bab v kerja bangku

21
BAB V KERJA BANGKU (PP 03) 5.1 Pendahuluan 5.1.1 Latar Belakang Proses Produksi merupakan sebuah proses transformasi ata dari bahan baku atau material (logam maupun non-logam) menja setengah jadi atauprodukjadi. Produkyang dihasilkan akan diharapkan memiliki hasil dan nilai jual yang lebih baik dan tinggi. Dalam proses produksi diperlukan sebuah alat untuk menu memudahkan dalam kerja. Sesuai dengan prinsip kerja industri kini, u diperlukan mesin yang akan mempermudah, lebih efektif, efisie dapat meningkatkan hasil produksi. Kerja bangku memerlukan pelbagai mesin antara lain : mesin bor, mesin las, mesin pemotong pelat, power hack saw , mesin press, mesin roll, dan mesin tekuk. Dengan menggunakan mesin-m tersebut akan mempermudah dalam langkah-langkah pengerjaan kerja ban Dewasa kinidiperlukan sumberdaya manusiayang mampu untuk mengoperasionalkan mesin agarmampu mengoptimasi kinerja dari mesin, sehingga dapat dicapai prinsip kerja industri. Untuk itu, dalam prak ini akan diharapkan mampu memunculkan praktikan yang benar-be untuk mengombinasikan dan mengoptimasi kinerja mesin agar dihasilkan produksi yang berkualitas tinggi dan baik tentunya. 5.1.2 Tujuan Praktikum Berikut adalah tujuan diadakannya praktikum pada mesin bubut. T dari praktikum dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujua Tujuan umum dari praktikum kerja bangku ini antara lain : a. Pengenalansecara langsung mesin-mesinperkakas serta cara pengoperasiannya (mesin bor, mesin las, mesin pemotong pe power hack saw , mesin press, mesin roll, dan mesin tekuk).

Upload: laelatoolkhoteemah

Post on 21-Jul-2015

836 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB V KERJA BANGKU (PP 03) 5.1 Pendahuluan 5.1.1 Latar Belakang Proses Produksi merupakan sebuah proses transformasi atau konversi dari bahan baku atau material (logam maupun non-logam) menjadi produk setengah jadi atau produk jadi. Produk yang dihasilkan akan diharapkan memiliki hasil dan nilai jual yang lebih baik dan tinggi. Dalam proses produksi diperlukan sebuah alat untuk menunjang dan memudahkan dalam kerja. Sesuai dengan prinsip kerja industri kini, untuk itu diperlukan mesin yang akan mempermudah, lebih efektif, efisiensi tinggi dan dapat meningkatkan hasil produksi. Kerja bangku memerlukan pelbagai macam mesin antara lain : mesin bor, mesin las, mesin pemotong pelat, power hack saw, mesin press, mesin roll, dan mesin tekuk. Dengan menggunakan mesin-mesin tersebut akan mempermudah dalam langkah-langkah pengerjaan kerja bangku. Dewasa kini diperlukan sumberdaya manusia yang mampu untuk mengoperasionalkan mesin agar mampu mengoptimasi kinerja dari mesin, sehingga dapat dicapai prinsip kerja industri. Untuk itu, dalam praktikum bagian ini akan diharapkan mampu memunculkan praktikan yang benar-benar siap untuk mengombinasikan dan mengoptimasi kinerja mesin agar dihasilkan hasil produksi yang berkualitas tinggi dan baik tentunya. 5.1.2 Tujuan Praktikum Berikut adalah tujuan diadakannya praktikum pada mesin bubut. Tujuan dari praktikum dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari praktikum kerja bangku ini antara lain : a. Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara

pengoperasiannya (mesin bor, mesin las, mesin pemotong pelat, power hack saw, mesin press, mesin roll, dan mesin tekuk).

b.

Peningkatan pengetahuan serta keterampilan tentang mesin-mesin perkakas (mesin bor, mesin las, mesin pemotong pelat, power hack saw, mesin press, mesin roll, dan mesin tekuk). Tujuan khusus dari praktikum kerja bangku ini antara lain :

a.

Dapat mengetahui, menguasai, dan menjalankan mesin-mesin (mesin bor, mesin las, mesin pemotong pelat, power hack saw, mesin press, mesin roll, dan mesin tekuk)

b.

Mengetahui proses dan cara pengeboran benda kerja dengan menggunakan mesin-mesin (mesin bor, mesin las, mesin pemotong pelat, power hack saw, mesin press, mesin roll, dan mesin tekuk).

5.2 Dasar Teori Mesin PP3 5.2.1 Mesin Las 5.2.1.1 Definisi Pengelasan Berdasarkan DIN dan JIS Berdasarkan definisi dari Deutche Industries Normen (DIN), las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari definisi tersbut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam yang menggunakan energi panas. Menurut JIS (Japan Industrial Standards), proses pengelasan atau welding adalah proses penggabungan material secara metalurgi dengan menggunakan energi panas yang bisa diperoleh dari energi kimia, energi listrik maupun energi mekanik. Dalam pengertian lain, las adalah penyambungan dua buah logam baik sejenis maupun tidak sejenis dengan cara memanaskan (mencairkan) logam tersebut di bawah atau di atas titik leburnya, disertai dengan atau tanpa tekanan dan disertai atau tidak disertai logam pengisi. 5.2.1.2 Klasifikasi Pengelasan Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan dalam bidang las, ini disebabkan karena perlu adanya kesepakatan dalam hal-hal tersebut. Secara konvensional cara-cara pengklasifikasi tersebut

pada waktu ini dapat dibagi dua golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan kerja dan klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan. Berdasarkan cara kerjanya, pengelasan diklasifikasikan menjadi tiga kelas utama yaitu pengelasan cair, pengelasan tekan, dan pematrian. 1. Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api gas yang terbakar. 2. Pengelasan tekan adalah pcara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu. 3. Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan denngan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair. Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri dan lain-lainnya. Sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok-kelompok seperti las listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya. Pengelasan yang paling banyak digunakan pada waktu ini adalah pengelasan cair dengan busur gas. Karena itu kedua cara tersebut yaitu las busur listrik dan las gas akan dibahas secara terpisah. Sedangkan cara-cara penngelasan yang lain akan dikelompokkan dalam satu pokok bahasan. Pemotongan, karena merupakan masalah tersendiri maka pembahasannya juga dilakukan secara terpisah. Dibawah ini klasifikasi dari cara pengelasan : a) Pengelasan cair Las gas Las listrik terak Las listrik gas Las listrik termis Las listrik elektron Las busur plasma

b) Pengelasan tekan Las resistensi listrik Las titik Las penampang Las busur tekan Las tekan Las tumpul tekan Las tekan gas Las tempa Las gesek Las ledakan Las induksi Las ultrasonic

c) Las busur Elektroda terumpan

d) Las busur gas Las m16 Las busur CO2

e) Las busur gas dan fluks Las busur CO2 dengan elektroda berisi fluks Las busur fluks Las elektroda berisi fluks Las busur fluks

Las elektroda tertutup Las busur dengan elektroda berisi fluks Las busur terendam Las busur tanpa pelindung Elektroda tanpa terumpan Las TIG atau las wolfram gas

5.2.1.3 Bagian-bagian Mesin Las

Gambar 5.3 Bagian-bagian mesin las Sumber: http://lasdanjualbesi.blogspot.com/2011/03/teknik-las.html

1.

Elektroda (Electrode) Pengelasan dengan menggunakan las busur listrik memerlukan elektroda yang terdiri dari sebuah inti logam yang dilapisi oleh campuran zat kimia. Lapisan pelindung elektroda berfungsi untuk melindungi logam cair dari lingkungan udara.

2.

Pemegang Elektroda (Electrode Holder) Pemegang elektroda adalah bagian dari elektroda yang akan kontak dengan tangan pekerja las. Oleh karena itu, pemegang elektroda sebaiknya dibuat dari bahan yang memiliki tingkat isolator yang tinggi untuk mengurangi tingkat

kecelakaan saat bekerja. Desain pemegang elektroda juga harus ergonomis sehingga nyaman digunakan.

3.

Kabel Tembaga Elektroda (Electrode Lead Cable) Fungsi dari kabel tembaga pada elektroda adalah untuk aliran listrik dari sumber daya pada Arc Welding Power Source ke elektroda itu sendiri.

4.

Steker (Plug to Power Source) Fungsi steker adalah untuk aliran listrik dari sumber listrik utama ke Arc Welding Power Source dimana aliran listrik diubah menjadi aliran listrik AC/DC.

5.

Kabel Power Input (Input Power Lead Cable) Fungsi kabel power input adalah untuk listrik mengalir menuju Arc Welding Power Source dari sumber listrik utama.

6.

Sumber Daya (Arc Welding Power Source) Arc Welding Power Source selain sebagai sumber energi dari elektroda adalah untuk mengubah arus menjadi AC/DC sesuai dengan kebutuhannya.

7.

Kabel Benda Kerja (Workpiece Lead Cable) Fungsi kabel benda kerja adalah untuk menyambungkan penjepit benda kerja dengan Arc Welding Power Source.

8.

Penjepit Benda Kerja (Workpiece Clamp) Penjepit benda kerja digunakan untuk mencekam benda kerja untuk dilas.

9.

Meja Pengelasan (Welding Table) Fungsi dari meja pengelasan adalah tempat untuk menaruh benda kerja dan untuk memudahkan kegiatan pengelasan.

10. Benda Kerja (Workpiece) Benda kerja adalah benda yang akan dilas.

5.2.1.4 Daerah Hasil Pengelasan Logam akan mengalami pengaruh pemanasan akibat pengelasan dan mengalami perubahan struktur mikro disekitar daerah lasan. Bentuk struktur mikro bergantung pada temperatur tertinggi yang dicapai pada pengelasan, kecepatan pengelasan dan laju pendinginan daerah lasan. Daerah logam yang mengalami perubahan struktur mikro akibat mengalami pemanasan karena pengelasan disebut daerah pengaruh panas (DPP), atau Heat Affected Zone. Daerah hasil pengelasan yang akan kita temui bila kita melakukan pengelasan, yaitu :

Sumber : Ahmad dan Hasman (1994 ) Daerah Las

1. Logam Las (Weld Metal) adalah daerah dimana terjadi pencairan logam dan dengan cepat kemudian membeku. 2. Fusion Line Merupakan daerah perbatasan antara daerah yang mengalami peleburan dan yang tidak melebur. Daerah ini sangat tipis sekali sehingga dinamakan garis gabungan antara weld metal dan H A Z.

3. H A Z ( Heat Affected Zone ) merupakan daerah yang dipengaruhi panas dan juga logam dasar yang bersebelahan dengan logam las yang selama proses pengelasan mengalami siklus termal pemanasan dan pendinginan cepat, sehingga terjadi perubahan struktur akibat pemanasan tersebut disebabkan daerah yang mengalami pemanasan yang cukup tinggi . 4. Logam Induk (Parent Metal) merupakan logam dasar dimana panas dan suhu pengelasan tidak menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan struktur dan sifat.

Daerah HAZ merupakan daerah paling kritis dari sambungan las, karena selain berubah strukturnya juga terjadi perubahan sifat pada daerah ini. Secara umum struktur dan sifat daerah panas efektif dipengaruhi dari lamanya pendinginan dan komposisi dari logam induk itu sendiri. Siklus termal las adalah proses pemanasan dan pendinginan yang

terjadi pada daerah lasan. Proses las terjadi proses pemanasan dan juga pendinginan maka dapat dikatakan proses las juga proses heat treatment hanya saja terjadinya lokal, tidak seperti proses heat treatment pada umumnya. (Sumber : Daerah Hasil Pengelasan , google.co.id) 5.2.1.5 Tipe Sambungan Pengelasan Hasil penyambungan logam melalui pengelasan hendaknya

mengahasilkan sambungan yang berkualitas dari segi kekuatan dan lapisan las dari bahan atau logam yang dilas, di mana untuk menghasilkan sambungan las yang berkualitas hendaknya yang akan dilas kedua ujung/bidang atau bagian logam

perlu diberikan suatu bentuk kampuh las tertentu (Arifin;1977).

Tujuan utama dari pengelasan adalah untuk mendukung beban, sebagian beban mekanis dan sebagian untuk mencapi hasil pengelasan dengan kekuatan yang bisa di jamin, maka perlu di kembangkan kekuatan sebagai bentuk yang groove dapat di

(Alip;1989).

Untuk

memperoleh

hasil pengelasan

jamin kualitasnya, pengelasan sebaiknya menggunakan berbagai bentuk kampuh yang sudah dikembangkan. Terdapat lima jenis sambungan yang biasa digunakan untuk menyatukan dua bagian benda logam. Kelima jenis dasar ini adalah sambungan sebidang (butt), lewatan (lap), tegak (T), sudut, dan sisi,seperti dapat dilihat dalam gambar 2 Sumber : Teknik Kerja Mesin Dan Las

a. Sambungan tumpu (butt joint). kedua bagian benda yang akan disambung diletakkan pada bidang datar yang sama dan disambung pada kedua ujungnya. b. Sambungan sudut (corner joint).

kedua bagian benda yang akan disambung membentuk sudut siku-siku dan disambung pada ujung sudut tersebut. c. Sambungan tumpang (lap joint). bagian benda yang akan disambung saling sama lainnya. d. Sambungan T (tee joint) satu bagian diletakkan tegak lurus pada bagian yang lain dan membentuk huruf T yang terbalik; e. Sambungan tekuk (edge joint). sisi-sisi yang ditekuk dari ke dua bagian yang akan disambung sejajar, dan sambungan dibuat pada kedua ujung bagian tekukan yang sejajar tersebut. menumpang (overlapping) satu

(Sumber : listyonobudi.blogspot.com) 5.2.1.6 Elektroda Pengelasan dengan menggunakan las busur listrik memerlukan

kawat las (Elektroda) yang terdiri dari suatu inti terbuat dari suatu logam di lapisi oleh lapisan yang terbuat dari campuran zat kimia, selain

berfungsi Bintoro

sebagai pembangkit, elektroda juga sebagai bahan tambah. Sumber :

Elektroda terdiri dari dua jenis bagian yaitu bagian yang bersalut (fluks ) dan tidak bersalut yang merupakan pangkal untuk menjepitkan tang las. Fungsi fluks atau lapisan elektroda dalam las adalah untuk melindungi logam cair dari lingkungan udara menghasilkan gas pelindung, menstabilkan busur, sumber unsur paduan. Pada dasarnya bila di tinjau dari logam yang di las, kawat

elektroda dibedakan menjadi elektroda untuk baja lunak, baja karbon tinggi, baja paduan, besi tuang, dan logam non ferro. Bahan elektroda harus

mempunyai kesamaan sifat dengan logam (Suharto; 1991). Pemilihan elektroda pada pengelasan baja karbon sedang dan benar baja karbon tinggi harus benar-

diperhatikan apabila kekuatan las diharuskan sama dengan kekuatan material.

Penggolongan elektroda diatur berdasarkan standar sistem AWS (American Welding Society) dan ASTM (American Society Testing Material). Elektroda jenis E60 13 dapat dipakai dalam semua posisi pengelasan dengan arus las AC maupun Elektroda dengan kode E6013 untuk setiap huruf dan DC.

setiap angka

mempunyai arti masing-masing yaitu: E

= Elektroda untuk las busur listrik. 60 =

Menyatakan nilai tegangan tarik minimum hasil pengelasan dikalikan dengan 1000 Psi (60.000 Ib/in2) atau 42 kg/mm2. 1 = Menyatakan posisi pengelasan, 1 berarti dapat digunakan untuk pengelasan semua posisi. 3 = Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium dan pengelasan dengan arus AC atau DC. ( Sumber : miftahdejazzlab.wordpress.com) 5.2.1.7 Fluks Fluks adalah bahan serbuk yang berfungsi sebagai sumber busur listrik

terak untuk melindungi logam cair dari udara sekitarnya, menjaga

agar tetap stabil, sebagai deoksidator, menghasilkan gas pelindung, mengurangi percikan api dan uap pada pengelasan, serta sebagai sumber unsur paduan.

Basicity Index (BI) atau indeks kebasaan digunakan untuk menentukan derajat keasaman atau kebasaan suatu fluks. BI dapat dibedakan menjadi 4 jenis yaitu bersifat asam jika BI < 1, bersifat netral untuk 1 < BI < 1,5, bersifat semi basa untuk 1,5 < BI < 2,menuju suhu kamar, logam las mengalami serang- dan bersifat basa jika BI > 2,5. (Sumber : Daerah Hasil Pengelasan , google.co.id)

5.2.1.8 Macam-macam Polaritas Ada 2 jenis polaritas yang digunakan yaitu polaritas langsung dan polaritas terbalik. Pada polaritas langsung elektroda berhubungan dengan terminal negatif sedangkan pada polaritas terbalik elektroda berhubungan dengan terminal positif. 1. Polaritas Lurus Apabila material dasar atau material yang akan dilas disambung kan dengan kutup positip ( + ) dan elektrodenya disambungkan dengan kutup negatip ( ) pada mesin las DC maka cara ini disebut pengelasan polaritas lurus atau DCSP (Direct Current Straight Polarity), ada juga yang menyebutkan DCEN. Dengan cara ini busur listrik bergerak dari elektrode ke material dasar sehingga tumbukan elektron berada di material dasar yang berakibat 2/3 panas berada di material dasar dan 1/3 panas berada di elektroda.

Cara ini akan menghasilkan pencairan material dasar lebih banyak dibanding elektrodenya sehingga hasil las mempunyai penetrasi yang dalam, sehingga baik digunakan pada pengelasan yang lambat serta manik las yang sempit dan untuk pelat yang tebal. 2. Polaritas Balik

Apabila material dasar atau material yang akan dilas disambung kan dengan kutup positip ( + ) dan elektrodenya disambungkan dengan kutup negatip ( ) pada mesin las DC maka cara ini disebut pengelasan polaritas lurus atau DCSP (Direct Current Straight Polarity), ada juga yang menyebutkan DCEN. Dengan cara ini busur listrik bergerak dari elektrode ke material dasar sehingga tumbukan elektron berada di material dasar yang berakibat 2/3 panas berada di material dasar dan 1/3 panas berada di elektroda. Cara ini akan menghasilkan pencairan material dasar lebih banyak dibanding elektrodenya sehingga hasil las mempunyai penetrasi yang dalam, sehingga baik digunakan pada pengelasan yang lambat serta manik las yang sempit dan untuk pelat yang tebal.

5.2.1.9 Macam-Macam Posisi Pengelasan Posisi pengelasan atau sikap pengelasan adalah pengaturan posisi dan gerakan arah dari pada elektroda sewaktu mengelas.

Gambar X . Posisi Pengelasan (http://www.google.co.id/macam-macamposisipengelasan) Adapun pisisi mengelas terdiri dari empat macam yaitu: 1. Posisi di Bawah Tangan Posisi di bawah tangan yaitu suatu cara pengelasan yang dilakukan pada permukaan rata/datar dan dilakukan dibawah tangan. Kemiringan elektroda las sekitar 10 - 20 terhada garis vertikal dan 70 - 80 terhadap benda kerja. 2. Posisi Tegak (Vertikal) Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas atau kebawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan kemiringan elektroda sekitar 10 - 15 terhada garis vertikal dan 70 - 85 terhadap benda kerja.

3.

Posisi Datar (Horisontal) Mengelas dengan horisontal biasa disebut juga mengelas merata dimana

kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horisontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 - 10 terhada garis vertikal dan 70 - 80 kearah benda kerja. 4. Posisi di Atas Kepala (Over Head) Posisi pengelasan ini sangat sukar dan berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap antara lain: Baju las, sarung tangan, sepatu kulit dan sebagainya. Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 - 20 terhada garis vertikal dan 75 - 85 terhadap benda kerja 5.2.1.10 Macam-Macam Cacat Hasil Pengelasan Ada beberapa cacat di dalam pengelasan yaitu : 1. Retak (Cracks). 2. Voids. 3. Inklusi 4. Kurangnya fusi atau penetrasi (lack of fusion or penetration). 5. Bentuk yang tak sempurna (imperfect shape). Retak Jenis cacat ini dapat terjadi baik pada logam las (weld metal), daerah pengaruh panas (HAZ) atau pada daerah logam dasar (parent metal). Voids (porositas) Porositas merupakan cacat las berupa lubang-lubang halus atau pori-pori yang biasanya terbentuk di dalam logam las akibat terperangkapnya gas yang terjadi ketika proses pengelasan. Disamping itu, porositas dapat pula terbentuk

akibat kekurangan logam cair karena penyusutan ketika logam membeku. Porositas seperti itu disebut: shrinkage porosity. Inklusi Cacat ini disebabkan oleh pengotor (inklusi) baik berupa produk karena reaksi gas atau berupa unsur-unsur dari luar, seperti: terak, oksida, logam wolfram atau lainnya. Cacat ini biasanya terjadi pada daerah bagian logam las (weld metal). Kurangnya Fusi atau Penetrasi a. Kurangnys Fusi Cacat ini merupakan cacat akibat terjadinya discontinuity yaitu ada bagian yang tidak menyatu antara logam induk dengan logam pengisi. Disamping itu cacat jenis ini dapat pula terjadi pada pengelasan berlapis (multipass welding) yaitu terjadi antara lapisan las yang satu dan lapisan las yang lainnya. b. Kurangnya Penetrasi Cacat jenis ini terjadi bila logam las tidak menembus mencapai sampai ke dasar dari sambungan. Bentuk Yang Tidak Sempurna Jenis cacat ini memberikan geometri sambungan las yang tidak baik (tidak sempurna) seperti: undercut, underfill, overlap, excessive reinforcement dan lainlain. Morfologi geometri dari cacat ini biasanya bervariasi. 5.2.2 Mesin Bor 5.2.2.1 Pengertian Mesin Bor Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan).

Gambar X. Mesin Bor (http://www.google.co.id/mesinbor)

5.2.2.2 Fungsi Mesin Bor Pengeboran adalah operasi menghasilkan lubang berbentuk bulat dalam lembaran-kerja dengan menggunakan pemotong berputar yang disebut bor dan memiliki fungsi untuk membuat lubang. Mesin bor dapat membuat lubang bertingkat, membesarkan lobang, reaming dan counterboring pada benda-benda ferrous maupun non ferrous.

5.2.2.3 Prinsip Kerja Mesin Bor Prinsip kerja mesin bor sama dengan prinsip kerja pada mein-mesin lain, yaitu sebagai berikut : 1. Main Drive Motor listrik biasa dipakai sebagai penggerak utama pada mesin bor. Putaran pada motor listrik ditranmisikan melalui porosnya ke mekanisme pengatur putaran mesin berupa pasangan puli bertingkat yang dihubungkan dengan vee belt. Dari puli bertingkat, putaran diteruskan ke spindle mesin. pada spindle terdapat toolpost sebagai pemegang mata bornya. 2. Feed Drive

Feed Drive merupakan gerakan pemakanan mata bor pada benda kerja. Gerakan ini dilakukan secara manual pada mesin-mesin bor yang sederhana dengan cara memutar drilling lever sehigga mata bor bergerak kearah benda kerja.

5.2.3 Mesin Roll 5.2.3.1 Pengertian Mesin Roll Mesin ini disebut Round and Circular Bending Machine dan lebih dikenal luas sebagai mesin roll. Spesifikasi alatnya type RH II, produksi Maschinenfabrik Kramer German. Diameter range 100 mm 1000 mm. 5.2.3.2 Fungsi Mesin Roll Mesin ini mempunyai fungsi yang spesifik, yaitu untuk membentuk batangan logam dengan diameter kecil ataupun pelat logam menjadi bentuk lingkaran/lengkung dengan diameter tertentu. 5.2.3.3 Prinsip Kerja Mesin Roll Prinsip kerja mesin ini sangat sederhana, benda kerja berupa pelat atau logam berdiameter kecil dijepit diantara upper roll dan lower roll dan diputar sehingga mencapai ukuran diameter yang diinginkan. a. Main Drive Rol tekan dan roll utama berputar berlawanan arah sehingga dapat menggerakkan pelat. b. Feed Drive Pelat bergerak linear melewati rol pembentuk. Posisi roll pembentuk berada di bawah garis gerakan pelat, sehinnga pelat tertekan dan mengalami pembengkokan. Akibat penekanan dari rol pembentuk dengan putaran rol penjepit ini maka terjadilah proses pengerolan.

5.2.3.4 Bagian-bagian Mesin Roll

Bagian-bagian Mesin Roll http://www.google.ac.id.mesin roll

a. Lengan Pemutar Digunakan untuk memutar roll secara manual. b. Upper Roll Merupakan roll yang mempunyai kedudukan tetap. c. Rear Roll Digunakan untuk mengatur radius benda dengan mengubah posisinya. d. Lower Roll Digunakan untuk menyesuaikan dengan ketebalan benda. e. Roda Pengunci Digunakan untuk mengatur dan mengunci kedudukan lower roll sehingga benda kerja terjepit dengan erat. f. Roda Pengatur Diameter Digunakan untuk mengatur diameter lingkaran hasil dengan merubah posisi rear roll. 5.2.4 Mesin Penekuk 5.2.4.1 Pengertian Mesin Penekuk Alat yang digunakan untuk membuat bentuk bersudut pada benda kerja logam yang tipis.

5.2.4.1 Fungsi Mesin Penekuk Sebagai alat penekuk sebuah pelat sesuai ukuran yang ditentukan. 5.2.4.3 Prinsip Kerja Mesin Penekuk Secara mekanika proses penekukan terdiri dari dua komponeng a y a yakni: tarik dan tekan. peregangan Pada ini a w a l n ya , pada pelat netral, sisi ya n g dan luar m e n g a l a m i proses pengkerutan.D a e r a h pembengkokan terjadi terlihat peregangan,

p e m b e n g k o k a n , d i m a n a daerah ini terjadi deformasi plastis atau perobahan bentuk. Peregangani n i m e n ye b a b k a n p e l a t m e n g a l a m i p e r t a m b a h a n p a n j a n g . D a e r a h netral merupakan daerah yang tidak mengalami perubahan. Artinya pada daerah netral ini pelat tidak mengalami pertambahan panjanga t a u p e r p e n d e k k a n . D a e r a h s i s i b a g i a n dalam p e m b e n g k o k a n merupakan daerah yang mengalami dan penekanan, di mana daerah inim e n g a l a m i pengkerutan

p e n a m b a h a n k e t e b a l a n , h a l i n i disebabkan karena daerah ini mengalami perubahan panjang yakni perpendekan.atau menjadi pendek akibat gaya tekan yang dialami oleh pelat. Proses ini dilakukan dengan menjepit pelat diantara landasandan sepatu penjepit selanjutnya bilah penekuk diputar ke arah atasmenekan bagian pelat yang akan mengalami penekukan.U n t u k m e n j a l a n k a n i n i p e r l u d i l a k u k a n p e r s i a p a n a w a l y a n g b e r u p a p e n ye t e l a n s u d u t p e n e k a n a n ( d i a t u r d e n g a n l i m i t switch ) . Penyesuaian jarak silinder ke garis pipa (silinder I dengan menurunkan penguncian dan pada baut p e n ye t e l silinder limit) menaikkana t a u

s i l i n d e r I I d i a t u r dengan menaikkan atau menurunkan slide ways yang digerakkan olehu l i r hidrolis ya n g penggerak) panjang langkah akandigun akan (diatur dengan switch

S e t e l a h s e m u a p e r s i a p a n tersebut selesai,maka tombol on/off ditekan sehingga mesin hidup. 5.2.4.4 Bagian-bagian Mesin Penekuk Bagian utama

http://sipilfull.blogspot.com/2012/02/mesin-penekuk-dan-solder.html

Gambar 5.12 Mesin Tekuk Sumber : Buku Petunjuk Praktikum Proses Manufaktur I.2011 Keterangan : 1. Rahang Penjepit Digunakan untuk menjepit benda kerja. 2. Lengan Hidrolis Digunakan untuk membantu proses penekukan. 3. Tuas Penekuk Berfungsi untuk menggerakkan rahang penekuk. 4. Pedal penjepit Digunakan untuk menggerakkan rahang penjepit. 5. Pengunci

Digunakan untuk mengunci pedal penjepit. 6. Meja Rentang Meja rentang berfungsi untuk meletakkan benda kerja. 7. Rahang Penekuk Digunakan untuk membentuk tekukan dengan sudut tertentu pada benda kerja. 5.2.4.5 Macam-macam Mesin Penekuk Terdapat juga dua jenis mesin penekuk plat, yaitu yang dioperasikan dengan manual dan mesin penekuk plat yang dioperasikan dengan otomatis. Mesin penekuk yang dioperasikan secara manual biasanya digunakan untuk menekuk plat yang relatif tipis, sedangkan yang otomatis digunakan untuk menekuk plat yang tebal. Akan tetapi terdapat juga mesin penekuk plat otomatis yang dirancang khusus untuk menekuk plat yang tipis. Dalam praktik pembuatan penampung pelet ini mesin tekuk yang digunakan jenis mesin tekuk plat manual.