bab vii arah pengembangan wilayah jawa tengah 7.1

38
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 1 BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1. Kebijakan Umum 7.1.1. Arah Pengembangan Wilayah Pengembangan Wilayah Provinsi Jawa Tengah ditujukan untuk mewujudkan ruang wilayah yang berdaya saing berbasis pertanian, industri, dan pariwisata, dengan memperhatikan kelestarian alam dan pemerataan pembangunan wilayah yang berkelanjutan. Memperhatikan kondisi fisiografis dan geografis, maka kebijakan pengembangan wilayah Provinsi Jawa Tengah dibagi menjadi : a. Poros pengembangan Utara - Utara yang membentang dari Bregasmalang- Petanglong Kedungsepur Wanarakuti - Banglor dikembangkan dengan memantapkan pembangunan di koridor utara, sehingga tetap mampu menjadi pendorong ekonomi wilayah Jawa Tengah; b. Poros pengembangan Selatan-Selatan yang membentang dari Barlingmascakeb Purwomanggung - Subosukawonosraten dengan mempercepat pembangunan di Koridor Selatan, sehingga dapat mengurangi ketimpangan ekonomi wilayah; c. Poros pengembangan Utara-Selatan yang menghubungkan Bregasmalang dengan Barlingmascakeb, Petanglong dengan Purwomanggung, Kedungsepur dengan Subosukawonosraten dan Purwomanggung, serta Wanarakuti dan Banglor dengan Subosukawonosraten dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan ekonomi wilayah; d. Poros pengembangan bagian tengah Jawa Tengah diarahkan untuk meningkatan fungsi konservasi di wilayah bagian tengah Provinsi Jawa Tengah (hulu DAS) pada daerah Gunung Slamet Sindoro Sumbing Merbabu Merapi - Lawu. e. Pengembangan wilayah kelautan diarahkan untuk pengembangan potensi ekonomi sosial dan budaya secara berkelanjutan berdasarkan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K). Arah Pengembangan Wilayah Jawa Tengah dilihat pada Gambar 7.1.

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 1

BAB VII

ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH

7.1. Kebijakan Umum

7.1.1. Arah Pengembangan Wilayah

Pengembangan Wilayah Provinsi Jawa Tengah ditujukan untuk

mewujudkan ruang wilayah yang berdaya saing berbasis pertanian, industri, dan

pariwisata, dengan memperhatikan kelestarian alam dan pemerataan

pembangunan wilayah yang berkelanjutan. Memperhatikan kondisi fisiografis

dan geografis, maka kebijakan pengembangan wilayah Provinsi Jawa Tengah

dibagi menjadi :

a. Poros pengembangan Utara - Utara yang membentang dari Bregasmalang-

Petanglong – Kedungsepur – Wanarakuti - Banglor dikembangkan dengan

memantapkan pembangunan di koridor utara, sehingga tetap mampu menjadi

pendorong ekonomi wilayah Jawa Tengah;

b. Poros pengembangan Selatan-Selatan yang membentang dari

Barlingmascakeb – Purwomanggung - Subosukawonosraten dengan

mempercepat pembangunan di Koridor Selatan, sehingga dapat mengurangi

ketimpangan ekonomi wilayah;

c. Poros pengembangan Utara-Selatan yang menghubungkan Bregasmalang

dengan Barlingmascakeb, Petanglong dengan Purwomanggung, Kedungsepur

dengan Subosukawonosraten dan Purwomanggung, serta Wanarakuti dan

Banglor dengan Subosukawonosraten dimaksudkan untuk mengurangi

ketimpangan ekonomi wilayah;

d. Poros pengembangan bagian tengah Jawa Tengah diarahkan untuk

meningkatan fungsi konservasi di wilayah bagian tengah Provinsi Jawa

Tengah (hulu DAS) pada daerah Gunung Slamet – Sindoro – Sumbing –

Merbabu – Merapi - Lawu.

e. Pengembangan wilayah kelautan diarahkan untuk pengembangan potensi

ekonomi sosial dan budaya secara berkelanjutan berdasarkan Rencana

Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K).

Arah Pengembangan Wilayah Jawa Tengah dilihat pada Gambar 7.1.

Page 2: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 2

Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Gambar 7.1.

Arah Pengembangan Wilayah Jawa Tengah

Strategi pengembangan wilayah di Jawa Tengah antara lain sebagai

berikut :

1. Pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi baru

2. Peningkatan keterhubungan perkotaan – perdesaan

3. Pengembangan prasarana wilayah

4. Peningkatan pengelolaan kawasan lindung

5. Pemertahanan lahan pertanian

6. Pengembangan kawasan industri

7. Pengembangan destinasi dan daya tarik wisata strategis

8. Pengembangan sistem permukiman perkotaan yang kompak

9. Pengembangan dan pemanfaatan sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau

kecil.

7.1.2. Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang

Dalam mendukung arah pengembangan wilayah, diperlukan jaringan

prasarana wilayah yang ditekankan pada pengembangan prasarana pendukung

yang dapat mempercepat pertumbuhan perekonomian wilayah dengan

Page 3: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 3

mewujudkan keterhubungan antar Pusat Kegiatan baik Nasional, Wilayah dan

Lokal (PKN, PKW dan PKL).

Adapun pengembangan jaringan prasarana dimaksud berupa jaringan

prasarana transportasi meliputi pengembangan : jaringan jalan; angkutan umum

aglomerasi perkotaan; integrasi antar moda transportasi; bandar udara;

reaktivasi jaringan rel kereta api; pelabuhan; terminal; jaringan prasarana

energi; dan jaringan prasarana sumber daya air. Strategi pengembangan jaringan

prasarana wilayah dilakukan antara lain melalui :

1) Pengembangan sistem transportasi darat, laut, dan udara secara terpadu guna

meningkatkan aksesbilitas dan konektivitas wilayah;

2) Peningkatan kapasitas infrastruktur pendukung kawasan-kawasan strategis;

3) Pengembangan sistem energi secara optimal dan mewujudkan keterpaduan

sistem penyediaan listrik untuk mendukung pasokan energi nasional (sistem

JAMALI);

4) Pengembangan sistem prasarana sumber daya air untuk menunjang kegiatan

domestik, sektor industri dan pertanian;

Kebijakan Pengembangan struktur ruang di Jawa Tengah sebagaimana Gambar

7.2.

Page 4: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 4

Sumber : RTRW Provinsi Jawa Tengah, 2009-2029

Sumber: RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009 - 2029

Gambar 7.2.

Pengembangan Wilayah Melalui Pembangunan Jaringan Prasarana Wilayah

Page 5: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 5

7.1.3. Kebijakan Pengelolaan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya

1. Kawasan Lindung

Fokus perwujudan kawasan lindung diarahkan pada : kawasan hutan

lindung, kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya,

kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam dan

cagar budaya, kawasan bencana alam serta kawasan lindung geologi. Upaya

yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah :

a. Rehabilitasi dan konservasi kawasan yang berfungsi lindung baik hutan

maupun non hutan berbasis Daerah Aliran Sungai (DAS);

b. Peningkatan luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan perkotaan

sebesar 30%, yang terdiri RTH publik minimal 20% dan RTH privat

minimal 10%;

c. Rehabilitasi lahan kritis;

d. Rehabilitasi daerah resapan air guna mempertahankan ketersediaan air;

e. Peningkatan upaya mitigasi pada Kawasan Rawan Bencana.

2. Kawasan Budidaya

Fokus perwujudan kawasan budidaya diarahkan pada : kawasan hutan

produksi, kawasan pertanian, kawasan pertambangan, kawasan peruntukan

industri, kawasan pariwisata dan kawasan permukiman. Upaya yang

dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah :

a. Rehabilitasi dan pemantapan kawasan hutan produksi;

b. Pemantapan dan perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

(LP2B);

c. Pengembangan kawasan agropolitan;

d. Pengendalian kawasan pertambangan;

e. Pengembangan kawasan industri;

f. Pengembangan kawasan pariwisata;

g. Peningkatan kawasan permukiman.

Kebijakan Pengelolaan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya

sebagaimana Gambar 7.3.

Page 6: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 6

Sumber : RTRW Provinsi Jawa Tengah, 2009-2029

Gambar 7.3.

Pengembangan Wilayah Melalui Arah Pola Ruang

Page 7: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 7

7.1.4. Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis

Penetapan kawasan strategis didasarkan atas fungsi keutamaan kawasan

yang mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap

ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan bagi kepentingan tingkat/skala

provinsi. Kawasan tersebut terbagi menurut 3 sudut kepentingan yaitu :

1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, meliputi :

A. Kawasan Strategis Nasional, yaitu :

a. Kawasan Borobudur dan sekitarnya;

b. Kawasan Prambanan dan sekitarnya;

c. Kawasan Sangiran.

B. Kawasan Strategis Provinsi, yaitu:

a. Kawasan Masjid Demak;

b. Kawasan Candi Dieng;

c. Kawasan Candi Gedongsongo;

d. Kawasan Candi Cetho – Sukuh;

e. Kawasan Keraton Solo.

Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kawasan strategis meliputi:

- Perlindungan/konservasi kawasan;

- Pengembangan sarana prasarana pendukung kawasan;

- Penataan kawasan sekitar.

2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, meliputi:

A. Kawasan Strategis Nasional, yaitu Kawasan Perkotaan Kedungsepur

B. Kawasan Strategis Provinsi

a. Kawasan Industri Terpadu, meliputi:

1. Kawasan Industri Kendal – Semarang - Demak;

2. Kawasan Industri Brebes;

3. Kawasan Industri Rembang;

4. Kawasan Industri Cilacap;

5. Kawasan Industri Kebumen.

Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kawasan industri

terpadu meliputi:

- Peningkatan kemudahan perijinan, promosi pengembangan

kawasan industri dan pemberian insentif.

Page 8: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 8

- Peningkatan jaringan infrastruktur transportasi, pengolahan

limbah, energi, telekomunikasi dan sumber daya air serta

prasarana penunjang lainnya.

b. Kawasan Agropolitan yang akan dikembangkan dalam upaya

peningkatan produk pertanian meliputi: Kawasan Agropolitan

MANGGA EMAS (Pemalang, Purbalingga, Brebes, Banyumas) dan

GIRISUKA (Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar) dengan komoditas

unggulan tanaman pangan dan hortikultura

Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kawasan agropolitan

berbasis pertanian terintegrasi dan agriculture estate meliputi :

1. Peningkatan kapasitas Sumberdaya Manusia (SDM) Petani;

2. Pengembangan pendidikan vokasi yang mendukung pertanian;

3. Peningkatan akses modal;

4. Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam budidaya pertanian;

5. Pengembangan pengolahan hasil pertanian;

6. Pengembangan sistem distribusi dan pemasaran;

7. Pengembangan sarana dan prasarana.

c. Kawasan Perkotaan meliputi:

A. Kawasan Strategis Nasional yaitu Kawasan Perkotaan Kedungsepur

B. Kawasan Strategis Provinsi meliputi:

1. Kawasan Perkotaan Subosukawonosraten

2. Kawasan Perkotaan Bregasmalang

Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kawasan perkotaan,

meliputi :

1. Peningkatan kawasan permukiman

2. Pengembangan infrastruktur wilayah yang memadai, antara lain

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau Tempat Pembuangan Sementara

Terpadu (TPST) Regional, Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM)

Regional, Sistem Jaringan Jalan, Pelayanan Perhubungan (Transportasi

Massal, Bandara, Perkeretaapian, Terminal) dan Energi.

3. Pengembangan sarana prasarana pendidikan, kesehatan dan

perdagangan.

d. Kawasan Strategis Pariwisata Terpadu meliputi:

1. Kawasan Surakarta dan sekitarnya;

2. Kawasan Borobudur - Dieng - Kebumen dan sekitarnya;

3. Kawasan Semarang – Karimunjawa dan sekitarnya;

Page 9: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 9

4. Kawasan Nusakambangan – Baturraden dan sekitarnya ;

Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kawasan strategis

pariwisata terpadu, meliputi :

1. Pengembangan infastruktur pendukung pariwisata antara lain :

jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, air baku dan sampah;

2. Pengembangan destinasi dan promosi pariwisata.

3. Peningkatan kualitas kawasan permukiman pendukung pariwisata

3. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung

lingkungan hidup, meliputi :

A. Kawasan Strategis Nasional, meliputi:

1. Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi

2. Kawasan Pangandaran – Kalipucang - Segara Anakan –

Nusakambangan (Pacangsanak)

B. Kawasan Strategis Provinsi, diantaranya:

a. Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu;

b. Kawasan Dataran Tinggi Dieng;

c. Kawasan Rawa Pening;

d. Kawasan Gunung Sindoro – Sumbing;

e. Kawasan Gunung Lawu;

f. Kawasan Gunung Slamet;

g. Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kritis; dan

h. Kawasan Karst;

Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kawasan strategis fungsi

dan daya dukung lingkungan, antara lain :

1. Pengendalian kerusakan lingkungan;

2. Peningkatan konservasi sumber daya alam;

3. Perwujudan konsep jasa lingkungan bagi wilayah-wilayah yang

memiliki fungsi konservasi.

C. Kawasan Khusus Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, meliputi :

a. Kawasan Segara Anakan;

b. Pulau Nusakambangan;

c. Kepulauan Karimunjawa;

d. Taman Pesisir Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang

Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kawasan khusus wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil yaitu :

Page 10: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 10

1. Peningkatan produktivitas dan pemanfaatan sumber daya pesisir dan

pulau-pulau kecil berbasis daya dukung lingkungan;

2. Peningkatan upaya perlindungan spesies yang dilindungi;

3. Pengendalian dan pencegahan degradasi habitat vital.

Kawasan strategis secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 7.4. berikut :

Page 11: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 11

Sumber : RTRW Provinsi Jawa Tengah, 2009-2029 Gambar 7.4

Kawasan Strategis Provinsi

Page 12: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 12

7.2. Arah Pengembangan Perwilayahan

Dalam upaya mewujudkan pembangunan Jawa Tengah yang lebih

menekankan pada karakter dan potensi wilayah serta memperlihatkan

keberagaman, maka dikembangkan 8 (delapan) wilayah pengembangan utama.

Pengelompokkan kewilayahan tersebut bertujuan untuk dapat lebih

mengoptimalkan potensi lokal, mempertahankan keberagaman hasil produk serta

menciptakan pemerataan pembangunan yang memiliki ciri kuat produk unggulan.

Adapun pengembangan kewilayahan meliputi Barlingmascakeb, Purwomanggung,

Subosukawonosraten, Banglor, Wanarakuti, Kedungsepur, Petanglong dan

Bregasmalang sebagaimana pada gambar berikut :

Sumber : RTRW Provinsi Jawa Tengah, 2009-2029

Gambar 7.5

Pembagian Per Wilayahan

7.2.1. WP Barlingmascakeb

WP Barlingmascakeb meliputi Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga,

Banyumas, Cilacap dan Kebumen, diarahkan sebagai PKN, PKW dan PKL di

wilayah Jawa Tengah bagian barat dan selatan. PKN meliputi Kota Cilacap dan

sekitarnya; Sedangkan PKW meliputi Purwokerto dan Kebumen, serta PKL

meliputi Kroya, Majenang, Wangon, Ajibarang, Banyumas, Purbalingga, Bobotsari,

Sokaraja, Banjarnegara, Klampok, Gombong, Karanganyar – Kebumen, dan

Prembun. Untuk mendukung pelayanan sosial ekonomi di wilayah ini, PKL

Purbalingga didorong menjadi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Sektor unggulan

yang dapat dikembangkan di wilayah ini adalah pertanian, perkebunan,

Page 13: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 13

pariwisata, pertambangan, industri dan perikanan, ditunjang oleh agroindustri,

kehutanan, peternakan dan perdagangan.

Arah kebijakan WP Barlingmascakeb adalah “Pengembangan Wilayah

Barlingmascakeb Berbasis Agrominapolitan dan Pariwisata Terpadu yang Didukung

Sektor Industri Pengolahan dan Perdagangan Jasa Dengan Berlandaskan Prinsip

Pembangunan Berkelanjutan”.

Pengembangan wilayah Barlingmascakep untuk Tahun 2018 sampai

dengan 2023 ditargetkan untuk bisa mencapai 4 (empat) indikator utama yaitu

Pertumbuhan Ekonomi sebesar 4,5% sampai dengan 7,3%, Angka Kemiskinan

pada kisaran 19,50% sampai dengan 11,50 %; Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) sebesar 1,97% sampai dengan 5,9% serta Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) pada kisaran 69,02 sampai dengan 74,35. Secara lengkap dapat dilihat pada

Tabel berikut.

Tabel 7.1.

Sasaran Pertumbuhan Ekonomi WP Barlingmascakeb

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Cilacap 4,50-4,90 4,50-4,90 4,80-5,20 5,00-5,40 5,20-5,60

2 Banyumas 6,20-6,60 6,20-6,60 6,50-6,90 6,70-7,10 6,90-7,30

3 Purbalingga 5,30-5,70 5,30-5,70 5,60-6,00 5,80-6,20 6,00-6,40

4 Banjarnegara 5,80-6,20 5,70-6,10 5,90-6,30 6,10-6,50 6,20-6,60

5 Kebumen 4,90-5,30 5,40-5,80 5,70-6,10 5,90-6,30 6,20-6,60

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.2.

Sasaran Kemiskinan WP Barlingmascakeb

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/

Kota

Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Cilacap 13,25 - 14,25 12,84 - 13,84 12,64 - 13,64 12,44 - 13,44 12,24 - 13,24

2 Banyumas 15,00 - 16,00 15,65 - 16,65 15,35 - 16,35 15,05 - 16,05 14,75 - 15,75

3 Purbalingga 17,02 - 18,02 14,50 - 15,50 13,50 - 14,50 12,50 - 13,50 11,50 - 12,50

4 Banjarnegara 16,38 - 17,38 15,00 - 16,00 14,40 - 15,40 13,80 - 14,80 13,40 - 14,40

5 Kebumen 18,50 - 19,50 15,72 - 16,72 14,95 - 15,95 14,41 - 15,41 13,65 - 14,65

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.3.

Sasaran TPT WP Barlingmascakeb

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Cilacap 5,9-6,0 5,5-5,9 5,5-5,9 5,5-5,9 5,5-5,9

2 Banyumas 4,36 4,23 4,06 3,93 3,76

Page 14: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 14

No Kabupaten/Kota Tahun

3 Purbalingga <5 <4 <4 <4 <4

4 Banjarnegara <4,80 4,50-4,80 4,40-4,70 4,40-4,70 4,35-4,60

5 Kebumen 2,01 1,99 1,97 1,97 1,97

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.4.

Sasaran IPM WP Barlingmascakeb

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Cilacap 70,48 70,90 71,23 71,37 71,49

2 Banyumas 72,20 72,55 73,15 73,35 74,35

3 Purbalingga 69,20 69,59 69,98 70,36 70,75

4 Banjarnegara 67,83 68,37 68,70 69,02 69,35

5 Kebumen 69, 06 70,46 71,28 72,01 72,70

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Untuk mencapai indikator makro tersebut maka dilakukan upaya

sebagaimana terlihat dalam peta sebagai berikut :

Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Gambar 7.6.

Arah Pengembangan Wilayah Barlingmascakeb

Page 15: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 15

Peningkatan konektivitas dan aksesibilitas dengan pengembangan

infrastruktur meliputi : fasilitasi pengembangan Jaringan Jalan Lintas Selatan

(JJLS); fasilitasi pembangunan jalan tol Pejagan – Cilacap dan Cilacap –

Yogyakarta; fasilitasi pengembangan Bandara Panglima Besar Jenderal Sudirman

dan Tunggul Wulung beserta aksesibilitasnya; fasilitasi pengembangan Pelabuhan

Tanjung Intan; Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung Kabupaten Banyumas -

Cilacap, Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung Kabupaten Cilacap - Brebes,

Peningkatan Jalan Provinsi di Kabupaten Cilacap (Perbatasan Jawa Barat),

Fasilitasi Pembangunan Jaringan Jalan Lintas Selatan (JJLS); dan Pembangunan

Banjar Kebuka (Banjarnegara - Kebumen); Pengembangan Angkutan Umum Masal

Berbasis Jalan (Koridor Purwokerto - Purbalingga); pembangunan Terminal Tipe B

di Cilacap Timur; dan.

Pemenuhan kebutuhan air baku maka dilakukan : pembangunan SPAM

Regional Keburejo (Kebumen) dan fasilitasi pembangunan Bendungan

Matenggeng.

Selain itu, upaya pengelolaan lingkungan diantaranya : Konservasi Segara

Anakan, DAS Citanduy, Dieng, Gunung Slamet dan CAT Kebumen - Purworejo;

Penanganan kerusakan pesisir; Geopark Karangsambung, Geopark Dieng

(Banjarnegara); dan Pembangunan Waste to Energy/Refused Derived Fuel (RDF)

Cilacap.

WP ini direncanakan pengembangan kegiatan perekonomian utamanya

adalah : fasilitasi pengembangan kawasan industri Cilacap dan Kebumen;

Upgrading RDMP; industri semen; pariwisata koridor Nusakambangan -

Baturraden dan sekitarnya; serta pengembangan agriculture estate Mangga Mas.

7.2.2. WP Purwomanggung

Pengembangan WP Purwomanggung meliputi Kabupaten Purworejo,

Wonosobo, Magelang, Kota Magelang dan Kabupaten Temanggung yang

berbatasan dengan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di sisi timur tidak akan

terlepas dari Pembangunan Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA)

di Kulon Progo. WP ini juga menjadi sangat strategis karena adanya KSPN

Borobudur. Oleh karen itu, untuk mendukung pengembangan kewilayahan baik

dari sisi sosial, ekonomi dan kewilayahan maka Perkotaan Purworejo akan

didorong statusnya yang semula Pusat Kegiatan Lokal menjadi Pusat Kegiatan

Wilayah (PKW).

Sektor unggulan yang dapat dikembangkan pada WP ini adalah pertanian,

pariwisata, pertambangan, industri, perikanan yang didukung sektor perkebunan

dan peternakan.

Page 16: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 16

Arah kebijakan WP Purwomanggung adalah “Pengembangan

Purwomanggung Berbasis Pertanian Dan Pariwisata Guna Mendorong Sektor

Industri Pertanian Dengan Berlandaskan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan”.

Pengembangan wilayah Purwomanggung untuk Tahun 2018 sampai dengan

2023 ditargetkan untuk bisa mencapai 4 (empat) indikator utama yaitu

Pertumbuhan Ekonomi sebesar 5,20% sampai dengan 7,10%, Angka Kemiskinan

pada kisaran 19,50% sampai dengan 6,51%; Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

sebesar 5,5% sampai dengan 2,2% serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

pada kisaran 67,85 sampai dengan 78,55. Secara lengkap dapat dilihat pada

Tabel berikut.

Tabel 7.5.

Sasaran Pertumbuhan Ekonomi WP Purwomanggung

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Purworejo 5,60-6,00 5,80-6,20 6,10-6,50 6,50-6,90 6,70-7,10

2 Wonosobo 5,80-6,20 5,80-6,20 6,10-6,50 6,30-6,70 6,50-6,90

3 Magelang 5,20-5,60 5,30-5,70 5,60-6,00 5,80-6,20 6,00-6,40

4 Temanggung 5,20-5,60 5,30-5,70 5,60-6,00 5,80-6,20 6,00-6,40

5 Kota Magelang 5,20-5,60 5,30-5,70 5,60-6,00 5,80-6,20 6,00-6,40

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.6.

Sasaran Kemiskinan WP Purwomanggung

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/

Kota

Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Purworejo 12,15 - 13,15 9,84 - 10,84 8,91 - 9,91 7,74 - 8,74 6,92 - 7,92

2 Wonosobo 18,50 - 19,50 15,68 - 16,68 15,47 - 16,47 14,28 - 15,28 13,36 - 14,36

3 Magelang 10,84 - 11,84 10,75 - 11,75 10,36 - 11,36 9,97 - 10,97 9,58 - 10,58

4 Temanggung 10,23 - 11,23 10,62 - 11,62 10,51 - 11,51 10,40 - 11,40 10,29 - 11,29

5 Kota Magelang 6,51 - 7,51 7,50 - 8,50 7,17 - 8,17 6,88 - 7,88 6,55 - 7,55

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.7.

Sasaran TPT WP Purwomanggung

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Purworejo 3,7 3,6 3,5 3,40-3,50 3,35-3,50

2 Wonosobo 5,07 5,01 4,94 3,90-4,00 3,85-3,95

3 Magelang 2,30-2,40 2,30-2,40 2,25-2,35 2,25-2,35 2,20-2,25

Page 17: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 17

No Kabupaten/Kota Tahun

4 Temanggung 2,97 2,97 2,97 2,97 2,97

5 Kota Magelang 5,5-5 5,2-5 5-4,5 4,8-4,5 4,5-4,25

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.8.

Sasaran IPM Wilayah Purwomanggung

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Purworejo 71,93 73,17 73,69 73,86 74,00

2 Wonosobo 67,85 69,06 69,74 70,00 70,22

3 Magelang 69,11 69,34 69,58 69,83 70,09

4 Temanggung 69,22 69,54 69,84 70,16 70,49

5 Kota Magelang 77,64 78,00 78,37 78,45 78,55

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Untuk mencapai indikator makro tersebut maka dilakukan upaya

sebagaimana terlihat dalam peta sebagai berikut :

Page 18: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 18

Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Gambar 7.7.

Arah Pengembangan Wilayah Purwomanggung

Untuk Peningkatan konektivitas dan aksesibilitas akan dilakukan

Reaktivasi Jalur Rel KA Ambarawa – Secang – Magelang – Yogyakarta;

Pengembangan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan/BRT (koridor Purworejo -

Magelang); Pembangunan Terminal Tipe B di Kabupaten Purworejo dan Magelang;

Peningkatan aksesibilitas Borobudur dan Dieng; Peningkatan Jalan Provinsi

Penghubung Kabupaten Purworejo - Perbatasan DIY (Purworejo - Sibolong),

Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung Kabupaten Magelang - Wonosobo

Page 19: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 19

(pendukung akses NYIA) dan Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung Kabupaten

Magelang - Perbatasan DIY (Muntilan - Klangon); Jalan Tol Bawen - Yogyakarta

dan Cilacap - Yogyakarta ruas Purworejo.

Pembangunan SPAM Regional Keburejo (Kebumen) dan fasilitasi

pembangunan Bendungan Bener dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

air baku.

Sedangkan untuk kelestarian lingkungan maka akan dilakukan

Pembangunan sampah TPST Regional Magelang, Pembangunan limbah komunal

industri kecil, konservasi utamanya pada Wilayah Dieng (Temanggung,

Wonosobo), Gunung Merapi, Gunung Sumbing, Gunung Merbabu dan kawasan

hulu lainnya.

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan

pengembangan ekonomi yang meliputi pengembangan agropolitan dan pariwisata

khususnya KSPN Borobudur.

7.2.3. WP Subosukawonosraten

WP Subosukawonosraten meliputi Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali,

Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten, sebagai Pusat Kegiatan

Nasional (PKN) meliputi metropolitan Solo Raya terdiri dari kawasan perkotaan

Kota Surakarta dan sekitarnya. Sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) terdiri dari

Boyolali dan Klaten, sedangkan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi Ampel,

Sukoharjo, Kartosuro, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Gemolong, Jaten,

Delanggu, dan Tawangmangu. Sektor unggulan wilayah adalah pariwisata,

industri dan pertanian.

Memperhatikan potensi dan keunggulan wilayah yang telah diuraikan pada

bagian sebelumnya, serta memperhatikan arah pengembangan wilayah Jawa

Tengah ke depan, maka ditetapkan arah pengembangan wilayah

Subosukowonosraten adalah “Pembangunan Wilayah Subosukawonosraten

Berbasis Pariwisata Terpadu yang Didukung oleh Pertanian dan Industri

Pengolahan Dengan Berlandaskan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan.

Pengembangan wilayah Subosukowonosraten untuk Tahun 2018 sampai

dengan 2023 ditargetkan untuk bisa mencapai 4 (empat) indikator utama yaitu

Pertumbuhan Ekonomi sebesar 5,20% sampai dengan 6,90%, Angka Kemiskinan

pada kisaran 13,91% sampai dengan 6,50%; Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

sebesar 2,05% sampai dengan 4,50% serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

pada kisaran 69,60 sampai dengan 84,40. Secara lengkap dapat dilihat pada

Tabel berikut.

Page 20: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 20

Tabel 7.9.

Sasaran Pertumbuhan Ekonomi WP Subosukowonosraten

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Boyolali 5,20-5,60 5,20-5,60 5,50-5,90 5,70-6,10 5,90-6,30

2 Sukoharjo 5,30-5,70 5,30-5,70 5,70-6,10 5,90-6,30 6,10-6,50

3 Karanganyar 5,20-5,60 5,30-5,70 5,60-6,00 5,80-6,20 6,00-6,40

4 Wonogiri 5,20-5,60 5,30-5,70 5,60-6,00 5,80-6,20 6,00-6,40

5 Sragen 5,20-5,60 5,30-5,70 5,50-5,90 5,70-6,10 5,90-6,30

6 Klaten 5,30-5,70 5,40-5,80 5,70-6,10 5,90-6,30 6,10-6,50

7 Kota Surakarta 5,30-5,70 5,50-5,90 5,90-6,30 6,20-6,60 6,50-6,90

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.10.

Sasaran Kemiskinan WP Subosukowonosraten

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 – 2023

No Kabupaten/

Kota

Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Boyolali 10,52-11,52 10,06-11,06 9,56 - 10,56 9,06-10,06 8,56 - 9,56

2 Sukoharjo 7,47 - 8,47 7,10 - 8,10 6,80 - 7,80 6,65 - 7,65 6,50 - 7,50

3 Karanganyar 10,84-11,84 11,05-12,05 10,75-11,75 10,45-11,45 10,15 - 11,15

4 Wonogiri 11,56-12,56 9,70 - 10,70 9,22 - 10,22 9,00-10,00 8,20 - 9,20

5 Sragen 12,20-13,20 9,82-10,82 8,80-9,80 7,57-8,57 6,62-7,62

6 Klaten 12,91-13,91 12,44-13,44 11,96-12,96 11,48-12,48 11,00 - 12,00

7 Kota Surakarta 9,36 - 10,36 8,98 - 9,98 8,62 - 9,62 8,27 - 9,27 7,94 - 8,94

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.11.

Sasaran TPT WP Subosukowonosraten

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Boyolali 3,5 3,21 3,15 3,09 3,03

2 Sukoharjo 2,10-2,20 2,10-2,20 2,10-2,15 2,10-2,15 2,05-2,15

3 Karanganyar 3,00-3,10 3,00-3,10 2,90-3,10 2,90-3,10 2,80-3,00

4 Wonogiri 2,71 2,60 2,50 2,44 2,40

5 Sragen 4,40-4,50 4,40-4,50 4,35-4,45 4,35-4,45 4,30-4,40

6 Klaten 4,13 4,09 3,98 3,87 3,56

7 Kota Surakarta 3,77 3,56 3,37 3,18 3,01

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Page 21: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 21

Tabel 7.12.

Sasaran IPM WP Subosukowonosraten

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Boyolali 73,42 73,57 73,72 73,94 74,39

2 Sukoharjo 75,73 75,87 76,02 76,17 76,31

3 Karanganyar 75,86 76,15 76,41 76,48 76,55

4 Wonogiri 69,60 69,79 69,98 70,17 70,36

5 Sragen 72,94 73,15 73,36 73,56 73,77

6 Klaten 74,88 75,01 75,15 75,28 75,41

7 Kota Surakarta 81,21 82,78 83,32 83,86 84,40

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Untuk mencapai indikator makro tersebut maka dilakukan upaya

sebagaimana terlihat dalam peta sebagai berikut :

Page 22: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 22

Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Gambar 7.8.

Arah Pengembangan Wilayah Subosukowonosraten

Pembangunan Pengembangan pariwisata menjadi arah pembangunan

utama kawasan pariwisata terpadu Surakarta dan sekitarnya (Keraton Solo,

Sangiran, Tawangmangu Candi Cetho – Sukuh, dan lain-lain). Kabupaten/kota

lainnya diarahkan untuk mengembangkan pariwisata alam, dengan memperbaiki

aksesibilitas, prasarana dan sarana pendukung pariwisatanya.

Page 23: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 23

Dalam peningkatan akses pelayanan kewilayahan perlu dilakukan

peningkatan konektifitas di Solo Raya yaitu Pengembangan Angkutan Umum

Masal Berbasis Jalan (2 Koridor) dan revitalisasi Terminal Tipe B Pilangsari

Kabupaten Sragen, Jatisrono (Kabupaten Wonogiri), Pracimantoro, Purwantoro,

Baturetno (Kabupaten Wonogiri); peningkatan pelayanan (peningkatan frekuensi)

Kereta Api Regional Solo – Semarang; Fasilitasi Pengembangan Bandara Adi

Soemarmo Boyolali; Fasilitasi Penyelesaian Jalan Tol Semarang – Solo, Fasilitasi

Penyelesaian Jalan Tol Solo – Kertosono, Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung

Surakarta - Grobogan – Pati, Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung Wonogiri -

Perbatasan Jatim dan Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung Wonogiri -

Perbatasan DIY; Fasilitasi pengembangan infrastruktur transportasi pendukung

pariwisata di Wilayah Subosukawonosraten dan Fasilitasi pengembangan

destinasi.

Untuk memenuhi kebutuhan air baku maka akan dilakukan Perbaikan dan

Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Baku, pembangunan SPAM Regional

Wosusokas (Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen dan Kota

Surakarta), dan Fasilitasi Pembangunan Waduk Gondang dan Waduk Pidekso .

Dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup akan dilakukan : Penanganan

lahan kritis Merapi dan Lawu (Boyolali, Klaten, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar,

Sragen), Konservasi CAT Karanganyar-Boyolali dan reklamasi bekas tambang

(Magelang, Klaten, Boyolali, Wonogiri), Pembangunan Waste to Energy

(Incenerator) Kota Semarang dan Pembangunan IPAL Komunal Industri Rumah

Tangga (Klaten).

Selain itu Wilayah Subosukawonosraten juga akan dikembangkan

Agriculture Estate GIRISUKA (Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar) dan

SEMARBOYONG (Semarang, Boyolali, Magelang), yang diharapkan akan

memberikan multiplier effect di wilayah ini.

7.2.4. WP Banglor

WP Banglor meliputi 2 (dua) kabupaten di perbatasan sebelah timur-utara

Jawa Tengah dengan Jawa Timur yaitu Kabupaten Rembang dan Blora,

difokuskan sebagai PKW dengan kawasan perkotaan Cepu sebagai simpul utama.

Sedangkan PKL wilayah Banglor meliputi Kawasan Perkotaan Rembang, Lasem,

dan Blora.

Sektor unggulan yang dapat dikembangkan adalah pertambangan minyak

dan gas, pertambangan mineral, perikanan, pariwisata, perhubungan, pertanian,

yang ditunjang oleh kehutanan, perkebunan dan peternakan. Memperhatikan

potensi dan keunggulan wilayah, serta memperhatikan arah pengembangan

wilayah Jawa Tengah ke depan, maka ditetapkan arah kebijakan pembangunan

untuk wilayah Banglor adalah “Pembangunan Wilayah Banglor Berbasis

Page 24: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 24

Perindustrian dan Agroforestri yang Didukung Pariwisata Terpadu Dengan

Berlandaskan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan”.

Pengembangan wilayah Banglor untuk Tahun 2018 sampai dengan 2023

ditargetkan untuk bisa mencapai 4 (empat) indikator utama yaitu Pertumbuhan

Ekonomi sebesar 5,10% sampai dengan 6,50%, Angka Kemiskinan pada kisaran

16% sampai dengan 8,65%; Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,20%

sampai dengan 2,60% serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada kisaran

68,30 sampai dengan 71,60. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 7.13.

Sasaran Pertumbuhan Ekonomi WP Banglor

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Blora 5,30-5,70 5,40-5,80 5,70-6,10 5,90-6,30 6,10-6,50

2 Rembang 5,10-5,50 5,20-5,60 5,50-5,90 5,70-6,10 5,90-6,30

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.14.

Sasaran Kemiskinan WP Banglor

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/

Kota

Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Blora 11,41 - 12,41 9,75 - 10,75 9,00 - 10,00 8,75 - 9,75 8,65 - 9,65

2 Rembang 15,00 – 16,00 14,00 – 15,00 13,33 – 14,33 12,19 – 13,19 11,05 – 12,05

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.15.

Sasaran TPT WP Banglor

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Blora 2,70-2,80 2,70-2,80 2,65-2,80 2,65-2,75 2,60-2,70

2 Rembang 4,19 4,10-4,20 4,00-4,20 4,00-4,15 3,90-4,10

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.16.

Sasaran IPM WP Banglor

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Blora 68,30 68,42 68,54 68,66 68,77

2 Rembang 70,73 70,96 71,18 71,39 71,60

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Page 25: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 25

Untuk mencapai indikator makro tersebut maka dilakukan upaya

sebagaimana terlihat dalam peta sebagai berikut :

Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Gambar 7.9.

Arah Pengembangan Wilayah Banglor

Pembangunan pengembangan wilayah diupayakan untuk meningkatkan

pemerataan wilayah timur Jawa Tengah, maka ke depan di wilayah ini akan

dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru, dengan membangun kawasan

Page 26: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 26

industri baru di Rembang dan Pengembangan Bandara Ngloram, yang diharapkan

akan memberikan daya ungkit dan memacu percepatan pembangunan di wilayah

ini. Untuk mendukung pelayanan sosial ekonomi di wilayah ini, Kawasan

Perkotaan Rembang didorong untuk dapat menjadi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

Selain itu produksi perikanan tangkap juga ditingkatkan, didukung dengan

pembangunan sarana prasarana pendukungnya, terutama di wilayah pantura.

Dalam mencapai arah pengembangan wilayah berbasis industri dan

agroforestry yang didukung kepariwisataan, akan dilakukan melalui

pengembangan infrastruktur wilayah yang memadai yaitu Pembangunan Terminal

Tipe B di Kab. Rembang, Fasilitasi Revitalisasi/Reaktivasi Jalur Rel Kereta Api

Non Aktif pada Jalur Semarang – Demak – Kudus – Pati - Rembang; Fasilitasi

Peningkatan Pelabuhan Pengumpan Regional menjadi Pengumpul di Pelabuhan

Sluke Rembang; Fasilitasi Peningkatan Jalan Nasional Kabupaten Rembang -

Kabupaten Blora - Batas Jatim, Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung

Kabupaten Blora - Kabupaten Pati dan Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung

Kabupaten Blora - Kabupaten Grobogan.

Dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan khususnya menjaga

keberlanjutan air tanah maka dilakukan Konservasi CAT Pati - Rembang dan

penanganan kerusakan pesisir (Rembang). Sedangkan untuk memenuhi

kebutuhan air baku maka akan dilakukan Perbaikan dan Pembangunan

Prasarana dan Sarana Air Baku dan Fasilitasi Pembangunan Bendungan

Randugunting.

7.2.5. WP Wanarakuti

WP Wanarakuti (Juwana – Jepara – Kudus - Pati) meliputi Kabupaten

Jepara, Kudus dan Pati, ifokuskan pada pemantapan fungsi - fungsi Pusat

Kegiatan Lokal (PKL) yang meliputi 6 kawasan perkotaan yaitu Pati, Juwana,

Tayu, Jepara, Kalinyamatan dan Bangsri. Memperhatikan potensi dan keunggulan

wilayah Wanarakuti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, serta

memperhatikan arah pengembangan wilayah Jawa Tengah ke depan, maka

ditetapkan pengembangan wilayah Wanarakuti diarahkan pada “Pengembangan

Wilayah Wanarakuti yang lestari Berbasis Industri Pengolahan dan Pariwisata

yang Didukung Sektor Agrominapolitan Dengan Berlandaskan Prinsip

Pembangunan Berkelanjutan”.

Pengembangan wilayah Wanarakuti untuk Tahun 2018 sampai dengan

2023 ditargetkan untuk bisa mencapai 4 (empat) indikator utama yaitu

Pertumbuhan Ekonomi sebesar 2,60% sampai dengan 6,60%, Angka Kemiskinan

pada kisaran 11,08% sampai dengan 6,03%; Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

sebesar 3,50% sampai dengan 2,90% serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

pada kisaran 71,22 sampai dengan 76,48. Secara lengkap dapat dilihat pada

Tabel berikut :

Page 27: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 27

Tabel 7.17.

Sasaran Pertumbuhan Ekonomi WP Wanarakuti

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Jepara 5,40-5,80 5,50-5,90 5,80-6,20 6,00-6,40 6,20-6,60

2 Kudus 2,60-3,00 2,70-3,10 3,00-3,40 3,20-3,60 3,40-3,80

3 Pati 5,20-5,60 5,30-5,70 5,60-6,00 5,80-6,20 6,00-6,40

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.18.

Sasaran Kemiskinan WP Wanarakuti

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/

Kota

Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Jepara 7,44 - 8,44 7,41 - 8,41 7,38 - 8,38 7,35 - 8,35 7,32 - 8,32

2 Kudus 6,88 - 7,88 6,56 - 7,56 6,38 - 7,38 6,20 - 7,20 6,03 - 7,03

3 Pati 10,08 - 11,08 9,72 - 10,72 9,01 - 10,01 9,01 - 10,01 8,66 - 9,66

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.19.

Sasaran TPT WP Wanarakuti

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Jepara 3,05 3,00 3,00 3,00 3,00

2 Kudus 3,5 3,5 3,5 3, 5 3,5

3 Pati 3,47 3,29 3,19 3,01 2,90

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.20.

Sasaran IPM WP Wanarakuti

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Jepara 71,60 72,09 72,44 72,81 73,10

2 Kudus 74,51 75,35 75,89 76,44 76,48

3 Pati 71,22 71,52 72,21 73,00 73,30

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Untuk mencapai indikator makro tersebut maka dilakukan upaya

sebagaimana terlihat dalam peta sebagai berikut :

Page 28: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 28

Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Gambar 7.10

Arah Pengembangan Wilayah Wanarakuti

Peningkatan konektivitas dan aksesibilitas dengan pengembangan

infrastruktur yaitu Fasilitasi Pengembangan Bandara Dewandaru

Karimunjawa; Peningkatan konektifitas, sarana dan prasarana pendukung

ekonomi antara wilayah perdesaan dan perkotaan; Fasilitasi Revitalisasi /

Reakvitasi Jalur Rel Kereta Api Non Aktif pada Jalur Semarang – Demak –

Kudus – Pati - Rembang; Pembangunan Terminal Tipe B di Kab. Jepara;

Peningkatan aksesibilitas kawasan Borobudur ke Karimunjawa; Inisiasi

pembangunan jalan Demak-Jepara (Coastal Road).

Untuk Pemenuhan kebutuhan air baku maka akan dilakukan dengan

Inisiasi pembangunan SPAM Regional Dadi Muria (Grobogan, Kudus, Pati) dan

Fasilitasi pembangunan Bendungan Logung. Untuk menjamin ketersediaan

sumber air baku akan dilakukan upaya konservasi DAS Juwana.

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi berbasis potensi lokal

maka akan dikembangkan industri pengolahan dan pariwisata didukung oleh

agrominapolitan.

Page 29: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 29

Selain itu, diperlukan sarana prasarana pendukung pariwisata melalui

Penyiapan listrik PLTS Komunal (Karimunjawa), Penanganan sampah

(Karimunjawa), Pengembangan dan pemasaran kawasan strategis pariwisata

nasional Karimunjawa - Semarang dan sekitarnya serta destinasi pariwisata

Rembang-Blora.

7.2.6. WP Kedungsepur

WP Kedungsepur meliputi Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Ungaran

(Kabupaten Semarang), Kota Semarang, Kota Salatiga, dan Purwodadi (Kabupaten

Grobogan) sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di Jawa Tengah maka, wilayah

Kedungsapur diarahkan pada upaya : Perwujudan kawasan metropolitan

Semarang sebagai ibukota provinsi yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi

utama Jawa Tengah; Pengembangan kawasan strategis ekonomi dalam konteks

kawasan ekonomi khusus; Perwujudan dari sisi hubungan intraregional sebagai

pusat distribusi bagi produk dari daerah pedalaman karena berada sekitar jalur

Pantura serta; Perwujudan secara interregional sebagai wilayah

transit/pengumpul perdagangan dan jasa dari wilayah barat dan timur Jawa serta

pulau-pulau lainnya terutama Kalimantan.

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi 12 kawasan perkotaan Purwodadi,

Gubug, Godong, Demak, Mranggen, Ungaran, Ambarawa, Kendal, Boja,

Kaliwungu, Weleri, dan Sukorejo yang diharapkan menunjang kegiatan sosial

ekonomi disekitarnya. Kawasan-kawasan Wilayah Kedungsepur yang memiliki

nilai strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya seperti Kawasan Masjid

Demak dan Kawasan Candi Gedongsongo. Selain itu juga terdapat kawasan

strtaegis kepentingan ekonomi yaitu Kawasan Industri Kendal – Semarang –

Demak.

Kebijakan Arah pengembangan WP Kedungsepur adalah “Pengembangan

Wilayah Kedungsepur Berbasis Perdagangan Jasa, dan Industri Pengolahan yang

Sinergis Dengan Kegiatan Pertanian dan Pariwisata Terpadu Berlandaskan Prinsip

Pembangunan Berkelanjutan”.

Pengembangan wilayah Kedungsepur untuk Tahun 2018 sampai dengan

2023 ditargetkan untuk bisa mencapai 4 (empat) indikator utama yaitu

Pertumbuhan Ekonomi sebesar 5,10% sampai dengan 7,20%, Angka Kemiskinan

pada kisaran 12,64% sampai dengan 3,20% ; Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) sebesar 5,98% sampai dengan 1,70% serta Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) pada kisaran 69,75 sampai dengan 83,94. Secara lengkap dapat dilihat pada

Tabel berikut.

Page 30: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 30

Tabel 7.21.

Sasaran Pertumbuhan Ekonomi WP Kedungsepur

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Grobogan 5,10-5,50 5,20-5,60 5,50-5,90 5,70-6,10 5,90-6,30

2 Demak 5,20-5,60 5,30-5,70 5,60-6,00 5,80-6,20 6,00-6,40

3 Semarang 5,90-6,30 6,00-6,40 6,30-6,70 6,50-6,90 6,70-7,10

4 Kendal 5,80-6,20 5,90-6,30 6,20-6,60 6,40-6,80 6,70-7,10

5 Kota Semarang 5,90-6,30 6,00-6,40 6,30-6,70 6,50-6,90 6,80-7,20

6 Kota Salatiga 5,30-5,70 5,40-5,80 5,70-6,10 5,90-6,30 6,10-6,50

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.22.

Sasaran Kemiskinan WP Kedungsepur

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/

Kota

Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Grobogan 11,64 - 12,64 10,66 - 11,66 10,18 - 11,18 9,48 - 10,48 8,78 - 9,78

2 Demak 11,36 - 12,36 8,69 - 9,69 7,41 - 8,41 6,02 - 7,02 4,90 - 5,90

3 Semarang 6,74 - 7,74 3,75 - 4,75 3,65 - 4,65 3,45 - 4,45 3,20 - 4,20

4 Kendal 9,51 - 10,51 9,95 - 10,95 9,30 - 10,30 8,65 - 9,65 8,00 - 9,00

5 Kota Semarang 4,07 - 5,07 3,75 - 4,75 3,65 - 4,65 3,45 - 4,45 3,20 - 4,20

6 Kota Salatiga 3,71 - 4,71 4,34 - 5,34 4,24 - 5,24 4,20 - 5,20 3,50 - 4,50

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.23.

Sasaran TPT WP Kedungsepur

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Grobogan 5,5 5,1 4,8 4,5 4,1

2 Demak 4,3-4,4 4,3-4,4 4,2-4,3 4,2-4,3 4,15-4,25

3 Semarang 1,7-1,8 1,7-1,8 1,7-1,8 1,7-1,8 1,7-1,8

4 Kendal 6,3 6,0 5,7 4,7-4,8 4,6-4,7

5 Kota Semarang 4,97*) 4,9-5,0*) 4,8-5,0*) 4,8-4,9*) 4,7-4,8*)

6 Kota Salatiga 5,98 5,83 5,78 5,78 3,6-3,8

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Page 31: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 31

Tabel 7.24.

Sasaran IPM WP Kedungsepur

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Grobogan 69,75 69,96 70,16 70,72 71,16

2 Demak 71,63 71,91 72,17 72,43 72,70

3 Semarang 72,85 73,03 73,21 73,38 73,55

4 Kendal 71,21 71,63 71,99 72,32 72,65

5 Kota Semarang 82,67 82,88 83,12 83,32 83,32

6 Kota Salatiga 81,61 82,67 83,18 83,69 83,94

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Untuk mencapai indikator makro tersebut maka dilakukan upaya

sebagaimana terlihat dalam peta sebagai berikut :

Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Gambar 7.11

Arah Pengembangan Wilayah Kedungsepur

Peningkatan konektivitas dan aksesibilitas dengan pengembangan

infrastruktur meliputi: Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan

jaringan infrastruktur transportasi. Pelayanan jaringan infrastruktur

Page 32: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 32

transportasi dilakukan melalui: Pengembangan Angkutan Umum Massal

Berbasis Jalan (3 koridor) dan rel (Kereta Api Komuter), Fasilitasi

pengembangan Pelabuhan Tanjung Emas dan Kendal; Fasilitasi Revitalisasi /

Reakvitasi Jalur Rel Kereta Api Non Aktif pada Jalur Kedungjati – Tuntang dan

Ambarawa – Secang – Magelang – Yogyakarta; Fasilitasi Pembangunan Jalan

Tol Semarang – Demak, Fasilitasi Pembangunan Jalan Lingkar

SORR/Semarang Harbour Toll; Pembangunan Perlintasan Tidak Sebidang di

Kabupaten Demak; Fasilitasi pengembangan Bandara A. Yani, Kota Semarang.

Pemenuhan kebutuhan air baku dilakukan : Pembangunan Prasarana dan

Sarana Air Baku Pendukung untuk pengembangan kawasan Industri (KIK dan

Jatengland).

Selain itu upaya pengelolaan lingkungan diantaranya : Konservasi air

tanah CAT Semarang - Demak Rehabilitasi pesisir (Demak, Kendal, Kota

Semarang); Penanganan daerah kritis (Kabupaten Semarang, Grobogan) dan

Pembangunan Pengelolaan Limbah B3 Rumah Sakit Jawa Tengah;

Pembangunan Waste to Energy (Incenerator) Kota Semarang

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi berbasis potensi lokal

meliputi perdagangan, jasa, industri kawasan Kendal dan Demak dan

Pembangunan Jateng Park dengan pola Kerjasama Pemerintah dengan Badan

Usaha.

7.2.7. WP Petanglong

WP Petanglong meliputi Kabupaten Pekalongan, Batang dan Kota

Pekalongan, diarahkan sebagai PKW meliputi Kota Pekalongan, dan PKL meliputi

Kawasan Perkotaan Limpung, Batang, Kajen, Kedungwuni, dan Wiradesa. Simpul

utama pada kawasan Petanglong adalah kawasan perkotaan Pekalongan dan

sekitarnya. Sektor unggulan dari wilayah ini adalah pertanian, pariwisata,

industri, dan perikanan dan PKL.

Arah kebijakan pembangunan untuk wilayah Petanglong adalah

“Pengembangan Wilayah Petanglong Berbasis Industri Pengolahan Kreatif dan

Pertanian Dengan Berlandaskan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan”.

Pengembangan wilayah Petanglong untuk Tahun 2018 sampai dengan 2023

ditargetkan untuk bisa mencapai 4 (empat) indikator utama yaitu Pertumbuhan

Ekonomi sebesar 5,00% sampai dengan 6,70%, Angka Kemiskinan pada kisaran

12,40% sampai dengan 4,00%; Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar

5,75% sampai dengan 4,05% serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada

kisaran 69,03 sampai dengan 75,13. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel

berikut.

Page 33: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 33

Tabel 7.25.

Sasaran Pertumbuhan Ekonomi WP Petanglong

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Pekalongan 5,00-5,40 5,40-5,80 5,70-6,10 5,90-6,30 6,10-6,50

2 Batang 5,40-5,80 5,50-5,90 5,80-6,20 6,00-6,40 6,20-6,60

3 Kota Pekalongan 5,40-5,80 5,50-5,90 5,80-6,20 6,00-6,40 6,30-6,70

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.26.

Sasaran Kemiskinan WP Petanglong

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 – 2023

No Kabupaten/

Kota

Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Pekalongan 11,40 - 12,40 10,10 - 11,10 9,44 - 10,44 8,73 - 9,73 8,13 - 9,13

2 Batang 9,46 - 10,46 8,43 - 9,43 7,43 - 8,43 6,43 - 7,43 5,43 - 6,43

3 Kota Pekalongan 6,40 - 7,40 5,20 - 6,20 4,64 - 5,64 4,25 - 5,25 4,00 - 5,00

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.27.

Sasaran TPT WP Petanglong

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Pekalongan 4,20-4,30 4,20-4,30 4,15-4,25 4,10-4,20 4,05-4,15

2 Batang 5,65-5,75 5,60-5,70 5,55-5,65 5,50-5,60 5,45-5,55

3 Kota Pekalongan 5,00-5,10 5,00-5,10 4,90-5,10 4,90-5,00 4,85-4,95

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.28.

Sasaran IPM WP Petanglong

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 – 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Pekalongan 69,03 69,65 70,01 70,30 70,60

2 Batang 69,22 69,60 69,98 70,35 70,70

3 Kota Pekalongan 74,50 74,65 74,80 74,96 75,13

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Page 34: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 34

Untuk mencapai indikator makro tersebut maka dilakukan upaya

sebagaimana terlihat dalam peta sebagai berikut :

Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Gambar 7.12.

Arah Pengembangan Wilayah Petanglong

Pemantapan konektivitas dan aksesibilitas akan dilakukan pengembangan

infrastruktur meliputi : Revitalisasi Terminal Tipe B Banyuputih, Kabupaten

Batang dan Kajen, Kabupaten Pekalongan; Peningkatan Jalan Provinsi penghubung

Pekalongan Banjarnegara; Peningkatan Jalan Provinsi Akses Menuju Jalan Tol di

Kabupaten Pekalongan dan Peningkatan Jalan Provinsi Akses Menuju Jalan Arteri

Pantura di Kabupaten Batang; Fasilitasi peningkatan status pelabuhan

pengumpan regional di Batang menjadi pelabuhan pengumpul.

Pemenuhan kebutuhan air baku maka akan dilakukan pembangunan

SPAM Regional Petanglong (Kabupaten Batang, Pekalongan dan Kota Pekalongan).

Selain itu, diperlukan upaya pengelolaan lingkungan diantaranya :

utamanya rehabilitasi dan konservasi Kawasan Dieng (Pekalongan, Batang) serta

Konservasi CAT Pekalongan – Pemalang; penanganan kerusakan pesisir;

Penanganan Limbah Batik dan TPST Regional.

Page 35: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 35

7.2.8. WP Bregasmalang

WP Bregasmalang meliputi Kabupaten Brebes, Kota Tegal, Kabupaten Tegal

dan Kabupaten Pemalang, diarahkan sebagai PKW dan PKL yang berperan penting

di wilayah perbatasan barat-utara Jawa Tengah dengan Jawa Barat. PKW meliputi

Kota Tegal, dan PKL meliputi Comal, Pemalang, Slawi – Adiwerna, Ketanggungan –

Kersana, Bumiayu, Brebes, dan Losari. Fokus pengembangan wilayah ini adalah

pada pengembangan simpul-simpul pusat pertumbuhan koridor perkotaan Brebes

– Tegal – Adiwerna - Slawi, perkotaan Pemalang dan sekitarnya, perkotaan Comal,

perkotaan Ketanggungan - Kersana, serta perkotaan Bumiayu dan sekitarnya.

Sektor unggulan yang dapat dikembangkan di wilayah ini adalah perikanan,

industri, pertanian, agroindustri, pariwisata ditunjang oleh kehutanan dan energi.

Memperhatikan potensi dan keunggulan wilayah Bregasmalang yang telah

diuraikan pada bagian sebelumnya, serta memperhatikan arah pengembangan

wilayah Jawa Tengah ke depan, maka ditetapkan konsep pengembangan wilayah

Bregasmalang adalah “Pengembangan Wilayah Bregasmalang berbasis

Agrominapolitan dan Industri Pengolahan Dengan Berlandaskan Prinsip

Pembangunan Berkelanjutan”.

Pengembangan wilayah Bregasmalang untuk Tahun 2018 sampai dengan

2023 ditargetkan untuk bisa mencapai 4 (empat) indikator utama yaitu

Pertumbuhan Ekonomi sebesar 5,50% sampai dengan 7,40%, Angka Kemiskinan

pada kisaran 17,83% sampai dengan 5,25%; Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

sebesar 8,10% sampai dengan 5,20% serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

pada kisaran 66,07 sampai dengan 74,72. Secara lengkap dapat dilihat pada

Tabel berikut.

Tabel 7.29.

Sasaran Pertumbuhan Ekonomi WP Bregasmalang

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Brebes 5,50-5,90 5,60-6,00 5,90-6,30 6,10-6,50 6,30-6,70

2 Tegal 6,20-6,60 6,20-6,60 6,50-6,90 6,70-7,10 7,00-7,40

3 Pemalang 5,50-5,90 5,60-6,00 5,80-6,20 6,00-6,40 5,90-6,30

4 Kota Tegal 5,40-5,80 5,50-5,90 5,70-6,10 5,70-6,10 5,80-6,20

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.30.

Sasaran Kemiskinan WP Bregasmalang

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/

Kota

Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Brebes 17,38 - 18,38 17,83 - 18,83 17,55 - 18,55 17,28 - 18,28 17,12 - 18,12

Page 36: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 36

No Kabupaten/

Kota

Tahun

2 Tegal 8,86 - 9,86 7,85 - 8,85 7,36 - 8,36 6,81 - 7,81 6,35 - 7,35

3 Pemalang 15,51 - 16,51 15,40 - 16,40 14,90 - 15,90 14,50 - 15,50 14,30 - 15,30

4 Kota Tegal 7,07 - 8,07 6,85 - 7,85 6,33 - 7,33 6,30 - 7,30 5,25 - 6,25

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.31.

Sasaran TPT WP Bregasmalang

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Brebes 7,90-8,00 7,90-8,00 7,80-7,90 7,80-7,90 7,70-7,80

2 Tegal 7,20-7,30 7,20-7,30 7,10-7,20 7,10-7,20 7,00-7,10

3 Pemalang 5,40-5,50 5,40-5,50 5,30-5,50 5,30-5,50 5,20-5,40

4 Kota Tegal 8,00-8,10 8,00-8,10 7,90-8,00 7,80-7,90 7,70-7,90

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Tabel 7.32.

Sasaran IPM WP Bregasmalang

Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 -2023

No Kabupaten/Kota Tahun

2019 2020 2021 2022 2023

1 Brebes 66,07 66,58 67,24 67,92 67,98

2 Tegal 67,68 67,87 67,91 68,20 68,51

3 Pemalang 65,11 66,70 67,20 67,70 68,20

4 Kota Tegal 74,30 74,47 74,56 74,64 74,72

Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Untuk mencapai indikator makro tersebut maka dilakukan upaya

sebagaimana terlihat dalam peta sebagai berikut :

Page 37: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 37

Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018

Gambar 7.13.

Arah Pengembangan Wilayah Bregasmalang

Pembangunan pengembangan dilakukan dalam upaya meningkatkan

pemerataan wilayah barat Jawa Tengah dengan dikembangkan pusat-pusat

pertumbuhan baru yaitu membangun kawasan industri baru di Brebes. Selain itu

Wilayah Bregasmalang juga merupakan bagian Kawasan Pariswisata Lereng

Gunung Slamet dan Kawasan Agropolitan MANGGA EMAS (Pemalang,

Purbalingga, Brebes, Banyumas), yang diharapkan akan memberikan multiplier

effect di wilayah ini. Selain itu produksi perikanan tangkap juga ditingkatkan,

didukung dengan pembangunan sarana prasarana pendukungnya, terutama di

wilayah pantura. Sedangkan bagian selatan wilayah ini, diarahkan untuk

pengembangan pariwisata alam, serta memperkuat pembangunan wilayah

berbasis pertanian, yaitu di Kabupaten Tegal, Pemalang, dan Brebes bagian

selatan.

Untuk itu maka peningkatan konektivitas dan aksesibilitas diarahkan

untuk pengembangan infrastruktur meliputi : Pembangunan Jalan Tol Pejagan –

Page 38: BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH 7.1

Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 38

Semarang; Peningkatan konektivitas wilayah Bregasmalang; Peningkatan Jalan

Provinsi Penghubung Kabupaten Brebes - Kabupaten Cilacap (Salem -

Bandungsari); Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung Brebes - Kabupaten Tegal;

Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung Kabupaten Tegal - Kabupaten Pemalang

dan Revitalisasi Terminal Tipe B Tanjung, Kabupaten Brebes.

Peningkatan SPAM Regional Bregas (Kabupaten Brebes, Tegal, dan Kota

Tegal) dan Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Baku untuk mendukung

pengembangan kawasan Industri dan agropolitan.

Selain itu, upaya pengelolaan lingkungan antara adalah Konservasi CAT

Pekalongan - Pemalang, Penanganan Lahan Kritis (Tegal, perbatasan Brebes -

Kuningan, Pemalang); Rehabilitasi pesisir (Brebes, Tegal, Pemalang); Reklamasi

bekas tambang (Pemalang); Penanganan Limbah B3 (Kabupaten Tegal) dan

Pembuatan TPST Regional.

7.3. Arahan Pembangunan Wilayah Perbatasan Antar Provinsi.

Ketimpangan pembangunan dan pelayanan publik seringkali terjadi

pada wilayah perbatasan daerah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Hal

ini dapat disebabkan karena fokus dan arah pembangunan yang belum

cermat, kondisi geografis yang kurang menguntungkan serta kurangnya

dukungan sarana dan prasarana infrastruktur dan pelayanan publik seperti

pemenuhan pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan

penataan ruang, perumahan rakyat, dan kawasan permukiman,

ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat serta sosial).

Di sisi lain wilayah perbatasan mempunyai fungsi yang strategis sebagai

etalase gambaran daerah / wilayah bersangkutan.

Dalam rangka mendorong pembangunan di wilayah perbatasan,

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah aktif melakukan sinergitas pembangunan

dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan DI.Yogyakarta.

Ada 5 (lima) konsep pengembangan pembangunan wilayah perbatasan, yaitu:

1) Pengembangan Wilayah, adalah upaya mewujudkan keterpaduan

penggunaan sumber daya untuk merekatkan dan menyeimbangkan

pembangunan wilayah;

2) Keselarasan, adalah keberlanjutan pembangunan

3) Penanganan konflik/ potensi konflik,

4) Pemanfaatan bersama, adalah pemanfaatan fasilitas/sarana prasarana

pada wilayah perbatasan

5) Pengawasan dan penanganan bersama, adalah upaya pelaksanaan/

implementasi peraturan