bab v contoh pembahasan

15
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian TK Kartika XIV-5 Kota Langsa berdiri pada tanggal 2 Juni 1966 dan merupakan milik Yayasan Kodim 0104 terdiri atas 6 kelas. TK ini terletak di jalan Ahmad Yani No.67 Kampung Jawa Muka Kota Langsa. Jumlah murid setiap ruang kelas berkisar antara 20-25 orang dengan jumlah keseluruhan siswa 130 orang dengan jumlah pengajar sebanyak sebanyak 13 orang yang terdiri atas satu orang Kepala Sekolah dan 12 orang guru. 5.2 Hasil Penelitian Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 19 Juni sampai dengan 20 Juni tahun 2014 di TK Kartika XIV-5 Kota Langsa, terhadap 33 responden dengan aspek yang diteliti meliputi pemberian ASI Eksklusif dan tingkat perkembangan intelegensia anak. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut : 5.2.1 Data demografi responden 51

Upload: chohanra

Post on 13-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pembahasan

TRANSCRIPT

GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG STIMULASI PADA BAYI DI RUANG RAWAT PERINATOLOGI BPK RSUZA KOTAMADYA BANDA ACEH

60

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Tempat PenelitianTK Kartika XIV-5 Kota Langsa berdiri pada tanggal 2 Juni 1966 dan merupakan milik Yayasan Kodim 0104 terdiri atas 6 kelas. TK ini terletak di jalan Ahmad Yani No.67 Kampung Jawa Muka Kota Langsa. Jumlah murid setiap ruang kelas berkisar antara 20-25 orang dengan jumlah keseluruhan siswa 130 orang dengan jumlah pengajar sebanyak sebanyak 13 orang yang terdiri atas satu orang Kepala Sekolah dan 12 orang guru. 5.2 Hasil PenelitianPengumpulan data dilakukan dari tanggal 19 Juni sampai dengan 20 Juni tahun 2014 di TK Kartika XIV-5 Kota Langsa, terhadap 33 responden dengan aspek yang diteliti meliputi pemberian ASI Eksklusif dan tingkat perkembangan intelegensia anak. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :

5.2.1 Data demografi respondenData demografi dalam penelitian ini meliputi berat badan lahir, umur, penyakit diderita sekarang dan riwayat kelahiran, seperti terlihat pada tabel 5.1 di bawah ini :

Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden di TK Kartika XIV-5 Kota Langsa Tahun 2014 (n = 33)NoData DemografiFrekuensi Persentase

1234

1.Berat Badan Lahir :

a. > 2,5 kgb. 2,5 kg28 593,336,67

2.Umur :

a. 4-5 tahun

b. < 4 tahun25 875,76

24,24

3.Penyakit diderita sekarang :

a. Ada

b. Tidak ada 6

27

18,18

81,82

4.Riwayat Kelahiran :

a. Normal

b. Seksio sesarea2211

66,6733,33

Sumber : Data primer (Tahun 2014)

Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar berat badan lahir anak balita > 2,5 kg yaitu 28 orang (93,33%), umur 4-5 tahun yaitu 25 orang (75,76%), tidak menderita penyakit yaitu 27 orang (81,82%) dan lahir normal yaitu 22 orang (67,67%).

5.2.2 UnivariatHasil rekapitulasi jawaban responden penelitian terhadap variabel independen dan dependen yang diolah secara deskriptif didapatkan gambaran sebagai berikut :

5.2.2.1 Pemberian ASI EksklusifHasil pengolahan data pada variabel pemberian ASI Eksklusif mendapatkan jumlah masing-masing katagori seperti dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif di TK Kartika XIV-5 Kota Langsa Tahun 2014 (n = 33)No KategoriFrekuensi Persentase

1. Ya 18 54,552. Tidak 15 45,45

Total33 100

Sumber : Data Primer (diolah 2014)

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa responden yang mendapatkan ASI Eksklusif sebagian besar berada pada kategori ya yaitu sebanyak 18 orang (54,55%).5.2.2.2 Tingkat Intelegensia Hasil pengolahan data pada variabel tingkat intelegensia mendapatkan jumlah masing-masing katagori seperti dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Perkembangan Intelegensia Anak di TK Kartika XIV-5 Kota Langsa Tahun 2014 (n = 33)No KategoriFrekuensi Persentase

1Tinggi 1133,33

2Rata-rata1030,30

3Rendah 1236,36

33100

Sumber : Data Primer (diolah 2014)

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa responden di TK Kartika XIV-5 Kota Langsa berdasarkan tingkat perkembangan intelegensia berada sebagian besar pada kategori rendah sebanyak 12 orang (36,36%).

5.2.3 BivariatAnalisa bivariat pengaruh pemberian ASI Eksklusif terhadap tingkat perkembangan intelegensia anak, dilakukan dengan menggunakan uji hipotesis Chi Square pada level of significance (() 0,05 dengan degree of fredoom (df) 2 pada tabel contigency 2x3. Hasil yang didapatkan dari uji statistik mengenai hubungan tersebut sebagai berikut : 5.2.3.1 Pengaruh pengaruh pemberian ASI Eksklusif terhadap tingkat perkembangan intelegensia anak di TK Kartika XIV-5 Kota Langsa Tabel 5.4Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif terhadap Tingkat Perkembangan Intelegensia Anak di TK Kartika XIV-5

Kota Langsa Tahun 2014 (n = 33)NoPemberian ASI EksklusifTingkat Perkembangan IntelegensiaTotal p

TinggiRata-rataRendah

n%n%n%n%

1Ya 1055,6211,1633,3181000.005

2Tidak 16,7853,3640,015100

Sumber : Data Primer (diolah 2014)

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 18 responden yang mendapatkan ASI Esklusif, sebanyak 10 orang (55,6%) memiliki tingkat perkembangan intelegensia tinggi. Dari 15 responden yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif, diketahui yang memiliki tingkat perkembangan intelegensia rendah sebanyak 6 orang (40%) dan hanya 1 orang (6,7%) yang memiliki tingkat perkembangan intelegensia tinggi. Hasil uji hipotesis didapatkan p-value 0,005 dimana nilai tersebut < ( : 0,05 sehingga secara statistik dapat disimpulkan bahwa hipotesa alternatif (Ha) diterima yang berarti ada pengaruh siginifikan pemberian ASI Eksklusif terhadap tingkat perkembangan intelegensia anak di TK Kartika XIV-5 Kota Langsa.5.3 Pembahasan5.3.1 Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif terhadap Tingkat Perkembangan Intelegensia Anak di TK Kartika XIV-5 Kota LangsaBerdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa sebagian besar anak balita mendapatkan ASI Eksklusif sebanyak 18 orang (54,55%) dan tingkat perkembangan intelegensia anak sebagian besar berada pada katagori rendah dengan jumlah sebanyak 12 orang (36,36%). Uji statistik menunjukkan terdapat pengaruh siginifikan pemberian ASI Eksklusif terhadap tingkat perkembangan intelegensia anak di TK Kartika XIV-5 Kota Langsa dengan p value 0,005. ASI Eksklusif seorang ibu memiliki sejumlah manfaat karena merupakan cairan khusus yang diperuntukkan dan diformulasi bagi bayi manusia sehingga sangat sesuai dengan kebutuhan fisik, psikologis dan perkembangan otak dalam masa tersebut (Creasy et al, 2013). ASI sebagai cairan yang paling tepat bagi bayi telah diketahui memiliki banyak manfaat diantaranya bagi perkembangan intelegensia. Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif diketahui mempunyai tingkat IQ lebih tinggi, dari anak yang tidak mendapatkan ASI (Lawrence dan Lawrence, 2011). Hasil penelitian di atas yang memperlihatkan ada pengaruh signifikan pemberian ASI Eksklusif terhadap tingkat perkembangan intelegensia anak, penulis asumsikan dapat terjadi disebabkan oleh ketersediaan zat gizi yang dibutuhkan pada masa pertumbuhan sel-sel otak yang sangat cepat di usia balita. Nutrisi yang sesuai kebutuhan menstimulasi kemampuan otak dalam proses belajar sehingga anak mampu berkembang dengan sebaik-baiknya. Kemampuan ASI dalam melindungi anak terhadap penyakit infeksi merupakan faktor lain yang turut mendukung, karena anak tidak mudah terserang penyakit sehingga proses belajar dari lingkungan tidak mengalami hambatan dibandingkan anak yang lebih mudah menderita penyakit. Dukungan emosional yang dirasakan anak karena terjalin kontak dengan ibu sejak pertama kali menjadi landasan lain yang melatar belakangi anak yang mendapatkan ASI Eksklusif mempunyai nilai lebih tinggi dalam perolehan poin ketika tes IQ dilakukan. Rasa aman dan kasih sayang yang dirasakan menjadikan anak berkembang dengan rasa percaya diri yang tinggi dan mempunyai kesediaan belajar terhadap hal-hal yang baru. Hasil penelitian senada dipublikasikan oleh FonsecaI et al (2013) di Jurnal de Pediatria, dengan judul Impact of breastfeeding on the intelligence quotient of eight-year-old children bahwa pemberian ASI Eksklusif memberikan dampak nyata terhadap peningkatan inteligensia anak di kemudian hari. Penelitian di hospitals of the city of Pelotas, Rio Grande do Sul, Brazil, dengan mengambil sampel 560 anak yang lahir tahun 2002 dan 2003 di rumah sakit tersebut, dengan demikian diperoleh p value 0,007 sehingga hubungan pemberian ASI sampai bayi berusia 6 bulan atau secara eksklusif dengan peningkatan inteligensia anak. Peningkatan kemampuan anak dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif diindikasikan dari keberhasilan menyelesaikan tes lebih baik. Signifikansi hubungan terlihat bahkan setelah dilakukan kontrol terhadap variabel pengganggu. Hal yang senada ditemukan pada penelitian oleh Jedrychowski et al (2012) yang melakukan studi longitudinal di Krakow, Polandia yang mendapatkan bahwa perkembangan syaraf anak yang menjadi dasar perkembangan kemampuan kognitif, berbeda signifikan antara anak ASI Eksklusif dengan anak yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Kesimpulan ini dipublikasikan berdasarkan analisis selama 7 terhadap 468 bayi (lahir dalam dengan usia kehamilan > 36 minggu) dari ibu non-merokok. Tes terhadap fungsi kognitif anak dilakukan dengan tes psikometri secara berkala sebanyak lima kali dari bayi sampai usia prasekolah dengan hasil anak-anak yang mendapatkan ASI eksklusif sampai 3 bulan memiliki kecerdasan (IQ) rata-rata 2,1 poin lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain, anak-anak yang disusui selama 4-6 bulan dinilai lebih tinggi sebesar 2,6 poin.

Anak yang mendapatkan ASI Eksklusif dan didapatkan tidak memiliki tingkat perkembangan intelegensia yang lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan anak yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif menurut penulis dapat dikarenakan gizi yang diperlukan setelah bayi berusia 6 bulan tidak tercukupi sehingga perkembangan anak tidak berlangsung dengan optimal. Bayi setelah usia 6 bulan memerlukan tambahan asupan gizi dari makanan yang tidak hanya berasal dari ASI. Kebutuhan gizi pada masa ini yang dikemukakan banyak ahli sangat tinggi karena pertumbuhan dan perkembangan anak yang sangat cepat sehingga dibutuhkan gizi yang baik untuk mendukung hal tersebut.

Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Dershewitz (2008) bahwa kekurangan asupan gizi mempunyai dampak jangka panjang terhadap perkembangan kognitif anak. Penelitian prospektif, terhadap 1.559 anak-anak dari Pulau Mauritius (69% India, 26% Afrika Creole) dengan menilai kejadian kurang gizi pada usia 3 tahun dan diamati sampai usia 11 tahun. Usia 11 tahun setiap anak dilakukan tes IQ yang diukur dengan pengujian membaca, sekolah, dan kemampuan neuropsikologis dimana ditemukan hasil adanya gangguan berupa penurunan IQ pada usia ini. Nilai tes IQ yang didapat menunjukkan penurunan 3,3 poin untuk pengujian kemampuan membaca, penurunan 9,0 poin untuk kemampuan belajar di sekolah dan penurunan 15,3 poin untuk kemampuan neuropsikologis, dibandingkan anak cukup gizi dimana tingkat penurunan dipengaruhi oleh tingkat kurang gizi yang dialami, semakin besar kurang gizi, semakin besar gangguan yang terjadi pada perkembangan intelegensia.

Hal yang sama penulis asumsikan terjadi pada anak yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif namun mempunyai IQ yang tinggi yaitu tercukupinya kebutuhan gizi pada perkembangan berikutnya selain tentunya ada pola asuh orang tua yang memberikan rangsangan sebagai salah satu syarat tumbuh kembang optimal serta faktor lain yang tidak dapat dimodifikasi seperti genetik orang tua. Pola asuh orang tua yang memberikan lingkungan mendukung akan mendorong anak mengembangkan bakat yang ada pada dirinya sebaik mungkin. Adanya pengaruh pola asuh orang tua terhadap intelegensia anak dikemukakan oleh Straus dan Paschall (2009) mengemukakan bahwa anak yang dibesarkan dengan melakukan kekerasan seperti mendisiplinkan dengan memberikan hukuman fisik, memiliki IQ lebih rendah dalam perkembangan selanjutnya. Hukuman dalam bentuk fisik menyebabkan anak mengalami stres dan menjadikan tindakan ini sebagai sumber penyebab stres bagi anak yang berusia muda. IQ anak usia 2-4 tahun yang dibesarkan dengan hukuman fisik berdasarkan hasil tes diketahui lebih rendah 5 poin dibandingkan anak yang tidak dibesarkan dengan cara memberikan hukuman fisik. Pengaruh lain terhadap intelegensia anak diketahui terkait dengan genetik seperti usia ayah yang terlalu tua. Faktor biologi ini diketahui memberikan dampak besar karena hasil penelitian terhadap 33.000 kelahiran hidup yang kemudian di tes pada usia 8 bulan, 4 tahun dan 6 tahun mendapatkan kemampuan anak untuk berpikir dan bernalar, berkonsentrasi, belajar, berbicara, membaca, aritmatika, memori, dan keterampilan motorik seperti koordinasi, lebih rendah kecuali pada kemampuan motorik. Anak hasil pembuahan ketika ayah berusia 50 tahun memiliki IQ lebih rendah ketika diuji dengan Skala Stanford Binet mencapai 6 poin untuk anak seusianya dibandingkan anak yang berusia 20 tahun. Hal ini terjadi sebaliknya pada anak yang berasal dari ibu yang berusia lebih tua dimana kemampuan anak lebih tinggi dibandingkan ibu yang berusi muda. Keadaan ini menjelaskan faktor genetik ayah memegang peranan besar terhadap perkembangan intelegensia anak (Doheny, 2009). 5.4 Keterbatasan PenelitianPenelitian ini telah mendapatkan hasil mengenai pengaruh variabel independen dan dependen sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, namun usaha penulis untuk memberikan hasil optimal tidak menghindarkan terdapatnya beberapa keterbatasan berikut :

6.1.1 Kemampuan anak yang beragam dalam memahami informasi yang diberikan dapat menjadi penghalang memberikan jawaban yang benar meskipun anak-anak mengetahui jawaban yang harus diberikan seperti pemberian lambang bilangan untuk jawaban benar terlihat tidak efektif karena anak yang hanya mampu menuliskan bilangan yang diketahuinya saja, akan menjawab dengan bilangan tersebut pada seluruh item pertanyaan.6.1.2 Anak-anak cenderung mengikuti temannya sehingga meskipun mengetahui jawaban yang harus diberikan dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan anjuran teman.

Hasil penelitian

Teori di bab 2 tentang variabel yg dibahas

Asumsi atau pendapat peneliti

Jurnal pendukung

Jurnal pendukung

Asumsi peneliti

Jurnal pendukung

51