bab · web viewketinggian kota semarang terletak antara 0,75 meter sampai dengan 348 meter di atas...

14
Bagian ini memberikan uraian tentang kondisi dan permasalahan aktual di Kota Semarang, yang meliputi kondisi fisik geografis, penggunaan lahan, kependudukan, perekonomian, prasarana dan prasarana, serta pemerintahan 3.1. 3.1. ADMINISTRASI ADMINISTRASI SEMA SEMARANG RANG Kota Semarang terletak antara garis 6º 50’ - 7º 10’ LS dan garis 109º 50’ - 110º 35’ BT, secara administratif Kota Semarang dibatasi oleh: Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Selatan : Kab. Semarang Sebelah Barat : Kab. Kendal Sebelah Timur : Kab. Demak Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 meter sampai dengan 348 meter di atas garis pantai. Tingkat curah hujan 11.182 mm dan hari hujan 172. Temperatur udara maksimum-minimum di Kota Semarang rata-rata 33,7 C dengan temperatur tertinggi pada bulan September dan temperatur terendah pada bulan Juli dan Agustus (22,4C). Sedangkan kelembaban nisbi rata-rata mencapai 79% dengan prosentase terbesar pada bulan Desember yang mencapai rata-rata Laporan Pendahuluan PENYUSUNAN DED JALAN MANGKANG-MIJEN III - 1 BAB

Upload: others

Post on 21-Jan-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab · Web viewKetinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 meter sampai dengan 348 meter di atas garis pantai. Tingkat curah hujan 11.182 mm dan hari hujan 172. Temperatur udara

Bagian ini memberikan uraian tentang kondisi dan permasalahan aktual di Kota Semarang, yang meliputi kondisi fisik geografis, penggunaan lahan, kependudukan, perekonomian, prasarana dan prasarana, serta pemerintahan

3.1.3.1. ADMINISTRASI ADMINISTRASI SEMA SEMARANGRANG

Kota Semarang terletak antara garis 6º 50’ - 7º 10’ LS dan garis 109º 50’ - 110º 35’ BT,

secara administratif Kota Semarang dibatasi oleh:

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Selatan : Kab. Semarang

Sebelah Barat : Kab. Kendal

Sebelah Timur : Kab. Demak

Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 meter sampai dengan 348 meter di atas

garis pantai. Tingkat curah hujan 11.182 mm dan hari hujan 172. Temperatur udara

maksimum-minimum di Kota Semarang rata-rata 33,7 C dengan temperatur tertinggi

pada bulan September dan temperatur terendah pada bulan Juli dan Agustus (22,4 C).

Sedangkan kelembaban nisbi rata-rata mencapai 79% dengan prosentase terbesar pada

bulan Desember yang mencapai rata-rata 85%, sedangkan arah angin sebagian besar

bergerak dari arah tenggara barat laut dengan kecepatan rata-rata antara 5,90 km per

jam.

Kota Semarang memiliki karakteristik topografi yang unik, yaitu berupa daerah pantai dan

daerah perbukitan. Elevasi topografi berada pada ketinggian antara 0,75 m sampai

sekitar 350 m diatas permukaan laut. Kondisi topografi menciptakan potensi panorama

yang indah dan ekosistem yang lebih beragam.

Laporan PendahuluanPENYUSUNAN DED JALAN MANGKANG-MIJEN III - 1

BAB

Page 2: Bab · Web viewKetinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 meter sampai dengan 348 meter di atas garis pantai. Tingkat curah hujan 11.182 mm dan hari hujan 172. Temperatur udara

Ketinggian Kota Semarang yang bervariasi ini menjadikan pemanfaatan bagian atas Kota

Semarang harus hati-hati, dan lebih difungsikan sebagai daerah konservasi untuk

melindungi Kota Semarang bagian bawah.

Kondisi kelerengan lahan berbanding terbalik dengan intensitas pemanfaatan lahan.

Pada lereng di atas 40 % tidak diperkenankan untuk kegiatan budidaya, lahan dengan

kemiringan lereng antara 25-40% dapat digunakan akan tetapi dengan penggunaan yang

terbatas dan bantuan teknologi, sedangkan lahan dengan kemiringan <25% merupakan

lahan yang diperbolehkan untuk berbagai penggunaan. Lahan dengan kelerengan relatif

curam terdapat mulai perbatasan kota bagian atas dan bawah hingga ke selatan yang

kebanyakan merupakan kota di bagian atas.

Dengan demikian secara umum kriteria kemiringan lereng di Kota Semarang dapat

dikatakan bahwa sebagian besar wilayahnya memiliki tingkat kemiringan lereng yang

datar dan landai, yaitu seluas 29.190,52 Ha (sekitar 78,11%), agak curam seluas

6.080,18 Ha (16,7%), curam seluas 1138,80 Ha (3,05%) dan terjal/sangat curam seluas

960,50 Ha (2,57%).

Permasalahan dalam hidrologi Kota Semarang adalah debit saluran dan sungai di kota

bagian bawah tidak sebanding dengan volume air. Semakin banyak daerah terbangun

pada daerah tangkapan air, dan semakin banyak curah hujan akan mempengaruhi

kecepatan aliran air (run off) sehingga debit air pada sungai-sungai tersebut juga

semakin besar. Kesesuaian debit dengan dimensi saluran berpengaruh terhadap luasnya

daerah genangan di Kota Semarang bagian bawah. Adanya sungai yang mengalami

penyempitan dan sedimentasi serta kurangnya drainase dibandingkan dengan lahan

terbangun merupakan faktor penyebab terjadinya banjir ataupun genangan di Kota

Semarang bagian bawah di musim penghujan.

Struktur geologi yang ada di daerah Semarang terdiri atas tiga bagian yaitu struktur joint

(kekar), patahan (fault), dan lipatan. Daerah patahan tanah bersifat erosif dan

mempunyai porositas tinggi, struktur lapisan batuan yang diskontinyu (tak teratur),

heterogen, sehingga mudah bergerak atau longsor. Pada daearah sekitar aliran sungai

Kaligarang adalah merupakan patahan Kaligarang yang membujur arah utara sampai

selatan di sepanjang Kaligarang yang berbatasan dengan bukit Gombel. Patahan ini

bermula dari Ondorante ke arah utara hingga Bendan Duwur. Patahan ini merupakan

patahan geser, yang memotong formasi Notopuro, ditandai adanya zona sesar, tebing

terjal di Ondorante, dan pelurusan Kaligarang serta beberapa mata air di Bendan Duwur.

Daerah patahan lainnya adalah Meteseh, perumahan Bukit Kencana Jaya dengan arah

patahan melintas dari utara ke selatan. Sedangkan pada wilayah Kota Semarang yang

berupa dataran rendah memiliki jenis tanah berupa struktur pelapukan, endapan, dan

lanau yang dalam.

Laporan PendahuluanPENYUSUNAN DED JALAN MANGKANG-MIJEN III - 2

Page 3: Bab · Web viewKetinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 meter sampai dengan 348 meter di atas garis pantai. Tingkat curah hujan 11.182 mm dan hari hujan 172. Temperatur udara

3.2.3.2. KEPENDUDUKAN KEPENDUDUKAN

Penduduk merupakan salah satu faktor penting dalam perencanaan pembangunan

daerah, karena penduduk merupakan sumberdaya manusia yang partisipasinya sangat

diperlukan agar pelaksanaan hasil-hasil perencanaan dapat berjalan dengan baik.

Penduduk juga merupakan motor penggerak pembangunan daerah. Selain sebagai

subyek dalam proses pembangunan, penduduk juga dapat bertindak sebagai obyek,

dimana ia akan menjadi salah satu target dalam pembangunan. Analisa aspek penduduk

merupakan dasar dalam hal proyeksi kebutuhan fasilitas, sarana dan prasarana yang

akan disediakan mendatang. Kedetailan tingkat analisis terhadap perkembangan data

dari tahun ketahun akan membentuk hirarki output analyze yang komperhensif dan dapat

dipergunakan sebagai alat bantu dalam proses perencanaan suatu wilayah. Oleh karena

itu, analisis kependudukan sangat mendukung efesiensi dan efektivitas perencanaan

pembangunan agar berhasil sebagaimana yang diharapkan di masa mendatang.

3.3.3.3. PERPEREKONOMIEKONOMIANAN

Kota Semarang sebagai kota yang mengandalkan sektor perdagangan dan jasa dengan

didukung sektor industri sebagai sektor pendukung terbesar juga terlihat dari pola

persebaran kedua sektor ini yang hampir terbesar di seluruh bagian Kota Semarang.

Secara umum pola persebaran ekonomi kawasan yang terbentuk di wilayah Kota

Semarang ini adalah

Sektor Perdagangan dan Jasa, Sektor ini menyebar di setiap struktur jalan yang ada,

tentunya pada kelas-kelas jalan yang sifatnya tidak menerus. Seperti misalnya Jalan

Pandaran, Pahlawan ataupun Jalan Setia Budi dan tentunya beberapa kelas jalan

lainnya. Pola persebaran sektor ini menunjukan bentuk aglomeratif (mengumpul) di

struktur jalan yang ada.

Sektor Industri, Untuk sektor ini pola persebaran yang terjadi cenderung berkembang

pada beberapa daerah berbatasan di sebelah barat, timur dan utara kota ini. Pola

persebaran yang terjadi menunjukan bentuk pengelolaan pembangunan yang

terorganisir, dimana keberadaan sektor industri berkembang terpencar dan tidak

mengelompok.

Sektor lainnya, Untuk sektor lainnya tersebar secara parsial sebagai pelangkap kawasan

dari kedua sektor di atas. Untuk sektor pertanian dan pertambangan jelas dalam

kapasitas yang kecil dan berada pada beberapa daerah pinggiran. Untuk sektor

perdagangan, lembaga keuangan, persewaan, hotel berada menyebar pada ruang-ruang

potensial ruang Kota Semarang. Beberapa sektor yang ada juga menunjukan bentukan

Laporan PendahuluanPENYUSUNAN DED JALAN MANGKANG-MIJEN III - 3

Page 4: Bab · Web viewKetinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 meter sampai dengan 348 meter di atas garis pantai. Tingkat curah hujan 11.182 mm dan hari hujan 172. Temperatur udara

pola yang belum efektif terorganisir sebagai salah satu bentuk pembangunan yang

efektif. Sedangkan sektor lainnya memanfaatkan sisa ruang yang ada di kota ini.

Untuk melihat lebih dalam tingkat pertumbuhan perekonomian kota ini, perkembangan

besaran kontribusi dari setiap sektor, dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel 3.5Laju Pertumbuhan Sektor-Sektor Ekonomi

Kota Semarang 2001-2005 (dalam %)SEKTOR EKONOMI 2001 2002 2003 2004 2005Pertanian -39,14 -10,69 3,26 5,85 3,96Pertambangan dan Penggalian 4,71 7,76 3,58 6,03 2,57Industri Pengolahan 3,01 5,32 5,19 6,09 3,06Listrik, Gas, dan Air Bersih 3,74 3,27 9,81 12,95 7,09Bangunan 6,44 6,42 3,17 6,37 8,33Perdagangan, Hotel, dan Restoran 6,67 3,92 4,13 8,86 3,45Pengangkutan dan Komunikasi 9,39 8,15 3,65 10,14 9,65Lembaga Keuangan, Persewaan 6,96 2,67 2,43 6,88 2,68Jasa 2,22 6,01 3,44 6,51 3,23

Sumber :Hasil Perhitungan

3.4.3.4. JARINGAN JALANJARINGAN JALAN

Kota Semarang memiliki beberapa ruas jalan yang terbagi ke dalam beberapa jenis jalan,

yaitu jalan negara (59.760 km), jalan propinsi (28.890 km) dan jalan lokal (2.673.971 km)

yang sudah tersebar di keseluruhan wilayah yang ada di kota ini. Adapun kondisi

pelayanan yang diberikan oleh beberapa ruas jalan yang ada seperti pada Tabel 4.6.

Tabel ini menggambarkan kondisi pelayanan pada beberapa ruas jalan di Kota

Semarang berada pada nilai B, C, D dan E dengan volume per kapasitas ( V/C Ratio )

berada pada titik 0,40 sampai dengan 0,95. Kondisi ini menunjukan tingkat pelayanan

ruas jalan yang ada di Kota Semarang masih rendah, yaitu dengan tingkat pelayanan B-

D. Sebagian besar tingkat pelayanan ruas jalan yang ada adalah C, hanya Jalan MH.

Thamrin yang mempunyai tingkat pelayanan terbaik, yaitu B. Ruas Jalan Kaligawe

merupakan ruas dengan tingkat pelayanan terburuk, yaitu bernilai E. Kondisi ini

disebabkan tingkat pergerakan yang terjadi pada ruas Jalan Kaligawe ini sangat padat.

Pergerakan yang terjadi tidak hanya bersifat regional (Kota Semarang dan wilayah

sekitar), namun juga pergerakan yang bersifat nasional (Jakarta-Surabaya).

Dengan melihat penyebaran jaringan jalan yang ada, pola jaringan jalan Kota Semarang

dapat dirumuskan. Dari gambaran sebaran jaringan jalan yang ada, pola jaringan jalan

Kota Semarang dapat terbagi ke dalam beberapa bentuk pola yang disesuaikan dengan

Laporan PendahuluanPENYUSUNAN DED JALAN MANGKANG-MIJEN III - 4

Page 5: Bab · Web viewKetinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 meter sampai dengan 348 meter di atas garis pantai. Tingkat curah hujan 11.182 mm dan hari hujan 172. Temperatur udara

sebaran dan fungsi pelayanananya. Beberapa bentuk pola jaringan jalan kota ini adalah

1. Jalur Lingkar Dalam

Merupakan bentuk jaringan jalan yang mengintari pusat kota dengan fungsi sebagai

jalur penampung dan pembagi arus di pusat kota. Beberapa ruas jalan lingkar dalam

inimeliputi Jalan Tol seksi C, Tol seksi A Jatingaleh, Tol seksi B dan Jalan Arteri

Lingkar Utara dan Jalan Usman Janatin.

2. Jalan Lingkar Luar

Merupakan jalur lingkar yang menghubungkan beberapa wilayah pusat pertumbuhan

pinggiran kota dengan wilayah pinggiran lainnya, seperti misalnya Jalan Genuk-

Pedurungan, Jalan Tegal Kangkung atau jalan lainnya.

3. Jalan Lingkar Radial

Jalur jalan ini merupakan kumpulan jalan yang berfungsi mendistribusikan

pergerakan ke beberapa regional di sekitar Kota Semarang selain itu jaringan jalan

ini berfungsi pula menghubungkan bebrapa pusat pertumbuhan di daerah pinggiran

dengan pusat Kota Semarang. Beberapa ruas jalan yang termasuk di dalam pola ini,

misalnya jalur jalan ke arah Demak, Jakarta, Solo.

Kondisi jalan yang rusak di Kota Semarang selain diakibatkan tingkat beban dari

pergerakan yang terjadi, sebagian besar disebabkan oleh kondisi alam yang merusak.

Berdasarkan faktor ini, kerusakan jalan yang ada di Kota Semarang dapat dibedakan

ke dalam beberapa kelompok penyebab;

Kerusakan yang diakibatkan rob

Kondisi jalan rusak yang ada di Kota Semarang ini sebagian besar berada di

beberapa kawsan pantai Kota Semarang seperti jalur pantura ke arah Demak (jalan

Kaligawe) ataupun jalan regional ke arah Kendal atau Jakarta. Selain rob, faktor

beban pergerakan yang sangat tinggi juga menjadi penyebab kerusakan.

Kerusakan yang diakibatkan kondisi topografi

Kerusakan jalan dengan faktor penyebab topografi sebagian besar berada di

daerah pinggiran kota seperti di daerah Gunungpati, Tembalang ataupun beberapa

ruas jalan lain. Faktor topografi menjadi faktor utama kerusakan jalan yang ada,

karena ruas jalan yang ada merupakan kelompok jalan lokal dengan beban

pergerakan yang tidak besar.

Karena kondisi jalan yang rusak inilah memberikan akibat kecelakaan lalulintas

yang selama ini terjadi. Dengan mengetahui penyebab dari kerusakan jalan yang

ada, tentunya langkah-langkah peningkatan kualitas pelayanan jaringan jalan

tersebut bisa disesuaikan.

Laporan PendahuluanPENYUSUNAN DED JALAN MANGKANG-MIJEN III - 5

Page 6: Bab · Web viewKetinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 meter sampai dengan 348 meter di atas garis pantai. Tingkat curah hujan 11.182 mm dan hari hujan 172. Temperatur udara

3.5.3.5. KONDISI TRASE MANGKANG-MIJENKONDISI TRASE MANGKANG-MIJEN

Salah satu rencana pengembangan jaringan jalan tersebut adalah Semarang

Outer Ring Road (SORR), yaitu rencana sistem jaringan jalan yang dimaksudkan untuk

mengarahkan pergerakan regional/nasional yang bersifat lintasan/menerus (traffic

trought) agar pergerakannya tidak membebani ruas-ruas jalan di kawasan perkotaan

wilayah Kota Semarang. Salah satu permasalahan bagi jaringan jalan di Kota Semarang

adalah tercampurnya lalu lintas akibat pergerakan lokal dengan lalu lintas akibat

pergerakan menerus. Oleh karena itu salah satu fungsi yang dibutuhkan di Kota

Semarang saat ini adalah ruas jalan yang meneruskan lalu lintas akibat pergerakan

menerus tanpa membebani jaringan dalam kota. Ruas-ruas jalan strategis nasional Kota

Semarang tersebut adalah trase jalan Semarang outer ringroad sisi Barat-Selatan yang

dimulai dari Mangkang kemudian menyusur ke Selatan sampai ke Mijen dan berbelok ke

Selatan menuju Simpang Cangkiran kemudian mengarah ke Timur menuju Gunung Pati

dan berakhir di Ungaran.

Ujung dari trase Semarang Outer Ring Road sisi Barat-Selatan adalah ruas Jalan

Mangkang-Mijen. Ruas Jalan Mangkang-Mijen mempunyai panjang rencana 10.051 m.

Ruas Mangkang-Mijen direncanakan dengan ROW 30 meter. Ruas Jalan Mangkang-

Mijen direncanakan menjadi jalan lalu lintas cepat, sehingga memisahkan jalur untuk

lintas cepat dengan jalur untuk lintas lambat. Rencana ruas Jalan Mangkang-Mijen

didesain untuk lalu lintas cepat 4 lajur 2 arah dengan lebar masing-masing lajur 3,5 m.

Rencana Jalan Mangkang-Mijen juga didesain untuk lalu lintas lambat 2 lajur 2 arah

dengan lebar masing-masing lajur 3 m. Total kebutuhan daerah manfaat jalan (Damaja)

Ruas Jalan Mangkang-Mijen selebar 30 m. Kondisi eksisting saat ini sebagian embrional

jalan sudah diperkeras dengan lapisan penetrasi selebar 6 m sepanjang 5.311 m

sedangkan sisanya sepanjang 4.740 m masih berupa jalan tanah. Trase Mangkang-Mijen

memiliki panjang 10.000 m dengan koordinat awal pada koordinat UTM X: 421.532,059 ;

Y: 9.229.520,941 dan koordinat akhir trase pada koordinat UTM X: 424.991,655 ; Y:

9.220.744,111

Secara rinci Ruas Jalan Mangkang-Mijen dimulai dari Mangkang tepatnya di

depan terminal Tipe A Mangkang menyusur ke Selatan menuju ke Mijen di sebelah

Selatan Kasawan Bukit Semarang Baru (BSB).Ruas jalan ini diharapkan akan

mengarahkan pergerakan menerus yang melelui Kota Semarang untuk tidak melalui CBD

pusat kota. Dari Mijen kemudian mengarah ke Selatan sampai ke simpang Cangkiran

dan berbelok menuju ke Timur menuju Gunung Pati berakhir di depan Terminal Ungaran.

Selain sebagai pendukung lalu lintas menerus, trase ini diharapkan juga menjadi

pendukung dibangunnya Waduk Jatibarang di sebelah Selatan Kota Semarang. Waduk

Jatibarang yang akan difungsikan sebagai Waduk penampung air limpasan direncanakan

berfungsi sebagai komponen drainase dan komponen pariwisata. Sehingga untuk

Laporan PendahuluanPENYUSUNAN DED JALAN MANGKANG-MIJEN III - 6

Page 7: Bab · Web viewKetinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 meter sampai dengan 348 meter di atas garis pantai. Tingkat curah hujan 11.182 mm dan hari hujan 172. Temperatur udara

mengoptimalkan fungsinya dibutuhkan jaringan jalan yang akan mendukung fungsi ini

tercapai secara optimal. Detail trase ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

GAMBAR 3.1.RENCANA JALAN SEMARANG OUTER RING ROAD KOTA SEMARANG

Pada trase rencana Jalan Mangkang-Mijen ini penggunaan lahan terdiri atas

lahan konservasi hutan atau perkebunan karet, permukiman dengan kepadatan sedang

dan tinggi. Kondisi topografi yang relatif datar dan tidak curam. Ujung keluar dari trase ini

adalah depan Terminal Mangkang yang merupakan potensi dari pengembangan trase ini.

Kondisi ini dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 3.2.

Laporan PendahuluanPENYUSUNAN DED JALAN MANGKANG-MIJEN III - 7

Jalur PANTURA

Jalan Tol

Trase Mijen-Cangkiran

Trase Mijen-Mangkang

Pelabuhan Tanjung Emas

BAndara A. Yani

Waduk Jatibarang

Trase Cangkiran-Ungaran

Page 8: Bab · Web viewKetinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 meter sampai dengan 348 meter di atas garis pantai. Tingkat curah hujan 11.182 mm dan hari hujan 172. Temperatur udara

Gambar 3.2. Kondisi Tata Guna Lahan sekitar Trase

. Dari segi kepadatan bangunan, pada kawasan segmen ini masih terhitung

rendah, karena sebagian besar merupakan kawasan hutan, tegalan dan lahan pertanian.

Perubahan tata guna lahan yang diperkirakkan terjadi antara lain, tumbuhnya kawasan

perdagangan dan jasa di sepanjang koridor jalan, terutama pada perempatan Kalimas.

Seperti yang diketahui saat ini terdapat beberapa PKL yang dapat menjadi embrio

perkembangan kawasan tersebut, sehingga, pertumbuhannya, walaupun sesuai dengan

Laporan PendahuluanPENYUSUNAN DED JALAN MANGKANG-MIJEN III - 8

Kawasan Hutan dan Tegalan, Pertanian

Terminal Mangkang

Gang Rowosari V

Perempatan Kalimas

Kawasan Campuran, Permukiman Kepadatan Tinggi dan

Perdagangan Jasa

Kawasan Perdagangan Skala Lingkungan

Kawasan Konservasi Hutan Karet dan Jati Kalimas

Kawasan Permukiman Kepadatan Sedang - Tinggi

Page 9: Bab · Web viewKetinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 meter sampai dengan 348 meter di atas garis pantai. Tingkat curah hujan 11.182 mm dan hari hujan 172. Temperatur udara

rencana fungsi kawasan dalam RTRW Kota Semarang, tetap harus dikendalikan. Kondisi

detaildapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Kondisi pertumbuhan sekitar trase

Poin penting yang harus diperhatikan adalah adanya lahan konservasi dan

pertanian yang sangat luas, pada sepanjang koridor trase ini. Kawasan ini dikhawatirkan

akan mengalami okupasi lahan, dari non terbangun menjadi terbangun, baik dengan

peruntukan permukiman, maupun perdagangan dan jasa. Hal ini juga dapat dilihat,

berdasarkan rencana guna lahan pada RTRW Kota Semarang, lahan yang semula

konservasi terdapat perubahan pemanfaatan sebagai kawasaan permukiman (sebagai

pengembangan dari Bukit Semarang Baru). Hal ini bukan tidak mungkin akan diikuti oleh

pengembangan lahan terbangun lainnya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Laporan PendahuluanPENYUSUNAN DED JALAN MANGKANG-MIJEN III - 9

Diperkirakan akan tumbuh kawasan perdagangan dan jasa pada koridor jalan ini, sebagaimana

terdapat embrio PKL di kawasan ini. Hal ini harus dikendalikan pertumbuhannya, supaya aktivitas yang ada tidakmenimbulkan konflik dengan lalu

lintas regional.

Page 10: Bab · Web viewKetinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 meter sampai dengan 348 meter di atas garis pantai. Tingkat curah hujan 11.182 mm dan hari hujan 172. Temperatur udara

Laporan PendahuluanPENYUSUNAN DED JALAN MANGKANG-MIJEN III - 10

Podorejo

Wates

Kandri

Tugurejo

Ngaliyan

Wonosari

SadengWonoplumbon

Pesantren

Ngadirgo

Gondoriyo

Kedung Pane

Bringin

Tambakaji

Wonolopo

Banbankerep

Kalipancur

Jerakah

Krapyak

Mijen

Ngaliyan

SemarangBarat

KABUPATENKENDAL

Gambar 3.4.Peta Rencana Tata Guna Lahan Berdasarkan RTRW Kota Semarang 2010-2030

Kawasan Perdagangan dan Jasa

Kawasan Permukiman

Kawasan Konservasi

Kawasan Pertanian Lahan Basah

Kawasan Pertanian Lahan Kering

Kawasan yang semula berupa kawasan konservasi

dalam rencana TGL sebagian menjadi kawasan permukiman. Hal ini harus dikendalikan, supaya tidak diikuti oleh perkembangan kawasan terbangun lainnya

di area konservasi

Sangat dimungkinkan akan adanya okupasi lahan non terbangun menjadi terbangun. Dengan fungsi sebagai

kawasan konservasi dan pertanian perkotaan, hal ini harus diminimalkan, sehingga dibutuhkan bentuk pengendalian

pemanfaatan ruang yang tepat