPU kepada Sekretariat KPPU, antara lain:

1) menetapkan kebijakan teknis operasional yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenang KPPU;

2) menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan rencana dan program kerja Sekretariat KPPU;

3) menetapkan kebijakan mengenai pedoman dan tata kerja Sekretariat KPPU;

4) Menetapkan kebijakan pembinaan dan pengelolaan sumber daya manusia di lingkungan Sekretriat KPPU;

5) menetapkan kebijakan teknis operasional pengelolaan keuangan serta sarana dan prasarana yang berlaku di lingkungan Sekretariat KPPU;

46 UU No.5/1999 pasal 36

67

6) Menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran UU No.5/1999 dan mengambil inisiatif untuk memulai melakukan pemeriksaan atas suatu tindakan yang diduga melanggar UU No.5/1999;

7) Menyusun rekomendasi tentang lengkap tidaknya serta jelas tidaknya suatu laporan dugaan pelanggaran terhadap UU No.5/1999 yang dilaporkan masyarakat;

8) Mengambil tindakan hukum dalam rangka mewakili KPPU di depan dan atau berhubungan dengan pengadilan dan atau instansi lain berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenang KPPU;

9) menyusun mekanisme dan prosedur serta jenis bantuan hukum kepada masyarakat dalam rangka pelaksanaan penegakan UU No.5/1999;

10) Meminta data dan informasi sesuai dengan perintah Tim Pemeriksa dan atau Majelis KPPU berkaitan dengan dugaan pelanggaran terhadap UU No.5/1999 kepada pihak-pihak terkait;

11) Menganalisa data dan informasi yang diperintahkan Tim Pemeriksa dan atau Majelis KPPU, dan kemudian menyampaikan hasil analisisnya kepada KPPU;

12) menilai data dan informasi yang di dapat sendiri ataupun diperoleh dari berbagai unit kerja di lingkungan sekretariat KPPU;

13) Menyusun rancangan saran dan pertimbangan kebijakan persaingan ;

14) Menyusun hasil-hasil penyelidikan atau pengkajian untuk disampaikan kepada KPPU, melalui Direktorat Penegakan Hukum Sekretariat KPPU;

68

15) Mengelola alat-alat bukti setiap perkara dugaan pelanggaran terhadap UU No.5/1999;

Dari beberapa wewenang yang diberikan KPPU kepada Sekretariat KPPU di atas, mungkin KPPU juga dapat mendelegasikannya kepada Kantor Perwakilan Daerah, yaitu seperti wewenang:

1. Menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan rencana dan program kerja Kantor Perwakilan Daerah KPPU sesuai arahan Direktur Eksekutif KPPU;

2. Menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran UU No.5/1999 di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada;

3. Menyusun rekomendasi tentang lengkap tidaknya serta jelas tidaknya suatu laporan dugaan pelanggaran terhadap UU No.5/1999 yang dilaporkan masyarakat;

4. Mengambil tindakan hukum dalam rangka mewakili KPPU di depan dan atau berhubungan dengan pengadilan dan atau instansi lain berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenang KPPU;

5. Meminta data dan informasi sesuai dengan perintah Tim Pemeriksa dan atau Majelis KPPU berkaitan dengan dugaan pelanggaran terhadap UU No.5/1999 kepada pihak-pihak terkait;

6. Menganalisa data dan informasi yang diperintahkan Tim Pemeriksa dan atau Majelis KPPU, dan kemudian menyampaikan hasil analisisnya kepada KPPU;

7. Menyusun rancangan saran dan pertimbangan kebijakan persaingan;

69

8. Menyusun hasil-hasil penyelidikan atau pengkajian untuk disampaikan kepada KPPU, melalui Direktorat Penegakan Hukum Sekretariat KPPU;

Dengan didelegasikannya beberapa wewenang di atas kepada kantor perwakilan daerah diharapkan dapat lebih memperlancar tugas Kantor Perwakilan Daerah KPPU, sebagai pendukung teknis operasional dan administratif pelaksanaan tugas dan wewenang KPPU di daerah.

Tetapi seperti juga tugas yang diberikan secara bertahap kepada Kantor Perwakilan Daerah, wewenangpun tidak secara sekaligus diberikan kepada Kantor Perwakilan Daerah, melainkan juga secara bertahap agar wewenang yang diberikan dapat berjalan secara efektif.

Dari delapan wewenang yang dapat didelegasikan kepada Kantor Perwakilan Daerah KPPU, untuk tahap pertama wewenang itu antara lain:

1) Menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan rencana dan program kerja Kantor Perwakilan Daerah KPPU sesuai arahan Direktur Eksekutif KPPU;

2) Menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran UU No.5/1999 di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada;

3) Mengambil tindakan hukum dalam rangka mewakili KPPU di depan dan atau berhubungan dengan pengadilan dan atau instansi lain berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenang KPPU;

70

4) Meminta data dan informasi sesuai dengan perintah Tim Pemeriksa dan atau Majelis KPPU berkaitan dengan dugaan pelanggaran terhadap UU No.5/1999 kepada pihak-pihak terkait.

Sedangkan untuk tahap yang kedua, Kantor Perwakilan Daerah dapat dilimpahi wewenang untuk:1. Menyusun rekomendasi tentang lengkap tidaknya serta jelas

tidaknya suatu laporan dugaan pelanggaran terhadap UU No.5/1999 yang dilaporkan masyarakat;

2. Menganalisa data dan informasi yang diperintahkan Tim Pemeriksa dan atau Majelis KPPU, dan kemudian menyampaikan hasil analisisnya kepada KPPU;

3. Menyusun rancangan saran dan pertimbangan kebijakan persaingan ;

4. Menyusun hasil-hasil penyelidikan atau pengkajian untuk disampaikan kepada KPPU, melalui Direktorat Penegakan Hukum Sekretariat KPPU.

Dan untuk tahap selanjutnya kedepan diharapkan wewenang yang diberikan KPPU kepada Kantor Perwakilan Daerah sama dengan wewenang yang diberikan kepada Sekretariat KPPU.

Mengenai pelimpahan wewenang secara bertahap kepada Kantor Perwakilan Daerah KPPU di atas mengacu kepada pelimpahan tugas secara bertahap pula oleh KPPU. Maksud dan tujuan pelimpahan tugas dan wewenang secara bertahap kepada Kantor Perwakilan daerah adalah:

Pertama : memperhatikan kemampuan dari KPPU dalam membiayai Kantor Perwakilan Daerah nantinya, karena semakin

71

banyak tugas dan wewenang yang diberikan kepada Kantor Perwakilan Daerah KPPU akan berimplikasi kepada struktur dari Kantor Perwakilan Daerah KPPU nantinya sedangkan struktur berpengaruh terhadap SDM yang akan mengisi pos-pos yang ada di dalam struktur tersebut, dan penempatan SDM berpengaruh kepada pembiayaan SDM tersebut juga nantinya.

Kedua : memperhatikan kemampuan dari SDM yang akan mengisi dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepada mereka.

Ketiga : memperhatikan kebutuhannya, dalam artian seandainya kemampuan KPPU sangat terbatas dalam mendukung pembiayaan Kantor Perwakilan Daerah maka diprioritaskan untuk dilakukan oleh Kantor Perwakilan Daerah hanya tugas-tugas tertentu saja terlebih dahulu.

Dan ketika masalah tugas dan wewenang yang akan diberikan kepada Kantor Perwakilan Daerah di bahas pada focus group discussion (FGD), sebagian peserta mengakui bahwa tugas yang kemungkinan dapat diberikan kepada Kantor Perwakilan Daerah bukanlah merupakan tugas yang ringan. Perlu sumber daya yang baik agar tugas yang diberikan kepada Kantor Perwakilan Daerah tersebut dapat terlaksana dengan baik.

Namun ketika dikatakan bahwa untuk sementara wewenang yang akan diberikan hanya menerima laporan dari masyarakat mengenai dugaan terjadinya pelanggaran UU No.5/1999 sebagian besar peserta menyayangkannya. Karena menurut mereka apabila wewenang yang diberikan KPPU kepada Kantor Perwakilan Daerah hanya sebatas menerima laporan mereka berpendapat hal itu

72

tidak akan memberikan pengaruh yang cukup banyak terhadap penangan perkara persaingan usaha di wilayah mereka.

Maka oleh karena itu di dalam kajian ini ditambahkan beberapa wewenang yang mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan KPPU untuk didelegasikan kepada Kantor Perwakilan Daerah sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.

E. Struktur OrganisasiAgar tugas yang diemban oleh suatu organisasi dapat terlaksana dengan baik, perlu didukung oleh struktur organisasi yang baik pula. Struktur organisasi memberikan peranan yang cukup vital bagi pelaksanaan suatu tugas dari suatu organsisasi.

Di dalam teori terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi ketika menyusun struktur organisasi, yaitu:1. Struktur mengikuti strategi. Struktur organisasi harus konsisten

dan menunjang tujuan organisasi dan strategi menunjang tujuan. Berdasarkan hal ini, maka agar dapat merumuskan struktur organisasi Kantor Perwakilan Daerah KPPU dengan baik perlu diketahui terlebih dahulu strategi apa yang diterapkan oleh Kantor Perwakilan Daerah KPPU dalam melaksanakan tugas dan wewenang yang dimilikinya. Dan apabila ternyata Kantor Perwakilan Daerah belum memiliki strategi, maka langkah awal yang harus dilakukan sebelum merumuskan struktur adalah menyusun terlebih dahulu strategi-strategi apa yang akan diterapkan oleh Kantor Perwailan Daerah KPPU dalam mengimplementasikan tugas-tugas yang dimilikinya.

73

2. Struktur harus sesuai dengan teknologi organisasi.

Jadi dapat di artikan bahwa sebelum menyusun struktur organisasi Kantor Perwakilan Daerah, harus sudah diinventarisir teknologi yang sudah dimiliki dan yang akan dikembangkan guna mendukung struktur organisasi dapat berfungsi secara maksimal.

3. Struktur harus sesuai dengan lingkungan eksternal. Kompleksitas, variabilitas dan ketidak pastian lingkungan sangat mempengaruhi organisasi.

Dengan kata lain penyusunan struktur dari organisasi Kantor Perwakilan Daerah harus bisa dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan disekitar yang dengan cepat bisa berubah kapan saja, jadi dalam perumusan struktur perlu dirumuskan sefleksibel mungkin agar dapat dengan mudah beradaptasi apabila dituntut untuk sesegera mungkin melakukan restrukturisasi.

4. Struktur harus mewadahi orang yang berada dalam sistem. Orang berbeda di dalam ketrampilan, kepentingan, kebutuhan dan kepribadiannya. Perbedaan individual ini harus diakomodasikan oleh struktur organisasi agar maksimum dalam menunjang kegiatan individual.

Dengan kata lain apabila hal ini dapat di wujudkan dalam kenyataan pada sutau organisasi, maka harus sudah diketahui terlebih dahulu seberapa besar dan banyak SDM yang akan ditempatkan pada Kantor Perwakilan Daerah KPPU.

5. Struktur harus mengakomodasikan besarnya organisasi. Makin besar organisasi makin kompleks orang-orangnya, teknologinya, serta fungsi dari lingkungannya. Hal ini dapat dikatakan sebagai

74

hal yang cukup penting, karena apabila struktur dari suatu oraganisasi tidak dapat mengakomodir besarnya organisasi maka bisa mengakibatkan organisasi tersebut tidak dapat berfungsi secara maksimal atau bahkan justru dapat mengakibatkan kontraproduktif.

Berdasarkan teori di atas, kantor perwakilan daerah harus memperhatikan besar organisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan di daerah dan tersedianya SDM serta sarana yang ada.

Kemudian selain hal di atas, suatu organisasi yang baik perlu dirancang bangun berdasarkan keseimbangan antara struktur dan faktor kritis lain, yaitu lingkungan, teknologi, ukuran/besaran, strategi dan manusia. Dan sesungguhnya usaha rancang bangun organisasi pada hakikatnya merupakan proses pemecahan masalah: bila pernyataan menyatakan adanya perbedaan antara apa yang di dapat dikemukakan organisasi dengan apa yang senyata dapat dicapai, maka perlu di adakan pengorganisasian kembali atau perubahan struktur.

Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah berbagai pendekatan yang dapat dijadikan sebagai persyaratan untuk membuat suatu organisasi yang baik dalam merumuskan struktur dari organisasi kantor perwakilan daerah KPPU ini, antara lain:1. Pendekatan birokrasi2. Pendekatan mekanistik dan organik3. Pendekatan situasional atau contingency

ad.A. Pendekatan birokrasi

75

Max Weber47 memperkenalkan bentuk organisasi berupa birokrasi. Kebanyakan orang mengartikan birokrasi sebagai bentuk organisasi yang penuh kekurangan atau negativitas48 karena:

1. Terlalu kaku dan resmi (formal), yaitu berdasarkan pada aturan dan prosedur yang ketat, sehingga tidak sesuai untuk lingkungan yang selalu berubah dan tidak pasti.

2. Struktur birokratik sulit dipakai bila organisasi menjadi besar, karena membengkaknya hierarki wewenang sehingga pimpinan tidak dapat mengendalikan bawahan dan keputusan menjadi tidak realistis.

3. Munculnya spesialisasi berlebihan, sehingga mengurangi inisiatif karyawan. Kreativitas proses pengambilan keputusan akan menurun.

4. Struktur birokratik tidak sesuai dengan konsep baaru perilaku manajerial, yaitu yang berdasarkan demokrasi dan kemanuasiawiaan, kerjasama dan lain-lain.

Bagaimanapun juga konsep birokrasi menyandang unsur-unsur yang ideal, yaitu:

a. pembagian kerja yang jelas. Setiap posisi memiliki wewenang dan tanggung jawab yang jelas.

b. Posisi disusun berdasarkan hierarki wewenangc. Posisi diisi oleh personalia yang berkemampuan teknis.d. Didasarkan pada sistem dengan aturan dan struktur yang

resmi, sehingga uniformitas dan koordinasi dijamin karena penerapan aturan secara konsisten dan standar.

47

? Warren G. Bennis, The Coming Death of Bureaucracy, THINK.VOL. 32, November – Desember (1996), hal 32-33

48 Max Weber, The Thaeory of Social and Economic Organization, diterjemahkan oleh A.M. Henderson dan H.T. Parsons, Free Press N.Y.

76

ad. B. Pendekatan Mekanistik dan Organik

Tom Burn dan George Stalker49 di dalam penelitiannya mengemukakan adanya struktur mekanistik dan struktur organik yang melandasi pendekatan institusional yang akan dibicarakan.

Struktur mekanistik sangatlah birokratis, karena memiliki ciri-ciri: wewenang sangat terpusat, banyak aturan dan prosedur, pembagian kerja lengkap, rentang kendali sempit, koordinasi resmi dan tak pribadi. Pengambilan keputusan berdasar rantai komando. Struktur sesuai untuk siatuasi yang stabil.

Struktur organik mempunyai ciri-ciri: hierarki wewenang didesentralisasikan, aturan dan prosedur sedikit, pembagian kerja tak jelas, rentang kendali lebar, koordinasi tak resmi (informal) dan pribadi. R.M. Kanter50 menyatakan bahwa organisasi organik itu luwes, cepat mengkombinasikan sumberdaya, karena tanggap terhadap perubahan situasi dan cepat menyesuaikan diri. Struktur organik akan lebih berhasil menghadapi lingkungan yang berubah yang sering menciptakan kondisi yang penuh ketidakpastian.

ad. C. Pendekatan situasional atau contingency

Pendekatan situasional mengemukakan bahwa manajer harus memilih struktur yang tepat sesuai dengan situasi operasional yang khusus yang dihadapi. Pilihan ini bergantung pada lingkungan, strategi, teknologi, besar dan orang yang merupakan

49 Tom Burns and George M. Stalker, The Management of Inovation, Tavistok, London:1996.

50 R.M. Kanter, The Change Master, Simon&Schuster: N.Y., 1983.

77

faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi. Keempat faktor terakhir dikenal sebagai faktor kontekstual.

Faktor lingkungan (eksternal) dibagi kedalam:

a. Yang pasti, stabil, dapat diperkirakan sebelumnya. Untuk ini struktur mekanistik lebih tepat.

b. Yang tidak pasti, dinamis, tidak dapat diperkirakan: untuk ini struktur organik yang lebih tepat.

Faktor lingkungan ini mencakup faktor politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, demografi, sumberdaya dan teknologi. Faktor politik meliputi konsentrasi kekuatan politik, sifat organisasi politik dan sistem partai politik.

Faktor hukum, yurisdiksi berbagai satuan pemeriintahan dan hukum khusus bertalian dengan pembentukan organisasi, perpajakan, dan pengaturan organisasi.

Faktor ekonomi meliputi rangka dasar ekonomi, termasuk organisasi ekonomi, swasta dan pemerintah; sentralisasi dan desentralisasi perencanaan ekonomi, sistem perbankan, sistem perpajakan, tingkat investasi pada sumberdaya fisik, dan karakteristik konsumsi.

Faktor sosial mencakup struktur kelas, mobilitas, peranan sosial, sifat dan perkembangan lembaga sosial.

Faktor budaya meliputi latar belakang sejarah, ideologi, nilai, norma masyarakat, hubungan wewenang, pola kepemimpinan, hubungan antar pribadi, rasionalisme, ilmu pengetahuan.

78

Faktor pendidikan meliputi tingkat melek huruf penduduk, kecanggihan dan spesialisasi sistem pendidikan, bagian penduduk yang profesional atau memiliki spesialisasi tertentu.

Faktor demografi meliputi sifat sumberdaya manusia dalam masyarakat: banyaknya, umur, kelamin, dan konsentrasi/urbanisasi penduduk.

Faktor sumberdaya mencakup sifat, jumlah, dan tersedianya sumber daya alam termasuk kondisi iklim.

Maka memperhatikan hal-hal di atas, serta tugas dan wewenang yang pikul oleh Kantor Perwakilan Daerah KPPU, dan juga kemampuan KPPU dalam mendukung dalam artian keuangan dari Kantor Perwakilan Daerah nantinya dan mempertimbangkan bahwa nantinya pembentukan dari Kantor Perwakilan Daerah sebagai pilot project terlebih dahulu (proyek percontohan), maka untuk tahap awal struktur dari organisasi Kantor Perwakilan Daerah KPPU adalah sebagai berikut:

Tahap I

Direktur Eksekuti KPPU

Kepala Kantor Perwakilan Daerah KPPU

Direktorat Penegakan Hukum Direktorat Komunikasi

79

Alasan yang menjadi dasar perumusan struktur organisasi di atas, adalah:1. sebagai sebuah organisasi yang baru untuk tahap awal struktur

dari organisasi Kantor Perwakilan Daerah KPPU cukup dengan dua bagian saja terlebih dahulu, yaitu bagian penegakan hukum dan bagian komunikasi, serta dipimpin oleh seorang kepala Kantor Perwakilan Daerah KPPU.Kemudian bagian penegakan hukum diharapkan dapat menjalankan tugas:

a. Membantu KPPU dalam menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran UU No.5/1999 di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada;

b. Membantu KPPU dalam mengawasi perilaku pelaku usaha terutama yang diduga menyimpang dari UU No.5/1999 di wilayah ruang lingkup kerja kantor perwakilan KPPU berada;

c. Membantu KPPU dalam melakukan penyelidikan untuk mendapatkan bukti yang berkaitan dengan adanya dugaan pelanggaran terhadap UU No.5/1999 sesuai perintah Tim Pemeriksa dan atau Majelis KPPU di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada;

d. Membantu KPPU dalam mengawasi pelaksanaan putusan KPPU di wilayah ruang lingkup kantor perwakilan KPPU berada;

e. Melakukan upaya dan tindakan hukum terhadap pelaku usaha yang mengajukan keberatan terhadap putusan Majelis KPPU atas suatu perkara pelanggaran terhadap UU No.5/1999 di wilayah ruang lingkup kerja kantor perwakilan KPPU berada;

Sedangkan bagian komunikasi melaksanakan tugas:

80

a. Menyiapkan dan melaksanakan pemberian pemahaman serta pelayanan hukum kepada masyarakat, lembaga pemerintah, lembaga non pemerintahan di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada;

b. Mengumpulkan, mengolah, mengemas, menyiapkan dan menyampaikan informasi untuk keperluan publikasi yang berkaitan dengan hasil pelaksanaan tugas dan wewenang KPPU di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada

2. Dengan struktur yang sederhana membuat Kantor Perwakilan Daerah tidak perlu memiliki staf yang terlalu banyak, sehingga pembiayaan dari Kantor Perwakilan Daerah itu sendiri nantinya tidak terlalu besar;

Untuk tahap selanjutnya struktur dari organisasi Kantor Perwakilan Daerah KPPU dapat dikembangkan menjadi seperti yang tergambar pada bagan di bawah ini.

Tahap II

Dengan struktur organisasi Kantor Perwakilan Daerah di atas Kantor Perwakilan Daerah dapat melaksanakan tugas yang didelegasikan pada tahap kedua pendelegasian tugas berikutnya kepada Kantor Perwakilan Daerah KPPU dapat diakomodir. yaitu tugas:1) Menyusun rekomendasi tentang lengkap tidaknya serta jelas

tidaknya suatu laporan dugaan pelanggaran terhadap UU

Direktur Eksekutif KPPU

Kepala Kantor Perwakilan Daerah KPPU

Direktorat Penegakan Hukum Direktorat Komunikasi Direktorat AdministrasiDirektorat Kebijakan Persaingan

81

No.5/1999 yang diadukan oleh masyarakat di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada;

2) Melakukan kajian industri dan regulasi yang berkaitan dengan persaingan usaha di wilayah ruang lingkup kerja kantor perwakilan KPPU berada;

3) Menyiapkan dan merumuskan hasil kajian industri maupun regulasi yang berkaitan dengan persaingan usaha di semua bidang, saran dan kebijakan KPPU untuk disampaikan kepada Pemerintah Daerah dan lembaga terkait lainnya;

4) Menyiapkan dan melaksanakan kajian serta perumusan rekomendasi kebijakan atas regulasi dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan persaingan usaha di semua bidang di wilayah ruang lingkup kerja kantor perwakilan KPPU berada;

5) Menyiapkan dan melaksanakan kerjasama serta mengevaluasi hubungan kerjasama timbal balik antar lembaga guna meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menegakan UU No.5/1999 di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada;

F. Pengangkatan dan Pemberhentian PegawaiSebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa Kantor Perwakilan Daerah merupakan kantor Perwakilan Sekretariat KPPU di daerah atau dengan kata lain Kantor Perwakilan Daerah sebagai bagian dari sekretariat KPPU, maka bila merujuk kepada Pasal 3 Keputusan KPPU No.41/Kep/KPPU/VI/2003 tentang Sekretariat KPPU, mengenai

82

pengangkatan dan pemberhentian pegawai di lingkungan kantor perwakilan daerah merupakan wewenang dari Sekretariat KPPU. Dimana di dalam Pasal 3 huruf d Keputusan KPPU No.41 Tahun 2003 dikatakan bahwa Sekretariat KPPU mempunyai wewenang menetapkan kebijakan pembinaan dan pengelolaan sumber daya manusia di lingkungan Sekretariat KPPU.

Namun dari focus group discussion yang dilakukan, sebagian peserta dari diskusi mengharapkan SDM yang akan duduk pada Kantor Perwakilan Daerah berasal dari daerah dimana Kantor Perwakilan Daerah KPPU dibentuk, karena mereka berpendapat SDM di daerah sudah cukup memiliki kemampuan atau kecakapan untuk menjalankan Kantor Perwakilan Daerah atau menduduki jabatan yang ada pada kantor perwakilan daerah, terlebih di daerah sekarang sudah banyak SDM yang berpendidikan tinggi terutama dari perguruan-perguruan tinggi terkemuka yang berada di daerah.

Dan alternatif lain yang mereka kemukakan mengenai SDM yang akan mengisi Kantor Perwakilan Daerah adalah kombinasi SDM dari pusat dan SDM dari daerah. agar dapat meningkatkan partisipasi masyarakat di daerah untuk turut serta dalam menegakan UU No.5/1999.

G. PembiayaanDi dalam Pasal 37 UU No.5/1999 dijelaskan bahwa “biaya untuk pelaksanaan tugas Komisi dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau sumber-sumber lain yang diperbolehkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Sedangkan KPPU itu sendiri menurut Pasal 8 Kepres No.75 Tahun

83

1999 susunan organisasinya terdiri dari Anggota KPPU dan Sekretariat. Sehingga dapat dikatakan biaya untuk pelaksanaan tugas anggota KPPU dan Sekretriat KPPU dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau sumber lain yang diperbolehkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dan kemudian apabila nantinya KPPU jadi membentuk kantor Perwakilan Daerah yang nota bene merupakan bagian dari Sekretariat KPPU, maka pembiayaan dari Kantor Perwakilan Daerah tersebut bila merujuk kepada Pasal 37 UU No.5/1999 dapat dibebankan kepada APBN dan/atau sumber lain yang diperbolehkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dan mengenai kemungkinan sumber pembiayaan lain selain dari APBN terutama dari daerah sempat mengemuka pada acara FGD, dimana menurut beberapa peserta diskusi, KPPU itu dapat meminta bantuan kepada Pemerintah Daerah untuk turut serta membantu dalam pembiayaan Kantor Perwakilan Daerah, karena masih menurut mereka pembentukan Kantor Perwakilan Daerah KPPU juga merupakan untuk kepentingan masyarakat di daerah, sehingga sudah sepatutnyalah Pemerintah Daerah turut membantu pembiayaan Kantor Perwakilan Daerah melalui APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).

Tetapi dari KPPU sendiri berupaya sebisa mungkin pembiayaan dari Kantor Perwakilan Daerah merupakan tanggung jawab dari KPPU, dan juga KPPU menghindari independesinya menjadi tergangu bila KPPU mendapatkan pembiayaan dari Pemerintah Daerah, karena ada kekhawatiran Pemerintah Daerah nantinya dapat mengintervesi

84

Kantor Perwakilan Daerah dalam menjalankan tugas dan wewenangnya kedepan.

Karena sudah menjadi rahasia umum bahwa salah satu sumber praktek monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat yang terjadi pada waktu lalu dan masih berlangsung sampai sekarang berasal dari kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah.

H. Tata KerjaDalam melaksanakan tugasnya setiap kepala Kantor Perwakilan Daerah dan staf di lingkungan Kantor Perwakilan Daerah KPPU, wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan efisiensi baik dilingkungan masing-masing maupun antar unit organisasi dalam lingkungan Kantor Perwakilan Daerah KPPU.

Kewajiban setiap kantor perwakilan daerah KPPU untuk menerapkan prinsip-prinsip di atas menjadi niscaya karena seiring dengan perkembangan fungsi Kantor Perwakilan Daerah yang semakin lama akan semakin kompleks maka setiap unit organisasi harus bekerja secara terkoordinasi agar dapat mencapai hasil yang diinginkan.

Koordinasi terhadap sejumlah bagian-bagian yang besar pada setiap usaha yang luas daripada organisasi demikian pentingnya sehingga beberapa sarjana administrasi/manajemen menempatkan koordinasi ini dalam titik pusat analisisnya. Koordinasi adalah konsep dasar kedua disamping kepemimpinan yang saling terkait dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

McFarland mendefinisikan koordinasi dengan ciri-ciri sebagai berikut :

85

a. tanggung jawab daripada koordinasi terletak pada pimpinan;b. adanya proses yang berkelangsungan;c. pengaturan secara teratur daripada usaha kelompok;d. konsep kesatuan tindakan; dane. tujuan bersama.Dengan berlandaskan teori-teori di atas, maka dengan melakukan koordinasi pada setiap unit organisasi kantor perwakilan daerah dan KPPU, maka secara otomatis akan tercipta integrasi, sinkronisasi, dan efisiensi.

I. Penentuan Daerah di Bentuknya Kantor Perwakilan Daerah KPPU Percontohan (Pilot Project) Pembentukan Kantor Perwakilan Daerah KPPU yang akan bertugas memberikan dukungan teknis operasional dan administratif pelaksanaan tugas dan wewenang KPPU di daerah bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, terlebih menurut Keppres No.75 Tahun 1999 tentang KPPU, bahwa Kantor Perwakilan Daerah dapat dibuka di setiap ibu kota propinsi. Dan apabila memperhatikan kondisi dari KPPU sendiri yang sampai di usianya yang ketiga inipun masih dirundung sekian banyak permasalahan, antara lain masalah status kepegawaian dari staf sekretariat KPPU.

Idealnya memang Kantor Perwakilan Daerah dapat dibentuk di setiap propinsi sehingga setiap masyarakat dapat memperoleh pemerataan kesempatan dalam memperoleh keadilan dan perlindungan hukum khususnya hukum persaingan usaha ini. Tetapi memang sesuatu hal yang ideal biasanya tidak mudah untuk di wujudkan, namun bukan berarti kemungkinan itu tidak dapat terwujud di kemudian hari.

86

Dari diskusi yang dilakukan secara intensif dengan pihak KPPU, bahwa KPPU memiliki sumber daya yang terbatas guna mendukung pembentukan Kantor Perwakilan Daerah KPPU, terlebih jika Kantor Perwakilan Daerah tersebut dipaksakan untuk dibentuk di setiap propinsi maka sudah barang tentu hal itu merupakan suatu keniscayaan.

Maka oleh karena itu, KPPU meminta kepada Lembaga Kajian Persaingan dan Kebijakan Usaha FHUI untuk menkaji daerah mana yang paling tepat untuk prioritas dibentuk Kantor Perwakilan Daerah KPPU atau bisa dikatakan sebagai pilot project pembentukan Kantor Perwakilan Daerah KPPU.

Terdapat beberapa indikator yang digunakan oleh LKPU-FHUI untuk menentukan daerah mana yang paling tepat untuk tahap pertama atau sebagai pilot project pembentukan Kantor Perwakilan Daerah KPPU, antara lain:

A. Berdasarkan alasan ekonomi :

Ada beberapa ukuran dalam kita melihat bahwa dinamika perekonomian suatu daerah berjalan dengan baik. Banyaknya angkatan kerja, output, tingkat persaingan, dan masih banyak lagi. Namun, inti dari semua itu adalah adanya dinamika ekonomi yang mengarah kepada tingkat persaingan antar pelaku ekonomi khususnya produsen dan distributor.

Seperti yang kita ketahui, barang dan jasa sebagai output produksi bisa sampai dan kemudain dikonsumsi oleh konsumen adalah hasil dari aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh produsen yang memproduksi output (barang dan jasa), serta distributor yang menyampaikan barangnya. Besar kecil pergerakan sangat

87

dipengaruhi oleh skala usahanya. Dalam literature ekonomi, kegiatan ekonomi yang terdiri dari pembuatan barang-barang dan pelayanan untuk konsumen di luar tempat produksinya disebut dengan sector basis (sector dasar), dan aktivitas ekonomi lainnya disebut dengan aktivitas kedua.51 Ada beberapa nama lain dari sector basis :

Tabel 1. Beberapa versi nama dari sector basis maupun non basis dalam beberapa literatur

Sektor I Sektor IIBasis Non BasisExport

ExportableLokal

InternalExternal Service

Non Localized LocalizedPrimary Secondary

City forming City servingUrban growth AncillaryIndependent Dependent

Surplus Residentiary

Dari teori ini, kita bisa mencari mana yang merupakan sector basis, sehingga menjadi pusat pergerakan aktivitas ekonomi dan mana pula yang merupakan sector II (non basis) yang kemudian akan mengikuti pergerakan aktivitas yang ada pada sector basis. Baik pergerakan yang sifatnya sentrifugal ataupun pergerakan yang bersifat sentripetal.

51 Ray M. Northam, “Urban Geography”, John Wiley & Sons, New York, Chichester, Toronto, 1979, halaman 193

88

Banyak teori yang kemudian dikemukakan oleh para ahli ekonomi regional dan ekonomi perkotaan untuk memastikan bahwa secara ekonomi duatu daerah dikatakan sebagai sector basis atau sebaliknya. Salahsatunya adalah yang disebut dengan “location quotient”. Selain dengan teori tersebut, kita juga akan mengukur keunggulan masing-masing daerah dengan melihat persentase share produktifitas daerah tersebut terhadap pusat (nasional) dengan melihat persentase PDRBnya.

A.1. Location Quotient (LQ)

LQ adalah angka yang menunjukkan tingkat keunggulan relative suatu sector disuatu daerah terhadap daerah-daerah lainnya. Dengan mengetahui nilai yang diperoleh dari LQ kita bisa tahu bahwa suatu daerah adalah suatu basis, sehingga dia adalah pusat dari aktivitas ekonomi pada sector tertentu. Terkait dengan tujuan kita menentukan lokasi pembentukan perwakilan KPPU di daerah, kita bisa mengasumsikan bahwa ketika suatu daerah menjadi pusat aktivitas ekonomi, maka pada saat yang sama daerah tersebut :

berpeluang memiliki tingkat persaingan usaha yang tinggi menjadi representasi dari daerah lainnya dalam hal

perekonomian Menjadi pusat informasi lalu lintas dari semua laporan,

pengaduan dan berita sekaligus menjadi tempat dimana, orang akan

mendatanginya sebagai aktivitas bisnis yang dijalankannya.

Analisis LQ akan menghasilkan besaran angka yang menentukan sector basis di suatu daerah. Angka LQ berkisar

89

dari angka 0 (nol) sampai dengan angka positif tak terhingga (~). Berikut analisa hasil perhitungan : Angka LQ yang kurang satu (1), menunjukkan bahwa sektor

ini adalah sector yang tidak memiliki keunggulan secara komparatif secara relatif.

Angka LQ sama dengan satu (1) menunjukkan bahwa sector yang bersangkutan memiliki keunggulan relative yang sama dengan rata-rata semua daerah.

Angka LQ lebih besar dari satu (1), mengindikasikan bahwa sector yang bersangkutan memiliki keunggulan relative yang diatas rata-rata.

Untuk mendapatkan angka-angka atau indeks LQ diatas , digunakan data PDRB (Produk Domestic Regional Bruto) Propinsi. Dengan menghitung rasion dan nilai tambah sector tertentu dari PDRB. Rumus yang digunakan adalah :

LQi = Si/Ni S/N

Keterangan : Si = Nilai tambah sector I di daerah (propinsi tersebut)Ni = PDRB daerah (propinsi tersebut) S = Nilai tambah sector I di nasionalN = total PDRB daerah (dijumlahkan menjadi nasional)LQi > 1 = sector basisLQi < 1 = sector non basisLQi = 1 = swadaya

A.2. Tentang data yang digunakan (PDRB)

90

Data yang digunakan dalam simulasi ini adalah PDRB. PDRB merupakan suatu data yang sangat penting ,mengingat bahwa PDRB merupakan indicator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu. PDRB pada dasrnya merupakan umlah niali tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu. , atau merupakan jumlah niai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku setiap tahun, sedang PDRB atas harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai tahun dasar. PDRB atas harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan penghitungan atas dasar harga konstan digunakna untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi riil dari tahun ke tahun, factor peruahan harga telah dikeluarkan.52

Secara teori penghitungan PDRB menggunakan tiga (3) pendekatan yang semuanya akan menghasilkan angka yang sama :a. Pendekatan Produksi ; merupakan jumlah nilai tambah

atas barang dan jasa yang dihasilkan berbagai unti produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu ( biasanya satu tahun). Nilai tambah merupakan hasil pengurangan output dengan input antara.

b. Pendekatan Pendapatan ; merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh factor-factor produksi yang ikut serta

52 Biro Pusat Statistik (BPS) Indonesia, Produk Domestik Regional Bruto Prpoinsi-propinsi di Indonesia menurut penggunaan 1998-2001, halaman x-xi

91

dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangak waktu tertentu (biasanya satu tahun) Balas jasa tersebut adalah upah dan gaji (balas jasa tenaga kerja), sewa tanah (balas jasa tanah), bunga (balas jasa modal), dan untung ( balas jasa kewiraswastaan), semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.

c. Pendekatan Pengeluaran ; merupakan semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari (1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, (2) konsumsi yang dilakukan oleh pemerinta, (3) Pembentukan modal tetap domestic bruto, (4) perubahan stok, (5) Ekspor netto (ekspor dikurangi impor)

Untuk analisa LQ, data yang digunakan PDRB menggunakan harga berlaku menurut sector lapangan usaha (pendekatan produksi). Ada sembilan sector lapangan usaha :1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan2. Pertambangan dan Penggalian3. Industri pengolahan4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Bangunan6. Perdagangan, Hotel dan Restoran7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah

Masing-masing sector dirinci lagi dalam berbagai sub sector. Untuk analisa yang digunakan dalam LQ, hanya dipilih tiga (3) sector yang berdasarkan laporan yang ada di KPPU dan dengan melihat potensi persaingan usaha akan menimbulkan banyak

92

kemungkinan pelanggaran UU no 5 tahun 1999. Tiga sector adalah : 1. Industri pengolahan2. Perdagangan3. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahan

A.3. Hasil perhitungan LQ

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan , beberapa daerah yang memang diduga sebelumnya hamper semuanya ada pada peringkat tertinggi dari setiap sector , terutama di regionnya masing-masing. Menurut sector industri pengolahan, kita bisa melihat peringkat sebagai berikut 53:

Table hasil LQ dan persentase

53 Hasil lebih detailnya ada pada lampiran

93

Data diatas menunjukkan kepada kita sebuah gambaran keunggulan dari daerah-daerah yang memang sejak awal kita

94

duga layak menjadi tempat kantor perwakilan KPPU di daerah. Mereka terbukti unggul di regionnya masing-masing. Secara analisa LQ daeah tersebut bisa dikategorikan basis, dan secara persentase, mereka memang terbukti lebih produktif dibandingkan daerah lain di Indonesia. Memang ada beberapa yang perlu dicermati, misalnya Jawa Barat, berdasarkan table diatas daerah ini memang paling tinggi, namun karena secara geografis sangat dekat dengan Jakarta, ditambah lagi konsentrasi industri pengolahan mereka ada pada region Bogor, Bekasi dan Depok, maka hasil perhitungan tidak selalu mencerminkan hasil maksimal, tetapi hasil optimal yang menghasilkan sebuah komposisi yang memungkinkan terjadinya kondisi efisien dan efektif bagi keberadaan kantor perwakilan KPPU.

Dari sektor perdagangan, kita juga menyaksikan hasil yang tidak terlampau jauh berbeda. Sumatera Utara, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan menjadi yang terunggul di masing-masing regionnya. Berikut hasil perhitungannya :

95

Sisi perdagangan sebagai tolak ukur telah mengindikasikan keunggulan yang terfokus pada daerah-daerah yang dijadikan pilihan pada awalnya, memangada hasil LQ yang menunjukkan

96

kurang 1 (satu), yang berarti merupakan daerah non basis, tetapi tetap merupakan yang terbesar di regionnya masing-masing. Ditambah dengan persentase yang terbesar, maka daerah tersebut layak diunggulkan.

Pada sisi Sektor Keuangan, dominasi Jakarta sebagai pusat memang luarbiasa, lebih dari 50% produktifitas keuangan nasional dikuasai oleh Jakarta , namun, daerah yang kemungkinan akan menjadi perwakilan KPPU di daerah juga menunjukkan performa yang tidak terlalu buruk. Berikut data yang menggambarkan nilai LQ dan persentase produktifitas pada sector keuangan :

97

B. Berdasarkan alasan Geografis:

98

Sebagaimana dijelaskan diatas, tingkat kelayakan suatu daerah sehingga bisa menjadi perwakilan KPPU di tingkat daerah adalah adanya tingkat dinamika perekonomian dan persaingan yang dimungkinkan paling tinggi. Tingkat dinamika tersebut salahsatunya diukur dari PDRB yang merupakan hasil keseluruhan aktivitas ekonomi daerah tersebut. Dari beberapa perhitungan menggunakan teori LQ (Location Quotient) diatas terlihat beberapa daerah menunjukkan keunggulan yang cukup menjadi alasan daerah tersebut mewakili 3 (tiga) region di Indonesia, yakni :

1. Sumatera Utara mewakili Indonesia bagian Barat, meliputi wilayah Pulau Sumatera

2. Jawa Timur mewakili Indonesia bagian Tengah dan Selatan , meliputi Jawa non DKI dan Jawa Barat, Bali dan NusaTenggara

3. Sulawesi Selatan mewakili Indonesia Timur, meliputi Sulawesi, Maluku dan Papua

Dari tiga propinsi pilihan diatas, tentunya yang menjadi tempat kantor perwakilan adalah kota yang merupakan pusat ekonomi ditambah dengan alasan-alasan lain yang cukup kuat di propinsi tersebut. Tiga kota tersebut adalah:

1. Medan di Sumatera Utara2. Surabaya di Jawa Timur3. Makassar di Sulawesi Selatan

Untuk memperkuat keyakinan kita bahwa tiga kota diatas memang layak untuk dijadikan kantor perwakilan KPPU di daerah, berikut ini penjelasan lebih detail tentang kelebihan masing-masing daerah terutama terkait dengan infrastruktur dan fasilitas yang tentunya mendukung argumentasi yang

99

memastikan kelayakan ketiga kota menjadi tempat Kantor Perwakilan Daerah KPPU.

B.1. MEDAN

B.1.1. Geografi Medan adalah kota yang sangat besar dengan dinamika kegiatan ekonomi yang sedemikian besarnya. Secara administratif Kota Medan di sebelah Barat, Timur dan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, di sebelah Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu lintas laut paling sibuk (padat) di dunia. Secara relatif Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Disamping itu sebagai daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 (dua) kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.54

54

100

B.1.2. Perhubungan Darat

Kota Medan telah dilengkapi dengan prasarana jalan tol Belmera yang menghubungkan pusat produksi dan pelabuhan Belawan dengan Tanjung Morawa. Tanjung Morawa merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi di Kabupaten Deli Serdang, tetangga terdekat Kota Medan. Untuk dalam kota, panjang jalan yang tersedia 2.351,36 kilometer. Jalan raya ini menampung 207.846 kendaraan roda empat dan 455.476 kendaraan roda dua. Dalam koordinasi pemerintah propinsi juga direncanakan pembangunan jalan tol Medan-Binjai dan Medan-Tebing Tinggi sehingga melengkapi kebutuhan jaringan jalan Medan dengan daerah-daerah hinterlandnya. Disamping itu Kota Medan juga didukung oleh jaringan jalan lintas Sumatera-Jawa yang menghubungkan seluruh propinsi yang ada di pulau Sumatera-Jawa dengan armada transportasi orang dan barang. Untuk dalam kota, Kota Medan juga didukung oleh berbagai jembatan layang, terminal dan sarana transportasi perkeretaapian juga sudah sejak lama merupakan sarana pengangkutan orang dan barang yang digunakan untuk masuk dan keluar Kota Medan.55

B.1.3. Perhubungan Laut

Untuk mendukung kegiatan perdagangann regional dan internasional Kota Medan juga memiliki sarana pelabuhan laut internasional Belawan. Pelabuhan laut Belawan yang dilengkapi

? BE Julianery, Kota Medan, www.kompas.com, Jumat 28 Juni 2002, di buka tanggal 27 Agustus 2002.

55

? Kota Medan, www.Pemkomedan.go.id, 29 Agustus 2003, 01.45 WIB

101

dengan sarana peti kemas dengan teknologi tinggi telah menjadi altenatif lalu lintas orang dan barang baik domestik maupun internasional. Pelabuhan laut Belawan menjadi sarana transportasi laut yang menghubungkan Kota Medan dengan seluruh kota-kota besar di Indonesia sebagai Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang, dan lain-lain termasuk berbagai pelabuhan laut negara sahabat seperti Malaysia, Singapura, dan lain-lain. Dengan demikian pelabuhan laut Belawan telah menjadi pusat ekspor-impor barang antar pulau dan negara yang cukup penting di Selat Malaka. Karenanya pelabuhan belawan termasuk salah satu pelabuhan laut tersibuk dan terpadat di Indonesia yang disinggahi oleh berbagai kapal barang.

B.1.4. Perhubungan Udara

Untuk mendukung aktifitas perdagangan dan bisnis baik lokal, nasional dan internasional, Kota Medan memiliki fasilitas bandara Polonia Medan, bandara Polonia merupakan salah satu bandara internasional terbesar di Indonesia setelah bandara Soekarno Hatta, yang melayani hampir seluruh jalur penerbangan domestik dan internasional baik orang maupun barang (ekspor-import) seperti Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang, dan lain-lain (domestik), Malaysia, Amsterdam, Singapura dan lain-lain (internasional). Bandara Polonia terletak tepat di pinggiran Kota Medan dengan berbagai fasilitas yang relatif lengkap, seperti terminal domestik dan internasional yang terpisah, lapangan parkir, pendaftaran keberangkatan, pelayanan pabean, ruang tunggu, pelayanan imigrasi dan ruang kedatangan yang didukung sumber daya manusia dan teknologi kenyamanan dan keamanan penumpang yang tinggi.

102

B.1.5. TelekomunikasiKegiatan perdagangan dan bisnis yang terus menerus meningkat baik lokal maupun regional/internasional dari dan ke Kota Medan dengan seluruh dunia dengan dukungan PT. TELKOM dan Indosat. Sistem telekomunikasi yang ada, difasilitasi dengan berbagai prasarana dan sarana telekomunikasi yang diperlukan seperti Sentral Telepon Otomat (STO), Stasiun Monitor (SM), Sambungan Langsung Internasional (SLI), Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ), maupun Telepon Umum (TU). Adanya sistem telekomunikasi yang didukung satelit ini menjadikan Kota Medan dapat berhubungan dengan berbagai fasilitas telekomunikasi apapun, seperti telepon genggam (handphone), internet, faximile, email dan lain-lain.

B.1.6. PerbankanBI (cabang Kota Medan) sebagai lembaga keuangan yang juga concern terhadap informasi bisnis telah menyediakan Sistem Informasi Baseline (SIB) dan Sistem Informasi Agrobisnis berorientasi ekspor (SIABE). Adanya SIB tersebut telah memberikan informasi bagi wirausahawan dalam berbagai bentuk identifikasi peluang usaha yang ada, sedang adanya SIABE juga telah memberikan informasi lengkap tentang produk-produk agro industri yang telah diekspor ke berbagai negara tujuan, termasuk asal komoditi, teknologi pengolahan, daftar eksportir, pasar ekspor dan standar mutu produk. Bantuan teknis BI juga meliputi bantuan teknis pengembangan Usaha Kecil dan Mikro (PUKM) dengan sasaran sektor perbankan dalam bentuk penelitian dan pelatihan. Untuk pemberian informasi yang mencakup perkembangan asset, dana, kredit, kliring, jumlah perbankan, inflasi, kurs perdagangan

103

internasional, investasi dan lain-lain, BI juga menerbitkan secara rutin (bulanan, triwulan, semesteran) Buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah, sehingga memberikan gambaran perkembangan ekonomi regional. Dengan demikian lembaga keuangan yang ada, kenyataannya telah memberikan peranan penting bagi mendorong iklim investasi di Kota Medan.56

B.1.7. Sarana Hotel dan RestoranBagi Medan, kegiatan di bidang perdagangan bersama aktivitas hotel dan restoran menjadi motor penggerak roda perekonomian kota. Dari seluruh kegiatan ekonomi di tahun 2000 yang berjumlah Rp 11,9 trilyun, kontribusi ketiga aktivitas ini sekitar 35 persen. Nilai ini setara dengan Rp 4,2 trilyun. Jika dilihat secara individual, dari nilai yang dihasilkan itu kegiatan perdagangan menjadi kontributor utama. Aktivitas di lapangan usaha ini menghasilkan Rp 3,8 trilyun, sedangkan perolehan dari restoran dan hotel masing-masing bernilai sekitar Rp 401 milyar dan Rp 40 milyar.57

B.1.8. Perdagangan dan IndustriUntuk memasuki pasar regional/internasional yang lebih luas Kota Medan telah menjadi salah satu bagian dari Asosiasi Kota Bersaudara antara Kota Medan dengan Kota Penang Malaysia (1984), dengan Kota Ichikawa Jepang (1989) dan Kota Kwangju Korea Selatan (1997). Forum ini merupakan ajang saling tukar menukar informasi dan konsultasi untuk membicarakan berbagai masalah ekonomi dan perkotaan di antara masing-masing kota. Forum ini juga diharapkan mampu

56

? Ibid.

57

? Ibid.

104

memperkuat hubungan ekonomi dan bisnis serta meningkatkan perdagangan dan investasi antar kota, disamping diharapkan dapat mendorong kerjasama di berbagai bidang lainnya seperti sosial dan kebudayaan.58

Sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, setelah Jakarta dan Surabaya, Medan pun memiliki lokasi industri. Salah satu kawasan industri yang memiliki fasilitas relatif lengkap adalah Kawasan Indusri Medan (KIM) yang terletak di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli, yang termasuk dalam WPP B. Kawasan Industri ini memiliki luas lebih kurang 514 Ha. Manajemen KIM menyediakan hampir seluruh fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung proses produksi dan distribusinya seperti jaringan jalan yang menghubungkannya dengan pelabuhan laut belawan dan bandara Polonia, serta pusat-pusat perdagangan yang ada di Kota Medan, dan terminal antar propinsi. Juga tersedia kebutuhan tenaga listrik, air, telekomunikasi, Oxygen/nitrogen, unit pengolahan limbah besar, termasuk jaminan keamanan berusaha. Manajemen KIM juga siap membantu mendapatkan izin berusaha yang ditentukan dengan biaya dan waktu yang telah distandarisasi, sederhana, murah, cepat dan pasti. Harga tanah lokasi pabrik dan untuk keperluan lainnya seperti perkantoran dipastikan lebih murah sehingga dapat menekan biaya investasi yang harus dikeluarkan. Sampai saat ini berbagai jenis perusahaan industri mengambil lokasi investasinya di kawasan ini baik yang berskala besar, sedang maupun kecil. Pada kawasan industri seluas lebih kurang 514 hektar ini tersedia fasilitas listrik 120 MW. Saat ini terdapat 86 perusahaan swasta nasional yang menempati lokasi tersebut berdampingan dengan 17 perusahaan asing. Perusahaan asing

58 Kota Medan Program Kota Kembar, www.Pemkomedan.go.id, 29 Agustus 2003, 01.45 WIB

105

yang berkantor di sini antara lain Malaysia, Singapura, Thailand, Swedia, Australia, Filipina, dan Jerman.59

Untuk mengantisipasi kebutuhan lokasi berusaha yang lebih besar pada masa datang sesuai dengan perkembanganindustri yang ada khususnya memasuki era perdagangan bebas (AFTA/APEC, dan lain-lain), Kota Medan juga menyediakan kawasan yang disebut Kawasan Industri Baru (KIB) di Kecamatan Medan Labuhan dengan luas 650 Ha yang dapat diperluas mencapai 1000 ha. Seperti halnya kawasan industri yang sudah ada lebih dahulu, kawasan ini juga menyediakan berbagai fasilitas berproduksi yang dibutuhkan seperti tenaga listrik, air bersih, jaringan telepon, gas dan unit pengolahan limbah termasuk sarana pelabuhan. Kawasan ini juga termasuk kawasan berikat (bounded area), sehingga kebutuhan perizinan yang diperlukan diselenggarakan satu atap (one stop service) dan diselenggarakan oleh manajemen KIB secara langsung. Oleh karena kawasan ini relatif baru maka kawasan ini juga menunggu mitra manajemen pengolahan lahan untuk lebih meningkatkan produktivitas khususnya bagi investor asing.

Profil Infrastruktur Kawasan Industri Baru (KIB)

Keterangan JumlahArea 650 Ha Ketinggian rata-rata 5,0 Above

sea levelUkuran minimum 3.200 M2 Listrik 270 MVA Telepon 2.000 lines Faksimili 300 lines Supplai air 30.000

M3/day Unit Pengolahan Limbah 48.000

M3/day59

? Ibid.

106

Jalan primer 26 M WideJalan sekunder 24 M Wide

3.4. InvestasiBerbagai terobosan dilakukan Pemerintah Kota (Pemko) Medan untuk dapat menarik minat investor asing, mulai dari penyempurnaan pelayanan perizinan investasi sampai kepada pemberian insentif baik yang bersifat langsung maupaun tidak langsung. Berbagai langkah debirokrasi dan deregulasi terus dilanjutkan untuk menciptakan efisiensi berusaha dan berinvestasi termasuk konsistensi aturan dan kepastian hukum untuk meminimalisir ketidakpastian berusaha bagi investasi asing. Dalam operasionalisasinya, berbagai langkah yang sedang, telah dan akan dilakukan Pemko Medan adalah:60

Membentuk institusi Kantor Penanaman Modal Daerah Kota Medan sebagai institusi yang menyelenggarakan kewenangan perizinan investasi baik yang bersifat PMDN, maupun sebagian PMA, yang sebelumnya ada pada pemerintah pusat/propinsi, dalam layanan sistem satu atap, (one stop service).

Membentuk Medan Bisnis Forum (MBF) sebagai wadah kemitraan antara Pemko, Masyarakat dan Dunia Usaha (swasta) yang berfungsi sebagai forum komunikasi, fasilitator, mediator, kegiatan bisnis dan investasi usaha swasta dan asing.

Mempersiapkan Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Satu Atap, sebagai bentuk pengintegrasian pelayanan perizinan bagi insvestor dalam negeri dan asing sehingga diharapkan

60

? Kota Medan, Potensi Daerah, Ibid.

107

dapat lebih sederhana, cepat, mudah, murah, terbuka, baku, efisien dan ekonomis (terjangkau).

Mengusahakan insentif dan kemudahan melalui Pemerintah Pusat dengan pemberian:

Keringanan bea masuk, impor barang-barang modal (mesin, bahan baku, dan lain-lain) sesuai dengann SK Mentri Keuangan No. 135/KM 05/2000.

Pembebasan Ppn atas impor dan atau penyerahan barang kena pajak tertentu yang bersifat strategis, sesuai dengan SK menteri keuangan RI No.155/KMK 03/2001.

Memberikan visa izin tinggal sementara dan atau izin tinggal terbatas bagi perusahaan yang ingin memperkerjakan tenaga kerja asing, melalui Ditjen Imigrasi/ kantor Imigrasi setempat.

Menggalang kerjasama perdagangan dan investasi dalam wadah-wadah regional seperti IMT-GT, Sister City dan lain-lain.

Peningkatan pelayanan pada pintu-pintu masuk khususnya bandara dan pelabuhan, sehingga menciptakan budaya yang maju.

Melakukan koordinasi secara terus menerus dengan kepolisian dan TNI untuk memberikan rasa aman dan tenteram bagi seluruh pelaku bisnis baik domestik maupun asing yang ada di Kota Medan

B.2. MAKASSAR

108

B.2.1. GeografisKota Makassar adalah ibukota dari propinsi Sulawesi Selatan. Sebelumnya bernama Kotamadya Ujung Pandang. Kota Makassar terkenal sebagai kota "Angin Mamiri", yang berarti “kota hembusan angin sepoi-sepoi basah”. Sejak tahun 1995 kota ini telah berstatus Kota Metropolitan.

Kota yang bersuhu sekitar 22 - 33 oC ini, memiliki areal seluas 175,77 km2, Wilayah Kota Makassar terus berkembang, khususnya kearah Timur, di mana pembangunan infrastruktur seperti perluasan pelabuhan laut Makassar, Bandara Hasanuddin, jalan tol, kawasan industri Makassar dan berbagai proyek lainnya tengah dilaksanakan.

Secara geografis Kota Metropolitan Makassar terletak di pesisir pantai barat Sulawesi Selatan pada koordinat 119°18'27,97" 119°32'31,03" Bujur Timur dan 5°00'30,18" - 5°14'6,49" Lintang Selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara O - 25 meter dari permukaan laut, dengan suhu udara antara 20° C sampai dengan 32° C. memiliki areal seluas 175,77 kilometer persegi, Kota Makassar diapit dua buah sungai yaitu: Sungai Tallo yang bermuara disebelah utara kota dan Sungai Jeneberang bermuara pada bagian selatan kota. Dengan batas-batas sebagai berikut: sebelah barat dengan Selat Makassar, sebelah utara dengan Kabupaten Pangkajene Kepulauan, sebelah timur dengan Kabupaten Maros dan sebelah selatan dengan Kabupaten Gowa.

Selama ini Propinsi Sulawesi Selatan merupakan pusat pelayanan sekaligus pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia

109

(KTI). Karena itu, Kota Makassar sebagai ibu kota propinsi punya peran dan posisi

yang sangat strategis.61 Dengan lokasi strategis dilengkapi berbagai fasilitas yang dimilikinya, menempatkan Makassar sebagai salah satu kota penting di KTI. Tidak sedikit kegiatan ekspor impor dan yang lainnya di daerah-daerah di KTI, melalui pintu gerbang sekaligus memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada di Makassar. Tak hanya itu berbagai fasilitas lain diluar kepentingan ekspor impor, tak jarang juga dimanfaatkan kabupaten bahkan propinsi lain di KTI.62

B.2.2. Penduduk Penduduk Kota Makassar pada tahun 2000 adalah 1.130.384 jiwa yang terdiri dari laki-laki 557.050 jiwa dan perempuan 573.334 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 1,65 %. Masyarakat Kota Makassar terdiri dari beberapa etnis yang hidup berdampingan secara damai seperti Etnis Bugis, etnis Makassar, etnis Cina, etnis Toraja, etnis Mandar dll. Kota makassar disamping sebagai daerah transit para wisatawan yang akan menuju ke Tana Toraja dan daerah-daerah lainnya, juga memiliki potensi obyek wisata seperti ; Lae-lae, Pulau Kayangan, Pulau Samalona, Obyek wisata peninggalan sejarah lainnya seperti: Museum Lagaligo, Benteng Somba Opu, Makam Syech Yusuf, makam Pangeran Diponegoro, Makam Raja-raja tallo, dan lain-lain. Fasilitas penunjang tersedia jumlah hotel 95 buah dengan jumlah kamar 3.367 cottage wisata

61

? Reny Sri Ayu Taslim, Pintu Gerbang KTI, (www.kompas.com), Jumat, 21 September 2001, dibuka tanggal 29 Agustus 2003, pukul 23.00 WIB

62 Ibid.

110

sebanyak 76 buah, selain itu juga terdapat obyek wisata Tanjung Bunga yang potensial.

DESKRIPSI UMUM 

1. Luas Wilayah 175,77 Km2

2. Jumlah Kecamatan 14 Kecamatan

3. Jumlah Kelurahan 143 Kelurahan

4. Jumlah RW 885 RW5. Jumlah RT 4.446

6. Jumlah Penduduk 1.130.384 Jiwa

7. Jumlah Penduduk Laki-Laki 557.050 Jiwa8. Jumlah Penduduk Perempuan 573.334 Jiwa

9. Tingkat Kepadatan Penduduk 6.776 Jiwa/km

10. Laju Pertumbuhan Penduduk 3,24 %11. Laju Pertumbuhan Ekonomi 9,62 %

12. Pendapatan Perkapita Rp. 1.899.897,-

13. Laju Perumbuhan 1,65 %

B.2.3. Perhubungan DaratTerdapat jalan penghubung utama yaitu Jalan Tol reformasi yang membelah 3 kecamatan yaitu Kecamatan Panakukkang, Tallo, dan Ujung tanah, serta menghubungkan Pelabuhan laut Soekarno-Hatta dengan Bandara Udara Hasanuddin dan wilayah sekitarnya.63

Sarana dan prasarana jalan transportasi yang ada terdiri atas :

Rencana Jalan :

-         jalan lingkar dalam

-         jalan lingkar tengah

63

? Kotamadya Makassar, www..tvrimakassar.com

111

-         jalan lingkar luar

B.2.4. Perhubungan Laut Pelabuhan Makassar merupakan salah satu pelabuhan yang sangat sibuk. Pelabuhan Laut Penumpang dan Peti Kemas Makassar, mempunyai panjang dermaga 2.500 m dengan kedalaman 14m, dengan fasilitas gedung dengan luas 26.600 m2, fasilitas lapangan penampungan seluas 9.675m2 serta lapangan peti kemas/kontainer seluas 140.954 m2.

Terhitung ada 11 buah perusahaan pelayaran nasional, 7 buah pelayaran rakyat, serta 1 buah non pelayaran/Pertamina yang terdapat di dalam pelabuhan tersebut.64 Sepanjang tahun 2001 saja arus kunjungan kapal di pelabuhan Makassar telah mencapai 5.333 dengan jumlah penumpang naik dan turun berjumlah 1.183.204.

B.2.5. Perhubungan Udara

Kota Makassar memiliki bandar udara internasional Hasanuddin. Keberadaan Bandar udara internsional ini sangat penting karena merupakan salah satu alternatif sarana transportasi yang dapat menghubungkan wilayah di Sulawesi Selatan dengan wilayah lainnya di Indonesia maupun antar negara. Dengan adanya bandar udara ini diharapkan dapat menunjang kegiatan usaha di wilayah tersebut.

B.2.6. Pos dan Telekomunikasi

64

? Pelabuhan Makassar, www.maritimindo.com

112

Perkembangan telekomunikasi di Makassar dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Ini terbukti bahwa hingga tahun 2001 saja jumlah sambungan telepon Kandatel telah mencapai 152,703 dengan jumlah pelanggan 144,353. Dengan adanya peningkatan ini maka hal ini semakin mempermudah akses masuk maupun ke luar Makassar.

JUMLAH SAMBUNGAN TELEPON KANDATEL DI KOTA MAKASSAR TAHUN 1997 - 2001

Grafik Jumlah Sambungan Telepon KandatelDi Kota Makassar Tahun 1997 - 2001

Sumber : Kantor Daerah Telekomunikasi Kota Makassar

B.2.7. PerdaganganKini perdagangan Kota Makassar tergolong maju. Pusat-pusat perniagaan dari pasar-pasar tradisional, pasar grosir sampai mal-mal modern berkembang pesat. Sektor perdagangan dalam total kegiatan ekonomi tahun 2000 lalu bernilai sebesar Rp 1,7 trilyun.65 Sebagai kontributor utama, sektor ini mampu menyerap pasar tenaga kerja sebesar 34,24 persen dari 904.644 penduduk usia kerja berdasarkan data Survei Sosial

65

? Yoseptin T. Pratiwi, Kota Makassar, www.kompas.com, Jumat, 21 September 2001, diakses tanggal 30 Agustus 2003, 01.12 WIB

113

dan Ekonomi Nasional (Susenas) 2000. Sebagai usaha yang termasuk hilir dalam rantai produksi, perdagangan tidak mampu berdiri sendiri. Sektor ini erat berkaitan dengan lapangan usaha lain seperti industri dan transportasi.

Kemajuan sektor perdagangan di Makassar akan semakin bertambah dengan akan didirikannya pusat grosir dan ritel terbesar di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dengan nama Global Trade Center (GTC) yang diharapkan pembangunannya akan selesai tahun 2004.

Luas bangunan GTC tersebut mencapai 400.000 meter persegi dan terdiri dari empat lantai yang akan dilengkapi dengan open shop sebanyak 405 unit, rumah dan toko (ruko) 935 unit, hipermarket Matahari, timezone, multiplex, foodcourt restaurant, toko, kios, serta counter.

GTC Makassar adalah tahap pertama dari pengembangan Makassar Comercial District yang dibangun Lippoland Development. Pengembangan selanjutnya adalah Boston Hypermarket pada lahan seluas 1,33 hektar, pusat perkantoran modern Makassar Square seluas empat hektar serta hotel dan kondominium Tanjung Bunga seluas 2,59 hektar. (GUN).66

Cargo Terminal dan Pergudangan Kota juga dipersiapkan sebagai tempat penyimpanan dan distribusi barang yang nantinya mendukung kegiatan di Kawasan Ekonomi Terpadu.

66

? Pusat Grosir Terbesar KTI Dibangun di Makassar, www.kompas.com, Senin 21 Oktober 2002, di akses tanggal 30 Agustus 2003, 01.26 WIB

114

Keberadaan fasilitas ini nantinya diharapkan berfungsi sebagai : Pusat akumulasi dan distribusi barang Tempat penyimpanan barang yang aman dan mudah

diawasi guna mendukung tertibnya angkutan barang. Tempat pengepakan barang, pemrosesan, sortasi, making

dan banding barang; Kelengkapan integral dan penopang Kawasan Ekonomi Terpadu.

Sebagai gudang Lini II untuk menunjang Pelabuhan Makassar dan tempat handling countainer

Pusat perdagangan di Makassar saat ini terkonsentrasi pada:- Makassar mall di Kecamatan wajo- Latanete Plaza dan Jalan Somba Opu di kecamatan Ujung

pandang- Pusat Perbelanjaan Makasa dan Alfa di kecamatan

Panakukkang- Pusat Perkulakan Goro di Kecamatan Tamalate

JUMLAH SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) YANG DITERBITKAN OLEH DINAS PERINDAG KOTA MAKASSAR

TAHUN 2002

BulanKategori Usaha

JumlahPerusahaan Besar

Perusahaan Menegah Perusahaan Kecil Cabang

Januari 4 38 86 4 132

Pebruari 8 36 112 8 164

Maret 8 29 127 7 171

April 18 91 205 10 324

Mei 11 132 217 13 373

Juni 11 180 147 11 349

115

Juli 10 129 184 10 333

Agustus 10 74 200 11 295

September 18 96 188 24 326

Oktober 13 30 84 4 131

Nopember 6 56 141 13 216

Desember 5 21 55 2 83

Sumber :  Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Makassar

ARUS BARANG MENURUT PERDAGANGAN LUAR NEGERI TAHUN 1997 - 2001

No Tahun

Dalam TonJumlah

Impor Ekspor

1 1997 490,356 653,772 1,144,128

2 1998 481,841 646,629 1,128,470

3 1999 488,691 669,431 1,158,122

4 2000 628,688 923,687 1,552,375

5 2001 496,684 1,527,806 2,024,490

Sumber : PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar

ARUS BARANG MENURUT PERDAGANGAN DALAM NEGERI TAHUN 1997 - 2001

No Tahun

Dalam TonJumlahBongka

t Muat

1 1997 3,385,973 1,316,482 4,702,455

2 1998 2,745,672 1,052,241 3,797,913

3 1999 2,655,544 1,106,932 3,762,476

4 2000 3,200,552 100,108 3,300,660

5 2001 3,256,414 1,746,641 5,003,055

Sumber : PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar

116

B.2.8. Industri

Di sektor industri sebelum dipasarkan sebagian besar komoditas alam Sulawesi Selatan mengalami proses pengolahan di kota ini. Beragam industri pengolahan bermunculan baik yang diolah secara modern maupun industri rumah tangga. Sebut saja di Kecamatan Tallo yang menjadi sentra industri furniture dan industri logam atau pusat kerajinan tenun sutra di Kecamatan Mamajang.

Untuk mengantisipasi bertambahnya usaha industri sekaligus menjaga tata ruang kota yang sudah jenuh, Pemerintah Daerah (Pemda) Kota berupaya menyediakan kawasan industri terpadu yang cukup luas. Kawasan industri seluas 200 hektar dengan nama PT Kawasan Industri Makassar (KIMA) ini terletak di Kecamatan Biringkanaya. Pemda Kota Makassar menanamkan modalnya di sini. Di masa depan kawasan ini diharapkan dapat menjadi basis perindustrian modern, sekaligus menjadi sumber pemasukan daerah. Tahun 2000 lalu, pendapatan daerah yang berasal dari laba deviden kawasan industri besarnya Rp 120,3 juta. Sementara itu penyertaan modal Pemda Kota dari anggaran daerah untuk tahun anggaran 2001 besarnya Rp 80,8 juta, yang akan dipakai untuk perluasan kawasan PT KIMA di Kecamatan Ujung Pandang.

Di dalam Kawasan Industri Makassar telah disediakan beberapa fasilitas yang cukup mendukung investor, antara lain:

- Tersedianya pusat pengelolaan limbah dengan kapasitas 3.000 m3/hari

117

- Tenaga listrik dari PLN dengan kapasitas sebanyak 20.000 KVA

- Jaringan telekomunikasi sebanyak 2.000 SS yang siap pakai

- Tersedianya pusat pelayanan kesehatan dan keamanan

- Sarana perhubungan (jalan) yang dilengkapi penerangan lampu mercuri

Bersamaan dengan Kawasan Industri Makassar, dikembangkan pula Kawasan Berikat Makassar yang kawasannya berada di dalam KIMA. Beberapa kemudahan yang telah disediakan dalam Kawasan Berikat Makassar ini antara lain, bebas dari bea masuk bagi barang-barang yang diproses di Kawasan Berikat; perijinan ditangani langsung oleh PT.PKBI dengan istilah “one stop service”; kesempatan untuk menjual sebagian hasil produksi di dalam negeri dan mitra usaha telah menanti di beberapa benua seperti Australia dan beberapa negara di benua Eropa.Sedangkan di luar Kawasan Industri Makassar telah tersedia beberapa fasilitas penunjang aktivitas industri yang relatif terjangkau seperti Bandara Hasanuddin, Kawasan Permukiman, Rumah Sakit Umum, Kawasan Perkantoran (Negeri dan Swasta), Pusat Perbelanjaan, Pusat Rekreasi (tertutup dan terbuka) Terminal Regional bagian Utara dan lain sebagainya.

Salah satu industri yang dikembangkan di Makassar adalah industri pengolahan kayu. Pusat pengembangan pengelolaan kayu ini terletak di kawasan Sungai Tallo yang mana berfungsi sebagai tempat pusat pengelolaan dan

118

penampungan serta pelayaran hasil-hasil pemrosesan kayu maupun pelayanan bahan baku bagi industri kayu di dalam maupun di luar kawasan Sungai Tallo. Pada masa datang kawasan ini akan menjadi penting mengingat lokasinya sangat strategis dalam pengembangan industri perkayuan di Kota Makassar.

JUMLAH UNIT USAHA. TENAGA KERJA. NILAI INVESTASI DAN NILAI PRODUKSI DIRINCI MENURUT SUB SEKTOR INDUSTRI

DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2002

No Sektor Industri Unit Usaha

Tenaga Kerja (orang)

Nilai Investasi(Rp. 000)

Nilai Produksi(Rp. 000)

1 INDUSTRI KECIL 4.099 31.408 184.391.796 564.239.841

- Industri Logam. Mesin dan Kimia        

- Industri Aneka        

- Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan

       

2 INDUSTRI MENENGAH/BESAR

199 9.503 685.079.701 0

- Industri Logam. Mesin & Kimia 31 993 18.939.012  

- Industri Elektronika dan Aneka 168 8.510 666.140.689  

- Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan

       

Jumlah 4.298 40.911 869.471.497 564.239.841

Sumber :  Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Makassar

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI MENENGAH DAN BESAR DIRINCI MENURUT KECAMATAN DI KOTA MAKASSAR

TAHUN 2002

119

No Kecamatan Unit

UsahaNilai

Investasi (Rp.000)

Tenaga Kerja

(orang)

1 Mariso 1 408.360 13

2 Mamajang 5 1.339.147 32

3 Tamalate 2 565.490 18

4 Rappocini 3 892.150 39

5 Makassar 13 4.999.964 195

6 Ujung Pandang 4 2.418.777 137

7 Wajo 15 10.777.339 463

8 Bontoala 12 11.061.749 212

9 Ujung Tanah 5 357.612.881 169

10 Tallo 21 33.225.343 1.032

11 Panakkukang 26 36.537.880 1.835

12 Manggala 1 443.700 15

13 Biringkanaya 68 198.459.391 4.625

14 Tamalanrea 23 26.337.530 718

Jumlah 199 685.079.701 9.503

Sumber :  Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Makassar

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DIRINCI MENURUT SUB SEKTOR INDUSTRI DI KOTA MAKASSAR

TAHUN 1999 - 2001

No

Sektor Industri 1999 2000 2001

1 Makanan 50 61 61

2 Minuman 5 5 5

3 Tekstil 1 1 1

4Pakaian jadi kecuali alas kaki

3 4 4

120

5

Kayu, bambu. rotan, rumput dan sejenisnya

33 33 33

6

Perabot dan perlengkapan R.T. serta alat dapur dari kayu, bambu dan rotan

7 7 7

7

Kertas, barang dari kertas dan sejenisnya

1 1 1

8Percetakan dan penerbitan

10 10 10

9 Bahan kimia 2 2 2

10 Kimia lain 1 1 1

11Karet dan barang dari karet

6 6 7

12 Barang dari plastik

4 5 5

13Gelas dan barang dari gelas

0 0 0

14 Semen, Kapur dan baja

5 5 5

15 Logam dasar, besi dan baja

3 3 4

16

Barang dari logam kecuali mesin dan peralatannya

7 7 6

17Mesin dan perlengkapannya

2 1 1

18

Mesin peralatan dan perlengkapan listrik serta keperluan listrik

3 2 2

19 Alat angkutan 3 0 0

121

20 Pengolahan lainnya

2 2 3

Jumlah 148

156

158

Sumber :  Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Makassar

POTENSI INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2001

No Komoditas Unit Usaha

Jumlah Tenaga Kerja (orang)

% Terhadap Unit Usaha

1 Dendeng, Abon dan Bakso 14 151 9,27

2 Tepung dan Padi-padian 3 17 17,65

3 Mie 26 195 13,33

4 Roti dan Kue Kering 71 680 10,44

5 Biskuit 19 406 4,68

6 Sirop 30 104 28,85

7 Kopi Bubuk 17 99 17,17

8 Tahu 33 282 11,70

9 Tempe 106 223 47,53

10 Kerupuk Ubi, Jagung, Melinjo dan Pastel 24 292 8,22

11 Kue Basah, Apam, Dodol dan Wajik 13 67 19,40

12 Kacang Disko 30 260 11,54

13 Sari Markisa 47 305 15,41

14 Cream Soda dan Limun 42 169 24,85

15 Kerajinan Meubel dan Ukiran Kayu 8 85 9,41

16 Meubel Kayu 192 1.312 14,63

17 Meubel dan Kerajinan Rotan 52 308 16,88

18 Kerajinan dari Kerang 9 25 36,00

122

19 Kompor Sumbu 30 208 14,42

20 Kerajinan dari Emas dan Perak 350 1.387 25,23

21 Kerajinan Kuningan 15 32 46,88

22 Kerajinan Sutera 2 12 16,67

23 Garam Beryodium 3 25 12,00

24 Minyak Gosok dan Jamu 14 82 17,07

25 Bordir dan Sulaman 39 101 38,61

26 Gordyn 2 30 6,67

27 Konveksi 272 2.949 9,22

28 Sepatu dan Sandal Kulit 28 64 43,75

29 Kerajinan Tas 5 15 33,33

Jumlah 1.496 9.885 15,13

Sumber :  Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Makassar

B.2.9. InvestasiKota Makassar telah membentuk Dinas Penanaman Modal untuk memberikan pelayanan administrasi, perijinan, dan kemudahan lainnya kepada dunia usaha baik PMA (Perusahaan Modal Asing) dan PMDN (Perusahaan Modal Dalam Negeri) maupun Non PMA/PMDN. Selain itu, Pemerintah Kota Makassar akan menjamin kepastian berusaha dan kelanjutan usaha terutama dari segi keamanan.

Berbagai sektor dan sub sektor yang terbuka bagi calon investor serta berpeluang untuk penanaman modal, antara lain:1. Perdagangan2. Hotel dan Restoran

123

3. Industri Pengolahan 4. Angkutan dan Komunikasi5. BankdanLembagaKeuangan6. Pariwisata. 7. Pendidikan8. Pertanian dan Pertambangan

Jenis kegiatan atau proyek untuk membangun Kota Makassar yang dapat ditawarkan kepada calon investor, baik Perusahaan Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Perusahaan Modal Asing (PMA), antara lain:

Investasi Bidang Sarana dan Prasarana Perhubungan Sistem Jaringan Jalan berupa Outer Ring Road dan Centre

Radial Road yang berlokasi di koridor Maros – Mandai – Pelabuhan Laut – KIMA.

Pembangunan baru/pengembangan jaringan sekunder yang berlokasi di koridor Kawasan Perdagangan (Kec. Wajo), Perkantoran (Kec. Ujung Tanah dan Kec. Mariso), Pemukiman (Kec. Tamalate dan Kec. Panak-kukang), Rekreasi (Pantai Barombong), Kawasan Industri Makassar (Kec. Antang dan Tamangapa).

Pembangunan Jalan Tol (By Pass) yang menghubungkan pusat rekreasi Tanjung Bunga dan Kabupaten Gowa.

Pembangunan 2 (dua) buah Terminal Regional di perbatasan Kabupaten Maros dan Kab Gowa.

Pembangunan Terminal Kota di Kota Makassar. Pembangunan Lokal Terminal Kota di Terminal Tallo, Ujung

Tanah, Nuri, Daya dan Perumnas. Terminal Lokal Pembantu di Antang dan Barombong

124

Perluasan dan pengembangan Pelabuhan Laut Makassar untuk Dermaga Peti Kemas, Dermaga Angkutan Penumpang dan Kargo/Gudang.

Pembangunan dan perluasan Bandara Hasanuddin. Pembangunan jalur Kereta Api yang menghubungkan Kota

Makassar – Kabupaten Maros -  Kabupaten Gowa – Kabupaten Takalar.

Investasi Bidang Industri dan Perdagangano Industri Pengalengan, pembotolan dan perdagangan dengan

potensinya Markisa Juice, udang dan ikan beku, minyak kelapa, mie instant, coklat/ kopi bubuk, kecap, lombok dan saos.Lokasinya di Kec. Mamajang, Mariso, Bontoala, Wajo, Ujung Pandang, dan Biringkanaya.

o Industri kain sutera dan kain blacu di Kec. Tamalte, Panakkukang dan Biringkanaya.

o Industri meubel kayu, industri kayu lapis dan perdagangan yang potensinya gergajian, Sawn Timber and Moulding, Timber produk, kayu lapis dan rotan polis yang berlokasi di Kecamatan Biringkanaya, Panakkukang, Tamalate, Ujung Pandang dan Tallo.

o Industri meubel yang potensinya meubel, busa, sofa dan spring bed, yang berlokasi di Kecamatan Panakkukang dan Biringkanaya.

o Pabrik Minyak Gosok dan Jamu Tradisional yang berlokasi di Kecamatan Panakkukang, Tallo dan Biringkanaya.

o Industri Besi Beton dan Kawat Logam yang berlokasi di Kec. Panakkukang dan Biringkanaya.

125

Investasi Bidang PertambanganBidang ini memungkinkan untuk Tambang Galian C yang potensinya batu kali, kerikil dan pasir hingga 1.704.485 ton serta tanah timbunan, yang berlokasi di Kecamatan Tamalate, Panakkukang dan Biringkanaya

Investasi Bidang Umum Fasilitas Perkantoran (Negeri dan Swasta) dengan potensi

seluas 287,62 ha. Fasilitas Peribadatan dan Pendidikan dengan potensi seluas

714,00 ha. Fasilitas Rekreasi dan Pusat Hiburan Fasilitas Pemukiman, yakni Tipe A : 161.658 (9.699 ha), Tipe

B: 484.973 (14.549 ha) dan Tipe C : 969.946 (14.549 ha) Fasilitas air bersih dengan potensi 145.492 m2/hari Fasilitas Listrik dengan potensi sebesar 8.083 KW/hari Fasilitas persampahan dengan potensi 4.850 m3/hari

Investasi Bidang Agro Industri Tanaman Pangan Jagung, lahan seluas 60,1 ha dengan kapasitas produksi 450

ton/tahun, yang berlokasi di Kecamatan Tamalate, Panakkukang dan Biringkanaya.

Ubi Kayu (Singkong) dan Ubi Jalar, lahan seluas 378 ha dengan kapasitas produksi masing-masing 55 ton/tahun, yang berlokasi di Kecamatan Tamalate, Panakkukang dan Biringkanaya.

Cabe, lahan seluas 94 ha dengan kapasitas produksi 400 ton/tahun, yang berlokasi di Kecamatan Tamalate, Panakkukang dan Biringkanaya.

126

Kedelai, lahan seluas 200 ha dengan kapasitas produksi 315 ton/tahun, yang berlokasi di Kecamatan Tamalate, Panakkukang dan Biringkanaya.

Tomat, lahan seluas 30 ha dengan kapasitas produksi 43 ton/tahun, yang berlokasi di Kecamatan Tamalate, Panakkukang dan Biringkanaya.

Investasi Bidang Agro Industri Tanaman Perkebunan Belimbing, lahan seluas 64 ha dengan kapasitas produksi 10

ton/tahun, yang berlokasi di Kecamatan Tamalate, Panakkukang dan Biringkanaya.

Jambu, lahan seluas 167 ha, dengan kapasitas produksi 167 ton/tahun, yang berlokasi di Kecamatan Tamalate, Panakkukang dan Biringkanaya..

Jeruk, lahan seluas 41 ha, dengan kapasitas produksi 41 ton/tahun, yang berlokasi di Kecamatan Tamalate, Panakkukang dan Biringkanaya.

Nenas, lahan seluas 7 ha, dengan kapasitas produksi 7 ton/tahun, yang berlokasi di kecamatan Tamalate, Panakkukang dan Biringkanaya..

Pisang, lahan seluas 180 ha, dengan kapasitas produksi 180 ton/tahun, yang berlokasi di Kecamatan Tamalate, Panakkukang dan Biringkanaya.

Rambutan, lahan seluas 4 ha, dengan kapasitas produksi 2 ton/tahun, yang berlokasi di Kecamatan Tamalate, Panakkukang dan Biringkanaya.

Investasi Bidang PeternakanIndustri pakan, susu, kulit dan pengolahan daging hingga saat ini memiliki prospektif yang cerah. Misalnya Sapi yang

127

produksinya 1.889 ton/tahun yang berlokasi di Kecamatan Tamalate, Panakkukang dan Biringkanaya. Masih di lokasi yang sama, Kerbau dengan produksi 2.976 ton/tahun. Begitu pula untuk industri kulit dan pupuk kandang bagi jenis kuda dengan kapasitas produksi 136 ton/tahun, dengan tiga lokasi yang sama. Adapun untuk industri pengolahan ternak,pengolahan daging Babi berka-pasitas produksi 3.149 ton/tahun, dengan lokasi di Kecamatan Tamalate, Panakkukang dan Biringkanaya. Untuk jenis Kambing, berkapasitas produksi 2.102 ton/tahun. Sedangka untuk industri pakan dan daging telur untuk jenis komoditi Ayam Buras, produksinya 323.029 ton/tahun dan Itik dengan kapasitas produksi 17.196 ton/tahun di tiga lokasi Kecamatan yang sama.

Khusus Perusahaan PMDN/PMA yang berlokasi di Kawasan Timur Indonesia (KTI), diberikan kelonggaran tambahan berupa :

Pengurangan sebesar 50% atas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) selama 8 (delapan) tahun sejak diperoleh Izin Peruntukan Tanah.

Dapat melakukan kompensasi kerugian tidak lebih 8 (delapan) tahun terhitung mulai tahun pertama sesudah kerugian diderita.

Perusahaan yang sebahagian besar produksinya berhasil (sekurang-kurangnya 65%) untuk ekspor, diberikan kemudahan dalam menggunakan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang (TKWNAP).

128

Mengenai jumlah, jangka waktu dan jabatan, akan diisi oleh TKWANP.

JUMLAH PROYEK PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) DAN PROYEK PENANAMAN MODAL ASING (PMA) MENURUT SEKTOR EKONOMI

YANG TELAH DISETUJUI PEMERINTAH TAHUN 2001

No Ekonomi PMDN

(Juta RP)PMA

(US$ 000)

1 P e r t a n i a n a. Tanaman Panganb. Perkebunanc. Kehutanand. Peternakane. Perikanan

------------

------------

2 Industri Makanan Dan Kimia

50,103.40 2,690.00

3 Konstruksi --- ---

4 Bangunan --- ---

5 H o t e l --- ---

6 Angkutan 124,529.50 ---

7 Pertambangan Dan Energi

--- ---

8 J a s a --- 200.00

Jumlah 174,632.90 2,890.00

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Sulawesi Selatan

B.3. SURABAYA

B.3.1. Geografis

Kota Surabaya sebagai ibu kota propinsi Jawa Timur merupakan merupakan salah satu pulau-pulau besar Indonesia dan juga disebut sebagai kota dan pelabuhan terbesar kedua di Indonesia. Dengan dataran rendah antara 3-6 m di atas permukaan laut, dan daerah berbukit yang

129

terletak di Surabaya selatan 20-30 m di atas permukaan laut serta memiliki temperatur 280 C.

Selama 10 tahun terakhir, Surabaya telah berkembang menjadi pusat industri dan perdagangan yang mulai menyaingi posisi Jakarta sebagai pusat bisnis. Penampilan Surabaya yang mengesankan sekarang ini dimotori secara luas oleh kesuksesan perkembangan ekonomi Jawa Timur, kesadaran investor yang tinggi serta ekspansi besar-besaran dibidang infrastruktur.

B.3.2. Penduduk

Propinsi yang mempunyai populasi sekitar 33 juta jiwa itu, merupakan rumah bagi bermacam-macam sumber daya manusia. Posisi geografi sebagai permukiman pantai menjadikan Surabaya berpotensi sebagai tempat persinggahan dan permukiman bagi kaum pendatang (imigran). Proses imigrasi inilah yang menjadikan Kota Surabaya sebagai kota multi etnis yang kaya akan budaya. Beragam migrasi, tidak saja dari etnis-etnis di luar Indonesia, seperti etnis Melayu, China, Arab, India, dan Eropa, tetapi juga berbagai suku bangsa di Nusantara, seperti, Madura, Sunda, Batak, Borneo, Bali, Sulawesi dan Papua, datang, singgah dan menetap, hidup bersama serta membaur dengan penduduk asli, membentuk pluralisme budaya yang kemudian menjadi ciri khas kota Surabaya.

Angkutan laut yang murah, pelabuhan dan bandar udara yang modern serta kebudayaan perusahaan-perusahaan lokal yang giat untuk selalu mengembangkan bisnis, membuat Surabaya sukses dalam menandingi keramaian

130

Jakarta. Fasilitas hotel dan konferensi dengan standar internasional, menjadikan Surabaya dianggap sebagai Pintu Gerbang menuju Timur diantara berbagai komunitas bisnis. Sebagai buktinya, Jawa Timur umumnya dan Surabaya khususnya menawarkan MICE (Meeting Incentive Convention-Congress-Conference & Exhibition) untuk memenuhi kebutuhan bisnis.

B.3.3. Perhubungan Darat

Guna menjalin dan memperlancar hubungan darat dengan kota-kota lain di pulau Jawa telah dibangun terminal bus terbesar di Asia Tenggara yaitu Purabaya (Bungurasih) yang menghubungkan Surabaya dengan jalur selatan, dan terminal bus Tambak osowilangun untuk jalur utara. Sedangkan untuk makin mendukung kelancaran arus lalu lintas darat yang menghubungkan Surabaya dengan kota-kota sekitarnya, akan dibangun jalan layang di persimpangan jalan kereta api di Sidoarjo dan Trosobo.

Selain itu sarana transportasi kereta api juga dapat menjadi alternatif yang bisa menghubungkan Kota Surabaya dengan daerah-daerah lain di pulau Jawa terutama dari dan ke Jakarta. Beberapa kereta api yang menghubungkan kota Jakarta dengan Kota Surabaya yang beroperasi setiap hari antara lain: ArgoBromo, Argo Bromo Anggrek, Gumarang, Sembrani, Bima, Jayabaya selatan, Gajayana, Bangun Karta.

Salah satu sarana transportasi yang ada di Surabaya adalah taksi. Pelayanan taksi bisa dalam kota maupun ke luar kota. Perusahaan taksi yang beroperasi di Surabaya diantaranya adalah Surabaya Taksi, Metro, Merpati, Sandel Asri, Zebra,

131

Supra dan Star serta yang lainnya. Di samping itu masih banyak persewaan kendaraan (car rental) yang juga mendukung sistem transportasi darat kota Surabaya. Transportasi dalam kota di Surabaya termasuk cukup lancar dibanding kota-kota lain di Jawa seperti Jakarta, Bandung, dan Semarang. Meningkatnya jumlah kendaraan memang tidak jarang menyebabkan kemacetan pada jalan-jalan tertentu, tetapi pengaturan lalu lintas jalan satu arah di pusat kota telah menyebabkan lalu lintas menjadi cukup lancar.

Jalan-jalan bebas hambatan (tol) telah dibangun, seperti jalur Surabaya-Gempol, Surabaya-Gresik/Lamongan, dan akan segera dibangun lagi jalan tol Surabaya-Mojokerto, tol Gempol-Malang dan Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu). Pembangunan jalan-jalan bebas hambatan tersebut terus dikembangkan lebih jauh lagi guna memperlancar transportasi untuk kepentingan industri.

Pada tahun 1997 Surabaya mulai membangun jalan layang Waru-Perak sepanjang 24 kilometer dengan biaya Rp 475 miliar. Jalan itu diharapkan akan memperlancar lalu lintas menuju Pelabuhan Tanjung Perak. Selain jalan itu juga akan dibangun jalan lingkar dalam (inner ring road), jalan tol Surabaya-Mojokerto, Surabaya-Lamongan, Jembatan Suramadu yang akan meghubungkan Surabaya dengan pulau Madura. Surabaya juga merencanakan akan menggarap sistem transportasi massa (mass rapid transportation) dengan mengandalkan kereta api bawah tanah. Studi kelayakan kini sedang dilakukan.

132

B.3.4. Perhubungan Laut

Sebagai pintu gerbang Jawa Timur dan Indonesia Timur, pelabuhan Tanjung Perak menempati posisi yang strategis. Untuk mewujudkan fungsinya sebagai kota maritim, pelabuhan Tanjung Perak telah dibangun menjadi pelabuhan modern. Kebijakan ini guna mendukung arus perdagangan lokal, regional, nasional dan internasional. Akan halnya keberadaan palabuhan Tanjung Perak, makin lama makin memperlihatkan kemodernannya. Fasilitas pelabuhan yang makin membaik, sangat mendukung kelancaran bidang perdagangan. Dari waktu ke waktu arus penumpang dan barang yang melewati pelabuhan ini kian meningkat. Bahkan guna mendukung peran Surabaya dibidang kemaritiman telah dibangun pelabuhan pendukung, seperti yang ada di Gresik.

Surabaya tidak hanya menjadi pusat perdagangan bagi hinterlandnya yang ada di Jawa Timur, namun juga memfasilitasi wilayah-wilayah di Jawa Tengah, Kalimantan, dan kawasan Indonesia Bagian Timur. Ini karena pelabuhan Tanjung Perak merupakan pelabuhan terbesar kedua setelah Tanjung Priok. Arus container di Tanjung Perak tercatat 328.000 TEU (21,4% dari total biaya), jauh melebihi Belawan (200.000), Semarang (70.000) dan Ujung Pandang (30.000). Ini juga tidak lain karena pada tahun 1992, Presiden RI Soeharto telah menetapkan pelabuhan Tanjung Perak sebagai terminal container bertaraf internasional.

B.3.5. Perhubungan Udara

133

Sejak 1992 Surabaya meningkatkan pelabuhan udara Juanda sehingga layak menjadi pelabuhan udara internasional. Internasionalisasi Juanda itu dibarengi dengan makin banyaknya kantor penerbangan asing yang membuka kantor-kantor cabang di Surabaya, seperti British Airways, Cathay Pacific, China Southern Airlaines, EVA Air, Japan Air Lines, Saudi Arabian, Northwest Airlines, Malaysia Air Service, Quantas, Lutthfansa, Thai Airways Internasional, KLM Royal Dutch Airlaines dan Singapore Airlines.

Dalam lima tahun terakhir tercatat beberapa jalur penerbangan langsung yang telah dioperasikan, di antaranya oleh Singapore Airlines, Malaysia Air Service, KLM, China Southern Airlines dan Cathay Pacific. Internasionalisasi Juanda makin mengokohkan Surabaya sebagai kota dengan jaringan yang luas dengan kota-kota internasional lainnya. Dari perhubungan udara ini tercatat pertumbuhan yang membaik, karena dalam beberapa tahun terakhir terdapat kenaikan penumpang sebesar 8 % per tahun.

B.3.6. Media Informasi

Perkembangan industri jasa, khususnya industri media massa di Surabaya juga makin meningkat. Di Surabaya saat ini terdapat puluhan media massa cetak, di antaranya Surabaya Post, Jawa Pos, Surya, Memorandum, Karya Dharma, Surabaya Minggu, Radar Surabaya, Liberty, Jayabaya dan Penyebar Semangat.

Kemajuan di bidang media radiopun makin meningkat. Stasiun-stasiun radio tumbuh dengan cepat. Berbagai ragam acara dirancang dan disiarkan. Sedangkan untuk penyiaran

134

televisi di Surabaya juga mengalami peningkatan. Bidang media massa ini tidak hanya mendukung industrialisasi, tetapi juga melahirkan industri jasa baru yang makin pesat pertumbuhannya, yaitu bidang periklanan. Bidang ini semenjak tahun 1990 menunjukkan peningkatan yang luar biasa. Hal ini lantaran adanya kebijakan baru di bidang penyiaran televisi, yang memberikan kesempatan bagi pihak swasta untuk mengelola stasiun penyiaran televisi. Industri media massa dan iklan ini menunjang Surabaya sebagai kota perdagangan.

B.3.7. Perbankan

Surabaya memfasilitasi dukungan perbankan dalam meningkatkan perdagangan. Bidang Perbankan sebagai sektor pendukung utama dunia usaha perdagangan mengalami kemajuan yang mencolok. Dalam 5 tahun terakhir, menempati urutan ketiga pada pendapatan kotor Surabaya, yakni sebesar 14,31 %. Gambaran ini tampak nyata dari banyaknya bangunan bank yang berjajar di sepanjang jalan di Surabaya, terutama di kawasan segitiga jalan Basuki Rahmat, Jalan Pemuda dan Jalan Panglima Jenderal Sudirman. Hampir semua gedung bank berdiri dengan bangunan megah, sebagai pertanda betapa besarnya investasi perbankan yang mendukung usaha perdagangan.

B.3.8. Pusat Perbelanjaan

Surabaya banyak dikunjungi para usahawan domestik maupun luar negeri. Agar para pendatang yang melakukan bisnis di Surabaya merasa betah, berbagai fasilitas

135

pertemuan yang bersifat informal pun tersedia. Berkembangnya plasa-plasa baru dalam dasawarsa terakhir ini memperlihatkan betapa lengkapnya kota ini. Bangunan Surabaya Plasa, Tunjungan Plasa, Mal Suarabaya, serta Mal Galaxy, adalah wujud nyata dari sekian fasilitas perdagangan langsung di Surabaya. Untuk lebih menggalakkan pasar, Surabaya merupakan kota yang paling sering menggelar ekspo-ekspo tingkat nasional maupun internasional. WTC, Surabaya Plasa, Lapangan Brawijaya, Gedung Pemuda, dan lain-lain, tidak pernah sepi dari kegiatan-kegiatan ekspo. Bahkan dalam 5 tahun terakhir telah dibangun dua pusat grosir yakni Makro di Surabaya Selatan-Sidoarjo dan Jembatan Merah Plasa di Surabaya Utara.

B.3.9. Perdagangan

Surabaya sebagai permukiman pantai adalah pintu keluar dan masuk bagi hinterland yang subur dan kaya hasil bumi telah menjadikannya sebuah kota dagang.

Pemerintah mulai merancang dan menetapkan central business district (CBD) sebagai pintu gerbang aktivitas perekonomian perdagangan dalam dan luar negeri, merupakan potensi yang menjamin pertumbuhan perdagangan dan distribusi yang main meluas dan mantap. Memasuki tahun 2000, Kota Surabaya mengalami perkembangan pesat dalam hal membangun fasilitas penunjang kegiatan perdagangan baik yang dilakukan oleh pemerintah kota maupun pihak swasta. Kawasan perdagangan yang tumbuh dengan pesat memaksa

136

pemerintah kota untuk merancang serta menetapkan centra bisnis distrik (CBD) pada beberapa wilayah Kota Surabaya.

Dengan berkembangnya industri baru tersebut, bidang perdagangan pun juga turut berkembang. Lingkup perdagangan tidak hanya bersifat lokal, tetapi juga internasional.

Surabaya telah menjadi pusat pertemuan pedagang dari pedalaman dan luar negeri. Sebagai kota perdagangan, Surabaya telah menunjukkan keberadaannya. Sektor ini mampu menyumbang 29,50 % pada tahun 1991 dan terus meningkat menjadi 33,86 % pada tahun 2001 dari PDRB Surabaya. Dengan mengemban fungsi sebagai kota perdagangan, Surabaya merupakan jembatan penghubung timbal balik antara produsen dengan konsumen.

Pemerintah dan kalangan usahawan Surabaya menyadari sekali fungsi perdagangan ini. Dalam menghadapi globalisasi ekonomi dunia, pemerintah Surabaya telah giat mengusahakan internasionalisasi Surabaya. Pemerintah dan usahawan Surabaya membangun berbagai fasilitas bisnis, pusat perdagangan (perbelanjaan) dan fasilitas lainnya. Upaya pembenahan pasar-pasar tradisional serta pertumbuhan pusat-pusat perbelanjaan menunjukkan kesungguhan Surabaya dalam membenahi diri menghadapi kebijakan perdagangan bebas.

Modernisasi Pasar Turi, Pasar Atom, telah terbukti mampu meningkatkan roda perdagangan. Dua pasar tradisional yang dimodernisasi ini kini menjadi pusat transaksi dagang

137

dengan omset yang besar. Pasar Turi misalnya, telah menjadi pusat penyedia barang-barang, seperti tekstil, karpet, dan peralatan rumah tangga lainnya.

Surabaya tidak hanya menjadi pusat perdagangan bagi hinterlandnya yang ada di Jawa Timur, namun juga memfasilitasi wilayah-wilayah di Jawa Tengah, Kalimantan, dan kawasan Indonesia Bagian Timur. Ini karena pelabuhan Tanjung Perak merupakan pelanbuhan terbesar kedua setelah Tnjung Priok. Arus container di Tanjung Perak tercatat 328.000 TEU (21,4% dari total biaya), jauh melebihi Belawan (200.000), Semarang (70.000) dan Ujung Pandang (30.000). Ini juga tidak lain karena pada tahun 1992, Presiden RI Soeharto telah menetapkan pelabuhan Tanjung Perak sebagai terminal container bertaraf internasional. Bagi kawasan lainnya, Surabaya memberikan peran yang besar bagi berlangsungnya transaksi perdagangan maupun arus barang dan jasa. Seiring dengan kemajuan yang dicapainya, Surabaya terus berbenah diri dalam menyediakan fasilitas perdagangan. Upaya membangun Surabaya menjadi sebuah kota perdagangan yang besar terus didukung dengan deregulasi dan penyediaan fasilitas yang memadai.

Sebagai kota perdagangan, usaha persewaan dan penjualan gudang-gudang berkembang pesat. Perkembangan usaha pergudangan ini berlangsung terutama di kawasan Surabaya Barat, yaitu kawasan segitiga Tambak Langon-Kalianak-Margomulyo. Kawasan itu amat strategis bagi usaha pergudangan karena letaknya yang dekat dengan pelabuhan Tanjung Perak, dekat dengan jalan tol, dan dekat dengan pusat-pusat grosir, seperti Kembang Jepun dan Pasar Turi.

138

Gudang-gudang itu penting bagi para usahawan untuk penyimpanan barang sebelum diekspor atau menunggu jadwal pemberangkatan kapal, atau menjadi terminal bagi barang-barang impor, atau pengiriman barang antar pulau.

Surabaya mempunyai dan terus mengembangkan peran dan fungsi Bursa Efek Surabaya (BES) dan World Trade Centre (WTC) supaya mempunyai kapasitas sebagai kota dagang yang layak diperhitungkan dalam percaturan perdagangan internasional. Kegairahan masyarakat dalam membeli sertifikat saham di BES adalah refleksi dari pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kian menguat. Dan keberadaan WTC sebagai forum pertemuan masyarakat dagang, makin mendukung bidang perdagangan Surabaya. Dalam masa-masa mendatang, kota ini akan menjadi kota perdagangan yang tidak hanya dibutuhkan bagi kawasan regional, tetapi juga bagi internasional. Pusat-pusat bisnis kini juga telah didirikan di Surabaya. Berdirinya gedung-gedung baru seperti World Trade Centre (WTC), Bursa Efek Surabaya (BES), Surabaya Bisnis Centre (SBC) menunjukkan kesiapan Surabaya menjadi sebuah kota dagang internasional. Surabaya memberi kemudahan dalam proses perbankan, karena sektor ini sangat mendukung perkembangan perdagangan di Surabaya. Sehingga tidak saja bermunculan bank-bank swasta nasional, namun juga bank-bank asing.

Surabaya juga membangun pusat grosir baru di kawasan Jembatan Merah. Di tempat ini penyediaan barang dagangan tidak hanya untuk Surabaya, tapi juga memasok kebutuhan daerah Jawa Timur dan kawasan Indonesia bagian Timur.

139

Menyimak laju perkembangan yang dicapai dalam dasa warsa terakhir, maka Surabaya akan semakin menjadi kota dagang yang diminati banyak kalangan. Surabaya sebagai kota dagang tidak hanya penting bagi kota di sekitarnya, namun juga bagi kawasan dari berbagai negara-negara lainnya.

Saat ini Surabaya terus mengokohkan dirinya sebagai kota dagang yang besar. Selama ini jumlah pedagang kecil masih banyak (54,9%), disusul pedagang menengah (31,6%), dan pedagang besar (13,5%). Komposisi itu barangkali tidak akan berubah drastis dalam waktu mendatang, namun volume perdagangan bisa dipastikan meningkat, mengingat Surabaya giat membangun prasarana-prasarana perdagangan di wilayahnya. Pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan penghasilan rata-rata penduduk Surabaya dan Jawa Timur memberi prospek cerah bagi perdagangan, karena penduduk adalah potensi pasar. Internasionalisasi Surabaya juga menambah potensi pasar.

Surabaya mengembangkan beberapa kawasan atau sentra kegiatan usaha perdagangan. Jika sepuluh tahun yang lalu sentra perdagangan Surabaya berpusat didaerah Kembang Jepun, Tunjungan, Praban, Embong Malang dan Wonokromo, maka saat ini Surabaya telah mengembangkan sentra-sentra baru, seperti di daerah Dharmahusada, Kertajaya, Ngagel Jaya, Pucang Anom, Mayjen Sungkono, Darmo Barat, dan sebagainya. Sentra-sentra perdagangan tersebut lebih banyak melayani kebutuhan masyarakat dalam kota. Kini juga sedang dibangun sentra-sentra dagang dan pertokoan di pelbagai tempat di Surabaya, seperti Rungkut, Klampis,

140

Margorejo, dan Mulyorejo. Pertumbuhan cepat kawasan pergudangan di Surabaya barat juga amat membantu perkembangan perdagangan kota Surabaya.

Yang juga layak dicatat, Surabaya memberi peluang digelarnya banyak dan berbagai pameran. Di Surabaya, hampir tiap hari ada pameran-pameran dagang yang menjembatani produsen dan konsumen. Pameran-pameran yang digelar bermacam-macam: komputer, perabot rumah tangga, elektronik, otomotif, permesinan, buku dan perumahan. Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Jawa Timur dan Surabaya semakin aktif menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga serupa diluar negeri. Kadinda tidak hanya menyelenggarakan program-program promosi ke luar negeri, pengiriman usahawan-usahawan ke luar negeri untuk mencari pasar-pasar, tetapi juga mengadakan penyuluhan dan latihan bisnis bagi pengusaha-pengusaha setempat. Dengan demikian dalam memasuki abad kke 21, SDM Surabaya untuk mendukung perdagangan pasti lebih baik daripada sekarang.

Sebagai pusat Indonesia Timur, pertama-tama Surabaya dituntut untuk memiliki infrastruktur yang lengkap agar bisa mencapai kondisi win-win dengan wilayah lain sebagai partner jaringan yang dibentuk. Misalnya Ujungpandang sebagai kota berkembang hingga Merauke pun juga harus memiliki akses yang lancar satu sama lain untuk mendukung masalah logistik yang saling menunjang antar wilayah dimana terdapat konteks langsung yang mengiringi perkembangan kota Surabaya. Begitu pula perkembangan didaerah sekitar Surabaya sendiri, misalnya Tuban sebagai

141

alternatif perkembangan pelabuhan kedua karena memiliki kedalaman yang cocok sebagai dermaga pintu masuk. Sama halnya dengan Pacitan yang dapat menjadi Ocean Going Port dengan asumsi pegunungan Dieng semen harus digarap sehingga menjadi kegiatan ekonomi lain setelah Tuban.

Dengan kesiapan Surabaya menyediakan fasilitas untuk menyalurkan produk-produk dari daerah/propinsi lain atau disebut sebagai Trading House wilayah Timur, kewajiban yang tidak boleh dilupakan adalah tetap menunjang kebutuhan daerah untuk melancarkan proses produksi mereka. Namun mereka harus tetap diberikan otonomi untuk bertindak sendiri. Surabaya dapat menjadi mandiri dalam penyediaan informasi pasar bagi mereka. Karena itulah dibuatlah semacam peta surrounding area another provinces yang mendukung Surabaya sebagai pusat informasi ke dunia luar sebagai timbal baliknya

Selain itu harus dipikirkan alternatif lain yang dapat dibuka sebagai pintu laut. Tuban yang telah diusulkan untuk dibuka sebagai dermaga feri yang mempunyai kapasitas berstandar internasional sekitar 10 ribu ton, memiliki jalur ke Australia. Sedangkan untuk antar daerah dapat melayani daerah strategis lainnya seperti Kalsel.

Trading House diharapkan pula mendukung jaringan ekonomi rakyat karena memberikan perlindungan mengenai informasi yang tepat tentang pasar dan produk. Dalam Trading House bukan berarti kegiatan ekspor berpusat di Surabaya saja, namun terbuka di semua jaringan yang dibuat. Surabaya hanya bertindak sebagai pelaku utama

142

penyedia informasi tentang pasar dan produk yang tepat. Sedangkan kegiatan eksport merupakan otonomi sesuai faktor-faktor dominan yang ada di masing-masing wilayah, namun tetap terdapat suatu kendali kasat mata yang dipegang oleh Surabaya

Terakhir, khusus transportasi segala sesuatunya harus disempunakan. Misal tambahan transportasi utama seperti trasportasi Indonesia Selatan yaitu Nusa Tenggara melengkapi yang telah ada seperti transportasi Kalsel. Begitu pula mengenai feri bertindak sebagai pengumpul (thrunk) dan juga antar Intermuda (air, udara dan darat) yang harus saling berkaitan satu sama lain. Akhirnya setelah jaringan sempurna terbentuk dengan Surabaya sebagai pusat pengendali disusunlah suatu rencana spesialisasi dan comparative right choose dari masing-masing wilayah dalam jaringan.

B.3.10. Industri

Kegiatan industri adalah salah satu indikator suatu kehidupan perkotaan. Telah disadari sejak lama bahwa Surabaya memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai kota industri.

Pada masa kemerdekaan, Kota Surabaya semakin menunjukkan eksistensinya sebagai kota industri. Ini terlihat pada semakin terbukanya peluang dan kesempatan bagi pengusaha untuk mengembangkan usahanya dengan membangun kawasan-kawasan industri baru yang terkelola dengan lebih baik, tidak saja dalam hal pengelolaan limbah dan lingkungannya tertata dengan lebih baik, namun juga

143

banyak perusahaan yang menata bangunan pabrik dan gedung perkantorannya dengan arsitektur dan tata bangunan yang lebih indah. Contohnya, seperti di kawasan Rungkut (Surabaya Industrial Estate Rungkut/SIER), Margomulyo, Tandes, dan Kalianak. Pembangunan bidang industri diupayakan juga mencakup pada pengembangan industri rumah tangga, industri kecil dan industri menengah. Saat ini, di Surabaya diperkirakan terdapat 11.142 pabrik yang menyerap 309.223 tenaga kerja.

Akibat perkembangan industri yang meningkat, muncul urbanisasi. Berbondong-bondong orang dari luar Surabaya menyerbu Surabaya untuk bekerja di sektor industri. Meningkatnya jumlah urbanisasi, telah berdampak pada berbagai hal, seperti penyediaan tempat tinggal, pendidikan, kebutuhan transportasi, dan fasilitas umum lainnya.

Guna menunjang Surabaya sebagai kota metropolitan, saat ini pembangunan industri tidak hanya dikembangkan di kawasan pinggiran, tetapi juga di kawasan sekitar Surabaya, seperti di Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Pasuruan, Sidoarjo serta Lamongan (Gerbangkertosusilo). Walaupun dilakukan pengembangan di wilayah-wilayah tersebut, Surabaya tetap menjadi pusat komando pengendalian industri. Hal ini disebabkan fasilitas penunjang pengembangan di bidang industri telah dimiliki Surabaya sejak lama.

Surabaya juga memfasilitasi para investor dengan penyediaan kawasan pergudangan di kawasan segitiga Tambak Langon-Kalianak-Margomulyo, Surabaya Barat. Kawasan itu mudah dijangkau karena letaknya dekat jalan

144

tol menuju pelabuhan Tanjung Perak. Pergudangan itu berfungsi strategis bagi ekspor hasil-hasil industri di Surabaya maupun Jawa Timur. Kawasan pergudangan dilengkapi dengan fasilitas listrik, saluran air, telepon, dan pelebaran jalan.

Surabaya juga mengembangkan kawasan-kawasan industri di Gerbang Kertosusilo. PT SIER kini merencanakan untuk memaksimalkan tingkat penggunaan industri di kawasan industri Pasuruan (PIER), membangun kawasan industri di Jabon, Sidoarjo (SIEJ), dan jalan di gresik. Pemerintah Surabaya juga manyadai bahwa buruh adalah mata rantai penting dari proses industrialisasi yang kesejahteraannya harus diperhatikan. Kenyataannya, masih sering terjadi pemogokan buruh di Surabaya, tetapi semata-mata dilakukan dalam rangka menuntut kesejahteraan minimum yang ditetapkan pemerintah.

Oleh karenanya, pemerintah Surabaya berusaha memperbaiki kesejahteraan tenaga kerja dengan menyesuaikan UMR dengan Kebutuhan Fisik Minimum (KFM). Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 188/294/kpts/013/2003 Tentang PENETAPAN UPAH MINIMUM KAB / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2003 maka UMR Surabaya dinaikkan menjadi Rp 516.750. Kenaikan UMR ini setidak-tidaknya bisa mengurangi unjuk rasa dan pemogokan yang bisa menghambat proses industrialisasi.

B.3.11. Kerjasama Internasional

Makin menginternasionalnya kota Surabaya ditandai juga dengan adanya kerjasama internasional yang makin intensif.

145

Kini Surabaya telah menjalin kerjasama dalam wujud kota kembar/bersaudara (sister city) dengan Seattle (AS), dan dengan Kochi (Jepang). Selain itu, Surabaya juga masuk dan mempelopori kerja sama negara bagian/propinsi (state/province sisters) dengan Australia Barat dan Lousiana (AS). Kerjasama-kerjasama itu tidak hanya dilakukan dalam bidang pendidikan, budaya, pertanian, pertambangan dan kimia.

J. Perbandingan Negara Lain

Jerman

Untuk menangani masalah persaingan usaha, Republik Federal Jerman mempunyai Kantor Kartel Federal (The Bundeskartellamt). Kantor ini adalah badan kekuasaan federal yang mandiri dan independen yang bertanggung jawab langsung pada Menteri Ekonomi. Tugas utamanya adalah untuk melaksanakan undang-undang perlindungan persaingan usaha yang berlaku secara efektif mulai tanggal 1 Januari 1958.

Karena bentuk negaranya yang federal, maka Jerman mempunyai beberapa negara bagian (land) yang mempunyai kekuasaan otonom untuk mengurus daerahnya masing-masing. Hal ini berpengaruh terhadap pembagian kewenangan Kantor Kartel di masing-masing negara bagian dengan Kantor Kartel Federal di pusat.

Dalam hal pengawasan merger perusahaan maka hanya Kantor Kartel Federal di pusat yang meiliki wewenang. Sementara untuk

146

mengawasi larangan kartel dan praktek perjanjian yang dilarang maka harus dilihat dari efek/akibat yang ditimbulkan : apabila efek praktek tersebut hanya mengenai negara bagian saja, maka Kantor Kartel negara bagian yang menangani. Namun apabila dilihat praktek anti persaingan uasaha tersebut membawa dampak luas secara nasional maka Kantor Kartel federal yang berwenang menangani.

Dilihat dari struktur organisasi, Kantor Kartel Federal pusat dan negara bagian mempunyai struktur yang sama. Namun Kantor Federal negara bagian mempunyai hak untuk menentukan sendiri sesuai dengan kebutuhan daerahnya masing-masing.

Ada tiga struktur yang harus dimiliki oleh sebuah Kantor Kartel yaitu : Divisi Pengambilan Keputusan, Divisi Sumber Daya Manusia dan Administrasi. Dalam divisi pengambilan keputusan inilah kasus-kasus yang ada ditangani sesuai dengan sektor-sektor ekonominya. Divisi ini terdiri dari seorang hakim ketua dan 2 (dua) orang hakim anggota. Hakim-hakim ini mmpunyai kedudukan yang independen dan pengambilan keputusan diambil berdasarkan suara mayoritas.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bagan di bawah ini :

Act of Restraints of Competition(1 January 1958)

BUNDESKARTELLAMT Bertanggung jawab (Federal Cartel Office = FCO) terhadap Menteri

Ekonomi

147

Tugas1. Pengawasan Merger Kewenangan yang hanya dimiliki FCO Pusat.2. Larangan Kartel dan Pengawasan Praktek Perjanjian yang Dilarang

Bila efek praktek anti-monopoli itu pada Negara bagian (Land) saja, maka Land yang bertanggung jawab.

Struktur FCO Pusat dan Land samaNamun Land punya hak menentukan sendiri sesuai kebutuhan

Decision Division Human Resource Administration

Penanganan KasusSesuai sektor ekonomi

1 Hakim Ketua & 2 Anggota Independen Suara Mayoritas

Sumber : www.bundeskartellamt.de

Amerika Serikat

Komisi Perdagangan Federal (Federal Trade Commission) dibentuk untuk menangani masalah persaingan usaha di Amerika Serikat. Komisi ini bertanggung jawab langsung pada Menteri Keuangan.

Tugas utamanya terbagi dalam beberapa bentuk :

1. Fungsi Investigasi

148

Dalam UU FTC dinyatakan bahwa Komisi dapat permasalahan yang berkaitan dengan tugasnya di setiap wilayah Amerika Serikat dan dapat mengumpulkan informasi serta menyelidiki dari waktu kewaktu setiap bentuk usaha.

2. Fungsi Penegakkan

Setelah penyelidikan, Komisi dapat melaksanakan penindakan apabila terdapat alasan untuk percaya bahwa UU telah dilanggar. Hal ini untuk menegakkan perlindungan konsumen dan antitrust.

3. Fungsi Litigasi

Komisi berwenang menindak para pelanggar UU di pengadilan federal dimana dalam hal ini Komisi diwakili oleh jaksa Agung.

Sama dengan Jerman, karena bentuk negaranya yang federal, Amerika Serikat mempunyai beberapa negara bagian (states) yang mempunyai kekuasaan otonom untuk mengurus daerahnya masing-masing. Hal ini berpengaruh terhadap pembagian kewenangan FTC di masing-masing negara bagian dengan FTC pusat.

Untuk memisahkan kewenangan, maka FTC negara bagian hanya menangani masalah persaingan usaha apabila dalam suatu masalah tertentu memang terkait dengan kebijakan negara bagian itu dan juga diawasi secara aktif oleh negara bagian tersebut.

Struktur organisasi dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

149

FEDERAL TRADE COMMISSION Bertanggung jawab (FTC) terhadap Menkeu

Kewenangan FTC Negara Bagian (State)

1. in furtherance of a clearly articulated state policy, and2. actively supervised by the state.

Struktur FTC dan State FTC samaNamun State FTC punya hak menentukan sendiri sesuai kebutuhan

Commissioners Offices & Bureaus Regional/State FTC

Regulatory Commission Licensing Board Administration

Attorney General

Sumber : www.ftc.gov

Bab

150

4REKOMENDASI

Pembentukan Kantor Perwakilan Daerah sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang, memang diharapkan ada di setiap ibukota propinsi. Namun, untuk memulai proses pembentukan , maka dilakukan secara bertahap dengan memilih tiga ibukota proponsi sebagai ‘pilot project’

Dengan memperhatikan kajian literatur dan proses focus group discussion yang telah dilakukan dalam beberapa bulan terakhir, ada beberapa hal yang menjadi rekomendasi terkait dengan pembentukan Kantor Perwakilan Daerah KPPU, yakni :

1. Tahap Pertama

Untuk tahap pertama, dengan memperhatikan pemerataan kesempatan memperoleh keadilan dan perlindungan hukum dipandang perlu untuk dibentuk kantor perwakilan daerah KPPU yang berkedudukan di Surabaya, Makassar dan Medan. Alasan pemilihan tiga kota tersebut adalah bahwa ketiga kota tersebut telah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Peluang dan kemungkinan memiliki potensi pelanggaran terhadap UU no 5 tahun 1999.

Kenyataan menunjukkan bahwa tingkat persaingan dan potensi persaingan di daerah tersebut lebih besar dibanding daerah yang lain.

151

Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM)

Ketiga daerah tersebut memiliki ketersediaan SDM yang dianggap mampu untuk melaksanakan amanat UU no 5 tahun 1999. Secara umum di tempat tersebut terdapat perguruan tinggi yang mensuplai akademisi, juga KADIN secara aktif bisa mewakili kepentingan pelaku usaha.

Secara ekonomi dan geografis, merupakan titik basis pertumbuhan yang dominan di masing-masing region

Secara geografis, ketiga daerah ini bisa mewakili tiga region di wilayah nasional Indonesia ( meliputi Indonesia bagian Barat, Tengah dan Timur).

Kesiapan secara infrastruktur

Ketiga daerah tersebut memiliki infrastruktur yang memungkinkan dibentuk Kantor Perwakilan Daerah.

2. Tahapan dari tugas, wewenang dan tanggungjawab Kantor Perwakilan Daerah KPPU adalah sebagai berikut:

Tahapan pertama; Kantor Perwakilan Daerah KPPU melaksanakan peran :

i. Membantu KPPU dalam menerima laporan dari masyarakat

ii. Membantu KPPU dalam mengawasi perilaku pelaku usaha

152

iii. Membantu KPPU dalam melakukan penyelidikan sesuai perintah Tim Pemeriksa dan atau Majelis KPPU

iv. Membantu KPPU dalam mengawasi pelaksanaan putusan KPPU

v. Melakukan upaya dan tindakan hukum terhadap pelaku usaha yang mengajukan keberatan terhadap putusan Majelis KPPU

vi. Menyiapkan dan melaksanakan pemberian pemahaman serta pelayanan hukum kepada masyarakat, lembaga pemerintah, lembaga non pemerintahan

vii. Mengumpulkan, mengolah, mengemas, menyiapkan dan menyampaikan informasi untuk keperluan publikasi yang berkaitan dengan hasil pelaksanaan tugas dan wewenang KPPU

Tahapan kedua; Kantor Perwakilan Daerah KPPU melaksanakan peran diatas ditambah lima tugas tambahan sebagai berikut:

i. Menyusun rekomendasi laporan dugaan pelanggaran terhadap UU No.5/1999

ii. Melakukan kajian industri dan regulasi yang berkaitan dengan persaingan usaha di wilayah ruang lingkup kerja kantor perwakilan KPPU berada;

153

iii. Menyiapkan dan merumuskan hasil kajian industri maupun regulasi yang berkaitan dengan persaingan

iv. Menyiapkan dan melaksanakan kajian serta perumusan rekomendasi kebijakan atas regulasi dan peraturan perundang-undangan

v. Menyiapkan dan melaksanakan kerjasama serta mengevaluasi hubungan kerjasama timbal balik antar lembaga guna meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menegakan UU No.5/1999 di wilayah ruang lingkup kerja Kantor Perwakilan KPPU berada;

2. Tahapan yang berimplikasi pada bentuk dan struktur organisasi meliputi :

Tahap pertama

Struktur organisasi kantor perwakilan KPPU di daerah meliputi dua direktorat yaitu direktorat penegakan hukum dan direktorat Komunikasi. Selain kedua direktorat yang masuk dalam struktur ini tentunya secara implisit di dalam struktur tersebut juga telah terdapat bagian administrasi yang mendukung operasional kantor Perwakilan KPPU tersebut.

Tahap kedua

Apabila struktur organisasi Kantor Perwakilan KPPU di daerah pada tahap pertama ini telah berhasil menjalankan fungsinya dan pada kelanjutannya membutuhkan pemekaran fungsi, maka fungsi-fungsi organisasi yang direkomendasikan pada tahapan yang kedua adalah

154

berkembangnya fungsi Penegakan hukum, Fungsi komunikasi, dan bertambahnya Fungsi Administrasi, yang terwujud dalam Direktorat Administrasi, dan Fungsi Kajian yang terwujud dalam Direktorat Kajian Kebijakan Persaingan.

Setelah keempat fungsi tersebut dapat berjalan dengan sumber daya manusia yang terbatas, maka apabila kinerja dari kantor perwakilan KPPU di daerah memerlukan pengembangan untuk menyesuaikan dengan keadaan atau kondisi persaingan usaha dan kaitannya dengan fungsi dan tugas KPPU untuk menegakkan Undang-Undang No.5/1999, maka Kantor perwakilan KPPU di daerah tersebut dapat mengembangkan Struktur Organisasinya dengan tetap mempertahankan keempat fungsi direktorat tersebut yang telah memiliki subordinat-subordinat di masing-masing direktorat.

3. Tahapan Pembiayaan

Sejalan dengan diskursus yang berkembang di daerah sewaktu mengadakan Focus Group Discussion, dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah pembiayaan organisasi kantor perwakilan daerah berbanding lurus dengan fungsi dan kewenangan yang akan dimilik oleh kantor perwakilan daerah nantinya.

Tiga daerah yang dikunjungi menyatakan bahwa apabila yang dibentuk nantinya adalah hanya sebuah kantor perwakilan daerah yang fungsi dan wewenangnya hanya kepanjangan tangan dari sekreatariat KPPU maka pembiayaan hanya

155

bersumber dari APBN. Namun apabila nantinya daerah mempunyai fungsi dan kewenangan yang lebih besar – sampai pada menangani dan memutus perkara di daerahnya – maka mungkin sekali pemerintah daerah dapat membantu melalui APBD.

Hal ini sesuai dengan regulasi yang mengatur masalah KPPU, yaitu UU No. 5/1999 dan Keppres No.75 Tahun 1999, yang menyatakan bahwa biaya untuk pelaksanaan tugas Komisi dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau sumber-sumber lain yang diperbolehkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan KPPU itu sendiri menurut Pasal 8 Keppres No.75 Tahun 1999 susunan organisasinya terdiri dari Anggota KPPU dan Sekretariat. Sehingga dapat dikatakan biaya untuk pelaksanaan tugas anggota KPPU dan Sekretriat KPPU dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau sumber lain yang diperbolehkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dan inilah yang menjadi rekomendasi awal dalam masalah pembiayaan bagi KPPU dalam pilot project pembentukkan KPD KPPU.

156