bab vii kompetensi guru dan peran kepala...

16
123 BAB VII KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAH Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional terus-menerus berupaya melakukan perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan. Salah satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan, yaitu berkaitan dengan faktor guru. Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, merupakan kebijakan pemerintah yang di dalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Fullan yang dikutip oleh Law & Glover (2000) mengemukakan “ Educational change depends on what teachers do and think… .” Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat bergantung pada “what teachers do and think “ atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi guru. Danim (2002) mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajad penguasaan kompetensi yang memadai, oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru. Bagian ini akan memaparkan tentang apa itu kompetensi guru dan upaya-upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dilihat dari peran kepala sekolah, dengan harapan tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan refleksi bagi para guru maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan pendidikan.

Upload: vanhanh

Post on 29-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB VII KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/9/BOOK_Umbu Tagela...pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja

123

BAB VII

KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAH

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah

melalui Kementerian Pendidikan Nasional terus-menerus berupaya melakukan

perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan. Salah satu upaya yang

sudah dan sedang dilakukan, yaitu berkaitan dengan faktor guru. Lahirnya

Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan

Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

merupakan kebijakan pemerintah yang di dalamnya memuat usaha

pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Fullan

yang dikutip oleh Law & Glover (2000) mengemukakan “Educational change

depends on what teachers do and think… .” Pendapat tersebut mengisyaratkan

bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat bergantung

pada “what teachers do and think “ atau dengan kata lain bergantung pada

penguasaan kompetensi guru.

Danim (2002) mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis

pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work

performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum

sepenuhnya ditopang oleh derajad penguasaan kompetensi yang memadai,

oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan

kompetensi guru.

Bagian ini akan memaparkan tentang apa itu kompetensi guru dan

upaya-upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dilihat dari peran kepala

sekolah, dengan harapan tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan refleksi

bagi para guru maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan

pendidikan.

Page 2: BAB VII KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/9/BOOK_Umbu Tagela...pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja

124

7.1 Hakekat Kompetensi Guru

Apa yang dimaksud dengan kompetensi itu? Moqvist (2003, dalam

Sudrajat, 2008) mengemukakan bahwa “competency has been defined in the

light of actual circumstances relating to the individual and work. Holmes (1992,

dalam Sudrajat, 2008) menyebutkan bahwa: ” A competence is a description

of something which a person who works in a given occupational area should

be able to do. It is a description of an action, behaviour or outcome which a

person should be able to demonstrate.”

Dari kedua pendapat di atas diperoleh benang merah bahwa

kompetensi merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat

dilakukan (be able to do) seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan,

perilaku dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan. Agar

dapat melakukan sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja seseorang harus

memiliki kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan (knowledge), sikap

(attitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.

Mengacu pada pengertian kompetensi di atas, maka kompetensi

guru dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat

dilakukan seorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa

kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan.

Raka Joni (dalam Sudrajat, 2008) mengemukakan tiga jenis

kompetensi guru, yaitu:

1) Kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari bidang

studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode

mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya.

2) Kompetensi kemasyarakatan; mampu berkomunikasi, baik dengan

peserta didik, sesama guru, maupun masyarakat luas.

3) Kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan patut

diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi

seorang pemimpin yang menjalankan peran: ing ngarsa sung tulada, ing

madya mangun karsa, tut wuri handayani.

Page 3: BAB VII KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/9/BOOK_Umbu Tagela...pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja

125

Pendidik dan guru dituntut memiliki seperangkat kompetensi seasas

dengan Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 28 PP No. 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan menyatakan pendidik adalah agen pembelajaran

yang harus memiliki empat jenis kompetensi yaitu kompetensi pedagogik,

kepribadian, profesional dan sosial. Empat jenis kompetensi guru yang

tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu:

1) Kompetensi pedagogik, terdiri dari 7 kompetensi yaitu:

(1) Mengenal karakteristik anak didik

(2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik.

(3) Pengembangan kurikulum.

(4) Kegiatan pembelajaran yang mendidik.

(5) Memahami dan mengembangkan potensi peserta didik.

(6) Komunikasi dengan peserta didik.

(7) Penilaian dan evaluasi.

2) Kompetensi kepribadian, terdiri dari 3 kompetensi yaitu:

(8) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan

kebudayaan nasional Indonesia.

(9) Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan.

(10) Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru.

3) Kompetensi sosial, terdiri dari 2 kompetensi yaitu:

(11) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif.

(12) Komunikasi dengan sesama guru, tenaga pendidikan, orang tua

peserta didik, dan masyarakat.

4) Kompetensi profesional, terdiri dari 2 kompetensi yaitu:

(13) Penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diampu.

(14) Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan reflektif.

Page 4: BAB VII KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/9/BOOK_Umbu Tagela...pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja

126

Penguasaan empat kompetensi tersebut mutlak perlu dimiliki tiap

guru untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional seperti yang disyaratkan

Undang-Undang Guru dan Dosen. Kompetensi guru dapat diartikan sebagai

kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditampilkan dalam

bentuk perilaku cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru

dalam menjalankan profesinya. Bahasan ini dikemukakan tanpa bermaksud

mengabaikan salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru. Betapa

kompetensi kepribadian perlu mendapat perhatian yang lebih. Sebab,

kompetensi ini berkaitan dengan idealisme dan kemampuan guru untuk dapat

memahami diri sendiri dalam kapasitasnya sebagai pendidik yang memimpin

proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

Mengacu kepada standar nasional pendidikan, kompetensi

kepribadian guru meliputi: 1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil,

yang indikatornya bertindak sesuai dengan norma hukum dan norma sosial,

merasa bangga sebagai pendidik dan memiliki konsistensi dalam bertindak

sesuai dengan norma. 2) Memiliki kepribadian yang dewasa, dengan ciri-ciri

menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik yang memiliki

etos kerja. 3) Memiliki kepribadian yang arif, yang ditunjukkan dengan

tindakan yang bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat serta

menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. 4) Memiliki

kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang berpengaruh positif terhadap

peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. 5) Memiliki akhlak mulia dan

menjadi teladan, dengan menampilkan tindakan yang sesuai dengan norma

religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong) dan perilakunya yang

konstruktif patut diteladani peserta didik.

Esensi kompetensi kepribadian guru semuanya bermuara ke segi

internal pribadi guru. Kompetensi pedagogik, profesional dan sosial guru

dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran, pada akhirnya akan lebih

banyak ditentukan oleh kompetensi kepribadian guru. Tampilan kepribadian

guru lebih banyak mempengaruhi minat dan antusiasme peserta didik dalam

menempuh proses pembelajaran. Pribadi guru yang santun, menghargai dan

memanusiakan peserta didik, jujur, ikhlas dan dapat diteladani, mempunyai

Page 5: BAB VII KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/9/BOOK_Umbu Tagela...pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja

127

pengaruh nyata pada keberhasilan tiap peserta didik dalam pembelajaran,

apapun mata pembelajarannya.

Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan dinyatakan kompetensi kepribadian merupakan

kemampuan kepribadian guru yang: 1) mantap; 2) stabil; 3) dewasa; 4) arif

dan bijaksana; 5) berwibawa; 6) berakhlak mulia; 7) menjadi teladan bagi

peserta didik dan masyarakat; 8) mengevaluasi kinerja sendiri dan 9)

mengembangkan diri secara berkelanjutan. Sudrajat (2007) menyatakan guru

sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik

kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan

sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap pada diri guru memberi

teladan yang baik terhadap peserta didik maupun masyarakatnya, sehingga

guru tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat, ucapan dan

perintahnya) dan “ditiru” (dicontoh sikap dan perilakunya). Berarti kepribadian

guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar peserta didik.

Zakiah Darajat (Syah, 2001) menegaskan segi-segi kepribadian

itulah yang menentukan apakah seseorang menjadi pendidik dan pembina

yang baik bagi peserta didik, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur

bagi masa depan peserta didik terutama bagi peserta didik SD dan peserta

didik yang sedang mengalami gejolak jiwa seperti peserta didik

SMP/SMA/SMK). Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan

keberhasilan guru dalam profesinya meliputi fleksibilitas kognitif dan

keterbukaan psikologik. Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) adalah

kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan

memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel ditandai dengan

keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, guru memiliki daya tahan

terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan

pengenalan. Surya (Sudrajat, 2007) menyebut kompetensi kepribadian ini

sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi guru yang diperlukan

agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup

kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan

diri, pengarahan diri dan perwujudan diri.

Page 6: BAB VII KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/9/BOOK_Umbu Tagela...pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja

128

Gumelar dan Dahyat (Sudrajat, 2007) merujuk pendapat Asian Institut

for Teacher Education, mengutarakan kompetensi pribadi meliputi: 1)

Pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama. 2)

Pengetahuan tentang budaya dan tradisi. 3) Pengetahuan tentang inti

demokrasi. 4) Pengetahuan tentang estetika. 5) Memiliki apresiasi dan

kesadaran sosial. 6) Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan

pekerjaan. 7) Setia terhadap harkat dan martabat manusia. Sedangkan

kompetensi kepribadian guru secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati,

terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri.

Johnson (Sudrajat, 2007) mengemukakan kemampuan personal

guru, mencakup: 1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan

tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta

unsur-unsurnya. 2) Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang

seyogyanya dianut guru. 3) Kepribadian, nilai dan sikap hidup yang

ditampilkan dalam upaya menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan

bagi peserta didik.

Di lain pihak, Arikunto (Sudrajat, 2007) mengemukakan kompetensi

personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga

menjadi sumber inspirasi bagi peserta didik dan patut diteladani oleh peserta

didik. Dengan demikian, kompetensi kepribadian guru tercermin dari indikator

sikap dan keteladanan guru di hadapan masyarakat terutama para peserta

didik.

Penonjolan kompetensi kepribadian guru didukung oleh The INTASC

Standards (Interstate New Teacher Assessment and Support Consortium,

1992, dalam Depdiknas RI, 2008) yang merupakan model standar yang

dipakai sebagai dasar memberi lisensi dan menilai guru-guru baru yang

dikembangkan oleh wakil-wakil yang berasal dari kalangan profesi pendidik

bersama 17 orang personalia dari dinas pendidikan di Amerika Serikat.

Standar ini merangkum intisari pengetahuan dan keterampilan mengajar yang

dipersyaratkan bagi para guru baru, yang didasarkan pada kinerja guru

melalui mendeskripsikan segi-segi yang perlu dikuasai dan dilaksanakan oleh

guru agar memperoleh sertifikat pendidik. Tersedia 10 prinsip sebagai standar

Page 7: BAB VII KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/9/BOOK_Umbu Tagela...pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja

129

yang dirumuskan eksplisit dalam bentuk pernyataan tentang pengetahuan,

bekal kepribadian/disposisi dan kinerja guru. The Intasc Standards secara

tegas dan jelas menyatakan perlunya memperhatikan bekal kepribadian guru.

Dalam hal ini hanya dibahas 2 standar yang menegaskan perlunya guru

prospektif memiliki pemahaman tentang kepribadian, yaitu:

1) Intasc Standards, Principle 2: Student Development

Pendidik perlu memahami cara peserta didik belajar dan berkembang

serta mampu menyediakan peluang belajar yang mendukung perkembangan

intelektual, sosial dan pribadi peserta didik. Sebagai indikator kunci adalah

bahwa pendidik mampu mengevaluasi kinerja peserta didik serta mampu

merancang pembelajaran yang selaras dengan perkembangan sosial, kognitif

dan emosional peserta didik.

2) Intasc Standards, Principle 5: Motivation and Management

Pendidik perlu mendayagunakan pemahaman mengenai motivasi

dan perilaku perseorangan dan kelompok peserta didik untuk menciptakan

lingkungan belajar yang mendorong berlangsung interaksi sosial yang positif,

keterlibatan aktif peserta didik dalam belajar serta memotivasi diri. Sebagai

indikator kunci adalah bahwa pendidik: (1) Melibatkan peserta didik ke dalam

pembelajaran yang membangkitkan minat-minat peserta didik, memberi

keleluasaan kepada peserta didik untuk membuat pilihan-pilihan dalam belajar

serta memimpin peserta didik agar mengajukan berbagai pertanyaan dan

memecahkan masalah yang bermakna bagi peserta didik. (2)

Mengorganisasikan, menyiapkan dan memantau belajar dan bekerja peserta

didik secara mandiri dan kelompok yang membuka berbagai peluang bagi

seluruh peserta didik agar sepenuhnya berpartisipasi di dalam belajar itu. (3)

Menganalisis lingkungan dan interaksi di dalam pembelajaran serta

melakukan penyesuaian untuk meningkatkan relasi antar pribadi di kalangan

peserta didik, mengembangkan motivasi dan keterlibatan peserta didik dalam

belajar/bekerja produktif. Berarti, pendidik yang memiliki pemahaman tentang

kepribadian dapat mendayagunakan informasi tentang Intasc Standards ini

Page 8: BAB VII KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/9/BOOK_Umbu Tagela...pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja

130

dalam upaya memahami perkembangan sosial, emosional dan kognitif peserta

didik. Selanjutnya, wawasan pendidik tentang kepribadian juga sangat

berguna untuk memahami motivasi manusia.

Sebagai pembanding, dari National Board for Profesional Teaching

Skill (2002, dalam Sudrajat, 2008) telah merumuskan standar kompetensi bagi

guru di Amerika, yang menjadi dasar bagi guru untuk mendapatkan sertifikasi

guru, dengan rumusan What Teachers Should Know and Be Able to Do, di

dalamnya terdiri dari lima proposisi utama, yaitu:

1) Teachers are Committed to Students and Their Learning yang

mencakup: (a) penghargaan guru terhadap perbedaan individual peserta

didik, (b) pemahaman guru tentang perkembangan belajar peserta didik,

(c) perlakuan guru terhadap seluruh peserta didik secara adil, dan (d)

misi guru dalam memperluas cakrawala berfikir peserta didik.

2) Teachers Know the Subjects They Teach and How to Teach Those

Subjects to Students yang mencakup: (a) apresiasi guru tentang

pemahaman materi mata pelajaran untuk dikreasikan, disusun dan

dihubungkan dengan mata pelajaran lain, (b) kemampuan guru untuk

menyampaikan materi pelajaran (c) mengembangkan usaha untuk

memperoleh pengetahuan dengan berbagai cara (multiple path).

3) Teachers are Responsible for Managing and Monitoring Student

Learning yang mencakup: (a) penggunaan berbagai metode dalam

pencapaian tujuan pembelajaran, (b) menyusun proses pembelajaran

dalam berbagai setting kelompok (group setting), kemampuan untuk

memberikan ganjaran (reward) atas keberhasilan peserta didik, (c) menilai

kemajuan peserta didik secara teratur, dan (d) sadar tujuan utama

pembelajaran.

4) Teachers Think Systematically About Their Practice and Learn from

Experience yang mencakup: (a) Guru secara terus-menerus menguji diri

untuk memilih keputusan terbaik, (b) guru meminta saran dari pihak lain

dan melakukan riset tentang pendidikan untuk meningkatkan praktek

pembelajaran.

Page 9: BAB VII KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/9/BOOK_Umbu Tagela...pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja

131

5) Teachers are Members of Learning Communities yang mencakup: (a)

guru memberi kontribusi terhadap efektivitas sekolah melalui kolaborasi

dengan kalangan profesional lainnya, (b) guru bekerja sama dengan orang

tua orang peserta didik, (c) guru dapat menarik keuntungan dari berbagai

sumber daya masyarakat.

Intisari ketiga pendapat di atas tidak menunjukkan adanya perbedaan

yang prinsip, perbedaannya hanya pada cara pengelompokkannya. Isi rincian

kompetensi pedagodik yang disampaikan oleh Depdiknas, menurut Raka Joni

sudah teramu dalam kompetensi profesional.

Peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan

semakin komplek, sehingga menuntut guru untuk melakukan berbagai

peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Guru harus lebih

dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta

didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang

paling menguasai informasi akurat terhadap berbagai informasi dan

pengetahuan yang sedang berkembang dan berinteraksi dengan manusia di

alam global. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih

pandai di tengah-tengah peserta didiknya. Jika guru tidak memahami

mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan

terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan

kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua maupun masyarakat. Untuk

menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara

antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan

pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus.

Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna

mendukung terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya,

sehingga dengan dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktek

pembelajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum

kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didik. Begitu juga,

seperti dikemukakan Sudrajat (2008), dengan dukungan hasil penelitian yang

mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi

Page 10: BAB VII KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/9/BOOK_Umbu Tagela...pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja

132

dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.

7.2 Konteks Tugas dan Ekspektasi Kinerja Kepala Sekolah, Guru dan

Konselor Sekolah

Berikut dinyatakan pada Gambar 6, wilayah tugas managemen dan

kepemimpinan kepala sekolah, guru mata pelajaran dan guru pembimbing

dalam jalur pendidikan formal dipetakan dalam kurikulum 1975. Ketika itu

bimbingan dan konseling dinamakan layanan bimbingan dan penyuluhan

pendidikan (Depdiknas, 2008).

Gambar 6. Wilayah Tugas Managemen dan Kepemimpinan Kepala

Sekolah, Guru Mata Pelajaran dan Guru Pembimbing melalui Pelayanan

Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal

Akan tetapi, dalam Permen Diknas No. 22/2006 tentang Standar Isi,

pelayanan bimbingan dan konseling diletakkan sebagai bagian dari kurikulum

yang isinya dipilah menjadi 1) kelompok mata pelajaran, 2) muatan lokal, dan

3) materi pengembangan diri, yang harus “disiapkan“ oleh konselor kepada

peserta didik seperti Gambar 7.

Page 11: BAB VII KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/9/BOOK_Umbu Tagela...pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja

133

Gambar 7. Kerancuan Wilayah Layanan Konselor dengan Wilayah

Layanan Guru dalam KTSP

Lahirnya KTSP/Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memunculkan

kerancuan peran penanganan layanan pengembangan diri. Perlu dihindari

konselor yang tidak menggunakan materi pelajaran sebagai konteks layanan,

ke wilayah layanan guru yang menggunakan mata pelajaran sebagai konteks

pelayanan. Artinya, pengembangan diri lebih terkait dengan wilayah layanan

guru yang mengacarakan berbagai dampak pengiring (nurturant effects) yang

relevan, yang perlu dirajutkan ke dalam pembelajaran yang mendidik yang

menggunakan mata pelajaran sebagai konteks layanan. Meski demikian,

konselor diharapkan berperan serta dalam layanan komplementer dengan

layanan guru, termasuk dalam pengelolaan kegiatan ekstra kurikuler.

Persamaan, keunikan dan keterkaitan antara wilayah layanan, konteks tugas

dan ekspektasi kinerja konselor ditampakkan pada Gambar 7., materi

pengembangan diri merupakan wilayah komplementer antara guru dan

konselor.

Page 12: BAB VII KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/9/BOOK_Umbu Tagela...pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja

134

Gambar 8. Keunikan Komplementalitas Wilayah Pelayanan Guru dan

Konselor

Melalui pemahaman terhadap seluk-beluk perkembangan dan belajar

peserta didik serta pemotivasian dan pengelolaan perilaku belajar peserta

didik, dapat dilihat kepedulian pada perkembangan optimum peserta didik

ditekankan pada segi-segi yang menuntut dikuasainya kompetensi guru,

terutama kompetensi kepribadian yang bermuara dari penghormatan pada

keunikan dan komplementaritas layanan.

7.3 Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru

Guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai dari segi jenis

maupun isinya agar proses pendidikan berjalan efektif dan efisien. Namun,

menjadi guru yang kompeten bukan sesuatu yang sederhana, untuk

mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru diperlukan upaya yang

sungguh-sungguh dan komprehensif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan

adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. Idochi Anwar dan Yayat

Hidayat Amir (Sudrajat, 2008) mengemukakan “Kepala sekolah sebagai

pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja personel, terutama

meningkatkan kompetensi profesional guru.” Yang dimaksud dengan

kompetensi profesional di sini, tidak hanya berkaitan dengan penguasaan

Page 13: BAB VII KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/9/BOOK_Umbu Tagela...pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja

135

materi semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi

yang telah dipaparkan di atas.

Kepala sekolah dituntut mampu mempengaruhi, mendorong,

menggerakkan, mengarahkan dan memberdayakan seluruh sumber daya

pendidikan, terutama guru, untuk mencapai tujuan pendidikan. Depdiknas

(2006) menyebutkan tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai: 1)

educator; (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor; (5) leader; (6) pencipta

iklim kerja; dan (7) wirausahawan. Sejalan dengan tujuh peran kepala sekolah,

diutarakan hubungan antara peran kepala sekolah dengan peningkatan

kompetensi guru sebagai berikut:

1) Kepala Sekolah sebagai Educator (Pendidik)

Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan

guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum. Kepala

sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap

pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu

saja sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya,

sekaligus juga akan berusaha memfasilitasi dan mendorong agar guru dapat

terus-menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar

mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.

2) Kepala Sekolah sebagai Manajer

Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus

dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan

pengembangan profesi guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat

memfasilitasi dan memberi kesempatan yang luas kepada guru untuk dapat

melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan

pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti

MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan

sebagainya, atau melalui pendidikan/pelatihan di luar sekolah, seperti

kesempatan melanjutkan pendidikan atau ikut berbagai kegiatan pelatihan

yang diselenggarakan pihak lain.

Page 14: BAB VII KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/9/BOOK_Umbu Tagela...pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja

136

3) Kepala Sekolah sebagai Administrator

Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, untuk

tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya.

Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan

kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi

para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat

mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi

guru.

4) Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan

pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan

supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk

mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan

dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan peserta

didik dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004, dalam Sudrajat, 2008).

Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru

dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru

yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak

lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada

sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan

pembelajaran.

Jones dkk. (Danim, 2002) mengemukakan “Menghadapi kurikulum

yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode

dan evaluasi pengajarannya, sewajarnya kalau guru mengharapkan saran dan

bimbingan dari kepala sekolah”. Dari ungkapan ini, mengandung makna

kepala sekolah harus betul-betul menguasai kurikulum sekolah. Mustahil

kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru,

sementara ia sendiri tidak menguasainya dengan baik.

Page 15: BAB VII KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/9/BOOK_Umbu Tagela...pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja

137

5) Kepala Sekolah sebagai Leader (Pemimpin)

Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat

menumbuh-suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap

peningkatan kompetensi guru? Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita

mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi

pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam

rangka meningkatkan kompetensi guru, kepala sekolah dapat menerapkan

kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan

dengan kondisi dan kebutuhan. Kendati demikian menarik untuk

dipertimbangkan dari hasil studi yang dilakukan Wiyono (2000, dalam

Sudrajat, 2008) terhadap 64 kepala sekolah dan 256 guru Sekolah Dasar di

Bantul terungkap bahwa ethos kerja guru lebih tinggi ketika dipimpin oleh

kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia.

Kepemimpinan seseorang berkaitan dengan kepribadian dan

kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin tercermin dalam sifat berikut: (1)

jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan

keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, (7) teladan (Mulyasa, 2003

dalam Sudrajat, 2008).

6) Kepala Sekolah sebagai Pencipta Iklim Kerja

Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan tiap guru

lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, disertai usaha

untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya

menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya

memperhatikan prinsip berikut: (1) guru bekerja lebih giat apabila kegiatan

yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu

disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada guru sehingga mengetahui

tujuan ia bekerja, guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan

tersebut, (3) guru harus selalu diberitahu tiap pekerjaannya, (4) pemberian

hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga

diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru,

Page 16: BAB VII KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/9/BOOK_Umbu Tagela...pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja

138

sehingga memperoleh kepuasan (modifikasi dari pemikiran. Mulyasa (2003,

dalam Sudrajat, 2008) tentang Kepala Sekolah sebagai Motivator.

7) Kepala Sekolah sebagai Wirausahawan

Dalam menerapkan prinsip kewirausaan dihubungkan dengan

peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat

menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan

berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirausahaan yang kuat

akan berani melakukan perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk

perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran

peserta didik beserta kompetensi gurunya.

Seberapa kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas,

secara langsung maupun tidak langsung memberi kontribusi pada

peningkatan kompetensi guru, yang pada gilirannya membawa dampak pada

peningkatan mutu pendidikan di sekolah.