bab i pengertian guru beserta karakteristik...

21
1 BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURU 1.1 Pengertian Guru Salah satu fenomena abad ini adalah munculnya pendidikan sebagai daya utama (major force) dalam perkembangan manusia. Pendidikan membedakan orang yang berpartisipasi aktif dalam ekonomi nasional, memiliki kehidupan menarik dan kaya nuansa keterlibatan intelektual dan sosial, membedakan yang cakap dengan yang kurang cakap. Pada wawasan internasional, berbedaan dasar bangsa miskin dan bangsa baru naik-daun (emergence) serta macet (stagnant) terletak pada taraf tingginya dedikasi bangsa pada pembangunan dan perluasan program pendidikan. Bangsa yang lebih makmur-sejahtera (affluent), perkembangan ekonomi dan layanan sosial nasionalnya menumbuhkan permintaan besar lulusan sekolah yang terdidik dan terlatih. Semakin besar jumlah permintaan akan pasokan lulusan sekolah dalam masa tigapuluh tahun terakhir. Dampak ekspansi cepat program pendidikan dan meningkatnya permintaan pasokan manusia terdidik menjadikan guru makin dipentingkan dibanding masa di mana pendidikan dianggap kurang esensial. Guru mendapati masa emas dan menyenangkan ini dalam berbagai ragam reaksi positif, terutama dengan meningkatnya status ekonomi guru. Namun status dan kesejahteraan yang membaik ini menuntut guru lebih efektif. Siswa dan orangtua makin terbuka menyampaikan kekesalan atas kesibukan dan susah- payah karena tugas siswa tidak masuk-akal. Mereka menuntut pengalaman belajar berbuahkan-hasil berupa kesiapan optimal siswa menempuh tingkat pendidikan berikutnya atau untuk memperoleh pekerjaan, paling tidak membuahkan-hasil berupa minat dan keterhubungan isi pendidikan dengan masalah dan kehidupan sehari-hari.

Upload: trankhue

Post on 25-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

1

BAB I

PENGERTIAN GURU BESERTA

KARAKTERISTIK GURU

1.1 Pengertian Guru

Salah satu fenomena abad ini adalah munculnya pendidikan sebagai

daya utama (major force) dalam perkembangan manusia. Pendidikan

membedakan orang yang berpartisipasi aktif dalam ekonomi nasional,

memiliki kehidupan menarik dan kaya nuansa keterlibatan intelektual dan

sosial, membedakan yang cakap dengan yang kurang cakap. Pada wawasan

internasional, berbedaan dasar bangsa miskin dan bangsa baru naik-daun

(emergence) serta macet (stagnant) terletak pada taraf tingginya dedikasi

bangsa pada pembangunan dan perluasan program pendidikan. Bangsa yang

lebih makmur-sejahtera (affluent), perkembangan ekonomi dan layanan sosial

nasionalnya menumbuhkan permintaan besar lulusan sekolah yang terdidik

dan terlatih. Semakin besar jumlah permintaan akan pasokan lulusan sekolah

dalam masa tigapuluh tahun terakhir.

Dampak ekspansi cepat program pendidikan dan meningkatnya

permintaan pasokan manusia terdidik menjadikan guru makin dipentingkan

dibanding masa di mana pendidikan dianggap kurang esensial. Guru

mendapati masa emas dan menyenangkan ini dalam berbagai ragam reaksi

positif, terutama dengan meningkatnya status ekonomi guru. Namun status

dan kesejahteraan yang membaik ini menuntut guru lebih efektif. Siswa dan

orangtua makin terbuka menyampaikan kekesalan atas kesibukan dan susah-

payah karena tugas siswa tidak masuk-akal. Mereka menuntut pengalaman

belajar berbuahkan-hasil berupa kesiapan optimal siswa menempuh tingkat

pendidikan berikutnya atau untuk memperoleh pekerjaan, paling tidak

membuahkan-hasil berupa minat dan keterhubungan isi pendidikan dengan

masalah dan kehidupan sehari-hari.

Page 2: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

2

Salah satu dampak iringan ledakan pendidikan adalah guru dipaksa

menjadi makin pakar dan profesional. Ada anggapan tiap orang dapat

mengajar. Tetapi guru makin sukses menunjukkan yang telah bekerja sebagai

guru semestinya mengetahui seluk-beluk mengajar maupun bidang studi yang

diajarkan. Pemahaman guru tentang pembelajaran efektif sangat bernuansa

psikologi. Belajar dan pembelajaran adalah proses psikologis dan guru yang

memahaminya berposisi lebih baik untuk mengembangkan prosedur dan

teknik belajar lebih efektif. Dengan pemahaman itu, ia mengembangkan

kepakaran dan kompetensi menangani masalah kependidikan dalam pola

yang profesional. Apapun pengakuan atas pekerjaan mengajar sebagai profesi

di masa kini sebagian besar andil Psikologi Pendidikan. Makin kurang

profesional dan makin amatiran guru, maka makin besar kecondongannya

mengabaikan prinsip-prinsip psikologi. Makin profesional dan kompeten guru,

makin besar kecondongan memiliki pemahaman berkelas pakar atas prinsip

psikologi. Sesungguhnya guru efektif adalah psikolog pendidikan paroh-waktu.

Merujuk pada takrif (pengertian) yang telah dirumuskan oleh

Konferensi Antar Pemerintah yang diselenggarakan oleh UNESCO & ILO di

Paris tahun 1966, yang merupakan takrif yang bersifat internasional dalam

sejarah kependidikan, perkataan “guru” meliputi “semua orang di sekolah yang

bertanggung jawab dalam pendidikan para siswa”. Jika ditelaah khususnya

dari situasi pendidikan di Tanah Air, takrif tersebut mengandung beberapa

kelemahan, yaitu:

1. Tidak semua orang di sekolah walaupun bertanggung jawab dalam

pendidikan siswa, disebut sebagai “guru”, misalnya para penjaga

sekolah.

2. Tanggungjawab terhadap pendidikan siswa tidak semata-mata

berlangsung di sekolah, bahkan di luar sekolahpun oleh orang-orang

yang juga berwenang dalam hal itu.

Dalam sistem sekolah di Indonesia, penyelenggaraan kurikulum sekolah

“melampaui” batas-batas areal sekolah, bahkan kegiatan-kegiatan

ekstrakurikuler telah lama diselenggarakan di luar jam dan areal sekolah.

Page 3: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

3

3. Tanggungjawab mendidik siswa mengeksplisitkan sistem pembelajaran

klasikal para siswa yang dihadapi guru. Bagaimana dengan sistem

pembelajaran individual?

Dalam pendidikan modern yang juga dikembangkan di Indonesia,

justru ditekankan pada “self study” siswa secara lebih efektif melalui

pembelajaran yang disusun secara berprograma (programmed

instruction) di bawah supervisi guru.

4. Kriteria yang terpenting dan sangat menentukan dalam tiap takrif tentang

guru, ialah “kewenangan” sebagai guru. Sebab tidak semua orang yang

bertanggung jawab dalam pendidikan memiliki wewenang kependidikan,

wewenang itu hanya diperoleh melalui pendidikan/latihan kependidikan.

Setelah mengemukakan beberapa kelemahan dari takrif hasil

Konferensi Internasional tentang guru itu, dapat dirumuskan bahwa guru ialah

semua orang yang berwewenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan

siswa, individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Guru yang dimaksudkan di sini mencakup semua guru dari tingkat pra sekolah

(Taman Kanak-kanak) sampai pada Guru Besar (Profesor) di Pendidikan

Tinggi, yang berstatus sebagai Pegawai Negeri dan Pegawai Swasta.

Seberapa jauh kewenangan seseorang sebagai guru tercermin dalam

persyaratan-persyaratan sebagai guru yang akan diuraikan di bawah ini.

1.2 Syarat-Syarat Menjadi Guru

Tidaklah cukup pengangkatan guru dengan SK (Surat Keputusan)

dari instansi yang berwewenang menjadikan sifat “formal”, seseorang

dianggap sebagai guru. Sebab secara “material” orang tersebut mungkin tidak

atau belum memiliki wewenang sebagai guru. Jabatan guru sebagai suatu

“profession” yaitu jabatan atau pekerjaan yang membutuhkan keahlian

(pendidikan atau latihan) khusus di bidang kependidikan, perlu memiliki

syarat-syarat tertentu. Hal ini justru untuk menjunjung martabat guru dan

menjamin mutu pendidikan dan pembelajaran yang diselenggarakan oleh

guru. Jika kita hendak meningkatkan mutu pendidikan, pembelajaran dan

Page 4: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

4

martabat guru, maka profesi guru perlu dijaga agar tidak “diperkosa” oleh

orang-orang yang tidak berwewenang di bidang pendidikan. Oleh karena itu

maka seorang guru perlu memenuhi syarat-syarat yang mutlak perlu, yaitu:

1.2.1 Syarat Profesional

Seorang guru perlu memiliki keahlian di bidang kependidikan yang

meliputi:

1) Pengetahuan (knowledge) di bidang kependidikan dan keguruan yang

bersifat umum (general education) maupun yang bersifat khusus (special

education).

Sekurang-kurangnya guru perlu mempunyai pengetahuan tentang

Ilmu Mendidik (Pedagogi), Ilmu Jiwa (Psikologi), Ilmu Mengajar dan cara-cara

Mengajar (Didaktik dan Metodik) serta tentang Kepemimpinan yang

menyangkut segi-segi Administrasi dan Supervisi di bidang pendidikan atau

persekolahan. Selain daripada itu ia pun perlu memiliki pengetahuan khusus

yang dipilihnya sebagai spesialisasi, yang menyangkut mata-mata pelajaran

tertentu (subject matter) yang akan diajarkan dan cara membelajarkannya

(Metodik Khusus Pelajaran).

2) Keterampilan (skills) di bidang kependidikan

Seorang guru yang profesional perlu memiliki keterampilan dalam

mengajar pada khususnya, dan kemampuan dalam mendidik pada umumnya,

yang pada hakekatnya adalah memiliki kesanggupan dalam memimpin

kelasnya. Keterampilan mengajar, mengandung penguasaan akan metode-

metode khusus tentang mata-mata pelajaran spesialisasi yang

dibelajarkannya. Ia pun perlu memiliki kemampuan dalam mendidik atau

membimbing siswanya, dalam arti bahwa ia perlu menguasai teknik-teknik

bimbingan dan konseling serta perlu menguasai teknik-teknik kepemimpinan,

terutama dalam managemen kelas.

Darimana guru memperoleh pengetahuan (knowledge) dan melatih

keterampilan (skills) yang dibutuhkan? Hanyalah Lembaga Pendidikan dan

Latihan Kependidikan yang berkompeten dalam hal ini. Individu yang

Page 5: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

5

mempunyai latarbelakang pendidikan bukan guru dan ingin menjadi guru

terlebih dahulu harus menempuh pelatihan guna memperoleh sertifikasi

pendidik/ Akta Mengajar pada Lembaga Pendidikan atau Latihan

Kependidikan sebelum diangkat menjadi guru. Justru kini guru dituntut

memiliki sertifikat pendidik yang diperoleh melalui PLPG dan Program Profesi

Guru di LPTK.

1.2.2 Syarat “Personal”

Yang dimaksudkan dengan syarat-syarat “personal” di sini adalah

syarat-syarat yang menyangkut diri pribadi orang yang menjadi guru, yang

meliputi:

1) Kesehatan Fisik, guru sehat fisik atau jasmaninya, tidak sakit-sakitan,

apalagi mengidap penyakit menular, seperti TBC dan sebagainya.

Mengenai jasmani yang “cacat” seperti buta, dewasa ini bukanlah

merupakan hambatan utama (handicap) bagi orang yang merasa

“dipanggil” menjadi guru. Indonesia kini telah mempunyai beberapa

Sarjana Pendidikan lulusan FKIP/IKIP/STKIP yang tuna netra.

2) Kesehatan Psikis; guru hendaklah sehat jiwanya, sehat mental atau

rohaninya. Orang yang menderita penyakit jiwa atau gangguan-

gangguan syaraf, janganlah diangkat menjadi guru.

3) Kesehatan Psikosomatis; guru secara ideal, haruslah sehat jasmani dan

rohaninya. Pribadi seseorang memang tidak dapat dibagi-bagi, ia

merupakan suatu individualitas, suatu kesatuan “psychosomatis” (psyche

= jiwa, soma = tubuh). Kedua aspek dari satu kesatuan itu saling

mempengaruhi. Bahwa gangguan-gangguan pada tubuh dapat

mempengaruhi fungsi–fungsi tertentu, dan sebaliknya. Maka sangatlah

ideal, bila guru bukan hanya sehat jasmani dan rohaninya, tetapi

haruslah memiliki kesehatan “psikofisis” atau “psikosomatis” yang baik.

4) Integritas Pribadi; syarat “personal” ini menyangkut kepribadian

(personality) guru sebagai suatu totalitas. Kita membutuhkan guru-guru

yang telah terintegrasi kepribadiannya yang “dewasa” dalam arti

pedagogis, yaitu sudah “matang baik secara jasmani, jiwani, emosi dan

Page 6: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

6

sosial”, yang sudah sanggup “mengambil keputusan sendiri atas

tanggung jawab sendiri”.

1.2.3 Syarat “Morality”

Dalam usaha meningkatkan martabat guru dewasa ini, moralitas

(kesusilaan) merupakan faktor yang terpenting. Faktor ini lebih menyangkut

watak pribadi seseorang, suatu pertanda kemampuan seseorang bertindak

susila. Dibutuhkan guru yang bukan hanya dapat mengetahui apa yang baik

dan apa yang buruk, akan tetapi yang sanggup berbuat menurut norma-norma

kesusilaan. Oleh karena itu janganlah diangkat menjadi guru orang-orang

tidak bermoral atau tidak berkesusilaan baik wanita maupun pria. Akan tetapi

bila ternyata “salah angkat”, supaya segera pengangkatannya ditinjau kembali

daripada menodai profesi kependidikan.

1.2.4 Syarat “Religiousity”

Syarat berkeagamaan (religiousity) ini haruslah menjadi syarat

mutlak bagi orang-orang yang hendak menjadi guru di bumi Indonesia ini

sebagai perwujudan falsafah Pancasila secara konsekwen. Bila dianalisis,

perbuatan orang yang tidak bermoral atau tidak berkesusilaan itu adalah

perbuatan orang yang bukan hanya tidak mengindahkan norma kesusilaan,

akan tetapi pada hakekatnya adalah tidak mengindahkan norma keagamaan

atau keTuhanan. Oleh karena itu janganlah diangkat menjadi guru orang yang

tidak beragama yang tidak mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa, sumber

segala norma hidup.

1.2.5 Syarat “Formality”

Keempat syarat di atas (professional, personal, morality, religiousity)

merupakan prasyarat-prasyarat yang sine qua non (mutlak perlu dipenuhi),

sebelum seseorang secara formal (resmi) diangkat menjadi guru (dengan

Surat Keputusan) dari instansi yang berwewenang. Sebab Surat Keputusan

Pengangkatan (SP) ini hanyalah syarat formal yang memperkuat wewenang

Page 7: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

7

seseorang menjadi guru. Bahkan SP ini ditinjau kembali bila ternyata ada

kekeliruan dalam penetapannya.

Demikianlah syarat-syarat vital yang mutlak perlu dipenuhi seseorang

bila menjadi guru. Jika kita hendak menjunjung tinggi profesi guru yang akan

meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran di Sekolah, maka syarat-

syarat vital tersebut mutlak diperhatikan dan diperhitungkan dalam proses

“seleksi” terhadap individu yang ingin menjadi guru.

1.3 Pengembangan Sumberdaya Guru

Sumberdaya kependidikan yang sering disebut tenaga kependidikan,

merupakan komponen yang amat penting dalam penyelenggaraan pendidikan.

Law & Glover (2000) menyatakan bahwa sumberdaya tenaga kependidikan

merupakan komponen determinan dalam menyelenggarakan manajemen

sumberdaya manusia serta menempati posisi kunci dalam sistem pendidikan.

Dampak kualitas profesional dan kinerjanya bukan hanya akan

dikontribusi terhadap kualitas lulusan yang dihasilkan, melainkan juga

berlanjut pada kualitas kinerja para lulusan (outcomes) yang pada gilirannya

tentu saja berpengaruh juga pada peradaban dan martabat hidup masyarakat,

bangsa serta umat manusia pada umumnya.

Organisasi pendidikan merupakan lembaga pendidikan yang memiliki

potensi sumberdaya manusia, salah satu diantaranya adalah tenaga guru.

Guru memiliki peran multidimensional karena bermanfaat sebagai penentuan

strategi yang tepat untuk membina hubungan baik dan sesuai dengan

keinginan siswa. Guna mengkaji peran multidimensional sumberdaya manusia

pada organisasi pendidikan, diperlukan upaya pengembangan sumberdaya

terutama bagi guru agar pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang

dimilikinya selalu berkembang seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni yang terjadi begitu cepat. Pengembangan

sumberdaya guru perlu direncanakan dengan seksama, karena

pengembangan ini akan berdampak pada peningkatan kinerja guru yang akan

meningkatkan mutu pendidikan.

Page 8: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

8

Menurut Hoyle dalam Sofiah (2004) pengembangan guru mencakup

pengembangan mengajar sebagai suatu profesi (the development of teaching

as a profession) dan pengembangan profesional pengajar sebagai individu

(the profesional development of teachers as individuals). Selanjutnya tujuan

pengembangan ini menurut Kusumastuti (2001) diarahkan pada pemenuhan

tiga tuntutan kebutuhan, yaitu: 1) Kebutuhan sosial akan sistem pendidikan

yang dapat mengadaptasi perkembangan kebutuhan lingkungan, maka

pengembangan guru ditujukan agar yang bersangkutan mampu

mengadaptasikan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai

kebutuhan dan tuntutan masyarakat. 2) Kebutuhan untuk mencari bentuk atau

cara yang dapat membantu guru memperbaiki serta menyempurnakan potensi

akademik, personal dan sosial. Pengembangan guru diarahkan pada kriteria

kinerja yang diharapkan. 3) Kebutuhan untuk mengembangkan serta

mendorong semangat hidup guru.

Castetter (1996) menjelaskan pengembangan guru berkaitan dengan

istilah inservice education, staff development, professional development,

continuing education, dan advanced degree work, yang dijelaskan staff

development dilakukan tenaga edukatif dalam rangka peningkatan diri yang

berorientasi pada perkembangan. Sedang in service education diasumsikan

ada kekurangan pada tenaga edukatif yang mensyaratkan perlu peningkatan

seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan metode yang memadai.

Staff development tidak mengasumsikan adanya kekurangan pada

tenaga edukatif tetapi diasumsikan perlunya personil menumbuh-kembangkan

kemampuannya. Selanjutnya dijelaskan bahwa pengembangan staff dalam

meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia meliputi program jangka

pendek dan jangka panjang yang memiliki tujuan masing-masing seperti

termuat dalam gambar berikut ini.

Page 9: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

9

Sumber: Castetter, 1996

Gambar 1. Tipe Pengembangan Staf

Gambar 1. di atas menjelaskan pengembangan staf pada dasarnya

merupakan tindak lanjut yang berkesinambungan dari kegiatan rekrutmen,

seleksi, pengangkatan dan penempatan. Pengembangan disesuaikan dengan

kebutuhan, pengembangan individu, pengembangan profesional,

pengembangan sistem dan pengembangan yang lain. Kemudian cara

pengembangannya apakah secara individu, kelompok, antar kelompok,

maupun organisasi, dan cara proses pengembangan staf itu sendiri, apakah

secara formal, atau secara non formal.

Dalam dunia pendidikan, rekrutmen diartikan sebagai kegiatan

menarik sejumlah personil yang dibutuhkan dalam sistem pendidikan, yang

memenuhi kualitas tertentu (Castetter, 1996). Tujuannya adalah pemenuhan

kebutuhan personil baik jangka pendek maupun jangka panjang. Jangka

pendeknya berarti memenuhi kebutuhan akan personil sesuai dengan tuntutan

saat ini, sedangkan jangka panjangnya adalah memenuhi penyediaan personil

secara berkelanjutan baik personil pelayanan maupun personil profesional

(Uwes, 2003).

Sebagian bagian dari kegiatan “the hiring function” kegiatan

rekrutmen ditindaklanjuti dengan kegiatan seleksi atau keputusan tentang

identifikasi personil yang cocok dengan kebutuhan (Gibson et al, 1988).

Position Effectiveness Position Transition Profesional Development Personal Development Position Security Unit Improvement System Improvement

Individuals Groups

Intergroups Organization

Formal and Informal Approaches on the

job

Development Needs - objectives

Development Groups

Development Process

Page 10: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

10

Berkaitan dengan itu Kaufman (1972) mengemukakan adanya kesatuan

antara identifikasi kebutuhan, penentuan persyaratan personil untuk

memenuhi kebutuhan, strategi seleksi, evaluasi efektivitas penampilan sesuai

dengan kebutuhan dan kesiapan merubah beberapa langkah yang diperlukan

untuk mencapai sistem pendidikan yang responsif, efektif dan efisien.

Castetter (1996) memberi beberapa rambu untuk mencapai efektifitas

rekrutmen tersebut seperti berikut: 1) Kegiatan dalam proses rekrutmen

dibimbing dan dikoordinasikan dengan ketetapan sebelumnya tentang

sumberdaya manusia. Perencanaan sumberdaya manusia menetapkan

beberapa posisi yang harus dipenuhi melalui rekrutmen. 2) Proses rekrutmen

merupakan hal yang esensial, namun bukan merupakan aspek yang

terpisahkan dari keseluruhan fungsi personalia. 3) Proses rekrutmen

merupakan perencanaan yang penuh kehati-hatian, terorganisasi, langsung,

terkendali, terus menerus tanpa henti. 3) Dilanjutkan adanya partisipasi staf

dalam formulasi dan perencanaan pelaksanaan rekrutmen. 4) Terdapat suatu

badan yang bertanggungjawab untuk menggerakkan dan mendelegasikan

pada kegiatan pelaksanaan. 5) Penetapan jumlah dan mutu kebutuhan

personil, standar kualifikasi perencanaan tempat dan kegiatan serta penilaian

efektivitas perencanaan rekrutmen. 6) Penelitian personil yang memenuhi

syarat sesuai dengan kebutuhan lapangan.

Berkaitan dengan perencanaan sumberdaya manusia, kegiatan

rekrutmen seperti yang terlihat dilihat di gambar berikut:

Page 11: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

11

Sumber : Castetter, 1996

Gambar 2. Perpaduan Perencanaan SDM dengan Rekrutmen

Melalui rambu-rambu tersebut, dapat dikatakan kegiatan rekrutmen

guru sangat penting. Menurut Trauss dan Sayles dalam Sudarmayanti (2001)

kegiatan pertama dan utama dalam organisasi pendidikan adalah

mendapatkan guru bermutu. Suplai orang yang cakap sama pentingnya

dengan suplai uang, bahan atau kurikulum, bahkan dikatakan sebagai sentra

kegiatan dalam pendidikan. Proses pengembangan sumberdaya guru

merupakan kegiatan yang vital dalam organisasi pendidikan baik secara mikro

maupun makro, disamping itu pengembangan sumberdaya guru merupakan

salah satu bentuk investasi. Pengembangan sumberdaya guru secara makro

terarah dan terencana disertai pengelolaan yang baik dalam organisasi

pendidikan sangat penting dalam pencapaian mutu secara optimal.

1.4 Riset dan Program Pengembangan Calon Guru

Salah satu alasan penyelenggaraan riset dan program

pengembangan kepribadian maupun kompetensi mahasiswa kependidikan di

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan/LPTK adalah untuk memperoleh

Struktur Organisasi Yang Diharapkan

Proyeksi Profil Tenaga Personil yang Ada

Persyaratan Personil Masa Depan

Sumber Ekternal

Perencanaan Rekrutmen Yang Specifik

Sumber Internal

Perencanaan yang Spesifik tentang tranfer, promosi, pengembangan, dan pemanfaatan

Page 12: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

12

landasan berpijak guna mengembangkan dan memperbaiki program yang

ditawarkan. Pendidikan calon guru menghendaki agar program pembelajaran

perlu diselenggarakan untuk lebih menjamin keterbentukannya guru-guru yang

efektif dalam mempengaruhi proses penyiapan SDM bangsa. Efektifitas

penyelenggaraan program pendidikan calon guru perlu didasarkan pada riset

dan kajian lainnya terutama tentang input, proses dan output peserta

program.

Pengembangan kepribadian mahasiswa di LPTK diperlukan untuk

lebih menjamin kwalitas kompetensi kepribadian lulusannya. Pendidikan guru

menghendaki agar kurikulum dirancang sedemikian rupa untuk lebih menjamin

keterbentukannya guru yang efektif dalam mempengaruhi penyiapan Sumber

Daya Manusia/ SDM bangsa Indonesia yang berkwalitas. Namun

penyelenggaraan program pendidikan guru perlu didasarkan pada landasan

hukum yang berlaku serta pada riset tentang input, process dan output

program.

Siapakah guru itu? Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, di Pasal 1 dinyatakan yang

dimaksudkan dengan guru “… adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.” Berkenaan dengan

kompetensi guru dinyatakan pula bahwa kompetensi adalah seperangkat

pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan

dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Selanjutnya, di Pasal 7 Ayat 1 dalam UU Guru dan Dosen tersebut

dinyatakan bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang

dilaksanakan berdasarkan prinsip berikut: 1) Memiliki bakat, minat, panggilan

jiwa dan idealisme. 2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu

pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia. 3) Memiliki kualifikasi

akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas. 4)

Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. 5) Memiliki

tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. 6) Memperoleh

Page 13: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

13

penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. 7) Memiliki

kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan

dengan belajar sepanjang hayat. 8) Memiliki jaminan perlindungan hukum

dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 9) Memiliki organisasi profesi

yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas

keprofesionalan guru. Ditambahkan pada Pasal 7 Ayat 2 bahwa

pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang

dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif dan berkelanjutan

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,

kemajemukan bangsa dan kode etik profesi.

Dengan mengacu pada Pasal 1 dan Pasal 7 UU Guru dan Dosen,

LPTK perlu mengupayakan agar sosok guru yang dikehendaki oleh undang-

undang dan masyarakat sebagai stakeholders pendidikan perlu menjadi

rambu-rambu dalam proses kependidikan calon-calon guru dan pendidik.

Padahal masyarakat modern menuntut hadirnya “Guru yang terdidik baik”.

Meningkatnya kebutuhan pasokan guru yang memenuhi kriteria “Guru Baik”

menuntut LPTK cermat mengevaluasi kembali sistem dan program pendidikan

yang diselenggarakan. Untuk memenuhi keperluan ini, LPTK perlu mengkaji

variabel mahasiswa yaitu latar belakang sosial budaya, pilihan karir,

kecakapan intelektual, karakteristik kepribadian, sikap dan motivasi

mahasiswa.

Guru adalah figur sentral dalam proses pendidikan dan pembelajaran

sehingga guru diharapkan memiliki karakteristik kepribadian yang khas dan

ideal sesuai dengan persyaratan menjadi guru yang berlandaskan pada

kaidah psikologi-pedagogi. Mempengaruhi dan melancarkan proses

pendidikan agar berlangsung pembentukan kepribadian sehingga mahasiswa

kependidikan menjadi guru profesional adalah salah satu cara yang tepat

untuk meningkatkan kwalitas pendidikan.

Sanford et al (Lomax, 1972) mengungkapan temuan penelitian pada

97 mahasiswa sain, sejumlah 37 mahasiswa (38%) memperoleh dorongan

aktif dari orangtuanya agar berprestasi dalam studi, sekitar 5% responden

pilihan karir kependidikannya ditentang orangtua. Latar belakang pekerjaan

Page 14: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

14

orang tua mahasiswa adalah pekerja terampil dan sedikit sekali diantaranya

yang menempuh studi universiter. Berarti kekurangmampuan orangtua

membimbing anak secara edukasional dan vokasional diduga berhubungan

dengan kurang mantapnya pilihan studi dan karir mahasiswa itu.

Smelser & Steward (Lomax, 1972) menemukan dominasi populasi

mahasiswa kependidikan yang berkedudukan sebagai anak pertama dalam

keluarga. Bahkan pada keluarga yang beranak sedikit, urutan kelahiran dan

jenis kelamin anak secara berarti mempengaruhi kesempatan belajar yang

diberikan kepada anak oleh orangtua untuk menempuh perguruan tinggi

kependidikan. Ditambahkannya, guru berpendidikan universiter yang semula

berasal dari kelas sosial menengah bawah, sedikit sekali yang mengalami

hambatan dalam studi dan perjalanan karirnya.

Pengalaman belajar di sekolah menengah diduga ikut membentuk

minat yang menentukan pilihan karir siswa. Butcher & Pont (Lomax, 1972)

meminta 1.100 siswa sekolah menengah memilih 15 macam karir. Meskipun

siswa laki-laki dan perempuan menunjukkan minat dan aspirasi karir yang

berbeda nyata, namun seluruh kategori siswa bersepakat akan manfaat dan

prestise berbagai jabatan. Siswa perempuan menempatkan jabatan guru pada

prioritas pertama pada preferensi jabatannya. Siswa laki-laki yang

memprioritaskan preferensi karir pertamanya di bidang teknik menempatkan

jabatan guru pada preferensi jabatan urutan ke lima.

Evans (Lomax, 1972) menemukan siswa yang menyatakan amat

suka belajar di sekolah adalah siswa yang paling tertarik dengan karir guru.

Didapat korelasi tinggi antara skor survai minat dengan skor Praktik

Pengalaman Lapangan/PPL Mengajar mahasiswa kependidikan. Morris

(Lomax, 1972) menemukan pula mahasiswa yang mengakui “Prospek Jenis

Pekerjaan yang Menarik” yang mendasari alasan mahasiswa kependidikan

akhirnya memilih jabatan sebagai guru. Segi-segi yang serba menantang pada

profesi guru adalah daya tarik utama bagi banyak mahasiswa yang pada

akhirnya berketetapan hati (committed) memilih profesi guru.

Page 15: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

15

Penelitian di Inggris (Lomax, 1972) menemukan 3 kelompok peran

kependidikan yang diminati dan akhirnya menjadi dasar utama keputusan karir.

Peran kependidikan itu adalah: 1) Guru sebagai pendidik. 2) Guru sebagai

pekerja/pegawai. 3) Guru sebagai pribadi/perorangan. Disarankan LPTK lebih

memprioritaskan derajad kekuatan hasrat menjadi guru dalam penerimaan

mahasiswa baru daripada aspek lainnya. Justru pada golongan mahasiswa

kependidikan yang sedemikian besar hasrat kependidikannya dapat

berketetapan hati pada pilihan profesi guru (Aspin, dalam Lomax, 1972).

Kecakapan intelektual mahasiswa kependidikan perlu menjadi bahan

pertimbangan dalam seleksi mahasiswa baru. Lomax (1972) menemukan

mahasiswa kependidikan di Inggris mendapat skor tes inteligensi dan

pemahaman verbal lebih tinggi daripada mahasiswa kependidikan AS.

Mahasiswa calon guru sekolah menengah berskor tes inteligensi lebih tinggi

daripada mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar yang sebenarnya

menunjukkan minat yang tinggi dan suka mengajar anak.

Tanlain (2005) meneliti alasan-alasan menempuh pendidikan guru

pada mahasiswa D-II PGSD di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil

penelitian menunjukkan: 1) Jawaban dua alasan menampilkan enam kategori

orientasi relasi nilai-nilai yaitu kategori gengsi sosial-menolong anak nomor

urut 1 (31%); kategori dapat uang menolong anak nomor urut 2 (25%);

kategori kerjasama-menolong anak nomor urut 3 (17%); kategori kembangkan

bakat menolong anak nomor urut 4 (11%); kategori dapat uang-gengsi sosial

nomor urut 5,5 (8%); kategori kerjasama-dapat uang nomor urut 5,5 (8%). 2)

Jawaban tiga alasan menampilkan empat kategori orientasi relasi nilai-nilai

yaitu kategori dapat uang-gengsi sosial-menolong anak nomor urut 1 (37%);

kategori kerjasama-gengsi sosial-menolong anak nomor urut 2,5 (26%);

kategori kerjasama-dapat uang-menolong anak nomor urut 2,5 (26%); kategori

dapat uang-kembangkan bakat-menolong anak nomor urut 4 (11%); keadaan

ini menandakan bahwa para mahasiswa sudah memiliki seperangkat nilai

(individu, sosial, ekonomi) yang mendasari pilihan mereka menempuh

pendidikan guru. Kategori-kategori orientasi relasi nilai-nilai di atas berbeda

dengan tiga kategori yang dikemukakan Rosenberg (kerjasama-menolong;

Page 16: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

16

gengsi sosial-dapat uang; kembangkan kreativitas-bakat). Berdasarkan hasil

penelitian tersebut dianjurkan bahwa sebaiknya para lulusan sekolah

menengah yang bercita-cita menjadi guru khususnya guru sekolah dasar,

langsung menempuh program pendidikan guru.

Sampai kini sedikit sekali diketahui besaran korelasi antara karakteristik

kepribadian guru dengan efektifitas kinerja guru. Ditemukan bahwa selama

tahun pertama masa kuliahnya, mahasiswa kependidikan tidak mengalami

perubahan nyata dalam skor sikap-sikap kependidikannya. Padalah sikap

kependidikan yang sesuai menunjuk pada disposisi/ kecenderungan untuk

memberi tanggapan pada masalah kependidikan yang sesuai pula. Setahun

masa kuliah memang menghasilkan penguasaan informasi, memperoleh

tilikan (insight) dan keterampilan tertentu tetapi mahasiswa masih memperta-

hankan pendapat dan kecenderungan keyakinan yang belum tentu selaras

dengan karakteristik kependidikan guru yang dikehendaki.

Klausmeier & Ripple (1971) merinci karakteristik guru berikut: 1)

Karakteristik guru yang efektif. 2) Pemilahan pola peran guru yang

mensyaratkan jenis dan jumlah pendidikan, pengalaman dan kepemimpinan

yang bervariasi. 3) Peran organisasi guru dalam mengupayakan meningkatnya

kwalitas pendidikan. Berarti pemikiran tidak hanya menyangkut guru sebagai

perorangan saja tetapi memperkirakan pula kemungkinan perubahan pola

jabatan serta karakteristik organisasi yang menghimpun guru. Sebagai

ancangan penyiapan guru, ditelaah karakteristik dan perilaku guru.

Karakteristik dan perilaku guru, dikerangkai sebagai kriteria efektifitas

guru, yaitu:

1) Penilaian bertolok-ukur produk/hasil; kompetensi guru dalam wujud

seberapa tinggi prestasi yang dicapai siswa dalam ranah kognitif, afektif

dan psikomotor. Penilaian langsung melalui tes/ skala penilaian atas

kinerja guru sebelum, selama dan seusai pembelajaran.

2) Penilaian bertolok-ukur proses; penilaian atas efektifitas guru ditempuh

dalam kerangka perilaku guru, perilaku siswa dan interaksi guru dengan

siswa namun bukan bertolak dari prestasi siswa. Penilaian langsung

Page 17: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

17

melalui observasi terhadap perilaku guru dan siswa serta interaksi di

antara kedua belah pihak tersebut.

3) Penilaian bertolok-ukur presage/faktor daya ramal; penilaian efektifitas

guru di masa kini dan peluang efektifitas guru di kemudian hari

didasarkan pada kecakapan intelektual, indeks prestasi dan tampilan

pribadi. Penilaian secara langsung menghubungkan variabel proses yang

secara eksplisit telah dijabarkan dengan variabel perilaku guru, yang di

dalamnya mencakup indeks prestasi, hasil tes dan skala penilaian

perilaku di luar kelas.

Bagaimana penggambaran guru yang efektif? Awam

menggambarkan “Guru yang baik” adalah “Orang yang baik”. Pernyataan ini

menunjukkan adanya Model Peran Guru, yaitu model yang memenuhi gagasan

ideal masyarakat bahwa guru adalah warga negara yang baik, orangtua yang

baik dan pegawai yang baik. Di masa lalu guru diapresiasi pertama-tama

berdasarkan kebaikannya sebagai perorangan, baru kemudian pada

perilakunya di hadapan siswa. Guru diharapkan tampil sebagai sosok pribadi

yang jujur, pekerja keras, tulus, bersahabat, ramah dan peduli. Selanjutnya

guru perlu mengkinerjakan kwalitas pribadinya dalam kelas pembelajaran

sebagai figur yang berwibawa, tertib, disiplin, penuh gagasan dan berdedikasi.

Singkatnya, dalam model peran ini guru yang efektif dituntut memiliki kearifan

seperti Nabi Sulaiman, kaya gagasan seperti Sigmund Freud, berpengetahuan

seperti Albert Einstein dan berdedikasi seperti Florence Nightingale.

Jika diperhatikan seksama, penggambaran “Guru yang Ideal”

tersebut kurang dapat digunakan sebagai baku mutu yang jernih dan objektif

yang secara konsisten diterapkan kepada guru sehingga tidak dapat pula

dipakai sebagai dasar penyiapan pendidikan dan pengembangan kompetensi

kepribadian guru.

Guna mengatasi masalah tersebut, diupayakan untuk mengidentifikasi

Karakteristik Psikologik Guru yang Baik, yaitu dengan memilahnya sebagai

berikut (Klausmeier & Ripple, 1971):

Page 18: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

18

1) Karakteristik kepribadian seperti motivasi berprestasi, kecakapan

mengarahkan diri dan keluwesan. Tes kepribadian berguna untuk

mengukur dalam lapangan kesehatan jiwa yang kemudian dipakai dalam

meramalkan perilaku guru di dalam kelas pembelajaran.

2) Karakteristik sikap, motivasi mengajar, empati terhadap siswa dan

komitmen pada tugas. Pengukuran sikap dilakukan dengan asumsi sikap

positif terhadap mengajar berhubungan dengan perilaku yang terpuji

dalam proses pembelajaran seperti menyusun dengan cermat Rencana

Persiapan Pembelajaran/RPP dan pelaksanaan pembelajaran yang

prima.

3) Karakteristik pengalaman berupa jumlah tahun/lama mengajar,

pengalaman mengajarkan bidang studi, pengalaman mengajar di kelas

tertentu di SD/SMP/ SMA/SMK dalam kurikulum yang spesifik untuk siswa

yang berlatar belakang tertentu, kiranya bermanfaat untuk meramalkan

kinerja guru.

4) Karakteristik prestasi studi dan bakat berupa Indeks Prestasi Studi

selama dalam pendidikan dan Penilaian Praktik Mengajar. Kedua jenis

informasi ini mengindikasikan sikap positif terhadap dunia pendidikan dan

diperkirakan dapat menjanjikan kinerja pembelajaran yang positif pula.

Tolok ukur kepribadian ini kurang mengindahkan unsur terpenting

dalam menetapkan pembelajaran yang sukses, yaitu kinerja belajar siswa

yang dibelajarkan guru. Pengukuran keefektifan pembelajaran guru perlu

mengindahkan pola-pola interaksi guru siswa dalam pembelajaran yang

berpengaruh pada kinerja kognitif dan afektif siswa.

Di lain pihak dalam membahas guru yang ideal dan efektif,

Hadiyanto (2004) mewawancara guru-guru sekolah dasar, sekolah menengah

dan dosen di Padang, Padang Panjang, Agam, Bukittinggi. Hasil penelitian

menunjukkan guru di Indonesia sebaiknya mampu memainkan banyak peran

berikut: 1) Berkwalifikasi pendidikan sesuai jenjang pendidikan jenjang sekolah

guru itu mengajar. 2) Mempunyai visi dan misi sebagai guru. 3) Mampu

mentransfer ilmunya kepada siswa. 4) Mampu merubah sikap, mempengaruhi/

Page 19: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

19

memotivasi siswa. 5) Sesuai dengan bidang/kompetensi. 6) Mampu menguasai

kelas. 7) Menguasai materi pelajaran. 8) Menggunakan metode pembelajaran

bervariasi. 9) Berwawasan luas. 10) Berkomunikasi dengan baik (bahasa

baku, suara, logat dan ekspresi tepat). 11) Human relation yang tepat/supel.

12) Sehat jasmani dan rohani. 13) Bermoral. 14) Berbudi pekerti luhur. 15)

Bertanggung jawab. 16) Disiplin. 17) Berdedikasi tinggi. 18) Berwibawa. 19)

Berjiwa besar. 20) Berjiwa sosial. 21) Jujur. 22) Adil. 23) Arif. 24)

Terpercaya. 25) Percaya diri. 26) Tegas. 27) Sabar. 28) Ramah. 29) Kreatif.

30) Inovatif. 31) Optimistik. 32) Mandiri. 33) Demokratik. 34) Humoris. 35)

Disenangi siswa. 36) Berperikemanusiaan. 37) Mampu bekerja sama dengan

baik. 38) Mempunyai prakarsa. 39) Berpenampilan menarik (pakaian, rambut,

make up dan gerak gerik). 40) Suri teladan bagi siswa.

Dekade 1950-an guru yang patut diteladani memiliki kecakapan

intelektual lebih tinggi serta memperoleh Indeks Prestasi Studi/IPK di atas

rerata. IPK dan nilai PPL Mengajar berkorelasi secara positif dan nyata meski

pada tingkat korelasi yang rendah dengan penilaian kepala sekolah atas guru

dalam dua tolok-ukur: penguasaan bidang studi dan disiplin guru. Penilaian

dosen pembimbing atas tampilan guru berkorelasi nyata pula dengan

penilaian kepala sekolah mengenai penguasaan bidang studi, disiplin guru dan

sikap tegas guru pada siswa (Klausmeier & Ripple, 1971). Sejumlah karakteristik

guru semisal ikhtiar, kecakapan akademik, ketepatan waktu dan terpercaya

yang memberi urunan pada IPK yang lebih tinggi di LPTK maupun nilai PPL

Mengajar berhubungan dengan sukses karir guru.

Eksperimen Hoyt (Klausmeier & Ripple, 1971) menunjukkan makin

guru memahami dan memiliki pengetahuan tentang siswa menghasilkan

membaiknya sikap siswa terhadap guru meskipun hal itu tidak berdampak

pada membaiknya prestasi siswa. Di lain pihak, eksperimen Ojemann &

Wilkinson (Klausmeier & Ripple, 1971) menunjukkan pengetahuan guru atas

siswa membuahkan bimbingan yang lebih efektif pada belajar akademik dan

pada perkembangan yang membaik pada kepribadian siswa.

Page 20: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

20

Turner (Klausmeier & Ripple, 1971) menyatakan ada kaitan antara

karakteristik pribadi-sosial dengan kinerja guru dalam pemecahan masalah

pembelajaran serta dengan sukses pembelajaran. Minat guru terhadap

kesenian, kepribadian yang ramah, kecerdasan emosi dan antusiasme

mengajar dilaporkan sebagai karakteristik guru efektif. Namun hal ini

dipengaruhi oleh adanya perbedaan antar lokasi sekolah. Disadari adanya

kondisi yang tak dapat dikendalikan selaras dengan bervariasinya lokasi

sekolah sehingga ada guru yang sukses di satu sekolah tetapi gagal di

sekolah lainnya. Namun ada pendapat lain yang menyatakan sukses nyata

dalam pembelajaran berkorelasi rendah dengan kecakapan dan karakteristik

kognitif guru. Disamping itu penilaian pada kecakapan kognitif hanya

bermanfaat meramalkan efektivitas guru secara kelompok, bukan peramalan

atas perorangan guru.

Lingkup perbedaan di kalangan para guru dalam segi minat, sikap,

nilai-anutan dan integrasi kepribadian lebih tajam dibanding perbedaan

kecakapan intelektual umum maupun variabel lainnya karena LPTK lebih

selektif dalam variabel kognitif daripada afektif. Nampaknya perbedaan dalam

karakteristik afektif lebih penting dalam menetapkan sukses guru daripada

karakteristik kognitifnya.

Ryans (Klausmeier & Ripple, 1971) meneliti 6000 guru Sekolah

Dasar dan Sekolah Menengah selama periode 6 tahun dengan hasil “Guru

Berkwalitas Pribadi Lebih Tinggi” dengan karakteristik berikut: 1) Tulus menilai

perilaku dan motif orang lain serta mengekspresikan sikap ramah pada

sesama. 2) Bersikap sosial dan mudah bergaul; suka bergaul dengan siswa,

lebih memilih prosedur nondirektif dalam pembelajaran. 3) Mau

mendengarkan siswa, menerima sumbang saran siswa, bersedia memakai

gagasan siswa; mempercayai siswa. 4) Bersikap hangat, bersahabat, meminta

siswa mengemukakan pandangan pribadi, tidak suka menghukum siswa. 5)

Gemar membaca, suka sastra, musik, melukis dan seni. 6) Guru

menunjukkan minat lebih tinggi pada segi intelektual dan sosial. 7) Menilai diri

sangat berambisi dan berinisiatif, fasih/cerdas berbahasa serta penyesuaian

emosional memuaskan. 8) Menunjukkan organisasi kepribadian bertaraf

Page 21: BAB I PENGERTIAN GURU BESERTA KARAKTERISTIK GURUrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/3/BOOK_Umbu Tagela...Makin profesional dan kompeten guru, ... dari instansi yang berwewenang

21

tinggi, arif dan bernalar, cakap bergaul dan rendah sikap agresivitasnya.

Karakteristik guru lainnya yang berkorelasi dengan efektifitas

pembelajaran adalah jender guru. Jender guru menunjukkan perbedaan minat,

sikap dan nilai anutan selaras dengan jenjang pendidikan guru. Guru TK dan

SD Kelas Rendah didominasi guru perempuan, bagian terbesar Kepala

Sekolah adalah guru laki-laki. Bidang studi Ilmu Alam dan Matematika lebih

dipilih oleh kaum laki-laki, sedangkan bidang studi Ilmu Sosial Budaya/

Bahasa diminati kaum perempuan. Nampak faktor biologik yang lekat dengan

perbedaan jender dipadu dengan faktor budaya yang mengarahkan pilihan guru

pada jenjang pendidikan dan pilihan bidang studi. Latar belakang pekerjaan

orang tua guru ikut mewarnai pilihan karir pendaftar LPTK. Pengamatan

sekilas wawancara penerimaan calon mahasiswa kependidikan di UKSW

menunjukkan sebagian besar orang tua, baik ayah, ibu dan justru ayah dan

ibu calon mahasiswa bekerja sebagai Guru SD atau SMP, sebagian lagi

menyatakan kakaknya menjadi guru SD.