bab v hasil dan pembahasan 5.1 karakteristik responden 5… · 5.2.5 keanekaragaman tumbuhan obat...
TRANSCRIPT
17
17
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
5.1.1 Umur responden
Wawancara dilakukan terhadap 30 orang di Kampung Babakan-Cengal
Desa Karacak Bogor. Karakteristik masyarakat yang menjadi responden
wawancara terdiri dari laki-laki dan perempuan yang dikelompokan berdasarkan
kelas umur sebagaimana tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6 Karakteristik kelas umur responden No Kelompok umur (tahun) Jumlah responden Persentase (%)
1. 16-25 2 6,7
2. 26-35 8 26,7
3. 36-45 9 30
4. 46-55 3 10
5. 56-65 6 20
6. > 66 2 6,7
Jumlah 30 100
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah responden terbanyak secara
keseluruhan memiliki kelompok umur antara 36-45 tahun, yaitu sebanyak 9
responden (30%). Hal ini menunjukan bahwa kelompok umur responden masih
termasuk dalam usia produktif (usia kerja). Semakin tua usia semakin menurun
produktifitasnya.
5.1.2 Tingkat pendidikan responden
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat pendidikan responden
adalah pendidikan terakhir yang pernah atau telah ditempuh oleh masyarakat
Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak Bogor yang menjadi responden.
Sebagian besar masyarakat yang menjadi responden di Kampung Babakan-Cengal
Desa Karacak Bogor hanya tamatan sekolah dasar (SD), namun ada pula sebagian
responden yang tamatan SLTP dan SMA/SMK/STM (Gambar 2).
18
18
Gambar 2 Tingkat pendidikan responden.
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa responden dengan latar belakang
pendidikan tamatan SD memiliki jumlah terbanyak, yaitu sebesar 22 responden
(73,33%). Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam menunjang
kualitas manusia. Menurut Alikodra (1985) diacu dalam Rosmiati (2010) latar
belakang pendidikan yang rendah dari masyarakat merupakan salah satu faktor
penting terjadinya interaksi dalam masyarakat sekitar dengan sumberdaya yang
terdapat di alam, karena latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap pola
pikir dan pola hidup seseorang. Hal ini akan berpengaruh pula pada pandangan
dan pengetahuan responden mengenai tumbuhan obat dan kesehatan keluarga.
5.1.3 Mata pencaharian responden
Mata pencaharian masyarakat Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak
Bogor yang menjadi responden terdiri dari petani, wiraswasta yang merupakan
gabungan dari pedagang, buruh, dan pengrajin, dukun/tabib serta ada pula
beberapa responden tidak bekerja yang kebanyakan ibu rumah tangga (Tabel 7).
Tabel 7 Mata pencaharian responden No Mata pencaharian Jumlah responden Persentase (%)
1. Petani 12 40
2. Wiraswasta 6 20
3. Ibu rumah tangga 10 33,33
4. Dukun/tabib 2 6,67
Jumlah 30 100
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
bermata pencaharian sebagai seorang petani, yaitu sebesar 12 orang responden
(40%). Hal ini dikarenakan bagi sebagian besar masyarakat Kampung Babakan-
SD
73%
SLTP
17%
SMA/SMK
10%
Tingkat Pendidikan responden
19
19
Cengal Desa Karacak Bogor bertani merupakan kebutuhan hidup. Dari 30
responden tersebut, dua diantaranya juga berprofesi sebagai dukun/tabib yang
dipercaya oleh masyarakat Kampung Babakan-Cengal memiliki kemampuan
untuk mengobati orang sakit.
5.1.4 Pendapatan responden
Pendapatan responden merupakan rata-rata pendapatan keseluruhan dari
mata pencahariannya selama sebulan. Pendapatan seluruh responden berkisar
antara Rp.500.000,00 sampai Rp.2.500.000,00 (Tabel 8).
Tabel 8 Pendapatan total responden
No Pendapatan responden (Rp/Bulan) Jumlah
responden Persentase (%)
1. 500.000-1.000.000 19 63,33
2. 1.000.001-1.500.000 6 20
3. 1.500.001-2.000.000 3 10
4. 2.000.001-2.500.000 2 6,67
Jumlah 30 100
Pada Tabel 8 terlihat bahwa rata-rata pendapatan responden Kampung
Babakan-Cengal, Desa Karacak Bogor yaitu berkisar Rp.500.000,00 -
Rp.1.000.000,00. Pendapatan tersebut sebagian besar didapat oleh masyarakat
Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak dari hasil bertaninya. Selain
mengandalkan hasil panen dari sawah, masyarakat pun sebagian besar
mengandalkan hasil panen dari tanaman yang memiliki nilai jual tinggi seperti
kapulaga.
5.2 Keanekaragaman Tumbuhan Obat Kampung Babakan-Cengal, Desa
Karacak
Berdasarkan pengamatan lapang ditemukan 88 spesies tumbuhan obat dari
41 famili yang tersebar di Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak. Tumbuhan
obat tersebut ditemukan di setiap Rukun Tetangga (RT) yaitu RT 01, RT 02 dan
RT 03. Jumlah seluruh spesies RT 01 yaitu sebanyak 53 spesies, RT 02 yaitu
sebanyak 74 spesies, dan RT 03 yaitu sebanyak 54 spesies. Dari setiap RT
terdapat spesies tumbuhan yang sama dengan RT lainnya, untuk lebih jelas dapat
dilihat pada Gambar 3.
20
20
Gambar 3 Jumlah tumbuhan obat di setiap RT.
Rukun Tetangga (RT) yang memiliki jumlah spesies terbanyak yaitu RT
02, hal ini dikarenakan masih banyaknya kebun di RT 02 dan masih banyaknya
masyarakat RT 02 yang membudidaya dan memelihara tumbuhan obat di
pekarangan rumahnya. Daftar potensi tumbuhan obat yang terdapat di Kampung
Babakan-Cengal Desa Karacak Bogor secara rinci disajikan pada Lampiran 3.
5.2.1 Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan famili
Berdasarkan kelompok familinya, spesies tumbuhan obat keluarga yang ada
di Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak dikelompokan ke dalam 41 famili.
Dari semua spesies tumbuhan obat di Kampung Babakan-Cengal, spesies yang
paling mendominasi adalah spesies dari famili Zingiberaceae sebanyak 9 spesies
(10,23%), kemudian Asteraceae dan Solanaceae sebanyak 6 spesies (6,82%)
(Gambar 4). Hal tersebut menunjukan bahwa famili Zingiberaceae, Asteraceae,
dan Solanaceae memiliki keanekaragaman spesies tertinggi dibandingkan dengan
famili lainnya.
RT 01
4 spesies
RT 03
7 spesies
RT 02
23 spesies
7 spesies 3 spesies
5 spesies
39 spesies
21
21
Gambar 4 Jumlah 10 famili tumbuhan obat terbanyak di Kampung Babakan-
Cengal.
Banyaknya spesies dari famili Zingiberaceae seperti jahe (Zingiber
officinale), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), kapulaga
((Amomum cardamomum), lempuyang wangi (Zingiber aromaticum), temulawak
(Curcuma xanthorrhiza), pacing (Costus speciosus), dan temukunci
(Boesenbergia pandurata) selain dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat tapi
juga dapat dimanfaatkan sebagai bumbu dapur dan rempah-rempah, selain itu
spesies ini juga paling mudah dibudidayakan karena tidak memerlukan perawatan
dan pemeliharaan khusus, cara pengolahannya pun secara umum sudah diketahui
masyarakat. Sehingga masyarakat banyak menanam tumbuhan dari famili
Zingiberaceae di kebun maupun pekarangan rumah mereka. Contoh tumbuhan
dari famili Zingiberaceae yang ditanam masyarakat di pekarangan maupun kebun
disajikan pada Gambar 5.
9
6
6
5
5
4
3
3
2
2
0 2 4 6 8 10
Zingiberaceae
Asteraceae
Solanaceae
Myrtaceae
Euphorbiaceae
Rubiaceae
Liliaceae
Poaceae
Lamiaceae
Acanthaceae
22
22
(A) (B)
Gambar 5 Tumbuhan obat anggota Zingiberaceae: A) Kapulaga (Amomum
cardamomum) B) Buah kapulaga.
Selain itu famili Asteraceae juga banyak ditemukan di kampung Babakan-
Cengal, famili Asteraceae banyak tersebar di pinggir jalan, kebun, maupun sawah.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Pudjowati (2006) bahwa famili Asteraceae
merupakan spesies tumbuhan yang mudah untuk dipelihara dan tersebar di
berbagai daerah, serta tumbuh liar di halaman, kebun dan tepi jalan.
5.2.2 Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan habitus
Berdasarkan habitusnya, tumbuhan obat keluarga yang ditemukan di
Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak terdiri atas 5 macam habitus, yaitu
pohon, perdu, herba, semak, dan liana (Gambar 6).
Gambar 6 Jumlah spesies tumbuhan obat keluarga berdasarkan habitus.
Gambar 6 menunjukan bahwa jumlah habitus tumbuhan yang mendominasi
adalah herba, yaitu sebanyak 36 spesies (40,91%), kemudian perdu sebanyak 18
spesies (20.45%), pohon sebanyak 16 spesies (18,18%), semak sebanyak 17
spesies (19,32%), dan liana sebanyak 1 spesies (1,14%). Banyaknya habitus herba
di Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak dikarenakan herba merupakan
tumbuhan yang sering dijumpai dan banyak terdapat di lingkungan masyarakat,
16
18
36
17
1
0 10 20 30 40
Pohon
Perdu
Herba
Semak
Liana
Jumlah spesies
Hab
itus
23
23
pada umumnya tumbuhan berhabitus herba juga merupakan tumbuhan hasil
budidaya, selain itu penanaman dan perawatannya pun tidak sulit. Selain herba,
tumbuhan berhabitus perdu juga banyak dijumpai di Kampung Babakan-Cengal,
hal ini dikarenakan kondisi lingkungan masyarakat sekitar yang mendukung,
dimana hampir di setiap pekarangan atau kebun banyak ditanami perdu yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Adanya keanekaragaman bentuk hidup tumbuhan di Kampung Babakan-Cengal
menunjukan kealamian dan mendukung kelestarian plasma nutfah sumberdaya
yang terkandung didalamnya.
5.2.3 Keanekaragaman tumbuhan obat keluarga berdasarkan bagian yang
digunakan
Bagian dari tumbuhan mempunyai peranan masing-masing dalam
menyembuhkan penyakit, ada spesies tertentu yang seluruh bagiannya dapat
digunakan, namun ada juga yang hanya bagian tertentu yang dapat
menyembuhkan. Bagian tumbuhan obat di Kampung Babakan-Cengal Desa
Karacak yang digunakan untuk pengobatan terdiri atas 15 macam bagian, yaitu
daun, akar, buah, kulit batang, batang, biji, seluruh bagian tumbuhan (herba),
bunga, tunas, kulit buah, bonggol, umbi, rimpang dan tangkai (Gambar 7).
Gambar 7 Jumlah spesies tumbuhan obat keluarga berdasarkan bagian yang
digunakan.
4626
19
9
410
16
8
1
3
1
39
11
0 20 40 60
Daun
Akar
buah
Kulit batang
Batang
Biji
Seluruh bagian tumbuhan
Bunga
Tunas
Kulit buah
Bonggol
Umbi
Rimpang
Bokol bunga
Tangkai
jumlah spesies
Bag
ian y
ang d
igunak
an
24
24
Penggunaan bagian tumbuhan obat keluarga untuk setiap spesies tumbuhan
tidak sama, ada yang hanya menggunakan bagian tertentu saja seperti daun,
batang, rimpang dan lain lain tapi adapula yang menggunakan seluruh bagian
tumbuhan (herba), hal ini dikarenakan kandungan zat-zat pada tiap bagian
tumbuhan berbeda sehingga manfaatnya pun berbeda. Pada Gambar 7 dapat
dilihat bahwa daun merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat, yaitu sebanyak 52 spesies (30,77%). Menurut
Zuhud dan Haryanto (1994) pemanfaatan daun, buah, cabang, dan ranting sebagai
bahan mentah dalam pengobatan tradisional tidak menimbulkan gangguan yang
serius terhadap kehidupan tumbuhan, tetapi bila akar, kulit kayu atau seluruh
bagian yang digunakan maka hal tersebut sudah merupakan ancaman bagi
keberadaan spesies tersebut. Menurut Fakhrozi (2009) daun memiliki regenerasi
yang tinggi untuk kembali bertunas dan tidak memberi pengaruh yang besar
terhadap pertumbuhan suatu tumbuhan meskipun daun merupakan tempat
fotosintesis.
Selain daun, bagian tumbuhan yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
yaitu akar sebanyak 26 spesies ( 15,38%). Pemanfaatan bagian tumbuhan secara
terus menerus terutama pada bagian akar dan batang akan berdampak terhadap
keberadaan spesies tumbuhan tersebut, karena akar dan batang merupakan bagian
yang paling penting bagi tumbuhan untuk bertahan hidup. Untuk menjaga
kelestarian suatu spesies tumbuhan obat maka pemanfaatan tumbuhan obat
tersebut harus diimbangi dengan adanya upaya budidaya atau perbanyakan
tumbuhan-tumbuhan obat tersebut.
5.2.4 Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan tipe habitat
Berdasarkan tipologi habitat potensi tumbuhan obat di Kampung Babakan-
Cengal Desa Karacak dikelompokan ke dalam 5 tipologi habitat yaitu pekarangan,
kebun, pinggir jalan, pinggir sungai dan sawah. Sebagaimana tersaji pada Gambar
8.
25
25
Gambar 8 Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan tipe habitat.
Berdasarkan pengelompokan tipologi habitat, tumbuhan obat keluarga
paling banyak dijumpai di pekarangan, yaitu sebanyak 50 spesies (43,1%).
Sedangkan kebun hanya ditemukan 33 spesies (28,45%), pinggir jalan sebanyak
19 spesies (16,38%), pinggir sungai sebanyak 8 spesies (6,9%), dan sawah
sebanyak 6 spesies (5,17%). Spesies tumbuhan obat yang terdapat di pekarangan
dan juga kebun sebagian besar merupakan spesies yang sering dimanfaatkan
masyarakat. Banyaknya tumbuhan obat yang dijumpai di pekarangan rumah
maupun di kebun milik masyarakat menunjukan bahwa masih adanya minat
masyarakat untuk membudidayakan tumbuhan obat keluarga. Beberapa contoh
tumbuhan obat yang terdapat di pekarangan diantaranya alpukat (Persea
gratissima), bratawali (Tinospora crispa), Cengkeh (Syzygium aromaticum), daun
sendok (Plantago major), jambu biji (Psidium guajava), jeruk nipis (Citrus
aurantifolia), kumis kucing (Orthosiphon stamineus), kacapiring (Gardenia
augusta), lidah buaya (Aloe vera), mangkokan (Nothopanax scutellarium),
mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), pacar air (Impatiens balsamina).
5.2.5 Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit
Potensi tumbuhan obat keluarga di Kampung Babakan-Cengal dibagi ke
dalam 13 kelompok penyakit dan macam penyakitnya didasarkan Nawaningrum
(2004). Kelompok penyakit yang paling banyak dapat diobati oleh tumbuhan obat
keluarga di Kampung Babakan-Cengal adalah penyakit saluran pencernaan,
sebanyak 64 spesies. Spesies tumbuhan yang dapat menyembuhkan penyakit
saluran pencernaan banyak ditemukan karena beberapa masyarakat banyak
menanam spesies tumbuhan tersebut baik dipekarangan maupun dikebun untuk
50
33
19
8
6
0 10 20 30 40 50 60
Pekarangan
Kebun
Pinggir jalan
Pinggir sungai
Sawah
26
26
mengobati penyakit dideritanya. Banyaknya tumbuhan obat yang dapat
menyembuhkan penyakit saluran pencernaan itu sesuai dengan penyakit yang
banyak diderita oleh masyarakat Kampung Babakan-Cengal, yaitu penyakit
gangguan pencernaan. Salah satu penyakit pencernaan yang banyak diderita
masyarakat adalah maag. Penyakit maag banyak diderita masyarakat kampung
Babakan-Cengal karena kurang teraturnya pola makan masyarakat. Spesies lain
yang banyak ditemukan di Kampung Babakan-Cengal yaitu spesies tumbuhan
yang dapat menyembuhkan penyakit saluran pembuangan sebanyak 50 spesies.
Klasifikasi kelompok penyakit terbanyak yang bisa diobati berdasarkan jumlah
spesies tumbuhan obat terbanyak disajikan dalam Gambar 9 dan secara rinci
disajikan pada Lampiran 6.
Gambar 9 Kelompok penyakit dan jumlah spesies tumbuhan obat yang
digunakan di Kampung Babakan-Cengal.
Salah satu spesies yang dapat meyembuhkan penyakit saluran pencernaan
disajikan pada Gambar 10 sedangkan contoh spesies yang dapat menyembuhkan
penyakit saluran pembuangan disajikan pada Gambar 11.
64
50
42
38
27
34
41
37
25
20
21
17
6
48
0 10 20 30 40 50 60 70
Penyakit saluran pencernaan
Penyakit saluran pembuangan
Penyakit kulit
Penyakit saluran pernapasan
Penyakit mulut
Penyakit jantung dan pembuluh/peredaran …
Penyakit kepala, demam, dan influenza
Penyakit tulang, otot, sendi dan saraf
Penyakit khusus wanita
Perawatan kehamilan dan persalinan
Pengobatan luka, gigitan ular
Penyakit ginjal, hati
Penyakit mata
Penyakit lainnya
Jumlah spesies
27
27
Gambar 10 Daun kentut Gambar 11 Kumis kucing
(Paederia scandens). (Orthosiphon stamineus).
Pada umumnya setiap spesies tumbuhan obat mempunyai kegunaan untuk
menyembuhkan lebih dari satu macam penyakit atau kelompok penyakit, namun
ada juga beberapa spesies yang berkhasiat hanya untuk satu macam penyakit atau
kelompok penyakit. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
tumbuhan untuk digunakan sebagai obat, yaitu bagian tumbuhan, cara pemanenan,
cara pengolahan, dan aturan pemakaian (dosis) (Arafah 2005). Bagian dari
tumbuhan mempunyai peranan masing-masing dalam menyembuhkan penyakit,
ada spesies yang seluruh bagiannya dapat digunakan untuk menyembuhkan suatu
penyakit, namun adapula yang hanya bagian tertentu yang dapat menyembuhkan
penyakit. Cara pengolahan yang tepat berpengaruh terhadap keefektifan
penggunaan tumbuhan mengobati penyakit. Cara pemanenan perlu diperhatikan
agar mendapatkan bagian yang bermanfaat dalam keadaan baik atau tidak rusak.
Beberapa spesies yang mempunyai banyak kegunaan untuk obat diantaranya
alpukat (Persea gratissima), bawang putih (Allium sativum), daun kentut
(Paederia scandens), kencur (Kaemferia galanga), keladi tikus (Typhonium
divaricatum), lidah mertua (Sansivieria trifasciata), meniran (Phylanthus
urinaria), pulutan (Urena lobata), pepaya (Carica papaya), pisang (Musa
paradisiaca), pegagan (Centella asiatica), sembung (Blumea balsamifera), sirih
(Piper betle), sengugu (Clerodendron serrature), selasih (Ocimum basilicum),
takokak (Solanum torvum) dan temulawak (Curcuma xanthorrhiza). Spesies-
spesies tumbuhan obat tersebut potensial sebagai bahan obat karena selain banyak
berkhasiat untuk bermacam-macam penyakit, tapi juga hampir seluruh bagiannya
28
28
dapat digunakan untuk menyembuhkan suatu penyakit. Contoh spesies tumbuhan
yang banyak berkhasiat untuk obat disajikan pada Gambar 12.
Gambar 12 Pulutan (Urena lobata).
Pulutan (Urena lobata) merupakan tumbuhan liar dari family Marvaceae
yang mempunyai khasiat sebagai obat. Pulutan (Urena lobata) ini merupakan
salah satu tumbuhan obat yang memiliki banyak khasiat diantaranya akar
digunakan untuk menyembuhkan penyakit Panas, influenza, radang tonsil,
malaria, rematik, keputihan, kencing keruh, disentri, diare, gangguan pencernaan,
bengkak, muntah darah, kesukaran melahirkan, gondok, bisul, luka berdarah,
tulang patah (frakture), payudara bengka dan gigitan ular sedangkan batangnya
digunakan untuk menyembuhkan penyakit bisul, luka berdarah, gigitan ular dan
bengkak (Hariana 2007). Menurut Hariana (2010) pulutan (Urena lobata)
mengandung bahan kimia seperti zat lendir pada batang dan 13-14% lemak pada
biji. Tumbuhan ini mempunyai rasa manis, tawar dan bersifat sejuk. Bagian yang
sering digunakan adalah akar dan seluruh bagian tumbuhan (herba).
5.2.6 Frekuensi perjumpaan spesies tumbuhan obat
Potensi tumbuhan obat di Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak
berdasarkan frekuensi perjumpaan disajikan pada Tabel 9 dan secara rinci
disajikan pada Lampiran 4.
29
29
Tabel 9 Frekuensi perjumpaan spesies tumbuhan obat keluarga
No Klasifikasi Nama Tumbuhan Obat 𝐬𝐩𝐞𝐬𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐎 Persentase (%)
1. Jarang (1 RT) Bratawali, bawang
putih,cengkeh, daun dewa,
dadap, daun sendok, daun
kentut, jawer kotok, jambu
biji, jarak pagar, jamblang,
jotang, keji beling,
34 38,64
2. Sering (2-3 RT) Alpukat, alang-alang,
beluntas, bandotan, belimbing
manis, bawang merah, cabai
rawit, ciplukan, cabai merah,
harendong, jahe, jeruk nipis,
kumis kucing,
54 61,36
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa dari 88 spesies tumbuhan obat ada
sebanyak 54 spesies (61,36%) yang sering ditemukan, spesies tersebut ditemukan
di 2-3 RT yang terdapat di Kampung Babakan-Cengal, sedangkan sisanya
sebanyak 34 spesies (38,64%) merupakan spesies yang jarang ditemukan, spesies-
spesies tumbuhan obat tersebut hanya ditemukan di 1 RT saja. Spesies-spesies
yang sering ditemukan sebagian besar merupakan spesies tumbuhan yang sering
digunakan oleh masyarakat baik sebagai obat maupun bumbu dapur.
5.3 Pengetahuan dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat
Pengetahuan masyarakat Kampung Babakan-Cengal terhadap tumbuhan
obat masih tinggi, hal ini terlihat dari masih banyaknya masyarakat Kampung
Babakan-Cengal yang masih menggunakan tumbuhan obat yang ada di sekitarnya
untuk mengobati penyakit yang dideritanya. Pengetahuan masyarakat Kampung
Babakan-Cengal mengenai tumbuhan obat diperoleh secara turun menurun.
Dalam penggunaan tumbuhan obat masyarakat Kampung Babakan-Cengal yang
menjadi reponden sebanyak 60% menyatakan bahwa tumbuhan obat berkhasiat
manjur dalam menyembuhkan suatu penyakit. Pandangan masyarakat terhadap
tumbuhan obat keluarga pun positif hampir keseluruhan responden yang
diwawancara berpendapat bahwa penggunaan tumbuhan obat lebih manjur dan
tidak menimbulkan efek samping yang besar, aman dikonsumsi, murah dan
mudah diperoleh, lebih praktis karna tidak perlu beli hanya tinggal mengambil di
sekitar lingkungan rumahnya, dan sangat berguna untuk penanggulangan dini
penyakit yang diderita. Ringannya efek samping dari tumbuhan obat dikarenakan
30
30
tubuh manusia relatif lebih gampang menerima obat dari bahan tumbuh-tumbuhan
dibandingkan dengan obat kimiawi (Muhlisah 1999). Namun tidak semua
masyarakat yang menjadi responden menggunakan tumbuhan obat keluarga
sebagai pengobatan dan pemeliharaan kesehatan, ada 40% masyarakat yang
menjadi responden menyatakan bahwa penggunaan tumbuhan obat kurang manjur
untuk menyembuhkan penyakit karena efek dan khasiat tumbuhan obat belum
dirasakan, sehingga beberapa masyarakat tersebut lebih memilih menggunakan
obat-obatan modern dengan alasan lebih cepat efek dan khasiatnya dirasakan,
lebih praktis, tidak repot harus meramu seperti obat tradisonal, dan sudah jelas
dosisnya. Tindakan berobat yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Babakan-
Cengal yang menjadi responden disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Tindakan masyarakat Kampung Babakan-Cengal ketika sakit No Tindakan pengobatan Jumlah responden Persentase (%)
1. Membuat obat sendiri secara tradisional dari
tumbuhan obat di sekitar (meramu sendiri) 18 60
2. Membeli obat warung 9 30
3. Berobat ke puskesmas/klinik/dokter 3 10
Jumlah 30 100
Sebanyak 60% masyarakat yang menjadi responden masih membuat obat
sendiri secara tradisional dari tumbuhan obat yang ada di sekitar lingkungan
rumah mereka seperti pekarangan, kebun, pinggir jalan, dan pinggir sungai untuk
menyembuhkan penyakit yang mereka derita. Masyarakat dengan usia berkisar
antara 60-70 tahun paling sering menggunakan tumbuhan obat untuk mengobati
penyakit yang dideritanya, mereka lebih percaya bahwa dengan menggunakan
tumbuhan obat penyakit yang mereka derita bisa cepat sembuh dan tidak ada efek
sampingnya. Beberapa responden juga menyatakan bahwa pemeliharan dan
pengobatan alami menggunakan tumbuhan obat sudah biasa dilakukan untuk
menyembuhkan penyakit-penyakit yang tergolong ringan seperti pusing, pegal-
pegal, maag, batuk, sakit gigi dan penyakit ringan lainnya. Untuk penyakit yang
tergolong berat biasanya masyarakat menggunakan tumbuhan obat untuk
pengobatan awal sebelum pergi ke puskesmas atau dokter. Disamping
penggunaan obat tradisional sebanyak 30% masyarakat Kampung Babakan-
Cengal yang menjadi responden masih menggunakan obat warung dalam
mengobati penyakit yang dideritanya. Berdasarkan hasil wawancara ada 15
31
31
penyakit yang pernah dan sering diderita oleh masyarakat yang menjadi
responden, sebagian besar dai 15 penyakit tersebut diobati menggunakan obat
tradisional. Penyakit yang pernah dan sering diderita oleh masyarakat yang
menjadi responden yang sering diobati dengan tumbuhan obat disajikan pada
Tabel 11 dan secara rinci disajikan pada Lampiran 7.
Tabel 11 Penyakit umum yang sering diobati dengan tumbuhan obat di Kampung
Babakan-Cengal, Desa Karacak
Kelompok
penyakit Nama penyakit
Tumbuhan obat
yang sering
digunakan
Ramuan
Jumlah
responden yang
menyatakan
manjur
Gangguan sistem
atau saluran
pernapasan
Batuk - Akar alang-
alang
Rebus akar
alang-alang yang
masih segar kira-
kira 30-60 g, lalu
minum airnya
1
- Jeruk nipis 1 buah jeruk
nipis diperas
untuk diambil
airnya,lalu airnya
diminum secara
teratur 1 kali
sehari
3
Paru-paru - Ciplukan 9-15 gr seluruh
bagian tunbuhan
direbus dengan 3
gelas air lalu
diminum airnya
1
Asma - Sidaguri 6 gr akar sidagori
dipotong tipis,
ditambah gula,
lalu direbus,
disaring
kemudian
diminum airnya
2
Penyakit jantung
dan peredaran
darah
Tekanan darah
tinggi
(hipertensi)
- Kumis kucing
- Daun sendok
Rebus seluruh
bagian kumis
kucing, 3-4
lembar daun
sendok, rumput
lidah ular dan
minum airnya
2
Penyakit kepala,
demam, dan
influenza
Sakit kepala - Alpukat 3 lembar daun
alpukat direbus,
diminum airnya
10
Demam - Kumis kucing 6 gr akar kumis
kucing direbus
lalu disaring dan
diminum airnya
2
Penyakit mulut Sakit gigi - Putri malu Segenggam putri
malu direbus lalu
airnya dikumur
5
32
32
Tabel 11 Penyakit umum yang sering diobati dengan tumbuhan obat di Kampung
Babakan-Cengal, Desa Karacak (lanjutan)
Kelompok
penyakit Nama penyakit
Tumbuhan obat
yang sering
digunakan
Ramuan
Jumlah
responden yang
menyatakan
manjur
Sariawan - Jambu biji 2-3 lembar daun
dan kulit
batangnya
direbus,
diminum airnya
2
- Sirih
1-2 lembar sirih
dikunyah lalu
dibiarkan
sebentar didalam
mulut
4
Penyakit saluran
pembuangan
Diabetes militus
(kencing manis)
- Kacapiring 12 lembar daun
kacapiring
direbus dengan 2
gelas air lalu
diminum airnya
1
Penyakit saluran
pencernaan
Diare - Jambu biji 5 lembar daun
jambu biji
direbus dengan
1,5 liter air lalu
diminum
4
Maag - Bandotan Segenggam
bandotan
direbus lalu
diminum airnya
13
Penyakit otot,
tulang, sendi dan
saraf
Rematik - Jahe 1-2 rimpang jahe
dihaluskan lalu
dicampur cuka
kemudian
dioleskan
6
Sakit pinggang - Sidaguri 5 akar sidaguri
direbus lalu
diminum airnya
4
Pegal-pegal - Jahe 1-2 rimpang jahe
dihaluskan lalu
dioles
3
Kesemutan - Salam
- Sidaguri
- Jahe
2-3 lembar daun
salam dicampur
dengan daun
sidaguri, dan
jahe direbus lalu
airnya diminum
1
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa penyakit yang banyak dan sering diderita
oleh masyarakat yang menjadi responden adalah penyakit maag dan sakit kepala,
masing-masing sebanyak 13 responden dan 10 responden. Terdapat 9 spesies
tumbuhan obat yang sering digunakan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit
33
33
maag dan 1 spesies tumbuhan obat yang sering digunakan masyarakat untuk
mengobati sakit kepala. Masing-masing spesies tumbuhan obat yang digunakan
oleh masyarakat tersebut mengalami proses pengolahan yang berbeda, tergantung
dari jenis dan penyakit yang diobati. Tabel 11 juga membuktikan jika penyakit
bisa disembuhkan dengan tumbuhan obat dan kemandirian masyarakat dapat
dilakukan.
Dari 9 spesies tumbuhan obat yang sering digunakan masyarakat untuk
menyembuhkan penyakit maag, bandotan (Ageratum conyzoides) merupakan
tumbuhan obat yang paling banyak digunakan dan paling dianggap manjur oleh
masyarakat atau responden Kampung Babakan-Cengal. Bandotan (Ageratum
conyzoides) merupakan tumbuhan dari famili Asteraceae. Tumbuhan ini
merupakan herba dengan ketinggian 30-80 cm dan mempunyai daya adaptasi
yang tinggi sehingga mudah tumbuh dimana-mana dan sering menjadi gulma
yang merugikan petani, namun dibalik itu bandotan (Ageratum conyzoides) dapat
digunakan juga sebagai obat, pestisida dan herbisida bahkan untuk pupuk dapat
meningkatkan hasil produksi tanaman (Sukamto 2007).
Selain penyakit-penyakit yang tercantum pada Tabel 11, biasanya
masyarakat yang berusia lanjut sering menderita penyakit lemah syahwat.
Penyakit lemah syahwat tersebut biasanya diobati dengan menggunakan ramuan
dari berbagai macam spesies tumbuhan obat yaitu satu batang kayu manis, tiga
biji cengkeh, tiga sampai empat lembar daun sirsak, daun kumis kucing, satu buah
kapulaga, bagian ujung alang-alang, akar pepaya, akar buah aren, meniran, dan
akar pinang. Cara penggunaan semua spesies tersebut yaitu semua spesies tersebut
direbus kemudian diambil airnya dan diminum. Selain untuk mengobati lemah
syahwat, menurut salah satu responden ramuan ini juga dapat digunakan untuk
mengobati berbagai macam jenis penyakit seperti darah tinggi, ginjal, panas, dan
lain-lain. Gambar ramuan disajikan pada Gambar 13.
34
34
Gambar 13 Ramuan tumbuhan obat untuk mengobati penyakit lemah syahwat,
darah tinggi, ginjal, panas dan lain-lain.
Pemanfaatan tumbuhan obat tidak hanya terbatas pada bagian tumbuhan
yang masih segar, beberapa masyarakat juga menyimpannya dalam bentuk
kering/simplisia. Salah satu simplisia yang disimpan oleh beberapa masyarakat
yaitu simplisia yang berasal dari campuran spesies-spesies tumbuhan seperti
kencur, jahe, temu kunci, lempuyang, temulawak dan temugiri. Simplisia tersebut
biasanya digunakan masyarakat untuk wanita yang baru saja melahirkan. Cara
penggunaan simplisia yaitu simplisia dicampur dengan beberapa spesies
tumbuhan obat yang masih segar seperti meniran, jawer kotok, jamblang, rane dan
sidagori yang sudah ditumbuk kemudian campuran tersebut ditumbuk kembali
lalu hasil tumbukannya dimakan. Gambar simplisia di sajikan pada Gambar 14.
Gambar 14 Contoh simplisia.
35
35
5.4 Budidaya Tumbuhan Obat
Budidaya tumbuhan adalah mengelola pertumbuhan tumbuhan dari mulai
tanam hingga panen serta memenuhi persyaratan tumbuh tanaman yang dikelola
tersebut (MTIC 2002). Budidaya merupakan salah satu upaya penting dalam
menjaga kelestarian manfaat dari suatu spesies tumbuhan obat, dengan demikian
spesies tumbuhan obat yang dibudidayakan dan banyak dimanfaatkan akan tetap
terjaga kelestariannya. Kegiatan budidaya terhadap tumbuhan obat juga menjadi
salah satu kegiatan beberapa masyarakat Kampung Babakan Cengal. Kegiatan
budidaya dianggap efektif oleh beberapa masyarakat, karena menurut mereka
dengan membudidayakan tumbuhan obat keluarga dapat melestarikan dan
memudahkan masyarakat dalam pemanfaatannya. Masyarakat biasanya
membudidayakan tumbuhan-tumbuhan obat tersebut di pekarangan rumah
maupun kebun milik mereka.
Tumbuhan obat yang berada di Kampung Babakan-Cengal berdasarkan
status budidaya dibagi kedalam 2 klasifikasi yaitu tumbuhan obat yang dibudidaya
dan tumbuhan obat yang belum dibudidaya atau liar. Tumbuhan yang dibudidaya
oleh masyarakat merupakan tumbuhan yang sering digunakan. Lahan pekarangan
dan kebun menjadi tempat yang digunakan masyarakat untuk membudidayakan
tumbuhan obat. Di Kampung Babakan-Cengal tumbuhan obat liar paling banyak
ditemukan yaitu sebanyak 57,95% dan sisanya sebanyak 42,05% adalah
tumbuhan obat yang dibudidayakan (Gambar 15).
Gambar 15 Status budidaya tumbuhan obat.
Tumbuhan obat yang biasa dibudidayakan oleh masyarakat Kampung
Babakan-Cengal Desa karacak yaitu tumbuhan obat yang juga bermanfaat sebagai
penghasil bumbu dapur dan penghasil buah-buahan, seperti kapulaga (Amomum
Budidaya
42,05%Liar;
57,95%
36
36
cardamomum), kencur (Kaempferia galanga), jahe (Zingiber officinale), kunyit
(Curcuma domestica), bawang merah (Allium cepa), bawang putih (Allium
sativum), alpukat (Persea gratissima), cabai rawit (Capsicum frutescens), cabai
merah (Capsicum annum), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), pepaya (Carica
papaya), pisang (Musa Paradisiaca), dan lain-lain. Dari semua tumbuhan obat
yang biasa dibudidayakan oleh masyarakat, kapulaga (Amomum cardamomum)
merupakan tumbuhan obat yang paling banyak dibudidayakan. Beberapa
masyarakat membudidayakan kapulaga tersebut di kebun milik mereka, hal ini
sesuai dengan penyataan Syukur dan Hernani (2002) bahwa lokasi yang baik
untuk penanaman kapulaga antara lain di bawah tegakan hutan atau di tempat
terbuka.
Kapulaga (Amomum cardamomum) banyak dibudidayakan masyarakat
karena selain memiliki banyak manfaat, kapulaga (Amomum cardamomum) juga
mempunyai nilai ekonomis tinggi dan berprospek cerah, selain itu pemeliharaan
tumbuhan ini tidak sulit. Menurut Santoso (1989) salah satu keunggulan lain dari
budidaya kapulaga (Amomum cardamomum) adalah siklus hidup tumbuhan yang
panjang dan dalam setahun dapat dipanen berulang kali. Kapulaga (Amomum
cardamomum) dengan sistem tanam tumpangsari pada populasi 1.400 tanaman
per hektar, akan mampu berproduksi sekitar 2,8 sampai dengan 3 ton buah basah
per tahun. Kapulaga (Amomum cardamomum) sudah mampu berproduksi pada
umur 1,5 tahun setelah tanam dengan bibit anakan yang baik hari. Waktu panen
kapulaga (Amomum cardamomum) di Kampung Babakan-Cengal yaitu setiap 40
hari sekali, hal ini sesuai dengan pernyataan Santoso (1989) bahwa waktu panen
kapulaga (Amomum cardamomum) dapat dilakukan setiap 35-45 hari sekali.
Masyarakat Kampung Babakan-Cengal biasanya memanfaatkan biji
kapulaga untuk dikeringkan lalu dimanfaatkan sebagai rempah dan obat serta
memanfaatkan buah kapulaga untuk diambil minyak atsirinya yang kemudian bisa
digunakan sebagai penyedap atau pengharum makanan. Minyak atsiri tersebut
terdiri dari senyawa sineol, terpen dan terpinol (Syukur dan Hernani 2002). Selain
dimanfaatkan untuk kebutuhan sendiri, biji yang sudah dikeringkan dan minyak
atsiri dari ekstrak buah kapulaga pun biasanya dijual oleh masyarakat untuk
37
37
memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat biasanya menjual biji kapulaga
kering ke pedagang dengan harga Rp 20.000,- per kg.
Dalam perdagangan internasional, kapulaga (Amomum cardamomum)
dikenal dengan nama false cardamon. Menurut Indo (1989) ekspor kapulaga
(Amomum cardamomum) dari Indonesia hanya dari buah kapulaga. Ekspor
kapulaga (Amomum cardamomum) di Indonesia umumnya ke Singapura dan Cina.
5.5 Sintesis Pengembangan Tumbuhan Obat Keluarga
Dalam pengembangan TOGA dibutuhkan stimulus atau dorongan untuk
membentuk sikap dan prilaku pro konservasi. Sikap dan prilaku pro konservasi ini
diwujudkan dalam 3 kelompok stimulus AMAR (Alamiah, Manfaat, dan Rela).
Ketiga stimulus AMAR digunakan dalam pemilihan spesies TOGA yang akan
menjadi unggulan dalam pengembangan TOGA di Kampung Babakan-Cengal
yang diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan dan budidaya oleh masyarakat
(Gambar 16).
Gambar 16 Strategi pengembangan TOGA.
(Sumber : Modifikasi Zuhud 2007)
1. Stimulus Alamiah
Stimulus alamiah merupakan stimulus yang dipahami oleh masyarakat
tentang bagaimana sifat-sifat alamiah dari tumbuhan dan lingkungan yang ada
disekitarnya. Sebagian besar masyarakat Kampung Babakan-Cengal sudah bisa
membedakan sifat-sifat ekologis tumbuhan, hal tersebut terlihat dari tumbuhan
yang tedapat dilingkungan sekitar. Lahan pekarangan dimanfaatkan masyarakat
untuk ditanami tumbuhan berukuran kecil, tumbuhan tersebut ditanam langsung
Stimulus
Alamiah
Stimulus
Manfaat Prilaku Sikap
Stimulus
Rela
Stimulus
Alamiah
38
38
dipekarangan atau melalui pot-pot plastik sebagai media tempat tumbuhnya.
Tumbuhan yang terdapat di pekarangan rata-rata tumbuhan yang dapat digunakan
juga untuk keperluan bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih, cabai
rawit, cabai merah, jeruk nipis, kencur, dan lain-lain. Sedangkan tumbuhan yang
berukuran besar, masyarakat menanamnya dilahan perkebunan.
2. Stimulus manfaat
Stimulus manfaat merupakan dorongan yang paling diminati masyarakat.
Hal ini dikarenakan masyarakat merasakan langsung manfaat dari tumbuhan
tersebut. Selain manfaat kesehatan yang menjadi manfaat utama dari TOGA untuk
masyarakat, TOGA juga memiliki nilai ekonomi. Tumbuhan obat yang memiliki
nilai manfaat ekonomi tinggi diantaranya kapulaga, pisang, alpukat, kelapa, dan
cengkeh. Sedangkan tumbuhan obat yang memiliki nilai manfaat tinggi yaitu
tumbuhan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit
yang dideritanya.
3. Stimulus rela
Stimulus rela adalah stimulus yang berkaitan dengan nilai-nilai kebaikan,
terutama ganjaran dari sang pencipta alam, nilai spiritual, nilai agama yang
universal, pahala, kebahagiaan, kearifan, budaya dan tradisional, kepuasan batin,
dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kerelaan dalam melakukan sesuatu
(Zuhud 2007). Stimulus rela merupakan stimulus utama dan paling mendasar
yang memiliki nilai paling tinggi. Stimulus rela didorong juga dengan adanya
kepastian akses dalam pemanfaatan TOGA bagi masyarakat. Stimulus kerelaan ini
sudah terbangun pada masyarakat Kampung Babakan-Cengal karena masyarakat
sudah memiliki lahan sendiri sehingga masyarakat memiliki kepastian akses
dalam pemanfaatan tumbuhan obat yang mereka tanam sendiri.
Berdasarkan strategi pengembangan TOGA, TOGA yang merupakan
potensi Kampung Babakan-Cengal (stimulus alamiah), memiliki nilai manfaat
yang penting (stimulus manfaat), dan sudah dibudidayakan dan digunakan
(stimulus rela) yang harus menjadi prioritas dalam pengembangan dan budidaya
diantaranya kapulaga (Amomum cardamomum), jeruk nipis (Citrus aurantifolia),
jahe (Zingiber officinale), alpukat (Persea gratissima), jambu biji (Psidium
guajava), kunyit (Curcuma domestica), bawang merah (Allium cepa).
39
39
Selain tiga stimulus itu dimiliki oleh masyarakat, partisipasi aktif seluruh
elemen masyarakat, sistem pembangunan yang terencana dan terintegrasi
memungkinkan pencapaian tujuan pengembangan tumbuhan obat secara
maksimal. Keterlibatan antar insitusi seperti dinas kesehatan, pendidikan,
kehutanan, pertanian, dan perguruan tinggi sangat diperlukan. Dalam konteks
implementasi praktis, masyarakat dapat mengembangkan spesies tumbuhan obat
dengan membudidayakan tumbuhan obat keluarga (TOGA) secara mandiri dan
memanfaatkannya, sehingga akan terwujud prinsip kemandirian dalam
pengobatan keluarga.
Program yang dapat membantu masyarakat dalam upaya pengembangan
tumbuhan obat agar potensi yang ada bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin yaitu
dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Penyuluhan mengenai pengenalan spesies tumbuhan obat keluarga (TOGA)
serta memberikan pelatihan tumbuhan obat. Pelatihan tumbuhan obat yang
diberikan meliputi pengenalan tumbuhan obat dan pemanfaatannya, membahas
beberapa kasus penyakit dan cara pengobatannya, dan memberikan pelatihan
(demo) cara meracik ramuan tumbuhan obat yang sederhana (skala rumah
tangga)
2. Pembinaan kader TOGA yang nantinya dapat menjadi wadah informasi bagi
masyarakat lainnya untuk berbagi wawasan dan keterampilan yang
berhubungan dengan TOGA.
3. Kunjungan kader TOGA ke kebun percontohan tumbuhan obat yang sudah
maju. Mengenal spesies tumbuhan obat dengan buku panduan didampingi oleh
para pemandu yang berpengalaman di bidangnya. Program kunjungan
tumbuhan obat adalah melihat, memetik, dan belajar menanam aneka
tumbuhan obat pada lahan pekarangan, yang diharapkan masyarakat akan
termotivasi untuk mengembangkan TOGA di pekarangan maupun kebun yang
nantinya selain kesehatan masyarakat meningkat, masyarakat juga dapat
memperoleh nilai ekonomi dari usahanya.
4. Sosialisasi mengenai TOGA melalui pembuatan poster atau iklan-iklan
layanan masyarakat yang berkaitan dengan TOGA dan pemeliharaan kesehatan
40
40
secara alami serta memberikan buku lengkap tentang tumbuhan obat yang
berkhasiat agar dapat dipelajari.
5. Diskusi masalah kesehatan dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan
masyarakat. Selain memberikan solusi kesehatan, dengan adanya diskusi ini
pengetahuan masyarakat bertambah dalam hal tindakan yang harus dilakukan
sebelum mereka sakit (preventif).
Dalam pengembangan nilai ekonomi, pengembangan tumbuhan obat yang
dipilih untuk diterapkan di masyarakat adalah pengembangan tumbuhan obat yang
sederhana. Fokus pengembangan tumbuhan obat dengan skala home industry
diharapkan dapat dilakukan dan berkelanjutan, yang akhirnya dari kegiatan ini
dapat memberikan manfaat yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
masyarakat sekitar dan berdampak pada kesejahteraan hidup yang lebih baik.
Program yang akan dilaksanakan diharapkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan rasa kepemilikan masyarakat terhadap program menjadi lebih tinggi.